Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
distress pada bayi baru lahir. Respiratory distress ini disebabkan dari keterlambatan absorbsi
cairan pada paru bayi. TTN ini dapat muncul pada 6 jam pertama setelah persalinan dan
sembuh secara spontan dengan terapi supportif selama beberapa hari 1 . Studi yang dilakukan
pada 33.289 persalinan (37-42 minggu) menunjukkan 5,7 dari 1000 bayi lahir mengalami
TTN. Penyakit ini paling sering terjadi pada bayi dengan usia gestasi lebih dari 35 minggu
Manifestasi klinis dari TTN dapat berupa takipnu, merintih saat ekspirasi, nafas
cuping hidung, dan retraksi yang terjadi segera setelah persalinan. Gejala ini biasanya akan
sembuh sendiri pada usia 48-72 jam setelah lahir namun bisa sampai 5 hari. Diagnosis TTN
ditegakkan berdasarkan diagnosis klinis dan pemeriksaan radiologis. TTN sering dijadikan
Meskipun prognosisnya baik, pada beberapa kasus TTN dengan durasi takipnu yang
lama dapat menyebabkan penurunan kesadaran yang berat dan membutuhkan alat bantu
pernafasan. Walau bagaimanapun masih belum jelas kriteria klinis yang mengindikasikan
berapa lama pasien membutuhkan bantuan pernafasan. Beberapa bayi dengan alat bantu nafas
dapat berganti menjadi oksigen ruangan biasa sementara yang lain ada yang membutuhkan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Transien Tacypnea of the Newborn (TTN) adalah suatu penyakit ringan pada neonatus
yang mendekati cukup bulan atau cukup bulan yang mengalami gawat napas segera setelah
lahir dan hilang sendirinya dalam waktu 3-5 hari. Bayi yang sering mengalami TTN adalah
bayi yang dilahirkan secara operasi caesar karena kehilangan kesempatan untuk
mengeluarkan cairan paru mereka. Bayi yang dilahirkan lewat persalinan per vaginam
mengalami kompresi dada saat menuruni jalan lahir. Hal inilah yang menyebabkan sebagian
cairan paru keluar. Hal ini tidak didapatkan bagi bayi yang dilahirkan operasi caesar.1
TTN merupakan penyebab terbanyak gawat napas pada perinatal sekitar 40% gawat
napas setelah lahir .Studi menunjukkan TTN terjadi pada 3,6 hingga 5,7 dari 1000 bayi aterm.
TTN merupakan salah satu penyebab gawat napas tersering pada neonatus dan tidak
terdiagnosis. Faktor resiko pada TTN adalah persalinan dengan sectio caesar, jenis kelamin
laki-laki, riwayat keluarga asma (terutama ibu), makrosomia (berat > 4500 g), kala persalinan
memanjang , asfiksia saat lahir, dan ibu dengan riwayat diabetes (2-3 kali lebih sering). 5
2.3 Patofisiologi
Reabsorbsi cairan yang terlambat pada paru dipercaya sebagai mekanisme sentral dari
TTN. Cairan pada paru menghambat pertukaran gas pada paru sehingga meningkatkan kerja
pernapasan. Takikapni muncul sebagai kompensasi dari keadaan tersebut. Hipoksia muncul
disebabkan karena ventilasi alveoli yang buruk.6 Faktor-faktor berikut juga ikut berperan6:
Selama kehamilan epitel paru secara aktif mensekresikan cairan dan klorida ke rongga
udara. Selama pembukaan persalinan katekolamin fetus dilepaskan dan paru bertukar
dari sekresi cairan dan klorida menjadi absorbsi natrium. Walau bagaimanapun selama
persalinan kanal natrium menjadi inaktif akibatnya terdapat cairan paru yang banyak
saat persalinan yang mengakibatkan penurunan fungsi respirasi postnatal. Bayi yang
lahir dengan pilihan operasi caesar memiliki resiko yang tinggi untuk terjadinya TTN
karena bayi tersebut tidak terekspos stress (katekolamin) selama pembukaan sebelum
terjadinya persalinan.
Apapun mekanisme yang bertanggung jawab terhadap sisa cairan di paru , saat
yang berperan untuk pengembangan paru dan pembersihan cairan paru. Tekanan
berpindah dari distal cairan menuju alveolus, dimana ditransferkan secara pasif
lambat oleh limfe dan pembuluh darah yang menyebabkan tekanan positif sementara
pada interstitium. Peran dari transport Na yang teraktivasi dari alveolus ke interstitium
setelah lahir adalah untuk mencegah cairan balik kembali ke alveolus sebagai akibat
dari adanya tekanan positif pada interstitium. Ketika inaktivasi pada kanal Na maka
cairan akan mengisi ruangan sehingga mengurangi kompliance dan difusi paru
b. Kontraksi uterus
mengeluarkan cairan paru melalui trakea dengan tekanan transpulmonal yang tinggi
dari kontraksi uterus. Bayi yang dilahirkan melalui sectio caesar dan presentasi
bokong kehilangan kesempatan untuk fleksi tubuh ketika kepala masuk ke jalur lahir,
transpulmonal, sehingga cairan dikeluarkan secara paksa melalui hidung dan mulut.
akan langsung takipnu segera setelah persalinan (>60 kali/menit) dan bisa menjadi 100-120
kali/menit atau pada 6 jam pertama setelah lahir. Bayi juga akan merintih, nafas cuping
hidung, retraksi interkostal, dan berbagai macam derajat sianosis (tidak sering, biasanya
hanya ringan dan respon terhadap oksigen). Selain itu kadang juga diikuti dengan tampilan
barrel chest yaitu peningkatan diameter anteroposterior (hiperinflasi). Pada auskultasi dapat
terdengar ronki. Hepar dan lien dapat teraba karena hiperinflasi. Beberapa bayi dapat diikuti
dengan udem dan ileus ringan saat pemeriksaan fisik. Pemeriksaan neurologis normal dan
2.5 Diagnosis
Terjadi hipoksia ringan dan hipokarbia. Jika ada, hipokarbia biasanya ringan
(PCO2 >55 mm Hg). Extreme hypercarbia sangat jarang, namun jika terjadi,
2. Differensial Count adalah normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan untuk
polisitemia.
3. Urin and serum antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi bakteri.
1. Pneumonia
Jika neonatus mengalami pneumonia atau sepsis, akan didapat pada riwayat
kehamilan ibu tanda-tanda infeksi, seperti korioamnionitis, ketuban pecah dini, dan demam.
Differensial count menunjukkan tanda neutropenia atau leukositosis dengan jumlah abnormal
dari sel immature. Tes antigen urin dapat positif bila neonates mengalami group B
streptococcal. Jika terdapat tanda-tanda infeksi seperti di atas, dianjurkan untuk memberikan
antibiotik berspektrum luas. Pemberian antibiotik dapat dihentikan jika didapatkan hasil
2. HMD
Biasanya terjadi pada neonatus yang prematur atau dengan alasan lain akan
tertundanya maturasi paru. Pada rontgen thoraks dapat diketahui dengan jelas pola
3. Aspirasi Mekonium
Diketahui dari riwayat kehamilan dan persalinan berupa cairan ketuban berwarna
hijau tua, mekonium pada cairan ketuban, noda kehijauan pada kulit bayi, kulit bayi tampak
kebiruan (sianosis), pernafasan cepat (takipnea), sesak nafas (apnea), frekuensi denyut
jantung janin rendah sebelum kelahiran, skor APGAR yang rendah, bayi tampak lemas,
2.7 Penatalaksanaan
Transient Tachypnea of the Newborn merupakan self limiting disease. Pengobatan
1. Oksigenasi
Tatalaksana awal TTN adalah pemberian oksigen yang adekuat. Pemberian nasal
kanul dapat memperbaiki saturasi arteri. Apabila usaha untuk bernafas meningkat
dan oksigen yang diperlukan lebih dari 30 % maka dilakukan pemasangan CPAP
3. Antibiotik
Kebanyakan bayi baru lahir diberi antibiotik berspektrum luas hingga diagnosis
4. Pemberian makanan
Jika pernafasan di atas 60 kali per menit, neonatus sebaiknya tidak diperi makan
per oral untuk menghindari risiko aspirasi. Jika frekuensi pernafasan kurang dari
60 kali per menit, pemberian makanan per oreal dapat ditolerir. Jika 60-80 kali per
menit, pemberian makanan harus melalui NGT. Jika lebih dari 80 kali per menit,
Status cairan tubuh dan elektrolit harus dimonitor dan dipertahankan normal.
2.8 Prognosis
Penyakit ini bersifat sembuh sendiri dalam waktu 2-5 hari dan tidak ada risiko
kekambuhan atau disfungsi paru lebih lanjut. Gejala respirasi membaik sejalan dengan
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : By. Ny. U
Anak ke :1
Umur : 3 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama Ayah/Ibu : Cladio Chandra / Ummu
Suku Bangsa : Minang
Alamat : Lubuk Sikaping, Pariaman
Tanggal Masuk : 4 Maret 2017
Dikirim oleh : Rumah Sakit Ibnu Sina Bukittinggi
Anamnesis
Diberikan oleh : Ibu kandung
Keluhan utama : sesak nafas sejak 1 hari yang lalu
Riwayat Persalinan
Lama hamil : cukup bulan
Ditolong oleh : dokter
Cara lahir : SC
Berat lahir : 2400 gram
Panjang lahir : 44 cm
Saat lahir : A/S 7/8
Kesan : normal
Skor Down
Frekuensi nafas : 60-80x/menit 1
Retraksi : retraksi ringan 1
Sianosis : Hilang dengan O2 1
Air entry : Ada 0
Merintih : Terdengar tanpa alat bantu 2
Total 5
Kesan : Gangguan pernafasan sedang
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : kurang aktif
Berat badan : 2400 gram
Panjang badan : 54 cm
Frekuensi nadi : 144x/menit
Frekuensi napas : 75x/menit
Suhu : 36,5oC
Edema : tidak ada
Ikterus : ada
Sianosis : tidak ada
Anemis : tidak ada
Kepala : Bentuk bulat
Ubun-ubun besar 1 x 1 cm
Ubun-ubun kecil 0.5 x 0.5 cm
Jejas persalinan hematom di palpebral superior sinistra
Lain-lain tidak ada
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, diameter 2 mm/2 mm, refleks cahaya +/+
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Hidung : napas cuping hidung ada
Mulut : sianosis sirkum oral tidak ada
Leher : Tidak ditemukan kelainan
Toraks :
Bentuk normochest, simetris, retraksi epigastrium ada
Jantung : irama teratur, bising tidak ada
Paru : bronkovesikuler, rhonki tidak ada, bising tidak ada
Abdomen :
Permukaan : datar
Kondisi : lemas
Hati : x , pinggir tajam, permukaan rata, konsistensi kenyal
Lien : tidak teraba
Tali pusat : segar
Umbilikus : tidak hiperemis
Genitalia : tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas : Atas : akral teraba hangat, CRT < 2 detik
Bawah : akral teraba hangat, CRT < 2 detik
Kulit : teraba hangat, tampak kuning hingga perut
Anus : ada
Tulang-tulang : tidak ditemukan kelainan
Refleks : Moro positif, rooting positif, isap positif, pegang poitif
Ukuran :
Lingkar kepala : 30 cm Panjang lengan : 12 cm
Lingkar dada : 28 cm Panjang kaki : 15 cm
Lingkar perut : 29 cm Kepala simfisis : 28 cm
Simfisis kaki : 16 cm
Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Hb : 19,9 g/dl
Leukosit : 16.730/mm3
Trombosit : 310.000/mm3
Hitung jenis : 0/2/4/69/21/4
Hematokrit : 43.9%
Bilirubin total : 12.6 mg/dl
Bilirubin direct : 0.55 mg/dl
GDS : 67 mg/dl
Kesan : Hiperbilirubinemia
Diagnosis
NBBLR 2400 gram
Respiratory distress syndrome ec suspect TTN
Ikterik neonatorum grade II-III
Diagnosis Banding
Respiratory distress syndrome ec suspect HMD
Respiratory distress ec suspect pneumonia
Resume
NBBLR 2400 gram, lahir SC atas indikasi letak sunsang, ditolong dokter cukup bulan, A/S
7/8, keadaan ibu baik, ketuban jernih (partus luar)
Jejas persalinan hematom di palpebra superior sinistra
Kelainan kongenital tidak ada
Penyakit sekarang NBBLR 2400 gram, Respiratory distress syndrome ec suspect TTN dan
ikterik neonatorum grade II-III
Penatalaksanaan
1. Tatalaksana kegawatdaruratan
Oksigen 1 liter per menit
2. Tatalaksana nutrisi
ASI 8 x 3cc OGT
IVFD cocktail 6 cc/jam
3. Tatalaksana medikamentosa
Injeksi Ampicillin 2 x 110 mg
Injeksi Gentamisin 1 x 10 mg
4. Edukasi
ASI tetap diberikan
Rencana pemeriksaan
Rontgen foto toraks
Follow Up
6 Maret 2017 7 Maret 2017
S Sesak nafas masih ada, Sesak nafas berkurang
berkurang
Tampak kuning hingga perut
Demam tidak ada
Demam tidak ada
Kejang tidak ada
Kejang tidak ada
Kebiruan tidak ada
Kebiruan tidak ada
BAK ada
BAK ada
BAB ada
BAB ada
BAB III
DISKUSI
Telah dirawat seorang bayi laki-laki usia 3 hari dirawat di RS Ahmad Mukhtar
Bukittinggi. Pasien lahir 1 hari sebelum masuk rumah sakit dengan NBBLR 2400 gram, dan
panjang badan 44 cm. lahir SC atas indikasi letak sunsang, ditolong dokter cukup bulan, A/S
7/8, keadaan ibu baik, ketuban jernih (partus luar), jejas persalinan hematom di palpebra
Pasien dirawat dengan keluhan utama sesak nafas sejak 1 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Selain sesak nafas, bayi juga merintih namun tidak disertai dengan
kebiruan . Gangguan napas pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena obstruksi jalan
napas, gangguan pada trakea, gangguan pada pulmonal ataupun non pulmonal. Dalam jam-
jam pertama sesudah lahir, empat gejala distres respirasi (takipnea, retraksi, napas cuping
hidung dan merintih ) kadang juga dijumpai pada bayi baru lahir normal namun tidak
berlangsung lama. Gejala ini disebabkan karena perubahan fisiologi akibat reabsorbsi cairan
dalam paru bayi dan masa transisi dari sirkulasi fetal ke sirkulasi neonatal.
75x/menit, suhu 36,50C, napas cuping hidung positif dan retraksi epigastrium positif. Hal ini
menunjukkan terjadinya gawat napas pada bayi tersebut. Gawat napas ditandai dengan
takipneu (frekuensi napas >60-80x/menit), napas cuping hidung, retraksi, sianosis dan apneu.
Ini didukung juga dengan jumlah skor down 5 (gangguan pernapasan sedang). Selain itu,
pada pemeriksaan kulit tampak ikterik sampai perut. Ikterik merupakan keadaan klinis oada
bayi yang ditandai dengan pewarnaan ikterik pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin
tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterik dapat berifat fisiologis maupun patologis. Ikterik
fisiologis umumnya terjadi pada bayi baru lahir setelah 24 jam sampai 8 hari sementara
ikterik patologis terjadi pada bayi sebelum 24 jam atau pada bayi yang berumur lebih 8 hari
bilirubin total, 2.6 mg/dl dan bilirubin direct 0.55 mg/dl dengan kesan hiperbilirubinemia.
pada pasien ini adalah NBBLR 2400 gram, Respiratory distress syndrome ec suspect TTN
dan Ikterik neonatorum grade II-III. Diagnosis banding Respiratory distress syndrome ec
suspect HMD dan Respiratory distress ec suspect pneumonia. HMD biasanya terjadi pada
neonatus yang prematur atau tertundanya maturasi paru. Jika neonatus mengalami pneumonia
atau sepsis, akan didapat pada riwayat kehamilan ibu tanda-tanda infeksi, seperti
korioamnionitis, ketuban pecah dini, dan demam. Differensial count menunjukkan tanda
neutropenia atau leukositosis. Pasien lahir cukup bulan, tidak didapatkan riwayat tanda-tanda
infeksi pada ibu dan hasil pemeriksaan hitung jenis dalam batas normal. Pasien lahir secara
SC atas indikasi janin letak sunsang. Hal ini menyebabkan meingkatnya risiko pengeluaran
cairan pada paru yang tidak maksimal sehingga terjadi akumulasi cairan pada paru yang
napas.
Tatalaksana yang diberikan adalah pemberian NCPAP PEEP 7, FiO2 21%, ASI 8 x
7cc/NGT (56 cc/hari = 25 cc/kgBB/hari, Amino steril infant 70 cc/hr = 2,9 cc/jam, IVFD
DAFTAR PUSTAKA