Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KEWIRAUSAHAAN
Disusun Oleh:
NPM. 14.11.108.701602.000806
Urutan peraturan perundang undangan Pertambangan di Indonesia
Tata urutan peraturan perundang undangan di Indonesia pada umumnya dan
peraturan pertambangan pada khususnya adalah :
Sampai dengan bulan Juli 2010 peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 4
Tahun 2009 Undang-Undang No. 4 Tahun 2009
baru berupa:
1. Peraturan Pemerintah 2 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif PNBP yang
berasal dari Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan diluar Sektor
Kehutanan.
2. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan
Hutan dan
3. Peraturan Menteri Kehutanan no. P.38/Menhut-II/2012 tentang Perubahan
atas Permenhut no. P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan..
Kebijakan ekonomi pasar terbuka yang semakin massif dilakukan oleh Presiden
Jokowi tentunya akan membawa dampak terhadap sektor ekonomi strategis
Indonesia. Dalam rangka meningkatkan daya saing industri nasional dalam era
liberalisasi saat ini, Presiden Jokowi mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi 1
hingga 11, yang hendak menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis produksi
dari rantai nilai global. Hal ini dilakukan Pemerintah Indonesia dengan membuka
akses pasar perdagangan dan liberalisasi investasi seluas-luasnya di Indonesia.
Perhatian terhadap persoalan tambang dan agenda pasar bebas semakin menguat
setelah meningkatnya angka Gugatan investor tambang asing terhadap sebuah
negara di berbagai belahan dunia, khususnya di kawasan Amerika latin, Afrika, dan
Asia. Awalnya kasus gugatan investor terhadap negara hanya dianggap sebagai
praktik bisnis yang umum. Namun, ketika trend gugatan ini meningkat, dimana
terhitung sejak 1987-2014 sudah mencapai 608 kasus khususnya di lembaga
arbitrase internasional di bawah Bank Dunia yang bernama ICSID (International
Center for Settlement Investment Disputes), berbagai praktisi hukum internasional
mulai mencermati bahwa gugatan ini telah menjadi ancaman bagi kedaulatan
sebuah negara.
Sektor tambang dan migas merupakan sektor yang paling banyak di gugat,
menempati urutan ke 2 dari total kasus yang masuk ke ICSID setelah sektor
ketenagalistrikan. Di tahun 2015 saja, ICSID menerima gugatan di sektor tambang
dan migas sebesar 27%, dan di sektor ketenagalistrikan sebesar 31% (Lihat gambar
disamping- ICSID Report 2015).
Distribusi kasus dibawah konvensi ISCID
Kebijakan negara lainnya yang juga turut digugat seperti reformasi kebijakan di
sektor energi terbarukan, tindakan diskriminasi investasi, pelanggaran terhadap
tindakan nasionalisasi langsung atas sebuah investasi, kebijakan mengenai
perpajakan, ekspor, kebijakan tarif, isu lingkungan, dan anti money-laundring[1].
Gugatan ISDS ini bertujuan untuk menuntut negara agar membayarkan kerugian
investor akibat penerapan kebijakan sebuah negara yang nilai tuntutannya bisa
mencapai US$ 8 Juta hingga US$2,5 Milyar.
Mekanisme ini awalnya diatur di dalam Perjanjian Investasi Bilateral atau Bilateral
Investment Treaty (BIT), namun dalam perkembangan Free Trade Agreement
(FTA) di abad 21 saat ini, standar perlindungan investasi di dalam BIT mulai
diadopsi ke dalam sebuah FTA. Model perjanjian seperti TPP, EU CEPA, dan
RCEP telah mengatur ketentuan perlindungan investasi secara spesifik didalamnya.
Trend dasar gugatan ISDS saat ini mungkin masih didominasi oleh BIT (Lihat
gambar[5]), tetapi dengan massifnya penandatanganan FTA yang akan dilakukan
oleh Pemerintah Indonesia, maka kedepan Indonesia akan semakin berpotensi
digugat karena pelanggaran ketentuan dalam EU CEPA atau TPP. Misalnya
beberapa kebijakan Pemerintah Indonesia hari ini yang berpotensi digugat oleh
Investor, seperti kewajiban TKDN hingga level presentase tertentu, pembatalan dan
penertiban IUP, dan rencana moratorium lahan sawit dan tambang.
Menarik jika menelisik hasil kunjungan Presiden Jokowi ke empat negara di Uni
Eropa pada April 2016 yang lalu, yakni Belanda, Belgia, Inggris, dan Jerman.
Pasalnya, lawatannya ke Eropa itu, Presiden Jokowi mengklaim berhasil
mengantongi komitmen investasi sebesar US$ 20,5 Milyar. Dari Komitment
investasi didominasi oleh sektor energy terbarukan, seperti pembangunan
infrastruktur pembangkit listrik maupun disektor transportasi.
EU merupakan pusat dari basis industri teknologi maju termasuk teknologi hijau.
Selama ini EU memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap pemenuhan
bahan baku industri ini, yang berasal dari komoditas tambang mentah termasuk
komoditas rare earth (Baca: Raw Material). Impor bahan baku ini didominasi oleh
China.
Paling tidak ada sekitar 20 komoditas raw materials yang dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan industri tersebut, seperti Antimony (Stibium), Beryllium,
Borates, Chromium, Cobalt, Fluorspar (Fluorit), Gallium, Germanium, indium,
magnesite, magnesium, Natural graphite, Niobium, Phospate Rock, Platinum,
Heavy rare earth elements, light rare earth elements, silicon metal, dan
Tungsten[7].
Inkonsistensi Kebijakan
Tentunya kembali bahwa policy space pemerintah yang akan diganggu oleh
kepentingan investor ketimbang untuk mempertahankan kepentingan nasional.
Begitu pun dengan UU Minerba kita. Misalkan keberatan EU dengan larangan
ekspor konsentrat. Kita sudah punya pengalaman dengan Newmont yang
menggugat UU Minerba khususnya terkait dengan larangan ekspor konsentrat.
Artinya, jika perusahaan EU merasa dirugikan dengan penerapan UU Minerba
No.4/2009, maka mereka bisa kapan pun menggugat Pemerintah Indonesia.