Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia

2.1.1 Definisi lansia

Lanjut usia (lansia) adalah suatu tahap dalam hidup manusia mulai dari

bayi, anak-anak, remaja, tua, dan usia lanjut, dan bukan penyakit melainkan suatu

prose salami yang tidak bisa dihindarkan. Umur manusia sebagai makhluk hidup

terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar enam kali masa bayi sampai

dewasa atau 6x20 tahun sama dengan 120 tahun (Depkes RI, 2012).

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam

mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek

biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 2010).

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan dan penyakit yang sering

terjadi pada lansia di antaranya keturunan genetik, nutrisi atau makanan, status

kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stres (Santoso, 2009).

2.1.3 Batasan lansia

Notoatmojo (2007) batasan lanjut usia dapat ditinjau dari aspek biologi,

sosial, dan usia atau batasan usia, yaitu:

1. Aspek Biologi

Lansia ditinjau dari aspek biologi adalah orang/individu yang telah

menjalani proses penuaan (menurunnya daya tahan fisik yang ditandai dengan

7
8

semakin rentannya tubuh terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat

menyebabkan kematian), hal ini disebabkan seiring meningkatnya usia terjadi

perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

2. Aspek Sosial

Sudut pandang sosial, lansia merupakan kelompok sosial tersendiri.

Negara Barat, lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Bagi

masyarakat tradisional di Asia, lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang

harus dihormati oleh masyarakat.

3. Aspek Umur

Kedua aspek di atas, pendekatan umur adalah yang paling memungkinkan

untuk mendefinisikan lansia secara tepat. Beberapa pendapat mengenai

pengelompokkan usia lansia adalah sebagai berikut:

a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), lanjut usia adalah tahap masa

tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 60 tahun ke atas.

b. Departemen Kesehatan RI membuat pengelompokkan sebagai berikut:

1) Kelompok Pertengahan Umur: kelompok usia dalam masa vertilitas yaitu

masa persiapan usia lanjut yang menunjukkan keperkasaan fisik dan

kematangan jiwa (45-54 tahun).

2) Kelompok Usia Lanjut Dini: kelompok dalam masa prasenium yaitu

kelompok yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun).

3) Kelompok Usia Lanjut: kelompok dalam masa senium (65 tahun ke atas)
9

4) Kelompok Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi: kelompok yang berusia

lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri,

terpencil, menderita penyakit berat atau cacat.

d. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat pengelompokan sebagai berikut:

1) Usia pertengahan adalah kelompok usia 45-59 tahun.

2) Usia lanjut adalah kelompok usia antara 60-74 tahun.

3) Usia lanjut tua adalah kelompok usia antara 75-90 tahun.

4) Usia sangat tua adalah kelompok usia di atas 90 tahun.

e. Menurut Second World Assembly on Ageing (SWAA) di Madrid (8-12 April

2012) yang menghasilkan Rencana Aksi Internasional Lanjut Usia (Madrid

International Plan of Action on Ageing), seseorang disebut sebagai lansia jika

berumur 60 tahun ke atas (di negara berkembang) atau 65 tahun ke atas di negara

maju.

2.1.4 Kategori lansia

Margaret (2008) menjelaskan lansia dibagi menjadi tiga kategori yaitu: go

go's yang bersifat aktif bergerak tanpa bantuan orang lain, slow go's yang bersifat

semi aktif, dan no go's yang memiliki cacat fisik dan sangat tergantung pada pada

orang lain.
10

Gambar 2.1 Lansia yang termasuk slow go's, go go's, dan no go's
Sumber : Margaret, 2008

2.1.4 Penurunan kondisi pada lansia

Elizabeth (2012) mengatakan bahwa seseorang yang berada pada keadaan

usia lanjut akan mengalami penurunan berbagai organ atau sistem tubuh, baik dari

segi anatomi maupun fungsional. Beberapa penurunan yang terjadi pada lansia

adalah sebagai berikut:

1. Penurunan fisik, meliputi:

a. Lansia tidak tahan terhadap temperatur yang sangat panas atau sangat

dingin. Hal ini disebabkan oleh menurunnya fungsi pembuluh darah

pada kulit.

b. Dalam kemampuan visual, lansia mengalami kemunduran dalam hal

ketajaman dan luas pandangan. Mata kurang peka dalam melihat

cahaya dengan intensitas terlalu tinggi dan lebih sensitif terhadap

sesuatu yang menyilaukan serta kurang mampu membedakan warna.


11

c. Dalam kemampuan pendengaran, lansia mengalami kesulitan dalam

menangkap frekuensi percakapan yang kecil atau besar di waktu

bersamaan.

d. Dalam kemampuan indera perasa, lansia menjadi kurang menyadari

akan perubahan suhu, rasa dan bau.

e. Penurunan fungsi sistem motorik (otot dan rangka), antara lain

berkurangnya daya tumbuh dan regenerasi, kemampuan mobilitas dan

kontrol fisik, semakin lambatnya gerakan tubuh, dan sering terjadi

getaran otot (tremor). Jumlah otot berkurang, ukurannya menciut,

volume otot secara keseluruhan menciut dan fungsinya menurun.

Terjadi degenerasi di persendian dan tulang menjadi keropos

(osteoporosis).

f. Kulit tubuh menjadi berkerut karena kehilangan elastisitas dan mudah

luka apabila tergores benda yang cukup tajam. Kulit tubuh menjadi

lebih kering dan tipis.

g. Semakin tua usia seseorang, tingkat kecerdasan semakin menurun,

memori berkurang, kesulitan berkonsentrasi, lambatnya kemampuan

kognitif dan kerja saraf.

2. Penurunan psikologis

a. Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya ingat yang sering

terjadi pada orang yang berusia >65 tahun.

b. Depresi. Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam

problem lansia. Usia bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi


12

tetapi suatu keadaan penyakit medis kronis dan masalah-masalah yang

dihadapi lansia yang membuat mereka depresi. Gejala depresi pada

lansia adalah kehilangan minat, berkurangnya energi (mudah lelah),

konsentrasi dan perhatian berkurang, kurang percaya diri, sering

merasa bersalah, pesimis, gangguan pada tidur dan gangguan nafsu

makan.

c. Delusi merupakan suatu kondisi dimana pikiran terdiri dari satu atau

lebih delusi. Delusi diartikan sebagai ekspresi kepercayaan yang

dimunculkan kedalam kehidupan nyata seperti merasa dirinya diracun

oleh orang lain, dicintai, ditipu, merasa dirinya sakit atau disakiti.

d. Gangguan kecemasan merupakan gangguan psikologis berupa

ketakutan yang tidak wajar/phobia. Kecemasan yang tersering pada

lansia adalah tentang kematiannya.

e. Gangguan tidur. Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering

berhubungan dengan peningkatan kejadian gangguan tidur yang berupa

gangguan tidur di malam hari (sering terbangun di dini hari) dan sering

merasa ngantuk terutama di siang hari.

3. Penurunan sosial

a. Masa pensiun menyebabkan sebagian lansia sering merasa ada sesuatu

yang hilang dari hidupnya. Beberapa perasaan yang dirasakan adalah

sebagai berikut:

1) Kehilangan status atau kedudukan sosial sebelumnya, baik di dalam

masyarakat, tempat kerja atau lingkungan.


13

2) Kehilangan pertemanan baik di lingkungan masyarakat.

3) Kehilangan gaya hidup yang biasa dijalaninya.

b. Banyak lansia yang merasa kesepian atau merasa terisolasi dari

lingkungan di sekitarnya, antara lain karena jarang tersedia pelayanan

kendaraan umum khusus bagi lansia, tingginya tingkat kejahatan di

sekitar lingkungan tempat tinggal, dan lain-lain.

2.1.5 Permasalahan lansia

Setiono (2013) menjelaskan ada beberapa permasalahan yang dapat terjadi

pada lansia, yaitu :

1. Kondisi mental: secara psikologis, umumnya pada usia lanjut terdapat

penurunan baik secara kognitif maupun psikomotorik. Contohnya,

penurunan pemahaman dalam menerima permasalahan dalam kelambanan

dalam bertindak.

2. Keterasingan (loneliness): terjadi penurunan kemampuan pada individu

dalam mendengar, melihat, dan aktivitas lainnya sehingga merasa tersisih

dari masyarakat.

3. Post power syndrome: kondisi ini terjadi pada seseorang yang semula

mempunyai jabatan pada masa aktif bekerja. Setelah berhenti bekerja,

orang tersebut merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya.

4. Masalah penyakit: selain karena proses fisiologis yang menuju ke arah

degeneratif, juga banyak ditemukan gangguan pada usia lanjut, antara lain:

infeksi, jantung dan pembulu darah, penyakit metabolik, osteoporosis,


14

kurang gizi, penggunaan obat dan alkohol, penyakit saraf (stroke), serta

gangguan jiwa terutama depresi dan kecemasan.

2.2 Stres

2.2.1 Definisi Stres

Stres adalah suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh setiap orang. Stres

memberi dampak secara total pada individu yaitu dampak terhadap fisik,

psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual. (Carolin, 2010). Istilah stres

digunakan untuk menunjukkan adanya reaksi fisik dan psikis seseorang terhadap

keadaan tertentu yang mengancam (Carlson, 2008).

Wirawan (2012) menjelaskan bahwa stres adalah tekanan mental atau

beban kehidupan yang tidak sanggup ditanggung oleh seseorang. Istilah stres

bukanlah kosakata baru dalam dunia kedokteran. Di Indonesia, istilah ini telah

dikenal sejak tahun 80-an dan nyaris masuk menjadi bahan pembicraan setiap

orang diberbagai kesempatan, saat santai ataupun serius. Istilah stres sendiri

sesungguhnya berasal dari bahasa latin yaitu berasal dari kata stringere yang

mempunyai arti ketegangan, dan tekanan. Stres merupakan relaksi yang tidak

diharapkan yang muncul disebabkan oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada

seseorang. Stres ini terjadi karena tidak ada keseimbangan antara harmoni,

kekuatan dan kemampuannya yang sering terganggu. Stres adalah suatu kondisi

dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres bukan

karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena
15

pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemah dan

rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.

Stres biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif padahal tidak.

Terjadinya stres dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stresor. Bentuk

stresor ini dapat dari lingkungan, kondisi dirinya serta pikiran. Dalam pengertian

stres itu sendiri juga dapat dikatakan sebagai stimulus dimana penyebab stres

diangggap sebagai sesuatu hal yang biasa. Stres juga dikatakan sebagai respon

artinya dapat merespon apa yang terjadi, juga disebut sebagai transaksi yakni

hubungan antara stresor dianggap positif karena adanya interaksi antara individu

dengan lingkungan (Alimul, 2008).

2.2.2 Pandangan stres

Alimul (2008) menjelaskan bahwa para ahli memiliki pandangan teori

yang tidak sama. Untuk lebih jelas tentang stres sebenarnya, maka dapat diketahui

beberapa pandangan diantaranya :

a. Pandangan stres sebagai stimulus

Pandangan ini menyatakan stres sebagai suatu stimulus yang menuntut,

dimana semakin tinggi besar tekanan yang dialami seseorang, maka semakin besar

pula stres yang dialami. Pandangan ini didasari hukum elastisitas hooke yang

menjelaskan semakin berat beban satu logam, maka semakin besar pula stres yang

dialami, melalui pandangan ini maka dianalogikan pada manusia apabila semakin

besar tekanan yang dialami, makin besar pula stres yang dialaminya.
16

b. Pandangan stres sebagai respon

Mengidentifikasikan stres sebagai respon individu terhadap stresor yang

diterima, di mana ini sebagai akibat respon fisiologi dan emosional atau juga

sebagai respon yang nonspesifik tubuh terhadap tuntutan lingkungan yang ada.

c. Pandangan stres sebagai transaksional

Pandangan ini merupakan suatu interaksi antara orang dengan lingkungan

dengan meninjau dari kemampuan individu dalam mengatasi masalah dan

terbentuknya sebuah koping. Interaksi dengan lingkungan ini dapat diukur situasi

yang potensial mengandung stres dengan mengukur dari persepsi individu

terhadap masalah, mengkaji kemampuan seseorang atau sumber-sumber yang

tersedia yang diarahkan mengatasi masalah.

2.2.3 Faktor predisposisi stres

Sukadiyanto (2010) menjelaskan berdasarkan faktor predisposisi dimana

berbagai jenis unsur mempengaruhi bagaimana seseorang individu merasakan dan

merespon suatu peristiwa yang menimbulkan stres. Faktor predisposisi ini sangat

berperan dalam menentukan apakah suatu respon adaptif atau maladaptive. Jenis

faktor predisposisi adalah pengaruh genetik, pengalaman masa lalu, dari dalam

dan dari luar diri individu, perasaan cemas dan kondisi saat ini.

Pengaruh genetik adalah keadaan kehidupan seseorang yang diperoleh dari

keturunan. Sebagai contoh, termasuk riwayat kondisi psikologis dan fisik keluarga

serta temperamen (karakteristik tingkah laku pada saat lahir dan masa

pertumbuhan). Pengalaman masa lalu adalah kejadian-kejadian yang

menghasilkan suatu pola pembelajaran yang dapat mempengaruhi respon


17

penyesuian individu, termasuk pengalaman sebelumnya terhadap tekanan stres

tersebut atau tekanan lainnya, mempelajari respon penanggulangan dan tingkat

penyesuian pada tekanan stres sebelumnya. Kondisi saat ini yang meliputi faktor

kerentanan yang mempengaruhi kesiapan fisik, psikologis dan sumber-sumber

sosial individu untuk menghadapi tuntutan penyesuian diri (Sukadiyanto, 2010).

2.2.4 Patofisiologi terjadinya stres

Carolin (2010) menjelaskan bahwa tidak ada stresor yang dapat

membahayakan kehidupan karena stresor tersebut akan menimbulkan kebosanan.

Stresor diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan, kematangan pribadi, dan

kompetisi dalam hidup. Stres jangka pendek, akan menghasilkan perubahan

adaptif yang membantu seseorang untuk merespons stresornya (misalnya

mobilisasi sumber energi), tetapi dalam jangka panjang stres akan menghasilkan

perubahan-perubahan yang maladaptif (misalnya, kelenjar adrenal yang

membesar). Respon stres bersifat kompleks dan bervariasi. Respon seseorang

terhadap stres bergantung pada jenis stresornya, kapan waktunya, bagaimana sifat

orang yang mengalami stres, dan bagaimana orang yang mengalami stres bereaksi

terhadap stresornya (Pinel, 2009).

Davison (2009) mengatakan bahwa terdapat tiga fase dalam proses

terjadinya stres. Fase pertama, yaitu reaksi alarm, sistem saraf otonom diaktifkan

oleh stres, jika stresor terlalu kuat, terjadi luka pada saluran pencernaan, kelenjar

adrenalin membesar, dan timus menjadi lemah. Fase kedua, resistensi, organisme

beradaptasi dengan stres melalui berbagai mekanisme, jika stresor menetap atau

organisme tidak mampu merespons secara elektif, maka terjadilah fase ketiga,
18

yaitu suatu tahap kelelahan yang amat sangat dan organisme akan mati atau

mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.

2.2.5 Macam-macam stres

Alimul (2008) menjelaskan macam-macam stres sebagai berikut:

1. Stres fisik

Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang

tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena

tegangan arus listrik.

2. Stres kimiawi

Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat beracun

asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa

kimia.

3. Stres mikrobiologik

Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau

parasit.

4. Stres fisiologik

Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya

gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.

5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan

Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan

seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.


19

6. Stres psikis atau emosional

Stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau

ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan

interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan.

2.2.6 Sumber-sumber stres

Sriati (2009) mengatakan bahwa sumber stres terdiri dari tiga aspek antara

lain :

a. Diri sendiri

Sumber stres dari dalam diri sendiri umumnya dikarenkan konflik yang

terjadi antara keinginan dan kenyataan yang berbeda, dalam hal ini adalah

berbagai permasalahan yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi

maka akan dapat menimbulkan stres.

b. Keluarga

Stres ini bersumber dari masalah keluarga yang ditandai dengan adanya

perselisihan antara keluarga, masalah keuangan, serta adanya tujuan yang berbeda

diantara keluarga.

c. Masyarakat dan lingkungan

Sumber stres ini dapat terjadi di masyarakat dan lingkungan seperti

hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan di masyarakat sehingga

tidak berkembang.

2.2.7 Tanda dan gejala stres

Tanda dan gejala stres merupakan manifestasi tubuh terhadap stres dimana

tanda-tanda fisik meliputi: gerakan motoric yang tidak disadari berupa menggigit
20

kuku, mengepalkan tinju, mengencangkan rahang, mengetuk-ngetuk jari, menarik

bahu, mengetuk-ngetuk kaki, dan lain sebagainya. Tanda-tanda emosi/perasaan

meliputi: cemas, depresi, kecewa, marah atau bermusuhan, tidak berdaya, tidak

sabar, mudah tersinggung, gelisah, dan lain sebagainya. Tanda-tanda

perilaku/tingkah laku meliputi: gangguan pola tidur, mengerjakan beberapa hal

sekaligus, meninggalkan pekerjaan yang belum selesai, reaksi berlebih, berbicara

terlalu keras atau cepat (AIS, 2010).

2.2.8 Reaksi tubuh terhadap stres

Stres dapat mengenai hampir seluruh sistem tubuh, seperti hal-hal sebagai

berikut: gangguan penglihatan, pendengaran berdenging, daya mengingat,

konsentrasi dan berfikir menurun, wajah tegang, serius, tidak santai, sulit senyum,

dan kerutan pada kulit wajah, bibir dan mulut terasa kering, tenggorokan terasa

tercekik, lambung mual, kembung dan pedih, mulas, sulit defikasi atau diare,

sering berkemih, otot sakit seperti tertusuk-tusuk, pegal dan tegang, kadar gula

meninggi, libido bisa menurun bisa juga meningkat (Hawari, 2011).

2.2.9 Tahapan stres

Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan, menurut

Alimul (2008) mengatakan bahwa tahapan stres dapat terbagi menjadi enam tahap

diantaranya:

a. Tahap pertama

Tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya semangat

bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti pada umumnya, merasa mampu
21

menyelesaikan pekerjaan yang tidak seperti biasanya, kemudian merasa senang

akan pekerjaannya akan tetapi kemampuan yang dimiliknya semakin berkurang.

b. Tahap kedua

Stres tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut: adanya

perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah setelah

makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut

tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot

punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai.

c. Tahap ketiga

Tahap ketiga ini apabila seseorang mengalami gangguan seperti pada

lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur,

ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur

seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur,

lemah, terasa seperti tidak memiliki tenaga.

d. Tahap keempat

Tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaan yang

menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi

kehilangan kemampuan untuk merespon secara adekuat, tidak mampu

melaksanakan kegiatan sehari-hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak

ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun

karena adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui

penyebabnya.
22

e. Tahap kelima

Stres tahap ini ditandai adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak

mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada

sistem pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan kecemasan semakin

meningkat.

f. Tahap keenam

Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan

perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak jantung semakin keras,

susah bernapas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan

terjadi kolaps atau pingsan.

2.2.10 Tingkatan stres

Rasmun (2010) menjelaskan stres dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

1. Stres ringan (nilai 20-24)

Stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan

umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa, ketiduran, dikritik, dan

kemacetan. Stres ringan biasanya hanya terjadi dalam beberapa menit atau

beberapa jam. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi

terus menerus.

2. Stres sedang (nilai 25-29)

Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari,

misalnya dari stresor yang dapat menimbulkan stres sedang adalah kesepakatan

yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru,

dan anggota keluarga yang pergi dalam waktu yang lama (Rasmun, 2010).
23

3. Stres berat (nilai 30)

Stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun,

misalnya dari stresor yang dapat menimbulkan stres berat adalah hubungan suami

istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama

(Rasmun, 2010).

2.2.11 Stres pada lansia

Stres memiliki pengaruh jangka panjang dalam tahapan kehidupan. Lansia

mengalami berbagai macam stressor dari dalam diri dan lingkungan, berupa

perubahan kesehatan fisik seiring bertambahnya usia, kehilangan orang yang

dicintai dan keluarga. Hubungan sosial juga menjadi salah satu pengalaman yang

dapat mempengaruhi tingkat stres lansia. Kebanyakan lansia memiliki penurunan

hubungan sosial yang berarti. Paparan stres secara jangka panjang dapat

menyebabkan depresi dan juga dapat berdampak negatif pada kesejahteraan

psikologis lansia. Hal ini kemudia mempengaruhi kualitas hidupnya dan dapat

mengakibatkan peningkatan kondisi penyakit yang dialami (Bishop, 2008).

2.2.12 Penatalaksanaan stres

Zan (2010) menjelaskan bahwa tatalaksana stres antara lain:

1. Menarik nafas dalamdalam, serta hitung mundur dari sepuluh ke satu.

2. Menarik nafas lagi dalam, katakan hitungan nomor 110 pelanpelan

hembusan nafas dan ulangi menghitung mundur.

3. Lakukan sentuhan secara terapeutik.

4. Roffing (menyejajarkan kembali struktur tubuh dengan memijat jaringan

ikat untuk meningkatkan relaksasi).


24

5. Bioenergik (menurukan ketegangan otot dengan pelepasan emosi).

6. Visualisasi atau membayangkan.

7. Berhenti berpikir sejenak.

8. Menolak halhal negatif atau bicara sendiri yang tidak rasional.

2.3 Kuesioner DASS (Depression Anxiety Stress Scale)

Skala Pengukuran Dass (Depression Anxiety Stress Scale) merupakan alat

uji instrumen yang telah baku dan tidak perlu di uji validitasnya lagi. DASS terdiri

dari 42 item pertanyaan yang menggambarkan tingkat stress dan kecemasan.

(lovibond, 2013).

DASS adalah satu set tiga laporan diri skala yang dirancang untuk

mengukur keadaan emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. Para

DASS dibangun tidak hanya sebagai satu set timbangan untuk mengukur keadaan

emosional konvensional didefinisikan, tetapi untuk memajukan proses

mendefinisikan, memahami, dan mengukur keadaan emosional di mana-mana dan

klinis signifikan biasanya digambarkan sebagai depresi, kecemasan dan stress

(lovibond, 2013).

Masing-masing dari tiga skala DASS berisi 14 item, dibagi menjadi

subskala dari 2-5 item dengan isi yang serupa. Skala Depresi menilai dysphoria,

putus asa, evaluasi hidup, sikap meremehkan diri, kurangnya minat/ keterlibatan,

anhedonia, dan inersia. Skala Kecemasan menilai gairah otonom, efek otot

rangka, kecemasan situasional, dan pengalaman subjektif dari mempengaruhi

cemas. Skala Stres sensitif terhadap tingkat kronis non-spesifik gairah. Ini menilai
25

kesulitan santai, gairah saraf, dan menjadi mudah marah/ gelisah, mudah

tersinggung/ over-reaktif dan tidak sabar. Subjek diminta untuk menggunakan 4-

point keparahan/ skala frekuensi untuk menilai sejauh mana mereka telah

mengalami masing-masing negara selama seminggu terakhir. Skor untuk Depresi,

Kegelisahan dan Stres dihitung dengan menjumlahkan skor untuk item yang

relevan (Stuart, 2008).

Depression Anxiety Stress Scale ini dapat digunakan secara berkelompok

maupun perorangan untuk tujuan penelitian. Kapasitas untuk membedakan antara

tiga kategori yaitu depresi, kecemasan dan stres akan berguna bagi peneliti untuk

mendapatkan etiologi, sifat dan mekanisme gangguan emosional terhadap orang

yang diteliti. Sebagai pengembangan penting dari DASS itu dilakukan dengan

non-klinis sampel, sangat cocok untuk remaja normal, dewasa dan lanjut usia.

Mengingat kemampuan bahasa yang diperlukan, tidak ada kasus untuk tujuan

komparatif dengan anak-anak berumur dibawah 12 tahun. bahwa batas usia skala

pengukuran DASS adalah remaja normal (usia 17-25 tahun), dewasa (usia 26-55)

dan lanjut usia (usia >60 tahun) (lovibond, 2013).

Nilai pokok DASS dalam pengaturan klinis adalah untuk memperjelas

lokus gangguan emosional, sebagai bagian dari tugas yang lebih luas dari

penilaian klinis. Fungsi penting dari DASS adalah untuk menilai keparahan gejala

inti dari depresi, kecemasan dan stres. Depresi klinis, orang cemas atau stres juga

dapat memanifestasikan gejala tambahan yang cenderung umum untuk dua atau

ketiga dari kondisi, seperti tidur, nafsu makan, dan gangguan seksual. Gangguan
26

ini akan ditimbulkan oleh pemeriksaan klinis, atau dengan menggunakan cek

gejala umum daftar seperti yang diperlukan (lovibond, 2013).

Ketentuan skor penilaian dari pertanyaan kuesioner DASS 42 adalah 0:

Tidak ada atau tidak pernah, 1: Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat

tertentu, atau kadang-kadang, 2: Sering dan 3: Sangat sesuai dengan yang dialami,

atau hampir setiap saat (Stuart, 2008).

Tabel 2.1 Skor masing-masing kategori dengan menggunakan DASS 42


Tingkat Depresi Kecemasan Stres
Normal 0-9 0-7 0-14
Ringan 10-13 8-9 15-18
Sedang 14-20 10-14 19-25
Berat 21-27 15-19 26-33
Sangat berat > 28 > 20 >34
(Sumber: lovibond, 2013)

Вам также может понравиться

  • Multiple Mieloma
    Multiple Mieloma
    Документ44 страницы
    Multiple Mieloma
    Syahrial Fauzi
    Оценок пока нет
  • Konsensus Tata Laksana Hipertensi pada Anak
    Konsensus Tata Laksana Hipertensi pada Anak
    Документ35 страниц
    Konsensus Tata Laksana Hipertensi pada Anak
    ghya_311
    100% (2)
  • Diagnosis Dan Tatalaksana Intususepsi
    Diagnosis Dan Tatalaksana Intususepsi
    Документ4 страницы
    Diagnosis Dan Tatalaksana Intususepsi
    Wibhuti Emriko
    Оценок пока нет
  • KPD
    KPD
    Документ27 страниц
    KPD
    billi lisanuddin
    Оценок пока нет
  • 67 280 1 PB PDF
    67 280 1 PB PDF
    Документ9 страниц
    67 280 1 PB PDF
    Niken Prameswari
    Оценок пока нет
  • Syok Neurogenik Kel 5.. 2
    Syok Neurogenik Kel 5.. 2
    Документ21 страница
    Syok Neurogenik Kel 5.. 2
    Lala Khaulani Uar
    100% (1)
  • Jurnal Hepatitis
    Jurnal Hepatitis
    Документ7 страниц
    Jurnal Hepatitis
    putraelfauzi
    67% (6)
  • Obat TB Kehamilan
    Obat TB Kehamilan
    Документ9 страниц
    Obat TB Kehamilan
    Aravinda Pravita Ichsantiarini
    Оценок пока нет
  • To 2 Otak Ukdi Batch 3-2
    To 2 Otak Ukdi Batch 3-2
    Документ340 страниц
    To 2 Otak Ukdi Batch 3-2
    theresiaaquila
    Оценок пока нет
  • 274 466 1 SM PDF
    274 466 1 SM PDF
    Документ6 страниц
    274 466 1 SM PDF
    Goldi Pong
    Оценок пока нет
  • Defisit Perawatan Diri Dengan Orang Gangguan Jiwa
    Defisit Perawatan Diri Dengan Orang Gangguan Jiwa
    Документ39 страниц
    Defisit Perawatan Diri Dengan Orang Gangguan Jiwa
    Anonymous wFN4UYVG
    100% (5)
  • Kusta
    Kusta
    Документ32 страницы
    Kusta
    trikurniati27
    Оценок пока нет
  • Kuliah Gastritis Blok 2 6
    Kuliah Gastritis Blok 2 6
    Документ41 страница
    Kuliah Gastritis Blok 2 6
    Mustika Tika
    Оценок пока нет
  • Syok Neurogenik Kel 5 2
    Syok Neurogenik Kel 5 2
    Документ28 страниц
    Syok Neurogenik Kel 5 2
    Syahrial Fauzi
    Оценок пока нет
  • 1461 4821 1 PB
    1461 4821 1 PB
    Документ9 страниц
    1461 4821 1 PB
    Santi Parambang
    Оценок пока нет
  • Konjungtivitis Alergi
    Konjungtivitis Alergi
    Документ10 страниц
    Konjungtivitis Alergi
    Amali Fikriah
    Оценок пока нет
  • BAB III Renti Karnia Desky
    BAB III Renti Karnia Desky
    Документ8 страниц
    BAB III Renti Karnia Desky
    Syahrial Fauzi
    Оценок пока нет
  • Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut 2015
    Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut 2015
    Документ88 страниц
    Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut 2015
    Syar'i Lalu
    Оценок пока нет
  • Vesikolitiasis
    Vesikolitiasis
    Документ28 страниц
    Vesikolitiasis
    deasy_silvia_lestari
    50% (2)
  • DEVI
    DEVI
    Документ1 страница
    DEVI
    Syahrial Fauzi
    Оценок пока нет
  • Slovin
    Slovin
    Документ16 страниц
    Slovin
    LINDA
    Оценок пока нет
  • 274 466 1 SM PDF
    274 466 1 SM PDF
    Документ6 страниц
    274 466 1 SM PDF
    Goldi Pong
    Оценок пока нет
  • Pengertian
    Pengertian
    Документ4 страницы
    Pengertian
    Syahrial Fauzi
    Оценок пока нет
  • 2bbb9bc95c884cb034a6e43f2150629b
    2bbb9bc95c884cb034a6e43f2150629b
    Документ35 страниц
    2bbb9bc95c884cb034a6e43f2150629b
    Syahrial Fauzi
    Оценок пока нет
  • 1461 4821 1 PB
    1461 4821 1 PB
    Документ9 страниц
    1461 4821 1 PB
    Santi Parambang
    Оценок пока нет
  • Presentasi Kasus Vesikolithiasis
    Presentasi Kasus Vesikolithiasis
    Документ7 страниц
    Presentasi Kasus Vesikolithiasis
    Hariz Al-khairid
    100% (1)
  • 129 234 1 SDFSDFSM
    129 234 1 SDFSDFSM
    Документ9 страниц
    129 234 1 SDFSDFSM
    M Daniel Zamril
    Оценок пока нет
  • IVP-URO
    IVP-URO
    Документ16 страниц
    IVP-URO
    Key Nduet
    Оценок пока нет
  • Melasma Bab 2
    Melasma Bab 2
    Документ27 страниц
    Melasma Bab 2
    Puannita Sari
    Оценок пока нет
  • Anatomi Sistem Perkemihan
    Anatomi Sistem Perkemihan
    Документ42 страницы
    Anatomi Sistem Perkemihan
    Egas Xavier
    Оценок пока нет