Вы находитесь на странице: 1из 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

HIPERTENSI

Disusun oleh :

Nama : ade irma listiani

Prodi : Ilmu Keperawatan keperawatan / 1

NIM : C1013039

MATA KULIAH : IKD 3

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dien No. 16 Kalisapu Slawi Telp.(0283) 6197570, 6197571
2014
KATA PENGANTAR

Tidak ada kata yang patut diucapkan selain puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyusun makalah asuhan
keperawatan ini dengan baik.

Makalah ini berjudul asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi makalah ini
disusun dengan tujuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang asuhan keperawatan
klien dengan hipertensi sehingga nantinya mahasiswa dapat mengaplikasikan dalam praktek.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai
pihak diantaranya :

1. Doa dan dukungan orang tua


2. Lintang Dewi S.Kep .,Ns selaku dosen koorinator mata kuliah Ilmu Keperawatan
Dasar 3
3. Anisa Oktiawati S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Keperawatan
Dasar 3

Slawi , Juni 2014

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Tujuan Penulisan. ........................................................................................ 1
BAB II KONSEP TEORY ........................................................................................... 3

A. DEFINISI .................................................................................................... 3
B. TANDA DAN GEJALA ............................................................................. 3
C. PATOFISIOLOGI ....................................................................................... 5
D. PATWHAYS ............................................................................................... 5
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG ................................................................ 6
F. PENATALAKSANAAN ........................................................................... 7
G. ASUHAN KEPERAWATAN TEOR ......................................................... 9
BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................................... 12

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................. 13

BAB V PENUTUP . ....................................................................................................... 14

A.Simpulan ......................................................................................................
B.Saran... ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Pada jaman sekarang ini masih banyak orang yang tidak mengerti hipertensi,
hal ini dipengaruhi oleh minimnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat tentang
penyakit hipertensi, sebagian dari mereka hanya tahu tentang nama penyakit
hipertensi tanpa tahu tanda dan gejala seseorang yang mempunyai resiko terkena
hipertensi. Masyarkat primitif menganggap hipertensi tidaklah terlalu membahayakan
padahal sebenarnya apabila terus didiamkan hipertensi bisa saja mematikan seseorang
akibat dari pola hidup dan pola konsusmsi masyarakat yang tidak teratur.
Makalah asuhan keperawatan ini disusun untuk menambah pengetahuan bagi pembaca
agar lebih mengetahui apa itu hipertensi dan bagaimana penangannya .

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan atau diastolik yang
tidak normal. Batas yang tepet dari kelainan ini tidak pasti. Nilai yang dapat diterima
bervariasi sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Tapi umumnya, sistolik antara 140
160 mmHg, dan diastolik antara 90 95 mmhg dianggap sebagai garis batas
hipertensi. ( Price and Wilson, 1992 : 533).

2. TUJUAN
Tujuan Umum
Dalam penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
asuhan keperawatan klien hipertensi.

Tujuan khusus
- Memberikan pengetahuan tentang penyakit hipertensi
- Memberikan konsep teori tentang tanda dan gejala hipertensi
- Memberikan pengetahuan tentang bagaimana asuhan keperawatan
klien hipertensi
BAB II

KONSEP TEORI

A. DEFINISI

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan atau diastolik yang
tidak normal, batas yang tepet dari kelainan ini tidak pasti. Nilai yang dapat diterima
bervariasi sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Tapi umumnya, sistolik antara 140 160
mmHg, dan diastolik antara 90 95 mmhg dianggap sebagai garis batas hipertensi. ( Price
and Wilson, 1992 : 533).

Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Penyakit ini dikenal
juga sebagai heterogeneous group of disesase karena dapat menyerang siapa saja dari
berbagai kelompok umur dan kelompok sosial. ( Made Astawan,).

Meskipun tidak ada batasan yang pasti tentang hipertensi dan normoternsi, Jacquest genest
dan kawan kawannya membagi hipertensi menjadi empat tingkat:

Tekanan Darah ( mmhg ) Kategori


161/101 180/120 ( border line ) Hipertensi ringan

161/101 180/120 Hipertensi sedang

181/121 190/130 Hipertensi berat

>191/131 Hipertensi maligna

( jacquest genest, et all,1983 : 682 )

Sedangkan WHO membagi hipertensi menjadi tiga tingkat:

1. Tingkat I : tekanan darah meningkat tanpa adanya gejala gejala dari gangguan
atau kerusakan sistem kariovaskuler.
2. Tingkat II : tekanan darah meningkat dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler,
tetapi tanpa adanya gejala gejala kerusakan atau gangguan dari alat target organs
lainnya.
3. Tingkat III : tekanan darah meningkat dengan gejala gejala yang jelas dari
kerusakan dan gangguan faal dari target organs
4. Pada tingkat ini sering terdapat kelainan sebagai berikut :

a. Jantung

Berupa kegagalan fungsi jantung atau gejala gejala dari penyakit jantung iskemik sebagai
konsekuensi adanya perubahan aterosklerotik dipembuluh darah koroner.

b. Otak

Gangguan yang terdapat pada susunan saraf otak dapat berupa CVA, perdarahan atau
trombosis dengan kelainan yang menetap dari kerusakan dalam otak dengan hemiplegi dan
kelainan neurologik lainnya.

c. Fundus okuli

Adanya perdarahan, eksudat, dan odeme retina. Odeme pupil menunjukkan fase maligna yang
memerlukan pengawasan dan pengobatan segera.

d. Ginjal

( Moerdowo, 1984:68-70 )

B. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
C. ETIOLOGI

Ada berbagai macam penyebab terjadinya penyakit hipertensi, yang kemudian


dikalsifikasikan menjadi dua yaitu :

1. Hipertensi primer

Disebut juga sebagai hipertensi essensial, merupakan bagian terbesar ( 90% ) dari penyakit
hipertensi. Sampai saat ini belum dikertahui penyebab hipertensi primer ini. Berbagai faktor
diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, sepeeti bertambahnya umur, sterss
psikologis, dan hereditas ( ketururnan ).

2. Hipertensi sekunder

Penyebab dari hipertensi sekunder ini dapat diklasifikasikan menjadi :

a. kelainan ginjal
b. kelainan hormon
- diabetes mellitus
- pil KB
- phaecromacytoma ( tuomr pankreas )

2. kelainan neurologis

- polineuritis
- polimyelitis
- kehamilan

( Ade Priyanto, 2001 : 115 )

Sedangkan faktor faktor yang turut berdampak terhadap timbulnya hipertensi diantaranya :

1. Intake sodium yang tinggi


2. Riwayat hipertensi pada keluarga ( keturunan )
3. Lansia
4. Obesitas
5. Suku bangsa ( kulit hitam )
6. Stress
7. Obat obatan seperti amphetamin

( Barbara C Long, 1996 : 534 )

( Tom Smith, 1986 : 15 )

1. Konsumsi alkohol
2. Merokok
3. Kurang oalah raga
4. Konstipasi

Dari kesepuluh faktor diatas, diet, alkohol, merokok, stress, kurang olah raga, obesitas, adalah
faktor faktor yang dapat diubah untuk mencegah terjadinya hipertensi. Sedangkan yang
lainnya merupakan faktor faktor yang tidak dapat diubah. ( Price & wilson, 1992 : 534 )

D. PATOFISIOLOGI

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer, sehingga semua faktor
yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah.

Mekanisme bagaimana hipertensi menimbulkan kelumpuhan atau kematian berkaitan


langsung dengan pengaruhnya pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah
sistemik mengingkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, akibatnya
beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya, terjadi hipertrofi ventrikel untuk
mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui, dan
terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung semakin terancam dengan semakin parahnya
aterosklerosis koroner. Bila proses aterosklerosis berlanjut maka suplai oksigen miokardium
berkurang. Kebutuhan miokardium akan oksigen yang meningkat akibat hipertrofi ventrikel
dan peningkatan beban kerja jantung, akhirnya akan menyebabkan angina atau AMI.

Kerusakan vaskuler akibat hipertensi terlihat jelas diseluruh pembuluh perifer. Aterosklerosis
yang dipercepat dan nekrosis medial aorta merupakan predisposisi dari terbentuknya
aneurisma dan diseksi. Perubahan struktur dalam arteria arteria kecil dan arteiola
menyebabkan penyumbatan pembuluh progresif. Bila pembuluh menyempit, maka aliran
arteri terganggu dan dapat menyebabkan mikroinfark jaringan. Akibat yang ditimbulkan
perubahan vaskuler ini paling nyata pada otak dan ginjal. Dan ini merupakan penyebab
kematian yang paling sering. ( Price & Wilson, 1992 : 533 ).

Hipertensi berat dan maligna akan mengakibatkan retinophaty hipertensi. Diantaranya


perdarahan retina, papiledema, dan eksudat. ( Jacquest genest, et all, 1983 : 723 ).
E. PATHWAYS

Umur, Jenis kelamin, Gaya hidup, Obesitas

HIPERTENSI

Otak ginjal retina pembuluh darah

Spasmus
Sistemik
arteriole
Resistensi pemb. drh otak suplai o2 otak vasokontriksi

Kesadaran diplopia
Tek. pemblh Vasokonstriksi
afterload Koroner jantung
drh otak pemblh. darah
Diplopia
Nyeri kepala Resiko Respon KAA COP
injuri invark miokard
vasokontriksi Resiko injuri

Gx. rasa CVA Suplai darah


Nyeri kepala
Rangsang
Ke jaringan
nyaman aldosteron

; nyeri Retensi NA Nutrisi


Nyeri dada
Oedema metabolisme sel

Gx. Keseimbangan Lemah


Suplai darah
cairan Rangsang
aldosteron Ke jaringan
Intoleransi
aktivitas

Retensi Na

Oedema
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. EKG

Kemungkinan ditemukannya pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri,


adanya penyakit jantung koroner atau aritmia.

2. Foto rontgen

Kemungkinan ditemukan pembesaran jantung, vaskularisasi atau aorta yang lebar.

3. Ekokardiogram

Tampak penebalan dinding ventrikel kiri, mungkin juga sudah terjadi dilatasi dan
gangguan fungsi sistolik dan diastolik.

4. Pemeriksaan laboratorium

Kadar serum kreatinin, BUN untuk mengetahui laju GFR


Kadar kalium. Kadar kalium yang rendah atau hipokalemia dapat menyababkan
hipertensi.
Kolesterol dan trigliserida. Untuk mengontrol adanya aterosklerosis.
Glukosa plasma
Asam uric
Kalsium
Haemoglobin dan hematokrit
Urin analisis
Funduskopi untuk menentukan fase hipertensi dan untuk mengetahui hasil
pengobatan dan prognosis penyakit.

G. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan hipertensi adalah menurunkan morbiditis dan mortalitas dengan minimal
atau tanpa efek samping. Bila mungkin tekanan darah bisa dipertahankan sistolik 140 mmhg
dan diastolik 90 mmhg
PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Penatalaksanaan farmakologis

Terdapat lima kelompok utama obat anti hipertensi, yaitu:

a. Diruetik

Dengan cara menurunkan volume ekstravaskuler dan plasma, sehingga terjadi penurunan
curah jantung.

b. Betablocker

Mekanisme kerja anti hipertensi obat ini adalah dengan menurunkan curah jantung dan
penekanan sekresi renin.

c. Kalsium antagonis

Hubungan antara kalsium dengan sistem kardiovaskuler telah lama diketehui. Aktivitas
otot polos pembuluh darah diatur oleh kadar ion Ca2+. Antagonis kalsium menhambat
pengeluaran ion Ca2+ melalui saluran Ca2+.

d. ACE inhibitor ( Angiotensin Converting Enzime Inhibitor )

Adalah agen yang menghambat pemebentukan angiotensin II. ACE inhibitor juga dapat
menrunkan pereload dan afterload, sehingga dapat mengatasi kegagalan fungsi ventrikel
atau gagal jantung kongestif.

e. Alpha-Adrenergic Blocking agen.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang
dan lain-lain
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari
denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-
tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan
atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot
dalam tubuh menjadi rileks( Ade Priyanto, 2001 : 115 )
H. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

I. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
Menurut Doenges, (2000, hal 39) pengkajian klien dengan penyakit hipertensi adalah
sebagai berikut:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit serebrovaskuler, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda:. Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk menegakan diagnosis).
c. Integritas ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau marah kronik
(dapat mengindikasikan kerusakan sererbral),
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinyu perhatian, tangisan yang
meledak.
d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/ menurun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema: kongesti vena.
f. Neurosensori:
Gejala: Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital, episode kebas
dan/atau kelemahan pada satu sisi tubuh. gangguan penglihatan.
Tanda: Status mental: perubahan keterjagaan, orientasi, isi bicara, afek, proses pikir,
memori.
Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan dan atau reflek tendon
dalam.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul
pada tungkai, sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya,
nyeri abdomen/massa.
h. Pernapasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distres respirasi/gangguan otot aksesori pernafasan. Bunyi nafas tambahan
(rales/mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala : - Faktor-faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
Diabetes Melitus, penyakit ginjal.
- Faktor-faktor resiko etnik, seperti: orang Afrika Amerika, Asia Tenggara.
- Penggunaan pil KB atau hormon lain penggunaan obat/alkohol.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia dan
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,
membatasi, mencegah dan mengubah. (Carpenito, 2000)
Langkah-langkah dalam menentukan diagnosa keperawatan yaitu: klasifikasi dan analisa
data, interpretasi data, validasi data dan perumusan diagnosa keperawatan.
Menurut Doenges (2000; 43) diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai
berikut:
a. Resiko tinggi terhadap iskemia miokard b.d kerusakan organ sekunder
terhadap hipertensi tak terkontrol.
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum.
c. Gangguan rasa nyaman: Nyeri (akut), sakit kepala b.d peningkatan tekanan
vaskular serebral.
d. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi

3. RENCANA KEPERAWATAN
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, langkah berikutnya adalah menetapkan
perencanaan. Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang diindentifikasi pada diagnosa
keperawatan, dimana tahapan ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan
menyimpulkan secara dokumentasi. (Nursalam dikutip dari Iyer, 1996, hal 51)
Beberapa komponen yang perlu diperhatikan untuk mengevaluasi rencana tindakan
keperawatan meliputi menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan rencana
tindakan dan dokumentasi. (Nursalam, dikutip dari Carpenito, 2000, hal 58)
a. Menentukan prioritas masalah
Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi respon klien yang
aktual/potensial yang memerlukan suatu tindakan. Dalam menentukan perencanaan perlu
menyusun suatu sistem untuk menentukan diagnosa yang akan diambil tindakan pertama
kali. Salah satu sistem yang bisa digunakan adalah hirarki Kebutuhan Manusia dikutip dari
Iyer et. al, 1996 dalam (Nursalam, 2001, hal. 52).
1. Hirarki Maslow
Dalam menentukan prioritas diagnosa mengacu pada teori Abraham Maslow.

2. Hirarki Kalish
Kalish (1983) lebih menjelaskan kebutuhan Maslow dengan membagi kebutuhan
fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan dan stimulasi. Kalish mengidentifikasikan
dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup: udara, air, temperatur, eliminasi, istirahat
dan menghindari nyeri. Jika terjadi kekurangan kebutuhan tersebut klien cenderung
menggunakan semua prasarana untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Hanya saja mereka
akan mempertimbangkan terlebih dulu kebutuhan yang paling tinggi prioritasnya, misalnya
keamanan atau harga diri. dikutip dari Iyer et. al, 1996 dalam (Nursalam, 2001, hal. 53).
b. Menentukan kriteria hasil
Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan SMART:
S : Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda).
M : Measurable (tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien:
dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau)
A : Achievable (tujuan harus dapat dicapai)
R : Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah)
T : Time (tujuan keperawatan)
c. Menentukan rencana tindakan
Adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil.
Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnosa keperawatan.
Menurut Bulecheck dan Mc Closkey (1989) intervensi keperawatan adalah tindakan langsung
kepada klien yang dilaksanakan oleh perawat.

d. Dokumentasi
Adalah suatu proses informasi, penerimaan, pengiriman, dan evaluasi pusat rencana yang
dilaksanakan oleh seorang perawat profesional (Ryan, 1973). Format renpra membantu
perawat untuk memproses informasi yang didapat selama tahap pengkajian dan diagnosa
keperawatan. (Nursalam, 2001).
Berikut ini adalah rencana keperawatan dalam tiap diagnosa :
1) Resiko tinggi terhadap iskemia berhubungan dengan kerusakan organ sekunder
terhadap hipertensi tak terkontrol.
Tujuan : Kerusakan organ sekunder terhadap hipertensi tak terkontrol dapat diatasi.
Kriteria hasil : TD dipertahankan antara 90/60 - 140/90 mmHg, dan tidak adanya progresi
kerusakan organ.
Intervensi :
a). Kaji TD, ukur pada kedua tangan kiri dan kanan untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran
manset yang tepat dan teknik yang akurat.
R : Perbandingan dari TD memberikan gambaran yang lebih lengkap keterlibatan
masalah vaskuler. (Doenges, 1999, hal 43).
b). Anjurkan tehnik relaksasi panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
R : Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan relaksasi
(Doenges, 1999, hal 43).
c). Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan.
R : Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan
perjalanan penyakit hipertensi (Doenges, 1999, hal 43).
d). Anjurkan untuk pembatasan aktivitas, seperti: istirahat ditempat tidur/kursi; jadwal
periode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan.
R : Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsangan simpatis
(Doenges, 1999, hal 43).
e). Berikan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti pijitan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur.
R : Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress; membuat efek tenang,
sehingga akan menurunkan TD. (Doenges, 1999, hal 43)
f). Berikan obat sesuai dengan indikasi inhibitor simpatis, mis : Atenolol.
R : Kerja khusus obat ini bervariasi tetapi secara umum menurunkan TD melalui efek
kombinasi menurunkan curah jantung, menghambat aktivitas simpatis dan menurunkan
pelepasan renin (Doenges, 1999, hal 44 ).
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Klien mampu memenuhi aktivitasnya sehari-hari.
Kriteria hasil : - Menunjukkan penurunan tanda fisiologi toleransi.
- Klien tampak segar.
- ADL mandiri.
- Kekuatan otot utuh (5).
Intervensi :
a) Kaji respons klien terhadap aktivitas.
R : Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologis terhadap stres
aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan
tingkat aktivitas. (Doenges, 2000, hal 45)
b) Jelaskan penyebab kelemahan.
R : Kelemahan disebabkan oleh kurangnya energi akibat pemasukan nutrisi yang kurang
dari kebutuhan tubuh. (Doenges, 2000, hal 1032)
c) Anjurkan pasien untuk menghemat energi, misal: melakukan aktivitas dengan
perlahan.
R : Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. (Doenges, 2000, hal 45)
d) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan
bantuan sesuai kebutuhan..
R : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba
(Doenges, 2000, hal 45).
3) Gangguan rasa nyaman: nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskular serebral.
Tujuan : Nyeri kepala dapat berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil : - Ekspresi wajah rileks
- TTV dalam batas normal.
- Skala nyeri 0-1.
Intervensi :
a) Kaji status nyeri, area, durasi, jenis nyeri, intensitas, kualitas.
R : Membantu mengevaluasi derajad kenyamanan. (Doenges, 2000, hal 490)
b) Pertahankan tirah baring selama fase akut.
R : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi. (Doenges, 2000, hal 46)
c) Berikan tindakan nonfarmakologik untuk menghilangkan sakit kepala, mis; kompres
dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tehnik
relaksasi.
R : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat
respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya (Doenges,
2000, hal 46).
d) Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala
misalnya: mengejan saat BAB, membungkuk, batuk panjang.
R : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala dan adanya
peningkatan tekanan vaskular serebral (Doenges, 2000, hal 46).
4) Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri

Tujuan : Klien mampu beristirahat dengan nyaman

Kriteria hasil : Klien tidak terbangun lagi dimalam hari.

Intervensi :

a) Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal


R : Lingkungan yang tenang dapat memuat fikiran tenang
b) Kolaborasi dalam pemberian antihistamin
R : Antihistamin merangsang untuk tidur
c) Melakukan relaksasi
R : Relaksasi dapat mengalihkan rasa sakit yang dirasakan oleh seseorang

5) Kurang pengetahuan tentang tentang penyakit berhubungan dengan kurang


informasi.
Tujuan : Klien dan keluarga mengetahui penyakit hipertensi.
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit sampai pencegahan)
Intervensi :
a) Kaji tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.
R : Belajar lebih mudah bila dimulai dari pengetahuan peserta belajar. (Doenges, 2000,
436)
b) Bahas konsep TD menggunakan terminologi dan orang terdekat yang dapat
dimengerti:
Nilai normal
Efek tekanan darah tinggi
R : Resiko stroke meningkat secara langsung dengan tekanan darah individu.(Doenges,
2000, 90)
c) Jelaskan secara singkat dan sederhana mengenai:
Pengertian
Penyebab
Tanda dan gejala
Pengobatan/penanganan
Pencegahan
R : Banyak pasien mengetahui ini sulit untuk meyakini mereka mengalami hipertensi
karena asimtomatik pada awalnya sampai kepatuhan mulai terjadi sekunder terhadap
kerusakan organ. Kepatuhan ditingkatkan bila pasien memahami kondisi mereka.(Engram,
hal 370)
d) Tanya batas normal TD.
R : Meningkatkan pemahaman klien bahwa TD yang tinggi dapat terjadi tanpa gejala
adalah untuk pasien melanjutkan pengobatan meskipun merasa sehat. (Doenges, 2000, 49).
6) Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung

Tujuan :TD Berkurang(150/90) mmhg

Kriteria hasil : Sakit kepala klien dapat teraratsi


Intervensi :

1. Lakukan kompres dingin pada dahi


R : merelaxkan tekanan vaskular selebral

2. Lakukan teknik relaksasi,

R : mengalihkan rasa nyeri klien

3. Kolaborasi dalam pemberian analgesic

R : mengobati nyeri pada kepala klien

1. Pelaksanaan
Iyer, et all (1996), menyatakan bahwa pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif
dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Pelaksanaan merupakan
aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh perawat bersama klien. Hal-hal yang harus
kita perhatikan ketika akan melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan
sesuai dengan rencana.
Setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknik
intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan
fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan (Nursalam, 2000)
Implementasi berdasarkan diagnosa :
1. Resiko tinggi terhadap iskemia berhubungan dengan kerusakan organ sekunder
terhadap hipertensi tak terkontrol.
Implementasi :

a. Mengkaji TTV
b. Melakukan relaksasi
c. Menganjurkan klien untuk mengurangi aktivitas
d. melakukan pijatan pada punggung/leher .
e. Memberikan obat sesuai terapi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Implementasi
a. mengkaji klien mengenai respon aktivitas
b. menganjurkan klien untuk beraktivitas yang rendah
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskular serebral.
Implementasi :
a) mengakji satus nyeri status nyeri
b) mempertahankan tirah baring selama fase akut.
c) melakukan kompres dingin pada dahi
d) menganjurkan klien minimalkan aktivitas vasokontriksi
diagnosa :
4. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri

Implementasi :

a. membatasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal


b. memberikan obat antihistamin
c. Melakukan relaksasi

5. Kurang pengetahuan tentang tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi.


a. memberikan edukasi tentang penyakit hipertensi
b. memberikan makanan diet rendah garam
c. mengkaji respon belajar klien tentang hipertensi
6. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung
a. Mengkaji TTV
b. Memberikan obat sesuai terapi
c. meninggikan kepala tempat tidur dan menganjurkan klien untuk ROM

2. Evaluasi
Evaluasi adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis pada
status kesehatan klien.
Evaluasi terdiri atas dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif disebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka pendek, atau evaluasi berjalan,
dimana evaluasi dilakukan secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai
tujuan tercapai. Sedangkan evaluasi sumatif ini disebut evaluasi hasil, evaluasi akhir,
evaluasi jangka panjang. Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan keperawatan
paripurna dilakukan dan menjadi suatu metode dalm memonitor kualitas dan efisiensi
tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format SOAP.
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan,
nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar
yang telah ditentukan sebelumnya. (Nursalam, 1996; 64).
Evaluasi pada klie dengan penyakit hipertensi dalah tidak adanya progresi kerusakan
organ, ADL mandiri, kekuatan otot utuh, TTV dalam batas normal, menunjukan
perubahan pola makan.

Evaluasi

1. Resiko tinggi terhadap iskemia berhubungan dengan kerusakan organ sekunder


terhadap hipertensi tak terkontrol.
S : Klien mengatakan sakitnya sudah berkurang
O : TD 150/90 MMHG
A : kerusakan jaringan (+)
P : melanjutkan intervensi

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


S : Klien mnegatakan sudah bisa melakukan aktivitas rendah
O : klien tampak lebih segar
A : lemah (+)
P : melanjutkan intervensi dengan
Memberikan obat sesuai terapi

3. Gangguan rasa nyaman: nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskular serebral.
S : Klien mengatakan sakit kepalanya sudah berkurang
O; TD 150/90 MMHG
A : Nyeri (+)
P : lanjutkan intervensi dengan memberikan obat analgesik 3x sehari

4. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri


S : Klien mengatakan sudah bisa tidur
O : Wajah klien tampak tidak pucat
A : Masalah teratasi
P:-
5. Kurang pengetahuan tentang tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi.
S : Klien mengatakan sudah memahami tentang hipertensi
O : klien mengangguk saat diberi informasi tentang hipertensi
A : Masalah teratasi
P:-
6. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung

S : Klien mengatakan sakit kepala berkurang

O : TD 150/90 MMHG

A : sakit kepala (+)

P : melanjutkan intervensi dengan

Memberikan obat analgesik 3 x sehari


Melakukan relaksasi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.T DENGAN HIPERTENSI DI RUANG melati 234

RUMAH SAKIT HARAPAN ANDA TEGAL


A.
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Tn.T
b. Tempat dan tanggal lahir : Blitar, 20 mei 1950
c. Pendidikan terakhir : SD
d. Agama : Islam
e. Status perkawinan :Kawin
f. Tinggi Badan / Berat Badan : 150 cm /40 kg
g. Penampilan umum : Berambut keriting ,berbadan kurus
h. Ciri ciri tubuh : Berbadan kurus,kulit sawo matang
i. Alamat : Blitar
j. Orang terdekat yang mudah dihubungi: Anak
k. Hubungan dengan klien : Anak kandung Tn.T
l. Tanggal masuk RS : 1 Mei 2014
m. Diagnosa medis : Hipertensi
n. No. RM : 0355

2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sering sekali sakit kepala pada bagian belakang sehingga
menganggu aktivitasnya.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pada tanggal 1 juni 2014 jam 11.00 WIB klien sedang beraktivitas seperti
biasa, beberapa saat kemudian klien merasakan sakit kepala kemudian sakit kepala
yang dirasakan semakin berat setelah klien mandi dengan menggunakan air
dingin. Kemudian pada tanggal 2 juni 2014 jam 08.30 WIB oleh keluarga klien
dibawa ke UGD Harapan Anda tegal dan diberi obat analgestik untuk mengurangi
sakit kepalanya .Klien dirawat di ruang melati jam 09.00 WIB, pada saat dikaji
jam 10.00 WIB keluarga klien mengatakan pada malam harinya klien tidak bisa
tidur karena sakit kepala yang dirasakannya. Selama dirawat klien agak terbatas
memenuhi ADL sehingga untuk memenuhinya dibantu sebagian oleh keluarga.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hiperteni 3 tahun yang lalu
sejak usia klien 40 tahun, terakhir sebelum dibawa ke rumah sakit tekanan
darahnya 170/100 mmHg.

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Keluarga klien mengatakan di keluarganya hanya klien yang mempunyai riwayat
hipertensi, dan di keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit kronis lainnya,
seperti TBC, DM, asma dan lain-lain.
6. RIWAYAT LINGKUNGAN
Klien tinggal di daerah pedesaan dengan kondisis tampat tinggal bersih dan sejuk.
7. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Latar belakang pendidikan yang rendah membuat Tn.T menganggap
hipertensi adalah penyakit biasa(tidak membahayakan)
Tn.T tidak pernah memeriksakan kesehatannya (cek kesehatan )
b. Pola aktifitas dan latihan
KLien siang hari bekerja membuat kerajinan kayu, sore hari digunakan untuk
istirahat
c. Pola nutrisi dan metabolik

Tn .T Makan 3 x sehari berupa nasi, sayur, lauk pauk dan sistem


metabolismenya masih berfungsi dengan baik

d. Pola eliminasi
- BAB 1 x/hari tidak ada masalah pada pola eliminasi
- BAK 3-4 x/hari, BAK tidak ada masalah pada eliminasi urin klien
- Jumlah urin klien 250cc/hari, berbau khas, warna kuning jernih.

e. Pola istirahat dan tidur


Klien tidak dapat beristirahat dengan baik karena sakit kepala yang dialaminya

f. Pola kognitif persepsi

g. Pola sensori visual


Alat pendengaran dan penglihatan klien masih berfungsi dengan baik
h. Pola toleransi dan koping terhadap stress
Klien mampu melakukan toleransi dan pola koping dengan baik terbukti dari
cara klien mengurangi sakit kepalanya dengan melakukan pemijatan
i. Persepsi diri / konsep diri
Klien menganggap hipertensi adalah penyakit yang tidak membahayakan
j. Pola seksual dan reproduksi
Pola seksual dan reproduksi dalam keadaan normal( tidak ada gangguan )
k. Pola nilai dan keyakinan

Klien dan keluarganya berkeyakinan islam, Sehingga selalu melaksanakan


kewajibannya (shalat)

8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Survey umum
Keadaan umum : Klien tampak lemah
Kesadaran : Komposmetis
Tanda tanda vital
- TD : 170/90 mmHg
- HR : 85 x/menit
- RR : 24 x/menit
- Suhu : 36 C
Antropometri
- TB : 150 mmHg
- BB : 40 kg
b. Kulit, rambut dan kuku
Kulit : Tn. T berkulit sawo matang
Rambut : Berambut keriting
Kuku : Normal
c. Kepala dan leher
Kepala
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang
terdapat dikepala, bentuk tengkorak simetris dan bagian prontal
menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap kebelakang.
Kulit kepala tidak mengalami peradangan, tumor, maupun bekas luka

Mata
Mata klien berfungsi dengan baik
Telinga
Bentuk dan fungsi telinga dalam keadaan normal
Hidung
bentuk dan fungsi hidung klien masih dalam keadaan normal
Mulut dan tenggorokan
Mulut dan tenggorokan klien masih berfungsi dengan baik
d. Toraks dan paru-paru
Toraks
Bentuk torak simetris
Jantung
- I : dada klien terlihat kembang kempis
- P : getaran pada dinding dada klien seimbang
- P : terdengar suara sonor pada jantung klien
- A : terdengar usara nafas tambahan dari ekspirasi

Paru paru

- I : terlihat kembang kempis dada klien


- P : pulsasi pada dada klien seimbang
- P : terdengar suara peka
- A : ada suara tambahan pada auskultasi paru klien

e. Abdomen
- I : bentuk abdomen klien simetris
- P : tidak ada nyeri tekan
- P : terdengan suara tympani pada abdomen klien
- A : terdengan suara bising usus normal
f. Genetalia
Alat kelamin klien sehat tidak ada kelainan/benjolan
g. Rektum dan anus
Rektum dan anus klien dalam keadaan normal

h. Ekstremitas
Tidak ada gangguan pada ekstremitas klien
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium

Tidak pernah

b. Pemeriksaan diagnostic

Tidak pernah

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung


2. Penanganan penyakit hipertensi b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit
3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri

B. ANALISIS DATA

No Tanggal Data Problem Etiologi


/hari
1 Sabtu ,01 DS Penurunan curah Peningkatan TD
juni 2014 jantung
- Keluarga klien mengatakan
klien merasa sakit kepala
yang sangat hebat

DO:

- Klien meringis sampai


menangis menahan sakit
kepala yang dirasakan

- TD: 170/100 mmHg

- ADL klien sedikit


terhambat

2 Sabtu,01 DS : Kurang Kurang


mei 2014 pengetahuan
- Klien mengatakan tidak tahu informasi
tentang
tentang proses penyakit hipertensi dan
pencegahanya
hipertensi
- Klien mengatakan suka
minum kopi, sehari 4 kali
- Klien mengatakan makanan
apa yang harus dihindari
DO :
- TD : 160/90 mmHg
RR : 24 x/mnt
N : 80 x/mnt
- Merokok (+)

DS: Gangguan pola Insomnia


istirahat
- Keluarga klien
mengatakan klien tidak
tidur semalaman
- terus merasakan sakit
kepala nya.

DO:
- TD: 160/100 mmHg
- Mata klien tampak
cekung

C. NURSING CARE PLAN(INTERVENSI)

No Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional Ttd


dx umum
1 Setelah Criteria hasil 4. Lakukan 1. Menurunkan Ad
h
dilakukan 1. Sakit kepala kompres tekanan
tindakan (-) dingin pada vascular
keperawata 2. Klien dapat dahi serebral
n beraktivitas 5. Lakukan 2. memperlambat
diharapkan 3. Ekspresi teknik respon
sakit kepala wajah klien relaksasi, simpatis
klien rileks 6. Kolaborasi 3. Menurunkan/
berkurang 4. Td (150/90) dalam mengontrol
mmhg pemberian nyeri
analgesic

2 Setelah Criteria hasil 1. Kaji tingkat 1. Memberi adh


dilakukan - TD pengetahua pemahaman
tindakan normal(1 n dan tentang
keperawata 20/80) kesiapan hipertensi
n mmhg untuk 2. Nikotin
diharapkan - Sakit belajar. meningkatkan
klien kepala pelepasan
memahami berkuran 2. Beri tahu katakolamin,
proses g pasien untuk mengakibatka
penyakitnya - Skala menghentikan n peningkatan
nyeri merokok frekuensi
sakit(0- 3. Dorong klien jantung, TD
1) untuk 3. Kafein adalah
menurunkan/ stimulant
menghilangka jantung dan
n minum kopi dapat
4. Jelaskan memberikan
pentingnya efek
diit rendah merugikan
garam, lemak pada jantung
dan kolesterol 4. Kelebihan
5. Anjurkan lemak,
klien untuk kolesterol,
istirahat natrium
cukup menyebabkan
6. Berikan hipertensi
informasi 5. Dengan
mengenai istirahat dapat
proses menoleransi
penyakit terhadap kerja
hipertensi jantung
6. Membantu
klien untuk
memahami
tentang
penyakit
hipertensi
3 Setelah Criteria hasil 1. Batasi 1. Menciptak adh
dilakukan jumlah an suasana
tindakan - Tidak pengunjung tenang
keperawata mengalami dan lamanya 2. Mengontr
n selam lagi gangguan tinggal ol nyeri
124 jam pola aktifitas agar
2. Kolaborasi
diharapkan - Keluarga klien berkurang
dalam
klien mengatakan 3. Merangsa
mamapu klien tidak pemberian ng klien
tidur terbangun lagi antihistamin untuk
dengan pada malam tidur
3. Melakukan
nyaman hari
relaksasi
- Ekspresi
wajah
ceria(tidak
pucat )

D. CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA : TN.T

JAM : 09.00 Wib HARI/TANGGAL : SELASA,4


JUNI 2014

IMPLEMENTASI EVALUASI
DATA : Dx :
1. Peningkatan TD berhubungan dengan
DS
penurunan curah jantung

- Keluarga klien mengatakan klien merasa


S : Klien mengatakan sakit kepala berkurang
sakit kepala yang sangat hebat
O : TD 150/90 MMHG
- Klien mengatakan tidak tahu tentang A : sakit kepala (+)
proses penyakit hipertensi P : melanjutkan intervensi dengan
- Klien mengatakan suka minum kopi, - Memberikan obat analgesik 3 x sehari
sehari 4 kali - Melakukan relaksasi
- Klien mengatakan tidak tahu makanan apa
yang harus dihindari
- Keluarga klien mengatakan klien tidak Dx :
tidur semalaman 2. Penanganan penyakit hipertensi b.d
- Klien mengatakan terus merasakan sakit kurangnya pengetahuan tentang
kepala. penyakit
S :Klien mengatakan sudah mengerti /
memahami tentang proses penyakit
hipertensi
O : TD 150/90 mmHg
A : Diet rendah garam (+)
DO:
P : Melanjutkan intervensi dengan
- Klien meringis sampai menangis menahan
sakit kepala yang dirasakan Memberikan edukasi tentang pentingya
- TD: 170/100 mmHg diet rendah garam untuk penyakit
- ADL klien sedikit terhambat hipertensi
- RR : 24 x/mnt Dx
- N : 80 x/mnt 1. Insomnia berhubungan dengan
- Merokok (+) ketidakmampuan mengatasi nyeri
- Mata klien tampak cekung S : keluarga klien mengatakan kliem tidak
lagi susah tidur
DIAGNOSA :
1. Peningkatan TD berhubungan O : TD: 150/90 mmHg
dengan penurunan curah jantung
2. Penanganan penyakit hipertensi b.d Mata klien tidak cekumg.
kurangnya pengetahuan tentang
A : Diet makanan rendah garam, kolesterol
penyakit
(+)
3. Insomnia berhubungan dengan
ketidakmampuan mengatasi nyeri P : lanjutkan intervensi dengan

TINDAKAN : 1. Memberikan makanan rendah garam


1. Mengkaji TTV dan kalori
2. Memberikan obat sesuai terapi 2. Memberikan edukasi diet makanan
3. meninggikan kepala tempat tidur dan untuk penderita hipertensi
menganjurkan klien untuk ROM
4. Memberitahu TD/Tensi ulang
5. Menganjurkan klien untuk
menghentikan merokok dan minum
kopi
6. Memberi edukasi mengenai proses
penyakit hipertensi
7. Menjelaskan klien tentang pentingnya
diit rendah garam, lemak dan
kolesterol
8. memberikan obat (Vit C, B1, Thiamin)
9. Mengkaji TTV
10. Mengamati warna kulit(pucat,lemas)
11. menyajikan dan membari makanan
rendah garam dan menyajikan obat
sesuai resep
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan konsep teori tentang hipertensi

A. PENGKAJIAN
pengkajian klien dengan penyakit hipertensi adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan penyakit serebrovaskuler, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda :. Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk menegakan diagnosis).
c. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan sererbral),
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinyu perhatian,
tangisan yang meledak.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan akhir-akhir
ini (meningkat/ menurun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema: kongesti vena.
f. Neurosensori:
Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital, episode
kebas dan/atau kelemahan pada satu sisi tubuh. gangguan penglihatan.
Tanda : Status mental: perubahan keterjagaan, orientasi, isi bicara, afek,
proses pikir, memori.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang
timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya, nyeri abdomen/massa.
h. Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distres respirasi/gangguan otot aksesori pernafasan. Bunyi nafas
tambahan (rales/mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala : - Faktor-faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, Diabetes Melitus, penyakit ginjal.
- Faktor-faktor resiko etnik, seperti: orang Afrika Amerika, Asia Tenggara.
- Penggunaan pil KB atau hormon lain penggunaan obat/alkohol.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Tn.T sesuai dengan pengkajian pada
klien hipertensi .Gejala yang dialami Tn .T
- Memiliki gejala sakit kepala yang berkelanjutan
- Nyeri sakit pada bagian belakang
- Tn.T mengatakan sering susah tidur akibat sakit kepalanya
- Tn.T sering mengeluh lemah dalam beraktivitas
Hal ini berarti ada kesesuaian antara konsep teori dengan pengkajian yang dilakukan
pada Tn .T
B. DIAGNOSA
Berdasarkan diagnosa teori asuhan keperawatan klien hipertensi didapatkan
diagnosa
a. Resiko tinggi terhadap iskemia miokard b.d kerusakan organ sekunder
terhadap hipertensi tak terkontrol.
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum.
c. Gangguan rasa nyaman: Nyeri (akut), sakit kepala b.d peningkatan tekanan
vaskular serebral.
d. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri

e. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi

Diagnosa yang terdapat pada Tn .T


a. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung
b. Penanganan penyakit hipertensi b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit
c. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
Dalam hal ini sesuai dengan asuhan keperawatan yang dibahas dalam teori asuhan
keperawatan klien hipertensi
C. INTERVENSI
Intervensi yang terdapat pada konsep teori asuhan keperawatan klien hipertensi

1. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung

Intervensi :

a. Lakukan kompres dingin pada dahi


b. Lakukan teknik relaksasi,
c. Kolaborasi dalam pemberian analgesic

2. Kurang pengetahuan tentang tentang penyakit berhubungan dengan kurang


informasi.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.
b. Bahas konsep TD menggunakan terminologi dan orang terdekat yang dapat
dimengerti:
Nilai normal
Efek tekanan darah tinggi
c. Jelaskan secara singkat dan sederhana mengenai:
Pengertian
Penyebab
Tanda dan gejala
Pengobatan/penanganan
Pencegahan
d. Tanya batas normal TD.

3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri

Intervensi :

a. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal


b. Kolaborasi dalam pemberian antihistamin
c. Melakukan relaksasi
Intervensi yang dilakukan pada Tn.T
Intervensi :
1. Dx : Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung
Lakukan kompres dingin pada dahi
Lakukan teknik relaksasi,
Kolaborasi dalam pemberian analgesic

2. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi


Kaji tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.

Beri tahu pasien untuk menghentikan merokok

Dorong klien untuk menurunkan/menghilangkan minum kopi

Jelaskan pentingnya diit rendah garam, lemak dan kolesterol

Anjurkan klien untuk istirahat cukup

Berikan informasi mengenai proses penyakit hipertensi


3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri

Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal


Kolaborasi dalam pemberian antihistamin
Melakukan relaksasi

Berdasarkan intervensi teori dan intervensi pada Tn.T Ada perbedaan yakni :

Pada dx 2 tentang kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi


berhubungan dengan kurangnya informasi

IMPLEMENTASI

Implementasi konsep teori asuhan keperawatan

1. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung


a. Mengkaji TTV
b. Memberikan obat sesuai terapi
c. meninggikan kepala tempat tidur dan menganjurkan klien untuk ROM
2 Kurang pengetahuan tentang tentang penyakit berhubungan dengan kurang
informasi.
a. memberikan edukasi tentang penyakit hipertensi
b. memberikan makanan diet rendah garam
c. mengkaji respon belajar klien tentang hipertensi
3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
a. membatasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal
b. memberikan obat antihistamin
c. Melakukan relaksasi

Implementasi pada Tn.T

implementasi :

1. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung


Implementasi :
Mengkaji TTV
Memberikan obat sesuai terapi
meninggikan kepala tempat tidur dan menganjurkan klien untuk ROM

2. : Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi

Implementasi :

Memberi informasi mengenai proses penyakit hipertensi

Menganjurkan klien untuk menghentikan merokok dan minum kopi

Melakukan tensi ulang

3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri


IMPLEMENTASI
Mengkaji TTV
Mengamati warna kulit(pucat,lemas)
menyajikan dan membari makanan rendah garam dan menyajikan obat sesuai resep

Berdasarkan Implementasi yang ada pada teori dan pada Tn.T ada sedikit perbedaan antar
keduanya

Yakni : mengkaji kesiapan klien untuk belajar

EVALUASI

1. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung

S : Klien mengatakan sakit kepala berkurang

O : TD 150/90 MMHG

A : sakit kepala (+)

P : melanjutkan intervensi dengan

Memberikan obat analgesik 3 x sehari


Melakukan relaksasi
2. Kurang pengetahuan tentang tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi.
S : Klien mengatakan sudah memahami tentang hipertensi
O : klien mengangguk saat diberi informasi tentang hipertensi
A : Masalah teratasi
P:-

3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri


S : Klien mengatakan sudah bisa tidur
O : Wajah klien tampak tidak pucat
A : Masalah teratasi
P:-

Evaluasi yang dilakukan pada Tn. T


4. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung

S : Klien mengatakan sakit kepala berkurang

O : TD 150/90 MMHG

A : sakit kepala (+)

P : melanjutkan intervensi dengan

- Memberikan obat analgesik 3 x sehari


- Melakukan relaksasi

5. Kurang pengetahuan tentang tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi.


S :Klien mengatakan sudah mengerti / memahami tentang proses penyakit hipertensi

O : TD 150/90 mmHg

A : Diet rendah garam (+)

P : Melanjutkan intervensi dengan

Memberikan edukasi tentang pentingya diet rendah garam untuk penyakit hipertensi

6. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri

S : keluarga klien mengatakan kliem tidak lagi susah tidur

O : TD: 150/90 mmHg

Mata klien tidak cekumg.


A : Diet makanan rendah garam, kolesterol (+)

P : lanjutkan intervensi dengan

1. Memberikan makanan rendah garam dan kalori


2. Memberikan edukasi diet makanan untuk penderita hipertensi

Berdasarkan evaluasi asuhan keperawatan teori dengan asuhna keperawatan Tn.T bahwa
diantara keduanya berkesesuaian.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolic 90 mmHg, atau
bila pasien menggunakan obat anti hipertensi.
Perhimpunan nefrologi Indonesia (Pernefri) memilih klasifikasi hipertyensi sesuai WHO/ISH karena
sederhan dan memenuhi kebutuhan, tidak bertentangan dengan strategi terapi, tidak meragukan karena
memiliki sebaran luas dan tidak rumit, serta terdapat pula unsure sistolik yang juga penting dalam
penentuan.
Klasifikasi sesuai WHO/ISH
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normotensi < 140 <90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang dan berat >180 >105
Hipertensi sistolik terisolasi >140 <90
Hipertensi sistolik perbatasan 140-160 <90

B. SARAN

Untuk mahasiswa bidaang keperawatan sebaiknya pelajari lebih rinci lagi tentang hipertensi
karena penyekit hipertensi gejalanya sulit ditemukan sehingga mampu mempengaruhi
masyarakat untuk mengurangi resiko penyakit hipertensi
Daftar pustaka

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates,
1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit
Arcan, 1995

Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan,
1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V,
Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

Вам также может понравиться

  • Lembar Balik Penanganan Stroke
    Lembar Balik Penanganan Stroke
    Документ10 страниц
    Lembar Balik Penanganan Stroke
    linla
    Оценок пока нет
  • Lembar Balik ISK
    Lembar Balik ISK
    Документ13 страниц
    Lembar Balik ISK
    linla
    Оценок пока нет
  • SAP Penkes Tonsilitis
    SAP Penkes Tonsilitis
    Документ12 страниц
    SAP Penkes Tonsilitis
    linla
    Оценок пока нет
  • LP Kista Ovarium
    LP Kista Ovarium
    Документ13 страниц
    LP Kista Ovarium
    linla
    Оценок пока нет
  • Sap Penkes Isk
    Sap Penkes Isk
    Документ11 страниц
    Sap Penkes Isk
    linla
    Оценок пока нет
  • Seminar RBD
    Seminar RBD
    Документ10 страниц
    Seminar RBD
    linla
    Оценок пока нет
  • Woc Kista
    Woc Kista
    Документ2 страницы
    Woc Kista
    linla
    Оценок пока нет
  • Askep Igd CHF Ade
    Askep Igd CHF Ade
    Документ12 страниц
    Askep Igd CHF Ade
    linla
    Оценок пока нет
  • Askep Seminar RBD
    Askep Seminar RBD
    Документ18 страниц
    Askep Seminar RBD
    linla
    Оценок пока нет
  • SP RBD
    SP RBD
    Документ20 страниц
    SP RBD
    linla
    100% (2)
  • Askep Kasus CHF
    Askep Kasus CHF
    Документ8 страниц
    Askep Kasus CHF
    linla
    0% (1)
  • Sap Demam Pada Anak
    Sap Demam Pada Anak
    Документ5 страниц
    Sap Demam Pada Anak
    linla
    Оценок пока нет
  • Pathways GGA & GGK
    Pathways GGA & GGK
    Документ2 страницы
    Pathways GGA & GGK
    linla
    Оценок пока нет
  • LP AKI
    LP AKI
    Документ18 страниц
    LP AKI
    linla
    0% (1)
  • HIPERTERMI
    HIPERTERMI
    Документ15 страниц
    HIPERTERMI
    linla
    Оценок пока нет