Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
1. Sofia Nuraeni
2. Heli Febrina
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini berarti, bila
kita ingin mengetahui konflik, kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku
komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar
pada komunikasi yang buruk.
Menurut Myers, jika komunikasi adalah suatu proses transaksi, yang berupaya
mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan
makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik. Konflik pun tidak hanya diungkapkan
secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk raut muka,
gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan.
1.3. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik ternyata tidak selama menjadi hal yang bersifat negatif, namun konflik juga
bisa membawa nilai positif dalam hubungan antarpribadi. Itu semua tergantung bagaimana
seseorang dalam mengelola atau memanajemen konflik yang terjadi dengan baik. Konflik
tentunya sebuah hal yang wajar terjadi dalam proses interkasi manusia, di sini tentunya
yang paling penting bagaimana kita mengahadapainya. Apakah dengan tidakan yang dapat
memperbesar dan menjadikan konflik menjadi semakin besar, atau dengan menghadapi
konflik dan memanajemenkannya dengan baik sehingga memberikan jalan solusi terbaik.
Cara kita bertingkah laku dalam suatu konflik dengan orang lain, akan ditentukan oleh
seberapa penting tujuan-tujuan pribadi dan hubungan dengan pihak lain kita rasakan.
Berdasarkan dua pertimbangan di atas, dapat ditemukan lima gaya dalam mengelola
konflik antarpribadi (Johnson, 1981):
a. Gaya kura-kura. Konon, kura-kura lebih senang menarik diri bersembunyi di balik
tempurung untuk menghindari konflik. Mereka cenderung menghindar dari pokok-
pokok soal maupun dari orang-orang yang dapat menimbulkan konflik. Mereka
percaya bahwa setiap usaha memecahkan konflik hanya akan sia-sia. Lebih mudah
3
menarik diri, secara fisik maupun psikologis, dari konflik daripada menghadapinya.
Dalam pewayangan, sikap semacam ini kiranya kita temukan dalam figure Baladewa.
b. Gaya ikan hiu. Ikan hiu senang menaklukkan lawan dengan memaksanya menerima
solusi konflik yang ia sodorkan. Baginya, tercapainya tujuan pribadi adalah yang
utama, sedangkan hubungan dengan pihak lain tidak terlalu penting. Baginya, konflik
harus dipecahkan dengan cara satu pihak menang dan pihak lain kalah. Watak ikan hiu
adalah selalu mencari menang dengan cara menyerang, mengungguli dan mengancam
ikan-ikan lain. Dalam pewayangan, sikap ini kiranya dapat kita temukan dalam figure
Duryudana.
d. Gaya rubah. Rubah senang mencari kompromi. Baginya, baik tercapainya tujuan-
tujuan pribadi maupun hubungan baik dengan pihak lain sama-sama cukup penting. Ia
mau mengorbankan sedikit tujuan-tujuannya dan hubungannya dengan pihak lain demi
tercapainya kepentingan dan kebaikan bersama.
Kita perlu memahami strategi yang biasa kita gunakan dalam menghadapi dan
memecahkan konflik dalam hubungan kita dengan orang lain. Dengan memahami strategi
yang biasa kita pakai, kita berharap akhirnya dapat membiasakan diri menggunakan
strategi yang palinhg efektif ditinjau dari sudut tercapainya tujuan-tujuan pribadi kita
maupun terpeliharanya hubungan baik dengan orang lain.
Tiap orang memiliki tujuan pribadi yang ingin dicapai. Konflik bisa terjadi karena tujuan
dan kepentingan individu menghalangi tujuan dan kepentingan individu lain;
Dalam situasi sosial, yang di dalamnya terdapat keterikatan interaksi, individu harus hidup
bersama dengan orang lain dalam periode tertentu. Oleh karena itu diperlukan interaksi
yang efektif selama beberapa waktu. Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap
pengelolaan konflik, seperti dirangkum sebagai berikut.
Stenberg dan Soriano (dalam Farida, 1996) berpendapat bahwa gaya pengelolaan konflik
seorang individu dapat diprediksi dari karakteristik-karakteristik intelektual dan
kepribadiannya. Mereka menemukan bahwa subyek dengan skor intelektual yang rendah
cenderung menggunakan aksi fisik dalam mengatasi konflik. Sebaliknya subyek dengan
skor intelektual yang tinggi lebih cenderung untuk menggunakan gaya-gaya pengelolaan
konflik yang membuat konflik melunak.
d. Situasional.
Aspek situasi yang penting antara lain adalah perbedaan struktur kekuasaan, riwayat
hubungan, lingkungan sosial dan pihak ketiga. Apabila satu pihak memiliki kekuasaan
lebih besar terhadap situasi konflik, maka besar kemungkinan konflik akan diselesaikan
5
dengan cara dominasi oleh pihak yang lebih kuat posisinya. Riwayat hubungan menunjuk
pada pengalaman sebelumnya dengan pihak lain, sikap dan keyakinan terhadap pihak lain
tersebut. Termasuk dalam aspek lingkungan sosial adalah norma-norma sosial dalam
menghadapi konflik dan iklim sosial yang mendukung melunaknya konflik atau justru
mempertajam konflik. Sedangkan campur tangan pihak ketiga yang memiliki hubungan
buruk dengan salah satu pihak yang berselisih dapat menyebabkan membesarnya konflik.
Sebaliknya, hubungan baik pihak ketiga dengan pihak-pihak yang berselisih dapat
melunakkan konflik karena pihak ketiga dapat berperan sebagai mediator.
e. Interaksi
f. Isu Konflik.
Tipe isu tertentu kurang mendukung resolusi konflik yang konstruktif dibandingkan
dengan isu yang lain. Tipe isu seperti ini mengarahkan partisipan konflik untuk
memandang konflik sebagai permainan kalah-menang. Isu yang berhubungan dengan
kekuasaan, status, kemenangan, dan kekalahan, pemilikan akan sesuatu yang tidak tersedia
substitusinya, adalah termasuk tipetipe isu yang cenderung diselesaikan dengan hasil
menang-kalah. Tipe yang lain yang tidak berhubungan dengan hal-hal di atas dapat
dipandang sebagai suatu permainan yang memungkinkan setiap pihak yang terlibat untuk
menang. Pada umumnya, konflik kecil lebih mudah diselesaikan secara konstruktif
daripada konflik besar. Akan tetapi pada konflik yang destruktif, konflik yang sebenarnya
kecil cenderung untuk membesar dan meluas. Perluasan ini dapat terjadi bila konflik antara
dua individu yang berbeda dianggap sebagai konflik rasial. Selain itu bisa juga jika konflik
tentang masalah biasa dipandang sebagai konflik yang bersifat substantif atau dipandang
menyangkut harga diri dan kekuasaan.
6
Beorientasi pada dua individu atau kelompok yang sama-sama kalah. Biasanya individu
atau kelompok yang bertikai mengambil jalan tengah (berkompromi) atau membayar
sekelompok orang yang terlibat dalam konflik atau menggunakan jasa orang atau
kelompok ketiga sebagai penengah. Dalam strategi kalah-kalah, konflik bisa diselesaikan
dengan cara melibatkan pihak ketiga bila perundingan mengalami jalan buntu. Maka pihak
ketiga diundang untuk campur tangan oleh pihak-pihak yang berselisih atau barangkali
bertindak atas kemauannya sendiri. Ada dua tipe utama dalam campur tangan pihak ketiga
yaitu:
- Arbitrasi (Arbitration)
Arbitrasi merupakan prosedur di mana pihak ketiga mendengarkan kedua belah pihak yang
berselisih, pihak ketiga bertindak sebagai hakim dan penengah dalam menentukan
penyelesaian konflik melalui suatu perjanjian yang mengikat.
- Mediasi (Mediation)
Mediasi dipergunakan oleh Mediator untuk menyelesaikan konflik tidak seperti yang
diselesaikan oleh abriator, karena seorang mediator tidak mempunyai wewenang secara
langsung terhadap pihak-pihak yang bertikai dan rekomendasi yang diberikan tidak
mengikat.
- Penarikan diri, yaitu proses penyelesaian konflik antara dua atau lebih pihak yang kurang
puas sebagai akibat dari ketergantungan tugas (task independence).
- Bujukan, yaitu dengan membujuk pihak lain untuk mengubah posisinya untuk
mempertimbangkan informasi-informasi faktual yang relevan dengan konflik, karena
adanya rintangan komunikasi (communication barriers).
Ada 2 cara didalam strategi ini yang dapat dipergunakan sebagai alternatif pemecahan
konflik interpersonal yaitu:
Dalam penyelesaian melalui konsultasi proses, biasanya ditangani oleh konsultan proses,
dimana keduanya tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan konflik dengan
kekuasaan atau menghakimi salah satu atau kedua belah pihak yang terlibat konflik.
a. Perbedaan individu
Perbedaan kepribadian antar individu bisa menjadi faktor penyebab terjadinya konflik,
biasanya perbedaan individu yang menjadi sumber konflik adalah perbedaan pendirian dan
perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab
konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan
dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbedabeda. Ada yang merasa
terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian
kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi
pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di
sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat
perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu,
misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan
kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai,
sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan
memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotong royongan berganti menjadi nilai
kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan
kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal
perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang
pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang
tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika
terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan prosesproses sosial di
masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan
karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Strategi dalam Mengatasi Konflik yaitu : Gaya kura-kura; Gaya ikan hiu; Gaya kancil;
Gaya rubah; Gaya burung hantu.
3.2. SARAN
Diharapkan setelah para pembaca membaca makalah ini, pembaca dapat menerapkan
ilmu pengetahuan yang terdapat dalam makalah ini serta dapat mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dapat melakukan hubungan antar manusia dengan baik.
11
LAMPIRAN