Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMBAHASAN
Koloid merupakan suatu sistem yang terdiri dari dua fase yaitu fase terdispersi dan fase
pendispersi (medium pendispersi). Berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya,
koloid dikelompokkan menjadi 8 jenis koloid, seperti yang tercantum dalam tabel berikut.
Keterangan :
a) Sol
Merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi berupa zat padat dalam medium
pendispersi zat cair.
Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan. Berdasarkan sifat
adsorpsi dari partikel padat terhadap cairan pendispersi, kita mengenal dua macam sol;
a. Sol liofil,
Dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk
suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya cinta cairan (Bahasa Yunani;
lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah padat disebut gel. Contoh gel antara lain
selai dan gelatin.
Ciri-ciri sol liofil :
1. Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium
terdispersinya
2. Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
3. Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses
solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di
sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung.
4. Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
5. Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
6. Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi,
kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium
pendispersinya.
7. Memberikan efek Tyndall yang lemah
8. Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali
b. Sol liofob, dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan. Liofib
artinya takut cairan (phobia=takut). ). Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan sol
logam.
Ciri-cirinya :
1. Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium
pendisperinya
2. Memiliki muatan positif atau negative
3. Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya.
4. Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
5. Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
6. Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
7. Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
8. Memberikan efek Tyndall yang jelas
9. Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel
Jika medium pendispersinya berupa air, kedua macam koloid di atas masing-masing
disebut koloid hidrofil (cinta air) dan koloid liofob (takut air). Contoh koloid hidrofil
adalah kanji, protein, lem, sabun, dan gelatin. Adapun contoh koloid hidrofob adalah
sol-sol sulfide dan sol-sol logam.Sol terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
Merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi padat atau cair dalam medium
pendispersi gas.Contoh produk yang dibuat dalam bentuk aerosol, hairspray, semprot obat
nyamuk, farfum, cat semprot. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan
pendorong(propelan aerosol). Bahan pendorong yang banyak digunakan adalah CFC dan
karbondioksida.
c) Emulsi
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-
sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat
pengemulsi (emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai
emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan
dalam bentuk emulsi.
Emulsi merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi cair dalam medium pendispersi
cair. Syarat terjadinya emulsi adalah kedua jenis zat cair tersebut tidak saling
melarutkan.Emulsi digolongkan ke dalam dua bagian yaitu :
mengemulsikan minyak ke dalam air, kasein dalam susu, kuning telur dalam mayonaise. Ada
d) Buih
Merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi gas dalam medium pendispersi cair.
Seperti halnya emulsi untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun,
deterjen, protein. Buih digunakan pada proses pengolahan biji logam, pada alat pemadam
digunakan zat eter, isoamil alkohol. Buih dibagi menjadi dua jenis yaitu :
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama- sama
berupa gas, campurannya tergolong larutan
e) Gel
Merupakan koloid yang setengah kaku ( antara padat dan cair).Contohnya agar-agar,
lem kanji, selai, gelatin, gel silika. Gel dapat terbentuk dari sol yang zat terdispersinya
mengadsorpsi medium pendispersinya.
2.3.Sifat-Sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan
disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang
terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati. Di lingkungan kita sering terjadi efek Tyndall,
diantaranya :
1. Terjadinya warna biru di langit pada siang hari dan warna merah atau jingga di langit
2. Sorot lampu proyektor di gedung bioskop akan tampak jelas ketika ada asap rokok.
4. Berkas sinar matahari yang melalui celah daun pepohonan pada pagi hari yang berkabut.
Gerak partikel- partikel dalam sistem koloid yang terus menerus dengan arah zig zag
(random ). Karena terjadi tumbukan antar partikel. Hal ini pertama kali diamati oleh Robert
Brown pada tahun 1827. Gerak brown dapat diamati oleh miksroskop. Gerak Brown ialah
gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak
acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan
melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag
ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut
dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada
zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan
medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan
tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari
segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung
tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan
arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang
terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak
ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown
juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi
kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.Adapun gerak Brown ini
mengakibatkan partikel-partikel koloid relatif stabil meskipun ukuran yang relatif besar,
sebab dengan adanya partikel yang bergerak secara terus menerus, pengaruh dari gaya
gravitasi kurang berarti.Penerapan Gerak Brown dalam kehidupan sehari-hari contoh Gerak
Brown adalah Susu.
Gambar gerak Brown yang terjadi pada sisitem koloid:
3. Adsorpsi
a. Penyembuhan sakit perut yang disebabkan bakteri patogen dengan serbuk karbon atau
norit. Di dalam usus, norit akan menjadi koloid yang dapat mengadsorpsi zat
racun(bakteri patogen)
b. Penjernihan air keruh dengan tawas Al2(SO4)3. Dalam air tawas terhidrolisis menjadi
Al(OH)3 yang berbentuk koloid dan mampu mengadsorpsi kotoran dalam air
c. Penjernihan air tebu pada pembuatan gula pasir dengan tanah diatome dan arang
tulang (pemutihan gula).Zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh
e. Adsorbsi keringat oleh alumium stearat yang terdapat dalam rol on deodorant.
f. Partikel koloid mampu mengadsorpsi ion positif dan ion negatif sehingga koloid
menjadi bermuatan listrik. Koloid yang bermuatan positif contohnya Fe(OH)3 dan
Adsorpsi pada peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2+.
Pada elektroforesis ini, ke dalam elektrolit dimasukkan dua batang elektroda kemudian
dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel-partikel koloid akan bergerak ke
salah satu elektroda tergantung pada jenis muatannya. Koloid yang bermuatan negatif akan
bergerak ke anode (elektode positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke
katode (elektrode negatif).
Elektroforesis banyak digunakan dalam industri, misalnya pelapisan antikarat (cat) pada
badan mobil. Partikel-partikel cat yang bermuatan listrik dioleskan pada badan mobil yang
dialiri muatan listrik berlawanan dengan muatan cat. Pelapisan logam dengan cat secara
elektroforesis lebih kuat dibandingkan cara konvensional seperti pakai kuas.
5. Koagulasi
a. Mekanik
b. Fisis
Contoh : penggunakan alat cottrel. Alat Cottrel biasanya dipakai pada cerobong asap di
industri-industri besar, untuk menggumpalkan asap dan debu. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi pencemaran asap dan debu yang berbahaya. Caranya dengan melewatkan asap
atau debu pada Cottrel sebelum keluar dari cerobong pabrik. Alat ini terdiri dari dua pelat
elektrode listrik bertegangan tinggi. Bila sudah jenuh elektrode tersebut dibersihkan.
c. Kimia
Contoh :
Proses pengolahan karet dari bahan mentah (lateks) dengan menambahkan asam
formiat atau cuka.
Pembentukan delta di muara sungai
Proses penjernihan air dengan menambahkan tawas. Tawas digunakan untuk
menggumpalkan partikel koloid dalam air.
6. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang ditambahkan ke dalam sistem koloid agar menjadi
stabil. Misalnya penambahan gelatin pada pembuatan es krim dimaksudkan agar es krim
tidak dapat memisah sehingga tetap terus kenyal, serta penambahan gum arab dalam
pembuatan semir dan lain-lainnya. Koloid pelindung bekerja dengan membentuk lapisan tipis
disekitar partikel-partikel koloid yang dilindungi. Dengan adanya partikel pelindung dari
koloid pelindung maka koloid yang dilindungi akan terhindar dengan kontak langsung oleh
elektrolit. Contoh, ketika sobat menambahkan gelatin (koloid liofil) ke dalam sol emas
(koloid liofob) molekul gelatin akan membentuk lapisan pelindung yang melingkupi partikel
sol emas. Gelatin melindungi sol emas agar tidak terkena elektrolit dan mengalami
penggumapaln. Gelatin di sini berperan sebagai koloid pelindung. koloid pelindung dari cat
adalah latex / binder, dimana latex / binder ini akan membentuk lapisan film transparan yang
akan melindungi dan merekatkan cat ke permukaan. Cat sendiri sebenarnya adalah pewarna
pigmen yang hanya menempel pada permukaan dan membutuhkan latex / binder sebagai
pelapis luar untuk meningkatkan ketahanan lunturnya baik dari air, gosokan maupun cahaya.
7. Dialisis
Dialisis adalah menghilangkan muatan koloid dengan cara memasukkan koloid ke dalam
membran semipermeabel dengan cara memasukkan koloid ke dalam membran
semipermeabel. Membran ini mempunyai pori-pori yang mampu ditembus oleh ion, tetapi
tidak mampu ditembus partikel koloid. Bila kantong semipermeabel tersebut dimasukkan ke
dalam aliran air, maka ion-ion yang keluar dari membran semipermeabel akan terbawa aliran
air, sedangkan koloidnya masih tetap di dalam kantung semipermeabel.
Penerapan Dialisis dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Dialisis adalah sebagai berikut :
- Proses cuci darah
Sistem koloid dapat dibuat secara langsung dengan mendispersikan suatu zat ke dalam
medium pendispersi. Selain itu, dapat dilakukan dengan mengubah suspensi menjadi koloid
atau dengan mengubah larutan menjadi koloid. Jika ditinjau dari pengubahan ukuran partikel
zat terdispersi, cara pembuatan koloid dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu pembuatan
koloid secara dispersidan pembuatan koloid secara kondensasi.
Pembuatan koloid secara dispersi adalah memperkecil partikel. Cara ini melibatkan
pengubahan ukuran partikel besar (misalnya suspensi atau padatan) menjadi ukuran partikel
koloid. Sementara itu, pembuatan koloid secara kondensasi adalah memperbesar ukuran
partikel. Pada umumnya, dari larutan diubah menjadi koloid. Secara skematis, kedua proses
tersebut dapat digambarkan sebagai proses yang berlawanan, di mana sistem koloid berada di
antara dua sistem dispersi yang lain.
2) Homogenisasi
Homogensasi adalah cara yang digunakan untuk membuat suatu zat menjadi homogen
dan berukuran partikel koloid. Misal untuk membuat koloid tipe emulsi, seperti susu. Pada
pembuatan susu, ukuran partikel lemak pada susu diperkecil hingga berukuran partikel
koloid. Caranya dengan melewatkan zat tersebut melaiui lubang berpori yang mempunyai
tekanan tinggi. Apabila partikel lemak dengan ukuran partikel koloid sudah terbentuk, zat
tersebut kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersinya.Pembuatan susu kental
manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air di
dalam mesin homogenisasi sehingga partikel partikel susu berubah menjadi seukuran
partikel koloid. Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi
mengunakan mesin homogenisasi.
3) Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat
elektrolit) untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh, proses
pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan nikel sulfida,
dengan mengalirkan gas asam sulfida.Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah
partikel partikel besar, misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan
zat pemecah tertentu. Sebagai contoh, endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi koloid
dengan menambahkan AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid
dengan menambahkan larutan NH3secukupnya. Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh
bensin, agar agar oleh air, nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat
dipeptisasi oleh H2S. Contoh lain digunakan pada pembuatan sol perak iodida (Agl). Sol
perak iodida dibuat dengan cara mencampur larutan AgN03 dengan larutan Kl berlebih.
Campuran kedua larutan ini menghasilkan endapan Agl. Endapan Agl kemudian dicuci agar
Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid
logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan dikoloidkan pada
kedua ujung elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi
loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik
mengakibatkan logam akan menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk
suatu koloid logam.
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag,
Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan
digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium
pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian,
kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam
menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin, sehingga
hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel
kolid dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.
5) Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan
sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara
ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000
Hz.
b. Pembuatan Koloid secara Kondensasi
Pembuatan koloid secara kondensasi dilakukan dengan mengubah suatu larutan
menjadi koloid. Proses ini umumnya melibatkan reaksi reaksi kimia yang menghasilkan zat
yang menjadi partikel partikel terdispersi.
1) Reaksi hidrolisis
Reaksi Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.Pembuatan koloid dengan reaksi redoks
selalu disertai dengan perubahan bilangan oksidasi,Reaksi ini umumnya digunakan untuk
membuat koloid koloid basa dari suatu garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan air).
Contoh :
- Koloid dapat dibuat melalui reaksi hidrolisis, yaitu dengan mereaksikan garam tertentu
dengan air. Misalnya Sol Fe(OH)3. Sol Fe(OH)3 dibuat dengan cara menambahkan larutan
FeCI3 ke dalam air mendidih. Larutan FeCI3 akan terionisasi menghasilkan ion Fe3+. Ion
Fe3+ ini akan mengalami reaksi hidrolisis menjadi Fe(OH)3. Reaksi yang terjadi:
2) Reaksi Redoks
Contoh :
3) Pertukaran Ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat zat yang
sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.
- Contoh koloid yang dibuat dengan cara pemindahan yaitu sol As2S3. Sol As2S3 dibuat
dengan cara mengalirkan gas asam sulfida ke dalam larutan arsen(lll) oksida.
Persamaan Reaksinya:
- Koloid lain yang dibuat melalui reaksi pemindahan yaitu sol belerang. Sol ini dibuat dengan
menambahkan larutan HCI ke dalam larutan Na2S203. Campuran ini akan menghasilkan
partikel- partikel belerang yang berukuran partikel koloid. Reaksi pada pembuatan koloid
belerang sebagai berikut.
Persamaan Reaksinya :
4) Penggantian Pelarut
Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi dengan
penggantian pelarut.
Contoh:
- Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol, maka akan terbentuk suatu
koloid berupa gel.
- Pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah dengan air.
Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air S (s) Larutan S sol belerang
c. Pembuatan Koloid secara Fisika
Cara fisika digunakan untuk membuat koloid dengan cara mengkondensasikan partikel
koloid. Proses ini dilakukan melalui cara-cara berikut.
1) Pengembunan uap
Cara pengembunan uap diterapkan pada pembuatan sol raksa (Hg). Sol raksa dibuat dengan
menguapkan raksa. Uap raksa selanjutnya dialirkan melalui air dingin sehingga mengembun
dan diperoleh partikel raksa berukuran koloid.
2) Pendinginan
Suatu koloid dapat dibuat melalui proses pendinginan, tujuannya untuk menggumpalkan
suatu larutan sehingga menjadi koloid karena kelarutan suatu zat sebanding dengan suhu.
3) Penggantian pelarut
Penggantian pelarut digunakan untuk mempermudah pembuatan koloid yang tidak dapat larut
dalam suatu pelarut tertentu, misalnya pada pembuatan sol belerang. Belerang sukar larut
dalam medium air. Oleh karena itu, air diganti dengan alkohol. Sol belerang dalam air, dibuat
dengan cara melarutkan belerang ke dalam alkohol hingga diperoleh larutan jenuh. Larutan
jenuh ini selanjutnya diteteskan sedikit demi sedikit ke dalam air hingga terbentuk sol
belerang.