Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa
tulang tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai
aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal. Dari aspek mekanikal, tulang membina
rangka tubuh badan dan memberikan sokongan yang kokoh terhadap tubuh.
Sedangkan dari dari aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ dalam seperti
jantung, paru-paru dan lainnya. Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah
putih dan plasma. Selain itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan
garam magnesium. Namun karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu
tulang dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang
terutama pada pergerakan.1,2,3
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Untuk mengetahui mengapa
dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus mengetahui keadaan fisik
tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Kebanyakan
fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan
membengkok, memutar dan tarikan. Fraktur klavikula adalah kerusakan dari tulang
klavikula (biasanya disebut dengan tulang selangka).2,4
Clavicula merupakan salah satu tulang yang sering mengalami fraktur apabila
terjadi cedera pada bahu karena letaknya yang superfisial. Pada tulang ini bisa terjadi
banyak proses patologik sama seperti pada tulang yang lainnya yaitu bisa ada
kelainan congenital, trauma (fraktur), inflamasi, neoplasia, kelainan metabolik tulang
dan yang lainnya. Fraktur clavicula bisa disebabkan oleh benturan ataupun kompressi
yang berkekuatan rendah sampai yang berkekuatan tinggi yang bisa menyebabkan
terjadinya fraktur tertutup ataupun multiple trauma.5,6

1
Clavicula adalah tulang yang paling pertama mengalami pertumbuhan pada
masa fetus, terbentuk melalui 2 pusat ossifikasi atau pertulangan primer yaitu medial
dan lateral clavicula, dimana terjadi saat minggu ke-5 dan ke-6 masa intrauterin.
Kemudian ossifikasi sekunder pada epifise medial clavicula berlangsung pada usia 18
tahun sampai 20 tahun. Dan epifise terakhir bersatu pada usia 25 tahun sampai 26
tahun.3,5

2
BAB II
STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Anggota TNI
Agama : Islam
Alamat : Jl. Poros Malino Lr. Sahabat No.22 Kel. Batang Kaluku
Kec. Somba Opu Gowa
Status perkawinan : Menikah
Suku : Makassar
Tanggal MRS : 16 april 2017
No. RM : 606054
Ruangan : Anyelir kamar 212

B. ANAMNESA
1. Keluhan utama : Nyeri pada bahu kanan
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien masuk RS. Pelamonia dengan keluhan nyeri pada bahu kanan
setelah terjatuh di rumahnya sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit (tanggal
14 April 2017 sekitar pukul 20.00). Pasien terjatuh dengan tumpuan pada
tangan kanannya. Saat ini, pasien sulit menggerakkan lengan kanannya karena
nyeri (+), bengkak pada bahu kanan (+). Tidak terdapat keluhan lain seperti
demam, mual, muntah, sesak. Riwayat diurut (-). Riwayat pengobatan (-).
3. Riwayat penyakit dahulu
- Pasien tidak pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya.
- Riwayat Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-)

3
4. Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa (-)
- Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-)
5. Riwayat pengobatan
(-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6)
2. Vital sign :
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 82x/mnt
RR : 20x/mnt
Suhu : 36,50
3. Kepala
Bentuk normocephal
4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
5. Telinga
Bentuk normotia, sekret (-), pendengaran berkurang (-).
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).
7. Mulut dan tenggorokan
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-),tonsil membesar (-),
pharing hiperemis (-).
8. Paru
Suara nafas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-).
9. Jantung
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-).

4
Status Lokalis
Regio shoulder dextra
a. Look : bahu asimetris (+), deformitas (+), bengkak (+), luka
terbuka (-),
b. Feel : hangat (+), nyeri tekan (+), neurovaskular distal (+)
c. Move : krepitasi (+), active dan passive movement (ROM
terbatas karena nyeri)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto rontgen Shoulder Dextra

5
Tanggal 16 April 2017
WBC 7,36 x103
RBC 5,96x106
HGB 15,9
PLT 286x103
GDS 105
SGOT 32
SGPT 39
HbsAg Non Reaktif
LED 16 mm/jam
CT 815
BT 145

E. RESUME
Tn. S 34 tahun masuk RS. Pelamonia dengan keluhan nyeri pada bahu kanan
setelah terjatuh di rumahnya sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit (tanggal 14
April 2017 sekitar pukul 20.00). Pasien terjatuh dengan tumpuan pada tangan
kanannya. Saat ini, pasien sulit menggerakkan lengan kanannya karena nyeri (+),
bengkak pada bahu kanan (+). Tidak terdapat keluhan lain seperti demam, mual,
muntah, sesak. Riwayat diurut (-). Riwayat pengobatan (-). BAB dan BAK
normal.
Pada pemeriksaan lokalis regio clavicula dextra didapatkan: bahu asimetris (+),
deformitas (+), bengkak (+), luka terbuka (-), hangat (+), nyeri tekan (+),
neovaskular distal (+), krepitasi (+), active dan passive movement (ROM terbatas
karena nyeri).
Pada pemeriksaan penunjang foto shoulder dextra didapatkan kesimpulan
fraktur clavicula dextra segmented.

F. DIAGNOSA
Closed Fracture Segmental Right Clavicula

6
G. PENATALAKSANAAN
Operatif : ORIF Plate and Srew besok tanggal 17 April 2017
Persiapan operasi:
- RL 20 tpm
- Informed consent
- Lapor OK
- Konsul Anastesi
- Puasa mulai pukul 24.00 wita
- Antibiotik profilaksis: cefoperazone 1gr/iv

H. PEMERIKSAAN POST OPERASI


a. 17 april 2017
Anamnesis : nyeri pada bahu kanan (+), bengkak (+), merah (+) dan sulit
menggerakkan bahu dan lengan (+)
Px. Fisik :
Status Generalis : dalam batas normal
Kesan Umum : Baik, Compos mentis
Tanda vital :
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 86x/menit
- Laju nafas : 22x/menit
- Suhu : 36,9C
Status Lokalis : a/r bahu kanan :
a. Look : bahu asimetris (+), deformitas (+), bengkak (+), luka
terbuka (-),
d. Feel : hangat (+), nyeri tekan (+), neurovaskular distal (+)
e. Move : krepitasi (+), active dan passive movement (ROM
terbatas karena nyeri)

7
Penatalaksanaan :
- Operasi ORIF hari ini tanggal 17 April 2017
- Cefoperazone 1 gr/iv
- Instruksi post op:
o RL 20 tpm
o Cefoperazone 1 gr/12j/iv
o Ketorolac 30 mg/8j/iv
o Ranitidin 50 mg/8j/iv
o Immobilisasi dengan Arm Sling
o Foto kontrol shoulder dextra
o Awasi tanda-tanda vital

Px. Penunjang : foto kontrol post ORIF Shoulder Dextra

b. 18 April 2017 Post Operasi Hari ke-1 :


Anamnesis : nyeri post op (+), pusing (-), sesak (-),mual/muntah (-), flatus
(+),BAK: lancar, BAB: belum.
Px. Fisik :

8
Status Generalis : dalam batas normal
Kesan Umum : Baik, Compos mentis
Tanda vital :
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 84x/menit
- Laju nafas : 24x/menit
- Suhu : 37C
Status Lokalis : a/r bahu kanan :
a. Look : bengkak (+), deformitas (-)
b. Feel : nyeri tekan (+), neurovaskular distal (+)
c. Move : Immobilisasi dengan Arm Sling
Penatalaksanaan :
o RL 20 tpm
o Cefoperazone 1 gr/12j/iv
o Ketorolac 30 mg/8j/iv
o Ranitidin 50 mg/8j/iv
o Immobilisasi dengan Arm Sling
o Awasi tanda-tanda vital

c. 19 April 2017 Post Operasi Hari ke-2 :


Anamnesis : nyeri post op (+), pusing (-), sesak (-),mual/muntah (-), flatus
(+), BAK: lancar, BAB: belum.
Px. Fisik :
Status Generalis : dalam batas normal
Kesan Umum : Baik, Compos mentis
Tanda vital :
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 72 x/menit
- Laju nafas : 24 x/menit
- Suhu : 36,5C

9
Status Lokalis : a/r bahu kanan :
a. Look : bengkak (+), deformitas (-)
b. Feel : nyeri tekan mulai berkurang dibandingkan hari sebelumnya,
neurovaskular distal (+)
c. Move : Immobilisasi dengan Arm Sling
Penatalaksanaan :
o RL 20 tpm
o Cefoperazone 1 gr/12j/iv
o Ketorolac 30 mg/8j/iv
o Ranitidin 50 mg/8j/iv
o Immobilisasi dengan Arm Sling
o Awasi tanda-tanda vital

d. 20 April 2017 Post Operasi Hari ke-3 :


Anamnesis : nyeri post op (+) berkurang, pusing (-), sesak (-),mual/muntah (-
), flatus (+), BAK: lancar, BAB: sudah tadi subuh 1x.
Px. Fisik :
Status Generalis : dalam batas normal
Kesan Umum : Baik, Compos mentis
Tanda vital :
- Tekanan darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 82 x/menit
- Laju nafas : 22 x/menit
- Suhu : 36,8C
Status Lokalis : a/r bahu kanan :
Look : bengkak (-), deformitas (-)
Feel : nyeri tekan minimal, neurovaskular distal (+)
Move : Immobilisasi dengan Arm Sling

10
Penatalaksanaan : Pasien boleh rawat jalan aff infus
a. Cefadroxyl 2 x 500 mg PO
b. Na.Diclofenac 2 x 50 mg PO
c. Ranitidine 2 x 150 mg PO
d. Kontrol dan rawat luka di poli ortopedi
e. Pertahankan arm sling

11
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus yang terjadi pada Tn S 34 tahun, dengan diagnosa Closed Fracture
Segmental Right Clavicula. Berdasarkan teori, pada orang dewasa insiden fraktur
clavicula sekitar 40 kasus dari 100.000 orang, dengan perbandingan laki-laki
perempuan adalah 2 : 1. Terdapat 5-10% fraktur clavicula dari semua jenis fraktur.
Fraktur ini kebanyakan terjadi pada pria yang berusia kurang dari 25 tahun, namun
juga lebih sering terjadi pada pria yang lebih tua, yaitu >55 tahun dan pada wanita>75
tahun.
Diagnosa tersebut berdasarkan dengan pertimbangan berikut ini :
1. Berdasarkan anamnesis: keluhan penderita yaitu keluhan nyeri pada bahu
kanan setelah terjatuh di rumahnya sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit (tanggal
14 April 2017 sekitar pukul 20.00). Pasien terjatuh dengan tumpuan pada tangan
kanannya. Saat ini, pasien sulit menggerakkan lengan kanannya karena nyeri (+),
bengkak pada bahu kanan (+). Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita dating dengan
keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan
setiap gerakan lengan sehingga sulit untuk mengangkat lengan atau bahu.
2. Pada pemeriksaan fisik khususnya pada lokalis regio clavicula dextra
didapatkan: bahu asimetris (+), deformitas (+), bengkak (+), luka terbuka (-), hangat
(+), nyeri tekan (+), neurovaskular distal (+), krepitasi (+), active dan passive
movement (ROM terbatas karen nyeri). Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan
kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang
menonjol akibat desakan dari fragmen fraktur. Pembengkakan lokal akan terlihat
disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan
sirkulasi yang mengikuti fraktur.

12
3. Pada pemeriksaan penunjang foto shoulder dextra didapatkan kesimpulan
fraktur clavicula dextra segmented.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pasien, disimpulkan bahwa pasien didiagnosa sebagai Closed Fracture Segmental
Right Clavicula.
Penanganan pada pasien ini yaitu penanganan operatif berupa open reduction
internal fixation (ORIF) berupa pemasangan plate and screw 4 buah dilanjutkan
dengan penanganan non operatif berupa pemakaian arm sling. Tujuan penanganan ini
adalah terjadinya imobilisasi pada daerah fracture agar terjadi pertautan (union) pada
daerah clavicula tepat sehingga tidak menimbulkan deformitas.
Prognosis bergantung pada berat ringannya trauma yang dialami, bagaimana
penanganan yang tepat dan usia penderita. Pada pasien ini karena trauma yang terjadi
ringan tanpa komplikasi, penanganan yang dilakukan cepat dan tepat berupa
pemasangan ORIF dan pemakaian arm sling maka prognosisnya adalah dubia et
bonam.

13
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

III.1 EPIDEMIOLOGI
Pada orang dewasa insiden fraktur clavicula sekitar 40 kasus dari 100.000
orang, dengan perbandingan laki-laki perempuan adalah 2 : 1. Fraktur pada
midclavicula yang paling sering terjadi yaitu sekitar 85% dari semua fraktur
clavicula, sementara fraktur bagian distal sekitar 10% dan bagian proximal sekitar 5%
(Hahn B, 2007). Fraktur ini kebanyakan terjadi pada pria yang berusia kurang
dari 25 tahun, namun juga lebih sering terjadi pada pria yang lebih tua, yaitu >55
tahun dan pada wanita>75 tahun.5,6,7
Sekitar 2% sampai 5% dari semua jenis fraktur merupakan fraktur clavicula.
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon, frekuensi fraktur clavicula
sekitar 1 kasus dari 1000 orang dalam satu tahun. Fraktur clavicula juga merupakan
kasus trauma pada kasus obstetrik dengan prevalensi 1 kasus dari 213 kasus kelahiran
anak yang hidup.6,7

III.2 ETIOLOGI
a. Trauma langsung : trauma bahu hantaman langsung ke bahu atau adanya
tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras.
Oleh karena jaringan subcutan klavikula yang tipis, membuat klavikula rentan
terhadap trauma. Dengan posisi langsung, sama seperti tibia atau ulna.
Mekanisme tersebut dapat terjadi baik karena trauma tumpul maupun trauma
tajam. Karena trauma langsung tidak tergantung dari kekuatan otot atau posisi
lengan atas, semua regio klavikula mudah terkena. Aktivitas olahraga dapat
menyebabkan trauma langsung terhadap klavikula termasuk bersepeda
maupun bermain ski. Berdasarkan studi terbaru dari swedia didapat bahwa
bersepeda merupakan penyebab utama terjadinya fraktur klavikula baik pada
laki-laki maupun perempuan.Beberapa grup peneliti dari Jepang memeriksa

14
3103 kasus fraktur ekstremitas atas atau dislokasi pada pemain ski salju dan
ski. Fraktur klavikula banyak terjadi pada pemain ski (32%) sedangkan
pemain ski salju paling banyak terkena fraktur pada pergelangan tangan (62%
dari jumlah seluruhnya).2,7,8
b. Trauma tidak langsung : outstreched hand akibat jatuh dengan posisi
lengan terputar/tertarik keluar dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan
tangan sampai clavicula. Allman menjelaskan bahwa mekanisme trauma
fraktur klavikula yaitu jatuh dengan tangan terulur atau jatuh dengan bahu
sebagai tumpuan. Berdasarkan data-data terbaru, trauma langsung merupakan
penyebab utama fraktur klavikula. Stanley et al meneliti 122 pasien yang
terkena fraktur klavikula, 87% terjadi dengan bahu sebagai tumpuan, dan
hanya 6% yang jatuh dengan tangan terulur. Tidak ditemukan hubungan
antara lokasi fraktur dan mekanisme trauma. Mekanisme utama penyebab
fraktur klavikula adalah kompresi. Untuk sebagian besar fraktur klavikula,
diperlukan ruda paksa secara langsung pada bagian lateral bahu. Kecuali bila
lengan atas secara signifikan terulur ke bahu, akan menyebabkan ketegangan
dan bukan kompresi yang menyebabkan fraktur klavikula.2,7,8

III.3 ANATOMI
Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial
melengkung lebih besar dan menuju ke anterior. Lengkungan bagian lateral lebih
kecil dan menghadap ke posterior. Ujung medial clavicula disebut extremitas
sternalis, membentuk persendian dengan sternum, dan ujung lateral disebut
extremitas acromialis, membentuk persendian dengan acromion.2,3,7
Facies superior clavicula agak halus, dan pada facies inferior di bagian medial
terdapat tuberositas costalis. Disebelah lateral tuberositas tersebut terdapat sulcus
subclavius, tempat melekatnya m. Subclavius, dan disebelah lateralnya lagi terdapat
tuberositas coracoidea, tempat melekat lig. Coracoclaviculalis. Pada facies medialis
clavicula terdapat foramen nutricium, yang dilalui oleh pembuluh darah.2,3,7

15
Gambar 1. Anatomi Clavicula

Beberapa otot yang penting mempunyai origo dan insersi di klavikula. Pada
bagian medial, terdapat origo dari pectoralis mayor dan sternohyoid. Sudut dari
fraktur klavikula yang paling penting, yaitu pada superomedial klavikula dengan
origo pada sternocleidomastoid. Pada fraktur pertengahan klavikula, origo tersebut di
konversikan kepada insersi, sternocleidomastoid menjadi elevator medial klavikula.
Pada permukaan bawah pertengahan klavikula merupakan titik insersi dari otot
subclavius. Pada bagian lateral, anterior klavikula merupakan tempat dari origo
deltoid bagian anterior dengan klavikula bagian posterosuperior juag menjadi insersi
tambahan dari otot trapezius. Otot lain yang penting yang berhubungan dengan
anatomi klavikula yaitu platysma. Otot platysma berlokasi pada jaringan subcutan
pada fascia cervical, platysma mempunyai origo diatas deltoid dan pectoralis mayor
dan menyilang pada permukaan anterior superfisial klavikula sebelum berinsersi pada
mandibula, kulit, dan otot mulut.2,3,4
Dari segi sudut pandang untuk kepentingan bedah, anatomi neurovaskular
dibagi menjadi anterior dan posterior. Pada bagian anterior, struktur yang paling
utama yaitu saraf supraclavicular. Percabangan dari pleksus cervical, saraf tersebut
berorigo sebagai trunkus pada batas posterior dari sternocleidomastoid. Trunkus
tersebut dibagi menjadi anterior, pertengahan, dan saraf posterior yang melintasi
permukaan superfisial dari bagian dalam klavikula sampai platysma. Jupiter dan Ring

16
merekomendasikan lokasi dan preservasi saraf supraclavicularselama pendekatan
bedah pada pertengahan klavikula. Tulang klavikula mempunyai fungsi yang penting
sebagai tulang pelindung pleksus brakhialis, vena jugular dan subclavia. Secara
spesifik, permukaan superior dari pertengahan klavikula membentuk batas inferior
dari segitiga posterior leher. Isi dari sgitiga tersebut yang penting adalah pleksus
brachialis dan arteri subclavia. 2,3,4

III.4 KLASIFIKASI
Lokasi patah tulang pada clavicula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman
tahun 1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang
clavicula menjadi 3 kelompok:7,8
1. Kelompok 1 : patah tulang pada sepertiga tengah tulang clavicula (insidensi
kejadian 75-80%) pada daerah ini tulang lemah dan tipis serta umumnya
terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2 : patah tulang clavicula pada sepertiga distal (15-25%).
Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni
(yakni, conoid dan trapezoid).
a. Tipe 1 : Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclavicular.
b. Tipe 2A : Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan
ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen.

17
c. Tipe 2B : Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun
kedua-duanya.
d. Tipe 3 : Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan
AC joint.
e. Tipe 4 : Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen
proksimal berpindah keatas.
f. Tipe 5 : Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3 : patah tulang clavicula pada sepertiga proksimal (5%) pada
kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

Gambar 2. Klasifikasi Fraktur Clavicula

III.5 PATOFISIOLOGI
Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi atau
penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang
tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh, kecelakaan
olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.4,7
Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun
ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula

18
bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian
medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur
dibandingkan daerah distal ataupun proksimal. Karena posisinya yang terletak
dibawah kulit (subcutan) maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. 4,7

III.6 DIAGNOSIS
a. Gejala Klinis
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita
datang dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu
dan diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien
akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar
krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat
desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat
disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan
sirkulasi yang mengikuti fraktur. Fraktur pada bagian tengah clavicula, pada
inspeksi bahu biasanya asimetris, agak jatuh kebawah, lebih kedepan ataupun
lebih ke posterior. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang.8,9,10

19
b. Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis fraktur klavikula biasanya terlihat dari radiografi proyeksi AP. Pada
keadaan emergensi, ahli bedah dapat hanya menggunakan foto dada dengan
proyeksi AP untuk mendiagnosis fraktur klavikula. Untuk visualisasi yang
lebih baik, radiografi dengan proyeksi oblik dapat membantu. Untuk
mendapatkan visualisasi tersebut, arah sinar datang dari sudut 20 derajat dari
arah cephalad, dengan posisi lengan abduksi 135 derajat.9,10

Gambaran radiologis fraktur klavikula;


(A) Proyeksi AP (B) Proyeksi oblik.

III.7 PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penanganan patah tulang klavikula adalah untuk
mencapai penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas,
hilangnya fungsi, dan sisa kelainan bentuk. Kebanyakan patah tulang
klavikula telah berhasil ditangani dengan metode tanpa operasi. Perawatan
nonoperative dengan cara mengurangi gerakan di daerah patah tulang. Tujuan
penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya dengan cara
reduksi tertutup dan imobilisasi sehingga menempatkan ujung-ujung dari
patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar
mereka tetap menempel sebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi
deformitas dan proses penyembuhan tulang yang mengalami fraktur lebih
cepat. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka
delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini,

20
menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila
dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai
untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri
aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. 6,7,8

Proses penyembuhan pada fraktur clavicula memerlukan waktu yang


cukup lama. Penanganan nonoperative dilakukan dengan pemasangan arm
sling selama 6 minggu. Selama masa ini pasien harus membatasi pergerakan
bahu, siku dan tangan. Setelah sembuh, tulang yang mengalami fraktur
biasanya kuat dan kembali berfungsi. Pada beberapa patah tulang, dilakukan
pembidaian untuk membatasi pergerakan. atau mobilisasi pada tulang untuk
mempercepat penyembuhan. Patah tulang lainnya harus benar-benar tidak
boleh digerakkan (immobilisasi). 6,7,8
Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya
ligament coracoclavicular atau acromioclavicular dapat ditangani dengan sling
dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan
terputusnya ligamen coracoclavicular, akan terjadi pergeseran, yang harus
ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna. Selama imobilisasi
pasien diperkenankan melakukan latihan gerakan tapi harus menghindari
aktivitas yang berat. Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan
yang dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala
klinis dan kemudian setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala
klinis. Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi

21
akan lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan tulang yang biasanya
dapat dilihat padaminggu ke 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase remodeling
pada proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah
berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu
secara penuh, dan kekuatan kembali normal. 9,10
Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut: 6,7,10
1.Fraktur terbuka.
2.Terdapat cedera neurovaskuler.
3.Fraktur comminuted.
4.Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5.Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6.Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion).
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri. Obatobat yang dapat digunakan adalah obat kategori
analgesik antiinflamasi seperti acetaminophen dan codeine dapat juga obat
golongan NSAIDs seperti ibuprofen. 9,10

III.8 BONE HEALING (Proses Penyembuhan Tulang)


Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai
usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya.
Penyembuhan dari fraktur dipengaruhi oleh beberapa faktor lokal dan faktor
sistemik, adapun faktor lokal:
a. Lokasi fraktur
b. Jenis tulang yang mengalami fraktur.
c. Reposisi anatomis dan immobilasi yang stabil.
d. Adanya kontak antar fragmen.
e. Ada tidaknya infeksi.
f. Tingkatan dari fraktur.
Adapun faktor sistemik adalah :

22
a. Keadaan umum pasien
b. Umur
c. Malnutrisi
d. Penyakit sistemik.
Proses penyembuhan fraktur ini secara garis besar dibedakan atas 5 fase,
yakni fase hematom (inflamasi), fase proliferasi, fase kalus, osifikasi dan
remodelling.2,11,12,13
1. Fase Inflamasi:
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan
berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam
jaringan yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang.
Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan
darah terjadi hipoksia dan inflamasi yang menginduksi ekpresi gen dan
mempromosikan pembelahan sel dan migrasi menuju tempat fraktur untuk
memulai penyembuhan. Produksi atau pelepasan dari faktor pertumbuhan
spesifik, Sitokin, dapat membuat kondisi mikro yang sesuai untuk : (1)
Menstimulasi pembentukan periosteal osteoblast dan osifikasi intra
membran pada tempat fraktur, (2) Menstimulasi pembelahan sel dan
migrasi menuju tempat fraktur, dan (3) Menstimulasi kondrosit untuk
berdiferensiasi pada kalus lunak dengan osifikasi endokondral yang
mengiringinya. Berkumpulnya darah pada fase hematom awalnya diduga
akibat robekan pembuluh darah lokal yang terfokus pada suatu tempat
tertentu. Namun pada perkembangan selanjutnya hematom bukan hanya
disebabkan oleh robekan pembuluh darah tetapi juga berperan faktorfaktor
inflamasi yang menimbulkan kondisi pembengkakan lokal. Waktu
terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 3 minggu.
2. Fase proliferasi
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk
benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan

23
osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan
menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada
patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrous dan tulang rawan
(osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang
rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah
tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak struktur kalus.
Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 3 setelah terjadinya fraktur dan
berakhir pada minggu ke 4 8.
3. Fase Pembentukan Kalus
Merupakan fase lanjutan dari fase hematom dan proliferasi mulai
terbentuk jaringan tulang yakni jaringan tulang kondrosit yang mulai
tumbuh atau umumnya disebut sebagai jaringan tulang rawan. Sebenarnya
tulang rawan ini masih dibagi lagi menjadi tulang lamellar dan
wovenbone. Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan
tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen
patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrous, tulang rawan, dan
tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk
menghubungkan efek secara langsung berhubungan dengan jumlah
kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu
agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrous.
Secara klinis fragmen tulang tidak bisa lagi digerakkan. Regulasi dari
pembentukan kalus selama masa perbaikan fraktur dimediasi oleh ekspresi
dari faktor-faktor pertumbuhan. Salah satu faktor yang paling dominan
dari sekian banyak faktor pertumbuhan adalah Transforming Growth
Factor-Beta 1 (TGF-B1) yang menunjukkan keterlibatannya dalam
pengaturan differensiasi dari osteoblast dan produksi matriks ekstra
seluler. Faktor lain yaitu: Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF)
yang berperan penting pada proses angiogenesis selama penyembuhan
fraktur. (chen,et,al,2004).

24
Pusat dari kalus lunak adalah kartilogenous yang kemudian bersama
osteoblast akan berdiferensiasi membentuk suatu jaringan rantai osteosit,
hal ini menandakan adanya sel tulang serta kemampuan mengantisipasi
tekanan mekanis. Proses cepatnya pembentukan kalus lunak yang
kemudian berlanjut sampai fase remodelling adalah masa kritis untuk
keberhasilan penyembuhan fraktur.
Jenis-jenis Kalus
Dikenal beberapa jenis kalus sesuai dengan letak kalus tersebut berada
terbentuk kalus primer sebagai akibat adanya fraktur terjadi dalam waktu
2 minggu Bridging (soft) callus terjadi bila tepi-tepi tulang yang fraktur
tidak bersambung. Medullary (hard) Callus akan melengkapi bridging
callus secara perlahan-lahan. Kalus eksternal berada paling luar daerah
fraktur di bawah periosteum periosteal callus terbentuk di antara
periosteum dan tulang yang fraktur. Interfragmentary callus merupakan
kalus yang terbentuk dan mengisi celah fraktur di antara tulang yang
fraktur. Medullary callus terbentuk di dalam medulla tulang di sekitar
daerah fraktur.
4. Stadium Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yang terus menerus, tulang
yang immature (woven bone) diubah menjadi mature (lamellar bone).
Keadaan tulang ini menjadi lebih kuat sehingga osteoklast dapat
menembus jaringan debris pada daerah fraktur dan diikuti osteoblast yang
akan mengisi celah di antara fragmen dengan tulang yang baru.
Proses ini berjalan perlahan-lahan selama beberapa bulan sebelum
tulang cukup kuat untuk menerima beban yang normal.
5. Stadium Remodelling.
Fraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat dengan
bentuk yang berbeda dengan tulang normal. Dalam waktu berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun terjadi proses pembentukan dan penyerapan tulang
yang terus menerus lamella yang tebal akan terbentuk pada sisi dengan

25
tekanan yang tinggi. Rongga medulla akan terbentuk kembali dan
diameter tulang kembali pada ukuran semula. Akhirnya tulang akan
kembali mendekati bentuk semulanya, terutama pada anak-anak. Pada
keadaan ini tulang telah sembuh secara klinis dan radiologi.

III.9 REHABILITASI
Rehabilitation, mengembalikan aktiftas fungsional seoptimal mungkin.
Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:
a. Mengurangi rasa nyeri, Trauma pada jaringan disekitar fraktur
menimbulkan rasa nyeri yang hebat bahkan sampai menimbulkan
syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat penghilang rasa nyeri,

26
serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai / spalk,
maupun memasang gips.
b. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Seperti pemasangan
traksi kontinyu, fiksasi eksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai
maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasi yang bersifat
sementara saja.
c. Membuat tulang kembali menyatu. Tulang yang fraktur akan mulai
menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna
dalam waktu 6 bulan.
d. Mengembalikan fungsi seperti semula. Imobilisasi dalam jangka waktu
yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi.
Maka untuk mencegah hal tersebut diperlukan upaya mobilisasi.

III.10 KOMPLIKASI
a. Komplikasi akut : 6,10
- Cedera pembuluh darah dan saraf : vena dan arteri subclavia serta pleksus
brachialis.
- Pneumouthorax
- Haemothorax
b. Komplikasi lambat : 6,10
- Malunion:
Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya,
namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal. Biasanya berupa
pemendekan dengan adanya angulasi. Sebagian besar merupakan masalah
kosmetik, dimana fungsi dari bahu masih normal. Eskola melaporkan bahwa
pemendekan yang lebih dari 15 mm dapat menimbulkan nyeri oleh karena
adanya penonjolan dari fragmen tulang. Diperlukan osteotomy, cangkok
tulang, dan fiksasi untuk memperbaiki deformitas tersebut.
- Nonunion:

27
Didiagnosa dari jika tidak ada penyambungan tulang secara radiografi selama
4 sampai 6 bulan. Daerah yang paling sering terkena yaitu pada pertengahan
klavikula karena hanya sedikit jaringan lunak yang menempel. Insidensi
sekitar 0,9 % sampai 4 %. Faktor predisposisinya yaitu karena immobilisasi
yang tidak adekuat, fragment fraktur yang terlalu bergeser, lokasi daerah
fraktur, fraktur terbuka, dan adanya refaktrur.

III.9 PROGNOSIS
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat
ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan usia
penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan sangat cepat,
sementara pada orang dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika penanganan
baik maka komplikasi dapat diminimalisir. Fraktur clavicula disertai multiple trauma
memberi prognosis yang lebih buruk daripada pognosis fraktur clavicula murni. 6,10

28
BAB V
KESIMPULAN

Tn. S 34 tahun masuk RS. Pelamonia dengan keluhan nyeri pada bahu kanan
setelah terjatuh di rumahnya sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit (tanggal 10
April 2017 sekitar pukul 20.00). Pasien terjatuh dengan tumpuan pada tangan
kanannya. Saat ini, pasien sulit menggerakkan lengan kanannya karena nyeri (+),
bengkak pada bahu kanan (+).
Pada pemeriksaan lokalis regio clavicula dextra didapatkan: bahu asimetris (+),
deformitas (+), bengkak (+), luka terbuka (-), hangat (+), nyeri tekan (+), krepitasi
(+), neurovaskular distal (+), active dan passive movement (ROM terbatas karena
nyeri).
Pada pemeriksaan penunjang foto shoulder dextra didapatkan kesimpulan
fraktur clavicula dextra segmented.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pasien, disimpulkan bahwa pasien didiagnosa sebagai Closed Fracture Segmental
Right Clavicula.
Penanganan pada pasien ini yaitu penanganan operatif berupa open reduction
internal fixation (ORIF) berupa pemasangan plate and screw 4 buah dilanjutkan
dengan penanganan non operatif berupa pemakaian arm sling.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh


Manusia.Bandung: Graha Ilmu Publishing, 2009, p.3-4.
2. Appley, A Graham. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley Edisi 7,
Jakarta: Widya Medika. 1995.
3. Sjmsuhidajat R, Jong WD. Sistem muskuloskeletal. In: Buku ajar ilmu
bedah.2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004, p. 841.
4. Rasjad C. Trauma. In: Pengantar ilmu bedah ortopedi. 6th ed. Jakarta:
Yarsif Watampone, 2009, p. 355-356.
5. Abbasi D. Clavicle Fractures. [Cited] November, 9th 2012. Available
from:URL:http://www.orthobullets.com/trauma/1011/clavicle-fractures
6. Trurnble TE, Budoff JE, Cornwall R, editors. Hand, Elbow and Shoulder:
Core Knowledge in orthopaedics. I ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2006.
p.623-7.
7. Hahn B. Clavicle, Fractures and Dislocations. In: Bruno MA, Coombs BD,
Pope TL, Krasny RM, Chew FS, editors [online]. 2007 [cited 2012 October
15] . Available from: URL:http://www.emedicine.com.
8. Pecci M, Kreher JB. Clavicle fracture. [Cited] January, 1st2008.
Availablefrom: URL: http://www.aafp.org/afp/2008/0101/p65.html.
9. Rubino LJ. Clavicle Fracture. [Cited] March, 7th 2012. Available from:
URL:http://emedicine.medscape.com/article/1260953-overview#a0199.
10. Wright M. Clavicle Fracture. [Cited] April, 20th 2010. Available from:
URL:http://www.patient.co.uk/doctor/Fractured-Clavicle.htm
11. Jay. R. liberman, M. D. and Gary E Friedlaender . Bone Regeneration and
Repair, Human Press, new jersey, United States of America.21-38,2005
12. Buckley, R., . General Principle of Fracture Care, Department of Surgery,
Division of Orthopaedi, University of Calgary, Canada:4-32,2004

30
13. Canale, S. T. Fracture Healing ( Bone Regeneration ), In: Campbells
Operative Orthopaedic, Tenth Edition, Vol : 3, Mosby, United States of
America.2686-2693,2003
14. Ford, J. L., et. Al. . Endochondral Ossification in Fracture Callus During long
Bone Repair: The Localisaation of Cavity lining cells within the cartilage,
New York, United States of America:54,2004

31

Вам также может понравиться