Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TENTANG
Oleh:
Kelompok 2
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Oleh karena itu, makalah kecil ini akan mencoba memberikan sedikit
wawasan tentang bagaimana memahami ayat-ayat Al-Quran yang musytarak dan
ketentuan-ketentuan hukumnya.
B. Pembahasan
a. Pengertian musytarok
Kata Musytarak adalah bentuk mashdar yang berasal dari kata kerja
yang berarti bersekutu seperti dalam ungkapan yang berarti kaum
itu bersekutu.
Dari pengertian bahasa ini selanjutnya para ulama ushul merumuskan pengertian
musytarak menurut istilah. Adapun definisi yang diketengahkan oleh para ulama
ushul adalah anatara lain:
Satu lafadz yang menunjukkan lebih dari satu makna yang berbeda-beda
batasannya dengan jalan bergantian. Maksudnya pergantian disini adalah kata
musytarak tidak dapat diartikan dengan semua makna yang terkandung dalam kata
tersebut secara bersamaan, akan tetapi harus diartikan dengan arti salah satunya.
Seperti kata yang dalam pemakaian bahasa Arab dapat berarti masa suci
dan bias pula masa haidl, lafad bisa berarti mata, sumber mata air, dzat,
harga, orang yang memata-matai (jasus) dan emas, kata musytarak antara tangan
kanan dan kiri, kata dapat berarti tahun untuk hijriyah, syamsiyah, bisa pula
tahun masehi.
Bab II
Pembahasan
, dalam satu kabilah, kata ini digunakan menunjukkan arti hasta secara
2. Terjadinya perkembangan perluasan makna satu lafadz dari makna asal, seperti
kesesatan).
dan makna istilah urfi. Sehingga terjadi perubahan arti satu kata dari arti bahasa
kedalam arti istilah, seperti kata-kata yang digunakan dalam istilah syara. Seperti
lafadz yang dalam arti bahasa bermakna doa, kemudian dalam istilah
syara digunakan untuk menunjukkan ibadah tertentu yang telah kita malumi.
b) Apabila lafadz tersebut mengandung kebolehan terjadinya banyak arti, maka yang
ditetapkan adalah salah satu arti saja dengan dalil-dalil (qarinah) yang
menguatkan dan menunjukkan salah satu arti tersebut. Baik berupa qarinah
lafdziyah maupun qarinah haliyah. Yang dimaksud qarinah lafdziyah adalah
suatu kata yang menyertai nash. Sedangkan qarinah haliyah adalah
keadaan/kondisi tertentu masyarakat Arab pada saat turunnya nash tersebut.
c) Jika tidak ada qarinah yang dapat menguatkan salah satu arti lafadz lafadz tersebut,
menurut golongan hanafiyah harus dimauqufkan sampai adanya dalil yang dapat
menguatkan salah satu artinya. Menurut golongan malikiyah dan syafiiyah
membolehkan menggunakan salah satu artinya.
Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara
yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.
Dalam ayat tersebut di atas lafadz al-thalaq harus diartikan dalam istilah
syara yaitu melepaskan tali ikatan hubungan suami istri yang sah, bukan
diartikan secara bahasa yang berarti melepaskan tali ikatan secara mutlaq.
Lafadz pada ayat tersebut dapat bisa mengandung arti dalam istilah
bahasa yaitu doa dan bisa pula berarti dalam istilah syara yaitu ibadah yang
tertentu, akan tetapi mempunyai makna dalam istilah bahasa yaitu doa. Karena
Lafadz Quru dalam pemakain bahasa Arab bisa berarti masa suci dan bisa
pula berarti masa haidl. Oleh karena itu, seorang mujtahid harus mengerahkan
segala kemampuannya untuk mengetaui makna yang dimaksudkan oleh syari
dalam ayat tersebut.
Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan lafadz quru tersebut diatas.
Sebagian ulama yaitu Imam Syafii mengartikannya dengan masa suci. Alasan
beliau antara lain adalah karena adanya indikasi tanda muannats pada adad (kata
bilangan : tsalatsah) yang menurut kaida bahasa Arab madudnya harus
mudzakkar, yaitu lafadz al-thuhr (suci). Sedangkan Imam Abu Hanifah
mengartikannya dengan masa haidl. Dalam hal ini, beliau beralasan bahwa lafadz
tsalatsah adalah lafadz yang khas yang secara dzahir menunjukkan sempurnanya
masing-masing quru dan tidak ada pengurangan dan tambahan. Hal ini hanya
bisa terjadi jika quru diartikan haidl. Sebab jika lafadz quru diartikan suci, maka
hanya ada dua quru (tidak sampai tiga)[16]
Lafadz dapat berarti masa/waktu haidl (zaman) dan bisa pula berarti
tempat keluarnya darah haidl (makan). Namun dalam ayat tersebut menurut
ulama diartikan tempat keluarnya darah haidl. Karena adanya qarinah haliyah
yaitu bahwa orang-orang Arab pada masa turunnya ayat tersebut tetap menggauli
d. Pengertian Muradif
Seperti contoh:
Kedua kata ini memiliki arti yang sama akan tetapi jelas sudah menjadi
rahasia umum jika kata Al-khasyah adalah lebih tinggi atau lebih kuat makna
memperlihatkan kejelasannya:
Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya
dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang
dikhususkan hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebab kata Al-khasy itu
dlann yang berarti kecelaannya atu aibnya, namun al-bukhl karena keadaannya.
Dan Dia (Muhammad) bukanlah orang yang bakhil untuk menerangkan yang
Disini tidak dikatakan dengan Al-bukhl. Di lain waktu juga dikatakan Adl-dlanin
bi ilmihi.
15. orang-orang Badwi yang tertinggal itu akan berkata apabila kamu berangkat
kamu"; mereka hendak merobah janji Allah. Katakanlah: "Kamu sekali-kali tidak
akan mengatakan: "Sebenarnya kamu dengki kepada kami". bahkan mereka tidak
55. dan Demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quran (supaya jelas jalan
orang-orang yang saleh, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.
PENUTUP
Dari sedikit pemaparan diatas, dapat kita pahami bahwa perbedaan akan
interpretasi terhadap nash-nash Al-Quran akan menimbulkan kesimpulan-
kesimpulan hukum yang berbeda pula. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
pemahaman terhadap bahasa Arab dari berbagai aspeknya sangatlah penting untuk
dikaji secara konperehensif sehingga kita dapat mengaktualisasikan pesan-pesan
teks Al-Quran dalam konteks zaman kontemporer yang penuh tantangan dan
problematika-problematika umat yang membutuhkan jawaban-jawaban yang
dapat memberikan pencerahan terhadap ummat.
Ahkirnya penulis berharap semoga makalah yang kecil ini sedikit dapat
memberikan kontribusi positif dalam rangka untuk memahami Al-Quran sebagai
modal utama bagi umat Islam, khususnya kita sebagai generasi muda Islam
sehinnga mampu menjawab tantangan zaman yang sangat kompleks. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Syafii Karim, Fiqih-Ushul Fiqih, Cet. II, Bandung: Pustaka Setia, 2001,