Вы находитесь на странице: 1из 39

PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

BAB 2 PROFIL KAWASAN

2.1 Gambaran Umum Kota Bogor

2.1.1 Profil Kota Bogor


2.1.1.1 Kondisi Geografis dan Batas Administrasi Kota Bogor
Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 4330BT 106 5100BT dan
3030 LS-6 4100 LS. Kota Bogor memiliki luas wilayah 118,5 Km 2 dengan ketinggian
rata-rata minimal 190 meter dan maksimal 330 meter di atas permukaan laut. Jarak Kota
Bogor dengan ibukota Jakarta kurang lebih 60 km. Luas wilayah Kota Bogor sebesar 11.850
Ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Kemudian secara administratif Kota Bogor
dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Kec. Bojong Gede, dan Kec. Sukaraja
Kabupaten Bogor.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi, Kabupaten Bogor.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin, Kabupaten Bogor.
Untuk lebih jelasnya mengenai luas wilayah dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan batas
administrasi Kota Bogor bisa dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.
Tabel 2. 1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2015

Luas
Kecamatan 2
(Km ) (%)
Bogor Selatan 30,81 26,00
Bogor Timur 10,15 8,57
Bogor Utara 17,72 14,95
Bogor Tengah 8,13 6,86
Bogor Barat 32,85 27,72
Tanah Sareal 18,84 15,90
Jumlah 118,50 100,00
Sumber : Kota Bogor Dalam Angka, Tahun 2016

1 2-1
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

Penyusunan Pra Desain Penataan


Kawasan Suryakancana

Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kota Bogor

2 2-2
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

2.1.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Bogor selalu mengalami peningkatan dari tahun ke
tahunnya. Pada Tahun 2010 jumlah penduduk Kota Bogor sebesar 948.353 jiwa
bertambah pada Tahun 2011 menjadi 967.398 jiwa, dan terus mengalami pertumbuhan
hingga Tahun 2015 mencapai 1.047.922 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2. 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2010-2015

Tahun (Jiwa) Jumlah Penduduk


Tahun
Laki-Laki Perempuan (Jiwa)
2010 484.224 464.129 948.353
2011 494.446 472.952 967.398
2012 513.978 490.853 1.004.831
2013 514.504 498.515 1.013.019
2014 523.479 507.241 1.030.720
2015 532.018 515.904 1.047.922
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka Tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015

Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah penduduk


di Kota Bogor selalu mengalami peningkatan dan tidak pernah mengalami penurunan
jumlah penduduk dari tahun 2010 hingga tahun 2015.

Kota Bogor sebagai salah satu kota satelit ibukota memiliki kepadatan penduduk
sebesar 9.823 jiwa/Km2, dimana Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan
dengan kepadatan penduduk tertinggi di Kota Bogor yaitu sebesar 12.846 jiwa/Km2.
Untuk lebih jelasnya mengenai kepadatan penduduk di Kota Bogor dapat dilihat pada
Tabel 2.3.
Tabel 2. 3. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Bogor
Tahun 2015
Luas Penduduk Kepadatan Penduduk
Kecamatan
(Km2) (Jiwa) (Jiwa /Km2)
Bogor Selatan 30,81 196.768 6.386
Bogor Timur 10,15 103.389 10.186
Bogor Utara 17,72 189.494 10.694
Bogor Tengah 8,13 104.439 12.846
Bogor Barat 32,85 232.634 7.082
Tanah Sareal 18,84 221.198 11.741
Jumlah 118,50 1.047.922 9.823
Sumber : Kota Bogor Dalam Angka, Tahun 2016

3 2-3
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

2.1.2 Kebijakan Terkait Kawasan Penataan


2.1.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor Tahun 2011-2031
Berdasarkan kebijakan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2031 merencanakan arahan
pengembangan kawasan Suryakancana yaitu disebutkan bahwa Kawasan Suryakancana
ditetapkan sebagai kawasan strategis kota dengan fungsi sudut kepentingan sosial
budaya. Adapun lokasi kawasan strategis kota dalam sudut kepentingan sosial budaya.
Kebijakan yang diatur dalam KSK Suryakancana yakni menata bangunan dan lingkungan,
meningkatkan kualitas lingkungan, mempertahankan nilai sejarah kawasan, dan
mempertahankan fungsi kawasan sebagai pusat perekonomian dan kawasan wisata.
Sebagai bagian dari pusat kota, kawasan perdagangan lama ini mempunyai nilai sejarah
bagi perkembangan Kota Bogor.
2.1.2.2 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Suryakancana dan Empang
Semakin berkembangnya kegiatan perdagangan dan jasa, tingginya arus
pergerakan kendaraan serta munculnya aktivitas lain seperti PKL, tanpa disadari kawasan
ini mengalamai penurunan kualitas lingkungan. Disamping permasalahan lingkungan,
permasalahan lain seperti kemacetan dan ketidakteraturan juga kemunduran dalam hal
kualitas kawasan khususnya bangunan lama menjadi isu utama untuk menetapkan kedua
kawasan ini sebagai bagian dari kawasan strategis kota sebagai upaya pengembalian
kualitas lingkungan kawasan sebagai citra pusat kota lama. Deliniasi kawasan adalah
Pecinan di Suryakancana arahan pengembangan kawasan ini adalah penataan lingkungan
dan bangunan, dengan merevitalisasi kualitas lingkungan, citra kawasan, penataan fungsi
bangunan dan mempertahankan nilai heritage kawasan serta meningkatkan kualitas
fungsi kawasan sebagai pusat perekonomian dan kawasan wisata kota.
Kawasan Suryakancana termasuk dalam Wilayah Pelayanan A (WP A) berupa
pengendalian perkembangan kegiatan perdagangan jasa skala kota dan regional serta
juga terdapat diantaranya yang termasuk dalam rencana penataan revitalisasi kawasan.
Kawasan Suryakancana merupakan PK dalam WP A memiliki arahan pengembangan
tematik yaitu sebagai kota lama di Pasar Bogor, Pecinan di Jalan Suryakancana .
2.1.2.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bogor
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Bogor Tahun 2015-2019, disebutkan bahwa terdapat beberapa misi Kota Bogor yang
mengarahkan perkembangan Kawasan Suryakancana antara lain sebagai berikut:

4 2-4
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

Misi 3 : Menjadikan Bogor kota yang berwawasan lingkungan


1. Meningkatkan kualitas penataan ruang
2. Meningkatkan kualitas daya dukung lingkungan kota
3. Mengembangkan transportasi kota mengutamakan angkutan umum massal,
pejalan kaki, dan pesepeda
4. Mendorong pembangunan kota yang tanggap risiko bencana dan perubahan iklim
5. Menerapkan pengelolaan sampah secara terpadu dan berkelanjutan
Misi 4 : Menjadikan Bogor sebagai kota jasa yang berorientasi pada industri pariwisata
dan industri kreatif
1. Warisan budaya sebagai aset kota
1) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan warisan budaya
2) Terpeliharanya kelestarian warisan budaya
3) Tersedianya kebijakan/peraturan daerah yang mengatur Warisan Budaya
2. Menguatkan identitas dan citra Kota Bogor (City Branding)
1) Meningkatnya fungsi kawasan penyangga kebun raya secara fisik, visual dan
ekologis
2) Diterapkannya konsep perancangan kota (urban design), termasuk street

furnitur yang meningkatkan citra kota


2.1.2.4 Sektoral

2.2 Gambaran Kawasan Penataan

2.2.1 Latar Belakang Pemilihan Kawasan


Adapun pertimbangan dalam penentuan prioritas penanganan penataan
kawasan yaitu berdasarkan pada kebijakan tata ruang, sejarah kawasan, dan kondisi
eksisting kawasan yang mana dituangkan ke dalam beberapa indikator yang menjadi isu
di dalam Kawasan Suryakancana antara lain heritage town, old town, economy (Kawasan
Strategis Kota), dan permukiman kumuh.

Hasil kajian yang telah dilakukan oleh ... menghasilkan bahwa tingkat prioritas
penanganan dari ke empat indikator yaitu heitage town memiliki skor 5, old town memiliki
skor 3, economy memiliki skor 3, dan permukiman kumuh 1. Berdasarkan skor tersebut
memperlihatkan bahwa indikator yang memiliki prioritas penanganan tinggi di Kawasan
Suryakancana yaitu heritage town. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut
ini.

5 2-5
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

Tabel 2. 4 Pertimbangan dalam penentuan prioritas penanganan penataan kawasan

NO INDIKATOR SKORING
1 Heritage Town 5
2 Old Town 3
3 Economy (Kawasan Strategis Kota) 3
4 Permukiman Kumuh 1
Sumber:

2.2.2 Delineasi Kawasan Suryakancana


Kawasan Penataan Suryakancana berada di Kecamatan Bogor Tengah dan
sebagian kecil Kecamatan Bogor Timur tersebar di 6 Kelurahan yaitu Kelurahan
Babakanpasar, Gudang, Paledang, Baranangsiang, Sukasari, Bodongan, dan Empang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.5 dan Gambar 2.2 berikut ini.
Tabel 2. 5 Batas Administrasi Kawasan Penataan

NO KELURAHAN RW RT LUAS (HA)


1 1 0,017
2 1 1,601
2 3,324
3 0,284
5 0,260
3 1 0,005
4 0,428
6 1 1,146
1 Kelurahan Babakan Pasar 2 1,561
3 3,135
4 0,708
7 1 0,474
2 1,013
8 1 0,051
9 1 0,173
10 1 0,002
14,182
1 1 0,178
2 1 0,153
2 Kelurahan Baranangsiang 8 1 0,008
12 1 0,172
0,512
4 1 0,004
3 0,004
3 Bondongan
5 1 0,235
0,243
1 1 0,514
4 Empang 2 1 0,041
11 1 0,503

6 2-6
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

NO KELURAHAN RW RT LUAS (HA)


12 1 0,019
1,058
1 1 1,972
2 0,504
3 0,163
5 0,275
2 1 1,755
2 1,487
3 1 1,378
2 0,391
3 0,287
4 1 1,166
2 0,131
3 0,118
6 2 0,144
4 0,132
5 1,273
5 Gudang
7 1 0,189
8 1 1,574
2 0,826
3 0,061
9 1 0,882
2 0,899
3 0,224
10 1 0,661
2 0,278
3 0,479
11 1 0,103
12 1 1,053
2 0,316
5 0,621
19,343
1 1 0,000
7 1 0,205
6 Paledang
13 1 1,112
1,317
2 2 0,150
3 0,012
7 Sukasari
7 1 0,029
0,190
TOTAL 36,865
Sumber: Hasil interpretasi citra Tahun 2015 dan Hasil Survey Lapangan Tahun 2017

7 2-7
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

Gambar 2. 2 Peta Deliniasi Kawasan Revitalisasi Suryakancana

8 2-8
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

2.2.3 Kondisi Eksisting Kawasan


2.2.3.1 Sejarah Perkembangan Kawasan Suryakancana
Kota Bogor dikenal sebagai Ibukota Kerajaan Hindu Pajajaran (Pakuan), Bogor
sebagai kota modern sebenarnya baru lahir pada kurun waktu 1745-1845. Proses
terbentuknya Bogor diawali dengan dibangunnya Vila Buitenzorg (1745, sekarang Istana
Bogor). Vila tersebut dibangun atas prakarsa Gubernur-Jenderal G.W. Baron van Imhoff
(1743-50) untuk berfungsi sesuai namanya, buitenzorg (Belanda), yang berarti sebagai
tempat beristirahat dari segala kesibukan (di Batavia) dan juga sebagai pos kunjungan ke
daerah Priangan.
Pembentukan karakter tata ruang Bogor banyak dipengaruhi oleh praktik
penjualan tanah pada jaman van Imhoff ini. Pada fase embrio ini, Bogor dibentuk seakan-
akan sebagai pulau-pulau kecil yang digabungkan oleh sebuah pusat, yakni Vila
Buitenzorg. Dengan penataan aksis dan lingkungan pendukungnya (dibangun pada 1799),
Vila Buitenzorg timbul sebagai monumen yang tidak tersaingi pada radius yang cukup luas
di daerah Priangan pada masa ini. Bentuk vila ini sendiri telah berubah beberapa kali
sesuai dengan suksesi kepemimpinan gubernur-jenderal. Jacob Mossel membangun
kembali vila ini sebagai sebuah istana pada kurun 1759-1761. Van Alting (1780)
memutuskan untuk menjadikan istana ini sebagai kantor resmi Gubernur-Jenderal VOC.
Tempat ini menjadi lebih penting setelah Algemeene Secretarie (Sekretaris Jenderal)
ditempatkan di situ (1888), hingga pada akhirnya dijadikan Istana Kepresidenan RI,
sebelum pada akhirnya diresmikan sebagai Kebun Raya Bogor (Hortus Botanicus
Bogoriensis) pada 1887 oleh Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt, seorang botanis Jerman.
Seperti halnya kebanyakan kota-kota kolonial, pusat Kota Bogor merupakan
konsentrasi dari 3 (tiga) nukleus etnis; Eropa, Cina, dan Pribumi. Zona permukiman
masyarakat Eropa ditandai dengan berbagai gedung-gedung pemerintahan dan
fasilitasnya (sebagai civic center), permukiman-permukiman yang didominasi rumah-
rumah vila, dan berbagai fasilitas umum dan bangunan-bangunan komersial (kantor-
kantor, rumah sakit, sekolah, dan lain-lain).
Permukiman Eropa di bagian Utara tersebar dan terkelompok berdasarkan
tingkatan ekonominya. Rumah-rumah Belanda bertipe besar dan luas untuk kaum elit
banyak terdapat di tepi jalan-jalan utama, sedangkan rumah-rumah yang lebih kecil untuk
tingkatan karyawan/ pengusaha biasa tersebar di jalan-jalan sekunder. Meskipun banyak
dari fisik rumah-rumah tersebut bertahan baik hingga kini, setelah 1942, kepemilikan

9 2-9
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

mereka serentak berpindah dari tangan orang-orang Eropa ke orang-orang Indonesia


(Pribumi maupun Tionghoa).
Masyarakat Tionghoa telah mengadakan hubungan intensif dengan kerajaan-
kerajaan pedalaman Priangan sebelum Belanda berekspansi. Peninggalan sebuah altar
pemujaan (shrine) yang bertahun 1678 yang terletak di delta Sungai Ciliwung (Pulo Pasar/
Pulau Parakan Baranangsiang/ Pulo Geulis terletak di sebelah timur dari pecinan yang
sekarang) membuktikan bahwa masyarakat Tionghoa telah menetap di sana. Peran
masyarakat Tionghoa dalam pembentukan sebuah kota di Jawa (maupun Asia Tenggara
pada umumnya) sebenarnya sangat penting, terutama karena mereka memainkan
peranan sebagai perantara (distributor) dalam sistem perdagangan maupun sosial dalam
struktur masyarakat kolonial (terutama pada abad ke-19). Selain itu, sistem struktur
perkotaan yang mereka kembangkan dalam lingkungan mereka sendiri telah begitu
modern dengan (tentunya) tidak lepas dari hegemoni struktural yang diterapkan
pemerintahan kolonial.
Pecinan Bogor terletak di penggal jalan Suryakencana yang merupakan penggal
Jalan Raya Pos yang berada di selatan Istana Bogor. Diawali oleh Klenteng Hok Tek Bio
(berdiri 1867) dan Pasar Bogor (berdiri 1872), pecinan yang dipenuhi rapat oleh ruko-ruko
(rumah-toko) memanjang ke arah Gunung Gede/ Pangrango sepanjang kira-kira 1,5
kilometer. Dengan diapit oleh dua sungai (Ciliwung di timur, dan Cipakancilan di barat),
struktur pecinan Bogor dibentuk oleh 3 jalan utama yang paralel, dengan jalan
Suryakencana sebagai jalan utamanya. Jalan ini dibuat oleh Gubernur Jendral Daendels
pada tahun 1808 terkenal dengan Post Weg atau Jalan Pos. Jalan Pos dimulai dari Anyer
jaraknya 1.000 kilometer dan berakhir di Panarukan. Kemudian pada tahun 1905
Pemerintah Kota Bogor mengubah nama jalan ini menjadi Jalan Handelstraat, pada zaman
kemerdekaan diubah menjadi Jalan Perniagaan. Kemudian, Jalan Suryakencana
diresmikan pemerintah Bogor pada tahun 1970-an.
Masyarakat Tionghoa yang juga terkotak-kotak dalam kelas sosial, menempati
hunian sesuai dengan kelas mereka. Golongan pedagang berkumpul di sekitar Pasar
Bogor, sedangkan golongan bawah (kebanyakan Peranakan) menghuni ruko-ruko sewa
dan rumah-rumah petak di balik ruko-ruko. Golongan atas/ elit (biasanya Peranakan
dengan pendidikan Belanda, opsir Belanda, profesional) cenderung tidak berdagang, dan
menghuni bagian selatan pecinan. Rumah mereka biasanya sedikit banyak mencirikan

10 2-10
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

gaya hidup mereka yang kebarat-baratan: menggunakan corak-corak yang biasa ada di
bangunan-bangunan Belanda, ataupun menghuni rumah tipe vila.
Menurut Setiadi Sopandi dalam penelitiannya tahun 2002, Jalan Suryakencana
dianalogikan sebagai dragon spine atau tulang punggung naga sebagai struktur utama sub
kawasan Pecinan. Sopandi juga menyatakan bahwa terdapat enam tipologi bangunan di
Sub kawasan Pecinan berdasarkan fungsinya, yaitu blok tipe bangunan Cina, blok tipe
rumah mansion / villa, blok bangunan gudang dan blok pasar. Bangunan ruko disepanjang
jalan Suryakencana umumnya terdiri dari 2-3 lantai bangunan dengan sempadan nol,
berhimpitan dengan jalur pejalan kaki. Muka bangunan ruko umumnya lebih sempit
daripada muka bangunan rumah tinggal dan villa.
Selain itu, di sub kawasan Pecinan terdapat pula beberapa bangunan tengaran
yang menjadi simpul kawasan, diantaranya adalah Klenteng Hok Tek Bio dan Vihara Pan
Ko. Kedua vihara ini seolah menjadi pintu awal sekaligus pintu akhir kawasan pecinan di
jalan Suryakencana. Bangunan yang terdapat di kawasan Pecinan merupakan bangunan
dengan fungsi perdagangan dan jasa serta pemukiman, diikuti perkantoran, fasilitas
pendidikan dan peribadatan. Pola pertumbuhan kawasan Pecinan ini adalah linier yaitu
berada di sepanjang jalan utama dan sekunder. Bangunan yang terdapat di kawasan ini
merupakan bangunan yang memiliki nilai sejarah. Hal tersebut terlihat dari bentukan fisik
bangunan yang masih mempertahankan masa perjalanan pecinan di kota Bogor. Salah
satu bangunan bersejarah di kawasan ini adalah Vihara Dhanagun yang merupakan salah
satu vihara tertua di Indonesia. Kondisi bangunan bernilai sejarah tersebut kini telah
sedikit banyak beralih menjadi modern, tidak terawat dan bahkan telah hilang karakter
serta identitasnya. Berdasarkan hasil identifikasi kondisi bangunan di kawasan Pecinan
Suryakencana diketahui 32 bangunan kurang terawat, 3 bangunan rusak dan 3 bangunan
telah hilang. Bangunan yang hilang dikarenakan dijual pemiliknya dan terbakar.

Berkembang akibat pertumbuhan ekonomi, pecinan mengalami banyak


transformasi bentuk. Mulai dari perubahan fisik bangunan-bangunannya, hingga
pemadatan hunian di kantong-kantong di balik ruko-ruko. Terlebih setelah dihapuskannya
wijkenstelsel (peraturan zone etnis) pada tahun 1915, pembauran permukiman Tionghoa
dan Pribumi semakin pesat di kawasan-kawasan kantong ini. Karakter fisik pecinan Bogor
sendiri memudar seiring dengan diberlakukannya diskriminasi oleh Pemerintah Orde
Baru, yang secara umum juga dialami berbagai pecinan lain di Indonesia). Peran institusi-
institusi sosial budaya masyarakat Tionghoa memudar juga; seperti fisik Hok Tek Bio yang

11 2-11
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

semakin tenggelam dengan keramaian dan penataan lingkungan pasar, begitu pula
dengan dihapuskannya sekolah-sekolah Tionghoa, digantikan dengan toko-toko yang
lebih meriah dan beragam. Kawasan Pecinan Bogor ini kemudian ditetapkan sebagai
Kawasan Suryakancana yang menjadi bagian dari Kawasan Heritage Kota Bogor.

1745-1845 1845-1904 1904-1942

1942-1964 1964-1977 1977-1985


Legenda:
Arab Pusat Pemerintahan Pertumbuhan Baru

Tionghoa Densifikasi

Gambar 2. 3 Peta Perkembangan Kawasan Suryakancana

1875 1904

1920 1971
Gambar 2. 4 Kawasan Suryakancana Tempo Dulu

12 2-12
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

2.2.3.2 Kondisi Penduduk


Sebagian besar kawasan penataan terdapat di kelurahan Gudang dan Babakan
Pasar. Berdasarkan hasil survey ke lapangan, penduduk yang termasuk ke dalam kawasan
penataan yaitu Kelurahan Babakan Pasar antara lain RW 02, 03, 06, dan 07 serta
penduduk Kelurahan Gudang antara lain RW I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII..
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut ini.
Tabel 2. 6 Jumlah Penduduk Kawasan Penataan Suryakancana Kelurahan Babakan
Pasar Bulan Januari Tahun 2017

JUMLAH PENDUDUK (JIWA)


NO RW KEPALA KELUARGA
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 02 317 336 653 175
2 03 471 464 935 241
3 06 185 195 380 128
4 07 154 170 324 102
TOTAL 1127 1165 2292 646
Sumber: Laporan Statis Kependudukan Kelurahan Babakan Pasar Bulan Januari 2017

Tabel 2. 7 Jumlah Penduduk Kawasan Penataan Suryakancana Kelurahan Gudang


Bulan Februari Tahun 2017

JUMLAH PENDUDUK (JIWA)


NO RW KEPALA KELUARGA
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 I 369 375 744 196
2 II 307 318 625 186
3 III 370 349 719 192
4 IV 355 300 655 188
5 V 225 197 422 150
6 VI 352 339 691 190
7 VII 186 213 399 141
8 VIII 231 209 440 175
9 IX 262 239 501 178
10 X 123 124 247 122
11 XI 463 388 851 196
12 XII 457 450 907 206
3700 3501 7201 2120
Sumber: Laporan Statis Kependudukan Kelurahan Gudang Bulan Januari 2017

2.2.3.3 Kondisi Sosial Budaya


Penduduk di Kecamatan Bogor Tengah umumnya didominasi oleh etnis pribumi
yaitu Sunda Priangan. Sedangkan etnis Tionghoa menduduki peringkat ketiga setelah
etnis Jawa. Keberadaan mayoritas etnis Tionghoa tesebar dan bermukim di kelurahan
Gudang dan Babakan Pasar. Mayoritas dari masyarakat tionghoa menjadi masyarakat
pada kawasan Suryakancana dengan mata pencaharian sebagai pedagang. Untuk lebih

13 2-13
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa/etnis di Kecamatan Bogor


Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut ini.

Tabel 2. 8 Jumlah Penduduk Kecamatan Bogor Tengah

JUMLAH PENDUDUK
SUKU LUAS
(JIWA)
BANGSA/ETNIS
Laki-laki Perempuan (Ha) (%)
Sunda Priangan 30.742 31.187 61.929 68,2
Jawa 4.438 4.046 8.484 9,3
Banten 29 32 61 0,1
Betawi 831 715 1.546 1,7
Cirebon 24 22 46 0,1
Batak Tapanuli 844 691 1.535 1,7
Tionghoa 3.961 3.823 7.784 8,6
Minangkabau 1.298 1.127 2.425 2,7
Lainnya 3.560 3.486 7.046 7,8
TOTAL 45.727 45.129 90.856 100
Sumber: RTBL Kawasan Suryakancana dan Empang

Kawasan Pecinan Suryakancana merupakan kawasan yang strategis karena


berada dekat dengan salah satu objek wisata dan pusat penelitian Kota Bogor yaitu Kebun
Raya Bogor. Letaknya yang strategis dan tegak lurus dengan Kebun Raya Bogor membuat
aksesibilitas menuju kawasan ini relatif mudah. Pada pintu masuk kawasan Pecinan
Suryakancana terjadi penumpukan volume kendaraan yang cukup tinggi. Keberadaan PKL
dan papan reklame yang menutupi Vihara Dhanagun menjadikan kawasan ini cukup
kehilangan identitas dan karakter pecinan di bagian terdepan kawasan.

Koridor jalan Suryakancana dikenal sebagai pusat perniagaan baik eceran


maupun grosir serta pusat kuliner khas. Bangunan pada koridor ini umumnya merupakan
rumah toko dengan gaya arsitektur bangunan pecinan. Sepanjang koridor ini tersebar PKL
yang berjualan di area jalur pedestrian. Mayoritas dari mereka menjual barang antik,
bunga, buah, dan kuliner. Selain rumah dan toko, kawasan ini juga terdapat fungsi
bangunan dengan kegiatan lain seperti fasilitas peribadatan (gereja, masjid dan vihara),
fasilitas pendidikan yang meliputi pendidikan anak jenjang usia dini hingga perguruan
tinggi. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan terdapat puskesmas dan klinik Belong.

Fasilitas perdagangan dan jasa pada kawasan Pecinan Suryakancana tidak hanya
dalam bentuk rumah toko (ruko) namun juga dalam bentuk pasar dan plaza. Pasar dan
Plaza terbesar di kawasan ini terletak bersebelahan dengan Vihara Dhanagun atau yang
disebut dengan Plaza Bogor dan Pasar Baru Bogor. Di kawasan ini juga terdapat pasar

14 2-14
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

tumpah yang terdapat setiap hari di ruas-ruas jalan lingkungan seperti jalan Pedati, jalan
Lawang Seketeng dan jalan Klenteng. Setelah pukul 21.00 hingga pukul 06.00 pagi terjadi
aktivitas pasar malam yang tersebar di beberapa titik kawasan. Awalnya pasar tumpah
hanya terjadi di sepanjang jalan Suryakancana , namun kegiatan tersebut berpindah lokasi
ke jalan-jalan lingkungan.

2.2.3.4 Kondisi Infrastruktur


A. Koridor Jalan Simpang Tugu Kujang Jalan Simpang Suryakancana (Jalan Otto
Iskandardinata)
1. Kondisi jalan dan pedestrian way
Jalan yang menghubungkan Kawasan Suryakancana dengan Tugu Kujang tepat di
depan Mall Botani Square adalah Jalan Otista. Jalan Otista merupakan jalan nasional yang
juga mengarah ke Pintu Utama Kebun Raya Bogor yang kini sudah menjadi satu arah
akibat SSA atau Sistem Satu Arah semenjak dipimpin oleh Walikota Bima Arya.

Kondisi jalan kini sudah tergolong bagus karena sebelumnya saat masih dua arah
jalan ini mengalami kerusakan yang cukup membuat pengendara tidak nyaman. Muka
depan jalan melewati dua kelurahan dan batas antara dua kelurahan tersebut diperjelas
dengan adanya Sungai Ciliwung yang membagi. Kelurahan tersebut adalah Kelurahan
Baranangsiang dan Kelurahan Babakan Pasar. Kelurahan Baranangsiang tepatnya RW 01,
RW 12 dan RW 02. Kemudian untuk Kelurahan Babakan Pasar yang dilalui adalah RT
04/RW 03, RT 01/RW 03, RT 02/RW 07 dan RT 03/RW 06.

Kondisi pedestrian way terlihat sudah rapi saat ini khususnya yang berada di
sebelah kanan tepat mengelilingi Pagar Kebun Raya Bogor. Saat sudah direnovasi,
pedestrian kini menjadi lebih lebar dan memiliki area untuk sepeda dan sudah memiliki
tempat sampah. Papingnya pun sudah rapi sehingga mampu dilewati pejalan kaki dan
Satpol PP yang sedang berpatroli di sekeliling Kebun Raya Bogor.

Sementara kondisi pedestrian way di sebelah kiri masih harus diremajai dan ditata
kembali, khususnya ada beberapa tempat sampah yang sudah rusak khususnya dari Tugu
Kujang dekat SDN Bangka 3 Bogor sampai menuju ruko-ruko tempat fotokopi dan mulai
dari Jembatan Otista sampai pada ruko-ruko yang catnya berwarna-warni pun harus
diremajai lagi.

15 2-15
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

2. Kondisi drainase, Infrastruktur listrik dan TPS


Kondisi utilitas persampahan ada yang tidak teratur bahkan belum tersedia dan
infrasturktur listrik seperti tiang listrik yang berdiri ada beberapa titik yang kabelnya
semrawut dan cukup mengganggu ruko di depannya bahkan menganggu pejalan kaki.
Serta untuk beberapa pohon yang memiliki tipikal ranting rambat terkadang tidak
dirapikan sehingga menggantung dan melilit di kabel listrik untuk kondisi pedestrian di
sebelah kanan (Pagar Kebun Raya Bogor).

Posisi jalan adalah yang dlingkari tanda yang berwarna hitam. Untuk ukuran detail
panjang jalan adalah sebagai berikut :

NO KODE PANJANG LEBAR


1 OS 1 67,39 m 8.5 m
2 OS 2 255,01 m 8.5 m
3 OS 3 250 m 8.5 m
Sumber: Hasil survey lapangan, Tahun 2017

16 2-16
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

Kode jalan ditandai dengan OS yang artinya Otto Iskandar/Otista serta lebar untuk jalan
tersebut adalah 8,5 m dan tergolong sebagai jalan provinsi. Dalam penilaian secara
kriteria dan kondisi jalan, foto kondisi jalan yang tergambar diberikan garis berwarna hijau
yang artinya kondisi baik dan yang berwarna kuning artinya harus diremajai. Berikut
adalah foto kondisi jalan beserta utilitas dan lainnya.

17 2-17
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

Kondisi ketidaktersediaannya TPS


sehingga setiap harinya gerobak
sampah dibiarkan sampai penuh
supaya masyarakat yang tinggal di
sisi Jalan Otista bisa membuang
sampah di sana. Ketika penuh maka
gerobak diambil dan dibawa ke
belakang Pasar dimana di sana
terdapat Insenerator.

Kondisi drainase yang tertanam


pada aspal seperti biopori, kondisi
drainase aliran air hujan, kondisi
pedestrian way di pinggir ruko-ruko,
kondisi jalan beserta trek untuk
sepeda dan gang kampong belakang
Jembatan Otista.

B. Koridor Jalan Pasar Raya Bogor


1. Kondisi jalan dan pedestrian way
Situasi yang ditemui saat melewati kawasan Pasar Raya Bogor sangat ruwet. Hal
ini memang kondisinya sudah berada di lingkungan pasar dan memang pasar merupakan
tempat dimana terdapat hilir mudik pembeli, penjual dan kurir. Kegiatan bongkar muat
barang juga terjadi di sana. Namun tidak ditemui pedestrian way. Pedestrian way yang

18 2-18
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

ada sudah menjadi teras ruko/warung di sekitar jalan dan sisi jalan lainnya digunakan
untuk tempat parkir motor. Jalan yang dilalui pun sempit karena memang didesain hanya
untuk pelayanan lingkup kawasan pasar sehingga tidak ada lalu-lalang kendaraan lain
yang kepentingannya hanya untuk tujuan kegiatan di pasar.

2. Kondisi drainase, infrastruktur listrik dan TPS


Drainase yang berada di ruas jalan ini kecil dan memang berfungsi untuk
mengalirkan air ketika turun hujan. DIdapatkan laporan dari warga ketika saat itu belum
ada drainase saat hujan air pun masuk ke toko/warung mereka karena cipratan air hujan
yang kemudian tampias. Kondisi TPS tidak perlu diragukan lagi karena mereka cukup
mengumpulkan ke kantong dan membuang ketika gerobak lewat dan dibuang di TPS
belakang pasar yang terdapat insenerator. Namun pentingnya untuk dibuatkan tps adalah
untuk menghindari over capacity dan menjaga lingkungan jalan tetap bersih. Kondisi
tiang-tiang listrik dirasa tidak ada masalah namun memang masih dibutuhkan tindakan
merapikan supaya tidak malang melintang.

PB 1
PB 2
PB 3

19 2-19
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

Kawasan pasar berada di dalam lingkaran yang berwarna hitam, berikut penjelasan
panjang dan lebar jalan yang diberikan kode PB yang artinya Pasar Bogor:

NO KODE PANJANG LEBAR


1 PB 1 142 m 4,6 m
2 PB 2 97,5 m 6,5 m
3 PB 3 89,4 m 4m
Sumber: Hasil survey lapangan, Tahun 2017

Terlihat kondisi drainase kecil, tidak terdapat pedestrian way dan foto diambil
saat keadaan bongkar muat tidak sedang dilakukan dan kegiatan pasar sedang sepi.
Namun terlihat bahwa motor menggunakan badan jalan untuk parkir da nada juga yang

20 2-20
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

parkir di depan toko/warung yang sedang tutup yang sebenarnya itu adalah pedestrian
way.
Berikutnya adalah Jalan Bata yang bermuara ke Jalan Suryakancana dari dalam
Pasar Raya Bogor. Kode jalan diberikan B yang berarti Bata. Berikut dalah ukuran panjang
dan lebar jalan.

NO KODE PANJANG LEBAR


1 B1 82,5 m 8,07 m

B1

Jalan Bata berada pada area yang diberi lingkaran hitam. Ruas jalan ini cukup lebar
dikarenakan kendaraan yang selesai bongkar muat dari dalam pasar pasti keluar menuju
Jalan Suryakancana melalui jalan ini. Namun pada jalan ini juga tidak terdapat pedestrian
way untuk sisi jalan sebelah kanan. Namun yang sebelah kiri termakan oleh lapak
pedagang dan masih ditemukan parkir motor yang bebas bagi pengunjung pasar. Tidak

21 2-21
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

terdapat TPS dan drainase berada di bawah trotoar di sebelah kiri pada sisi jalan yang
termakan oleh lapak.

C. Koridor Jalan Suryakancana


1. Kondisi jalan dan pedestrian way
Pada koridor jalan ini tidak terdapat hal-hal yang menjadi permasalahan besar
namun hanya sebatas peremajaan dan penataan saja. Koridor Jalan Suryakancana
dipenuhi oleh deretan ruko mulai dari kantor pelayanan dan jasa, hotel, swalayan, toko
emas, rumah makan, toko obat, toko sepeda dll. Pentingnya untuk memperhatikan
penataan fasad-fasad merupakan hal penting untuk mempercantik dan membuat suasana
jalan tersebut terlihat lebih rapi. Kondisi jalan seperti jalan pada umumnya namun pada
koridor jalan ini kecepatan pengendara tidak bisa melebihi 20 Km/jam sebab banyaknya
angkot yang menaikan dan menurunkan penumpang serta mobil yang mencari parkir
untuk mereka yang berkepentingan hendak berbelanja atau menuju ruko-ruko di sisi jalan
serta yang keluar masuk dari Gang Aut, Jalan Roda, Jalan Rangga Gading, Jalan Gang Jukut.
Jalan Suryakancana sendiri merupakan batas antara Kelurahan Gudang dan Babakan

22 2-22
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

Pasar. Pada Kelurahan Babakan Pasar, delineasi kawasan yang dilalui adalah RT 03/Rw 06,
RT 01/RW 07, RT 03/RW 06, RT 04/RW 06, RT 01/RW 02 sementara untuk Kelurahan
Gudang adalah RT 01/RW 01, RT 05/RW 06, RT 01/RW 08, RT 01/RW 09, RT 01/RW 02,
Untuk daerah yang diberi garis merah artinya tidak terdapat pedestrian way, yang
berwarna kuning artinya sudah cukup rusak, dan yang hijau masih dalam kondisi bagus.

2. Kondisi drainase, infrastruktur listrik dan TPS


Pada koridor ini jarang dijumpai terdapat TPS. Namun untuk kondisi drainase
berada di bawah pedestrian way dan perlunya infrastruktur listrik untuk ditata karena
malang-melintangnya dan terlihat tidak teratur.

SK 1

SK 2

SK 3

23 2-23
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

Area yang dilingkari merupakan Koridor Jalan Suryakancana mulai dari pertigaan Jl. Otto
Iskandar, Jl. Ir. H. Juanda dan Jalan Suryakancana sampai ke pertigaan Gang Aut dan Jalan
Roda. Berikut adalah ukuran panjang dan lebar jalan:

NO KODE PANJANG LEBAR


1 SK1 348, 14 m 7m
2 SK2 233,66 m 7m
3 SK3 414,92 m 7m
Sumber: Hasil survey lapangan, Tahun 2017

Jalan Suryakancana diberi kode SK. SK1 mulai dari persimpangan Jl. Ir. H. Juanda dan Otto
Iskandar hingga ke pertigaan Jl. Rangga Gading. SK2 mulai dari Jl. Rangga Gading sampai
jal;an kecil menuju PD Pasar

24 2-24
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

D. Koridor Jalan Roda (Sampai simpang Jalan Bata)


1. Kondisi jalan dan pedestrian way
Pada koridor jalan ini banyak pedestrian way yang sudah usang terlebih banyaj
yang perkerasannya sudah hancur dan perlu diremajai. Jalan ini menghubungkan Pasar
Bogor dengan Persimpangan Suryakancana tepatnya yang menuju Gang Aut. Jalan ini
memiliki intensitas lalu-lintas kendaraan yang tergolong rendah. Kebanyakan jalan ini
ramai ketika sore ketika para pedagang makanan mulai muncul seperti sate dan soto
kuning. Ruas-ruas jalan hanya dipenuhi oleh mobil-mobil yang parkir dan tidak seintens di
Jalan Suryakancana. Jalan ini melalui Kelurahan Babakan Pasar seperti RT 01/RW 06, RT
02/RW 06, RT 05/RW 02, RT 05/ RW 02, RT 03/RW 02, RT 02/RW 02 dan RT 04/ RW 02.

2. Kondisi drainase, infrastruktur listrik dan TPS.


Drainase terlihat berfungsi karena ditumbuhi tanaman artinya pada saat air
mengalir terdapat unsur biotik yang hidup dan tumbuh. TPS memang ada namun satu
hanya berupa bak container dan TPS yang kondisinya sudah tidak layak.

25 2-25
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

Posisi jalan berada pada area yang dilingkari oleh warna hitam dengan panjang dan lebar
ruas jalan sebagai berikut :

NO KODE PANJANG LEBAR


1 R4 120,76 m 5m
2 R3 175,97 m 5m
3 R2 224,53 m 5m
4 R1 480,52 m 5m
Sumber: Hasil survey lapangan, Tahun 2017

26 2-26
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

E. Koridor Jalan Pedati


1. Kondisi jalan dan pedestrian way
Kondisi jalan pada area ini dipadati oleh lapak pedagang. Seluruh jalan tertutup
bahkan sampai pedestrian waynya. Memang keberadaan pasar ini sudah berada sejak
lama dan menjadi lingkungan para pedagang hingga persimpangan di Jalan Cincau menuju
ke Jl. Ir. H. Juanda. Jalan ini membagi antara RT 01/RW 01 dengan RT 05/RW 06 Kelurahan
Gudang. Tercatat 247 PKL yang memenuhi ruas jalan tersebut.
2. Kondisi drainase, infrastruktur listrik dan TPS
Tidak ditemukan TPS dan keberadaan tiang-tiang listrik tidak semrawut.

27 2-27
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

P1

Area jalan ditandai dengan lingkaran berwarna biru dan diberi kode P yang berarti
pedati dengan panjang dan lebar jalan sebagai berikut :

NO KODE PANJANG LEBAR


1 P1 194,6 m 5m

28 2-28
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

F. Koridor Jalan Lawang Seketeng


1. Kondisi jalan dan pedestrian way
Area ini merupakan area gudang dimana terdapat gudang penyimpanan minyak
goreng, ikan asin, beras, bahan-bahan mentah makanan (kering/setengah jadi). Pada jalan
tersebut tidak ditemui aktivitas perdagangan melainkan hanya hiruk pikuk bongkar muat
barang namun ketika berganti waktu di malam hari berubah menjadi pasar. Tercatat 324
PKL. Jalan ini membagi antara RT 05/RW 06 dan RT 01/RW 08 Kelurahan Gudang.

29 2-29
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

L1

2. Kondisi drainase, infrastruktur listrik dan TPS


Tidak ditemukan adanya TPS. Infrastruktur listrik tidak semrawut dan kondisi
drainase normal.

Area jalan berada di dalam lingkaran berwarna biru dengan kode L berarti
Lawangseketeng. Berikut adalah panjang dan lebar ruas jalan tersebut :

NO KODE PANJANG LEBAR


1 L1 200 m 6,09 m

30 2-30
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

G. Koridor Jalan Pasar Cumpok (Jalan Padasuka Jalan Cincau)


1. Kondisi jalan dan pedestrian way
Koridor jalan ini tergolong sepi di pertengahan namun ramai di pangkal Jalan
Cincau yang bermuara ke JL. Ir. H. Juanda dan pertigaan Jl. Gang Aut dan Jl. Padasuka
memasuki Pasar Cumpok. Pedestrian di koridor jalan ini cukup banyak yang harus
diremajai dan diperbaiki agar fungsinya kembali muncul. Jalan ini melewati banyak RT/RW
pada Kelurahan Gudang seperti RT 02/RW 04, RT 05/RW 03, RT 01/RW 12, RT 02/RW 02,
RT 01/RW 07, RT 03/RW 03, dst. Sementara PD Pasar Pakuan Jaya yang mengelola Pasar
Padasuka berada di RW 12.

31 2-31
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

2. Kondisi drainase, infrastruktur listrik dan TPS


Kondisi drainase perlu diremajakan ada beberapa titik drainase yang sudah using
namun fungsinya tetap berjalan normal dikarenakan terdapat tumbuhan sebagai
indikator drainase tersebut berfungsi atau tidak. Bila terdapat tumbuhan menandakan air
mengalir dan menyebabkan unsur biotik tersebar tumbuh dan berkembang. Sedangkan
infrastruktur listrik masih harus diperhatikan sebab banyak kabel yang melintang. Kondisi
TPS ditemukan 3 titik yaitu dekat Pasar Cumpok sisi kanan jalan, dekat PD Pasar Padasuka
dan dekat jembatan yang kondisinya sudah tidak layak

CP 1

CP 2

CP 3

Area yang ditandai berwarna biru merupakan koridor Jalan Cincau Padasuka diberi kode
CP yang berarti Cincau - Padasuka dengan keterangan panjang dan lebar jalan sebagai
berikut :
NO KODE PANJANG LEBAR
1 CP 1 354,01 m 8.5 m
2 CP 2 455,66 m 8.5 m
3 CP 3 264,02 m 8.5 m

32 2-32
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

33 2-33
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

H. Koridor Jalan Rangga Gading (Kampus STIE Koridor Jalan Empang)


1. Kondisi jalan dan pedestrian way
Kondisi jalan ini tergolong paling baik, selain bersih juga hamper mendekati
sempurna. Sebab jalan ini memang akses menuju STIE Kesatuan dengan pertigaan menuju
Lawangseketeng dan di belakang jalan bermuara ke Jl. Padasuka Cincau. Pda mulut jalan
terdapat banyak pedagang yang menjual makanan enak mulai dari kue ape, pancong,
bubur ayam, cendol, doger, mi ayam, soto kuning dll. Tidak heran bila area ini sering
didatangi pengunjung dari Bogor dan dari luar Bogor. Pedestrian way terpakai sebagai
area berjualan PKL tersebut, selain memang menjadi tidak berfungsi namun pentingnya
menata dan memperhatikan spot PKL agar tetap kesohor jajanan yang ada di Jl. Rangga
Gading.

2. Kondisi drainase, infrastruktur listrik dan TPS


Pada kategori drainase dirasa sudah cukup memadai, drainase yang berada di
bawah pedestrian way dan drainase yang terpasang sudah rapi khususnya yang menuju
Jalan Padasuka namun TPS tidak ada. Jaringan infrastruktur listrik semrawut dan perlu
ditata kembali. Apalagi di mulut jalan yang terdapat plan STIE Kesatuan.

R1

34 2-34
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

I. Koridor Jalan Empang


1. Kondisi jalan dan pedestrian way
Area Empang merupakan area terpadat, padat permukimannya padat pula lalu-
lintasnya. Jalan ini merupakan jalan yang masuk ke dalam Kawasan Revitalisasi
Suryakancana dan sekitarnya. Di jalan ini bias dijumpai kegiatan komersil yang juga
meraup ruas pedestrian way seperti penjual ikan dan burung. Pedestrian way yang ada
pun harus diremajai dan diperbaiki agar kembali kepada fungsinya.

2. Kondisi drainase, infrastruktur listrik dan TPS.


TPS untuk penyediaan kebutuhan pejalan kaki tidak ada. Drainase tergolong
cukup baik namun infrastruktur listrik perlu ditata ulang. Seperti layaknya downton
memang infrastruktur listrik menjadi permasalahan selain letaknya yang sering
mengalami dilemma juga menimbulkan pemandangan yang tidak sedap dipandang.

35 2-35
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

E1

Pada area yang diberi tanda merupakan koridor Jl. Empang BTM yang diberi kode E
yang berarti Empang dengan keterangan panjang dan ruas jalan sebagai berikut:

NO KODE PANJANG LEBAR


1 E1 508 m 8,5 m

36 2-36
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

2.2.4 Potensi dan Masalah


A. Potensi Pengembangan Kawasan Suryakancana
Kawasan Suryakancana memiliki potensi untuk dikembangkan dalam
memperbaiki citra wajah Kota Bogor yaitu sebagai berikut:
1. Etalase Wajah Kota
a. Posisi Kawasan Suryakancana dan Jl. Otista merupakan pintu masuk Kota
Bogor
b. Lokasi terintegasi dengan Kebun Raya dan Istana Bogor
2. Kawasan Heritage
a. Kawasan Suryakancana merupakan salah satu kawasan heritage Kota Bogor
yang memiliki identitas dan karakter sebagai Kawasan Pecinan atau Kampung
Tionghoa

37 2-37
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

b. Sebaran dan peninggalan bangunan tua khas arsitektur tionghoa masih


berdiri dan memepertahankan bentuk aslinya, salah satunya adalah
Kelenteng Dhanagun.
3. Kawasan Perdagangan
a. Sejak sebelum masa Kemerdekaan, kawasan ini merupakan pusat aktivitas
perdagangan utama Kota Bogor
b. Aktivitas perdagangan yang khas seperti kuliner dan grosir keperluan rumah
tangga

4. Kawasan Wisata
a. Lokasi yang sangat strategis, karena Kawasan Suryakancana merupakan
kawasan yang berada di pusat Kota Bogor dan saling terkoneksi dengan lokasi
destinasi pariwisata lainnya yaitu Kebun Raya Bogor, Mesjid Tua Empang
(Kampung Arab), Museum Zoologi dan lain-lain.
b. Kawasan Wisata Potensi jajanan kuliner khas Pecinan Suryakancana dan khas
Kota Bogor yang perlu dikembangkan.

B. Kendala Pengembangan Kawasan Suryakancana


Kawasan Suryakancana telah mengalami perkembangan mulai dari penggunaan
lahan, kegiatan perekonomian, hingga sosial budaya. Hal ini tentunya memberikan
permasalahan. Adapun permasalahan yang terdapat di Kawasan Suryakancana antara
lain sebagai berikut:

1. Berkurangnya jumlah bangunan tua khas tionghoa


a. Akibat dari perubahan fungsi bangunan dan tingginya biaya untuk
memelihara dan mempertahankan bangunan tua tersebut tanpa adanya
insentif yang diberikan oleh Pemerintah Kota dalam menjaga aset budaya
dan sejarah Kota Bogor.
b. Tidak adanya kebijakan dan insentif yang diberikan kepada pemilik bangunan
tua untuk mempertahankan dan melestarikan aset sejarah yang dimiliki oleh
Kota Bogor.
2. Kondisi kebersihan dan lingkungan
a. Lingkungan yang sangat kotor dan tidak tertata
b. Sistem drainase dan sanitasi yang buruk
c. Sistem pembuangan sampah yang tidak teratur

38 2-38
PENYUSUNAN PRA DESAIN PENATAAN KAWASAN SURYAKANCANA

d. PKL memproduksi sampah yang sangat tinggi di setiap harinya.

3. Pedagang Kaki Lima


a. Mengokupansi jalan dan jalur pedestrian siang dan malam
b. Lemahnya penegakan pengaturan terhadap Pedagang Kaki Lima (PKL)

4. Kemacetan
a. Drop of Pick up Penumpang oleh Angkutan Kota di Tengah Jalan
b. Tingginya penyeberang khususnya antara Jl. Pedati dan Jl. Roda I
c. Kendaraan yang menunggu kesempatan untuk parkir

5. Parkir
Fasilitas parkir yang tidak memadai baik untuk Kawasan Suryakancana dan Kebun
Raya Bogor
6. Jalan dan Jalur Pedestrian
a. Kondisi trotoar dan pedestrian yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya
untuk pejalan kaki (Kawasan Suryakancana dan Jl. Otista)
b. Kondisi jalan yang rusak dan berlubang (Kawasan Suryakancana)

7. Pasar Bogor dan Plaza Bogor


a. Penurunan kualitas sarana dan prasarana
b. Penurunan aktivitas perdagangan

2.2.5 Isu

39 2-39

Вам также может понравиться