Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
HIPERTENSI
Disusun oleh :
NIM : C1013039
Tidak ada kata yang patut diucapkan selain puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyusun makalah asuhan
keperawatan ini dengan baik.
Makalah ini berjudul asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi makalah ini
disusun dengan tujuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang asuhan keperawatan
klien dengan hipertensi sehingga nantinya mahasiswa dapat mengaplikasikan dalam praktek.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai
pihak diantaranya :
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
A. DEFINISI .................................................................................................... 3
B. TANDA DAN GEJALA ............................................................................. 3
C. PATOFISIOLOGI ....................................................................................... 5
D. PATWHAYS ............................................................................................... 5
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG ................................................................ 6
F. PENATALAKSANAAN ........................................................................... 7
G. ASUHAN KEPERAWATAN TEOR ......................................................... 9
BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................................... 12
A.Simpulan ......................................................................................................
B.Saran... ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan atau diastolik yang
tidak normal. Batas yang tepet dari kelainan ini tidak pasti. Nilai yang dapat diterima
bervariasi sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Tapi umumnya, sistolik antara 140
160 mmHg, dan diastolik antara 90 95 mmhg dianggap sebagai garis batas
hipertensi. ( Price and Wilson, 1992 : 533).
2. TUJUAN
Tujuan Umum
Dalam penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
asuhan keperawatan klien hipertensi.
Tujuan khusus
- Memberikan pengetahuan tentang penyakit hipertensi
- Memberikan konsep teori tentang tanda dan gejala hipertensi
- Memberikan pengetahuan tentang bagaimana asuhan keperawatan
klien hipertensi
BAB II
KONSEP TEORI
A. DEFINISI
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan atau diastolik yang
tidak normal, batas yang tepet dari kelainan ini tidak pasti. Nilai yang dapat diterima
bervariasi sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Tapi umumnya, sistolik antara 140 160
mmHg, dan diastolik antara 90 95 mmhg dianggap sebagai garis batas hipertensi. ( Price
and Wilson, 1992 : 533).
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Penyakit ini dikenal
juga sebagai heterogeneous group of disesase karena dapat menyerang siapa saja dari
berbagai kelompok umur dan kelompok sosial. ( Made Astawan,).
Meskipun tidak ada batasan yang pasti tentang hipertensi dan normoternsi, Jacquest genest
dan kawan kawannya membagi hipertensi menjadi empat tingkat:
1. Tingkat I : tekanan darah meningkat tanpa adanya gejala gejala dari gangguan
atau kerusakan sistem kariovaskuler.
2. Tingkat II : tekanan darah meningkat dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler,
tetapi tanpa adanya gejala gejala kerusakan atau gangguan dari alat target organs
lainnya.
3. Tingkat III : tekanan darah meningkat dengan gejala gejala yang jelas dari
kerusakan dan gangguan faal dari target organs
4. Pada tingkat ini sering terdapat kelainan sebagai berikut :
a. Jantung
Berupa kegagalan fungsi jantung atau gejala gejala dari penyakit jantung iskemik sebagai
konsekuensi adanya perubahan aterosklerotik dipembuluh darah koroner.
b. Otak
Gangguan yang terdapat pada susunan saraf otak dapat berupa CVA, perdarahan atau
trombosis dengan kelainan yang menetap dari kerusakan dalam otak dengan hemiplegi dan
kelainan neurologik lainnya.
c. Fundus okuli
Adanya perdarahan, eksudat, dan odeme retina. Odeme pupil menunjukkan fase maligna yang
memerlukan pengawasan dan pengobatan segera.
d. Ginjal
( Moerdowo, 1984:68-70 )
1. Hipertensi primer
Disebut juga sebagai hipertensi essensial, merupakan bagian terbesar ( 90% ) dari penyakit
hipertensi. Sampai saat ini belum dikertahui penyebab hipertensi primer ini. Berbagai faktor
diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, sepeeti bertambahnya umur, sterss
psikologis, dan hereditas ( ketururnan ).
2. Hipertensi sekunder
a. kelainan ginjal
b. kelainan hormon
- diabetes mellitus
- pil KB
- phaecromacytoma ( tuomr pankreas )
2. kelainan neurologis
- polineuritis
- polimyelitis
- kehamilan
Sedangkan faktor faktor yang turut berdampak terhadap timbulnya hipertensi diantaranya :
1. Konsumsi alkohol
2. Merokok
3. Kurang oalah raga
4. Konstipasi
Dari kesepuluh faktor diatas, diet, alkohol, merokok, stress, kurang olah raga, obesitas, adalah
faktor faktor yang dapat diubah untuk mencegah terjadinya hipertensi. Sedangkan yang
lainnya merupakan faktor faktor yang tidak dapat diubah. ( Price & wilson, 1992 : 534 )
D. PATOFISIOLOGI
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer, sehingga semua faktor
yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah.
Kerusakan vaskuler akibat hipertensi terlihat jelas diseluruh pembuluh perifer. Aterosklerosis
yang dipercepat dan nekrosis medial aorta merupakan predisposisi dari terbentuknya
aneurisma dan diseksi. Perubahan struktur dalam arteria arteria kecil dan arteiola
menyebabkan penyumbatan pembuluh progresif. Bila pembuluh menyempit, maka aliran
arteri terganggu dan dapat menyebabkan mikroinfark jaringan. Akibat yang ditimbulkan
perubahan vaskuler ini paling nyata pada otak dan ginjal. Dan ini merupakan penyebab
kematian yang paling sering. ( Price & Wilson, 1992 : 533 ).
HIPERTENSI
Spasmus
Sistemik
arteriole
Resistensi pemb. drh otak suplai o2 otak vasokontriksi
Kesadaran diplopia
Tek. pemblh Vasokonstriksi
afterload Koroner jantung
drh otak pemblh. darah
Diplopia
Nyeri kepala Resiko Respon KAA COP
injuri invark miokard
vasokontriksi Resiko injuri
Retensi Na
Oedema
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
2. Foto rontgen
3. Ekokardiogram
Tampak penebalan dinding ventrikel kiri, mungkin juga sudah terjadi dilatasi dan
gangguan fungsi sistolik dan diastolik.
4. Pemeriksaan laboratorium
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan hipertensi adalah menurunkan morbiditis dan mortalitas dengan minimal
atau tanpa efek samping. Bila mungkin tekanan darah bisa dipertahankan sistolik 140 mmhg
dan diastolik 90 mmhg
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan farmakologis
a. Diruetik
Dengan cara menurunkan volume ekstravaskuler dan plasma, sehingga terjadi penurunan
curah jantung.
b. Betablocker
Mekanisme kerja anti hipertensi obat ini adalah dengan menurunkan curah jantung dan
penekanan sekresi renin.
c. Kalsium antagonis
Hubungan antara kalsium dengan sistem kardiovaskuler telah lama diketehui. Aktivitas
otot polos pembuluh darah diatur oleh kadar ion Ca2+. Antagonis kalsium menhambat
pengeluaran ion Ca2+ melalui saluran Ca2+.
Adalah agen yang menghambat pemebentukan angiotensin II. ACE inhibitor juga dapat
menrunkan pereload dan afterload, sehingga dapat mengatasi kegagalan fungsi ventrikel
atau gagal jantung kongestif.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang
dan lain-lain
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari
denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-
tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan
atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot
dalam tubuh menjadi rileks( Ade Priyanto, 2001 : 115 )
H. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
I. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
Menurut Doenges, (2000, hal 39) pengkajian klien dengan penyakit hipertensi adalah
sebagai berikut:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit serebrovaskuler, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda:. Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk menegakan diagnosis).
c. Integritas ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau marah kronik
(dapat mengindikasikan kerusakan sererbral),
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinyu perhatian, tangisan yang
meledak.
d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/ menurun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema: kongesti vena.
f. Neurosensori:
Gejala: Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital, episode kebas
dan/atau kelemahan pada satu sisi tubuh. gangguan penglihatan.
Tanda: Status mental: perubahan keterjagaan, orientasi, isi bicara, afek, proses pikir,
memori.
Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan dan atau reflek tendon
dalam.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul
pada tungkai, sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya,
nyeri abdomen/massa.
h. Pernapasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distres respirasi/gangguan otot aksesori pernafasan. Bunyi nafas tambahan
(rales/mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala : - Faktor-faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
Diabetes Melitus, penyakit ginjal.
- Faktor-faktor resiko etnik, seperti: orang Afrika Amerika, Asia Tenggara.
- Penggunaan pil KB atau hormon lain penggunaan obat/alkohol.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia dan
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,
membatasi, mencegah dan mengubah. (Carpenito, 2000)
Langkah-langkah dalam menentukan diagnosa keperawatan yaitu: klasifikasi dan analisa
data, interpretasi data, validasi data dan perumusan diagnosa keperawatan.
Menurut Doenges (2000; 43) diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai
berikut:
a. Resiko tinggi terhadap iskemia miokard b.d kerusakan organ sekunder
terhadap hipertensi tak terkontrol.
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum.
c. Gangguan rasa nyaman: Nyeri (akut), sakit kepala b.d peningkatan tekanan
vaskular serebral.
d. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi
3. RENCANA KEPERAWATAN
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, langkah berikutnya adalah menetapkan
perencanaan. Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang diindentifikasi pada diagnosa
keperawatan, dimana tahapan ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan
menyimpulkan secara dokumentasi. (Nursalam dikutip dari Iyer, 1996, hal 51)
Beberapa komponen yang perlu diperhatikan untuk mengevaluasi rencana tindakan
keperawatan meliputi menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan rencana
tindakan dan dokumentasi. (Nursalam, dikutip dari Carpenito, 2000, hal 58)
a. Menentukan prioritas masalah
Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi respon klien yang
aktual/potensial yang memerlukan suatu tindakan. Dalam menentukan perencanaan perlu
menyusun suatu sistem untuk menentukan diagnosa yang akan diambil tindakan pertama
kali. Salah satu sistem yang bisa digunakan adalah hirarki Kebutuhan Manusia dikutip dari
Iyer et. al, 1996 dalam (Nursalam, 2001, hal. 52).
1. Hirarki Maslow
Dalam menentukan prioritas diagnosa mengacu pada teori Abraham Maslow.
2. Hirarki Kalish
Kalish (1983) lebih menjelaskan kebutuhan Maslow dengan membagi kebutuhan
fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan dan stimulasi. Kalish mengidentifikasikan
dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup: udara, air, temperatur, eliminasi, istirahat
dan menghindari nyeri. Jika terjadi kekurangan kebutuhan tersebut klien cenderung
menggunakan semua prasarana untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Hanya saja mereka
akan mempertimbangkan terlebih dulu kebutuhan yang paling tinggi prioritasnya, misalnya
keamanan atau harga diri. dikutip dari Iyer et. al, 1996 dalam (Nursalam, 2001, hal. 53).
b. Menentukan kriteria hasil
Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan SMART:
S : Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda).
M : Measurable (tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien:
dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau)
A : Achievable (tujuan harus dapat dicapai)
R : Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah)
T : Time (tujuan keperawatan)
c. Menentukan rencana tindakan
Adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil.
Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnosa keperawatan.
Menurut Bulecheck dan Mc Closkey (1989) intervensi keperawatan adalah tindakan langsung
kepada klien yang dilaksanakan oleh perawat.
d. Dokumentasi
Adalah suatu proses informasi, penerimaan, pengiriman, dan evaluasi pusat rencana yang
dilaksanakan oleh seorang perawat profesional (Ryan, 1973). Format renpra membantu
perawat untuk memproses informasi yang didapat selama tahap pengkajian dan diagnosa
keperawatan. (Nursalam, 2001).
Berikut ini adalah rencana keperawatan dalam tiap diagnosa :
1) Resiko tinggi terhadap iskemia berhubungan dengan kerusakan organ sekunder
terhadap hipertensi tak terkontrol.
Tujuan : Kerusakan organ sekunder terhadap hipertensi tak terkontrol dapat diatasi.
Kriteria hasil : TD dipertahankan antara 90/60 - 140/90 mmHg, dan tidak adanya progresi
kerusakan organ.
Intervensi :
a). Kaji TD, ukur pada kedua tangan kiri dan kanan untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran
manset yang tepat dan teknik yang akurat.
R : Perbandingan dari TD memberikan gambaran yang lebih lengkap keterlibatan
masalah vaskuler. (Doenges, 1999, hal 43).
b). Anjurkan tehnik relaksasi panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
R : Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan relaksasi
(Doenges, 1999, hal 43).
c). Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan.
R : Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan
perjalanan penyakit hipertensi (Doenges, 1999, hal 43).
d). Anjurkan untuk pembatasan aktivitas, seperti: istirahat ditempat tidur/kursi; jadwal
periode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan.
R : Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsangan simpatis
(Doenges, 1999, hal 43).
e). Berikan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti pijitan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur.
R : Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress; membuat efek tenang,
sehingga akan menurunkan TD. (Doenges, 1999, hal 43)
f). Berikan obat sesuai dengan indikasi inhibitor simpatis, mis : Atenolol.
R : Kerja khusus obat ini bervariasi tetapi secara umum menurunkan TD melalui efek
kombinasi menurunkan curah jantung, menghambat aktivitas simpatis dan menurunkan
pelepasan renin (Doenges, 1999, hal 44 ).
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Klien mampu memenuhi aktivitasnya sehari-hari.
Kriteria hasil : - Menunjukkan penurunan tanda fisiologi toleransi.
- Klien tampak segar.
- ADL mandiri.
- Kekuatan otot utuh (5).
Intervensi :
a) Kaji respons klien terhadap aktivitas.
R : Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologis terhadap stres
aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan
tingkat aktivitas. (Doenges, 2000, hal 45)
b) Jelaskan penyebab kelemahan.
R : Kelemahan disebabkan oleh kurangnya energi akibat pemasukan nutrisi yang kurang
dari kebutuhan tubuh. (Doenges, 2000, hal 1032)
c) Anjurkan pasien untuk menghemat energi, misal: melakukan aktivitas dengan
perlahan.
R : Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. (Doenges, 2000, hal 45)
d) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan
bantuan sesuai kebutuhan..
R : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba
(Doenges, 2000, hal 45).
3) Gangguan rasa nyaman: nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskular serebral.
Tujuan : Nyeri kepala dapat berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil : - Ekspresi wajah rileks
- TTV dalam batas normal.
- Skala nyeri 0-1.
Intervensi :
a) Kaji status nyeri, area, durasi, jenis nyeri, intensitas, kualitas.
R : Membantu mengevaluasi derajad kenyamanan. (Doenges, 2000, hal 490)
b) Pertahankan tirah baring selama fase akut.
R : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi. (Doenges, 2000, hal 46)
c) Berikan tindakan nonfarmakologik untuk menghilangkan sakit kepala, mis; kompres
dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tehnik
relaksasi.
R : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat
respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya (Doenges,
2000, hal 46).
d) Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala
misalnya: mengejan saat BAB, membungkuk, batuk panjang.
R : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala dan adanya
peningkatan tekanan vaskular serebral (Doenges, 2000, hal 46).
4) Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
Intervensi :
1. Pelaksanaan
Iyer, et all (1996), menyatakan bahwa pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif
dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Pelaksanaan merupakan
aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh perawat bersama klien. Hal-hal yang harus
kita perhatikan ketika akan melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan
sesuai dengan rencana.
Setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknik
intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan
fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan (Nursalam, 2000)
Implementasi berdasarkan diagnosa :
1. Resiko tinggi terhadap iskemia berhubungan dengan kerusakan organ sekunder
terhadap hipertensi tak terkontrol.
Implementasi :
a. Mengkaji TTV
b. Melakukan relaksasi
c. Menganjurkan klien untuk mengurangi aktivitas
d. melakukan pijatan pada punggung/leher .
e. Memberikan obat sesuai terapi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Implementasi
a. mengkaji klien mengenai respon aktivitas
b. menganjurkan klien untuk beraktivitas yang rendah
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskular serebral.
Implementasi :
a) mengakji satus nyeri status nyeri
b) mempertahankan tirah baring selama fase akut.
c) melakukan kompres dingin pada dahi
d) menganjurkan klien minimalkan aktivitas vasokontriksi
diagnosa :
4. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
Implementasi :
2. Evaluasi
Evaluasi adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis pada
status kesehatan klien.
Evaluasi terdiri atas dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif disebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka pendek, atau evaluasi berjalan,
dimana evaluasi dilakukan secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai
tujuan tercapai. Sedangkan evaluasi sumatif ini disebut evaluasi hasil, evaluasi akhir,
evaluasi jangka panjang. Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan keperawatan
paripurna dilakukan dan menjadi suatu metode dalm memonitor kualitas dan efisiensi
tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format SOAP.
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan,
nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar
yang telah ditentukan sebelumnya. (Nursalam, 1996; 64).
Evaluasi pada klie dengan penyakit hipertensi dalah tidak adanya progresi kerusakan
organ, ADL mandiri, kekuatan otot utuh, TTV dalam batas normal, menunjukan
perubahan pola makan.
Evaluasi
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskular serebral.
S : Klien mengatakan sakit kepalanya sudah berkurang
O; TD 150/90 MMHG
A : Nyeri (+)
P : lanjutkan intervensi dengan memberikan obat analgesik 3x sehari
O : TD 150/90 MMHG
2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sering sekali sakit kepala pada bagian belakang sehingga
menganggu aktivitasnya.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pada tanggal 1 juni 2014 jam 11.00 WIB klien sedang beraktivitas seperti
biasa, beberapa saat kemudian klien merasakan sakit kepala kemudian sakit kepala
yang dirasakan semakin berat setelah klien mandi dengan menggunakan air
dingin. Kemudian pada tanggal 2 juni 2014 jam 08.30 WIB oleh keluarga klien
dibawa ke UGD Harapan Anda tegal dan diberi obat analgestik untuk mengurangi
sakit kepalanya .Klien dirawat di ruang melati jam 09.00 WIB, pada saat dikaji
jam 10.00 WIB keluarga klien mengatakan pada malam harinya klien tidak bisa
tidur karena sakit kepala yang dirasakannya. Selama dirawat klien agak terbatas
memenuhi ADL sehingga untuk memenuhinya dibantu sebagian oleh keluarga.
Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hiperteni 3 tahun yang lalu
sejak usia klien 40 tahun, terakhir sebelum dibawa ke rumah sakit tekanan
darahnya 170/100 mmHg.
d. Pola eliminasi
- BAB 1 x/hari tidak ada masalah pada pola eliminasi
- BAK 3-4 x/hari, BAK tidak ada masalah pada eliminasi urin klien
- Jumlah urin klien 250cc/hari, berbau khas, warna kuning jernih.
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Survey umum
Keadaan umum : Klien tampak lemah
Kesadaran : Komposmetis
Tanda tanda vital
- TD : 170/90 mmHg
- HR : 85 x/menit
- RR : 24 x/menit
- Suhu : 36 C
Antropometri
- TB : 150 mmHg
- BB : 40 kg
b. Kulit, rambut dan kuku
Kulit : Tn. T berkulit sawo matang
Rambut : Berambut keriting
Kuku : Normal
c. Kepala dan leher
Kepala
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang
terdapat dikepala, bentuk tengkorak simetris dan bagian prontal
menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap kebelakang.
Kulit kepala tidak mengalami peradangan, tumor, maupun bekas luka
Mata
Mata klien berfungsi dengan baik
Telinga
Bentuk dan fungsi telinga dalam keadaan normal
Hidung
bentuk dan fungsi hidung klien masih dalam keadaan normal
Mulut dan tenggorokan
Mulut dan tenggorokan klien masih berfungsi dengan baik
d. Toraks dan paru-paru
Toraks
Bentuk torak simetris
Jantung
- I : dada klien terlihat kembang kempis
- P : getaran pada dinding dada klien seimbang
- P : terdengar suara sonor pada jantung klien
- A : terdengar usara nafas tambahan dari ekspirasi
Paru paru
e. Abdomen
- I : bentuk abdomen klien simetris
- P : tidak ada nyeri tekan
- P : terdengan suara tympani pada abdomen klien
- A : terdengan suara bising usus normal
f. Genetalia
Alat kelamin klien sehat tidak ada kelainan/benjolan
g. Rektum dan anus
Rektum dan anus klien dalam keadaan normal
h. Ekstremitas
Tidak ada gangguan pada ekstremitas klien
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Tidak pernah
b. Pemeriksaan diagnostic
Tidak pernah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
B. ANALISIS DATA
DO:
DO:
- TD: 160/100 mmHg
- Mata klien tampak
cekung
D. CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA : TN.T
IMPLEMENTASI EVALUASI
DATA : Dx :
1. Peningkatan TD berhubungan dengan
DS
penurunan curah jantung
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
pengkajian klien dengan penyakit hipertensi adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan penyakit serebrovaskuler, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda :. Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk menegakan diagnosis).
c. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan sererbral),
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinyu perhatian,
tangisan yang meledak.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan akhir-akhir
ini (meningkat/ menurun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema: kongesti vena.
f. Neurosensori:
Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital, episode
kebas dan/atau kelemahan pada satu sisi tubuh. gangguan penglihatan.
Tanda : Status mental: perubahan keterjagaan, orientasi, isi bicara, afek,
proses pikir, memori.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang
timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya, nyeri abdomen/massa.
h. Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distres respirasi/gangguan otot aksesori pernafasan. Bunyi nafas
tambahan (rales/mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala : - Faktor-faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, Diabetes Melitus, penyakit ginjal.
- Faktor-faktor resiko etnik, seperti: orang Afrika Amerika, Asia Tenggara.
- Penggunaan pil KB atau hormon lain penggunaan obat/alkohol.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Tn.T sesuai dengan pengkajian pada
klien hipertensi .Gejala yang dialami Tn .T
- Memiliki gejala sakit kepala yang berkelanjutan
- Nyeri sakit pada bagian belakang
- Tn.T mengatakan sering susah tidur akibat sakit kepalanya
- Tn.T sering mengeluh lemah dalam beraktivitas
Hal ini berarti ada kesesuaian antara konsep teori dengan pengkajian yang dilakukan
pada Tn .T
B. DIAGNOSA
Berdasarkan diagnosa teori asuhan keperawatan klien hipertensi didapatkan
diagnosa
a. Resiko tinggi terhadap iskemia miokard b.d kerusakan organ sekunder
terhadap hipertensi tak terkontrol.
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum.
c. Gangguan rasa nyaman: Nyeri (akut), sakit kepala b.d peningkatan tekanan
vaskular serebral.
d. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
Intervensi :
Intervensi :
Berdasarkan intervensi teori dan intervensi pada Tn.T Ada perbedaan yakni :
IMPLEMENTASI
implementasi :
Implementasi :
Berdasarkan Implementasi yang ada pada teori dan pada Tn.T ada sedikit perbedaan antar
keduanya
EVALUASI
O : TD 150/90 MMHG
O : TD 150/90 MMHG
O : TD 150/90 mmHg
Memberikan edukasi tentang pentingya diet rendah garam untuk penyakit hipertensi
Berdasarkan evaluasi asuhan keperawatan teori dengan asuhna keperawatan Tn.T bahwa
diantara keduanya berkesesuaian.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolic 90 mmHg, atau
bila pasien menggunakan obat anti hipertensi.
Perhimpunan nefrologi Indonesia (Pernefri) memilih klasifikasi hipertyensi sesuai WHO/ISH karena
sederhan dan memenuhi kebutuhan, tidak bertentangan dengan strategi terapi, tidak meragukan karena
memiliki sebaran luas dan tidak rumit, serta terdapat pula unsure sistolik yang juga penting dalam
penentuan.
Klasifikasi sesuai WHO/ISH
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normotensi < 140 <90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang dan berat >180 >105
Hipertensi sistolik terisolasi >140 <90
Hipertensi sistolik perbatasan 140-160 <90
B. SARAN
Untuk mahasiswa bidaang keperawatan sebaiknya pelajari lebih rinci lagi tentang hipertensi
karena penyekit hipertensi gejalanya sulit ditemukan sehingga mampu mempengaruhi
masyarakat untuk mengurangi resiko penyakit hipertensi
Daftar pustaka
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates,
1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit
Arcan, 1995
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan,
1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V,
Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998