Вы находитесь на странице: 1из 9

TRADISI KEPERCAYAAN MASYARAKAT PESISIR MENGENAI

KESEHATAN IBU DI DESA TANJUNG LIMAU MUARA BADAK


KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2008

Community Traditional Beliefs on Maternal Health In Tanjung Limau


Village Muara Badak East Kalimantan

Annisa Nurrachmawati, Ike Anggraeni


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman
Samarinda, Kalimantan Timur

Email: nasywa_mzi@yahoo.com

Abstract
Background Reproductive health covers biological and socio-cultural aspects. In the local context of East
Kalimantan, the traditional culture may affect the behavior including antenatal, delivery and postpartum
care, either in positive or negative manner.
Objective: To explore community perspectives related to reproductive health particularly maternal health
and its cultural beliefs.
Methode:A qualitative research using phenomenology approach employed focus group discussion (FGD)
and in-depth interview. FGD was held separately for pregnant women and community informant. In-depth
interview was carried out to midwives and traditional birth attendants. The data were analyzed using
interactive analyzes model.
Result: The study site was Tanjung Limau Village in East Kalimantan. Village community hold their
traditional beliefs for pregnant women mainly food restriction such as salted fish, calamari, pine-apple or
cempedak. Also they were not allowed to go out in the evening around "maghrib" time with certain
superstitious reason. The aim of those beliefs was to avoid delivery complication, and to keep the baby as
being healthy and save.
Conclusion: Traditional birth attendance still played a big role in delivery process. Community in Tanjung
Limau Village in East Kalimantan still applied traditional beliefs regarding maternal health, thus health
providers must learn its symbolic meaning in regard to educate community and change their behavior
using acceptable approach.
Keywords : Traditional beliefs, pregnancy taboos, traditional birth attendance

Abstrak
Latar belakang: Kesehatan reproduksi memiliki aspek biologis dan sosiobudaya. Dalam konteks lokal
Kalimantan Timur, budaya berpengaruh terhadap perilaku kesehatan reproduksi termasuk asuhan antenatal,
persalinan dan nifas, baik secara positif maupun negatif.
Tujuan:Tulisan ini berusaha menggali perspektif di masyarakat pesisir dalam kesehatan maternal secara
tradisional.
Metode:Penelitian ini eksploratif kualitatif dengan pendekatan fenomonologi. Pengambilan data dilakukan
melalui Diskusi Kelompok Terarah (DKT) pada sekelompok ibu hamil dan tokoh masyarakat. Wawancara
mendalam dilakukan dengan bidan dan dukun beranak. Data kemudian dianalisis menggunakan model
analisis interaktif.
Hasil:Masyarakat Desa Tanjung Limau masih mempercayai adat istiadat memantang makanan sepcrti ikan
asin,cumi-cumi,sejumlah buah-buahan seperti nanas dan cempedak. Perempuan hamil tidak boleh keluar
rumah pada sore hari menjelang magrib disebabkan keyakinan mahluk halus yang mengganggu. Tujuan
dari pantangan tersebut menghindari kesulitan saat persalinan dan juga demi keselamatan bayi yang akan
dilahirkan.
Kesimpulan:Dukun beranak masih besar peranannya sebagai penolong persalinan. Petugas kesehatan perm
memahami makna simbolik yang terkandung dalam setiap pantangan sehingga dapat melakukan edukasi
dan mengubah perilaku masyarakat dengan menggunakan pendekatan yang diterima.
Kata kunci: Kepercayaan tradisional, pantangan kehamilan, dukun beranak

42
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No 1, Desember 2010 : 42 - 50

PENDAHULUAN kehamilan, persalinan dan nifas secara


Banyak faktor yang telah dinyatakan sebagai tradisional, serta pemanfaatan pelayanan
tantangan dalam pembangunan kesehatan, kesehatan yang ada.
seperti lingkungan dan fasilitas yang masih
kurang menunjang, antara lain belum
memadainya penyediaan air bersih, belum METODE
tercapainya sanitasi lingkungan yang baik, Penelitian ini merupakan penelitian exploratif
masih tingginya prevalensi penyakit menular dengan pendekatan kualitatif, yang menggali
dan penyakit infeksi lainnya, masih tingginya dan mengkaji informasi tentang kebiasaan
angka kelahiran dan kematian bayi. Namun atau adat istiadat masyarakat yang
hal yang perlu diperhatikan pula sebagai berhubungan dengan perawatan kehamilan,
tantangan pembangunan kesehatan adalah persalinan dan nifas dalam hal upaya
respon perilaku masyarakat dalam menerima menangani masalah dan upaya pencegahan
perubahan. dengan faktor-faktor yang
Salah satu kendala utama penerimaan mempengaruhinya. Pendekatan kualitatif ini
program-program kesehatan adalah kendala dilakukan agar dapat diperoleh deskripsi dan
budaya pada masyarakat yang semula hanya konklusi yang kaya tentang konteks yang
mengenal sistem medis tradisional. diteliti serta memahami makna yang
Masyarakat dalam kesatuan suku-suku mendasari tingkah laku dari masyarakat.
dengan identitas kebudayaannya masing- Lokasi Penelitian dilakukan di Desa Tanjung
masing, memiliki dan mengembangkan Limau Kecamatan Muara Badak Propinsi
sistim medisnya sendiri sebagai bagian dari Kalimantan Timur yang merupakan
kebudayaan mereka secara turun temurun.' masyarakat wilayah pesisir yang memiliki
Terbentuknya janin dan kelahiran bayi budaya heterogen dari berbagai aspek.
merupakan suatu fenomena yang wajar Pengumpulan data primer dilakukan melalui
dalam kelangsungan kehidupan manusia, teknik Diskusi Kelompok Terbatas (DKT)
namun berbagai kelompok masyarakat yang dilakukan oleh peneliti yang dibantu
dengan kebudayaannya di seluruh dunia oleh tenaga yang sudah dilatih (enumerator)
memiliki aneka persepsi, interpretasi dan selanjutnya untuk triangulasi data dilakukan
respon perilaku dalam menghadapinya, pula DKT terhadap informan lain yang
dengan berbagai implikasinya terhadap terkait. Pemilihan informan didasarkan atas
kesehatan. Karena itu hal-hal yang berkenaan kaidah yang berlaku dalam metode penelitian
dengan proses pembentukan janin hingga kualitatif yaitu kesesuaian (appropriateness)
kelahiran bayi serta pengaruhnya terhadap dan kecukupan (adequacy). Dengan
kondisi kesehatan ibunya perlu dilihat dalam pertimbangan kaidah tersebut maka yang
aspek biososiokulturalnya sebagai suatu ditetapkan sebagai informan ibu hamil
kesatuan. sebanyak 10 orang termasuk didalamnya
Menurut pendekatan biososiokultural dalam adalah primipara (ibu yang baru pertama kali
kajian antropologi ini, kehamilan dan hamil) dan multipara (ibu dengan kehamilan
kelahiran bukan hanya dilihat semata-mata kedua, ketiga dan seterusnya). Informan lain
dari aspek biologis dan fisiologisnya saja. adalah kelompok tokoh masyarakat sebanyak
Lebih dari itu, fenomena ini juga harus 6 orang. Untuk melengkapi hasil DKT
dilihat sebagai suatu proses yang mencakup dilakukan indepth interview dengan bidan (1
pemahaman dan pengaturan hal-hal seperti orang), dukun (1 orang).
pandangan budaya mengenai kehamilan dan Analisis data dalam penelitian ini
persalinan, persiapan kelahiran, para pelaku menggunakan model analisis interaktif dalam
dalam pertolongan persalinan, wilayah penelitian kualitatif, analisis data dilakukan
tempat kelahiran berlangsung, cara-cara sejak awal penelitian dan selama proses
pencegahan bahaya, penggunaan ramu- penelitian dilaksanakan. Data diperoleh,
ramuan atau obat-obatan dalam proses kemudian dikumpulkan untuk diolah secara
persalinan, cara-cara menolong persalinan.2 sistematis. Dimulai dari wawancara,
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali observasi, mengedit, mengklasifikasi,
tradisi masyarakat pesisir dalam perawatan

43
Tradisi kepercayaan masyarakat pesisir...( Annisa & Ike)

mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian yang mereka anggap berbahaya bagi


data serta menyimpulkan data 3 kehamilan dan persalinan.
kalau ibunya tidak mematuhi pantangan,
anak-anak yang dilahirkan sering terkena
penyakit, bunyu piitih/lingko, bunyu
hitam,anaknya lahir hitam,badannya nggak
man besar,kepala dan perutnya besar, ada
juga robusta penyakit anak-anak itu jadi
kurus "(wawancara mendalam dengan
sanro)
Gambar 1. Analisis Data Model Interaktif
Sumber : Miles dan Huberman (1984)
Pandangan mengenai pantangan niakan
dan perilaku selama kehamilan
BASIL
Pada masyarakat Tanjung Limau, jenis
Desa Tanjung Limau memiliki populasi makanan yang dipantang selama masa hamil
penduduk berjumlah 3575 jiwa, dengan dan setelah melahirkan cukup banyak.
jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1084 KK. Walaupun tidak dipatuhi oleh semua ibu
Sebagian besar (51.38%) penduduk memiliki hamil, karena tidak lagi merasa pengaruh
pendidikan dasar atau SD atau sederajat. adat yang kuat menekan perlunya pantangan
Walaupun terletak di daerah pesisir tetapi tersebut dipatuhi.
masyarakat desa Tanjung Limau bila dilihat
dari mata pencaharian penduduknya lebih "nggak ada pantangan makan, sebagai ibu
yang pernah hamil bisa memperkirakan
bercorak modern dan agraris. Terlihat
mayoritas penduduk desa menjadi karyawan mana yang boleh , mana yang nggak" (DKT
dengan ibu hamil)
swasta (26.95%). Hanya satu orang (0.9%)
yang bekerja menjadi nelayan, dan ini jauh Bagi mereka yang masih memegang
lebih kecil dari yang menjadi petani (25.86 kepercayaan terhadap tradisi leluhur
mengakui adanya praktek melakukan
pantangan makan. Mereka mengungkapkan
sejumlah bahan makanan yang termasuk
Pandangan mengenai Kehamilan dalam pantangan seperti,ikan asin yang
Persepsi tentang kehamilan yang dimiliki menurut mereka dapat meningkatkan tekanan
oleh masyarakat sangat menentukan perilaku darah, juga pantangan makan cumi-cumi
masyarakat terhadap kehamilan. Persepsi yang ditakutkan dapat menyebabkan plasenta
tentang kehamilan ini terbentuk berdasarkan atau tembuni lengket. Dua orang ibu hamil
kepercayaan-kepercayaan dan simbol-simbol desa Tanjung Limau menyatakannya sebagai
yang dimiliki oleh masyarakat. Pengalaman berikut :
kehamilan khususnya adalah sumber dari "orang hamil dilarang makan ikan kering
simbol tentang kesuburan, pertumbuhan bayi karena sakit tekanan "
dalam kandungan, dan kesehatan ibu dan
anak.' "ada pantangan makan cumi karena lengket
nanti tembuninya"
Berdasar hasil Diskusi Kelompok Terbatas
dan wawancara mendalam, didapatkan (DKT dengan ibu hamil)
bahwa kehamilan, persalinan, dan nifas Selain bahan makanan yang berasal dari hasil
merupakan peristiwa yang istimewa dalam laut, terdapat pula pantangan mengkonsumsi
keluarga sehingga kepedulian keluarga dan buah-buahan tertentu. Buah seperti jeruk
masyarakat cukup tinggi. Kepedulian nipis, nanas muda dan durian merupakan
tersebut terwujud dalam bentuk adanya pantangan. Jeruk nipis disebutkan dapat
pantangan makanan dan perilaku yang menyebabkan kesulitan dalam persalinan,
menunjukkan kepedulian keluarga terhadap nanas muda dan durian dianggap dapat
keselamatan si ibu dan bayinya dari hal-hal menyebabkan keguguran.

44
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No 1, Desember 2010 : 42 - 50

"katanya tidak boleh makan jeruk nipis, hamil, seorang wanita dianggap mudah
katanya sih nanti susah melahirkannya " terkena gangguan yang datang dari unsur
"nggak boleh makan durian sama nanas gaib atau roh jahat. Seorang wanita yang
muda nanti takut keguguran " (DKT dengan sedang mengandung dipercaya menimbulkan
ibu hamil) bau harum yang khas yang akan mengundang
mahluk halus untuk datang menghampiri si
Selain pantangan dalam bentuk makanan ibu. Kehadiran mahluk halus tersebut
tertentu, terdapat pula sejumlah pantangan ditakutkan akan menganggu sehingga
dalam bentuk perilaku. Pantangan perilaku terdapat cara-cara budaya untuk
tersebut terutama terkait dengan kepercayaan menangkalnya.
bahwa perilaku ibu selama kehamian akan
berpengaruh terhadap keselamatan dan Masyarakat desa Tanjung Limau memiliki
kesempurnaan bayi yang sedang dikandung. kepercayaan ada roh halus yang mengganggu
Seorang wanita hamil tidak boleh melilitkan ibu hamil yang dapat mengakibatkan si ibu
handuk di leher karena akan mengakibatkan menjadi bisu dan tuli. Roh halus tersebut
bayi lahir dengan terlilit plasenta, diberi nama "gadis tujuh", sebagaimana
diungkapkan salah seorang ibu,
sebagaimana diungkapkan salah seorang ibu,
" nggak boleh lilit handuk di leher, nanti " kata orang tua, orang hamil nggak boleh
jalan sen/a soalnya nanti diikutin barang
anaknya bisa telilit tali pusar " (wawancara
halus karena orang hamil bawaannya harum
mendalam dengan sanro)
jadi senang roh halus. Katanya si orang sini
Pantangan lain yaitu ibu hamil tidak boleh roh halusnya gadis tujuh namanya " (DKT
tidur memakai guling karena akan dengan ibu hamil)
menyebabkan bayi lahir dengan kepala besar,
Untuk menghindari gangguan dari roh halus
serta tidak boleh tidur dengan posisi
tersebut maka ada sejumlah pantangan
melintang karena akan menyebabkan bayi
perilaku yang harus dipatuhi si ibu hamil,
lahir sungsang. Hal tersebut terungkap lewat
yaitu tidak boleh jalan-jalan menjelang senja
pernyataan ibu hamil didukung pendapat para
hari atau menjelang waktu maghrib. Terdapat
tokoh masyarakat.
juga larangan untuk mengurai rambut dan
" nggak boleh pake guling, nanti anaknya mengenakan baju yang terbuka karena hal itu
kepalanya besar sama kalau tidur ga boleh akan mengundang datangnya gangguan
sungsang sama suami nanti takut anaknya mahluk halus yang disebut kuntilanak.
sungsang juga" (wawancara mendalam
"ada larangan, kalo senja nggak boleh jalan
dengan tokoh masyarakat)
karena banyak barang yang nggak
" juga tidak boleh duduk di depan pintu kelihatan " (DKT dengan ibu hamil)
karena akan mempersulit proses persalinan
"nggak boleh jalan senja, kalo malem harus
" (DKT dengan ibu hamil)
ikat rambut, nggak tahujuga kenapa disuruh
" ada pantangan, nggak boleh duduk dekat orang tua, katanya sih nanti diikutin
pintu " (DKT dengan ibu hamil) kuntilanak "(wawancara mendalam dengan
tokoh masyarakat)
Terdapat pula larangan mandi sore di atas
jam lima sore karena akan menyebabkan bayi Terdapat pula pantangan perilaku yang juga
lahir menderita sakit influenza, sebagaimana harus dipatuhi.oleh suami, menyiratkan pula
diungkapkan salah seorang ibu, pandangan bahwa keselamatan anak
bukanlah semata-mata menjadi tanggung
"nggak boleh mandi sore lewat dari jam 5,
jawab istri melainkan juga suaminya. Dalam
nanti bisa ingusan anaknya kalo lahir " (DKT
banyak kebudayaan yang menganut
dengan ibu hamil)
keyakinan semacam ini, pantangan perbuatan
Selain pantangan perbuatan yang berakibat yang umum adalah membunuh atau
buruk bagi bayi dan ibunya, terdapat aspek menyiksa hewan yang dianggap akan
bahaya supranatural . Hal ini merupakan mengakibatkan sang bayi meninggal saat
kepercayaan yang umum ditemukan pada lahir atau mempunyai cacat pada bagian
berbagai suku bangsa di Indonesia yaitu tubuhnya seperti hewan yang pernah dianiaya
keyakinan mengenai roh-roh halus. Pada saat orang tuanya.

45
Tradisi kepercayaan masyarakat pesisir...( Annisa & Ike)

"ada,suaminya ga boleh bunuh binatang, iya "kalau orang bugis manggil dukun disini
dipatuhin aja " (DKTdengan ibu hamil) sanro " (wawancara mendalam dengan tokoh
masyarakat)
."suami tidak boleh memotong ay am karena
takut keguguran dan anak lahirnya mati Di desa Tanjung Limau terdapat dua dukun
"(wawancara mendalam dengan tokoh beranak yang biasa dipanggil Wa'Bedah dan
masyarakat) Wa'Nonong. Di antara kedua dukun beranak
ini Wa'Nonong lebih tua usianya dan lebih
"tidak boleh mancing, karena nanti anaknya
lama berprofesi sebagai dukun beranak.
sumbing. Tidak boleh potong kepiting
Masyarakat lebih suka ditolong oleh
(wawancara mendalam dengan sanro) Wa'Nonong karena mampu melakukan
pemotongan plasenta sendiri, sehingga tidak
perlu lagi bantuan bidan. Hal ini
Pandangan mengenai pemeriksaan dan
mempermurah biaya persalinan yang harus
perawatan kehamilan
dikeluarkan oleh masyarakat.
Sebagian besar ibu hamil yang mengikuti
Dukun beranak biasa dipanggil datang ke
diskusi kelompok terarah ini telah memiliki
rumah si ibu hamil untuk melakukan
kesadaran yang baik mengenai pentingnya
pemijatan agar posisi bayi dalam kandungan
memeriksakan kehamilan ke petugas
tidak sungsang sehingga si ibu dapat
kesehatan. Hal ini terbukti dengan seluruh
ibu hamil peserta DKT menyatakan melahirkan secara normal. Pemijatan juga
dilakukan bila si ibu mengalami cidera fisik
memeriksakan kehamilan kepada bidan Ani
yang bertugas di Desa Tanjung Limau. yang dapat mempengaruhi posisi bayi dalam
Sebagaimana pernyataan salah seorang ibu kandungan, misalnya terjatuh saat hamil.
berikut ini, di perkuat pula dengan " pernah, satu kali aja di dukun wa' nonong,
pernyataan bidan Ani sebagai bidan yang iya di pijat gitu supaya anaknya nggak
bertugas di desa Tanjung Limau. terbalik jadi diputar " (DKT dengan ibu
" periksa hamil di bidan Ani sini aja, sama di hamil)
posyandu " Masa kehamilan dan kelahiran juga dianggap
Ke bidan terus ada juga yang kedukun, sebagai masa krisis yang berbahaya, baik
mayoritasnya sekarang ya kebidan, kadang bagi janin maupun bagi ibunya. Karena itu
ke dokter kan banyak tenaga kesehatan sejak bayi masih dalam kandungan hingga
disini, di tanjung inikan banyak yang sesudah kelahirannya, para kerabat
berkelompok-kelompok bukan satu desa itu mengadakan serangkaian upacara bagi wanita
satu tempat, ada yang disana jauhkan jadi hamil, dengan tujuan mencari keselamatan
yang mana yang dekat tenaga kesehatan bagi diri si ibu dan bayinya saat berada dalam
mereka periksakan, kalo gak ada bidan kandungan hingga saat lahirnya.
disana ya pereksa kedukun-dukun itu jauh Kepercayaan ini juga diadopsi oleh sebagian
dari tenaga kesehatan, jadi pas man besar masyarakat desa Tanjung Limau.
melahirkan aja baru ke bidan karena Upacara adat yang biasa dilakukan oleh ibu-
jaraknya yang jauh, kalau dia gak mampu ibu hamil di desa Tanjung Limau
baru ke dukun " (DKT dengan ibu hamil) dilangsungkan terutama pada saat kehamilan
Selama jcehamilan bukan hanya bidan yang mencapai usia tujuh bulan kehamilan.
berhubungan dengan ibu hamil dan Menurut adat Bugis upacara ini disebut
keluarganya tetapi juga peran dukun masih Maccera Wettang yang artinya mengurut
besar dan diinginkan oleh masyarakat. Dukun perut. Upacara ini dilaksanakan di rumah si
beranak disini adalah orang-orang yang calon ibu yang dihadiri oleh keluarga dan
mempunyai keterampilan pengobatan secara kerabat yang dipimpin oleh dukun beranak
turun temurun terutama yang mempunyai dan imam atau orang yang dianggap alim
keterampilan menolong persalinan. Dukun ulama. Tetapi pada masyarakat desa Tanjung
beranak sebagian besar berjenis kelamin Limau upacara ini hanya dilakukan pada
perempuan, dan biasa dipanggil "sanro" kehamilan anak pertama saja. Hal ini terlihat
sesuai bahasa Bugis yang merupakan bahasa dari pernyataan berikut ini yang berasal dari
sehari-hari masyarakat Desa Tanjung Limau sumber ibu hamil maupun tokoh masyarakat

46
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No 1, Desember 2010 :42-50

"sudah pernah 7 bulanan pas kehamilan "Ya ada kelahiran yang sulit, misalnya saat
anakpertama "(DKT dengan ibu hamil) pendarahan, partus macet, sungsang,
"pada saat hamil tujuh bulah, pada dilarikan ke kita. Topi saat pendarahan
kehamilan pertama, kalau hamil ke dua dan hebat saya larikan langsung ke rumah sakit,
tiga tidak lagi" (wawancara mendalam karena saya tidak berani , dan keadaan
dengan tokoh masyarakat) ibunya sudah lemah betul sehingga jika
ditangani disini bisa berbahaya"
(wawancara mendalam dengan bidan)
Pandangan mengenai penolong persalinan
Pada saaat persalinan peran bidan sudah Pandangan mengenai perawatan nifas
banyak dimanfaatkan dan persalinan
dilakukan di rumah bidan atau di Puskesmas, Sesudah terjadinya persalinan, sang ibu mulai
tetapi sanro juga masih banyak dimanfaatkan menjalani perawatan baik yang sifatnya
masyarakat Tanjung Limau, yang berarti berupa larangan makanan, maupun
menurut ibu-ibu hamil mereka merasa lebih perawatan fisik yang dilakukan oleh bidan
nyaman bila melahirkan ditolong oleh dukun. maupun sanro. Pantangan makan pada masa
paska persalinan ini bertujuan untuk
"enakan di dukun daripada di bidan jadi mengembalikan kesehatan ibu setelah
dukun aja " melalui proses persalinan terutama kesehatan
" rencana si mau di dukun aja, kecuali kalau kandungan. Selain demi kesehatan sang ibu
keadaannya agakgawatya di RSsamarinda pantangan makan juga dilakukan agar si bayi
" (DKT dengan ibu hamil) yang menyusu tidak mendapat dampak
negatif dari makanan yang dikonsumsi oleh
Wa' bedah sendiri sebagai seorang sanro ibu lewat ASI. Hal ini seperti diungkapkan
termasuk sanro yang kooperatif karena mau oleh peserta DKT ibu hamil.
bekerja sama dengan bidan, walaupun dalam
kerja sama tersebut peran dukun tetap yang " tidak boleh makan udang, kepiting, keladi,
lebih dominan. Dukun tetap bertindak ikan berduri nanti bisa gatal itu peranakan
sama sakit pas ngeluarin air susunya "
sebagai penolong utama persalinan
sedangkan bidan hanya bertugas memotong "nggak boleh makan cempedak, soalnya saya
plasenta. Hal sebagaimana diungkapkan oleh pernah makan cempedak malamnya anak
Wa Bedah. saya nangis semalaman karena sakit perut"
(DKT dengan ibu hamil)
"ibu bidan cuma potong tali pusar"
(wawancara mendalam dengan sanro) Selain pantangan makanan, terdapat juga
Bidan sendiri menganggap masih lebih serangkaian perawatan fisik terutama
pemijatan yang diterima oleh ibu pada masa
banyak ibu-ibu Tanjung Limau yang
melahirkan dengan dibantu bidan, dan tidak nifas. Pemijatan dimaksudkan agar otot-otot
tubuh ibu pulih setelah melahirkan.
keberatan bila sanro turut membantu
Pemijatan ini dilakukan oleh sanro.
pekerjaan bidan, sebagaimana pernyataan
Sebagaimana dingkapkan salah seorang ibu
bidan yang menganggap sanro sebagai mitra
hamil.
karena pernah mendapat pelatihan dan bidan
sendiri secara personal telah memberitahukan "ibu perutnya di urut dari 1-3 hari.Bayinya
cara-cara menolong persalinan yang sesuai di urut sama di mandikan dari- 1-3 hari
ilmu kesehatan. juga " (DKT dengan ibu hamil)
"fya kita kerjasama kan kita nggak boleh
ngasingkan dukun, kita mitra"(wawancara
PEMBAHASAN
mendalam dengan bidan)
Masalah kesehatan merupakan masalah
Keberadaan bidan tetaplah sangat penting
kompleks yang dipengaruhi berbagai masalah
terutama bila terjadi persalinan yang
lingkungan, social budaya, perilaku,
bermasalah, misalnya terjadi perdarahan. Hal
genetika. Istilah sehat mengandung banyak
ini pernah terjadi di desa Tanjung Limau
muatan kultural, sosial dan pengertian dari
seperti terungkap dalam pernyataan bidan
segi medis. Dulu dari sudut pandangan
berikut ini.
47
Tradisi kepercayaan masyarakat pesisir...( Annisa & Dee)

kedokteran, sehat sangat erat kaitannya Persepsi masyarakat mengenai terjadinya


dengan kesakitan dan penyakit. Dalam penyakit berbeda antara daerah yang satu
kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat dengan daerah yang lain, karena tergantung
harus dilihat dari berbagai aspek. WHO dari kebudayaan yang ada dan berkembang
melihat sehat dari berbagai aspek. WHO dalam masyarakat tersebut. Demikian pula
mendefinisikan pengertian sehat sebagai mengenai persepsi tentang makanan bagi ibu
suatu keadaan sempurna baik jasmani, hamil.
rohani, maupun kesejahteraan sosial Masyarakat di mana pun di dunia memiliki
seseorang.4 kategori-kategori mengenai makanan yang
Oleh para . ahli kesehatan, antropologi dikenalnya dalam lingkungannya, yang
kesehatan di pandang sebagai disiplin didasarkan atas konsepsi budaya. Dalam
biobudaya yang memberi perhatian pada kategori makanan itu, bahan-bahan makanan
aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari yang dikategorikan sebagai makanan atau
tingkah laku manusia, terutama tentang cara- bukan makanan, juga menyangkut
cara interaksi antara keduanya sepanjang pemahaman tentang maknanya secara
sejarah kehidupan manusia yang budaya, cara pengolahannya, cara
mempengaruhi kesehatan dan penyakit. mengkonsumsinya, saat mengkonsumsi
Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal maupun kelompok-kelompok yang
ini karena penyakit merupakan pengakuan mengkonsumsinya menurut ciri-ciri tertentu
sosial bahwa seseorang tidak dapat (usia, jenis kelamin, status sosial dan hal
menjalankan peran normalnya secara wajar." lainnya). Kategori tentang makanan ini tidak
sama dalam berbagai kelompok masyarakat.
Cara hidup dan gaya hidup manusia
Dengan kata lain, makanan yang sama dapat
merupakan fenomena yang dapat dikaitkan
mempunyai nilai, peranan, status dan simbol
dengan munculnya berbagai macam
yang berbeda pada kelompok-kelompok
penyakit, selain itu hasil berbagai
masyarakat dengan kebudayaan yang
kebudayaan juga dapat menimbulkan
berbeda.5
penyakit.
Melahirkan bayi melalui proses yang normal
Masyarakat dan pengobat tradisional
dan lancar merupakan dambaan bagi setiap
menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu:
ibu dan keluarganya. Oleh karena itu,
Naturalistik dan Personalistik. Penyebab
sebelum bayi lahir, terdapat sejumlah aturan
bersifat Naturalistik yaitu seseorang
yang harus dijalankan oleh seorang calon ibu
menderita sakit akibat pengaruh lingkungan,
untuk menjaga kandungannya. Pantangan
makanan (salah makan), kebiasaan hidup,
makan seperti yang telah diuraikan di atas
ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk
merupakan salah satu tujuan mencari
juga kepercayaan panas dingin seperti masuk
keselamatan dalam kelahiran itu.
angin dan penyakit bawaan.
Pengetahuan budaya mengenai berbagai
Sedangkan konsep Personalistik menganggap
bahaya dan risiko dalam kelahiran itu
munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh
mendorong perilaku pantang makan atau
intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa
makhluk bukan manusia (hanru, roh, leluhur dilakukannya perbuatan tertentu oleh ibu
hamil.6 Salah satunya larangan makan cumi-
atau roh jahat), atau makhluk manusia
cumi merupakan cara simbolik untuk
(tukang sihir, tukang tenung).5 Pada
masyarakat Tanjung Limau ditemui kedua menghindarkan bahaya, sementara itu
terdapat pula konsepsi budaya yang
konsep penyebab penyakit berpadu. Terlihat
menganggap bahwa mengkonsumsi bahan
dari adanya pantangan makan untuk ibu
hamil yang mengikuti konsep naturalistik, makanan tertentu dapat menimbulkan
keuntungan bagi bayi. Salah satu contohnya
juga terdapat pantangan perilaku yang lebih
disebabkan ketakutan akan gangguan adalah hubungan antara minum air kelapa
terhadap kehamilan yang bersumber dari muda dengan kelahiran bayi, yaitu kulit bayi
gangguan mahluk haluk yang mengikuti menjadi bersih.
konsep Personalistik. Adanya adat memantang makanan dan
pantang perilaku tertentu tidak selalu

48
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No 1, Desember 2010 : 42- 50

memberikan dampak kesehatan, meskipun kebanyakan ibu hamil masih mempercayai


dilandasi oleh tujuan pencegahan bahaya. dukun beranak untuk menolong persalinan
yang biasanya dilakukan di rumah.
Pada tradisi masyarakat desa Tanjung Limau
ini terdapat tradisi yang dapat digolongkan Data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan
posjtif dari segi kesehatan, yaitu larangan bahwa 45.9% persalinan di daerah pedesaan
makan durian. Buah durian sebenarnya ditolong dukun beranak.7 Hal yang sama
pantangan asalkan dikonsumsi dalam jumlah terlihat pula pada masyarakat desa Tanjung
sedikit, tetapi memang sebaiknya dihindari Limau. Ibu hamil yang masih berusia muda
karena kandungan gula, kolesterol dan sedikit sebagian besar memang telah merencanakan
alkohol dapat menimbulkan gas dalam persalinan dengan pertolongan bidan, tetapi
lambung. Ini akan memicu kontraksi ibu hamil yang berusia lebih tua dan bukan
terutama pada kehamilan trisemester satu. merupakan primipara lebih memilih bantuan
Sementara pantangan makan cumi cumi dukun beranak (sanro).
justru merugikan dari segi kesehatan. Cumi
Secara teoritis dukun beranak masih sangat
cumi merupakan hasil laut yang mudah
berperan dalam etno-obstetri masyarakat
didapatkan di daerah desa Tanjung Limau,
karena sebagai berikut: ia tinggal
mengandung protein tinggi,asam amino
dekat/membaur dengan warga setempat dan
esensial dan mineral yang baik untuk
mudah dihubungi; dalam melakukan
kehamilan.
pekerjaannya tampil tidak formal, dan
Bila ditinjau dari perspektif kesehatan maka memiliki hubungan dekat dengan warga desa
pantangan perilaku pun ada yang dapat dan ibu hamil karena tampil/berpembawaan
berdampak positif dan negatif. Adanya diri tanpa jarak sosial secara psikologis
pantangan perilaku bagi suami menunjukkan sentuhan-sentuhan tangannya kepada para
keinginan tradisi agar suami peduli dengan ibu hamil dianggap mampu meminimalkan
perawatan kehamilan. Hal ini merupakan atau mereduksi gangguan fisik/sakit mereka
potensi untuk dimanfaatkan oleh para pada saat hamil dan bersalin; mampu tampil
petugas kesehatan untuk melibatkan suami menurut peran dan fungsinya yang memberi
dalam perawatan kehamilan. Pantangan ibu keuntungan kepada warga masyarakat, serta
hamil keluar pada sore hari ditakutkan tetap diyakini keberhasilannya.8
membuat ibu ibu hamil yang tidak sempat
Menimbang peran dukun beranak yang masih
memeriksakan diri ke Puskesmas pada pagi
cukup besar, maka pihak penyedia layanan
hari, enggan datang ke praktek bidan yang
kesehatan perlu bersifat terbuka dan
umumnya buka pada sore dan malam hari.
kooperatif dengan mereka. Diperlukan
Mengubah kepercayaan terkait pantangan respon yang baik dan penghargaan dari
makan dan perilaku pada ibu hamil bukanlah penyedia layanan kesehatan khususnya bidan
hal yang mudah tetapi bukan tidak mungkin dan dokter di Puskesmas agar tidak ada sub
untuk dilakukan. Para penyedia layanan ordinasi dan mendorong timbulnya
kesehatan dan para petugas kesehatan perlu keterbukaan. Dua hal inilah yang diperlukan
memahami makna simbolik yang terkandung agar dukun beranak mau bekerja sama
dalam setiap pantangan sehingga dapat menerima perubahan, dari perilaku penolong
melakukan perubahan melalui cara yang persalinan yang tidak aman ke cara-cara
tepat dan tidak menyinggung nilai baik yang pertolongan persalinan sesuai kaidah
ada dalam setiap pantangan.6 Salah satu kesehatan.
upaya adaptasi yang bisa dilakukan berkaitan
dengan adanya pantangan bahwa ibu hamil
tidak boleh keluar rumah pada sore hari, KESIMPULAN
maka praktek bidan di rumah bisa membuka Masyarakat desa Tanjung Limau masih
pelayanannya lebih awal. mempercayai adat istiadat memantang
Memasuki masa persalinan merupakan suatu makanan dan sejumlah perilaku tertentu bagi
periode yang kritis bagi para ibu hamil wanita hamil dan pascapersalinan. Konsepsi
karena segala kemungkinan dapat terjadi budaya mengenai pantangan ditujukan untuk
sebelum berakhir dengan selamat atau menjaga keselamatan ibu dan bayi, namun
dengan kematian. Di daerah pedesaan, alasan yang dikemukakan mengenai

49
Tradisi kepercayaan masyarakat pesisir...( Annisa & Ike)

pantangan-pantangan tersebut hanya DAFTAR PUSTAKA


simbolik. 1. Foster, George M. & Barbara G.Anderson.
Para penyedia layanan kesehatan dan para Antropologi kesehatan, diterjemahkan oleh Priyanti
P.Suryadama & Meutia F.Swasono. UI Press,
petugas kesehatan perlu memahami makna Jakarta; 1986.
simbolik yang terkandung dalam setiap 2. Jordan, Brigitte. Birth in four cultures: a cross
pantangan sehingga dapat melakukan cultural investigation of childbirth in Yucatan,
perubahan melalui cara yang tepat. Semakin Holland, Sweden, and the United States, prospect
heights: Waveland Press, Inc; 1993.
baik bila ditunjang dengan sikap menghargai 3. Miles MB, Huberman AM. Qualitative data
dan bersifat terbuka dengan para dukun analysis: a sourcebook of new methods. Sage
beranak untuk mendorong timbulnya Publications; 1984.
perubahan perilaku pertolongan persalinan 4. Notoatmojo,Soekidjo. Promosi kesehatan teori dan
yang sesuai kaidah kesehatan. aplikasi. Rineka Cipta, Jakarta; 2005.
5. Soejoeti, Sunanti Z. Konsep sehat,sakit dan
penyakit dalam konteks sosial budaya,
Balitbangkes Depkes RI, Jakarta; 2000.
UCAPAN TERIMA KASIH 6. Swasono, Meutia F. (ed). Kehamilan
kelahiran,perawatan ibu dan bayi dalam konteks
Terima kasih penulis ucapkan kepada budaya. UI Press,Jakarta; 1998.
Dr.dr.Muchtaruddin Mansyur, Sp.OK dan 7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Dr.dr.Sabarinah Prasetyo atas bimbingannya, Riset kesehatan dasar 2007, Depkes RI, Jakarta;
2008.
serta Badan Penelitian dan Pengembangan
8. Malonda, Benny Ferdy. Sosial budaya gangguan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan dan emosi dan fisik paska salin masyarakat Pedesaan
UNFPA atas dukungan pelatihan dan Sumedang. Universitas Sam Ratulangi, Maluku;
perbaikan penulisan artikel ini. 2000.

50

Вам также может понравиться