Вы находитесь на странице: 1из 9

PROLOG

1 September, 2009

Hari itu, adalah hari yang paling indah bagiku.

Hari ulang tahun.

Saat itu juga, idolaku berulang tahun

Dan saat itu juga, seseorang melamar ku.

Laki-laki yang dulu suka membawa sepatuku menyusuri lorong sekolah.


Tapi apa boleh buat? Aku membencinya.. Tapi aku mencintainya.

Jimin namanya. Laki-laki bermata sipit yang telah mengambil hatiku.


Senyumnya, tingkah lakunya, dan wajahnya, membuatku jatuh hati
kepadanya. Aku masih ingat, saat dimana dia mulai perhatian kepada
ku. Saat itu hujan. Aku lupa membawa payung. Aku lupa membawa
payung, bahkan aku tak tau berapa banyak kadar kebodohan yang ada
di pikiran ku ini. Tiba-tiba, Jimin datang dan memayungi ku.

Hei! Apa yang kau lakukan?

Pakai payung ini. Atau kau akan jatuh sakit.

Ujar pria sipit itu, sambil melepas jaket kesayanganya.

Soal kemarin.. Aku tak bermaksud merendahkan mu.. Jim


PERTEMUAN
31 Agustus, 2009

Hei, Park Jimin,

Ujar wanita cantik itu, sambil mengunyah permen karet yang ada di
dalam mulutnya.

Jimin dan teman-temanya yang lain, menoleh ke sumber suara


tersebut.

Uhm? Bukankah itu Seulgi noona?

Ujar salah satu temanya, Na Jaemin.

Park Jimin. Benar kau, kan?

Kalau iya, ada apa?

Hei! Apa kau pura-pura amnesia? Kau tak ingat bahwa kemarin kau
menjambak rambut ku dan menggigit lengan ku, saat kita berkelahi
kemarin?

Oh! Aku ingat!

Ujar Jimin santai.

Yaa! Kenapa kau menggigit dan menjabak rambut gadis cantik ini!?
Bah.. Dasar tak tahu malu kau, Jimin!

Semua orang yang lewat terkekeh. Begitu juga Jimin, dan kawan-
kawanya.

Apa kau tak punya kaca? Apakah aku harus membelikan mu kaca
yang besar, dan menaruhnya di dalam kamar mu?
Diam kau, Jimin! Bahkan kau tak memanggilku noona!

Hei kawan-kawan, apa kau tau nama asli gadis ini?

Seluruh pandangan mata tertuju pada Jimin sekarang. Suasananya


tengang.

Namanya...

PARK JIMIN! AKU AKAN MEMBUNUHMU JIKA KAU


MENGATAKANYA!!

Oh Soo Sun. Namanya adalah Oh Soo Sun!

Oh Soo Sun? Hahaha!

Sahut mereka secara bergantian. Mereka semua terbahak-bahak


saat mengetahui nama asli dari seorang Kang Seulgi. Muka Seulgi saat
ini? Tak usah ditanya lagi. Mukanya betul-betul merah seperti
kepiting yang baru saja matang di rebus.

Hei! Apa kau tak tahu, Jim? Ibumu mengandung dengan pria lain,
dan meninggalkan pria yang sebenarnya adalah ayah kandungmu
sendiri! Ibumu telah merusak rumah tangga orang lain, Park Jimin!
Puas kau?

Hening. Itulah keadaan yang sedang berlangsung. Jimin pun,


mengerenyitkan dahi. Seketika itu juga, Jimin meninggalkan Kang
Seulgi diikuti oleh beberapa teman lainya. Perempuan yang baru saja
mengatakan kata-kata mustahil.

1 September, 2007
Tidak apa-apa, Seulgi. Aku bangga pada ibuku. Aku sangat sangat
mencintai dan berterima kasih pada ibuku, karna telah membesarkan

ku sendirian selama 16 tahun

Ahh.. Seulgi benar-benar merasa bersalah sekarang.


Ehm.. Jimin. Aku tak apa. Aku bisa pulang sendiri. Terimakasih
tawaranya, Jim!

Dengan percaya diri Seulgi mengatakan itu, tapi-

DAKK!!

-Tepat satu detik yang lalu, Seulgi baru saja terjatuh.

Seulgi! Kau tak apa?

Seulgi tarlilit ikat sepatu. Malu, sakit, adalah hal yang


sedang Ia alami sekarang ini.

Awhh.. Sakit sekali..


Rintih Seulgi kesakitan

Jimin melihat tali sepatu Seulgi yang terlepas dari ikatanya.

Tali sepatu mu lepas, bodoh

Dengan senang hati, Jmin mengikatkan tali sepatu Seulgi yang


terlepas dan membuat pipinya merah merona sekarang.

Seulgi, aku pulang duluan ya! Kau bisa membawa payung ini. Sampai
jumpa!

Katanya sambil berlari kecil meninggalkan Seulgi.

Bayangan itu, semakin menjauh. Seulgi masih terpaku di tempat yang


sama.

Akhh! Apa yang kau pikirkan, Kang Seulgi?


Seulgi mengacak-acak rambutnya sendiri. Entah apa yang
dipikirkanya sekarang. Tapi mengingat kejadian tadi, Seulgi
hampir dikira tidak waras karena senyum-senyum sendiri.

Cahaya pagi yang masuk melalui jendela pagi ini, seolah olah
membangunkan Seulgi. Dia segera bangun karena tak tahan
dengan bunyi jam weker yang mungkin, sangat mengganggu.

Seulgi membuka jendela dan menghirup udara pagi. Wah ..


segar sekali udaranya. Biasanya tak pernah seperti ini. Muka
nya, begitu berbinar-binar. Mungkin, Seulgi kembali
memikirkan kejadian yang baru saja terjadi kemarin

Segera Ia mengambil handuk yang ada di kursinya, dan pergi


ke kamar mandi.

Kini Ia sudah berseragam. Rambutnya yang di gerai membuat


Seulgi semakin cantik. Pantas saja, Ia sangat-sangat populer.

Ibu! Aku berangkat!

Eoh! Hati-hati dijalan ya, Seulgi!

Dia segera menunggu bus di halte yang kebetulan tak jauh


dari rumahnya.

Jenuh. Benar-benar jenuh.

Kapan busnya akan datang?? Aku sudah benar-benar jenuh


menunggu di sini!!
Maaf
SEKOLAH adalah hal yang paling Seulgi benci. Tak ada sama sekali
yang menyenangkan. Hanya akan berhadapan dengan guru, buku,
tulisan, dan teman-teman yang menyebalkan.

Readers.. Sepertinya, sekolah tak seindah kiasan tadi. Sangat jauh


dari kiasan yang tadi.

Selamat pagi, cantik ku

Seulgi tak heran mendengar perkataan itu. Ahn Jiyeon. Adalah


sahabatnya, dari sekolah menengah pertama. Menyebalkan, tapi
lumayan pintar. Suka berceramah kepada Seulgi. Walaupun begitu, Ia
suka membantu Seulgi mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa
membuat Seulgi frustasi.

Eumh.. kenapa?

Sahut Seulgi dingin.

Hei.. kau tak apa? Kau bahkan tak pernah se-dingin ini, Gi

Aku tak tahu dan tak ingin tahu. Sudahlah.. aku mau ke kelas

Baiklah. Kelas hari ini telah selesai. Sampai jumpa minggu depan, dan
terima kasih partisipasinya.

Suara pak Heechul menggema di dalam kelas itu. Saat itu juga, satu
kelas membeku. Pak Heechul adalah guru killer, yang paling di takuti.
Mengapa? Karena kalau kita sudah kena hukum, kita akan menjadi
model lukisanya. Apakah menyenangkan? Oh tentu tidak. Kita harus
berdiam diri layaknya patung selama 2 jam

Itu tadi tegang sekali ya?

Tiba-tiba Jiyeon datang mendekati Seulgi.

Sepertinya.. ah sudah.. aku mau ke kantin. Ayo !


Saat mau mengambil sepatu, tangan Seulgi sudah terdahului oleh
tangan Jimin

Hore! Aku mendapatkan nya!

Sorak Jimin penuh semangat, seolah olah, dia telah memenangkan


lomba makan kerupuk tingkat nasional.

Yang masih jadi pertanyaan, apakah ada lomba makan kerupuk tingkat
nasional, readers? Ah lupakan.. lagipula, itu hanya kiasan yang
mustahil.

HEI PARK JIMIN! KEPARAT KAU!

Percumah. Jimin sudah berlari menelusuri lorong sekolah. Terlihat


dari raut muka Seulgi, dia sangat-sangat marah sepertinya.

Yaa! Maafkan aku.. hmm?

Pinta seorang laki-laki sambil mengangkat telunjuk jarinya yang


mungil itu. Tak lain, tak bukan adalah Jimin.

Tak akan! Kau pikir, memaafkan seseorang itu semudah kau


mengambil sepatuku tadi?

Seulgi berjalan ke kanan. Tapi, terhalang oleh Jimin. Ke arah kiri juga
terhalang oleh Jimin.

Hei! Bisakah kau tak ada di kehidupanku ini? Bisakah aku tidak
mengenalmu sekali saja? Aku sudah benar-benar muak dengan mu,
Jim

Kata-kata Seulgi itu, membuat Jimin terpaku. Raut mukanya benar-


benar serius sekarang.

Apakah.. kau membenci ku?

Tanya Jimin dengan penuh keyakinan.

Hei, bodoh! Apa kau tidak bisa berpikir? Aku membencimu, Jim
Seulgi meninggalkan Jimin, yang masih terpaku di tempat ia berdiri
sekarang ini.

Maafkan aku, Seulgi. Kau bahkan sudah membenciku sebelum aku


menyatakan bahwa aku mencintaimu.

KRINGG.. KRING.. KRINGG.. !

Bel sekolah berbunyi menandakan bahwa pelajaran akan segera


dimulai. Sulgi masih saja memikirkan kejadian yang baru saja terjadi
kemarin. Seulgi merasa bersalah kepada Jimin. Seharusnya Ia tak
mengatakanya waktu itu.

Sekian, terimakasih

Itu adalah suara pak Donghae yang menggema di dalam kelas.


Sepertinya, memikirkan Jimin saat sedang pelajaran membuat waktu
semakin singkat saja. Tak terasa, waktu istirahat pun tiba. Seulgi
sudah tak tahan lagi. Dia tak nyaman karena kemarin Ia memarahi
Jimin tanpa alasan yang jelas.

Seulgi berlari keluar kelas, sebelum disusul oleh Jiyeon yang


menyebalkan dan sangat ingin tahu itu. Terliha, ada seoramg laki-laki
yang sedang duduk tertunduk. Seulgi makin mendekat ke pria itu.
Semakin dekat, dan semakin dekat. Benar! Itu adalah Jimin!

Hei, Jimin-ah!

Laki-laki itu mendongak.

Oh! Seulgi!

Seulgi lagsung duduk di sebelah Jimin tanpa ragu. Hening, adalah hal
yang sedang terjadi sekarang. Kadang, mereka saling mencuri
pandang. Awkward istilah kekinian-nya

Aku minta maaf

Aku minta maaf


Mereka saling bertatap. Kata maaf, keluar dari mulut mereka secara
bersamaan.

Maaf, Seulgi

Maafkan aku juga, Jimin

Ahh.. rasa salah memenuhi pikiran mereka sekarang.

Uhm.. bagaimana jika perpustakaan

Ahh, ide bagus!

Ya, benar. Perpustakaan adalah hal yang bagus untuk menghilangkan


keheningan ini.

Вам также может понравиться