Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien diantar oleh Ibunya ke Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto pada tanggal 20 September pukul 10.30 WIB dengan keluhan
gatal-gatal pada kedua tangan dan kaki sejak 1 minggu Sebelum Masuk Rumah Sakit. Gatal
dirasakan mulai dari siku sampai telapak tangan dan pada kaki dimulai dari lutut sampai
telapak kaki. Sebelumnya pasien bermain hujan-hujanan kemudian timbul kulit kemerahan,
bentol dan kemudian timbul melenting-lenting yang mudah pecah apabila digaruk. Pasien
sering menggaruk daerah gatal sehingga daerah gatalnya semakin meluas.
Keluhan gatal dirasakan sepanjang hari dan menggangu aktivitas pasien. Pasien sering
mengeluhkan keluhan seperti ini ketika sehabis makan ikan tongkol, telur dan bermain hujan-
hujanan. keluhan gatal disertai rasa perih dan keluhan tidak diperberat saat malam hari.
Adanya demam disangkal. Sebelumnya pasien pernah berobat di klinik dan diberikan obat
salep namun keluhan saat ini muncul kembali, karena pasien ingin keluhannya segera
membaik, pasien datang untuk memeriksakan diri ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RS
Margono Soekardjo.
Pasien memiliki riwayat gatal yang sama pada kedua tangan dan kaki sewaktu kecil (+)
yaitu sejak usia 3 tahun, kemudian keluhan tersebut hilang-timbul hingga saat ini. Riwayat
Asma disangkal, riwayat rhinitis Alergi (+) pasien sering bersin-bersin pada pagi hari, pasien
alergi terhadap ikan dan telur (+). Pada keluarga tidak ada yang memilki riwayat penyakit
kulit yang sama dengan pasien, riwayat Asma (-), riwayat alergi (+).
Hal yang dialami pasien ini sesuai dengan kriteria diagnosis dermatitis atopik yang
ditegakkan berdasarkan kriteria Hanifin dan Rajka : Kriteria mayor ( > 3) yang terdiri atas
prutitus/gatal, dermatitis kronis atau kambuhan, lesi pada wajah dan ekstensor pada bayi dan
anak-anak, lesi pada fleksor dan likenifikasi pada anak yang lebih besar dan dewasa, riwayat
atopik pada diri pasien atau keluarga. Berdasarkan kriteria mayor tersebut, pasien ini memliki
lebih dari kriteria mayor tersebut, yaitu adanya keluhan gatal yang dikeluhkan baik oleh
pasien dan ibunya yang selalu melihat anaknya menggaruk-garung kaki dan tangannya,
kemudian keluhan pasien ini merupakan keluhan yang sering kambuh sejak usia 3 tahun,
sesuai dengan kriteria mayor yang kedua yaitu dermatitis kronis atau kambuhan. Kemudian
berdasarkan pemeriksaan dermatologis pada pasien ini ditemukan lesi pada ekstensor dan
adanya likenifikasi pada ekstremitas, kemudian ditemukan juga riwayat atopi baik pada
pasien dan keluarga pasien. Berdasarakan kriteria minor pasien ini memenuhi kriteria terjadi

21
nya onset dini setelah usia 2 bulan, kemudian pada pemeriksaan dermatologis ditemukan
kulit tampak kering, Intoleransi makanan, yaitupasien alergi terhadap ikan dan telur,
Perjalanan penyakit dipengaruhi lingkungan dan emosi terutama saat musim hujan, keluhan
sering muncul sehabis pasien main hujan-hujanan.
Tatalaksana DA yang efektif meliputi kombinasi penghindaran pencetus, pengurangan
gatal menjadi seminal mungkin, perbaikan sawar kulit dan obat anti inflamasi. Pada pasien
ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan obat secara topikal dan
sistemik. Obat topikal yang diberikan adalah kortikoteroid topikal potensi rendah berupa
hidrokortison 1% serta asam fusidat sebagai antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
Obat sistemik yang diberikan adalah metilprednisolon sebagai kortikosteroid sistemik yang
digunakan untuk mengendalikan eksaserbasi akut dan diberikan dalam jangka pendek. Dan
diberikan antihistamin untuk mengurangi rasa gatal.
Hal terpenting dalam penatalaksanaan dermatitis atopik adalah menjaga kelembaban
kulit. Aplikasi emolien sangat dianjurkan untuk mencegah kulit kering. Emolien dapat berupa
losion, krim atau ointment. Ointment paling efektif sebagai emolien. Produk emolien yang
kaya ceramide sangat berguna untuk mempertahankan kelembabapan kulit. Upaya preventif
lain yang dapat dilakukan agar dermatitis atopik tidak sering kambuh yaitu menghindari suhu
cuaca yang terlalu panas atau dingin.

22
BAB IV
KESIMPULAN

Dermatitis atopik (D.A.) adalah peradangan kulit yang bersifat kronik dan residif,
disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita (D.A., rhinitis alergika, dan/atau asma bronkhial).
Kejadian dermatitis atopik dipengaruhi oleh faktor endogen dan faktor eksogen.
Penegakan diagnosis dermatitis atopik ditegakkan jika menemukan tiga kriteria mayor
dan tiga kriteria minor Hanifin dan Rajka.
Diagnosis banding yang biasanya mendekati adalah dermatitis kontak alergi dan
prurigo.
Tatalaksana Dermatitis Atopi yang efektif meliputi kombinasi penghindaran pencetus,
pengurangan gatal menjadi seminal mungkin, perbaikan sawar kulit dan obat anti
inflamasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Boediardja, Aisah S. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta : FKUI.

Murtiastutik, D (ed). 2013. Atlas ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 2 Cet 6. Surabaya:
Universitas Airlangga

Kariosentono H. 2006. Dermatitis atopik (Eksema) Dari gejala klinis, Reaksi atopik, Peran
eosinofil, Tungau debu rumah, Sitokin sampai kortikosteroid pada
penatalaksanaannya. Solo: UNS Press.

Kim B.S. 2016. Atopic Dermatitis. Diakses pada tanggal 4 September 2016 dalam
<http://emedicine.medscape.com/article/1049085-overview>.

Morris A. 2009. Atopic Dermatitis and Eczema Treatment. Available from URL
<http://www.allergy-clinic.co.uk/skin-allergy/infantile-eczema>. Diakses pada
tanggal 29 Juli 2015.

Siregar R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.Edisi 2.Jakarta : EGC.

Sularsito S.A., dan Djuanda S. 2007. Dermatitis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ke-5, cetakan ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Movita, T 2014. Tatalaksana Dermatitis Atopik, kalbemed. Vol. 41 no. 11. Hlm. 828-831.

24

Вам также может понравиться