Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Bangsal : Dahlia 3
Tanggal Masuk RS : 13 Januari 2017
Tanggal Pemeriksaan : 13 Januari 2017
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di bangsal Dahlia 3 tanggal 13 Januari 2017
pukul 17.00 WIB secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan istri
pasien.
a. Keluhan Utama : Lemas
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo dengan keluhan lemas
sejak pagi hari. Lemas dirasakan di seluruh badan. Lemas membuat
pasien terkantuk sehingga pasien lebih nyaman dalam posisi berbaring.
Pasien merasa cepat lelah sehingga pasien tidak bisa beraktivitas seperti
biasanya. Pasien mengeluh sering merasa lapar dan haus, sehingga
pasien makan lebih dari 3x sehari. Pasien juga mengeluh sering BAK
pada malam hari kurang lebih sebanyak 5x. Pasien juga mengeluh nyeri
kepala. Pasien tidak mengeluhkan seaak nafas ketika lelah beraktivitas.
Pasien juga menyangkal adanya nyeri dada. Mual dan muntah disangkal.
Pasien tidak memiliki tanda-tanda perdarahan. BAB lancar setiap hari
1
warna dan konsistensi dalam batas normal. BAK sering warna jernih,
tidak nyeri.
Sewaktu muda, pasien memiliki kebiasaan olahraga teratur yaitu
badminton. Tetapi semenjak menginjak usia 50 tahun pasien sudah
tidak berolahraga lagi dan pasien mengakui mengalami kegemukan.
Pasien mengakui sering memakan makanan dan minuman manis.
1 tahun yang lalu pasien mondok di RSUD Tugurejo dan
didiagnosis diabetes. Sejak saat itu pasien rutin mengonsumsi OHO dan
rutin kontrol di puskesmas sebulan sekali. 2 bulan sebelum masuk
rumah sakit pasien mengaku setiap hari pasien makan sebanyak lebih
dari 3-4x sehari setiap makanan yang dimakan terdiri dari nasi dan lauk.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit serupa : Diakui, 1 tahun yang lalu pasien di
rawat inap dengan keluhan yang
sama
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
Anamnesis Sistemik:
Keluhan utama Lemas
Kepala Pusing (-), cekot cekot (-)
Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),
Mata
berkunang-kunang (-)
Hidung mimisan (-), tersumbat (-)
2
pendengaran berkurang (-), gembrebeg (-), keluar
Telinga
cairan (-), darah (-).
sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-
Mulut
pecah (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-).
Leher Pembesaran kelenjar limfe (-)
Nyeri menelan (-), Sulit Menelan (-), suara serak (-),
Tenggorokan
gatal (-).
Sistem respirasi Sesak nafas (-), batuk berdahak (-)
Sistem Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-),
kardiovaskuler berdebar-debar (-), keringat dingin (-)
Sistem Polifagi (+) polidipsi (+), mual (-), muntah (-),nyeri
gastrointestinal ulu hati (-), nafsu makan menurun (-), BAB (+) normal
Sistem Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-), badan
muskuloskeletal lemas (+) luka yang tidak sembuh (-)
Poliuri (+) Kencing seperti warna teh(-), sering
Sistem
kencing (-), nyeri saat kencing (-), kencing nanah(-),
genitourinaria
sulit memulai kencing (-), anyang-anyangan (-).
Luka (-), kesemutan (-), kebas (-), kaku digerakan (-),
Ekstremitas atas
bengkak (-), sakit sendi (-) akral dingin (-)
Ekstremitas Luka (-), kesemutan (-),kebas (-) kaku digerakan (-),
bawah bengkak (-) sakit sendi (-) akral dingin (-)
Sistem Kejang (-), gelisah (-)mengigau (-), emosi tidak stabil
neuropsikiatri (-)
Sistem Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-) tampak kering (-)
Integumentum
3
1. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), pupil
isokor diameter 3mm/3mm, reflek cahaya direk
(+/+), reflek cahaya indirek (+/+)
h. Telinga : discharge (-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-),
gangguan fungsi pendengaran(-/-)
i. Hidung : secret (-), napas cuping hidung (-)
j. Mulut : lidah kotor (-), pernapasan mulut (-),
bibir kering (-), sianosis (-),
k. Kulit : pucat (-), hipopigmentasi (-), hiperpigmentasi (-)
l. Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi
trakea (-), peningkatan JVP (-), penggunaan otot
bantu pernafasan strenocleudomastoideus (-)
m. Thoraks
Jantung
Inspeksi : ictus codis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, pulsus parasternal (-),
pulsus epigastrik (-)
Perkusi
Kanan jantung : ICS 4 linea parasternalis dextra
Atas jantung : ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Kiri jantung : ICS 5, 2 cm medial linea
midclavikula sinistra
Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-), gallop (-)
Pulmo
PULMO DEXTRA SINISTRA
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada Datar Datar
Hemitorak Simetris statis dinamis Simetris statis dinamis
Warna Sama dengan kulit sekitar Sama dengan kulit
sekitar
4
2. Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem fremitus (+) normal,Kanan = kiri (+) normal, Kanan = kiri
3. Perkusi sonor seluruh lapang paru sonor seluruh lapang
paru
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
Wheezing - -
Ronki - -
Stridor - -
Belakang
1. Inspeksi
Warna Sama dengan kulit sekitar Sama dengan kulit
sekitar
2. Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem Fremitus Tidak ada pengerasan dan Tidak ada pengerasan
pelemahan dan pelemahan
3. Perkusi
Lapang paru sonor seluruh lapang paru sonor seluruh lapang
paru
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
Wheezing - -
Ronki - -
Stridor - -
n. Abdomen
Inspeksi : datar, warna sama dengan sekitar
Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit
5
Perkusi : Timpani, Pekak sisi (-), Pekak alih (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), Hepar : tidak teraba, Lien :
tidak teraba, undulasi (-),
o. Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Edema (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Capillary refill (<2/<2) (<2/<2)
6
Monosit 9.20 H % 2 8
c. Pemeriksaan HbA1c
HbA1c 14,0 H Poor Diabetic Control >8
7
- Normal sinus rhythm
- Normal ECG
- Irama : Sinus
- Frekuensi : 75 kali permenit
- Axis : lead I (+), aVF (-) left axis deviasi
- Zona transisi : V4
- Gel P : 0,04 detik (1 kotak kecil)
- Interval PR : 0,04 detik (1 kotak kecil)
- Komplek QRS : 0,08 detik (2 kotak kecil)
- ST segmen : isoelektrik
- Gel T : Normal
-
e. Radiologis
X Foto Thorax (13 Januari 2017)
8
V. DAFTAR ABNORMALITAS
9
2. Sindrom Metabolik : 6, 11, 12, 13, 19, 20
3. Hipertensi : 5, 11, 21
Initial plan
1. Diagnosis
Pemeriksaan C peptida
2. Terapi
Farmakologi
Inj. Novorapid 10-10-8 sc
Non farmakologi
10
Diet DM
- Berat badan ideal = (TB cm 100)kg - 10%
= (165cm 100)kg 10%
= 65 10%
= 65 6,5 = 58,5kg
- Status gizi = (BBaktual : BB ideal) x 100%
= (65kg : 58,5kg)x100%
= 111% Berat badan lebih
- Jumlah kebutuhan kalori perhari :
Kebutuhan kalori basal = BB ideal x 30kalori
58,5 x 30 = 1755 kalori
Kebutuhan untuk aktivitas ditambah 10%
= 10% x 1755 =175,5 kalori
Koreksi karena kelebihan berat badan dikurangi
10% = 10% x 1755 =175,5 kalori
Koreksi karena umur diatas 40 tahun dikurangi 5%
= 5% x 1755 =87,75 kalori
11
KU
Vital sign
GDS
4. Edukasi
Jaga pola makan
Kurangi makan makanan manis
Memakai obat secara teratur
Mencegah timbulnya luka pada kaki dengan cara memakai
alas kaki, dan menjaga kebersihan kaki
2. Hipertensi grade II
Assesment:
1. Etiologi
Hipertensi esensial (primer)
Hipertensi sekunder
2. Faktor risiko
Berat badan berlebih
Kurangnya aktivitas fisik
Diabetes mellitus
Umur laki laki >55 tahun
Genetik
Stress
3. Komplikasi
Kerusakan organ target
a. Jantung:
Hipertrofi ventrikel kiri
Angina atau infark miokardium
Gagal jantung
b. Penyakit arteri perifer
Initial Plan
1. Diagnosis: Profil lipid, X-foto thorax
2. Terapi :
12
- Candesartan 8 mg p.o 1x1/hari
3. Monitoring :
KU, TTV
4. Edukasi :
- Minum obat teratur
- Istirahat yang cukup
- Diet rendah garam (2-4 g)
- Mengurangi stress.
3. Sinddrom Metabolik
Assesment:
1. Faktor risiko
Obesitas sentral
Berat badan berlebih
Kurangnya aktivitas fisik
Diabetes mellitus
Hipertensi
2. Komplikasi
- Stroke
- Peripheral Vaskular Disease
- Penyakit jantung koroner.
Initial Plan
1. Diagnosis: Profil lipid
2. Terapi :
Farmakologi
- Terapi DM tipe 2
- Terapi Hipertensi
Non farmakologi
- Aktivitas fisik intensitas sedang secara teratur, 30 menit, 3-5
hari/minggu
- Mengurangi asupan lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol
3. Monitoring :
KU, TTV
13
4. Edukasi :
- Minum obat teratur
- Istirahat yang cukup
- Diet rendah garam (2-4 g)
- Mengurangi stress.
14
PROGRESS NOTE
15
Tanggal Minggu, 15 Januari 2017
S Lemas berkurang
O Kesadaran : CM
TD 120/80 mmHg
HR : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5oC
P Lanjutkan terapi
Selasa, 17 Januari 2017
16
A Diabetes Mellitus tipe 2, Hipertensi Grade II
P Lanjutkan terapi
A Hipertensi
P Lanjutkan terapi
17
BAB II
PEMBAHASAN
1. ALUR PIKIR
Hiperinsulinemia
Berat badan lebih
>110% BB ideal atau
IMT >23 kg/m2
Resistensi insulin
Sekresi insulin
Obesitas sentral (LP abnormal
laki-laki >90cm)
Kronis Akut
Gejala :
Mikroangiopati : KAD
Lemas
Polifagi
retinopati diabetikum HONK
Polidipsi
nefropati diabetikum Hipoglikemi
neuropati diabetikum a
Poliuri
Makroangiopati :
Stroke
Peripheral Vaskular
Disease
Penyakit jantung
koroner.
18
2. ANALISIS PIKIR
Pada kasus pasien berumur >45 tahun dengan IMT berat badan lebih, dan
aktivitas kurang dengan riwayat diabetes mellitus selama 1 tahun, pasien mengaku
kontrol rutin ke puskesmas tiap bulan dan meminum OHO. Namun pasien memiliki
kebiasaan makan sebanyak 4x sehari dan tidak melakukan olahraga secara teratur.
faktor resiko untuk terjadinya Diabetes mellitus.
Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :
Etiologi
Diabetes Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel -
pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun
maupun idiopatik. Sistem imun pasien merusak sekresi insulin oleh sel
19
beta pancreas. DT1 merupakan penyakit autoimun multifaktorial yang
dikarakteristikkan dengan adanya defisiensi insulin, dikarenakan
perusakan sel beta pancreas yang dimediasi oleh sel T. Pada DM tipe 1
sekresi insulin berkurang atau terhenti.(Rustama DS, dkk. 2010).
Diabetes Tipe 2
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes
Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan
relatif sel dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.3
Sel tidak mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya
terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti
sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.3
Pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan klinis Diabetes
Melitus (DM). Sel pankreas masih dapat mengkompensasi, sehingga
terjadi hiperinsulinemia, kadar glukosa darah masih normal atau baru
sedikit meningkat. Kemudian setelah terjadi kelelahan sel pankreas, baru
terjadi diabetes melitus klinis, yang ditandai dengan adanya kadar glukosa
darah yang meningkat, memenuhi kriteria diagnosis diabetes melitus.
Patofisiologi
- Diabetes melitus tipe 1
Pada DM tipe I (DM tergantung insulin (IDDM), sebelumnya
disebutdiabetes juvenilis), terdapat kekurangan insulin absolut sehingga
pasienmembutuhkan suplai insulin dari luar. Keadaan ini disebabkan oleh
lesi padasel beta pankreas karena mekanisme autoimun, yang pada
keadaan tertentudipicu oleh infeksi virus. DM tipe I terjadi lebih sering
pada pembawaantigen HLA tertentu (HLA-DR3 dan HLA-DR4), hal ini
terdapat disposisigenetik. Diabetes melitus tipe 1, diabetes anak-anak
(bahasa Inggris: childhood-onsetdiabetes, juvenile diabetes, insulin-
20
dependent diabetes mellitus, IDDM)adalah diabetes yang terjadi karena
berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasidarah akibat defek sel beta
penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhanspankreas. IDDM dapat
diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa, namunlebih sering didapat
pada anak-anak5.
- Diabetes Melitus tipe 2
Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM),
sebelumnya disebut dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan
diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik juga
berperan penting. Namun terdapatdefisiensi insulin relatif; pasien tidak
mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat
normal atau bahkan meningkat, tetapi organ targetmemiliki sensitifitas
yang berkurang terhadap insulin.Sebagian besar pasien DM tipe II
memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi genetik,
asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu
sedikit.Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran energi
meningkatkan konsentrasiasam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya
akan menurunkan penggunaanglukosa di otot dan jaringan lemak.
Akibatnya, terjadi resistensi insulin yangmemaksa untuk meningkatkan
pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun padareseptor, resistensi insulin
semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yangpenting, namun
bukan merupakan penyebab tunggal diabetes tipe II. Penyebab yanglebih
penting adalah adanya disposisi genetik yang menurunkan sensitifitas
insulin.Sering kali, pelepasan insulin selalu tidak pernah normal. Beberapa
gen telah diidentifikasi sebagai gen yang meningkatkan terjadinya obesitas
dan DM tipe II.Diantara beberapa faktor, kelainan genetik pada protein
yang memisahkan rangkaian dimitokondria membatasi penggunaan
substrat. Jika terdapat disposisi genetik yangkuat, diabetes tipe II dapat
terjadi pada usia muda.Penurunan sensitifitas insulin terutama
mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan
pengaruhnya pada metabolisme lemak dan protein dapatdipertahankan
21
dengan baik. Jadi, diabetes tipe II cenderung menyebabkanhiperglikemia
berat tanpa disertai gangguan metabolisme lemak5.
Manifestasi Klinis
Berdasarkan keluhan klinik, biasanya pasien Diabetes Melitus akan
mengeluhkan apa yang disebut 4P : polifagi dengan penurunan berat badan,
Polidipsi dengan poliuri, juga keluhan tambahan lain seperti sering kesemutan,
rasa baal dan gatal di kulit .
Pada kasus ini pasien mengeluhkan lemas, polifagi, polidipsi dan poliuri.
Tabel 1. Kriteria diagnosis DM
22
Tabel 2. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
dan diagnosis diabetes melitus.
23
Pilar penatalaksanaan DM
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
24
Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuai dengan
kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan
jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin.
A. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi.
Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang
berserat tinggi.
Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang
diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain
Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal
tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted-Daily
Intake)
Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan
karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan
makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari
kebutuhan kalori sehari 2.
Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.
Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal.
25
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu penuh (whole milk).
Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari2.
Protein
Dibutuhkan sebesar 10 20% total asupan energi.
Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang) 2.
3. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan.
Pada kasus ini pasien mempunyai tekanan darah 170/88mmHg dan lingkar perut
98 cm. Sehingga dapat memenuhi kriteria sindrom metabolik yaitu memenuhi minimal 3
kriteria dari berikut :
26
27
DAFTAR PUSTAKA
W. Sudoyo Aru, Setiohadi Bambang, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.
Jakarta : Balai Penerbit Interna Publishing : Juni 2006.
28