Вы находитесь на странице: 1из 6

Nama : Ahmad Lukman Prasetyo

NIM : 13010117130054

Prodi/semester : SASTRA INDONESIA / 1

KELAS : B

NOVEL POPULER

DALAM MIHRAB CINTA THE ROMANCE KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

Ada cinta di pesantren ? ah masak hoax kali tuh. Drama ini dimulai ketika hujan terasa panas,
kemarau terasa dingin

Mencermati tuturan orang tua, satu kali syamsul ditawarkan untuk kuliah atau menimba ilmu di

pesantren. Aku sedikit terenyuh ketika syamsul lebih memilih menimba ilmu di pesantren.

Berangkatlah dia menuju salah satu daerah antah berantah yang dia sendiri belum tahu tujuannya

untuk menimba ilmu dimana. Pergilah dia ke Stasiun Kota Pekalongan, dalam hati ia sendiri

belum paham akan tujuan hidupnya.

Kota Kediri yang kala itu menjadi salah satu Kota santri yang terkenal dan banyak orang

yang merekomendasikan untuk menimba ilmu disitu, ada juga Kota Jombang yang masih dalam

satu kawasan Provinsi juga terkenal dengan Kota santrinya. Syamsul kala itu pergi ke Kediri tak

tahu tujuan tak tahu arah hanya dengan modal kenekatan. Zizi yang kala itu sedang menempuh

pendidikan Alquran di Pekalongan mendapat kabar yang tak mengenakkan hatinya. Ayahanda

yang selama ini menjadi sosok penyemangat baginya telah pamit untuk menghadap ke Rabb-nya.

Seketika itu pula Zizi pulang ke kampung halamannya Kota Kediri, di stasiun ia meluapkan

tangisannya. Tak peduli kanan kiri rindu akan ayah yang selama ini ia pendam seakan sirna

sekejap mata, di Stasiun Kota ia duduk terdiam meratapi kenangan masa kecilnya bersama ayah

yang biasa ia panggil abi. Tertidur dalam kesedihan bersandar pada tembok-tembok besi tua

1
berjalan. Setelah mendapat tiket Syamsul masuk kereta, mencari tempat duduk sesuai tiket yang

ia miliki.

Sampai di bangku, terlihat sesosok wanita berkerudung lebam matanya karena tangisan

Nampak cantik dari samping. Ia memberanikan diri untuk bertanya walau serasa nyesek dihati.

permisi, apakah ini bangku nomer A.3.6? Tanya Syamsul. iya, jawab Zizi dengan nada

kurang semangat. Melihat keadaan tersebut, Syamsul pindah ke belakang agak menjauh dari

wanita itu mungkin pikiran Syamsul, Wanita itu butuh waktu untuk sendiri. Malam itu terasa

dingin suara dering gerbong belakang seakan menjadi mp3 tersendiri bagi Syamsul.

Suasana mendukung sekali untuk tertidur pulas walau hanya beberapa menit. Dari

kejauhan tampak orang clingak-clinguk entah mencari sesuatu atau apa, dengan memakai

bungkus kepala. Syamsul terbangun dan curiga akan orang itu, dan benar sekali kecurigaannya.

Orang itu hendak maling mencuri yang ia incar ternyata Zizi yang kala itu duduk sendirian di

bangku persis didepannya. wushhhhh orang itu ambil tas Zizi, seketika itu pula Zizi terbangun

dan dengan cekatan Syamsul yang kala itu sudah mengambil aba-aba untuk memukul duakkk

Syamsul terpental dan pukulannya keookkk oleh maling jalanan. Maling menyandera Zizi

dengan pisau kecil yang ia letakkan di dekat leher Zizi. Syamsul mencoba untuk bernego dengan

semestian, namun apa yang terjadi? Maling itu justru semakin massive mengancam akan

membunuh Zizi bila tidak menyerahkan tas incarannya dan membiarkannnya hidup damai

sejahtera. Syamsul beraksi, namun naas ia terkena sayatan pisau yang maling damai bawa.

Maling semakin terpojok, ingin bernego tak bisa lagi karena pasar sudah tutup malam itu. Apa

boleh buat, meloncatlah maling dari atas gerbong hilang bagai angin. Banyak orang yang

terbangun, tapi setelah kejadian itu selesai mereka tidur lagi seolah terbangun dari mimpi buruk.

2
Melihat kucuran darah di lengan Syamsul, Zizi yang kala itu merasa takut mendekatinya.

Bagaimana tidak ? laki-laki dengan perawakan agak tinggi, rambut gondrong, awuk-awukan,

dan berdarah. Tanpa menghiraukan rasa takutnya, Zizi berusaha untuk mengobati Syamsul. Dan

ini moment yang paling ditunggu, berbicaranya dua insan manusia. Saling menanyakan nama,

alamat, dan tujuan masing-masing naik kereta. Sampai di stasiun kereta Syamsul pergi ke salah

satu pesantren yang sebelumnya ia dapat rekomendasi dari Zizi. Perjumpaan dan perpisahan

antara Syamsul dan Zizi berakhir. Ada 4 rekomendasi pesantren yang Zizi tawarkan, Syamsul

menyusuri mulai dari pesantren satu ke pesantren lainnya. Dari keempat pesantren Syamsul lebih

memilih pesantren Al-Furqon, yang menurutnya cocok.

Setengah tahun berlalu, Syamsul yang kala itu masih anak ingusan sekarang

sudah agak lebih baik ilmu agama. Sahabat-sahabat Syamsul pun care dengannya. Sambil

keliling Pondok ternyata ia melihat sesuatu yang membuatnya merasa bangga dan kuat. Apa itu?

Ia bertemu Zizi dan yang ternyata ia adalah anak dari Romo Kyai Ponpes Al-Furqon. Sampai

pada suatu ketika, Syamsul diajak pergi ke mall oleh salah satu temannya yang benama Burhan.

Ditengah jalan Burhan lupa membawa dompet, disuruhlah Syamsul untuk mengambilnya. Di

Pesantren yang kala itu sedang gempar-gemparnya pencurian uang, ada beberapa orang

keamanan Pondok Pesantren di kamar para Santriwan. Syamsul masuk tanpa dosa, ia ambil

dompet yang Burhan suruh tadi. Ternyata di pojok kamar ada pengawas pondok sedang

mengamati gerak-gerik Syamsul. Naas Syamsul kurang beruntung, ia dituduh oleh pengawas

pondok mencuri, di lain tempat Burhan mendengar tetangkapnya Syamsul. Di depan para

santriwan dan juga pengurus Pondok, Syamsul dan Burhan dihadirkan untuk bersumpah, karena

Syamsul tadi disuruh Burhan ambil dompet maka ia bersumpah tidak mencuri apapun. Tapi, ada

tapinya lho, Burhan justru mengaku sebaliknya. Dengan pertimbangan Pak Kyai, Syamsul

3
dihukum keluar Pondok dan dicukur gundul. Keluarga Syamsul datang ke pondok, bukan malah

membela anaknya, justru ia dihajar oleh Abinya sendiri. Tak telak Syamsul mengalami

kesedihan yang kedua kalinya. Hidupnya seakan tak berarti, di ponpes diusir, di keluarga dicaci

maki entah apa salah dan dosanya. Tak pelak Syamsul memutuskan untuk pergi tanpa

sepengetahuan Abi dan keluarganya. Ia berjanji akan kembali sampai ia merasa sudah sukses,

dengan berbekal uang yang ia ambil dari adiknya dengan catatan meminjam, ia nekat keluar

entah kemana yang terpenting ia pergi dari kehidupan yang selama ini ia jalani untuk memulai

hidup baru. Ia pergi ke Semarang, pergi ketempat yang tak pernah ia napak tilasi sebelumnya.

Sampailah ia di kota macet, banjir, dan tempatnya para tikus-tikus berdasi. Bekal yang selama ini

ia bawa habis ditelan bumi, mencari pekerjaan tak ada sering kali ia ditolak. Godaan setan

dimana-mana, uang habis, perut kosong, badan letih tiada cara lagi ia dapatkan uang selain

mencuri yang selama ini sudah menjadi julukan di hidupnya. Naik bus saku kosong, turun bus

penuh kertas. Dalam hati ia berjanji bahwa suatu saat akan kukembalikan dompet yang ia curi.

Tiap-tiap dompet ia hidup isinya dan mencatat nama pemiliknya, ia tercengang ketika melihat

foto Burhan brengsek yang selama ini ia benci di salah satu dompet curiannya dan lebih wownya

lagi ia sudah tunangan dengan yang punya dompet. Sepengetahuan Syamsul, Burhan sudah

tunangan dengan santriwati di ponpesnya dulu. Keesokkan harinya ia datangi alamat pemilik

dompet. Sampai di post satpam, ia ditanya mau kemana?, Jalan Flamboyan no.17, jawab

Syamsul.

Tiada angin tiada hujan, saat ia ke rumah Pak Broto ia malah ditawari jadi guru ngaji

anaknya, SUBHANALLAH. Tanpa pikir panjang ia terima tawaran itu, tak tanggung-tanggung

ia dapat gaji kisaran 2 jutaan. Dua kali dalam seminggu ia mengajar ngaji, juga menjadi iman

masjid kompleks kadang kali. Tak lekang oleh waktu, ia pun beritahu maksud awal ia datang ke

4
rumah Pak Broto. Setelah Syamsul ngalor-ngidul menceritakan kejadian sebenarnya, sempat

keluarga Pak Broto tak percaya. Namun, dengan kecerdikannya berbicara ia menyarankan agar

mengunjungi santriwati yang telah dipinang Burhan sebelumnya di Pekalongan. Dan ternyata

benar apa yang dikatakan Syamsul. Keluarga Pak Broto sangat terpukul atas kejadian itu,

terutama Syilvie, mahasiswi FEB UI. Kesedihan itu lantas hilang setelah berhari-hari mengurung

diri di kamar. Ceramahan Syamsul yang menyejukkan, membuat Syilvie agak sedikit lebih

tenang. Bagaimana tak menyejukkan? Syamsul sudah mengisi berbagai pengajian baik di masjid,

masyarakat bahkan di TV. Orang tua Syamsul di kampung kaget bukan ngilu, terutama Ibunya

yang selama ini selalu mengantarkan doa keselamatan dan kesuksesan untuk anaknya. Dan lebih

bahagianya lagi Syamsul di tembungi Pak Broto bila mau, Pak Broto kan menikahkan Syamsul

dengan Syilvie. Disisi lain datang Pak Kyai yang selama ini mengusir Syamsul ingin meminta

maaf kepadanya karena telah salah paham hingga menghancurkan hidupnya. Syamsul

memaafkannya, ia malah ewoh karena dikunjungi Pak Kyai sampai ke Jakarta. Pembicaraan

penikahan antara Syamsul dengan Syilvie ternyat di dengar oleh adik kyai Zizi. Selama ini Zizi

begitu peduli akan Syamsul entah kenapa mungkin ia jatuh cinta ala-ala Pondok Pesantren. Sakit

hati Zizi setelah mendengar perihal pernikahan Syamsul. H-1, setelah Syamsul setting baju

pengantin, ia mengisi acara pengajian di salah satu TV. Syilvie meminta izin untuk

mengantarkan surat undangan kepada temannya, maklum harus izin dulu kepada calon suami.

DOR, dengan kecepatan tinggi Syilvie mengendarai mobil dan Naas Mobilnya menabrak

pohon, tewaslah Syilvie di tempat. Kata-kata yang terakhir diucapkan Syilvie kepada Syamsul,

mas, aku sangat bersyukur sekali mempunyai calon suami sepertimu.

Pemakaman Syilvie dipenuhi hujan air mata mulai dari keluarganya hingga yang paling

paling sangat terpukul ialah Syamsul. Berhari-hari ia menggurung diri di kamar, tak ada asap tak

5
ada api ia seakan kehilangan setengah hari hatinya, jarang tidur tidak makan. hanya Ibu yang

mampu menenangkannya waktu itu. Semangat kembali, permintaan pengisian ceramah mulai

banyak. Teringat masa pondok dulu, ia sempat berkunjung ke Ponpes yang telah mengusirnya

dulu. Sampai di Ponpes ia bertemu Pak Kyai, perbincangan ringan pun terjadi pada akhirnya Pak

Kyai nembungi Syamsul bahwa kesedihan yang ia derita tak akan hilang bila tidak ada penawar,

oleh karena itu Pak Kyai ingin sekiranya menjodohkan Syamsul dengan Zizi. Syamsul tersipu

malu, Zizi pun demikian. Tak banyak cakap kedatangan Syamsul yang kala itu niatnya untuk

kangen-kangenan dengan Ponpesnya dulu malah ada tambahan calon istri yang sholihahnya

minta ampun.

TRILOGI SENJA JATUH DI PAJAJARAN SERI 1 KARYA AAN MERDEKA

PERMANA

Вам также может понравиться