Вы находитесь на странице: 1из 11

243

REVITALISASI FUNGSI MASJID SESUAI


ZAMAN RASULULLAH MELALUI
IMPLEMENTASI PSAK 45: STUDI
EMPIRIS PADA MASJID A DAN B
Marsdenia
Program Vokasi Akuntansi Universitas Indonesia
idelid@yahoo.com

This research explores how PSAK 45 practices in Mosque Organization facilitates a revitalization mosque role
as Rasulullah Era. This research is a case study in two different mosque, Entity A and B. Mosque A organized
under famous community moslem A. Mosque B location in one of famous town house in City X. Research
metodology is qualitatif approach which is use also quantitatif data and also field observation and in dept
interview with stakeholder. There are some findings: first,the daily activities of both mosque have some
activities similar to Rasululloh era such as: Mosque as education center, distribution of Zakat, Infaq, Sadaqoh,
and so many others,, second, Each Mosque have very simple accounting record for those activities third, there
are some activities in Rasululloh era that unusual for current condition such as health activities, social meeting,
others, fourth, Implementation of PSAK 45 very limitation, since no accrual basis, only very simple cash basis
and simple financial reporting such as simple cash flow report.

Keywords: PSAK 45, Mosque, Non for Profit, Public Entity, Accounting

1. Latar Belakang masyarakat. Ada yang berawal dari tanah


Saat ini masjid masih terpusat di pulau wakaf pribadi, ada juga yang didirikan
Jawa, Sumatera dan Sulawesi, terutama oleh sekelompok masyarakat tertentu
didaerah Jawa Barat dimana spirit umat karena kebutuhan fasilitas peribadatan
islam untuk memanfaatkan masjid sebagai yang dekat dengan tempat tinggal atau
pusat interaksi sosial dan sebagai sarana tempat bekerja. Pengelolaan dan sumber
ibadah adalah sangat tinggi, terlihat pada daya diperoleh diperoleh secara
saat proses pendistribusian zakat dan sukarela.Tidak ada paksaan untuk menjadi
daging Qurban (Republika on Line, 2014). pengelola masjid (tamir dan bendahara).
Menurut Jusuf Kalla yang termuat di Satu-satunya motivator bagi seorang tamir
Republika (2014), jumlah masjid dan adalah mandat dari Al Quran. Ada
mushola saat ini lebih kurang 850.000 kecenderungan bahwa organisasi nonlaba
buah yang tersebar diseluruh Indonesia. (termasuk organisasipengelola masjid)
Populasi ini menunjukkan potensi yang akan menjadi sorotan masyarakat .
besar untuk memberi kontribusi dalam
mensejahterakan masyarakat, baik secara Untuk menjaga kepercayaan umat saat
penggalangan dana maupunpenyediaan menitipkan amanah berupa zakat, Infak
fasilitas. dan Sadaqoh dibutuhkan pada masjid
Organisasi masjid merupakan sebagai entitas sektor publik adalah
organisasi sektor publik atau organisasi pertanggungjawaban kepada umat.
nirlaba, yang mengelola sumberdaya untuk Tuntutan Pertanggungjawaban pengelolaan
menjalankan aktivitas masjid, dimana entitas sektor publik dalam wujud
kebanyakan masjid didirikan oleh swadaya Akuntabilitas sektor publik semakin
244

meningkat, sehingga Asosiasi profesi bersih berdasarkan ekuitas terikat


akuntan Indonesia, IAI (Ikatan Akuntan permanen dan ekuitas terikat temporer.
Indonesia) menetapkan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Penelitian ini berbeda dengan penelitian
tentang penyusunan laporan keuangan terdahulu dari jasa publik yang diberikan
entitas sektor publik dengan mengesahkan kepada masyarakat dibandingkan
PSAK 45 yang merupakan adopsi dari penelitian-penetian terdahulu. Perbedaan
IFRS SMEs (International Financial berikutnya adalah disini peneliti
Report Statement for Small Medium menekankan adanya revitalisasi fungsi
Entreprises). Akuntabilitas entitas sektor masjid yang akan terjadi ketika sektor
publik mejadi penting karena dalam publik tersebut mengimplementasikan
kehidupan sehari-hari tidak bisa dipungkiri PSAK 45 pada saat menyajikan laporan
bahwa keberadaan entitas sektor publik keuangannya. Dan diharapkan dengan
tidak bisa dipisahkan dari kehidupan adanya impelementasi PSAK 45 pada
masyarakat dengan berbagai pelayanan entitas sektor publik masjid bisa
publik semata-mata untuk kesejahteraan mendorong revitalisasi fungsi masjid
(welfare) masyarakat dan dapat dilihat seperti di zaman Rasululloh, yang tidak
eksistensinya secara nyata seperti, entitas saja menjadi tempat beribadah, tetapi juga
pemerintahan, partai politik, tamir mesjid, menjadi pusat pembinaan umat (Bahtiar,
sekolah, rumah sakit, dan puskesmas 2012). Disini peneliti juga menekankan
(Nordiawan, 2010). perlunya peran aktif, partisipasi para
akuntan untuk lebih memasyarakatkan
Penelitian-penelitian implementasi PSAK PSAK 45 pada organisasi keagamaan
45 pada sektor publik entitas keagamaan sehingga entitas sektor publik memiliki
menunjukkan bahwa pada gereja tanggungjawab moral untuk
(Mamaesah, 2013) pengelola GMIM mempublikasikan laporan keuangan
Efrata Sentra Sonder belum menerapkan berdasarkan PSAK 45 kepada publik
PSAK 45 dalam penyajian keuangannya, dalam konteks entitas masjid disebut
dan hanya menyajikan laporan keuangan umatnya.
dalam bentuk realisasi anggaran sesuai
dengan pedoman yang disusun Badan Kontribusi Penelitian ini adalah
Pekerja Majelis Sinode. Sedangkan pada diharapkan dengan diperolehnya
mesjid (Ibrahim, Handayani, 2009), pengalaman bagaimana sebenarnya fungsi
menyimpulkan bahwa secara umum sudah masjid zaman rasululloh dan bagaimana
mengadopsi PSAK 45 untuk komponen implementasi PSAK 45 pada Masjid A dan
laporan keuangannya, tetapi sayangnya B, akan mendorong revitalisasi masjid ini.
tidak boleh menjadi konsumsi publik Diharapkan akan menjadi masukan penting
untuk laporan konsolidasi posisi bagi entitas sektor publik lainnya pada saat
keuangannya dan memakai istilah yang mengambil keputusan penting untuk umat
berbeda untuk laporan aktivitas menjadi untuk memakai laporan keuangan menurut
laporan kalkulasi dan distribusi zakat yang PSAK 45. Meningkatkan peran Akuntan
menjelaskan sumber dan penggunaan zakat untuk implementasi PSAK 45 dalam
oleh publik. Menurut Sutarti, Prayitno rangka melindungi kepentingan publik
(2007) implementasi PSAK 45 pada sektor dalam hal ini adalah pihak pemangku
publik rumah sakit, implementasi kepentingan Masjid yaitu
penyajian laporan keuangan sudah sesuai jamaahnya/umatnya.
dengan PSAK 45 tetapi dengan revisi
disesuaikan dengan kondisi entitas rumah Pokok Masalah
sakit, antara kain tidak melampirkan aset Berdasarkan uraian latar belakang
sebelumnya ada beberapa permasalahan
245

akan penulis bahas untuk topik ini sebagai dan berlatih bagi para remaja, dan semua
berikut: hal diatas harus diwarnai oleh
a. Apakah Fungsi Masjid di Masjid A kesederhanaan fisik bangunan.
dan B sudah sesuai dengan fungsi
masjid di zaman Rasululloh ? Goddard, Andrew (2010) berpendapat
b. Apakah Laporan Pertanggungjawaban bahwa diperlukan metode riset untuk
Keuangan yang dibuat Masjid A dan entitas sektor publik dengan pendekatan
B sudah sesuai dengan PSAK 45 multi paradigma, walau pun tidak
yang akan mendorong revitalisasi dipungkiri bahwa banyak riset tentang
fungsi Masjid di Zaman Rasululloh? entitas sektor publik di Amerika Serikat,
c. Apakah Hambatan-hambatan yang Inggris dilakukan dengan berbagai metode
menyebabkan laporan baik kualitatif mau pun kuantitatif. Entitas
pertanggungjawaban keuangan Masjid sektor publik harus memiliki fungsi dan
A dan B belum sesuai dengan tujuan yang jelas dan terukur karena
PSAK 45 ? ditemukan bahwa variabel ini memiliki
pengaruh positif dengan tercapainya
Tujuan kinerja kuantitatif tetapi tidak berpengaruh
1. Untuk mengetahui apakah fungsi pada kinerja kualitatif (Verbetten, HM
Masjid A dan B sudah sesuai dengan Frank, 2008). Selanjutnya menurut
fungsi Masjid di zaman Rasululloh Verbetten, HM Frank, 2008), dampak
2. Untuk mengetahui apakah Laporan perilaku pada praktek pengelolaan kinerja
Pertanggungjawaban Keuangan yang sama pentingnya dengan dampak ekonomi.
dibuat Masjid A dan B sudah sesuai
dengan PSAK 45 yang akan Pada Masjid dipakai akuntansi sederhana
mendorong revitalisasi fungsi dalam rangka adanya tuntutan
masjid di Zaman Rasululloh akuntabilitas, transparansi yang
3. Untuk mengetahui Hambatan yang menciptakan dilema, dimana adanya
dihadapi sehingga menyebabkan donatur Masjid yang menyembunyikan
laporan pertanggungjawaban identitas karena takut riya (Simanjuntak,
Masjid A dan B belum sesuai dengan et,al, 2011). Karakteristik Entitas sektor
PSAK 45 publik memiliki keunikan tersendiri jika
dibandingkan dengan entitas sektor
2. Kajian Literatur komersil, sehingga Ikatan Akuntan
Fungsi Masjid pada zaman Rasululloh Indonesia menerbitkan PSAK 45. Dalam
sangatlah dominan ditengah masyarakat PSAK 45 dijelaskan bahwa pernyataan ini
dan memainkan peranan yang sangat berlaku bagi laporan keuangan yang
utama, sehingga Rasululloh mampu di disajikan oleh entitas nirlaba (Nordiawan,
Masjid mengubah masyarakat Jahiliyah 2010).
menjadi masyarakat madani, baik dari segi
peradaban, pemikiran, mau pun kekuatan 3. Metodologi Penelitian
ekonomi ( Shihab, 1996). Selanjutnya Penelitian dilakukan dengan menggunakan
Shihab (1996) menyebutkan bahwa Masjid metode deskriptif analitis dimana
baru dapat berperan secara baik apabila membandingkan fungsi Masjid A dan B
memiliki ruangan dan peralatan yang dengan fungsi Masjid di zaman
memadai untuk: ruang sholat yang Rasululloh. Selanjutknya membandingkan
memenuhi syarat-syarat kesehatan, antara laporan keuangan yang telah dibuat
ruangan khusus wanita, ruang pertemuan oleh dua entitas sektor publik keagamaan
dan perpustakaan, poliklinik, ruang yaitu Masjid A dan B dengan PSAK 45.
memandikan dan mengkafani jenazah, Teknik pengumpulan data dengan cara
ruang bermain, lokasi untuk berolahraga wawancara, analisis dokumen dan
246

observasi dengan menggunakan alat entitas sektor publik ini terkait


analisis PSAK 45 (Revisi 2011) Pelaporan pelaksanaan penyusunan laporan
Keuangan Entitas Nirlaba dan kuesioner keuangan PSAK 45 dalam
rangka revitalisasi fungsi Masjid sesuai
Penelitian menggunakan data primer yaitu fungsi Masjid zaman Rasululloh.
laporan keuangan yang dihasilkan Masjid
A dan B, serta melakukan wawancara Rancangan Penelitian
mendalam terkait tujuan penelitian kepada Menggunakan rancangan penelitian
pihak-pihak terkait seperti pengurus operasional yaitu penelitian yang
Masjid baik yang pada tataran kebijakan menggunaan data kuantitatif dan data
mau pun anggota pengurus yang terkait kualitatif untuk mendapatkan jawaban atas
dalam bidang keuangan dan akuntansi. pertanyaan penelitian. Data kualitatif
Untuk lebih jelasnya kerangka konsep diperoleh melalui wawancara mendalam
penelitian terlihat pada gambar 1 berikut (Sanapiah, 1990). Data kuantitatif
ini. diperoleh melalui data keuangan Masjid A
dan B beserta dokumen pendukungnya
dianalisis.
MASJID Komponen
A Laporan Lokasi dan waktu penelitian
keuangan Lokasi Masjid A dan B berlokasi
PSAK 45 di propinsi Jawa barat, ada pun pemilihan
MASJID
REVITALISASI sampel karena berdasarkan data jumlah
FUNGSI Masjid di Indonesia terbanyak di Propinsi
MASJID
SESUAI
Jawa Barat. Laporan Keuangan yang
FUNGSI ZAMAN digunakan adalah untuk periode tahun
2014 dan tutup buku 31 Desember 2014.
Fungsi
Masjid
zaman Informan Penelitian
Rasululloh Menggunakan teknik sampling
FUNGSI
MASJID B
metode tak acak (Non Probabilty
Sampling) yaitu judgment
Sampling/Purposive Sampling. Informan
penelitian adalah jajaran pengurus masjid
dan staf/SDM yang terkait dalam bidang
pertanggungjawaban keuangan
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian
Pengumpulan Data
Pada gambar 1 terlihat bahwa Mengumpulkan data primer
melalui komponem laporan keuangan melalui pengamatan langsung dan data
entitas A dan B yang diperoleh, sekunder diperoleh melalui laporan
selanjutnya penulis akan membandingkan keuaangan dan perincian data keuangan
dengan komponen laporan keuangan beserta dokumen- dokumen
yang disyaratkan pada PSAK 45. Dan pedukungnya.
membandingkan fungsi masjid A dan
B dengan fungsi Masjid zaman Pengolahan Data :
Rasululloh. Untuk lebih mendalami - editing adalah data yang
hasil perbandingan ini penulis juga terkumpul melalui proses editing untuk
melakukan wawancara mendalam mengetahui kualitas data atau informasi
untuk mengetahui faktor-faktor yang diperoleh, apakah sudah sesuai dan
penghambat apa saja yang dihadapi oleh memadai.
247

- Pengelompokan data, dimana dan tidak bisa meninggalkan


data yang diperoleh dikelompokan sesuai kesibukan rutin pengurus Masjid
kriteria yang sesuai atau sejenis sehari- hari diluar tanggungjawab
untuk mempermudah peringkasan sebagai pengurus Masjid. Sehingga
- Ringkasan Data, dimana setelah teknik penelitian riset operasional
mengatur data, langkah selanjutnya adalah dengan mengumpulkan data
meringkas data menurut kelompok kuantitatif berupa laporan
atau kriteria yang sama. pertanggungjawaban keuangan dan
- Analisis Data, dilakukan analisis data kualitatif yang dilakukan
data sesuai topik/makalh untuk menjawab dengan wawancara mendalam dan
tujuan penelitian yang berasal dari observasi partisipatif. Dengan tidak
kuesioner saat wawancara mendalam. Juga dilakukan FGD maka dalam
dilakukan perbandingan antara temuan penelitian ini tidak dapat diperoleh
atau informasi yang diperoleh dengan umpan balik dari setiap anggota
tunjauan pustaka atau literatur yang pengurus Masjid atas atas anggota
relevan pengurus masjid lainnya untuk
- Penyajian Data, atas data yang menjawab pertanyaan penelitian.
sudah diringkas dalam bentuk narasi yang Dengan wawancara mendalam alur
sesuai berdasarkan temuan dan ringkasan pembicaraan hanya satu arah dengan FGD
peneliti dari para informan. diperoleh informasi dari pembicaraan
Proses Penelitian timbal balik. Tapi walau pun hanya dengan
Pengumpulan data primer dan wawancara mendalam, cross check data
sekunder dilaksanakan di Masjid A dan B tetap dilakukan untuk menjamin validitas.
dari bulan Januari sampai dengan Maret Keterbatasan lainnya adalah
2015. Data Primer diperoleh melalui penulis tidak diperkenankan melihat semua
wawancara mendalam dengan para laporan keuangan yang dilaporkan oleh
informan yang terpilih, sedangkan data Masjid B (organisasi keagamaan) ke
sekunder diperoleh melalui observasi organisasi keagamaan Pusat yang
dan pengumpulan dokumen-dokumen dan menaungi seluruh Masjid ini di Indonesia,
laporan-laporan yang berhubungan karena bersifat sangat rahasia sehingga
dengan Laporan Pertanggungjawaban penulis tidak bisa mengeksplorasi dan
Keuangan Masjid A dan B mengamati secara komprehensif dan akan
menghasilkan analisis dan kesimpulan
Keterbatasan Penelitian yang terbatas pula
Keterbatasan penelitian ini adalah
Adanya perbedaan waktu antara 5.Analisis dan Pembahasan
keadaan operasional/proses yang Fungsi Masjid A dan B sudah sesuai
terjadi dan pada saat laporan dengan fungsi Masjid pada zaman
keuangan itu diperoleh. Rasulullah?
Adanya data yang bersifat confidential Fungsi Masjid A
seperti nama-nama umat yang Masjid A yang berlokasi pada
memberikan zakat, Infak dan sebuah komplek perumahan yang
zsadaqoh, karena sudah amanah dari mayoritas terdiri dari keluarga dengan
donatur Masjid untuk mencegah sifat penghasilan relatif diatas rata-rata,
riya diperluas/dibangun secara swadaya
Tidak dilakukannya Focus Group masyarakat yang tinggal di perumahan
Discussion (FGD) disebabkan sulitnya tersebut. Pengembang dari Perumahan
untuk mengumpulkan pihak-pihak ini sudah menyediakan lahan untuk
yang terkait secara bersamaan karena pembangunan Masjid bagi warga
memiliki kesibukan masing-masing Muslim perumahan A ini, dan
248

Masjid pun sudah disediakan tetapi masih berada di perumahan tetapi ditengah-
dalam kondisi yang belum maksimal tengah masyarakat setingkat kelurahan,
seperti area masjid yang kurang luas dan Sehingga Masjid dibawah organisasi
area parkir kendaraan roda dua dan keagamaan B ini bisa ditemukan di hampir
mobil jamaah yang belum siap pakai serta setiap kecamatan di kota X ini.
tidak adanya menara Masjid. Sehingga Sedangkan yang penulis jadikan sampel
secara suka rela warga muslim perumahan adalah masjid B yang ada dikelurahan
A secara swadaya memberikan sumbangan X saja.
untuk perluasan dan penyempurnaan
Masjid yang disediakan Masjid B lebih luas, baik dalam hal
pengembang perumahan ini. konstruksi mau pun lahannya dibanding
dengan Masjid A. Dilengkapi juga
Fungsi Masjid A ini terutama dengan sekolah mulai dari pendidikan
adalah sebagai tempat kegiatan yang Taman Al Quran, TK, SD/Ibtidaiyah,
bersifat vertikal yaitu : Ibadah SMP/Tsanawiyah serta SMA/ Aliyah,
sholat wajib 5 (lima waktu) dan sholat bahkan juga Perguruan Tinggi.
jumat serta sholat sunnah Walau pun berada dibawah organisasi
diantaranya: setiap bulan Ramadhan keagamaan B yang sama, masing-
dilakukan sholat tarawih dan witir, masing unit tersebut memiliki
sholat ied baik pada bulan Syawal pada pengelolaan yang bersifat mandiri dan
idul Fitri/Lebaran serta sholat ied pada Idul independen. Sesuai dengan topik yang
Adha/ Hari raya Qurban, serta Sholat akan dibahas, penulis fokus pada Masjid B
Gerhana pada saat Gerhana Bulan dan yang berada dibawaha organisasi
Gerhana Matahari . keagamaan B yang berlokasi di keluarahan
X dikota X.
Di bidang ibadah horizontal,
Masjid A menerima sumbangan dari Masjid B, juga memiliki Panti
masyarakat dalam berbagai bentuk Asuhan Anak-anak Yatim Dhuafa Puteri
sumbangan yang akan digunakan sesuai dan Putera yang terpisah dan dikelola
peruntukannya (amanah). Zakat oleh pengurus Masjid yang sama, yang
Infak dan Sadaqah (ZIS dan Wakaf) dari lokasi panti Asuhan dan unit-unit
umatnya yang akan disalurkan kepada lainnya tersebut berada di Area
yang berhak sesuai tuntunan Al-Quran. yang sama, sehingga nama panti dan
Masjid A juga dipakai secara rutin oleh unit-unit lain membawa nama
jamaahnya untuk kegiatan-kegiatan diluar Organisasi keagamaan tersebut.
ibadah yang bersifat vertikal (sholat)
seperti : pengajian rutin bapak-bapak dan 5.2. Laporan Pertanggungjawaban
ibu-ibu, pengajian remaja dan juga Keuangan masjid A dan B sudah sesuai
berbagai kegiatan sosial yang sifatnya dengan PSAK 45?
masih occasional/on the spot dan
Masjid A
belum bersifat berkesinambungan seperti
fungsi masjid dizaman Rasululloh. Sebelum penulis membahas
laporan pertanggungjawaban keuangan
Fungsi Masjid B Masjid A, harus diketahui terlebih
Masjid B adalah Masjid dibawah dahulu bagaimana pengelolaan Masjid A
organisasi keagamaan B yang terbesar dan ini. Pimpinan puncak pada pimpinan
tertua di indonesia, sehingga sudah pengurus Masjid A yang dibantu oleh
memiliki organisasi yang sudah mumpuni, seornag sekretaris dan bendahara serta
dimana Masjid B ini milik ranting seorang tenaga paroh waktu mahasiswa
kecamatan B dikota X. Masjid B ini tidak akuntansi yang sedang menyusun tertib
249

administrasi keuangan secara bulanan dan Sumber: Staff keuangan Masjid A, diolah kembali oleh penulis

kedepan akan membuat laporan keuangan Pada tabel 1 terlihat bahwa Masjid
sesuai dengan PSAK 45. Pada saat ini A menyusun Laporan pertanggungjawaban
Masjid A memiliki target penyelesaian Keuangannya dalam bentuk bookkeeping
perluasan area Masjid dan membangun sederhana. Masjid A tidak memakai format
menara masjid, yang sumber pendanaan sesuai dengan PSAK 2 tentang laporan
utama pembangunan ini dari sumbangan arus kas, yang seharusnya membuat arus
masyarakat terutama masyarakat yang kas dengan membagi arus kas masuk
tinggal di area perumahan A ini. dan keluar berdasarkan sumber kegia-
Tenaga Paroh waktu mahasiswa kegiatannya yang terdiri dari kegiatan
akuntansi membuat dasar-dasar pencatatan operasional, investasi dan pendanaan.
pembukuan keuangan yang sangat Berdasarkan wawancara dengan
sederhana, karena masih berbasis kas, bagian keuangan, untuk saat ini memang
dimana membuat laporan dalam laporan keuangan berupa laporan arus
format excell yang mencatat uang masuk kas model sederhana dan rencana
dari pemasukan utama Masjid pada kedepan memang akan dibuatkan
tahun 2014 yaitu sumbangan Jamaah untuk sesuai PSAK 2. Saat ini pengurus Masjid
Proyek Perluasan masjid A dan A juga belum merasa perlu untuk
Pembangunan Menara masjid A. memiliki laporan arus kas format lengkap
versi PSAK 2.
Laporan Pertanggungjawaban Masjid B
Keuangan Masjid A terdiri dari : Masjid B merupakan Masjid
Laporan Keuangan (Laporan dibawah organisasi keagamaan tertua di
Pemasukan dan Pengeluaran),Jurnal Indonesia, sehingga sudah memiliki
Umum dan General Ledger 4 akun : beberapa komponen laporan pertanggung
Laporan Kas Kecil-Petty Cash, Buku jawaban keuangan seperti adanya
Besar Utang, Buku besar Beban anggaran yang disebut dengan RAB
(Beban Administrasi dan Beban (Rencana Anggaran dan Biaya) untuk
Pajak) dan Buku Besar Piutang. setiap kegiatan. RAB ini di buat untuk per
kegiatan yang mendeskripsikan uraian
Laporan Pemasukan dan kegiatan serta jumlah uang yang
Pengeluaran adalah merupakan laporan dianggarkan untuk masing-masing uraian
pertanggungjawaban keuangan Masjid A kegiatan tersebut. Format RAB dapat
yang dibuat oleh lulusan d3 Akuntansi, dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
diverifikasi oleh Bendahara/Pengurus
Masjid dan disetuju oleh Pengurus Masjid Terlihat bahwa Masjid A
A. Ada pun Laporan ini belum sudah membuat pengendalian keuangan
berdasarkan basis akrual, tetapi masih cash untuk suatu kegiatan dengan membuat
basis, sedangkan Jurnal Umum ini Anggaran kegiatan. Berdasarkan
belum dilakukan posting, sehingga bisa wawancara dan pengamatan dari
menghasilkan saldo untuk menyusun dokumen maka Masjid B membuat
Laporan posisi keuangan (neraca). laporan pertanggungjawaban keuangan,
tetapi belum transaparan kepada jamaah
Tabel 1. Format Laporan
kecuali laporan pemasukan dan
Pemasukan dan Pengeluaran (Laporan
pengeluaran sholat Jumat dan Sholat
Arus Kas
idul adha dan idul fitri. Sedangkan untuk
Pemasukan laporan pertanggungjawaban yang dibuat
Total pemasukan
Pengeluaran Total
berdasarkan basis kas daxnx belum ada
Pengeluaran Saldo mekanisme monitoring (dxxa)ri organisasi B
ditingkat Pusat karena mxex nganut rasa
250

saling percaya yang sangat tinggi kepada Asosiasi Profesi Akuntan IAI dan lulusan
pengurus Masjid B ditingkat Ranting. Akuntan belum melakukan suatu usaha
Format Laporan Pemasukan dan yang maksimal untuk menyentuh
pengeluaran sama dengan Masjid A, sosialisasi implementasi PSAK 45 untuk
sangat sederhana, tetapi dibuat untuk entitas sektor publik keagamaan, sehingga
masing- masing unit dibawah Pihak Masjid dan Jamaah juga belum
Masjid B, seperti: Pemasukan dan cukup paham juga dengan manfaat yang
Pengeluaran dari Unit Panti Asuhan akan diperoleh atas implementasi PSAK
Yatim Putra dan Putri B, Unit 45 pada laporan pertanggungjawaban
Penyewaan Ruang Serba Guna Masjid B, keuangan Masjid
Unit Kegiatan Idul Qurban, Unit Tabel 3. Rekapitulasi perbandingan
Kegiatan Ramadhan dan penerimaan Zakat Entitas A dan B terhadap PSAK 45
fitrah dsb.
Tabel 2 LPK LA LAK CALK
Rencana Anggaran Biaya Masjid B Masjid Tidak Tidak Ada Tidak
No Kegiatan Volume Harga Jumlah A ada ada ada
Perunit Masjid Tidak Tidak Ada Tidak
1 B Ada ada ada
2
3
Sumber: diolah oleh penulis
Sumber: Pengurus keuangan Masjid B, diolah
kembali

5.3. Hambatan-hambatan yang dihadapi Pada tabel 3 penulis membuat rekapitulasi


Masjid A dan B pada Implementasi kesesuaian laporan keuangan Masjid A
PSAK 45 dan masjid B terhadap komponen laporan
Pimpinan dalam hal ini pengurus keuangan menurut PSAK 45. Berdasarkan
Masjid A dan B secara umum merasa tabel diatas terlihat baik Masjid A mau pun
belum perlu Masjid membuat masjid B belum mengimplementasikan
laporan keuangan sesuai PSAK 45, jadi PSAK secara menyeluruh atau dengan kata
yang dibutuhkan itu laporan penerimaan lain laporan keuangan yang dihasilkan
dan pengeluaran saja, karena Masjid itu sudah ada tetapi tidak memenuhi/ tidak
merupakan entitas sektor publik sesuai dengan PSAK 45.
keagamaan, sehingga diharapkan pihak-
pihak yang bersinggungan menjadi Impelementasi PSAK 45 akan memberikan
amanah. informasi penerimaan dari ekuitas tidak
terikat, ini bisa di analogikan dengan
Belum adanya kesadaran dari para jamaah penerimaan kegiatan operasional yang
akan akuntabilitas dan transparansi atas dilakukan masing-masing Masjid,
laporan dan penggunaan dana serta laporan misalnya masjid B dari kegiatan
sesuai PSAK 45 untuk laporan menyewakan ruangan serbaguna,
pertanggungjawaban. Jadi adanya sedangkan Masjid A memperoleh
keyakinan bahwa kalau kita sudah tambahan untuk ekuitas tidak terikat dari
menyumbang maka sebaiknya disimpan kegiatan menyediakan area untuk kegiatan
rapat untuk membuktikan keikhlasan kita publik. Penerimaan tidak terikat ini bisa
sebagai penyumbang, sehingga jamaah digunaan untuk membiayai kegiatan
seringkali merasa sungkan untuk bertanya operasional tersebut atau pemeliharaan,
Sumber Daya Manusia dibidang keuangan karena memang tidak ada pembatasan.
/akuntansi yang sangat terbatas,
menyebabkan implementasi PSAK 45 Implementasi PSAK 45 pada entitas
menjadi hal yang sangat berat untuk Masjid memungkin Masjid A dan B
dilaksanakan. menginformasikan kepada pemangku
berkepentingannya dalam hal organisasi
251

keagamaan, Masjid yaitu para Jamaahm dilakukan di Masjid saat ini lebih
bagaimana penerimaan yang bersifat penekanan pada ibadah vertikal seperti
terikat dapat dipertanggungjawabkan ibadah sholat berjamaah. Padahal fungsi
penggunaannya sesuai dengan batasan masjid di zaman Rasulullah bersifat
yang diberikan oleh pemberi sumbangan komprehensif dan tidak saja penguatan
tersebut. Untuk konteks Masjid misalnya sendi agama umat juga penguatan ekonomi
Zakat Mal, disini penerima zakatnya para jamaah.
hanyalah 8 sesuai disebutkan dalam Al-
Quran. Masalahnya, sering terjadi pihak Tabel 4. Rekapitulasi perbandingan Fungsi Masjid
pemberi ZIS untuk Masjid bersifat percaya dan B dengan Fungsi Masjid zaman Rasulullah

yang tinggi pada pengurus Masjid dan


sangat sungkan untuk bertanya apalagi Rua Ruan Ruang Ruang Ruang
ng g memand pendidi Perpusta
untuk memberikan tekanan moral untuk ibad Olahr ikan kan ibu kaan
pengurus Masjid memberikan laporan ah aga jenazah dan
anak
penggunaan Zakat Mal tersebut. Kondisi Mas Ada Ada, Belum belum Ada,
tersebut menyebabkan Pengurus Masjid jid kuran kurang
A g memadai
merasa adalah cost untuk membuat laporan mema
pertangungjawaban keuangan sesuai dai
Mas Ada Ada Belum Belum Ada,
PSAK 45. jid kurang
B memadai
Masjid A dan B belum merasa penting Sumber: diolah oleh penulis
untuk memberikan laporan keuangan
sesuai PSAK 45 kepada Jamaah, karena 6. Simpulan
memang Jamaah di Indonesia saat ini Berdasarkan penelitian yang penulis
belum semuanya melek cara membaca lakukan pada Masjid A dan B dengan
laporan keuangan yang dihasilkan para menggunakan laporan pertanggung
akuntan. Padahal dengan adanya tekanan jawaban keuangan yang dimiliki oleh
dari masyarakat untuk Masjid membuat entitas sektor publik tersebut, kemudian
lapoaran keuangan sesuai PSAK 45, maka menganalisis dokumen sumber yang
Pengurus masjid akan terhindar dari dimiliki serta melakukan wawancara
prasangka dan godaan untuk melakukan dengan bagian keuangan serta pengurus
penyalahgunaan pemakaian dana sesuai Masjid, serta melakukan observasi ke
amanatnya, sehingga semakin banyak para lokasi Masjid diperoleh kesimpulan
Jamaah menyerahkan uang ZIS kepada sebagai berkut:
Masjid untuk dikelola secara profesional. - Kedua Masjid ini belum
Dan jika mayoritas masyarakat muslim menerapkan PSAK 45 pada
menitipkan ZIS ke Masjid diharapkan penyajian laporan keuangannya
tidak ada lagi pengemis dipinggir jalan, - Kedua Masjid ini mencatat
karena pengemis akan langsung datang ke keuangan ada mengunakan kas
Masjid jika memang kaum yang berhak basis dan menerapkan akuntansi
atas ZIS yang dititipkan ke Masjid oleh yang sangat sederhana , baru pada
masyarakat muslim. level/setingkat bookkeeping
- Kedua Masjid sudah membuat
Pada Tabel 4, penulis membuat laporan arus kas yang sangat
rekapitulasi kesesuaian fungsi Masjid sederhana dan belum sesuai dengan
dengan zaman Rasulullah, dimana terlihat Laporan Arus kas menurut di
dari ruangan Masjid yang ada saja sudah PSAK 45
tidak selengkap ruang yang tersedia seperti - Belum adanya instruksi dari
pada zaman Rasululloh. Tambahan pula, Pemerintah dalam hal ini
jika dilihat dari aktivitas yang mayoritas kementerian Agama untuk
252

mewajibkan entitas keagamaan/ ZIS dan Wakaf akan persepsi


Masjid comply dengan PSAK 45 terhadap PSAK 45 serta revitalisasi
- Jamaah/publik masih bersifat fungsi Masjid sesuai zaman
sungkan/risih untuk meminta Rasulullah.
transparansi laporan - Penelitian dilakukan dengan
pertanggungjawaban keuangan, menggunakan pendekatan
apalagi menuntut membuat laporan penelitian kuantitatif, memakai
keuangan sesuai dengan PSAK 45 responden penelitian populasi
- Kurangnya pengetahuan baik akuntan sektor publik baik yang
Pimpinan, bagian keuangan, publik berkiprah sebagai praktisi,
akan pentingnya pengelolaan konsultan, akademisis dan
keuangan yang transparan kepada menganalisis persepsi akuntan
jamaah/ Masyarakat sektor publik terhadap PSAK 45
- Akuntan lebih meningkatkan pada Entitas Masjid dan revitalisasi
sosialisasi impelementasi PSAK 45 fungsi Masjid sesuai zaman
pada entitas keagamaan sehingga Rasulullah
pihak pemangku kepentingan
seperti jamaah masjid, donatur dan
penerima ZIS bisa meningkat DAFTAR PUSTAKA
kepercayaannya terhadap 1. Asdar, Ludigdo Unti, Widya
pengelolaan keuangan Masjid Yeney P (2014).
sehingga diharapkan menitipkan Phenomenological Study of
ZIS nya ke Masjid dan Financial Accountability of
- Para pihak yang berilmu untuk Mosque, IOSR Journal of
lebih mensosialisasikan fungsi Economics and Finance, Volume 5,
masjid pada zaman Rasulullah, issue 4 (Sep-Oct 2014) pp 10-17,
bukan ibadah vertikal saja tapi juga http//www/iosjournal.org.
bisa sebagai tempat meningkatkan 2. Bahtiar, Edi (2012).
kekuatan ekonomi umat, sehingga Mengembalikan fungsi masjid
Umat Muslim bisa terhindar dari sebagai sentra peradaban umat
kemiskinan dan Islam sebagai manusia. Jurnal Penelitian Islam
rahmatan lil Alamiin bisa Empirik, Vol. 2, Nomor 2, Juli
terwujud di Indonesia Desember 2012, Hal 35-58.
3. Goddard, Andrew (2010).
Saran untuk penelitian selanjutnya Contemporary Public Sector
adalah : Accounting Research-An
- Penelitian dilakukan dengan International Comparison of
menggunakan pendekatan Journal Papers. The British
penelitian kuantitatif mmemakai Accounting Review 42 (2010) 75-
sampel beberapa Masjid yang 87
berada di perumahan dengan lokasi 4. Ikatan Akuntan Indonesia (2010).
yang berbeda dan memakai sampel Pernyataan Standar Akuntansi
beberapa Masjid yang berada pada Keuangan, Jakarta.
satu organisasi keagamaan yang 5. Ibrahim Ridwan, Handayani Tri
sama tetapi berada di beberapa (2009). Penerapan PSAK 45 pada
lokasi yang berbeda sehingga Baitul mal Propinsi Nanggroe
diharapkan lebih dipeoleh simpulan Aceh Darussalam. Jurnal Telaah &
yang lebih mendekati riil di Riset Akuntansi : Vol. 2. No. 2 Juli
lapangan, penyumbang/donatur 2009. Hal. 183-197
serta penerima manfaat amanah
253

6. Maemesah, Melissa (2013). dan Pengelolaan dan Pengelolaan


Penerapan PSAK 45 pada GMIM Keuangan di Masjid, Proceeding
Efrata Sentrum Sonder kaitannya Simposium Nasional Akuntansi
dengan Kualitas Informasi XIV, Aceh.
Laporan Keuangan. Jurnal EMBA 13. Sutarti, Prayitno Deni (2007).
: Vol. 1 No.4 Desember 2013. Hal Analisis PSAK 45 dalam Penyajian
1717-1728 Laporan Keuangan Organisasi
7. Masjid A (2014). Laporan Nirlaba: Studi Kasus pada Rumah
keuangan. Jakarta Sakit X. Jurnal Ilmiah
8. Masjid B (2013). Laporan Ranggagading :Vol. 7 No. 1, April
keuangan. Jakarta 2007 hal. 30-36
9. Nordiawan, Dedi (2010). 14. Zakariyah, Luqman (2014).
Akuntansi Sektor Publik. Edisi , Jurisprudential Analysis of
Salemba Empat : Jakarta Maqasid Al-Shariah in Managing
10. Republika on Line (2014) . Rubrik Mosques Funds : A Case Study of
Khazanah, Kolom Cahaya Islam. Tabung Masjid (TM) in Malaysia,
Koran on line pada 30 September Paper presented in the first
2014. http//www. International Conference on
Republikaonline.com Islamic Finance : Innovation
11. Shihab, M. Quraish (1996). Instruments Issues of
Wawasan Al-Quran. Bandung : Implementation and Future
Mizan Challenges: November 05-06 2014,
12. Simanjuntak Dahral Anzar, University of Shariah United Arab
Januarsi Yeni (2011). Akuntabilitas Emirates.

Вам также может понравиться