Вы находитесь на странице: 1из 65

94

BAB III
JENIS WELL LOGGING

Logging pada dasarnya adalah salah satu metode perekaman besaran-


besaran fisik batuan reservoir terhadap kedalaman lubang bor yang dinyatakan
dalam bentuk grafik. Operasi ini menggunakan suatu instrument khusus (sonde)
yang diturunkan kedalam lubang bor menggunakan kabel (wireline) pada saat
lubang bor terisi fluida pemboran.
Tujuan logging adalah menentukan besaran-besaran fisik dari batuan
reservoir (anntara lain porositas, saturasi air formasi, ketebalan lapisan produktif).
Oleh karenanya log dari sumur pemboran mempunyai peranan yang sangat
penting untuk pencarian hidrokarbon dan sekaligus untuk mengetahui sejauh
mana penyebarannya dengan melakukan suatu interpretasi dari hasil log, baik
secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Dengan demikian nantinya diharapkan
kesimpulan hasil interpretasi akan dapat digunakan untuk menghitung cadangan
hidrokarbon.
Jenis alat wireline logging didasarkan pada identifikasi formasi meliputi :

1. Log-log yang menunjukkan zona porous permeabel (lithologi tool)

2. Log-log yang mengukur resistivitas formasi (resistivity tool)

3. Log-log yang mengukur porositas formasi (porosity tool)

3.1. Log-log yang Menunjukkan Zona Porous Permeabel


Langkah awal dalam interpretasi logging (penilaian formasi) adalah
mengidentifiksi lapisan porous dan permeabel. Jenis log yang digunakan
untuk identifikasi lapisan permeabel adalah :

a. Log Spontaneous Potential (SP)


b. Log Gamma Ray (GR)
3.1.1. Spontaneous Potensial Log (SP log)
Kurva SP log merupakan salah satu pengukuran pertama yang dilakukan
pada lubang bor. Tujuan utamanya adalah membedakan formasi shale dengan
95

formasi non-shale. Sebagai lithologi tool, SP log juga digunakan untuk


menentukan batas lapisan dan ketebalan lapisan. Prinsip dasar pengukuran SP log
adalah pencatatan perbedaan potensial antar elektroda tetap di permukaan dengan
elektroda yang bergerak didalam lubang bor, terhadap kedalaman lubang bor.

Gambar 3.1.
Skema Rangkaian Dasar SP Log.6)
Prinsip Kerja
Sponteneous Potensial merupakan sirkuit sederhana yang terdiri dari dua
buah elekroda dan sebuah galvanometer. Sebuah elektroda (M) diturunkan ke
dalam lubang bor dan elektroda yang lain (N) ditanam di permukaan. Disamping
itu masih juga terdapat sebuah baterai dan sebuah potensiometer untuk mengatur
potensial diantara kedua elektroda tersebut. Skema rangkaian dasar SP log dapat
dilihat pada Gambar 3.1.
Bentuk defleksi positif atau negatif terjadi karena adanya perbedaan
salinitas antara kandungan potensial (gaya elektromotif) dalam batuan dengan
lumpur. Bentuk ini disebabkan oleh karena adanya hubungan antara arus listrik
96

dengan gaya-gaya elektromotif (elektrokimia dan elektrokinetik) dalam batuan.


Adapun komponen dasar elektromotif dari SP, yaitu :
1. Elektrokimia.
a. Membran Potensial
Membran potensial, terjadi karena adanya struktur dan muatannya, maka
lapisan shale bersifat permeabel terhadap kation Na dan bersifat tak-
permeabel terhadap anion Cl. Jika lapisan shale memisahkan dua larutan
yang mempunyai perbedaan konsentrasi NaCl, maka kation Na bergerak
menembus shale dari larutan yang mempunyai konsentrasi tinggi ke larutan
yang mempunyai kosentrasi rendah, sehingga terjadi suatu potensial.
b.Liquid Junction Potensial.
Liquid junction potensial, terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara
air filtrate dengan air formasi, sehingga kation Na dan ion Cl dapat saling
berpindah selama ion Cl mempunyai mobilitas yang lebih besar dari Na,
maka terjadi aliran muatan negative Cl dari larutan yang berkonsentrasi
tinggi ke larutan yang berkonsentrasi rendah.

2. Elektrokinetik.
Filtrat lumpur bisa saja tertekan masuk ke dalam formasi sebagai akibat
dari perbedaaan antara tekanan formasi dan tekanan hidrostatik. Proses filtrasi
menghasilkan potensial elektrokinetik. Mudcake yang terbentuk pada lapisan
porous permeabel mengandung partikel clay yang mempunyai lapisan double
elektrik. Karena adanya perbedaan konsentrasi ion antara bound clay water dan
free water, perbedaan potensial muncul. Apabila tekanan dikenakan pada larutan,
maka larutan akan mengalir dan mengakibatkan potensial elektrokinetik.

Jika pengaruh SP log melalui lapisan cukup tebal dan kondisinya bersih
dari clay, maka defleksi kurva akan mencapai maksimum. Defleksi SP yang
demikian disebut statik SP atau SSP, yang dituliskan dalam persamaan sebagai
berikut :
460 0 t 0 F Rmf
SSP K log ....(3-1)
537 Rw
97

Keterangan :
SSP = statik spontaneous potensial, mv.
K = konstanta lithologi batuan (=70.7 pada 77oF)
toF = temperatur formasi, o F.
Rmf = tahanan jenis air filtrat lumpur, ohm-m.
Rw = tahanan jenis air formasi, ohm-m.

Defleksi kurva SP selalu dibaca dari shale base line, dimana bentuk dan besar
defleksi dapat dipengaruhi oleh ketebalan lapisan batuan formasi, tahanan jenis
lapisan batuan, dan tahanan shale dalam lapisan batuan serta lumpur, diameter
lubang bor, invansi air filtrat lumpur. Contoh defleksi kurva SP log dapat dilihat
pada gambar 3.2.

Gambar 3.2.
Contoh SP Log 22)
98

Satuan ukuran dalam spontaneous potensial adalah mv (milivolts). Harga


skala yang normal per bagian adalah antara 10-20 mv, sedangkan untuk lumpur
yang terlalu saline (kadar garam NaCl tinggi) skala yang sering digunakan per
bagian adalah antara 4-5 mv.
Fungsi dari SP log
1. Membedakan lapisan porous permeabel (sandstone, limestone, dolomite)
dari lapisan nonpermabel (shale dan clay)
2. Menentukan nilai Rw
3. Menentukan batas dan ketebalan lapisan
Kondisi Optimum
1. Digunakan pada lumpur jenis water base mud
2. Rmf Rw
3. Pada clean sand formation dan lapisan tebal
4. Open hole
5. Invasi lumpur dangkal

3.1.2. Gamma Ray Log


Gamma ray log dapat menggantikan SP log bila kondisi lubang bor tidak
cocok untuk SP log.
Kandungan radioaktif pada batuan shale umumnya lebih tinggi
dibandingkan dengan batuan lain, sehingga gamma ray log akan dapat
membedakan lapisan-lapisan shale dengan jelas. Selain itu juga dapat digunakan
untuk korelasi dan mengontrol kedalaman lubang sumur untuk perforasi karena
log in dapat digunakan pada lubang bor yang sudah dicasing serta tidak ada
pembatasan dalam penggunaan lumpur. Selain itu dapat juga untuk mengindikasi
adanya lapisan shaly-sand pada interpretasi log listrik. Skema rangkaian gamma
ray log dapat dilihat pada gambar 3.3.
Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari gamma ray log adalah mencatat adanya kandungan
radioaktif alami di dalam formasi. Sumber radioaktif batuan adalah uranium,
thorium dan potassium. Ketiga unsur tersebut memancarkan sinar alpha, beta dan
99

gamma, tetapi yang dapat ditangkap oleh detector hanya sinar gamma, karena
mempunyai daya tembus yang besar. Besar kecilnya intensitas radioaktif
tergantung dari jenis batuanya, sehingga besar kecilnya intensitas mencerminkan
jenis batuannya. Ada bermacam-macam jenis alat (chamber) yang dapat mencatat
radiasi sinar radioaktif, yaitu Ionitation Chamber, Geiger Muller Counter, dan
Scintilation Counter.

Gambar 3.3.
Skema rangkaian gamma ray log 17)
Ionizaton Chamber
Merupakan tabung isolasi sederhana yang terdiri dari sebuah tabung berisi
gas bertekanan tinggi dan ditengahnya terdapat kawat bertekanan, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 3.4. Sinar gamma yang masuk pada chamber akan
berinteraksi dengan gas yang kemudian akan menimbulkan gerakan elektron yang
cepat. Karena tabrakan dengan gas maka gerakan elektron tersebut makin lama
100

akan makin lambat, akibatnya dapat ditangkap oleh kawat yang bermuatan positif.
Akibatnya akan timbul arus listrik dalam chamber tersebut. Arus yang dihasilkan
dari sinar gamma inilah yang akan dideteksi.

Gambar 3.4.
Ionization Chamber 17)
Geiger Muller Counter
Prinsipnya sama dengan ionisasi namun tegangan kawatnya lebih tinggi
dan tekanan gas lebih rendah. Pada alat ini sinar gamma yang masuk akan
melemparkan elektron kedalam gas dimana electron tersebut akan membebaskan
elekteron pada saat gerakannya mulai lambat. Electron-elektron sekunder ini akan
oleh kawat dengan cepat., sehingga diperoleh tenaga untuk melemparkan elektron
tambahan pada saat bertabrakan dengan gas. Keadaan ini berulang sampai terjadi
ionisasi, seperti diterangkan pada gambar 3.5.

Gambar 3.5
Geiger Muller Counter 17)
101

Scintillation Counter
Terdiri dari 2 komponen utama, yaitu:
1. Kristal transparan yang dapat mengeluarkan kilatan cahaya sangat kecil bila
dilewati sinar gamma.
2. Sebuah photo multiplier tube, yang menghasilkan dorongan listrik bila kilatan
cahaya melanggarnya.
Prinsip kerja alat ini adalah, radiasi sinar gamma yang masuk ke counter dengan
melewati kristal transparan, sehingga akan menimbulkan photon-photon cahaya.
Photon cahaya ini akan dipancarkan berupa elektron oleh elektroda ke multiplier
yang akan memancarkan dan memantulkan kembali elektron tersebut dalam
jumlah yang lebih banyak ke multiplier berikutnya. Proses ini berlangsung sampai
10 tingkat, sehingga jumlah elektron akan semakin banyak. Getaran-getaran
cahaya elektron inilah yang kemudian dicatat(lihat gambar 3.6). bentuk defleksi
kurva gamma ray log dapat dilihat pada gambar 3.7.

Gambar 3.6
Scintillation Counter 17)
Fungsi Gamma Ray Log
1. Menentukan lapisan porous dan permeabel
2. Membedakan lapisan-lapisan shale dan non shale.
3. Mengetahui besarnya kandungan clay (Vclay)
4. Mendeteksi mineral-mineral radioaktif.
102

Kondisi Optimum
1. Open hole maupun cased hole
2. Kedalaman penetrasi 6-12 inch
3. Resolusi vertikal 3 ft

Gambar 3.7.
Bentuk Defleksi Kurva Gamma Ray Log 6)

3.2. Log-log yang Mengukur Resistivitas (Resistivity Tool)


Resistvity tool digunakan untuk mengukur tahanan jenis batuan formasi
beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif, salinitas
air formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan. Resistivitas
formasi adalah salah satu parameter utama yang diperlukan untuk menentukan
saturasi hidrokarbon suatu formasi. Arus listrik dapat mengalir di dalam formasi
batuan dikarenakan konduktivitas dari air yang dikandungnya. Batuan kering dan
hidrokarbon merupakan insulator yang baik kecuali beberapa jenis mineral seperti
103

graphite dan sulfide besi. Oleh sebab itu, formasi di bawah tanah memiliki
resistivitas yang dapat diukur secara terbatas karena air yang terkandung di dalam
pori-pori atau yang terserap dalam molekul lempung.
Resistivitas formasi, tergantung pada: resistivitas air formasi, jumlah air
formasi yang ada, struktur geometri pori-pori. Ada dua metode dasar untuk
pengukuran resistivitas formasi :
a. Metode konduksi yang hanya dapat digunakan pada lubang sumur yang
berisikan hanya fluida yang konduktif saja.
b. Metode induksi dapat digunakan pada lubang sumur yang berisikan fluida
yang konduktif dan fluida tidak konduktif.

Pengaruh Invasi pada Pengukuran Resistivitas


Berbicara masalah resistivitas, Rt diasumsikan berada pada reservoir yang
tak terganggu oleh invasi apapun. Kesulitan untuk melakukan pengukuran Rt
adalah adanya gangguan yang disebabkan oleh adanya invasi. (gambar 3.8).

Gambar 3.8.
Profil dari Invasi 6)
104

Tepat dibelakang lubang bor adalah flushed zone dengan diameter df yang
mengandung hanya filtrate lumpur dengan resistivitas Rmf dan hidrokarbon sisa.
Resistivitas di zona tersebut dinotasikan Rxo dan saturasi air, Sxo. Kedalaman
vertikal zona ini kurang lebih 6 in. bisa lebih maupun kurang. Di belakang flushed
zone adalah zona transisi dengan diameter dj yang lebih dalam beberapa feet dari
flushed zone. Melampaui semua zona adalah uninvaded zone, dengan resistivitas
Rt, resistivitas air interstitial Rw, dan saturasi air Sw.
Keberadaan dari invasi ini telah mendorong perkembangan alat log
resistivitas yang mengukur sedalam mungkin untuk membaca Rt. Hingga akhirnya
industri mempunyai standar untuk men-run tiga alat resistivitas secara bersamaan.
Investigasi deep, kurva medium dan kurva shallow. Dengan tiga kurva ,
pembacaan kurva deep dapat dikoreksi karena adanya efek invasi untuk
memberikan harga Rt.

Resistivitas Filtrat Lumpur, Fresh Mud dan Salt Mud


Untuk menyikapi perbedaan pembacaan resistivitas dari kurva shallow,
medium dan deep, penting untuk mempertimbangkan perbedaan antara resistivitas
filtrat lumpur (Rmf) dan resistivitas air interstitial (Rw). Rmf diukur di wellsite oleh
engineer log. Dari sampel lumpur, diletakkan pada filter press, yang menekan
filtrat melewati filter paper dan mengukur resistivitas dari filtrat dengan resisivity-
measuring cell.
Kebanyakan sumur dibor dengan lumpur fresh (salinitas rendah) yang
memiliki nilai Rmf 0,4 2 ohm-meter pada temperatur permukaan. Pada kasus ini,
nilai Rmf akan hampir sama dengan Rw pada zona shallow dimana air formasinya
fresh. Tapi nilai Rmf akan lebih 10 kali lipat daripada Rw pada zona deep dimana
air formasinya bersifat saline. Kecenderungan nilai Rw = 0,02 0,1 ohm-m dan
nilai Rmf = 0,2 1 ohm-m. Ini berarti resistivitas invaded zone lebih tinggi
daripada uninvaded zone.
Pada area tertentu, yang terdapat lapisan garam, saturated salt mud harus
digunakan untuk mencegah lapisan garam dissolving dan caving. Nilai Rmf 0,1
ohm-m atau kurang pada temperatur permukaan. Pada kasus ini Rmf akan lebih
105

rendah dari Rw dekat permukaan dan juga pada formasi dalam. Resistivitas
invaded zone akan lebih rendah dari Rt pada kedalaman dengan kondisi tersebut
diatas.

Gambar 3.9.
Efek dari invasi pada pengukuran resistivitas 6)
Gambar 3.9 mengilustrasikan bagaimana invasi memanifestasikan
dirinya pada tiga kurva resistivitas dengan investigasi kedalaman yang berbeda.
LL8 mempunyai investigasi kedalaman sekitar 1 ft, ILm 2ft dan ILd 5 ft. Pada dua
zona porous permeabel dimana kurva memisah, LL8 terbaca mendekati Rxo dan
ILd terbaca mendekati Rt. Beberapa asumsi dapat dibuat. Pertama, pasir tersebut
adalah kandung air, karena pembacaan ILd yang rendah. Kedua, sumur telah dibor
106

dengan lumpur fresh karena LL8 lebih tinggi dari ILd, dari rasio pembacaan, Rmf
6 Rw. Ketiga, invasi terlalu dangkal, karena pembacaan ILm mendekati ILd.
Karena jika invasinya dalam, seharusnya nilai ILm akan mendekati LL8. Oleh
karena itu, posisi dari ILm terhadap kurva lain adalah indikator quick look dari
kedalaman invasi. Dan pada akhirnya kita dapat bahwa shale tidak memiliki
permeabilitas karena shale tdak terinvasi.
Pada sumur yang dibor dengan lumpur saturated salt, posisi dari tiga
kurva pada zona kandung air akan terbalik. Kurva shallow akan terbaca lebih
rendah dan kurva deep akan terbaca tinggi.

Profil Invasi
Gambar 3.10 menunjukkan profil tiga resistivitas yang bebeda yaitu dari
flushed ke univaded zone untuk kasus lumpur fresh (Rxo >Rt). Biasanya
resistivitas akan berubah dari nilai Rxo pada diameter df ke nilai Rt pada diameter
dj. Ditunjukkan dengan garis putus-putus pada gambar 3.10, tetapi tes
laboratorium dan lapangan menunjukkan bahwa bentuk dari profil resistivitas
pada zona transisi tidaklah terlalu penting.

Gambar 3.10.
Profil resistivitas 6)
107

Pada kondisi tertentu, yaitu formasi berporositas tinggi, dengan saturasi


hidrokarbon yang tinggi, filtrat invasi akan mengganti hidrokarbon lebih cepat
daripada air interstitial. Hal ini menimbulkan annulus dan bank air formasi
dimana resistivitas lebih rendah dari Rxo maupun Rt ini adalah fenomena transien,
hanya bertahan beberapa hari.
Perhitungan Movable Oil
Invasi mempunyai satu fitur yang menguntungkan. Invasi dapat
memberikan informasi tentang produktivitas hidrokarbon melalui perbandingan
saturasi hidrokarbon pada flushed zone dan univaded zone. Perbedaan pada dua
saturasi tersebut merepresentasikan hidrokarbon yang terdorong oleh fluida
penginvasi dan karena itu harus diproduksikan. Hubungan saturasi air yang telah
dikembangkan dapat diaplikasikan pada flushed zone, menyediakan nilai
resistivitas untuk fluida pengisi batuan, Rxo, dan fluida pori, Rmf. Mengikuti
persamaan 2.59, saturasi air pada flushed zone adalah

c Rmf R xo
S xo ........................................................................... (3-2)

Saturasi hdrokarbon (1 Sxo) akan kurang dari saturasi hidrokarbon yang
terdapat di uninvaded zone (1 Sw), karena adanya displacement yang
diakibatkan oleh filtrat. Karena itu saturasi movable oil adalah perbedaan dari Sxo
dan Sw.

S xo S w

c Rmf Rxo Rw Rt ................................................. (3-3)

Perbedaan dari Sxo dan Sw adalah fraksi dari fluida pori yang
menggantkan moved oil. Hal ini merepresentasikan batas atas (maksimal) yang
dapat diproduksikan.
Persamaan diatas bekerja dengan baik pada situasi salt mud tapi
cenderung menafsir terlalu tinggi jumlah dari movable oil pada kondisi lumpur
fresh. Penelitian telah menunjukkan bahwa connate water (Swc) pada zona
kandung hidrokarbon tidak dapat digantikan oleh filtrate Lumpur. Beberapa
mungkin karena terhalang residual oil yang tertinggal. Displacement yang tidak
108

sempurna ini tidak menjadi masalah ketika Rmf Rw (salt mud). Untuk fresh mud,
Rmf 6 Rw, untuk resistivitas air pada flushed zone. Kesalahan lebih besar jika
minyaknya merupakan minyak berat dan Sor besar. Penafsiran terlalu tinggi juga
terjadi jika invasi terlalu dangkal, sehingga Sxo terpengaruhi oleh air formasi.
Pengelompokan log resistivitas berdasarkan zona yang terinvasi dapat dilihat pada
tabel III-1
Tabel III-1
Pengelompokan Log Resisivitas 6)

3.2.1. CONVENTIONAL RESISTIVITY LOG


Logging ini terdiri dari kurva normal (normal device) dan kurva lateral
(lateral device). Conventional resistivity log ini apabila didigabungkan dengan SP
log sering disebut dengan Conventional Electrical Survey (ES).
3.2.1.1. Normal Log
Normal log memberikan pengukuran resistivitas yang selalu menggunakan
empat elektroda, yaitu dua elektroda arus A dan B, dan dua elektroda potensial M
dan N. Anggapan yang digunakan dalam pengukuran ini adalah medium yang
109

mengelilingi elektroda-elektroda homogen dengan tahanan batuan R ohm-m.


Skema rangkaian dasar normal log device dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11.
Skema Rangkaian Dasar Normal Log Device.22)
Normal log device terdiri dari dua kurva defleksi, yaitu:
1. Short normal device, dengan jarak spacing 16. Digunakan untuk
mengukur tahanan formasi terinvasi air filtrat (Ri).
2. Long normal device, dengan jarak spacing 64. Digunakan untuk
mengukur tahanan formasi tidak terinvasi lumpur (Rt).

Prinsip Kerja
Suatu listrik dengan intensitas konstan dialirkan melalui elektroda A dan
B. Selisih harga potensial diukur antara elektroda M dan N. Secara teoritis, jarak
A dan B tak terhingga, tetapi dalam prakteknya B adalah kabel penghubungnya
dan N adalah suatu elektroda yang dipasang pada ujung kabel M-N dengan jarak
yang cukup jauh dari elektroda A dan M. Sedangkan besarnya potensial yang
tercatat dapat dituliskan dengan persamaan 3.4
110

R.i
V ....(3-4)
4 ( AM )
dimana :
i = intensitas arus konstan dari elektroda A, ampere.
AM = jarak antara elektroda A dan M, inchi.
R = tahanan formasi, ohm-m.
= konstanta, 3,14.
Dengan demikian besar kecilnya harga resisivity suatu batuan sangat
tergantung dari ada tidaknya elemen-elemen yang bersifat konduktif. Bentuk
defleksi kurva normal log dapat dilihat pada gambar 3.12.

Gambar 3.12.
Bentuk Defleksi Kurva Short dan Long Normal Log serta Lateral Log 5)
111

Fungsi dari Normal Log


1. Untuk short normal adalah menentukan Ri
2. Untuk long normal adalah menentukan Rt
3. Menentukan batas lapisan
Kondisi Optimum
1. Lumpur pemboran konduktif
2. Lubang bor open hole
3. Ketebalan lapisan lebih besar daripada spacing

3.2.1.2. Lateral Log


Lateral log mempunyai tiga elektroda dan direncanakan untuk
mendeteksi tahanan formasi yang tidak terganggu, Rt. Skema rangkaian Lateral
Device dapat dilihat pada gambar 3.13.

Gambar 3.13.
Skema Lateral Log Device 22)
112

Prinsip Kerja
Lateral log mempunyai empat elektroda, dua elektroda arus, A dan B, dan
dua elektroda potensial, M dan N. M dan N berjarak 32 in. Sedangkan elektroda A
berjarak 18 ft 8 in dari titik O yang terletak di tengah-tengah M dan N. Titik O
disebut reference level, yaitu titik yang diinginkan untuk diukur. Arus listrik yang
konstan dialirkan melalui elektroda A, perbedaan potensial antara elektroda M dan
N ditempatkan pada permukaan ekipotensial lingkaran yang berpusat di A.
Perbedaan tegangan yang dipindahkan antara elektroda M dan N sebesar:
R.i 1 1
V .(3-5)
4 AM N

Secara praktis, harga tahanan formasi yang dicatat oleh conventional


resisivity log adalah tahanan semu (Ra), bukan tahanan formasi sebenarnya (Rt).
Bentuk defleksi kurva lateral log dapat dilihat pada gambar 3.12.
Fungsi Lateral Log
1. Menentukan Rt
2. Menentukan batas lapisan
Kondisi Optimum
1. Lumpur jenis water base mud
2. Open hole
3. Susunan sand dan shale yang tebal dengan ketebalan dari 10 ft 24 ft
4. Range resistivity antara 1-500 Ohm-meter

3.2.2. FOCUSED LOG


Conventional log memiliki dua kelemahan utama, yaitu:
1. Pada lapisan yang relatif tipis, respon dari alat terkadang menyimpang.
Apparent resistivity yang terekam sangat berbeda dengan true resistivity.
Sehingga sulit untuk melakukan interpretasi kuantitatif dan kualitatif.
2. Pada saltwater-based mud, arus yang dipancarkan terkurung di dalam
kolom lumpur. Sehingga apparent resistivity yang terekam hanya
mendekati Rm atau Rmc.
113

Untuk mengatasi masalah di atas, alat yang menggunakan skema focusing


current yang berbeda telah dikembangkan.

3.2.2.1. Laterolog
Laterolog digunakan untuk mengukur Rt, terutama bila pengukuran Rt
dengan induction log banyak mengalami kesalahan, disamping itu juga dapat
digunakan untuk korelasi batuan. Laterolog ini dapat digunakan dalam lumpur
jenis water base mud dan dianjurkan pada kondisi salt mud dan resistivitas
formasi tinggi. Ada tiga jenis laterolog yaitu laterolog 7, laterolog 3, dan
laterolog 8. perbedaan dari ketiga jenis tersebut adalah pada jumlah elektrodanya
dan penggunaannya pada lapisan dan ketebalan lapisan yang berbeda.

3.2.2.1.1. Laterolog 7
Alat ini dapat digunakan untuk mengukur harga Rt. Metode pengukuran
dengan laterolog 7 akan memperkecil pengaruh lubang bor . Alat ini terdiri dari
electrode yang ditempatkan ditengah-tengah sonde diantara 3 pasangan elektroda
lainnya masing-masing M1 dan M2, M1 dan M2,A1 dan A2

Prinsip Kerja
Sebagaimana yang ditunjukan Gambar 3.14. Ketiga pasangan elektroda
tersebut dipasang secara simetris terhadap elektroda tengah Ao. Prinsip kerja
laterolog ini adalah dengan cara mengirimkan arus yang konstan Io melalui
elektroda Ao dan elektroda A1 dan A2 diatur arus sedemikian rupa agar melalui
potensial M1 dan M2, M1 dan M2 adalah sama. Karena perbedaan potensial ini
dipertahankan sama dengan nol, tidak ada arus yang mengalir dari Ao pada lubang
antara M1 dan M1, M2 dam M2.
Dengan demikian arus dari Ao akan terfokuskan dan masuk jauh ke dalam
formasi secara horizontal. Oleh karena ketebalan Io digunakan 32, maka alat ini
sensitif sekali untuk merekam lapisan yang tipis, dibandingkan dengan log listrik
normal device. Bentuk defleksi kurva laterolog 7 dapat dilihat pada gambar 3.15.
114

Gambar 3.8.

Gambar 3.14.
Skema Elektroda Laterolog 7 22)
Fungsi Laterolog 7
1. Menentukan Rt
2. Menentukan batas lapisan

Kondisi Optimum
1. Lumpur pemboran yang konduktif
2. Ketebalan lapisan > 32 in
3. Rmf / Rw < 5
4. Diameter lubang bor > 12 in
5. Invasi lumpur > 40 in
6. Rxo atau Ri < Rt
7. Rt/Rmf > 50
115

Gambar 3.15.
Contoh Kurva Defleksi Laterolog 7 17)
3.2.2.1.2. Laterolog 3
Tujuan pengukuran Laterolog 3 adalah untuk mengurangi akibat pengaruh
lubang bor, formasi yang berdekatan, penyimpangan dari penyebaran arus pada
lapisan tipis masuk jauh kedalam formasi. Fungsi dari alat ini digunakan untuk
menentukan tahanan listrik pada daerah pengukuran yang dalam (Rt). Alat ini
merupakan pengembangan yang lebih maju dari laterolog 7.
116

Prinsip Kerja
Prinsip pengukurannya sama dengan laterolog 7, tetapi pada laterolog 3
menggunakan electrode yang besar, Ao dan dua elektroda panjang (5 ft) yang
ditempatkan secara sistematis terhadap Ao tersebut. Seperti pada laterolog 7 ,
melalui A1 dan A2 mengalir arus yang menahan potensial pada sonde tetap sama,
sehingga arus dapat terfokuskan, besarnya arus Io sebanding dengan tahanan
formasi. Ketebalan O1O2 lebih kecil dari ketebalan Io pada laterolog 7 sebesar
12. Dengan demikian alat ini akan lebih baik mendeteksi lapisan yang tipis dan
keuntungan lainya dapat memperkecil pengaruh lubang bor dan zona invasi.
Skema elektrode Laterolog 3 dapat dilihat pada Gambar 3.16. Sedangkan bentuk
defleksi kurva laterolog 3 dapat dilihat pada gambar 3.17.

Gambar 3.16.
Skema Elektroda Laterolog 3 22)
117

Gambar 3.17.
Bentuk defleksi kurva Laterolog 3 5)

3.2.2.1.3. Laterolog 8
Laterolog 8 mempunyai pengukuran investigasi yang dangkal dengan
elektroda yang kecil pada dual induction-laterolog sonde. Lateralog 8 memberikan
hasil vertikal yang detail, dan pembacaan banyak dipengaruhi oleh lubang bor dan
invaded zona dibanding dengan laterolog 7 dan laterolog 3. Penggunaan dari
laterolog 8 biasanya adalah bersamaan dengan Dual Induction Log. Skema
rangkaian DIL dan laterolog 8 dapat dilihat pada gambar 3.25.
118

Prinsip Kerja
Prinsip alat ini sama dengan laterolog 7 kecuali pada lateralog 8
mempunyai spacing yang pendek. Prinsip kerja laterolog ini adalah dengan cara
mengirimkan arus yang konstan Io melalui elektroda Ao dan elektroda A1 dan A2
diatur arus sedemikian rupa agar melalui potensial M1 dan M2, M1 dan M2
adalah sama. Karena perbedaan potensial ini dipertahankan sama dengan nol,
tidak ada arus yang mengalir dari Ao pada lubang antara M1 dan M1, M2 dam
M2.
Dengan demikian arus dari Ao akan terfokuskan dan masuk jauh ke dalam
formasi secara horizontal.
Bentuk defleksi dari laterolog 8 dapat dilihat pada gambar 3.27.
Fungsi Laterolog 8
Mengukur harga Ri.
Kondisi Optimum
1. Lumpur pemboran yang konduktif
2. Open hole
3. Rmf > 2Rw

4. Harga resistivitas < 200 ohm-meter

3.2.2.2. Dual Laterolog


Dual laterolog adalah alat laterolog yang paling maju. Alat ini dapat
menyajikan beberapa perhitungan secara bersama-sama, yaitu deep laterolog
(LLd) dan shallow laterolog (LLs).
Prinsip Kerja
Dual laterolog menyediakan dua arus yang berbeda konfigurasi dan
frekuensi. Pola dari arus pada dual laterolog dapat dilihat pada gambar 3.18.
Gambar tersebut menunjukkan dua set elektroda yang sama digunakan untuk
mendapatkan kurva deep dan shallow dengan menggunakan arus pada dua
frekuensi yang berbeda. Pengukuran dalam menggunakan frekuensi 35 Hz dan
pengukuran dangkal dibuat pada frekuensi 280 Hz. LLd mencapai penetrasi dalam
119

menggunakan susunan elektroda panjang (28 ft) dan mengembalikan arus ke


elektroda permukaan. Sedangkan LLs mengembalikan arus ke elektroda terdekat
yang akan memberikan penetrasi dangkal. LLd dan LLs mempunyai resolusi
vertikal yang sama (24 in), perbedaannya hanya pada jauhnya investigasi. LLd
merupakan laterolog yang mempunyai investigasi paling jauh. Contoh hasil dari
dual laterolog dapat dilihat pada gambar 3.19.

Gambar 3.18.
Pola arus pada Dual Laterolog 6)
Fungsi Dual Laterolog
Menentukan resistivitas zona shallow dan deep.
Kondisi Optimum
1. Resistivitas 0,2 40000 ohm
2. Resolusi vertikal 2 ft
3. Rmf < 2 Rw
4. Kecepatan logging 5000 6000 ft/hr
5. Kombinasi dengan Rxo log
6. Lumpur jenis salt water base mud
7. Rasio kontras yang tinggi dari Rt/Rm
120

Gambar 3.19.
Bentuk defleksi Kurva Dual Laterolog 5)
3.2.2.3. Spherically Focussed Log (SFL)
SFL adalah log induksi yang dikembangkan dari laterolog 8 untuk
pengukuran zona invasi dangkal.
Prinsip Kerja
Sistem SFL adalah satu set dari elektroda pada sonde induksi. Sistem ini
beroperasi dengan model yang serupa dengan laterolog, kecuali fokusnya lebih
121

dangkal. Sinyalnya juga diubah ke arus searah yang sebanding dengan


konduktivitas, dan dikirim ke komputer di permukaan. Kemudian komputer
menerjemahkan sinyal DC ini ke nilai konduktivitas dan seterusnya diubah ke
nilai resistivitas dalam ohm-meter. Walaupun SFL mampu memberikan
pengukuran resistivitas formasi dangkal (invaded zone), tapi SFL belum bisa
memberikan pengukuran yang akurat untuk resistivitas flushed zone, Rxo. Pola
arus pada SFL dapat dilihat pada gambar 3.20. sedangkan bentk defleksi kurva
dari SFL dapat dilihat pada gambar 3.21.
Fungsi SFL
Menentukan Rt.
Kondisi Optimum
1. Lumpur pempboran yang konduktif
2. Open hole
3. Rmf > 2Rw

4. Harga resistivitas < 200 ohm-meter


5. Resolusi vertikal 1 ft
6. Kecepatan logging 5000-6000 ft/jam

Gambar 3.20.
Skema Arus dari SFL 6)
122

Gambar 3.21.
Bentuk defleksi kurva SFL 6)
3.2.3. Microresistivity Log
Microresistivity log berguna untuk mendapatkan resistivitas flused zone,
Rxo, dan menunjukkan adanya lapisan permeabel dengan mendeteksi keberadaan
dari mud cake. Untuk mengukur Rxo alat log harus mempunyai investigasi yang
sangat dangkal, karena flushed zone hanya beberapa inch dari lubang bor. Telah
diketahui bahwa Rxo berguna untuk koreksi pengukuran Rt. Log Rxo memberikan
penentuan dari : hidrokarbon yang terdesak
porositas formasi bersih
resistivitas filtrasi lumpur Rmf
resistivitas lumpur Rm
ketebalan mud cake hmc
dan koreksi log Rt terhadap pengaruh rembesan
log porositas terhadup pengaruh hidrokarbon
123

Jenis microresistivity log adalah: microlog(ML), microlaterolog(MLL),


proximity log (PL), microspherical focused log (MSFL). Microresistivity log
biasanya digunakan bersamaan dengan alat log lainnya. Untuk Microlog biasa
dikombinasikan dengan Litho-Density, CNL, atau DIL. Sedangkan MSFL biasa
dikombinasikan dengan DLL ataupun DIL.

3.2.3.1. Microlog
Microlog adalah alat jenis bantalan pertama yang menggunakan tiga
elektroda dengan ukuran kecil yang dipasang didalam lempeng karet.
Prinsip Kerja
Pada saat pengukuran, lempeng karet menekan dinding lubang bor dengan
bantuan sebuah susunan pegas. Microlog digunakan untuk menentukan variasi
diameter lubang bor antara 6 hingga 16 dan kedalaman formasi yang diselidiki
hanya mencapai 1 hingga 4. Ketiga elektroda tersebut masing-masing
mempunyai spacing sekitar 1 inchi. Microlog merekam dua buah kurva resisivity
yaitu micro inverse dan micro normal. Micro normal mempunyai daerah
penyidikan yang lebih dalam dan pengaruhnya terhadap mud cake relatif lebih
tebal jika dibandingkan dengan micro inverse. Adanya mud cake inilah yang
menyebabkan terjadinya pemisahan dari kedua kurva microlog tersebut.
Konfigurasi arus pada microlog dapat dilihat pada gambar 3.22. Sedangkan
contoh kurva hasil microlog dapat dilihat pada gambar 3.23.
Fungsi Microlog
1. Menentukan Rxo
2. Menentukan zona permeabel
Kondisi Optimum
1. Sebagai inidikator lapisan porous permeabel di dalam susunan sand-shale
dengan range resistivity batuan formasi antara 0,5 sampai 100 ohm-meter.
2. Porositas batuan lebih besar dari 15 %.
3. Rxo/Rmc lebih kecil dari 15.
4. Ketebalan mud cake kurang dari 0,5 inch.
5. Kedalaman invasi lumpur 4 inch atau lebih besar.
124

Gambar 3.22.
Konfigurasi arus pada Microlog 20)

Gambar 3.23.
Contoh Kurva Hasil Microlog 5)
3.2.3.2. Microlaterolog
Pada prinsipnya microresisivity log yang difokuskan adalah sama dengan
microlog, tetapi hanya berbeda pada ukuran lempeng karet dan cara pengaturan
elektrodanya melingkar serta distribusi arus listrik yang dihasilkan.
125

Prinsip Kerja
Prinsip kerjanya sama dengan laterolog. Microlaterolog mempunyai
spacing pendek, arus dapat difokuskan, kedalaman daerah penyelidikan daerah
kira-kira 3 hingga 4. Prinsip kerja microlaterolog adalah sebagai berikut.
Microlaterolog mempunyai sebuah lempeng karet yang menekan pada dinding
lubang bor dan sebuah elektroda pusat Ao serta tiga buah elektode M1, M2 dan A1
yang masing-masing letaknya konsentris terhadap Ao. Jarak spacing antara
elektroda berkisar antar sampai 1 inchi. Sejumlah arus konstan Io dialirkan
melalui Ao, dan beda potensial antara M1 dan M2 dibuat nol sehingga tidaka ada
arus dari Ao yang mengalir horizontal kearah formasi. Distribusi arus dan posisi
elektroda microlateralog dalam lubang bor dapat dilihat pada Gambar 3.24.
Bentuk kurva hasil microlaterolog dapat dilihat pada gambar 3.15.

Gambar 3.24.
Distribusi Arus dan Posisi Elektroda Microlaterolog 22)

Fungsi Microlaterolog
Menentukan harga Rxo dimana apabila menggunakan microlog hasilnya
kurang akurat.
Kondisi Optimum
1. Kondisi lumpur salt mud.
2. Porositas batuan medium (lebih kecil dari 15 %)
3. Range tahanan formasi berkisar 0,5-100 ohm meter.
126

4. Ketebalan mud cake lebih kecil dari 0,25 inch.


5. Rxo/Rmc lebih besar dar 15.
6. Kedalaman invasi filtrat lumpur lebih besar atau minimal sama dengan 4
inch.

3.2.3.3. Proximity Log


Proximity log adalah focused log yang merupakan alat bantalan yang
mirip dengan microlaterolog dan microlog yang bersinggungan dengan dinding
lubang bor dan pembacaan kurva resistivitas terbebas dari pengaruh mudcake
hingga ketebalan 1 in.

Prinsip Kerja
Prinsip kerja dan peralatan proximity log adalah sama dengan
microlateralog, hanya saja berbeda dalam kemampuan dan kodisi pengukuranya
antara lain kedalaman penyidikanya mencapai kurang lebih 16 dan tidak banyak
bergantung pada ketebalan mud cake yang terbentuk.. Fungsi proximity log
digunakan untuk menentukan harga Rxo pada kondisi hmc = . Satu-satunya
faktor yang sangat mempengaruhi adalah kedalaman invasi air filtrate lumpur
yang dangkal. Dalam hal ini pembacaan proximity log banyak dipengaruhi oleh
harga tahanan jenis batuan zona uninvaded. Bentuk kurva dari proximity log dapat
dilihat pada gambar 3.25.

Fungsi Proximity Log


Menentukan Rxo
Kondisi Optimum
1. Digunakan pada batuan karbonat atau sand.
2. Porositas batuan medium.
3. Lumpur water base mud.
4. Range tahanan batuan berkisar 0.5-100 ohm-meter.
5. Invasi lumpur cukup dalam.
6. Ketebalan mud cake lebih kecil dari 3/4 inch
127

Gambar 3.25.
Bentuk Defleksi Kurva Proximity Log 5)

3.2.3.4. Microspherically Focused Log (MSFL)


Serupa dengan microlog, pengukuran MSFL dibuat dengan sebuah
bantalan elektroda khusus yang ditekan ke dinding lubang bor dengan bantuan
sebuah kaliper.
Prinsip Kerja
Pada bantalan tersebut dipasang suatu rangkaian bingkai-bingkai logam
yang konsentrik (gambar 3.26) disebut elektroda yang mempunyai fungsi
memancarkan, memfokuskan dan menerima kembali arus listrik yang hampir
sama seperti cara kerja elektroda laterolog. Karena bantalannya kecil dan susunan
elektrodanya berdekatan, maka hanya beberapa inchi dari formasi dekat lubang
128

bor yang diselidiki, sekitar 1-3 inchi. Sehingga kita akan mempunyai suatu
pengukuran dari resistivitas di daerah rembesan (flushed zone). Karena
kedalaman investigasi MSFL yang kecil, maka pengaruh dari mud cake tidak bisa
diabaikan, sehingga koreksi terhadap pengaruh mud cake diperlukan untuk
memperoleh Rxo yang benar. MSFL adalah alat yang memancarkan arus listrik ke
dalam formasi sehingga diperlukan lumpur konduktif. Ini tidak dapat dilakukan
dalam lumpur minyak.
Fungsi MSFL
Menentukan Rxo.
Kondisi Optimum
1. Didalam lapisan invaded carbonate atau sand
2. Lumpur jenis fresh water base mud
3. Porositas batuan medium (<15%)
4. Open hole
5. Kedalaman invasi filtrat lumpur > 4
6. Ketebalan mud cake 3/4 3/8
7. Harga resistivitas batuan formasi 0,5 - 100 ohm-meter

Gambar 3.26.
Gambar distribusi arus dan susunan elektrode MSFL 9)
129

3.2.4. INDUCTION LOG


Pengukuran tahanan listrik batuan formasi dengan konvensional resistivity
log memerlukan adanya lumpur bor yang bersifat konduktif agar dapat
menghantarkan listrik ke formasi. Akibatnya tidak satupun peralatan tersebut yang
dapat digunakan apabila lubang bor kosong, terisi minyak, gas oil base mud atau
udara. Untuk mengatasi hal-hal semacam ini, maka dikembangkan perlatan
khusus yang dapat digunakan tanpa terpengaruh oleh kondisi-kondisi tersebut
diatas. Peralatan tesebut adalah induction log.
Prinsip kerjanya adalah arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi ( 20.000
cps) yang mempunyai intensitas konstan dikirimkan melalui kumparan pengirim
(transmitter coil) sehingga menghasilkan medan elektromagnetik yang mana akan
menimbulkan arus induksi dalam formasi. Arus induksi yang berputar ini akan
menimbulkan pula medan magnet kedua yang dapat dideteksi oleh receiver coil.
Besarnya medan magnet kedua ini akan sebanding dengan konduktivitas formasi.
Skema rangkaian induction log dapat dilihat pada gambar 3.27.

Gambar 3.27.
Skema Rangkaian Dasar Induksi Log 6)
Tujuan utama dari induction log ini adalah menghasilkan kurva dari suatu
daerah investigasi yang jauh didalam lapisan-lapisan yang tipis untuk menentukan
130

harga Rt dan kadang-kadang untuk korelasi batuan, tanpa memandang jenis


lumpur yang digunakan.
Keunggulan dari induction log adalah pengaruh diameter lubang bor,
lapisan batuan disekitarnya dan pengaruh invasi air filtrat dapat diperkecil. Bila
.induction log dikombinasikan dengan SP log dan short normal 16 akan
membentuk suatu kombinasi yang lazim disebut IES (Induction Electrical
Survey). Didalam kombinasi ini short normal 16 merupakan log pelengkap
induction log dalam penentuan Rt, selain itu juga dapat digunakan untuk
mengoreksi dan mengontrol induction log.

3.2.4.1. Dual Induction Log (DIL)


Pada induction log biasanya terdapat enam atau lebih coils dengan spacing
sekitar 40 in antara transmitter-receiver utama (gambar 3.28) untuk mendapatkan
pembacaan kurva dalam (ILd).

Gambar 3.28.
Skema dari Dual Induction Log 6)
131

Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari DIL sama dengan laterolog. Coils yang lebih sedikit
digunakan untuk mendapatkan kurva medium (ILm). ILd dan ILm mempunyai
resolusi vertikal yang sama. Tetapi ILm mempunyai penetrasi hanya setengah dari
penetrasi ILd. DIL biasanya dikombinasikan dengan shallow laterolog seperti
LL8 atau SFL. Ciri khas dari DIL adalah dapat bekerja pada saat Rmf>2Rw dan
Rt<200 ohm-m, lumpur tidak konduktif (fresh mud), serta dapat digunakan untuk
mengukur resistivitas induksi yang menengah maupun yang dalam. Bentuk
defleksi kurvanya dapat dilihat pada gambar 3.29.

Gambar 3.29.
Bentuk Defleksi Kurva dari DIL 5)
Fungsi Dual Induction Log
Menentukan Rt.
132

Kondisi Optimum
1. Resistivitas formasi rendah (Rt < 10)
2. Ketebalan lapisan antara 5-6 ft
3. Rmf /Rw > 20
4. Rt/Rm < 10
5. D < 10 in

3.3. Log-log yang Mengukur Porositas (Porosity Tool)


Ada tiga jenis pengukuran porositas yang umum digunakan di lapangan
saat ini, yaitu : Densitas, Neutron dan Sonik. Penting untuk disadari bahwa nilai
porositas yang didapatkan dari ketiga pengukuran tersebut bisa tidak sama. Hal ini
disebabkan karena alat-alat tersebut tidak membaca poositas secara langsung.
Porositas didapatkan dari sejumlah interaksi fisika di dalam lubang bor. Hasil
interaksi dideteksi dan dikirim ke permukaan, barulah porositas dijabarkan.

3.3.1. DENSITY LOG


Log densitas formasi adalah log porositas yang mengukur elektron density
dari formasi. Fungsi dari density log adalah :
1. Mengidentifikasi mineral evaporit.
2. Mendeteksi gas bearing zone.
3. Menentukan densitas batuan formasi.
4. Mengevaluasi pasir serpihan dan lithologi yang kompleks.
Instrumen pengukuran densitas secara umum terdiri atas sumber energi
gamma ray berupa Cobalt 60 atau Cesium 137 dan dua detektor. Sumber dan
detektornya terletak pada suatu bantalan yang diperkuat lagi dengan dinding
lubang. Detektor spasi panjang untuk membaca formasi. Detector spasi pendek
untuk mengukur material yang terjadi antara bantalan dengan formasi.
Dalam log density, kurva dinyatakan dalam satuan gr/cc dan karena energi
yang diterima detektor dipengaruhi oleh matrik batuan ditambah kandungan yang
ada dalam pori-pori batuan, maka satuan gr/cc merupakan besaran bulk density
adalah :
133

1. Batuan sangat kompak


Batuan sangat kompak porositasnya mendekati harga nol, sehingga
persatuan volume (cc) seluruhnya/hampir seluruhnya terdiri dari matriks
batuan. Dengan demikian batuan mempunyai densitas paling besar,
dimana = 0, dan ini disebut densitas matriks (ma). Setiap jenis batuan
mempunyai harga ma yang berbeda.
2. Batuan permeabel dengan kandungan air asin
Air asin mempunyai densitas lebih rendah dibanding batuan yang
seluruhnya terdiri dari matriks.
3. Batuan permeabel dengan kandungan minyak
Batuan yang mengandung minyak, maka densitasnya lebih rendah
daripada berisi air asin, sebab densitas air asin lebih besar daripada
minyak.
4. Batuan permeabel mengandung gas
Batuan yang mengandung gas, densitasnya lebih rendah lagi dibandingkan
dengan yang berisi minyak.
5. Batubara (coal)
Batubara mempunyai densitas yang paling rendah diantara semua jenis
batuan.

Menurut perkembangannya, alat density log terdiri dari :


1. Formation Density Compensated Tool (FDC)
2. Litho-Density Tool (LDL)

3.3.1.1. Formation Density Compensated Tool (FDC)


FDC merupakan pengembangan dari FDL, dimana FDC memiliki
rancangan yang lebih canggih dan menggunakan sistem dua detektor. Detektor
memegang peranan dalam pengukuran densitas.
Prinsip Kerja
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, suatu number radioaktif dari alat
pengukur dipancarkan sinar gamma dengan intensitas energi tertentu menembus
134

batuan. Batuan terbentuk dari butiran mineral, mineral tersusun dari atom atom
yang terdiri dari proton dan elektron. Partikel sinar gamma membentur elektron
elektron dalam batuan. Akibat benturan ini sinar gamma akan mengalami
pengurangan energi. Energi yang kembali sesudah mengalami benturan akan
diterima oleh detektor yang berjarak tertentu dari sumbernya , semakin lemah
energi yang kembali maka semakin banyak elektron dalam batuan yang berarti
makin padat butir penyusunan volumenya (lihat skema FDC pada gambar 3.30).

Gambar 3.30.
Skema Formation Density Compensated 9)

Densitas yang terbaca oleh tiap detektor tidak sama, jika kerak lumpur lebih
berat daripada formasi maka akan terbaca densitas yang lebih tinggi, dan
sebaliknya untuk kerak lumpur yang lebih rendah. Perbedaan antara densitas
sumbu panjang dan sumbu pendek memberikan koreksi yang harus ditambahkan
atau dikurangkan pada detektor sumbu panjang. Koreksi dikerjakan secara
otomatis dan kedua kurva ditampilkan. Contoh hasil rekaman log FDC dapat
dilihat pada gambar 3.31.
135

Gambar 3.31.
Contoh hasil rekaman Formation Density Compensated 6)
Hubungan porositas dan density log untuk formasi bersih (clean formation),
didapat persamaan:
= . + (1 ). .............................................................. (3-6)
dimana:
=
sehingga:

= ................................................................................... (3-7)

136

dimana:
= densitas batuan (lihat tabel III-2), gr/cc
= densitas batuan sesungguhnya, dari hasil log, gr/cc
= densitas fluida rata-rata, gr/cc (1,0 untuk fresh mud dan 1,0 +
0,73N untuk salt mud)
= densitas matriks batuan, gr/cc
= porositas, fraksi

Tabel III-2
Density bulk (b) untuk berbagai jenis batuan 6)

Untuk formasi yang mengandung fluida hidrokarbon, bulk density akan


menjadi rendah karena lebih kecil dari . Persaman di atas menjadi :
= . [ . + (1 ). ] + (1 ). ......................... (3-8)
dimana:
Sxo = saturasi fluida pada flushed zone, fraksi
= densitas mud filtrat, gr/cc
= densitas hidrokarbon, gr/cc
Sedangkan pada formasi kandung gas (gas bearing formation), persamaan
dapat ditulis sebagai berikut :
137

. 1,07. [(1,11 0,15) 1,15. ] + (1 ). ....... (3-9)


dimana:
Shr = (1-Sxo), fraksi
P = ppm,/106
Adanya pengotoran clay dalam formasi akan mempengaruhi ketelitian, oleh
sebab itu dalam pembacaan perlu dikoreksi. Sehingga persamaan dapat ditulis
sebagai berikut:
= . + . + (1 ) ............................. (3-10)
dimana:
= densitas clay, gr/cc
= volume clay, %

Fungsi FDC
Menentukan
Kondisi Optimum

1. Kondisi lubang bor yang tidak kasar


2. Open hole
3. Densitas batuan formasi 2 2,9 gr/cc
4. Kedalaman penetrasi 4 in
5. Vertical bed resolution 3 ft
6. Kecepatan logging 1800 ft/hr

3.3.1.2. Log Lithodensity (LDL)


LDL merupakan perkembangan dari alat FDC (Formation Density
Compensated Tool). Walaupun bentuk alatnya mirip FDC dengan sistem dua
detektor, akan tetapi lebih banyak kelebihan yang dijumpai pada LDL, misalnya
detektor yang dipakai lebig sensitif, stabilisator tegangan listrik untuk detektor
terpasang langsung pada sistem elektronika detektor, dan sinar gamma yang
dideteksi diukur pada dua jendela tingkat tenaga yang terpisah. Dimana jendela
tenaga-tinggi terdiri dari informasi densitas saja, sedangkan jendela dengan
138

tenaga-rendah berisi informasi densitas dan fotolistrik. Kurva baru yang


berhubungan dengan gejala fotolistrik ini dinamakan Pe (atau PEF pada CSU) dan
dari kurva ini dapat dicari informasi tentang lithologi secara langsung (lihat tabel
III-3).
Tabel III-3
Hamburan Gejala Fotolistrik (Pe) dengan berbagai lithologi 22)
139

Prinsip Kerja
Prisip pengukurannya menurut teori fisika nuklir, bila sinar gamma dengan
tenaga tinggi ditembakkan ke formasi, ada tiga macam interaksi yang mungkin
terjadi, yaitu:
Gejala fotolistrik, bila E < 100 keV
Hamburan compton, bila 75 keV < 2 MeV
Produksi kembar, bila E > 1,2 MeV
dimana E adalah tenaga sinar gamma mula-mula.
Alat LDL dirancang untuk memberikan tanggapan terhadap gejala
fotolistrik dan hamburan compton dengan cara memilih sumber radioaktif yang
memproduksi sinar gamma dengan tingkat tenaga antara 75 keV dan 2 MeV,
misalnya unsur-unsur Cesium-137 yang mempunyai puncak sinar gamma pada
662 keV.
Densitas yang diukur oleh LDL sebagai akibat dari hamburan compton
sebetulnya adalah densitas elektron (jumlah dari elektron per satuan volume). Dari
densitas elektron ini dapat dicari hubungannya dengan densitas formasi. Densitas
elektron ( ) didefinisikas sebagai:
2.
= ....................................................................................... (3-11)

2
= . . ................................................................................. (3-12)

Dengan mensubstitusikan persamaan (3-9) ke dalam persamaan (3-10) didapat:


2
= ( ) . ................................................................................. (3-13)
2
= jika =1

Dimana:
= densitas elektron, gr/cc
N = bilangan avogrado (N = 6,02 x 1023)
Ne = jumlah elektron per cc
Z = nomor atom (jumlah proton dalam inti atom, atau jumlah elektron
dalam satu atom stabil)
A = berat atom (berat satu atom dari unsur)
140

Untuk sebagian besar formasi, densitas yang terbaca oleh LDL apparent
density ( ) adalah ekivalen dengan densitas yang sebenarnya.
Bila densitas formasi ( ) telah ditentukan, maka dapat dihitung
porositasnya. Ketika LDL mengukur densitas formasi, nilai dari densitas yang
diukur tersebut tergantung pada densitas batuan, jumlah ruang pori matriks, dan
densitas dari cairan pengisi ruang pori. Hubungan densitas dengan porositas yang
dinyatakan dalam suatu persamaan adalah sama dengan yang digunakan untuk
FDC (lihat persamaan 3-4 dan 3-5). Bentuk deleksi kurva LDL dapat dilihat pada
gambar 3.32.

Gambar 3.32.
Contoh Kurva hasil Litho Density Log 5)
141

Fungsi LDL
1. Menentukan Pe
2. Menentukan
Kondisi Optimum
1. Formasi batuan unconsolidated sand
2. Open hole
3. Porositas antara 20% - 40%
4. Densitas batuan formasi yang rendah

3.3.2. NEUTRON LOG


Prinsip kerja dari alat ini adalah dengan menembakkan partikel neutron
berenergi tinggi ke dalam formasi secara terus menerus dan konstan dari suatu
sumber radioaktif. Neutron merupakan partikel listrik yang netral denga massa
yang hampir sama dengan massa atom hidrogen. Partikel neutron yang menembus
formasi akan bertumbukkan dengan material-material formasi. Akibat tumbukkan
ini neutron akan kehilangan sedikit energi, yang besarnya tergantung dari
perbedaan massa neutron dengan massa material formasi tersebut. Kehilangan
energi yang terbesar yaitu pada saat neutron bertumbukkan dengan material yang
memiliki massa hampir sama atau sama, misalnya atom hidrogen.
Sampai kehilangan energi pada jumlah tertentu, maka neutron akan
menyebar secara tidak teratur di dalam formasi tanpa mengalami kehilangan
energi lagi, dan akhirnya dapat ditangkap oleh inti-inti batuan formasi seperti aton
hidrogen chlorine, silikon dan sebagainya. Penangkapan neutron (gamma ray
capture) ini akan dapat dicatat oleh detektor, yang terletak 10-18 inch dari sumber
radioaktif. Apabila kerapatan atom hidrogen (jumlah) dalam formasi cukup tinggi
maka hampir semua partikel neutron mengalami kehilangan energi dan dapat
ditangkap tidak jauh dari sumber radioaktifnya, akibatnya hanya sedikit radiasi
sinar gamma yang dapat dicatat oleh detektor. Sebaliknya bila jumlah atom
hidrogen sedikit maka partikel-partikel neutron akan memancar lebih jauh ke
dalam formasi sebelum ditangkap, sehingga kecepatan mencatat pada detektor
akan meningkat sesuai dengan jumlah atom hidrogen yang semakin kecil. Hal
142

inilah yang dijadikan dasar hubungan antara jumlah sinar gamma yang dicatat
oleh detektor per detiknya dengan porositasnya. Bila jumlah sinar gamma yang
dicatat tinggi berarti porositas batuan tersebut rendah, sedangkan apabila yang
dicatat hanya sedikit maka porositas batuan tersebut cukup tinggi. Rangkaian
dasar neutron log dapat dilihat pada gambar 3.33.
Neutron log mempunyai kedudukan yang penting pada penilaian formasi,
karena dapat diturunkan dalam semua jenis lumpur bor dan gas filled hole, serta
pada kondisi cased hole maupun open hole. Neutron log ini dapat digunakan
sebagai porosity tool pada batuan dengan porositas rendah sampai sedang,
dandapat juga digunakan untuk korelasi batuan. Variasi ukuran lubang bor dan
casing, serta semen di belakang casing akan mengurangi ketelitian pengukuran
neutron log.

Gambar 3.33.
Skema Rangkaian Neutron Log 9)
143

Adanya shale dalam batuan akan memperbesar pembacaan harga porositas


batuan, oleh karena itu perlu adanya koreksi. Pengaruh adanya shale dalam batuan
formasi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
= + ( . ) .................................................................. (3-14)
dimana:
= porositas kurva neutron log
= porositas batuan sebenarnya
Vclay = kandungan clay dalam batuan formasi
= pembacaan kurva neutron log pada formasi shale 100 %
Karena neutron log mengukur porositas batuan tanpa memandang pori-
pori tersebut berisi hidrokarbon atau air, maka neutron log dapat digolongkan
sebagai porosity tool.

3.3.2.1. Sidewall neutron Porosity (SNP)


SNP adalah neutron log yang dikembangkan menggunakan detektor
ephitermal neutron. Deteksi ephitermal neutron meminimalisasi gangguan sifat
absorbsi thermal neutron matriks batuan dan air formasi.
Prinsip Kerja
Alat SNP menggunakan satu detektor, yaitu detektor neutron ephitermal.
Sumber neutron dan detektor berada di dalam lingkaran pegas penyangga (skid)
yang menempel pada dinding lubang bor. Alat SNP ini didesain untuk operasi
pada sumur open hole, dengan ukuran lubang bor minimal 5 in. Pembacaan
porositas direkam langsung oleh log SNP (lihat gambar 3.34), tetapi porositas ini
masih perlu dikoreksi.
Keuntungan penggunaan SNP antara lain, pengaruh lubang bor dapat
dikurangi, pengaruh neutron thermal tidak ada, dan koreksi dapat dilakukan secara
otomatis.
Fungsi SNL
Menentukan porositas formasi.
Kondisi Optimum
1. Kondisi open hole
144

2. Diameter lubang bor 7 7/8 in


3. Temperatur 75 F
4. Resolusi vertikal 2 ft
5. Kedalaman investigasi 8 in

Gambar 3.34.
Contoh hasil rekaman log SNP 6)
145

3.3.2.2. Compensated Neutron Log (CNL)


CNL dihasilkan dari Compensated Neutron Tool (CNT), yang merupakan
perkembangan dari Sidewall Neutron Porosity Tool (SNP). Alat CNL dirancang
untuk memberikan dua buah pengukuran porositas yaitu proses thermal dan
ephitermal (lihat gambar 3.35).

Gambar 3.35.
Alat Compensated Neutron Log 9)
Prinsip Kerja
Prinsip CNL, ketika terjadi tumbukkan elastis pada interaksi akan berlaku
hukum kekekalan tenaga, maka neutron akan kehilangan tenaga karena tumbukan
dengan inti formasi sepanjang perjalanannya di dalam formasi sampai
terperangkap oleh atom saat neutron hampir kehilangan seluruh tenaganya.
146

Pada awalnya, neutron CNL mempunyai tenaga sebesar 2 MeV (sangat


tinggi). Akibat adanya tumbukkan, tenaga menurun dengan cepat melalui daerah
ephitermal (kira-kira 100 eV ke 0,4 eV), kemudian mencapai tingkat thermal
(kira-kira 0,025 eV) dimana akhirnya mereka tertangkap/diserap (lihat gambar
3.36)

Gambar 3.36.
Proses Pelemahan Partikel Neutron 9)
Penampang hamburan dari hidrogen adalah sangat besar dibandingkan
dengan unsur-unsur lain, sehingga alat CNL bereaksi terutama terhadap jumlah
hidrogen yang terdapat disekitarnya. Hidrogen paling banyak dijumpai pada
cairan, sehingga indeks hidrogen secara langsung berhubungan dengan porositas.
Karena lubang bor penuh berisi air (lumpur), dapat diharapkan memiliki pengaruh
besar terhadap pembacaan CNL. Tetapi dalam interpretasinya harus dilakukan
dengan hati-hati karena alat ini banyak dipengaruhi oleh kondisi lubang bor,
berupa lithologi, salinitas lumpur, bobot lumpur, serpih dan jenis hidrokarbon.
Untuk mengurangi pengaruh kondisi lubang bor, maka dalam CNL dipergunakan
detektor ganda, yaitu detektor jauh (FCNL) dan detektor dekat (NCNL).
CNL menggunakan satu pasang detektor thermal dan satu pasang detektor
ephitermal. Kelemahan dari alat CNL adalah bahwa sumber neutron yang dipakai
147

terbatas hanya berkekuatan 16 currie, hal ini dikarenakan faktor keselamatan


bahan radiasi dan lingkungan. Sehingga dalam banyak kasus, detektor ephitermal
CNL tidak mampu berfungsi dengan baik.
Alat CNL dapat di-run pada kondisi lubang bor berisi fluida (liquid-filled
hole) baik pada cased maupun open hole. Dan desain untuk lubang sumur
berdiameter 1 11/16 dan 3 3/8 in.
Persamaan yang digunakan untuk merespon neutron pada formasi kandung
hidrokarbon adalah sebagai berikut:
.(1)1,67 +0,17
= [1 . ] .......................................... (3-15)
(1)

Dimana:
= porositas neutron, fraksi
A = koefisien fraksi (=1)
Shr = saturasi hidrokarbon, fraksi

P = (=0)
106

= densitas hidrokarbon ( 0,7), gr/cc


= densitas mud filtrat (lumpur), gr/cc
Sedangkan persamaan yang digunakan dengan adanya pengaruh clay adalah
sebagai berikut:
= + ( ) ................................................................ (3-16)
Dimana adalah porositas neutron yang terbaca ketika Vclay = 1.

Fungsi CNL
Menentukan porositas formasi dengan merasakan jarak fast neutron travel
pada formasi.
Kondisi Optimum
1. Kondisi open hole
2. Diameter lubang bor 7 7/8 in
3. Temperatur 75 F
4. Resolusi vertikal 3 ft
5. Porositas antara 11% - 22%
148

6. Kedalaman investigasi 10 in
7. Kecepatan logging 1800 ft/hr

3.3.3. SONIC LOG


Alat ini mengukur kecepatan suara didalam formasi. Kecepatan
rambat gelombang suara biasanya dikenal sebagai interval transit time (t).
Interval transit time didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh gelombang
suara untuk menempuh jarak satu feet pada suatu bahan. (sec/ft atau msec/ft).
Fungsi dari sonic log untuk menentukan porositas. Skema rangkaian dasar sonic
log dapat dilihat pada gambar 3.37.

Gambar 3.37.
Skema Rangkaian Dasar Sonic Log.6)
149

Peralatan sonic log menggunakan dua buah transmitter gelombang suara


dan empat buah alat penerima (receiver). Peralatan tersebut merupakan jenis
Borehole Compensated Sonic Tool (BHC). Prinsip kerja sonic log adalah sebagai
berikut, suara ditimbulkan dari transmitter maka gelombang suara tersebut akan
merambat kedalam formasi. Perambatan suara didalam formasi tergantung dari
matrik batuan, porositas batuan dan fluida dalam pori-pori tersebut. Gelombang
suara yang merambat dalam formasi akan dipantulkan kemudian ditangkap oleh
receiver. Berdasarkan persamaan Willey :
t log tma
s = .(3-17)
tf tma
dimana :
t log = transit time yang dibaca dari kurva sonic log, msec/ft.
tma = transit time pada matrik batuan, msec/ft.
tf = transit time fluida, msec/ft. (189 msec/ft untuk filtrat lumpur)

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap t adalah:


a. Shale
Batuan shale mempunyai porositas besar, walaupun permeabilitasnya
mendekati harga nol. Sehingga batuan yang mengandung shale
mempunyai harga t semakin besar.
b. Kekompakan batuan
Kekompakan batuan akan memperkecil porositas, sehingga kurva t akan
semakin rendah.
c. Kandungan air
Adanya kandungan air dalam batuan menyebabkan kurva t cenderung
mempunyai harga yang semakin besar.
d. Kandungan minyak
Air (terutama air asin) mempunyai sifat penghantar suara yang lebih baik
dibanding dengan minyak, sehingga adanya minyak dalam batun akan
berpengaruh memperkecil harga t.
150

e. Kandungan gas
Gas merupakan penghantar suara yang tidak baik, sehingga pantulan suara
akan lambat diterima oleh receiver. Dengan demikian, adanya gas akan
memperkecil harga kurva t.

3.3.3.1. Borehole Compensated Sonic Tool (BHC)


BHC adalah alat sonic yang menggunakan rangkaian pasangan pemancar-
penerima sedemikian hingga pengaruh dari lubang bor dapat dikecilkan.
Prinsip Kerja
Peralatan sonic ini menggunakan dua buah transmitter gelombang suara
dan empat buah alat penerima (receiver), lihat gambar 3.38. Kecepatan
gelombang suara yang ditimbulkan untuk berbagai lithologi berkisar 6000
23000 ft/sec. Secara praktis kecepatan ini akan diskala menurut besaran transite
time (t), yang mempunyai satuan microseconds/ft (sec/ft ). Dimana t ini
mempunyai range 43,5 sec/ft untuk dolomit ( = 0) dan 189 sec/ft untuk air
(lihat tabel III-4). Untuk menghitung porositas sonic dari pembacaan log t harus
terdapat hubungan antara waktu dan porositas. Bentuk umumnya adalah:
= . + . (1 ) + . .................... (3-18)
Dan untuk formasi bersih, persamaan tersebut disederhanakan menjadi:
= . + . (1 ) ................................................. (3-19)
Dari sini porositas akan menjadi :

= .............................................................................. (3-20)

Dimana:
= transite time yang dibaca dari log, sec/ft
= transite time fluida, sec/ft
(=198 sec/ft untuk fluida dengan kecepatan 5300 ft/sec)
= transite time matrik batuan (tabel III-4), sec/ft
= transite time shale, sec/ft
= porositas, fraksi
Vsh = kandungan shale (clay) dalam formasi, %
151

Contoh hasil rekaman log sonic dapat dilihat pada gambar 3.39.

Gambar 3.38.
Skema BHC tool 9)

Tabel III-4
Tabel Vma dan t untuk berbagai lithologi 1)
152

Gambar 3.39.
Contoh hasil rekaman Sonic Log (BHC) 22)
Fungsi BHC
1. Mengukur compressional interval transit time formasi (tc)
2. Identifikasi lithologi
Kondisi Optimum
1. Vertical resolution 2 ft
2. Kedalaman penetrasi 1 in
3. Kecepatan logging 5000 ft/hr
4. Formasi kompak (porositas 15 % - 25 %)
5. Dapat dilakukan pada semua jenis lumpur, tetapi tidak baik untuk kondisi
gas filled hole
153

3.3.3.2. Long Spacing Sonic


Long Spacing Sonic (LSS) memang lebih panjang dari alat sonic biasa
(lihat gambar 3.40). Jarak pemancar ke detektor dibuat lebih besar dengan tujuan
agar gelombang suara dapat masuk lebih jauh ke dalam formasi, untuk
menghindari daerah rembesan atau pengaruh lubang yang jelek.

Gambar 3.40.
Skema Long Spacing Sonic 9)
154

Seperti pada BHC, alat LSS juga menggunakan sistem kompensasi yang
disebut DDBHC (Depth-Derived Borehole Compensated). Dibandingkan dengan
alat sonic BHC standart, alat ini akan memberikan korelasi yang lebih baik pada
data seismik.
Prinsip Kerja
Dua transmitter yang berada pada bagian bawah alat berjarak 2 ft satu
sama lain dan dua receiver pada bagian atas alat berjarak 2 ft. seta jarak antara
transmitter dan receiver terdekat adalah 8 ft. Kemudian dua LSS di-run
bersamaan, satu dengan spacing 8-10 ft dan satu lagi dengan spacing 10-12 ft.
Transmitter T1 memancarkan gelombang dua kali berturut-turut dan perbedaan
waktu (T1R1 T1R2) dan dicatat dalam memory. Apabila diameter lubang berbeda
pada dua receiver, maka pengukurannya akan salah. Setelah alat bergerak keatas 9
2 ft, dua transmitter akan memutar dengan interval yang sama. Tiap transmitter
3

memancarkan gelombang, hanya menggunakan receiver R2, perbedaan waktu


(T2R2 T1R2) diukur. Perbedaan waktu ini dirata-rata dengan nilai sebelumnya,
yang tersimpan dalam memory, untuk mendapatkan travel time compensated
dengan spacing 810 ft untuk variasi lubang bor. Bentuk kurva dari LSS dapat
dilihat pada gambar 3.41.

Fungsi LSS
1. Mengukur shear interval transit time (ts)
2. Merekam sifat mekanik batuan
3. Identifikasi lithologi
Kondisi Optimum
1. Korelasi yang lebih baik pada data sesimik
2. Dapat dilakukan pada semua jenis lumpur, tetapi tidak baik untuk kondisi
gas filled hole

3. Open hole
4. Porositas antara 20% - 40%
5. Unconsolidated sand formation
155

Gambar 3.41.
Contoh Kurva Hasil LSS 5)

3.4. Log Tambahan


Log tambahan digunakan sebagai pelengkap pada log utama. Adapun yang
termasuk log penunjang diantaranya meliputi dipmeter log dan caliper log.
156

3.4.1. Dipmeter Log


Peralatan ini akan mencatat sudut kemiringan formasi dan arahnya versus
kedalaman. Dipmeter biasanya terdiri dari tiga atau empat lengan masing-masing
dilengkapi dengan identical electrode yang mampu mendeteksi perubahan sifat
listrik dalam formasi yang ditembus oleh lubang bor. Pada masing-masing lengan
biasanya dipasang bantalan karet yang fleksibel, dimaksudkan untuk memberikan
kontak antara alat dengan dinding lubang bor. Besarnya sudut antara lengan
adalah 120o untuk alat yang mempunyai tiga lengan dan 90o untuk alat yang
mempunyai 4 lengan. Skema rangkaian dipmeter log dapat dilihat pada gambar
3.42.

Gambar 3.42.
Skema rangkaian Dipmeter Log 17)
157

Prinsip Kerja
Prinsip pencatatan log ini adalah bila elektroda berada di hadapan batas
antara dua lapisan batuan yang berbeda, maka elektroda akan memberikan
perubahan defleksi kurva sesuai dengan perubahan kararkteristik batuan tersebut.
Penyimpangan alat terhadap bidang vertikal selalu diukur dan dicatat. Alat
ini terdiri dari bandul pemberat yang dipasang pada jewel pivot. Jika alat ini
menyimpang dari bidang vertiakal, bandul pemberat akan bergerak,
mengakibatkan perubahan tekanan pada potensiometer, perubahan ini
dikalibrasikan untuk menyatakan besarnya penyimpangan dari alat.
Arah atau azimuth utara dari salah satu lengan pada alat diukur dengan
kompas magnet. Fungsi dari hasil pengukuran dipmeter log adalah mengetahui
arah dan besar penyimpangan lubang bor, serta untuk pemetaan bawah
permukaan.
Fungsi Dipmeter log
1. Mengetahui arah dan besar penyimpangan lubang bor
2. Pemetaan bawah permukaan.

3.4.2. Caliper Log


Caliper log dirancang untuk mengukur diameter lubang bor atau area
lubang bor sebagai fungsi kedalaman. Pada lapisan permeabel dimana dinding
lubang bor terbentuk mud cake, maka diameter lubang bor akan menjadi lebih
kecil daripada ukuran pahatnya. Sedangkan pada lapisan shale/clay kondisi lubang
bornya lebih besar daripada ukuran pahat, ini menunjukan pada lapisan shale
sering terjadi keruntuhan. Skema rangkaian caliper log dapat dilihat pada gambar
3.43.
Prinsip Kerja
Prinsip pengukuranya adalah sebagai berikut : jika alat digerakkan
sepanjang sumur, maka pegasnya akan berkontraksi sesuai dengan besarnya
lubang sumur yang dilewati. Akibat gerakan ini rod akan turut bergerak naik
turun. Kedudukan dari rod akan menentukan derajat induksi diantaranya coil yang
diletakkan pada bagian atas dari alat. Kemudian voltage yang terinduksi pada
158

pick-up coil diubah menjadi arus searah dan besarnya dicatat sebagai fungsi
kedalaman.

Fungsi Caliper Log


1. Mengukur diameter lubang bor
2. Korelasi lithologi
3. Menyeleksi gauge section untuk setting packer

Gambar 3.43.
Skema Rangkaian Caliper Log 7)

Вам также может понравиться