Вы находитесь на странице: 1из 10

BHD (BANTUAN HIDUP DASAR)DAN RJP (RESUSITASI

JANTUNG PARU)
Posted on January 14, 2011 by igdrembang
BHD (BANTUAN HIDUP DASAR)DAN RJP (RESUSITASI JANTUNG PARU)

Sistem pernapasan dan sirkulasi

a. Sistem pernapasan, fungsi :


Mengambil oksigen
Mengeluarkan CO2
Menghangatkan dan melembabkan udara ( hidung )

Susunan saluran napas :


1. Mulut/hidung
2. Faring
3. Larings
4. Trakea
5. Bronkus
6. Bronkiolus
7. Alveolus (tempat pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru).

b. Sistem sirkulasi, fungsi :


Alat angkut : O2, CO2, zat nutrisi, zat sampah.
Pertahanan tubuh terhadap penyakit dan racun
Mengedarkan panas ke seluruh tubuh
Membantu membekukan darah bila terjadi luka

Sistem sirkulasi, terdiri dari :


1. Jantung
2. Pembuluh darah ( arteri, vena, kapiler )
3. Darah dan komponennya ( sel darah merah, sel darah putih, keping darah, plasma
)
4. Saluran limfe

Pengertian mati klinis dan mati biologis

Mati klinis :
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita
punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan
otak.

Mati biologis :
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan
kematian sel otak, bersifat irreversibel. ( kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin,
pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil ).

Tanda-tanda pasti mati :


a. Lebam mayat
b. Kaku mayat
c. Pembusukan
d. Tanda lainnya : cedera mematikan.

Empat Komponen Rantai Survival :


a. Kecepatan dalam permintaan bantuan
b. Resusitasi jantung paru ( RJP )
c. Defibrilasi
d. Pertolongan hidup lanjut

Tiga Komponen Bantuan Hidup Dasar :


a. A (Airway Control) : penguasan jalan napas
b. B (Breathing Support) : bantuan pernapasan
c. C (Circulatory Suport) : bantuan sirkulasi (pijatan jantung luar) dan
menghentikanperdarahan besar.

Dua macam penyebab utama sumbatan jalan napas :


a. Lidah : ( pada orang dewasa yang tidak ada respon )
b. Benda asing : ( pada bayi dan anak kecil )

Dua macam cara membuka jalan napas


a. Teknik angkat dagu-tekan dahi : (bila tidak ada trauma kepala,leher, tulang
belakang).
b. Perasat pendorongan rahang bawah : (jaw thrust maneuver)

Cara memeriksa napas


Dengan cara LDR ( lihat, dengar, rasakan ) selama 3-5 detik.
Dua Teknik untuk membersihkan jalan napas :
a. Menempatkan posisi pemulihan
b. Sapuan jari

Mengenali sumbatan jalan napas


1. Sumbatan parsial : penderita berupaya untuk bernapas, mungkin disertai bunyi
napas tambahan
seperti mengirik, mengorok, kumur, dll.
2. Sumbatan total : penderita sulit bernapas dan akhirnya akan kehilangan
kesadaran.

Cara mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai penderita


Sumbatan jalan napas total dapat diatasi dengan Perasat Heimlich (Heimlich
Manuveur), yaitu :
a. Hentakan perut : letak kompresi pada pertengahan antara pertemuan iga
kanan/kiri dengan pusar.
b. Hentakan dada : letak kompresi pada pertengahan tulang dada

Prinsip dasar bantuan pernapasan


Dua Teknik bantuan pernapasan :

1. Menggunakan mulut penolong :


a. mulut ke masker RJP
b. mulut ke APD
c. mulut ke mulut/ hidung

2. Menggunakan alat bantu : kantung masker berkatup (BVM/ Bag Valve Mask)
Bahaya bagi penolong dalam pemberian napas dari mulut ke mulut ;
a. penyebaran penyakit
b. kontaminasi bahan kimia
c. muntahan penderita

Frekwensi pemberian napas buatan untuk masing-masing kelompok umur


penderita.
a. Dewasa : 10-12 x pernapasan / menit, masing-masing 1,5-2 detik
b. Anak(1-8 th) : 20 x pernapasan / menit, masing-masing 1-1,5 detik
c. Bayi (0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan / menit, masing-masing 1-1,5 detik
d. Bayi baru lahir : 40 x pernapasan / menit, masing-masing 1-1,5 detik
Tanda pernapasan adekuat, kurang adekuat dan tidak bernapas :

1. Tanda pernapasan adekuat :


a. Dada dan perut naik turun sirama dengan pernapasan
b. Penderita tampak nyaman
c. Frekuensi cukup ( 12-20x/menit )

2. Tanda pernapasan kurang adekuat :


a. Gerakan dada kurang baik
b. Ada suara napas tambahan
c. Kerja oto bantu napas
d. Sianosis ( kulit kebiruan )
e. Frekuensi napas kurang/ berlebih
f. Perubahan status mental

3. Tanda tidak bernapas :


a. Tidak ada gerakan dada / perut
b. Tidak terdengar aliran udara melalui mulut / hidung
c. Tidak terasa hembusan napas dari mulut / hidung.

Prinsip dasar Bantuan Sirkulasi


Bantuan sirkulasi dilakukan dengan pijatan jantung luar, kedalaman PJL :
a. Dewasa: 4 5 cm
b. Anak dan bayi : 3 4 cm
c. Bayi : 1,5 2,5 cm

Prinsip Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Tindakan RJP merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B, dan C.
Sebelum melakukan RJP, penolong harus memastikan :
a. Tidak ada respon
b. Tidak ada napas
c. Tidak ada nadi
d. Alas RJP harus keras dan datar

a. Dua macam rasio pada RJP


1. Dewasa dikenal 2 rasio :
a. 2 penolong : 15:2 (15 kali PJL, 2 kali tiupan) per siklus
b. 1 penolong : 5:1 (5 kali PJL, 1 kali tiupan) per silkus

2. Anak dan bayi hanya dikenal 1 rasio : 5:1 ( 5 kali PJL, 1 kali tiupan ) per silkus

Catatan : untuk rasio pada tindakan RJP terjadi perubahan, tetapi karena buku
acuannya
belum diterbitkan, maka dari redaksi GHIENT belum berani menampilkannya.

b. Prinsip penekanan pada Pijatan Jantung Luar


Pijatan jantung luar bisa dilakukan karena jantung terletak diantara tulang dada dan
tulang punggung.
Letak titik pijatan pada PJL :
1. Dewasa : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 2 tangan.
2. Anak : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 1 tangan.
3. Bayi : 1 jari dibawah garis imajiner antara kedua puting susu bayi,
menggunakan 2 jari ( jari tengah dan jari manis )

c. Enam tanda RJP dilakukan dengan baik


1. Saat melakukan PJL, suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka
berarti tekanan
kita cukup baik.
2. Gerakan dada naik/turun dengan baik saat memberikan bantuan napas.
3. Reaksi pupil mata mungkin kembali normal
4. Warna kulit penderita berangsu-angsur kembali membaik
5. Mungkin ada reflek menelan dan bergerak
6. Nadi akan berdenyut kembali

d. Lima macam komplikasi yang dapat terjadi pada RJP :


1. Patah tulang dada/ iga
2. Bocornya paru-paru ( pneumothorak)
3. Perdarahan dalam paru-paru/ rongga dada ( hemothorak )
4. Luka dan memar pada paru-paru
5. Robekan pada hati

e.Empat keadaan dimana tindakan RJP di hentikan, yaitu :


1. penderita pulih kembali
2. penolong kelelahan
3. diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih
4. jika ada tanda pasti mati

f.Kesalahan pada RJP dan akibatnya

KESALAHAN AKIBAT

1. Penderita tdk berbaring pd bidang keras PJL kurang efektif

2. Penderita tidak horisontal Bila kepala lbh tinggi, darah yg ke otak berkurang

3. Tekan dahi angkat dagu, kurang baik Jalan napas terganggu

4. Kebocoran saat melakukan napas buatan Napas buatan tidak efektif

5. Lubang hidung kurang tertutup rapat dan Napas buatan tidak efektif
mulut penderita kurang terbuka

6. Tekanan terlalu dalam/ terlalu cepat Patah tulang, luka dalam paru-paru

7. Rasio PJL dan napas buatan tidak baik Oksigenasi darah kurang
Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran
seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang
berorientasi pada otak (Tjokronegoro, 1998).

Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti harfiah menghidupkan
kembali, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti
jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas dua komponen utama
yakni: bantuan hidup dasar (BHD) dan bantuan hidup lanjut (BHL). Selanjutnya adalah perawatan
pasca resusitasi.

Bantuan hidup dasar adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan nafas (Airway) tetap terbuka,
menunjang pernafasan dan sirkulasi darah. Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara tepat
keadaan henti jantung atau henti nafas dan segera memberikan bantuan ventilasi dan sirkulasi.
Usaha BHD ini bertujuan dengan cepat mempertahankan pasokan oksigen ke otak, jantung dan alat-
alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan (bantuan hidup lanjut).

Resusitasi dilakukan pada keadaan henti nafas, misalnya pada korban tenggelam, stroke, obstruksi
benda asing di jalan nafas, inhalasi gas, keracunan obat, tersedak, tersengat listrik, koma dan lain-
lain. Sedangkan henti jantung terjadi karena fibrilasi ventrikel, takhikardi ventrikel, asistol dan
disosiasi elektromekanikal.

Tujuan

Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk
menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Tindakan resusitasi ini dimulai dengan penilaian
secara tepat keadaan dan kesadaran penderita kemudian dilanjutkan dengan pemberian bantuan
hidup dasar (basic life support) yang bertujuan untuk oksigenasi darurat. (AHA, 2003).

Tujuan tahap II (advance life support) adalah untuk memulai kembali sirkulasi yang spontan,
sedangkan tujuan tahap III (prolonged life support) adalah pengelolaan intensif pasca resusitasi. Hasil
akhir dari tindakan resusitasi akan sangat tergantung pada kecepatan dan ketepatan penolong pada
tahap I dalam memberikan bantuan hidup dasar.

Tujuan utama resusitasi kardiopulmoner yaitu melindungi otak secara manual dari kekurangan
oksigen, lebih baik terjadi sirkulasi walaupun dengan darah hitam daripada tidak sama sekali.
Sirkulasi untuk menjamin oksigenasi yang adekwat sangat diperlukan dengan segera karena sel-sel
otak menjadi lumpuh apabila oksigen ke otak terhenti selama 8 20 detik dan akan mati apabila
oksigen terhenti selama 3 5 menit (Tjokronegoro, 1998). Kerusakan sel-sel otak akan menimbulkan
dampak negatif berupa kecacatan atau bahkan kematian.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Resusitasi

Hipoksia yang disebabkan kegawatan pernafasan akan mengaktifkan metabolisme anaerob.


Apabila keadaan hipoksia semakin berat dan lama, metabolisme anaerob akan menghasilkan asam
laktat. Dengan memburuknya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah ke otak maka akan
terjadi kerusakan otak dan organ lain (Yu dan Monintja, 1997). Selanjutnya dapat terjadi depresi
pernafasan yang dimanifestasikan dengan apneu yang memanjang bahkan dapat menyebabkan
kematian.

Depresi nafas yang dimanifestasikan dengan apneu yang memanjang hanya dapat diatasi dengan
pemberian oksigen dengan tekanan positif, massase jantung eksternal dan koreksi keadaan asidosis.
Hanya setelah oksigenasi dan perfusi jaringan diperbaiki maka aktivitas respirasi dimulai (Yu dan
Monintja, 1997).

Pendapat tersebut menekankan pentingnya tindakan resusitasi dengan segera. Makin lambat
dimulainya tindakan resusitasi yang efektif maka akan makin lambat pula timbulnya usaha nafas dan
makin tinggi pula resiko kematian dan kecacatan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Nelson (1999)
yang menyatakan bahwa peluang keberhasilan tata laksana penderita dengan henti nafas
menitikberatkan pada pentingnya kemampuan tata laksana karena peningkatan hasil akhir pasca
henti pernafasan dihubungkan dengan kecepatan dilakukannya resusitasi jantung paru.

Resusitasi akan berhasil apabila dilakukan segera setelah kejadian henti jantung atau henti nafas
pada saat kerusakan otak yang menetap (irreversible) belum terjadi. Kerusakan otak yang menetap
akan terjadi apabila kekurangan O2 dalam darah tidak segera dikoreksi atau apabila sirkulasi terhenti
lebih dari 3 5 menit (Tjokronegoro, 1998)

Keberhasilan resusitasi tergantung kepada :


1) Keadaan miokardium
2) Penyebab terjadinya henti jantung
3) Kecepatan dan ketepatan tindakan
4) Mempertahankan penderita di perjalanan ke rumah sakit
5) Perawatan khusus di rumah sakit
6) Umur (tetapi tidak terlalu menentukan)

Tatalaksana Tindakan Resusitasi


Penilaian Bayi
Penilaian kegawatan pada bayi dan anak yang mengalami kegawatan tidak lebih dari 30 detik yang
meliputi:
1) Airway
Apakah ada obstruksi yang menghalangi jalan nafas, apakah memerlukan alat bantu jalan nafas,
apakah ada cedera pada leher.
2) Breathing
Frekuensi nafas, gerak nafas, aliran udara pernafasan, warna kulit/mukosa.
3) Circulation
Frekuensi, tekanan darah, denyut sentral, perfusi kulit (capillary refilling time, suhu, mottling), perfusi
serebral, reaksi kesadaran (tonus otot, mengenal, ukuran pupil, postur).

Posisi Bayi
Untuk dapat dilakukan resusitasi jantung paru, penderita harus dibuat dalam posisi terlentang dan
diusahakan satu level atau datar. Posisi untuk bayi baru lahir (neonatus) leher sedikit ekstensi, atau
dengan meletakkan handuk atau selimut di bawah bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm

Posisi Penolong
Penolong sebaiknya berdiri disamping penderita dalam posisi dimana ia dapat melakukan gerakan
bantuan nafas dan bantuan sirkulasi tanpa harus merubah posisi tubuh

Teknik Resusitasi
a. Airway : membuka jalan nafas
1) Tentukan derajat kesadaran dan kesulitan nafas.
2) Buka jalan nafas dengan cara tengadahkan kepala dan topang dagu (head tilt and chin lift) bila
tidak terdapat cedera kepala atau leher dengan cara satu tangan pada dahi, tekan ke belakang. Jari
tangan lain pada rahang bawah, dorong keluar dan ke atas (gambar 2.3). Gerakan ini akan
mengangkat pangkal lidah ke atas sehingga jalan nafas terbuka. Lidah yang jatuh ke belakang sering
menjadi penyebab obstruksi jalan nafas pada penderita yang tidak sadar.

3) Gerakan mendorong rahang ke bawah ke depan (jaw thrust) juga dapat membuka jalan nafas
bila diketahui terdapat cedera leher atau kepala.

4) Membersihkan benda asing dapat dilakukan dengan :


(1) Finger sweep: yaitu dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah penolong untuk
membebaskan sumbatan jalan nafas yang diakibatkan oleh sisa makanan.
(2) Heimlich manuver
(3) Abdominal/chest thrust (Gambar 2.4)
(4) Suction (pengisapan): yaitu membersihkan jalan nafas dilakukan pengisapan lendir/cairan
dengan menggunakan suction. Pada bayi dimulai dengan mengisap mulut terlebih dahulu kemudian
bagian hidung supaya tidak terjadi aspirasi dan dilakukan tidak lebih dari 5 detik.
5) Setelah jalan nafas terbuka harus dinilai/evakuasi pernafasan dengan melihat, mendengar dan
merasakan adanya hembusan nafas.

b. Breathing
1) Dekatkan pipi penolong pada hidung dan mulut penderita, lihat dada penderita.
2) Lihat, dengar dan rasakan pernafasan ( 5 10 detik).
3) Jika tidak ada nafas lakukan bantuan nafas buatan/Ventilasi Tekanan Positif (VTP) .
4) Pada Neonatus dan bayi < 1 tahun : pasang sungkup di wajah, menutupi pipi, mulut dan hidung
dan selanjutnya rapatkan.
5) Pada anak > 1 tahun pasang sungkup yang menutupi mulut, sedangkan hidung dapat dijepit
dengan jari telunjuk dan ibu jari penolong.
6) Lakukan tiupan nafas dengan mulut atau balon resusitasi. Berikan nafas buatan untuk neonatus
30-60 kali/menit, dan 20 kali untuk bayi dan anak yang kurang dari 8 tahun.
7) Evaluasi pemberian nafas buatan dengan cara mengamati gerakan turun naik dada. Bila dada
naik maka kemungkinan tekanan adekwat. Bila dada tidak naik cek kembali posisi anak, perlekatan
sungkup, tekanan yang diberikan, periksa jalan nafas apakah ada mucus atau tidak bila ada dapat
dilakukan penghisapan dengan suction.
8) Setelah dilakukan ventilasi selama satu menit, evaluasi apakah bayi atau anak dapat bernafas
secara spontan, Lakukan penilaian pulsasi tidak boleh lebih dari 10 detik. Jika pulsasi ada dan
penderita tidak bernafas, maka hanya dilakukan bantuan nafas sampai penderita bernafas spontan.

c. Circulation
1) Jika pulsasi tidak ada atau terjadi bradikardi maka harus dilakukan kompresi dada sehingga
memberikan bantuan sirkulasi disertai bantuan nafas secara ritmik dan terkoordinasi. Pada neonatus
pemberian kompresi jantung diberikan bila didapat pulsasi bayi < 60 kali/menit.

2) Posisi tempat kompresi :


(1) Pada neonatus: 1 jari dibawah linea interpapilaris.
(2) Pada bayi: Sternum bagian bawah.
(3) Pada anak: 2 jari diatas prosesus xipoideus.
3) Tangan yang melakukan kompresi :
(1) Neonatus : menggunakan 2 jari tangan atau 2 ibu jari.
(2) Bayi : dengan menggunakan 2 jari.

Pengetahuan Perawat Tentang Resusitasi Jantung Paru Pada Neonatus

Resusitasi pada neonatus yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus
dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada
saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis
(Hudak dan Gallo, 1997).

Pengetahuan perawat tentang resusitasi merupakan modal yang sangat penting untuk pelaksanaan
tindakan resusitasi pada situasi kritis. Pengetahuan ini menentukan keberhasilan tindakan resusitasi.
Pengetahuan tentang resusitasi dapat didapat melalui pendidikan, pelatihan atau pengalaman selama
bekerja.

Pengetahuan yang perlu dimiliki perawat tentang resusitasi meliputi :


1) Konsep kegawatan pernafasan meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi dan dampak terhadap
sistem tubuh, manifestasi klinik dan penatalaksanaan medis.
2) Konsep asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, evaluasi
dan perencanaan pulang.
3) Konsep resusitasi meliputi pengertian, tujuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
resusitasi serta pelaksanaan resusitasi yang meliputi penilaian kondisi neonatus, pengaturan posisi
neonatus dan penolong dan teknik resusitasi yang terdiri dari pengelolaan jalan nafas
(airway), bantuan ventilasi (breathing) dan mempertahankan sirkulasi darah dengan cara pemijatan
dada (circulation).

Pokja keempat adalah pokja pelayanan pasien (PP). Pokja ini akan mengatur
berbagai proses pelayanandi rumah sakit pada unit-
unit
kerja. Pilihlah dokter, perawat, dan kepala-

kepala unit kerja yang berkaitan langsung dengan pelayanan langsung pada
pasien. Orang-

orang ini haruslah berwawasan cukup luas dan disegani karena akan mengatur
berbagai implementasikebijakan inti pelayanan. Kebijakan khusus tersebut
misalnya pelayanan pasien populasi khusus (geriatri, anak-
anak,
korban kekerasan, dll), resusitasi, kemoterapi, dan lain-
lai

Вам также может понравиться

  • SK Dir Komkep
    SK Dir Komkep
    Документ6 страниц
    SK Dir Komkep
    zay
    Оценок пока нет
  • RSUD dr Slamet Garut Pengadaan Barang Jasa 2019
    RSUD dr Slamet Garut Pengadaan Barang Jasa 2019
    Документ1 страница
    RSUD dr Slamet Garut Pengadaan Barang Jasa 2019
    zay
    Оценок пока нет
  • Css Acs Siap
    Css Acs Siap
    Документ22 страницы
    Css Acs Siap
    zay
    Оценок пока нет
  • TB 2
    TB 2
    Документ14 страниц
    TB 2
    zay
    Оценок пока нет
  • Css - Sirosis Hati Daiyen Nitia
    Css - Sirosis Hati Daiyen Nitia
    Документ19 страниц
    Css - Sirosis Hati Daiyen Nitia
    zay
    Оценок пока нет
  • DHF Kel 3
    DHF Kel 3
    Документ23 страницы
    DHF Kel 3
    Lukman Hidayat
    Оценок пока нет
  • Css Gagal Ginjal Baru
    Css Gagal Ginjal Baru
    Документ13 страниц
    Css Gagal Ginjal Baru
    zay
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ7 страниц
    Cover
    zay
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ2 страницы
    Cover
    zaini
    Оценок пока нет
  • Css Gagal Ginjal Kronik
    Css Gagal Ginjal Kronik
    Документ15 страниц
    Css Gagal Ginjal Kronik
    zay
    Оценок пока нет
  • Asma - GINA
    Asma - GINA
    Документ38 страниц
    Asma - GINA
    zay
    Оценок пока нет
  • Acute Kidney Injury 2
    Acute Kidney Injury 2
    Документ18 страниц
    Acute Kidney Injury 2
    Riezky Febriyanti
    Оценок пока нет
  • HIPERTENSI-PENANGANAN
    HIPERTENSI-PENANGANAN
    Документ31 страница
    HIPERTENSI-PENANGANAN
    zay
    Оценок пока нет
  • Crs Typhoid
    Crs Typhoid
    Документ3 страницы
    Crs Typhoid
    zay
    Оценок пока нет
  • Krisis Hipertensi
    Krisis Hipertensi
    Документ10 страниц
    Krisis Hipertensi
    hanif
    Оценок пока нет
  • Tugas ISK
    Tugas ISK
    Документ17 страниц
    Tugas ISK
    zay
    Оценок пока нет
  • Antibiotik
    Antibiotik
    Документ12 страниц
    Antibiotik
    adira2010
    100% (1)
  • TB 2
    TB 2
    Документ14 страниц
    TB 2
    zay
    Оценок пока нет
  • Referat CA Oropharing Bab2
    Referat CA Oropharing Bab2
    Документ8 страниц
    Referat CA Oropharing Bab2
    zay
    Оценок пока нет
  • BST THT Tonsilofaringitisakut Yanne
    BST THT Tonsilofaringitisakut Yanne
    Документ15 страниц
    BST THT Tonsilofaringitisakut Yanne
    zay
    Оценок пока нет
  • Bedside Teaching Serumen
    Bedside Teaching Serumen
    Документ16 страниц
    Bedside Teaching Serumen
    zay
    Оценок пока нет
  • BST Rhinitis MDR
    BST Rhinitis MDR
    Документ4 страницы
    BST Rhinitis MDR
    zay
    Оценок пока нет
  • Angiofibroma Crs
    Angiofibroma Crs
    Документ9 страниц
    Angiofibroma Crs
    zay
    Оценок пока нет
  • BST Rhinitis MDR
    BST Rhinitis MDR
    Документ4 страницы
    BST Rhinitis MDR
    zay
    Оценок пока нет
  • Abses Peritonsiler
    Abses Peritonsiler
    Документ20 страниц
    Abses Peritonsiler
    zay
    Оценок пока нет
  • Ujian THT
    Ujian THT
    Документ2 страницы
    Ujian THT
    zay
    Оценок пока нет
  • BST MDR Rhinitis
    BST MDR Rhinitis
    Документ20 страниц
    BST MDR Rhinitis
    zay
    Оценок пока нет
  • Case Report Mastoiditis Tamae, Emdi & Melli
    Case Report Mastoiditis Tamae, Emdi & Melli
    Документ33 страницы
    Case Report Mastoiditis Tamae, Emdi & Melli
    zay
    Оценок пока нет
  • Tugas Ujian
    Tugas Ujian
    Документ5 страниц
    Tugas Ujian
    zay
    Оценок пока нет
  • Tonsil
    Tonsil
    Документ1 страница
    Tonsil
    zay
    Оценок пока нет