[JAKARTA] Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah mengeluarkan
Instruksi Presiden (Inpres) nomor 9 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Termasuk di dalamnya, upaya-upaya pemerintah untuk menangani kasus-kasus hukum dan yang lebih luas lagi. Demikian diutarakan Wakil Presiden (Wapres) Boediono dalam jumpa pers di Kantor Wapres, Jakarta, Jumat (13/5). Upaya pencegahan menjadi salah satu inti dari Inpres 9/2011. "Pencegahan dalam arti korupsi pada awalnya, itu yang kita lihat untuk ditangani. Oleh karena itu, isinya lebih banyak kepada langkah-langkah instansi-instansi yang strategis dalam pemberantasan korupsi di lingkup eksekutif. Tapi, tidak berarti Inpres lepas dari kerja dengan instansi di luar eksekutif," papar Wapres Boediono. Diutarakan Wapres Boediono, hal yang juga penting dari Inpres itu adalah penataan dari tata kerja, prosedur, kinerja instansi-instansi yang sangat penting dalam upaya pemberantasan korupsi. Termasuk juga pemberantasan mafia pajak yang menjadi fokus Inpres nomor 1 tahun 2011 tentang Percepatan Penyelesaian Kasus-Kasus Hukum dan Penyimpangan Pajak. Wapres Boediono menyampaikan, Inpres 9/2011 terdiri dari 102 langkah aksi yang mencakup penataan dari 4 instansi utama, tata kerja transparansi, pengawasan melekat, perbaikan prosedur dalam penyidikan dan lainnya, termasuk juga dalam proses rekrutmen pejabat. Keempat instansinya adalah Kejaksaan Agung, Polri, Kementerian Keuangan, serta Kementerian Hukum dan HAM. "Ini adalah instruksi kepada pejabat tersebut untuk dilaksanakan dan sekaligus komitmen 4 instansi instansi untuk melaksanakan. Ada timeline-nya di situ dan ada sistem monitoringnya. Dalam Inpres 9, yang diberikan tugas melakukan monitoring adalah UKP4," terang Wapres Boediono. [D-12]