Вы находитесь на странице: 1из 8

Struktur Komunitas Mikroba (174-181) El-Hayah Vol. 1, No.

4 Maret 2011

STRUKTUR KOMUNITAS MIKROBA TANAH DAN IMPLIKASINYA DALAM


MEWUJUDKAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

Prihastuti

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian


Jalan Raya Kendalpayak Kotak Pos 66, Malang

Abstract

Soils are made up of organic and an organic material. The organic soil component contains
all the living creatures in the soil and the dead ones in various stages of decomposition.
Biological activity in soil helps to recycle nutrients, decompose organic matter making
nutrient available for plant uptake, stabilize humus, and form soil particles.
The extent of the diversity of microbial in soil is seen to be critical to the maintenance of soil
health and quality, as a wide range of microbial is involved in important soil functions. That
ecologically managed soils have a greater quantity and diversity of soil microbial. The two
main drivers of soil microbial community structure, i.e., plant type and soil type, are thought
to exert their function in a complex manner. The fact that in some situations the soil and in
others the plant type is the key factor determining soil microbial diversity is related to their
complexity of the microbial interactions in soil, including interactions between microbial and
soil and microbial and plants.
The basic premise of organic soil stewardship is that all plant nutrients are present in the
soil by maintaining a biologically active soil environment. The diversity of microbial
communities has on ecological function and resilience to disturbances in soil ecosystems.
Relationships are often observed between the extent of microbial diversity in soil, soil and
plant quality and ecosystem sustainability. Agricultural management can be directed toward
maximizing the quality of the soil microbial community in terms of disease suppression, if it
is possible to shift soil microbial communities.
Keywords: structure, microbial, implication, sustainable agriculture

PENDAHULUAN dalam menentukan status biologis tanah, karena


Pada kenyataannya, tanah harus substansinya bersifat hidup, dinamis dan dapat
dipandang sebagai bagian tubuh yang hidup, mengalami perubahan pada ruang dan waktu.
karena di dalamnya merupakan reservoir biota Sifat dinamis pada status biologis tanah ini
tanah yang masing-masing mempunyai peranan memberikan peluang besar dalam
penting untuk mencapai kondisi keseimbangan pengelolaannya. Status biologis tanah dapat
ekosistem (Doran, et al., 1996). Keberadaan memberikan peringatan dini adanya degradasi
mikroba di dalam tanah memainkan peranan tanah, sehingga memungkinkan untuk
penting pada siklus biogeokimia dan sangat menerapkan praktek-praktek pengelolaan lahan
responsif untuk daur ulang senyawa organik. yang lebih berkelanjutan (Loreau et al, 2001).
Mikroba tanah mempengaruhi kondisi Aspek biologis tanah sangat kompleks
ekosistem di dalam tanah oleh kontribusinya dan membutuhkan pemahaman yang lebih baik,
dalam penyediaan nutrisi tanaman (Timonen et karena belum banyaknya informasi tentang
al, 1996), kesehatan tanaman (Fillion, et al., jumlah dan keanekaragaman mikroba tanah,
1999), struktur tanah (Dodd, et al., 2000) dan serta bagaimana tingkat aktivitasnya dalam
kesuburan tanah (Yao, et al., 2000 dan mempertahankan tanah yang subur dan
ODonnell et al., 2001). produktif (Fitter et al, 2005). Mikroba di dalam
Kriteria kesuburan tanah ditentukan tanah yang mempunyai kemampuan dalam
oleh kombinasi tiga faktor yang saling penyediaan nutrisi tanaman menjadi bagian
berinteraksi, yaitu faktor fisis, khemis dan penting para agronomis di bidang pertanian.
biologis. Karakteristik fisis dan khemis tanah Kegiatan introduksi mikroba dalam bentuk
dapat dipahami lebih sempurna daripada agensia hayati menjadi pilihan untuk dilakukan
karakteristik biologis-nya. Oleh karenanya dalam upaya reduksi pupuk kimia dan
lebih banyak diketahui status fisis dan khemis mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan
tanah, dan sedikit informasi tentang status (Prihastuti, 2008).
biologis tanah. Memang ada sedikit kesulitan

174
Prihastuti

Tanah sebagai media tumbuh tanaman dari biomassa mikroba dalam tanah. Dalam
memerlukan perhatian untuk dikelola setiap gram tanah subur mengandung sedikitnya
kesinambungannya. Bagaimana tanah dapat satu juta organisme bersel satu ini dan jumlah
berfungsi pada kondisi alami? Bagaimana suatu populasi bakteri akan semakin menurun dengan
ekosistem asli dapat menghasilkan produk bertambahnya kedalaman tanah. Jumlah
tanaman tanpa kehadiran pupuk dan pengolahan populasi dan jenis bakteri ditentukan oleh
tanah? Bagaimanakah prinsip daur kehidupan kondisi tanahnya, yang berfungsi sebagai
pada fungsi tanah ini? Jawaban dari pertanyaan lingkungan tumbuhnya (Tabel 1).
ini meyakinkan bahwa tanah akan memberikan
manfaat dan tetap produktif pada masa sekarang Tabel 1. Perkiraan jumlah populasi dan jenis bakteri
dan untuk generasi masa depan. pada tiga jenis tanah yang berbeda.
Jumlah
Jumlah
TANAH SEBAGAI RESERVOIR populasi
spesies
Tipe tanah bakteri
MIKROBA bakteri (/g
(sel/g
Tanah dapat dipandang sebagai suatu tanah)
tanah)
kesatuan kehidupan daripada hanya suatu tubuh Padang gurun 10 x 10 6
100
tanah saja. Komponen organik tanah Padang rumput 60 x 107 15-40.000
mengandung semua bentuk kehidupan dalam Hutan 10 x 1010 1.000.000
tanah dan yang sudah mati maupun yang Sumber: Anonim (2010)
sedang mengalami proses dekomposisi (Loreau
et al, 2001). Gambar 1 menunjukkan irisan top Banyak jenis bakteri yang berbeda
soil dengan organisme yang terkandung di dapat ditemukan di dalam tanah, masing-
dalamnya, yang mempunyai peranan mengatur masing mempunyai peranan tertentu dalam
siklus hara di dalam tanah yang dibutuhkan lingkungan tanah. Salah satu manfaat utama
oleh tanaman. Keberadaan mikroba di dalam bakteri adalah menyediakan nutrisi tanaman.
tanah secara alami mempunyai peranan untuk Beberapa spesies bakteri melepaskan nitrogen,
menjaga fungsi tanah dan mengendalikan belerang, fosfor, dan trace elemen dari material
produktivitasnya, karena sebagai kunci dalam organik. Peranan bakteri yang lain adalah
berbagai proses kehidupan tanah, seperti memecah tanah mineral, melepaskan kalium,
pembentukan struktur tanah, dekomposisi fosfor, magnesium, kalsium dan besi. Masih
bahan organik, mengubah zat racun, siklus C, ada spesies lain yang berperan dalam membuat
N, P dan S (van Elsas dan Trevors, 1997). dan melepaskan hormon pertumbuhan tanaman
dan untuk merangsang pertumbuhan akar
(Schloss and Handelsman, 2006).
Beberapa jenis bakteri penambat
nitrogen dari perakaran tanaman kacang-
kacangan bekerja melalui asosiasi dengan
tanaman. Bakteri ini bertanggung jawab untuk
mengubah nitrogen dari amonium menjadi
nitrat dan kembali lagi tergantung pada kondisi
tanah tertentu. Manfaat bakteri untuk tanaman
yang lainnya adalah meningkatkan kelarutan
nutrisi, memperbaiki struktur tanah, melawan
penyakit akar dan menetralkan racun tanah.
Gambar 1. Tanah dengan organisme yang mengatur
Bakteri penting di dalam dinamika air, siklus
siklus hara dari tanah ke tanaman dan sebaliknya
(Sulivan, 2004). hara dan supresiv patogen (Anonim, 2010).
Beberapa bakteri mempengaruhi pergerakan air,
Beberapa jenis mikroba tanah yang melalui kemampuannya menghasilkan substansi
mempunyai arti penting dalam kestabilan yang dapat membuat ikatan dengan partikel
ekosistem di dalam tanah adalah: tanah menjadi agregat kecil yang meningkatkan
infiltrasi air dan kapasitas menahan air.
1. Bakteri Beberapa bakteri mampu mengubah energi dari
Bakteri merupakan kelompok mikroba bahan organik menjadi bentuk yang lebih
tanah yang paling dominan, mencapai separuh berguna untuk tanaman dan penting untuk

175
Struktur Komunitas Mikroba (174-181) El-Hayah Vol. 1, No.4 Maret 2011

menjaga kehilangan hara (seperti nitrogen) dari (Champbell, 1989). Manfaat bagi jamur dari
zona perakaran. bentuk asosiasi tanaman ini adalah dapat
mengambil nutrisi dan karbohidrat dari akar
2. Jamur tanaman yang menjadi inangnya.
Jamur di dalam tanah hadir dalam Pembentukan mikoriza diawali
berbagai jenis, ukuran dan bentuk yang dengan terserangnya akar tanaman oleh suatu
berbeda. Beberapa spesies muncul sebagai jenis jamur tanah, yang distimulir oleh senyawa
benang-benang dan membentuk seperti koloni, organik tertentu dari tanaman ke dalam tanah.
sementara yang lain adalah satu-sel yang Proses infeksi jamur ke dalam sel tanaman
disebut ragi/yeast. Jamur benang dan jamur dengan memakai haustoria dan berkembang di
kancing (mushrom) disebut juga fungi. Banyak dalam sel. Interaksi mikoriza berbeda dengan
jamur yang membantu tanaman melalui interaksi dalam rizosfer antara tanaman dengan
pemecahan bahan organik atau pelepasan mikroba tanah lainnya, terutama dalam hal
nutrien dari mineral tanah. Jamur umumnya spesifisitas dan sistem organisasi jaringan
cepat untuk menjajah potongan-potongan besar tubuhnya. Mosse (1981) menyatakan bahwa
bahan organik dan memulai proses infeksi akar oleh mikoriza tergantung pada
dekomposisi. Beberapa jamur menghasilkan tingkat nutrisi tanaman dan daya adaptasi
hormon tanaman, sedangkan yang lain mikoriza pada tanah dan iklim yang ada.
menghasilkan antibiotik, termasuk penisilin. Melalui infeksi akar oleh mikoriza dapat
Bahkan ada jenis jamur yang berbahaya sebagai meningkatkan perluasan serapan akar untuk
perangkap nematoda parasit tanaman (Cutler menyerap secara optimum unsur hara terutama
and Hill, 1994). P bagi pertumbuhan dan perkembangan
Semua faktor lingkungan yang tanaman.
mempengaruhi penyebaran bakteri dan Beberapa penelitian menyatakan bahwa
aktinomisetes juga mempengaruhi penyebaran penggunaan mikoriza memberikan interaksi
jamur dalam tanah. Kualitas dan kuantitas positif terhadap tanaman inang, antara lain
bahan organik yang ada dalam tanah dalam bentuk: (1) meningkatkan penyerapan
mempunyai pengaruh langsung terhadap jumlah unsur hara, terutama P (Baas et al, 1989), (2)
jamur dalam tanah, oleh sifat nutrisinya yang menahan serangan patogen (Wilson dan Trinik,
heterotrofik. Jamur yang umum dijumpai pada 1983), (3) toleran terhadap logam berat dan zat-
tanah yang lebih dangkal jarang dijumpai di zat yang bersifat racun terhadap tanaman
permukaan tanah, yang dapat dijelaskan (Koomen et al, 1990), (4) memperbaiki struktur
berdasarkan ketersediaan bahan organik dan tanah dan tidak mencemari lingkungan, serta
rasio antara oksigen dan karbondioksida dalam (5) pemupukan sekali seumur tanaman (Aher,
tanah pada kedalaman yang berbeda-beda. 2001). Peranan mikoriza yang besar dalam
biosintesis tanaman, memberikan prospek yang
3. Mikoriza baik untuk diaplikasikan ke lahanlahan
Beberapa jamur dapat membentuk marginal dan untuk reklamasi lahan bekas
interaksi mutualistik dengan akar tanaman yang tambang.
dikenal dengan sebutan mikoriza
(mycorrhizae). Dalam interaksi ini jamur secara 4. Aktinomisetes
nyata terintegrasi ke dalam akar tanaman. Aktinomisetes adalah organisme tanah
Bentuk asosiasi ini memberikan keuntungan yang memiliki sifat-sifat yang umum dimiliki
pada kedua belah pihak. Jamur akan oleh bakteri dan jamur, tetapi juga memiliki
mendapatkan keuntungan nutrisi dari akar ciri khas yang cukup berbeda yang
tanaman, sebaliknya jamur akan menyediakan membatasinya menjadi satu kelompok yang
nutrisi kepada tanaman dan tidak menyebabkan jelas berbeda. Meskipun tidak seperti
penyakit pada tanaman inang. Akar dijajah oleh kebanyakan bakteri, mereka juga melakukan
mikoriza cenderung kurang ditembus oleh peran penting di dalam tanah, antara lain
nematoda pemakan akar, karena hama tidak membantu menguraikan bahan organik menjadi
dapat menembus jaringan jamur tebal. humus, melepaskan nutrisi. Aktinomisetes juga
Mikoriza juga memproduksi hormon dan memproduksi antibiotik untuk melawan
antibiotik yang meningkatkan pertumbuhan penyakit akar (Fitter et al, 2005).
akar dan memberikan penekanan terhadap Aktinomisetes bertanggung jawab atas aktivitas
penyakit yang menyerang akar tanaman biologis di dalam tanah. Jumlah aktinomisetes

176
Prihastuti

akan meningkat oleh adanya bahan organik Grayston et al, 1998) dan rotasi tanaman
yang mengalami dekomposisi. Persentase (Villich, 1997) adalah faktor kunci determinatif
aktinomisetes dalam populasi mikroba tanah struktur komposisi mikroba tanah.
total akan meningkat dengan makin Jenis tanaman dan tanah mempengaruhi
meningkatnya kedalaman tanah hingga struktur komunitas mikroba, namun informasi
mencapai horison C profil tanah. detail mengenai interaksinya masih belum dapat
diperoleh dan masih membutuhkan kajian
PEMELIHARAAN STRUKTUR lanjut. Komunitas mikroba tanah sangat sulit
KOMUNITAS MIKROBA TANAH untuk dikarakterisasi, karena adanya diversitas
Sekalipun sejak tahun 1960-an para ahli fenotipik dan genotipik, heterogenitas dan
mikrobiologi telah mengkaji peranan diversitas kriptisitas. Populasi bakteri pada tanah top soil
mikroba tanah terhadap fungsi kestabilan adalah >109 sel/g tanah (Torsvik dan Ovreas,
ekosistem, namun perhatiannya kurang begitu 2002) dan sebagian besar tidak dapat
tinggi terhadap fungsi ekologi dan resiliensi dikulturkan. Biomassa mikroba yang dapat
ekosistem tanah (Harrison, et al, 1968). dikulturkan dan dikaji lanjut diperkirakan <5 %
Hubungan yang sering dikaji adalah diversitas nya (Borneman dan Triplett, 1997; Torsvik et
mikroba tanah, kualitas tanah dan tanaman, al, 1990).
serta keberlanjutan ekosistem. Sekalipun Tanah hadir dengan tingkat
demikian yang terdokumentasi hanyalah heterogenitas mikroba yang tinggi, terdiri dari
hubungan antara tingkat supresiv tanah komponen fraksi padat yaitu pasir, lempung,
terhadap penyakit tanaman dan diversitas atau liat dan bahan organik (van Elsas dan Trevors,
kemelimpahan komunitas mikroba tanah 1997). Kehadiran mikroba dalam tanah tersebut
(Abawi and Widmer, 2000; Nitta, 1991). menunjukkan kebutuhannya akan kondisi
Pengelolaan tanah mempengaruhi abiotik dan nutrisi yang tersedia dalam biosfer.
struktur komunitas mikroba tanah telah banyak Dalam suatu sistem yang stabil dapat
dilaporkan (Tabel 2.). Penggunaan pestisida dihipotesakan bahwa tanah dapat dihuni oleh
(Heilmann et al, 1995), amandemen dengan mikroba yang mampu beradaptasi pada
khitin (Hallmann, et al, 1999), kompos atau lingkungan tanah tersebut. Pada akhirnya
kotoran ternak (Schonfeld et al, 2002) dan mikroba tersebut berfungsi sebagai katalisator
introduksi mikroba mutan (De Leij et al, 1995; biokimia pada proses-proses yang berlangsung
Mahhaffee dan Klooper, 1997) akan di dalam tanah, yang menyebabkan terjadinya
mempengaruhi struktur komunitas mikroba di perubahan di dalam tanah. Ada tiga faktor
dalam tanah. Sifat fisikokimia tanah (Kennedy utama yang mendukung terjadinya dinamika di
dan Smith, 1995), distribusi ukuran partikel dalam tanah yaitu jenis tanaman, jenis tanah
tanah (Ranjard et al, 2001), keberadaan dan dan teknik pengelolaannya (Loreau et al, 2001).
umur spesies tanaman (Garland, 1996;

Tabel 2. Dampak pengelolaan lahan terhadap stuktur komunitas mikroba tanah.


Pengelolaan Tanah Dampak Sumber
Meningkatkan biomasa mikroba tanah, oleh adanya
Sistem pertanian konvensional, Bossio et al,
input bahan organik yang tinggi dalam sistem
organik dan masukan rendah 1998
pertanian konvensional dan masukan rendah
Aplikasi herbisida 2,4-D pada tiga Populasi mikroba perombak 2,4-D yang sama pada ke Tiedje et al,
jenis tanah berbeda tiga jenis tanah 1999
Pemupukan N mempengaruhi struktur komunitas
Eubacteria dan aktinomisetes, sedangkan drainase Clegg et al,
Aplikasi pupuk N dan drainase
tanah mempengaruhi komunitas aktinomisetes dan 2003
Pseudomonas
Penggunaan padang rumput dengan
Tidak ada perbedaan struktur komunitas mikroba dari McCaig et al,
perbaikan penuh, semi dan tanpa
masing-masing perlakuan 2001
perbaikan
Lahan sawah mempunyai biomasa mikroba yang
Drijber et al,
Tanah sawah yang dibajak dan tidak tinggi dan prevalensi mikoriza peka terhadap
2000
pengolahan tanah
Perubahan dari hutan ke padang Terjadi perubahan pada struktur komunitas bakteri, Nusslein and
rumput dan signifikan dengan kandungan G + C yang tinggi Tiedje, 1999

177
Struktur Komunitas Mikroba (174-181) El-Hayah Vol. 1, No.4 Maret 2011

Padang rumput permanen, lahan Terjadi perubahan pada stuktur komunitas mikroba
Van Elsas et
pertanian dengan monokultur jagung yang cukup signifikan, padang rumbut permanen
al, 2000
dan rotasi mempunyai diversitas mikroba paling tinggi

Pemeliharaan struktur komunitas


mikroba di dalam tanah merupakan hal menarik PENUTUP
yang perlu dikaji dalam upaya mendukung Kehidupan mikroba di dalam tanah
terwujudnya sistem pertanian berkelanjutan. memegang peranan penting dalam
Pembacaan kondisi tanah yang benar dan mengendalikan kestabilan ekosistem tanah.
akurat, baik dari aspek fisis, khemis dan Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
biologis akan banyak membantu dalam komunitas mikroba di dalam tanah yaitu jenis
penentuan teknik pengelolaannya. Tanah tanah dan tanaman, serta pengelolaan tanah.
merupakan media tumbuh tanaman juga Selain ada mikroba tanah yang bermanfaat bagi
berperan sebagai lingkungan tumbuh mikroba, tanaman dengan menghasilkan unsur hara dan
sehingga kondisi tanah menentukan kualitas hormon tumbuh tanaman, ada pula mikroba
tumbuh mikroba tanah dan tanaman di atasnya. dalam tanah yang menyebabkan penyakit
Baik mikroba dalam tanah ataupun tanaman tanaman. Dalam kondisi ekosistem tanah yang
mempunyai faktor pembatas di dalam stabil, supresiv mikroba patogen dapat ditekan
pertumbuhannya. Oleh karenanya untuk secara alami.
mencapai kriteria normal tanah subur, Dengan memahami kondisi lingkungan
pemeliharaan struktur komunitas mikroba tanah dengan baik dari aspek fisis, khemis dan
sangat penting dilakukan. biologis, maka tindakan pengelolaan tanah
Kandungan bahan organik merupakan untuk memelihara kesuburan lahan dapat
indikator paling penting dan menjadi kunci dilakukan secara tepat. Pengelolaan kesuburan
dinamika kesuburan tanah. Bahan organik tanah secara ekologis lebih memberikan
mempunyai peran yang multifungsi, yaitu harapan dalam mewujudkan sistem pertanian
mampu merubah sifat fisis, khemis dan biologis berkelanjutan, dengan memperhatikan interaksi
tanah. Bahan organik juga mampu berperan antara mikroba dan tanah maupun mikroba dan
mengaktifkan persenyawaan yang ditimbulkan tanaman oleh pengaruh waktu dan ruang dalam
dari dinamikanya sebagai ZPT (zat pengatur tanah. Pemahaman sejauh mana pengaruh
tumbuh), sumber enzim (katalisator reaksi- tanaman dalam ruang dan waktu akan menjadi
reaksi persenyawaan dalam metabolisme tantangan besar bagi pertanian di masa depan,
kehidupan) dan biosida (obat pembasmi ditunjang lagi oleh adanya fluktuasi kondisi
penyakit dan hama dari bahan organik) abiotik tanah (seperti kadar air dan suhu tanah)
(Aryantha, 1998). Bahan organik dapat yang berpengaruh terhadap struktur komunitas
merubah sifat biologis tanah dengan mikroba.
meningkatkan populasi mikroba di dalam tanah.
Populasi mikroba yang meningkat (baik jenis DAFTAR PUSTAKA
dan jumlahnya) menyebabkan dinamika tanah Anonim, 2010. Soil fertility and organic
akan semakin baik dan menjadi sehat alami. components of soils. EFAO,OATI and
Peningkatan populasi mikroba tanah The Institute for Bioregional Studies.
(khususnya jamur bermiselia) akan http://www.mindground.net/loes.html
meningkatkan kemantapan agregasi partikel- Aher. K. L. 2004. Soil Biology-Nothing But
partikel penyusun tanah. Mikroba dan Normal and Natural.www.bio-
miselianya, yang berupa benang-benang organics.com
berfungsi sebagai perajut/perekat antar partikel Abawi G. S. dan T. L. Widmer. 2000. Impact of
tanah, menjadikan struktur tanah menjadi lebih soil health managment practices on
baik dan meningkat ketahanannya dalam soilborne pathogens, nematodes and
menghadapi tekanan erodibilitas (perusakan) root diseases of vegetable crops. Appl.
tanah (Doran and Zeiss, 2000). Kemampuan Soil Ecol. 15:3747
merubah sifat biologis tanah ke arah positif Aryantha, I.P., 1998, Saving the agricultural
dapat meningkatkan populasi mikroba yang ecosystem by using microbes,
menguntungkan tanaman dan menjadikan Proceeding of National Seminar on
tanaman tumbuh sehat tanpa perlu penggunaan Biological Challenge and Opportunity
pupuk buatan dan pestisida. in Improving the National Economic

178
Prihastuti

Integrity, IUC Life Sciences of ITB, Doran, J. W and M. R. Zeiss. 2000. Soil health
Bandung 30 of June-1st July 1998. and sustainability: managing the
Baas, R. C. V. Dijk dan S. R. Troelstra. 1989. biotic component of soil quality.
Effects of rhizosphere soil, vesicular- Aplied Soil Ecology (15). 3-11
arbuscular mychorrhizal fungi and Drijber R. A, J. W. Doran, A. M. Parkhurst, and
phosphate on Plantago major L ssp. D. J. Lyon. 2000. Changes in soil
Pleiosperma. Pilger. Plant and Soil. microbial community structure with
113: 59-67. tillage under long-term wheat-fallow
Borneman J. and E. W. Triplett. 1997. management. Soil Biol. Biochem.
Molecular microbial diversity in soil 32:141930
from Eastern Amazonia: evidence for Filion, M., M. St-Arnaud, J. A. Fortin. 1999.
unusual microorganisms and Direct interaction between the
microbial population shifts associated arbuscular mycorrhizal fungus
with deforestation. Appl. Environ. Glomus intraradices and different
Microbiol. 63:264753 rhizosphere microorganisms. New
Bossio D. A, K. M. Scow, N. Gunpala, and K. Phytol. 141, 525533.
J. Graham. 1998. Determination of Fitter, A. H., C. A. Gilligan, K. Hollingworth,
soil microbial communities: effect of A. Kleczkowski, K. M. Twyman, J.
agricultural management, season, and W. Pitchford, and The members of the
soil type on phospholipid fatty acid Nerc Soil Biodiversity Programme.
profiles. Microbiol. Ecol. 36:112 2005. Biodiversity and ecosystem
Campbell, R., 1989, Biological control of function in soil. British Ecological
microbial plant pathogens, Cambridge Society (19): 369-377
University Press, Melbourne-Sydney, Garland JL. 1996. Patterns of potential C source
pp : 41-65. utilization by rhizosphere
Clegg, C. D, R. D. L. Lovell, P. J. Hobbus. communities. Soil Biol. Biochem.
2003. The impact of grassland 28:22330
management regime on the Grayston SJ, S. Wang, C. D. Campbell, A. C.
community structure of selected Edwards. 1998. Selective influence of
bacterial groups in soil. FEMS plant species on microbial diversity in
Microbiol. Ecol. 43:26370 the rhizosphere. Soil Biol. Biochem.
Cutler, H.G and R.A Hill, 1994, Natural 30:369 78
fungicides and their delivery systems ODonnell, A.G., M. Seasman, A. Macrae, I.
as alternatives to synthetics, in Waite, dan J. T. Davies. 2001. Plants
Biological control of postharvest and fertilisers as drivers of change in
diseases theory and practice : C. L microbial community structure and
Wilson and M.E Wisniewski (Eds), function in soils. Plant Soil 232, 135
CRC Press, Tokyo, p. 135-152. 145.
De Leij FAAM, S. J. Sutton, J. M. Whipps, J. S. Hallmann J, R. Rodriguez-Kabana, dan J. W.
Fenlon, dan J. M. Lynch. 1995. Kloepper. 1999. Chitin-mediated
Impact of field release of genetically changes in bacterial communities of
modified Pseudomonas fluorescens soil, rhizosphere and roots of cotton in
on indigenous microbial population of relation to nematode control. Soil
wheat. Appl. Environ. Microbiol. Biol. Biochem. 31:55160
61:344353 Harrison N.G, J. D. Allan, R. K. Colwell, D. J.
Dodd, J.C., C. L. Boddington, A. Rodriguez, C. Futuyma, and J. Howell. 1968. The
Gonzalez-Chavez, dan I. Mansur. relationship between species diversity
2000. Mycelium of arbuscular and stability: an experimental
mycorrhizal fungi (AMF) from approach with protozoa and bacteria.
different genera: form, function and Ecology 1091101
detection. Plant Soil 226, 131151. Heilmann B, M. Lebuhn, dan F. Beese. 1995.
Doran J. W. , M. Sarrantonio, dan M. A. Methods for investigation of
Liebig. 1996. Soil health and metabolic activity and shifts in the
sustainability. Adv. Agron. 56:254 microbial community in soil treated

179
Struktur Komunitas Mikroba (174-181) El-Hayah Vol. 1, No.4 Maret 2011

with a fungicide. Biol. Fertil. Soils Yulianto (Penyunting). 2008.


19:18692 Prosiding Seminar Nasional
Kennedy AC and K. L. Smith. 1995. Soil Pengembangan Kacang-Kacangan dan
microbial diversity and the Umbi-Umbian, Surakarta, 7 Agustus
sustainability of agricultural soil. 2008. Fakultas Pertanian/Pascasarjana
Plant Soil 170:7586 Agronomi Universitas Sebelas Maret
Koomen, I., E. Mcgratc and Giller. Surakarta, Balai Penelitian Tanaman
1990.Mychorhizal infection of claver Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian,
is delayed in soils contaminated with dan Balai Pengkajian Teknologi
heavy metals from past sewage sludge Pertanian Jawa Tengah. Hlm. 76-81 .
application. Soil Biology Journal 22: Ranjard L, F. Poly F, J. C. Lata, C. Mougel, J.
871-873 Thioulouse, dan S. Nazaret. 2001.
Loreau, M., S. Naeem, P. Inchausti, J. Characterization of bacterial and
Bengtsson, J. P. Grime, A. Hector, D. fungal soil communities by automated
U. Hooper, M. A. Huston, D. ribosomal intergenic spacer analysis
Raffaelli, B. Schimid, D. Tilman and fingerprints: biological and
D. A. Wardle. 2001. Biodiversity and methodological variability. Appl.
Ecosystem Funtioning: Current Environ. Microbiol. 67:447987
Knowledge and Future Challenges. Schloss, P. D. and J. Handelsman. 2006.
Science (294): 804-808 Toward a census of bacteria in soil.
Mahaffee WF, dan J. W. Kloepper. 1997. PLoS Computational Biology (2):
Bacterial communities of the 786-793
rhizosphere and endorhiza associated Schonfeld J, A. Gelsomino, L. S. van
withfield-grown cucumber plants Overbeek, A. Gorissen, K. Smalla,
inoculated with plant growth- dan J. D. van Elsas. 2002. Effects of
promoting rhizobacterium or its compost addition and simulated
genetically modified derivative. Can. solarisation on the fate of Ralstonia
J. Microbiol. 43:34453 solanacearum biovar 2 and
McCaig, A. E, L. A. Glover, and J. J. Prosser. indigenous bacteria in soil. FEMS
2001. Numerical analysis of grassland Microbiol. Ecol. 43:6374
bacterial community structure under Sulivan, P. 2004. Sustainable soil management.
different land management regimens NCAT. Agric. Spec. ATTRA Pub. 31
by using 16S ribosomalDNAsequence p.
data and denaturing gradient gel http://attra.ncat.org/attra.pub/PDF/soil
electrophoresis banding patterns. mgmt.pdf
Appl. Environ. Microbiol. 67:455459 Tiedje JM, S. Asuming-Brempong, K.
Mosse, B. 1981. Vesicular-arbuscular Nusslein, T. L. Marsch, and S. J.
mycorrhiza research of phosphate and Flynn. 1999. Opening the black box
other nutrients on the development of of soil microbial diversity. Appl. Soil
vesicular arbuscular mycorrhiza in Ecol. 13:10922
culture. J. Gen. Microbial. 69: 159- Timonen, S., R. D. Finlay, S. Olsson, dan B.
166. Soderstrom. 1996. Dynamics of
Nitta T. 1991. Diversity of root fungal floras: phosphorous translocation in intact
its implications for soil-borne diseases ectomycorrhizal systems: non-
and crop growth. Jpn. Agric. Res. destructive monitoring using a B-
25:611 scanner. FEMS Microbiol. Ecol. 19,
Nusslein K, and J. M. Tiedje. 1999. Soil 171 180.
bacterial community shift correlated Torsvik V. and L. Ovreas. 2002. Microbial
with change from forest to pasture diversity and function in soil: from
vegetation in a tropical soil. Appl. genes to ecosystems. Curr. Opin.
Environ. Microbiol. 65:362226 Microbiol. 5: 24045
Prihastuti. 2008. Adopsi pupuk hayati di Torsvik V, J. Goksoyr, and F. D. Daae. 1990.
Indonesia: antara harapan dan realita. High diversity in DNA of soil
Dalam Saleh. N. Rahmianna, A.A., bacteria. Appl. Environ. Microbiol.
Pardono, Samanhudi, Anam, C dan 56:78287

180
Prihastuti

van Elsas J. D dan J. T. Trevors. 1997. Modern


Soil Microbiology. New York:
MarcelDekker
van Elsas J. D, G. F. Duarte, A. Keijzer-
Wolters, and S. Smit. 2000. Analysis
of the dynamics of fungal-specific
PCR of soil DNA followed by
denaturing gradient gel
electrophoresis. J. Microbiol. Methods
43:13351
Villich V. 1997. Assessment of microbial
diversity by fatty acid analysis.Dev.
Plant. Pathol. 11:7174
Wilson, J. M. dan Trinik. 1983. Infection
development and interaction between
VAM fungi. New Phytol. 93: 543-553
Yao, H., Z. He, M. J. Wilson, dan C. D.
Campbell. 2000. Microbial biomass
and community structure in a
sequence of soils with increasing
fertility and changing land use.
Microb. Ecol. 40, 223 237.

181

Вам также может понравиться