Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan
kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata
memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini mempunyai
konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan
lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran
lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit.
Rumah sakit sebagai suatu sistem terpadu terdiri dari berbagai subsistem yang paling
terkait. Subsistem yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan linen adalah bagian laundry.
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda (bersih), awet (tidak cepat rapuh),
namun memenuhi persyaratan sehat yaitu bebas dari mikroorganime pathogen.
Standar operasional prosedur (sop) pencucian linen adalah aturan atau pedoman untuk
menjelaskan prosedur dalam pelaksanaan pencucian linen.
1. Proses pencucian linen kotor non infeksisus (kotor ringan dan berat)
linen kotor non infeksisus (kotor ringan dan berat) adalah linen yang tidak terkontaminasi
oleh darah, cairan tubuh dan feses yang berasal dari pasien lainnya (bukan pasien penyakit
infeksi) secara rutin, meskipun mungkin linen yang diklasifikasikan dari seluruh pasien berasal
dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.
Proses pencucian linen kotor ringan dan berat hampir sama yaitu dimulai dari
penimbangan, perendaman, penggantian air & penambahan deterjen, pembilasan & penambahan
softener, dan pemerasan & pengeringan. Perbedan dari pencucian tersebut hanya pada dosis
bahan penghilang noda dan waktu pencuciannya.
dosis bahan penghilang noda untuk pencucian linen kotor berat 2-3 kali lipat dari dosis untuk
pencucian linen kotor ringan agar kotoran mudah hilang.
Waktu pencucian linen berbeda tergantung dari jenis linen yang dicuci, misalnya untuk
mencuci ringan dilakukan selama 15 menit sedangkan untuk pencucian linen kotor berat sekitar
30 menit. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat linen kotor yang akan dicuci.
Penimbangan sesuai dengan kapasitas dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan bahan-bahan
kimia dalam proses pencucian. Setelah penimbangan, kemudian linen dimasukkan ke dalam
mesin cuci untuk dilakukan perendaman dengan air biasa selama 5 menit.
Tujuan perendaman ini yaitu untuk menghilangkan noda kering yang menempel. Selain
perendaman, untuk pencucian linen kotor berat dilakukan penyikatan agar noda yang sukar dapat
dihilangkan. setelah perendaman, air untuk perendaman diganti dengan air panas dan
ditambahkan deterjen atau bahan penghilang noda sesuai dengan tingkat kekotorannya yaitu
untuk pencucian linen kotor berat 2-3 kali dosis untuk pencucian linen kotor ringan.
Pemakaian air panas bertujuan untuk membantu fungsi dari deterjen yaitu menghilangkan
noda agar lebih cepat. Proses ini berlangsung selama 15 menit untuk pencucian linen kotor
ringan dan 30 menit untuk pencucian linen kotor berat.
Waktu perlu diperhatikan karena waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
temperatur dan bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih dan sehat. Jika waktu tidak
tidak tercapai sesuai yang dipersyaratkan, maka kerja bahan kimia tidak berhasil dan yang
terpenting mikroorganisme dan jenis pests seperti kutu dan tungau dapat mati.
Tahap selanjutnya yaitu dilakukan pembilasan sebanyak 2 kali dengan air biasa yang bertujuan
agar sisa-sisa deterjen atau penghilang noda hilang. Kemudian melakukan pembilasan terakhir
dengan ditambahkan softener agar linen bersih dan wangi.
Tahap terakhir kegiatan yang ada di ruang pencucian adalah pemerasan sekaligus
pengeringan linen. Pemerasan dan pengeringan dilakukan di mesin peras dan pengering.
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap pencucian selesai. Lama
proses pemerasan selama 5-8 menit dengan mesin pada putaran tinggi, sedangkan pengeringan
dilakukan dengan mesin pengering yang mempunyai suhu 70 derajat celcius selama 10 menit.
setelah proses pencucian selesai, linen kemudian dibawa ke bagian proses finishing untuk
dilakukan pengerolan, penyetrikaan dan pelipatan.
Setelah selesai dilipat, linen disimpan di tempat penyimpanan sementara sebelum
akhirnya didistribusikan ke bangsal-bangsal sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Linen kotor infeksius adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh atau
feses terutama yang berasal dari infeksi tb paru, infeksi salmonella dan shigella (sekresi dan
ekskresi), hbv, dan hiv (jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (sars)
dimasukkan ke dalam dengan kantung segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup
dengan kantung luar berwarna kuning bertuliskan infeksi.
Proses pencucian linen kotor infeksius hampir sama dengan pencucian linen kotor ringan
yaitu dimulai dari penimbangan, perendaman, penggantian air & penambahan deterjen,
pembilasan & penambahan softener, dan pemerasan & pengeringan. Perbedaaan terletak pada
sebelum tahap perendaman di mesin cuci dilakukan perendaman terlebih dahulu di dalam ember
khusus yang berisi campuran bahan disinfektan dan air panas yang berguna untuk menetralkan
linen yang terkontaminasi infeksi.
Lama perendaman di ember khusus ini dilakukan selama 24 jam dan peralatan yang
berbeda dan tidak terkontaminasi. Hal ini untuk menghindari adanya infeksi karena salah satu
faktor yang menimbulkan terjadinya infeksi menurut depkes ri (2004) adalah penggunaan alat
yang terkontaminasi. Pengawasan perlu dilakukan pada petugas dalam menjalankan sop
pencucian agar hasil pencucian tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu linen yang
bersih dan sehat.
Subarsono (2009) menyatakan pengawasan atau monitoring adalah aktivitas yang
ditujukan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang
sedang diimplementasikan dengan tujuan:
1. Menjaga agar kebijakan yang sedang dimplementasikan sesuai dengan tujuan dan
sasaran.
2. Menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi resiko yang lebih besar.
3. Melakukan tindakan modifikasi terhadap kebijakan apabila hasil monitoring
mengharuskan untuk itu.
Tahapan pencucian linen kotor ringan gambar menunjukkan tahapan proses pencucian
linen kotor ringan di unit linen dan laundry rs yaitu dimulai dari petugas linen menimbang berat
linen yang akan dicuci, petugas linen memasukkan linen kedalam mesin cuci kemudian
ditambahkan air dan merendamnya selama 5 menit.
Petugas linen mengganti air tersebut dengan air panas dan menambahkan deterjen untuk
proses pencucian. Lama waktu pencucian sekitar 15 menit. setelah itu petugas linen melakukan
pembilasan 2 kali, dan pada pembilasan terakhir ditambahkan softener. Kemudian yang terakhir,
linen diperas dan dimasukkan kedalam mesin pengering.
B. Proses pencucian linen kotor berat, meliputi tahapan sebagai berikut:
Berikut ini adalah bagan tahapan pencucian linen kotor berat:
Tahapan pencucian linen kotor berat gambar menunjukkan tahapan proses pencucian
linen kotor berat di unit linen dan laundry rumah sakit yaitu dimulai dari petugas linen
menimbang berat linen yang akan dicuci, petugas linen memasukkan linen kedalam mesin cuci
kemudian ditambahkan air dan merendamnya selama 5 menit.
Noda yang menempel pada linen seperti darah, kotoran, dan lain sebagainya disikat sampai
hilang nodanya.
Setelah itu, petugas linen mengganti air tersebut dengan air panas dan menambahkan
deterjen untuk proses pencucian. Lama waktu pencucian sekitar 30 menit.
Petugas linen melakukan pembilasan 2 kali, dan pada pembilasan terakhir ditambahkan softener.
Kemudian yang terakhir petugas linen mematikan mesin dan mengangkat linen untuk diperas
kemudian dimasukkan kedalam mesin pengering.
Tahapan pencucian linen kotor infeksius gambar menunjukkan tahapan proses pencucian
linen kotor berat di unit linen dan laundry rumah sakit yaitu dimulai dari petugas linen
menimbang berat linen yang akan dicuci, kemudian linen dimasukkan kedalam ember khusus
yang berisi cairan sterilisasi dengan air panas selama minimal 2 jam. Petugas linen memasukkan
linen kedalam mesin cuci kemudian ditambahkan air dan merendamnya selama 5 menit.
Kemudian petugas linen mengganti air tersebut dengan air panas dan menambahkan
deterjen untuk proses pencucian. Lama waktu pencucian sekitar 20 menit. Petugas linen
melakukan pembilasan 2 kali, dan pada pembilasan terakhir ditambahkan softener. Kemudian
yang terakhir, petugas linen mematikan mesin dan mengangkat linen untuk diperas kemudian
dimasukkan kedalam mesin pengering.
4. SOP pencucian linen laundry kotor ringan, kotor berat, dan kotor infeksius di rumah sakit
APD atau alat pelindung diri sangat penting dipergunakan oleh dokter, dokter gigi, perawat,
bidan, perawat gigi ketika melakukan perawatan terhadap pasien (mencegah infeksi silang) baik
itu di rumah sakit, puskesmas maupun fasilitas kesehatan yang lainnya.
Langkah-langkah memakai APD pada perawatan ruang isolasi kontak dan airborne adalah
sebagai berikut :
1. Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelindung
2. Kenakan pelindung kaki
3. Kenakan sepasang sarung tangan pertama
4. Kenakan gaun luar
5. Kenakan celemek plastic
6. Kenakan sepasang sarung tangan kedua.
7. Kenakan masker
8. Kenakan penutup kepala
9. Kenakan pelindung mata
1. Gaun pelindung
Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga pergelangan tangan
dan selubungkan ke belakang punggung
Ikat di bagian belakang leher dan pinggang
2. Masker
Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala dan leher
Paskan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung
Paskan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga melekat dengan baik
Periksa ulang pengepasan masker
4. Sarung tangan
Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi
V. Area penggunaan alat pelindung diri di rumah sakit
Penggunaan APD di rumah sakit di sesuaikan dengan pajanan bahaya yang di hadapi di area
kerja. Berikut adalah jenis APD yang diperlukan:
Kebijakan
1. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu.
2. Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian
dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
a) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
b) Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
c) Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
d) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau
lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
3. Pencegahan dan pengendalian risiko penyebaran kejadian yang berpotensi menjadi KLB
dilakukan segera secara sinergi melalui kerjasama lintas unit/satuan kerja oleh Komite
PPI.
a) Agar kejadian KLB dapat dikendalikan dan segera ditangani, Rumah Sakit dr.
achmad darwis perlu mempunyai sistem pengendalian dan penanganan KLB.
b) Untuk mendeteksi secara dini adanya KLB, dilakukan surveilans infeksi di
rumah sakit. Selain untuk deteksi dini, surveilans secara aktif juga bertujuan
untuk mencegah supaya KLB tidak terulang lagi.
c) Surveilans dilakukan oleh IPCN bekerjasama dengan IPCLN. Data yang
didapat dari surveilans diolah oleh komite PPIRS, disertai analisis,
rekomendasi dan tindak lanjut, dan digunakan sebagai bahan laporan kepada
Direktur rumah sakit, dan bahan komunikasi dengan bagian yang terkait.
d) Kejadian Luar Biasa Infeksi Rumah Sakit ditetapkan oleh Direktur
berdasarkan pertimbangan Komite PPIRS RSUD ACHMAD DARWIS pada
hasil evaluasi epidemiologik kecenderungan peningkatan angka infeksi RS
secara signifikan selama 3 bulan berturut-turut. Peningkatan signifikan angka
kejadian IRS pada suatu waktu pengamatan tertentu diwaspadai sebagai KLB.
e) Penanganan KLB IRS harus dilakukan dengan segera dan secara terpadu oleh
seluruh unsur yang terkait, dikoordinasikan oleh Komite PPIRS. Selama
terjadi KLB, Petugas Ruangan/Bagian terkait, Kepala Bagian, dan IPCLN,
harus berkoordinasi secara intensif dengan Tim dan Komite PPI Rumah Sakit
untuk menangani KLB tersebut.
f) Setelah menerima laporan dugaan adanya KLB, Komite PPIRS bersama
IPCN/IPCO melakukan investigasi bersama di tempat terjadinya KLB,
meliputi:
Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur
Surveilans InfeksiRumah Sakit
Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur
Surveilans Infeksi Rumah Sakit.
Berkoordinasi dengan IPCLN dan Kepala ruangan serta dokter
yang bertanggung jawab menangani pasien, untuk melakukan
verifikasi diagnosis infeksi rumah sakit, penegakan diagnosis IRS
dan mengkonfirmasi sebagai kasus KLB. Selain itu juga dilakukan
investigasi terhadap kemungkinan sumber penularan, cara
penularan dan kemungkinan penyebarannya, serta aspek lain yang
diperlukan untuk penanggulangan atau memutuskan rantai
penularan.
Berkoordinasi dengan Bagian Laboratorium untuk melakukan:
o Swab ruang/alat yang diduga terkontaminasi bakteri.
o Pengambilan bahan dari berbagai lokasi tersangka sumber
infeksi untukdibiakkan dan antibiogram.
o Pemasangan label di tempat penampungan bahan
pemeriksaan laboratorium pasien penyakit menular. Label
bertuliskan Awas Bahan Menular
Berkoordinasi dengan seluruh personil di bagian terkait untuk
memberikan klarifikasi-klarifikasi perihal yang terkait dengan
KLB, misalnya pelaksanaanProsedur Tetap secara benar.
g) Apabila hasil investigasi menyimpulkan telah terjadi KLB, maka Komite
PPIRS menetapkan status siaga bencana KLB dan melaporkan kepada
pimpinan RS.
h) Untuk menanggulangi KLB Komite PPIRS berkoordinasi dengan
DirektoratPelayanan Medik, Panitia K3 RS, Laboratorium, Farmasi, Sanitasi,
CSSD, Gizi,Kamar Cuci dan Bagian terkait lainnya sesuai kebutuhan.
i) Apabila diperlukan pasien kasus KLB dirujuk ke rumah sakit rujukan infeksi
yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan.
j) Agar KLB IRS tidak meluas, Komite PPI bersama IPCLN dan perawat
ruangan melakukan langkah-langkah pencegahan dan pembatasan dengan
cara:
Melaksanakan dan mengawasi secara ketat pelaksanaan cuci tangan
yang benar dan tepat.
Menggunakan dan mengawasi penggunaan sarung tangan dan APD
lain sesuai indikasi.
Melakukan dan mengawasi pembuangan limbah dengan benar
Melakukan pemisahan pasien yang terinfeksi, disatukan dengan
pasien yang sama-sama terinfeksi/kohorting dan menentukan staf
yang akan memberikanpenanganan (dipisahkan dengan staf
lainnya)
Apabila diperlukan mengusulkan kepada Direktur Utama untuk
mengisolasi ruangan atau mengisolasi pasien bersangkutan yang
dianggap tercemar olehinfeksi.
Mengawasi ketat penerapan Kewaspadaan Standar.
Ruangan yang terjadi KLB harus didisinfeksi.
k) Komite PPIRS melakukan dokumentasi tentang kejadian dan tindakan yang
telah diambil terhadap data atau informasi KLB.
l) Komite PPIRS terus melakukan monitoring dan evaluasi sampai KLB
berhasildiatasi.
m) Status KLB wajib dilaporkan ke dinas kesehatan setempat.
n) Komite PPI menyatakan KLB selesai jika dua kali masa inkubasi terpanjang
tidak ditemukan kasus baru.