Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji
hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keprilakuan dari
organisasi di mana manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui keberadaannya.

Serta merupakan suatu sistem dan prosedur untuk menghasilkan informasi keuangan yang
digunakan oleh para pemakainya dalam pengambilan keputusan. Pihak pemakai laporan
keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemakai internal (internal user) dan
pemakai eksternal (external user). Pemakaian oleh pihak internal dimaksudkan untuk
melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Pihak eksternal juga memiliki suatu rangkaian
perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi.

Keterampilan matematis sekarang ini telah berperan dalam menganalisis permasalahan


keuangan yang kompleks. Begitu pula dengan kemajuan tehnologi komputer akuntansi yang
memungkinkan informasi dapat tersedia dengan cepat. Tetapi, seberapa canggih pun prosedur
akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan
suatu tujuan akhir. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk untuk memilih
tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas
bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan keputusan tersebut melibatkan
berbagai aspek termasuk perilaku dari para pengambil keputusan. Dengan demikian
akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan
informasi akuntansi.

Kesempurnaan teknis tidak pernah mampu mencegah orang untuk mengetahui bahwa
tujuan jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari
segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada bagaimana perilaku orang-orang di
dalam organisasi. Berbagai pelanggaran tentang perilaku dari orang-orang yang berwenang
dalam mengelola dan menghasilkan informasi keuangan guna memudahkan dalam
pengambilan keputusan semakin marak terjadi sekarang ini. Pelanggaran ini diakibatkan
karena kurangnya kesadaran akan perilaku etis dalam organisasi. Dampak kerugiannya bukan

Makalah Akuntansi Keperilakuan| 1


hanya di dalam perusahaan saja (intern) tapi berdampak pula pada pihak ekstern dan
pemerintah serta masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini permasalahan yang akan dibahas, yakni :

1. Apa pengertian, konsep dan ruang lingkup akuntansi keperilakuan?


2. Siapa yang sangat berperan dalam akuntansi keperilakuan?
3. Mengapa perlu memahami pertimbangan dan pengambilan keputusan dalam
akuntansi?
4. Kenapa membutuhkan anatomi suatu keputusan?
5. Bagaimana penerapan Akuntansi Keperilakuan oleh PT KAI?

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian, konsep dan ruang lingkup dalam akuntansi keperilakuan.
2. Perlunya mempertimbangkan perilaku akuntan dalam suatu organisasi.
3. Memahami penyajian dalam pelaporan keuangan akan mempengaruhi perilaku
seorang akuntan.
4. Mengetahui pelanggaran-pelanggaran yang terjadi akibat dari perilaku yang
kurang etis dibidang akuntansi agar menjadi pelajaran bagi generasi penerus
kedepannya untuk tidak melakukan hal yang sama.

Makalah Akuntansi Keperilakuan| 2


BAB II

TEORI PENDUKUNG

2.1 Pengertian dan konsep Akuntansi Keperilakuan

Akuntansi Keperilakuan (Behavioral Accounting) merupakan bagian dari disiplin


akuntansi yang mempelajari tentang hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi,
serta dimensi sosial dari organisasi dimana manusia dan sistem akuntansi tersebut berada.
Jadi, terdapat tiga pilar utama Akuntansi Keperilakuan yaitu: perilaku manusia, akuntansi,
dan organisasi. Untuk itulah maka sering dikatakan pula bahwa Akuntansi Keperilakuan
merupakan bidang studi yang mempelajari aspek manusia dari akuntansi (human factors of
accounting). Dalam perkembangan selanjutnya bahkan diperluas lagi bagaimana akuntasi dan
masyarakat saling mempengaruhi, sehingga aspek sosial dari Akuntansi (social aspect of
accounting) juga sering dimasukkan sebagai bagian dari Akuntansi Keperilakuan.

Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi keperilakuan dalam


lima aliran (school) , yaitu :

1. Pengendalian manajemen (management control)


2. Pemrosesan informasi akuntansi (accounting information processing)
3. Desain sistem informasi (information system design)
4. Riset audit (audit research)
5. Sosiologi organisasional (organizational sociology)

Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena


akuntansi secara simultan dihadapkan dengan ilmu-ilmu social secara menyeluruh. Akuntansi
keperilakuan menggunakan metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi
gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi
keputusan bisnis dan hasil mereka. Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka
yang disusun berdasarkan teknik berikut ini :

1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan
kinerja perusahaan
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap
perencanaan strategis
3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan
implementasi kebijakan perusahaan

Ruang Lingkup

Makalah Akuntansi Keperilakuan| 3


Ruang lingkup dalam akuntansi keperilakuan, antara lain :

Reaksi manusia terhadap format dan isi dari pelaporan keuangan.


Bagaimana informasi diproses untuk keperluan pengambilan keputusan

Pengembangan teknik-teknik pelaporan untuk mengkomunikasikan data kepada


penggunanya.

Pengembangan strategi untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku, inspirasi, dan


tujuan orang-orang yang menjalankan organisasi.

Dan hal-hal lain yang mengaitkan akuntansi, manusia, organisasi, dan masyarakat.

Hal-hal yang dipelajari dalam Akuntansi Keperilakuan tersebut apabila diringkas, pada
dasarnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

Pengaruh perilaku manusia didalam perancangan, penyusunan dan penggunaan sistem


akuntansi
Pengaruh sistem akuntansi pada perilaku manusia

Metoda-metoda untuk memprediksi dan strategi-strategi untuk mengubah perilaku


manusia.

Secara lebih terperinci ruang lingkup akuntansi keperilakuan meliputi:

Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap konstruksi, bangunan, dan


penggunaan sistem informasi yang diterapkan dalam perusahaan dan organisasi, yang
berarti bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat
pengendalian akuntansi dan desain organisasi; apakah desain sistem pengendalian
akuntansi bisa diterapkan secara universal atau tidak.
Mempelajari pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap perilaku manusia, yang
berarti bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi kinerja, motivasi, produktivitas,
pengambilan keputusan, kepuasan kerja dan kerja sama.

Metode untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dan strategi untuk
mengubahnya, yang berarti bagaimana sistem akuntansi dapat dipergunakan untuk
mempengaruhi perilaku, dan bagaimana mengatasi resistensi itu. Disini muncul istilah
freezing (membekukan) dan unfreezing (mencairkan). Contohnya perubahan sistem.

Makalah Akuntansi Keperilakuan| 4


Perubahan sistem bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi perlu upaya untuk sampai
pada aplikasi sistem itu sendiri karena bisa jadi ada resistensi di situ.

2.2 Pertimbangan dan Pengambilan Keputusan

Akuntansi sesungguhnya berbicara soal pertimbangan dan pengambilan keputusan


dari individu seperti investor, manajer, dan auditor. Contoh investor mempertimbangkan
untuk membeli saham, manajer mempertimbangkan metode akuntansi untuk transaksi
tertentu. Jadi pertimbangan dan pengambilan keputusan menjadi isu yang terpenting
bagi praktisi dan peneliti akuntansi.
Semua orang pasti membuat keputusan baik bersifat kursial atau tidak. Kursial adalah
keputusan yang mempunyai implikasi luas dan mempunyai spektrum dengan determinasi
tinggi., sedangkan tidak kursial adalah pengambilan keputusan yang tidak berakibat fatal
atau besar.
Hampir semua berpendapat bahwa yang berkaitan dengan langkah-langkah
pemecahan masalah pasti dimulai dengan pengenalan identifikasi masalah, pencarian
sejumlah alternatif solusi dan pemilihan solusi terbaik. Pengambilan keputusan
berdasarkan pandangan rasionalitas didasarkan atas asumsi-asumsi tertentu.

2.3 Anatomi Suatu Keputusan


Pertimbangan berkaitan dengan aspek pengetahuan pada proses pengambilan keputusan.
Untuk memulainya, pertimbangan situasi keputusan sebagai berikut:
1. Seorang lulusan salah satu perguruan tinggi terbaik, ketika mencari suatu
pekerjaan,memilih pekerjaan apa yang akan dilakukan.
2. Seorang pemilik perusahaan modal ventura yang sedang menghadapi pertimbangan
sejumlah proposal dengan pembiayaan yang rendah memikirkan proyek mana yang
akan dibiayai.
3. Seorang wakil presiden dan organisasi pedagang eceran yang akan menentukan lokasi
baru untuk perusahaannya, menimbang-nimbang apa yang dilakukan dalam memilih
tempat yang memungkinkan berkembang.
4. Seorang staf perusahaan akuisisi besar yang tertarik mengakuisisi perusahaan kecil
pada perusahaan minyak, menguji rekomendasi perusahaan mana yang akan
diakuisisi.

Setiap situasi memiliki masalah. Masing-masing masalah mempunyai sejumlah


alternative peluang penyelesaiannya. Seperti yang dijelaskan di depan, dengan memahami

Makalah Akuntansi Keperilakuan| 5


scenario ini, maka ada enam langkah yang secara implicit atau eksplisit diterapkan ada
proses pengambilan keputusan secara rasional untuk tiap-tiap situasi, yakni sebagai
berikut:

Menentukan Permasalahan (define the problem)

Manajer sering bertindak tanpa memahami permasalahan yang akan diselesaikan.


Bilamana hal ini terjadi, manajer akan berpotensi menyelesaikan permasalahan yang
salah. Dalam mendefinisikan masalah, maka langkah-langkah yang Harus dilakukan:

Menentukan permasalahan dalam kaitan dengan tujuan penyelesaiannya.


Mendiagnosis permasalahan dalam kaitan memahami gejala-gejalanya.
Mengidentifikasi kriterianya (identify the criteria)
Pembuatan keputusan yang rasional akan mampu mengidentifikasi semua
criteria yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan.
Mengatur Kinerja (weight the criteria)
Pembuatan keputusan yang rasional akan mengetahui nilai relasi yang diambil
dari setiap criteria yang diidentifikasi (seperti ekonomisnya, kemahalannya, ataupun
kenyamanannya.
Menciptakan Alternatif (generate alternative)
Kesalahan menghitung waktu penelitian sering menghasilkan alteernatif yang
tidak pasti. Suatu keberlanjutan penelitian yang optimal hanya sampai
mempertimbangkan nilai biaya penelitian dari tambahan informasi.
Mengukur nilai alternative dari setiap criteria (rate each alternative each
criterion)
Pembuatan keputusan yang rasional akan mampu menilai hati-hati akibat
potensial pemilihan terhadap tiap-tiap solusi alternative pada masing-masing criteria
yang diidentifikasi.
Menghitung keputusan yang terbaik atau optimal (compute the optimal
decision).
Idealnya setelah kelima langkah di atas dilakukan, proses pengambilan
keputusan terbaik terdiri dari berbagai harapan yang efektif dari berbagai pilihan
waktu, kelebihan dan pertimbangan dari setiap criteria, serta solusi alternatife.

2.4 BOUNDED RATIONALITY


Model rasional didasarkan pada sekumpulan asumsi yang menguraikan bagaimana
keputusan seharusnya diambil dibandingkan dengan menguraikan bagaimana suatu
keputusan dibuat. Pengetahuan pembuat keputusan sering kurang informasi penting
terkait dengan definisi dari permsalahan, kriteria yang relevan, dan lain sebagainya. Lebih
Makalah Akuntansi Keperilakuan| 6
lanjut pembuat keputusan bertahan hanya pada informasi yang terbatas. Akhirnya,
keterbatasan kemampuan berpikir dan persepsi akan menghambat kemampuan pengambil
keputusan untuk secara tepat (akurat) memilih pilihan terbaik atas informasi yang
tersedia. Pembatasan-pembatasan ini membantu pembuat keputusan yang memenuhi
model rasional.
Ruang lingkup pembuatan keputusan pada dasarnya dapat dibedakan atas dua bagian,
yakni kajian tentang model yang menentukan dan kajian tentang model-model penjelasan.
Kajian keputusan preskriptif berkaitan dengan penjelasan metode yang dipergunakan
untuk membuat keputusan yang optimal. Sebagai contoh, mereka mungkin menyarankan
model matematik diterapkan untuk membantu pembuat keputusan bertindak lebih
rasional. Peneliti keputusan deskriptif menekankan pada batas-batas dimana keputusan
secara nyata dibuat.
Pendekatan deskriptif digunakan ketika pendekatan preskriptif berkaitan dengan
penjelasan metode yang digunakan untuk pembuatan keputusan optimal. Banyak
keputusan penting dibuat melalui pertimbangan dibandingkan dengan melalui model
preskriptif tertentu. Hal ini menjadi bukti atau perilaku pemimpin.
Dalam kaitan ini, Kahneman dan Tversky (1974) menyarankan bahwa orang-orang
membutuhkan sejumlah strategi yang dikenal dengan konsep heuristik. Hal itu merupakan
ketentuan standart yang implisit ada pada pertimbangan. Konsep itu memberikan
mekanisme untuk memperbanyak dengan memperhatikan keputusan sekitarnya. Pada
umumnya heuristik dapat membantu, tetapi penggunaannya kadang-kadang memiliki
kelemahan/kesalahan. Identifikasi dan ilustrasi dari heuristik ini adalah penyimpangannya
menjadi salah satu tema sentral buku ini.

Makalah Akuntansi Keperilakuan| 7


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kasus
Manipulasi laporan keuangan PT KAI
Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005,
perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp 6,9 Miliar. Padahal apabila
diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp 63
Miliar. Komisaris PT. KAI, Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur Informasi dan
Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan mengatakan,
laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Audit terhadap
laporan keuangan PT. KAI untuk tahun 2003 dan tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh
Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), untuk tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan publik.
Hasil audit tersebut kemudian diserahkan direksi PT. KAI untuk disetujui sebelum
disampaikan dalam rapat umum pemegang saham, dan komisaris PT. KAI yaitu Hekinus
Manao menolak menyetujui laporan keuangan PT. KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh
akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan
dari laporan keuangan PT. KAI tahun 2005.
Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan
itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Kewajiban PT. KAI untuk
membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2
Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalam
laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya
menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan Standart Akuntansi, pajak pihak ketiga
yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset. Di PT. KAI ada kekeliruan
direksi dalam mencatat penerimaan perusahaan selama tahun 2005.
Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp 24 Miliar yang
diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai
kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo
penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp 6 Miliar, yang
seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.
Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai
komulatif sebesar Rp 674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp 70 Miliar oleh
manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari
Makalah Akuntansi Keperilakuan| 8
hutang. Akan tetapi menurut Hekinus bantuan pemerintah dan penyertaan modal harus
disajikan sebagai bagian dari modal perseroan.
Manajemen PT. KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan
tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada
saat jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.
Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara komisaris dan auditor akuntan
publik terjadi karena PT. KAI tidak memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Ketiadaan tata
kelola yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT. KAI baru bisa dibuka akses
terhadap laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik. Akuntan publik yang telah
mengaudit laporan keuangan PT KAI tahun 2005 segera diperiksa oleh Badan Peradilan
Profesi Akuntan Publik.Jika terbukti bersalah, akuntan publik itu diberi sanksi teguran atau
pencabutan izin praktek.
3.2 Pembahasan Kasus
Tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah selain untuk alat pertanggungjawaban
manajemen juga sebagai bahan pertimbangan yang mendukung dalam pengambilan
keputusan, tetapi dalam kasus ini manajemen telah memanipulasi laporan keuangan, sehingga
laporan keuangan yang dihasilkan tidak menunjukkan kinerja perusahaan yang
sesungguhnya.
Dalam kasus di atas, terdapat banyak kejanggalan yang ada pada laporan
keuangan yang menjadi hasil pekerjaan akuntan public tersebut. Kasus PT. KAI bermuara
pada perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris, khususnya Komisaris yang
merangkap sebagai Ketua Komite Audit dimana Komisaris tersebut menolak menyetujui dan
menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Dan komisaris
meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara
transparan dan sesuai dengan fakta yang ada.
Dari kasus diatas, jika dikaitkan dengan teori etika ada beberapaa teori yang sudah
dilanggar yaitu :
1. Egoisme etis. Manajemen melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan perusahaan
demi memajukan dirinya sendiri agar dilihat bahwa dia telah sukses mengatur perusahaan.
Manajemen telah menyalah gunakan kekuasaan yang diberikan kepadanya. Tindakannya
tersebut tidak hanya merugikan dirinya sendiri yang mungkin saja ia akan dipecat dari
perusahaan tapi juga bagi perusahaan dan orang lain. Bagi perusahaan berdampak pada
menurunnya kepercayaan para investor dan calon investor serta merusak citra perusahaan.

Makalah Akuntansi Keperilakuan| 9


Sehingga akibatnya perusahaan kekurangan modal karena menurunnya jumlah invetor yang
mau menanamkan modal ke perusahaan tersebut.
2. Utilitarianisme.Tujuan dari laporan keuangan tidak hanya sebagai alat pertanggung
jawaban manajemen tapi juga sebagai alat untuk pengambilan keputusan. Dengan
dimanipulasinya laporan keuangan oleh manajemen maka keputusan yang diambil pun akan
tidak tepat dan bisa merugikan orang banyak (orang yang berkepentingan).
3. Deontologi. Manajemen tidak menjalankan kewajibannya sebagai manajemen perusahaan
dengan semestinya. Seharusnya seorang manajer yang memiliki kedudukan tinggi
diperusahaan memberikan contoh yang baik kepada bawahaan agar menjalankan
kewajibannya diperusahaan sesuai dengan etika-etika yang diberlakukan.
4. Hak. Teori etika ini berkaitan dengan teori deontologi. Dalam prinsip-prinsip etika profesi
seseorang dituntut untuk profesional dalam profesinya. Dalam kasus ini manajemen telah
merugikan hak dan kepentingan orang lain seperti karyawan dan para investor. Yakni seperti
para karyawan dan para investor mempunyai hak untuk mengetahui informasi-informasi
mengenai kinerja perusahaan
5. Keutamaan. Sikap keutamaan yang diperlukan dalam dunia bisnis yakni seperti kejujuran.
Pada kasus ini manajemen tidak bersikap jujur dalam menyusun laporan keungan.
Manajemen melakukan beberapa manipulasi seperti data mengenai pendapatan, utang dan
cadangan kerugian piutang. Padahal seorang manajer harus mempunyai sikap jujur karena,
kejujuran merupakan etika yang harus dimiliki oleh seorang manajer.

Sedangkan prinsip etika profesi yang dilanggar yakni:


1. Prinsip Otonomi
PT KAI yang memiliki kebebasan dan kewenangan untuk mengambil keputusan yang
dianggap baik hanya untuk PT KAI sendiri tetapi tidak bertanggung jawab terhadap
pemerintah. Hal tersebut ditunjukkan dari tindakan PT KAI yang mengakui PPN terutang
pihak ketiga sebagai piutang yang tidak sesuai dengan regulasi.
Dari pihak KAP sendiritidak bertanggung jawab dalam menjalankan kebebasannya.
KAP S. Manao tidak menunjukkan dan menyatakan adanya kesalahan material pada laporan
keuangan PT KAI.
2. Prinsip Keadilan
Terjadi pelanggaran prinsip keadilan oleh PT KAI karena mengistimewakan beberapa
pihak yang berhubungan dengan PT KAI dengan tidak segera menarik PPN.
mengistimewakan beberapa pihak yang berhubungan dengan PT KAI dengan tidak segera
menarik PPN.

Makalah Akuntansi Keperilakuan| 10


Di dalam standar kode etik Akuntan Manajemen, ada beberapa yang dilanggar oleh
manajemen yakni:
1. Competensi. Akuntan manajemen tidak kompetensi karena tidak memelihara pengetahuan
dan keahlian yang dimilikinya dengan sepantasnya, selain itu tidak mengikuti hukum,
peraturan dan standar teknis, dan tidak membuat laporan yang jelas dan lengkap berdasarkan
informasi yang dapat dipercaya dan relevan melainkan dengan memanipulasi data.
2. Creative Accounting. Akuntan manajemen telah menyimpang dari praktek akuntansi yang
mengikuti peraturan dan undang-undang. Manajemen perusahaan melakukan banyak
maanipulasi dalam menyajikan laporan keuangan.
3. Fraud. Manajemen telah sengaja melakukan kecurangan dengan menyajikan laporan
keuangan tidak dengan data yang sebenarnya.

Jika dikaitkan dengan earning management dan agency theory timbulnya kasus tersebut
karena ;
1. Adanya campur tangan manajemen dengan menggunakan judgement dalam proses
penyusunan dan pelaporan keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri
2. Dalam kasus manipulasi laporan keuangan oleh PT KAI, telah terjadi erning management
dengan pola Income Maximization yaitu dengan tujuan untuk melaporkan net income yang
tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Dengan perencanaan bonus yang didasarkan pada
data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna
menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan.
Adanya konflik antara kepentingan manajemen (Agent) dan pihak komite audit (principal)
yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat
kemakmuran yang dikehendakinya.
3. Dalam agency theory diasumsikan bahwa masing-masing individu semata-mata
termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan
antara principal dan agent. Dari kasus ini pihak manajemen (agent) mempunyai lebih banyak
informasi baik mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara
keseluruhan, sehingga manajemen lebih mempunyai kesempatan dalam memanipulasi
laporan keuangan yang dihasilkannya, dan konflik kepentingan semakin meningkat terutama
karena principal tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan
bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham.
Dalam hal kecurangan yang dilakukan oleh akuntan publik yang mengaudit laporan
keuangan perusahaan ada beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan terjadinya

Makalah Akuntansi Keperilakuan| 11


kesalahan pada hasil laporan keuangan PT. KAI yaitu pada saat proses lelang, Komite
Audit seharusnya ikut untuk melihat apakah auditor eksternal layak dipilih dan
melihat keadilan proses pemilihan. Pada kenyataannya, komite audit tidak ikut dalam proses
penunjukan auditor sehingga tidak terlibat dalam proses audit. Kesalahan tersebut
mengakibatkan terjadinya kesalahan yang lain, yaitu tidak adanya atau sangat minimnya
komunikasi antara pihak Komite Audit dengan Auditor Eksternal (akuntan publik). Karena
Komite Audit tidak menunjuk auditor yang akan diberi penugasan, maka komunikasi yang
terjadi antara komite audit dengan auditor bisa diperkirakan sangat sedikit bahkan tidak
efektif.
Akibat komunikasi yang kurang intens, maka tugas komite audit untuk melaksanakan kewajibannya
untuk mengajak auditor untuk mendiskusikan masalah audit saat audit berlangsung tidak dipenuhi
dengan baik. Kesalahan ini menimbulkan kesalahan berikutnya, yaitu Komite Audit tidak
mereview laporan keuangan dan laporan auditor dengan auditor eksternal menjelang
selesainya penugasan audit.Dalam kasus ini, Komite Audit justru tidak mau menandatangani
laporan keuangan yang telah diaudit, setelah laporan audit diterbitkan. Padahal seharusnya
Komite Audit melakukan review bersama dengan auditor eksternal menjelang selesainya
penugasan audit, yang artinya sebelum laporan auditor diterbitkan, sehingga laporan
keuangan tersebutlangsung bisa dilakukan audit investigasi dan koreksi apabila terjadi
kesalahan pencatatan. Komite Audit juga tidak perlu berbicara kepada publik. Karena
komunikasi yang buruk antara Komite Audit dengan auditor, maka hal seperti itu bisa terjadi.

Selain auditor eksternal dan komite audit yang melakukan kesalahan dalam hal pencatatan
laporan keuangan, akuntan internal (manajemen) di PT. KAI juga belum sepenuhnya
menerapkan 8 prisip etika akuntan. Dari kedelapan prinsip akuntan yaitu tanggung jawab
profesi, kepentingan publik, integritas, objektifitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional,
kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis, prinsip-prinsip etika akuntan yang
dilanggar antara lain :

1. Tanggung jawab profesi, dimana seorang akuntan harus bertanggung jawab secara
professional terhadap semua kegiatan yang dilakukannya.Akuntan Internal PT. KAI kurang
bertanggung jawab karena dia tidak menelusuri kekeliruan dalam pencatatan dan
memperbaiki kesalahan tersebut sehingga laporan keuangan yang dilaporkan merupakan
keadaan dari posisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.

2. Kepentingan Publik, dimana akuntan harus bekerja demi kepentingan publik atau
mereka yang berhubungan dengan perusahaan seperti kreditur, investor, dan lain-lain. Dalam
kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak bekerja demi kepentingan publik karena diduga
sengaja memanipulasi laporan keuangan sehingga PT. KAI yang seharusnya menderita
kerugian namun karena manipulasi tersebut PT. KAI terlihat mengalami keuntungan.Hal ini
tentu saja sangat berbahaya, termasuk bagi PT. KAI.Karena, apabila kerugian tersebut
semakin besar namun tidak dilaporkan, maka PT. KAI bisa tidak sanggup menanggulangi
kerugian tersebut.
Makalah Akuntansi Keperilakuan| 12
3. Integritas, dimana akuntan harus bekerja dengan profesionalisme yang tinggi.Dalam
kasus ini akuntan PT. KAI tidak menjaga integritasnya, karena diduga telah melakukan
manipulasi laporan keuangan.

4. Objektifitas, dimana akuntan harus bertindak obyektif dan bersikap independen atau
tidak memihak siapapun.Dalam kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak obyektif karena
diduga telah memanipulasi laporan keuangan sehingga hanya menguntungkan pihak-pihak
tertentu yang berada di PT. KAI.

5. Kompetensi dan kehati-hatian professional, akuntan dituntut harus melaksanakan jasa


profesionalnya dengan penuh kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai
kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat
yang diperlukan. Dalam kasus ini, akuntan PT. KAI tidak melaksanakan kehati-hatian
profesional sehingga terjadi kesalahan pencatatan yang mengakibatkan PT. KAI yang
seharusnya menderita kerugian namun dalam laporan keuangan mengalami keuntungan.

6. Perilaku profesional, akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku


konsisten selaras dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesinya. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak berperilaku
profesional yang menyebabkan kekeliruan dalam melakukan pencatatan laporan keuangan,
dan hal ini dapat mendiskreditkan (mencoreng nama baik) profesinya.

7. Standar teknis: akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan
mematuhi standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya
dan dengan berhati-hati, akuntan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektifitas.Dalam kasus ini akuntan tidak melaksanakan prinsip standar teknis karena tidak
malaporkan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Contohnya, pada
saat PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi,
dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan.Padahal,
berdasarkan standar akuntansi keuangan tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk
pendapatan atau asset.

Auditor eksternal yang dipercayai harus benar-benar memiliki integritas serta prosesnya
harus terlaksana berdasarkan kaidah-kaidah yang telah diakui validitasnya. Selain itu, sebagai
auditor eksternal wajib melakukan komunikasi secara baik dan benar dengan komite audit
yang ada pada PT Kereta Api Indonesia untuk membangun kesepahaman (understanding)
diantara seluruh unsur lembaga. Kemudian, hubungan antar lembaga diharapkan tercipta
dengan baik, sehingga mempermudah penerapan sistem pengendalian manajemen yang ada
di dalamnya. Secara tidak langsung, upaya ini menunjang perwujudan tanggung jawab sosial
perusahaan kepada masyarakat luas sebagai salah satu pengampu kepentingan.

Berdasarkan kaitannya dengan kasus manipulasi laporangan keuangan PT KAI auditor


eksternal dinyatakan ada mempunyai hubungan dengan kasus manipulasi tersebut. Menteri
Keuangan terhitung sejak tanggal 6 juli 2007, membekukan izin Akuntan Publik (AP ) Drs.
Makalah Akuntansi Keperilakuan| 13
Salam Manao, yang merupakan pemimpin rekan pada Kantor Akuntan Publik (KAP ) S.
Manao, Sofwan, Adnan dan Rekan yang merupakan pemimpin rekan pada Kantor Akuntan
Publik (KAP ) S. Manao, Sofwan, Adnan dan Rekan Pembekuan izin yang berlaku selama
sepuluh bulan itu dituangkan melalui Keputusan Menkeu Nomor 500/KM.1/2007 Pembekuan
izin yang berlaku selama sepuluh bulan itu dituangkan melalui Keputusan Menkeu Nomor
500/KM.1/2007.

BAB IV

KESIMPULAN

Perlu diketahui juga akan pentingnya kejujuran dalam membuat laporan keuangan. Hal
tersebut bukan hanya penting sebagai tanggung jawab perusahaan terhadap publik maupun
investor.Akan tetapi hal tersebut juga penting bagi perusahaan sendiri karena dari laporan
keuangan biasanya perusahaan menganalisis bagaimana perkiraan tahun mendatang dan
menjadi dasar pengambilan keputusan. Apabila laporan keuangan yang menjadi dasar hal
tersebut sudah tidak layak, tentu hasil akan jauh dari yang diharapkan dan bahkan bisa
berimbas pada perusahaan. Pada akhirnya semua hal ini kembali kepada masing-masing
individu baik manajemen keuangannya para akuntans internal serta auditornya dalam
melaksanakan jasa profesionalnya yang seharusnya menuntut sikap independensi,
obyektifitas, kejujuran, integritas yang tinggi, serta kemampuan profesional di bidangnya.

Makalah Akuntansi Keperilakuan| 14


SARAN

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan agar kecurangan seperti ini bisa
diantisipasi yakni
1. Menerapkan Good Corporate goernance (GCG). Dalam Surat Keputusan Menteri BUMN
No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002. Pada surat tersebut BUMN dituntut
untuk menerapkan GCG tujuannya untuk mendorog pengelolaan BUMN secara profesional,
efisien dan efektif. Selain itu juga mendorong agar perusahaan menjalankan tindakan dengan
dilandasi nilai moral yang tinggi dan patuh terhadap peraturan dan perundang-undangan.
Dengan diterapkannya GCG maka para pelaku dunia usaha dituntut untuk bertanggung
jawab, akuntabilitas, adil dan transparan.
2. Harus ada upaya untuk membenarkan kesalahan tahun-tahun lalu, karena konsistensi
yang salah tidak boleh dipertahankan.Kesalahan-kesalahan sudah terakumulasi dari tahun-
tahun sebelumnya sehingga terdapat dua alternatif, yaitu di restatement atau
dikoreksi.Keputusan mengenai opsi yang dipilih sepenuhnya tergantung dari Badan Peradilan
Profesi Akuntan Publik (BP2AP), karena kasus PT. Kereta Api sedang diproses disana.

3. Komite Audit tidak berbicara kepada publik, karena esensinya Komite Audit adalah
organ Dewan Komisaris sehingga pendapat dan masukan Komite Audit harus disampaikan
kepada Dewan Komisaris.Apabila Dewan Komisaris tidak setuju dengan Komite Audit
namun Komite Audit tetap pada pendiriannya, Komite Audit dapat mencantumkan
pendapatnya pada laporan komite audit yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan.

Makalah Akuntansi Keperilakuan| 15


4. Komite Audit berperan aktif dalam mengkoordinasikan seluruh tahapan proses
auditing, mulai dari penunjukan, pembuatan program, mengevaluasi dan memberikan hasil
evaluasi kepada Dewan Komisaris, yang akan mengkomunikasikannya kepada Direksi.

5. Manajemen menyusun laporan keuangan secara tepat waktu, akurat dan full
disclosure.

6. Memperbaiki komunikasi antara auditor dengan pihak-pihak yang berinteraksi, yaitu


manajemen, Komite Audit, dan auditor intern. Dengan komunikasi yang efektif, maka data
dan bukti yang terkumpul akan semakin akurat dan memadai, juga menghindari perselisihan
dengan Komite Audit.

7. Membangun pengawasan yang efektif di tubuh perusahaan.

8. Perbaikan sistem akuntansi dan konsistensi penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum di perusahaan.

9. Memilih auditor yang benar-benar kompeten dan profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : (http://tthebeginning.blogspot.com/2013/09/pelanggaran-etika-bisnis-pada-
akuntansi.html, Selasa, 17 September 2013, Pelanggaran Etika Bisnis Pada Akuntansi
Manajemen di PT. KAI, Tthe beginning )

Hidayati, Ataina, 2002, "Perkembangan Riset Akuntansi Keperilakuan Berbagai Teori dan
Pendekatan yang Melandasi," JAAI, Vol. 6 No.2, Desember.

Arfan, Ikhsan Lubis. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta : Salemba Empat, 2005.

Suartana, I Wayan. Akuntansi Keperilakuan Teori dan Implementasi.Jakarta : Andi,

Makalah Akuntansi Keperilakuan| 16

Вам также может понравиться