Вы находитесь на странице: 1из 6

Transfusi Albumin dan Furosemid pada Sindrom Nefrotik Anak dengan

Edema
Meita Dwi Utami, Taralan Tambunan
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Latar belakang. Pemberian albumin pada anak dengan sindroma nefrotik (SN) serta edema dapat meningkatkan tekanan osmotik
dan menarik cairan ekstraselular kembali ke dalam kompartemen vaskular sehingga mengurangi edema. Namun, beberapa penelitian
terhadap pasien dewasa mendapatkan bahwa mekanisme intrarenal bertanggung jawab terhadap retensi air sehingga pemberian albumin
hanya akan memberikan efek minimal pada pasien SN dengan edema, selain dapat berpotensi menyebabkan kelebihan (overload) cairan
Tujuan. Mengetahui penggunaan albumin bersama loop diuretik (furosemid) dapat menurunkan risiko terjadinya edema dibandingkan
dengan penggunaan tunggal loop diuretik pada anak dengan sindrom nefrotik
Metode. Penelusuran pustaka database elektronik, yaitu Pubmed, Cochrane, Proquest
Hasil. Terdapat 4 penelitian yaitu 1 kohort prospektif, 2 penelitian uji klinis, serta 1 telaah sistematik mendapatkan pemberian diuretik
saja aman dan efektif meningkatkan diuresis dibandingkan dengan kombinasi albumin-diuretik. Pemberian furosemid dan albumin
pada pasien SN dengan edema harus sesuai kondisi klinis per pasien, pemberian terapi kombinasi dapat dipertimbangkan pada
pasien yang resisten diuretik.
Kesimpulan. Pemberian albumin dan furosemid bukan merupakan prosedur rutin pada setiap pasien SN dengan edema dan
hipoalbuminemia. Secara statistik, terapi kombinasi diuretik dan natriuretik ini masih dianggap tidak bermakna. Sari Pediatri
2017;18(6):498-503

Kata kunci: sindrom nefrotik, albumin, furosemide, diuresis

Albumin and Furosemid Transfusion in Patients with Nephrotic


Syndrome Children with Edema
Meita Dwi Utami, Taralan Tambunan

Background. The routine use of albumin for severe edema in children with NS is based on severe hypoalbuminemia decreases
intravascular oncotic pressure, leading to circulatory volume depletion and subsequent sodium/water retention. Study in adults showed
overfill mechanism proposes a primary renal defect in sodium excretion leading to sodium/water retention and thereby hypervolemia
and edema. Albumin give a minimal effect and has potentially effect of an overload.
Objective. To know beneficial effect of albumin and furosemide combination therapy in decreasing risk of edema, compared to
diuretic therapy alone in children with nephrotic syndrome.
Method. Literature search using electronic data base Pubmed, Cochrane, Proquest.
Result. There were 4 researches consist of 1 prospective cohort, 2 clinical trials and 1 systematic review which showed that diuretic
alone was save and effective in increasing diuresis compare to albumin-diuretic combination. Combination of albumin-diurestic in
NS with edema should be given not routinely and can be consider in patient with diuretic resistant.
Conclusion. Diuretic therapy alone is safe in pediatric patients with NS presenting with edema and hypoalbuminemia. Statistically
showed that diuretic and natriuretic effect by combination albumin-furosemide was not significant. Sari Pediatri 2017;18(6):498-503

Keywords: nephrotic syndrome, albumin, furosemide, diuresis

Alamat korespondensi: Dr. Meita Dwi Utami, Prof. Dr. Taralan Tambunan, Tambunan,SpA(K). Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Email: taralan_fkui@yahoo.com

498 Sari Pediatri, Vol. 18, No. 6, April 2017


Meita Dwi Utami dkk: Transfusi albumin dan furosemid pada SN dengan edema

P
emberian albumin intravena telah diketahui albumin intravena dengan plasbumin 25% 100
sebagai salah satu metode yang efektif sebagai ml dalam dua kali pemberian. Pemberian albumin
tata laksana edema pada pasien sindrom intravena dikombinasikan dengan pemberikan diuretik
nefrotik (SN). Hal ini berbeda dengan furosemid 40 mg yang diberikan di tengah transfusi
pasien SN dewasa yang jarang mendapatkan transfusi albumin. Pasca pemberian albumin pasien tampak
albumin, pasien anak lebih sering diberikan albumin edema berkurang, diuresis baik dan sesak berkurang.
intravena karena tingginya angka pelaporan resisten Sepuluh hari setelah rawat inap, pasien datang ke
diuretik, terdapatnya penurunan efikasi diuretik, poliklinik masih dalam keadaan edema dengan ascites,
meningkatnya diuresis ketika diuretik diberikan setelah sesak berkurang namun terdapat batuk. Tanda vital
albumin intravena.1,2 dalam batas normal kecuali tekanan darah berada
Pemberian rutin albumin pada pasien anak pada persentil 99. Pasien membawa hasil pemeriksaan
SN karena edema yang berat didasarkan pada dua analisis cairan urine dengan hasil proteinuria (+3),
hipotesis yang berhubungan dengan patogenesis silinder leukosit 6-8/lpb, sedimen eritrosit 0-1/lpb,
edema yaitu teori underfill dan overfill. Teori pH urine 7,5 dan berat jenis urin 1,030.
underfill menyatakan bahwa hipoalbuminemia
berat mengakibatkan tekanan onkotik intravaskular
menurun sehingga terjadi deplesi volume sirkulasi Metode penelusuran
dan pada akhirnya akan menyebabkan retensi air.3
Sedangkan mekanisme overfill didasarkan pada defek Prosedur pencarian literatur untuk menjawab masalah
renal primer terutama pada ekskresi sodium yang klinis di atas adalah dengan menelusuri pustaka
menyebabkan terjadinya retensi sodium/air dan pada secara online dengan menggunakan instrumen
akhirnya mengakibatkan hypervolemia dan edema.3,4 pencari Pubmed, Cochrane, dan Proquest dengan
Pasien SN anak seringkali menunjukkan gejala klinis kata kunci: children, nephrotic syndrome, edema,
hipovolemia, sehingga pemberian infus albumin dapat hypoalbuminemia, albumin dan furosemid.
meningkatkan tekanan osmotik dan menarik cairan Batasan yang digunakan adalah studi yang dilakukan
ekstraselular kembali ke dalam kompartemem vaskular pada manusia, publikasi bahasa Inggris, dan dipub
sehingga edema dapat berkurang. likasikan antara Januari 2009 hingga Desember
Saat ini belum terdapat panduan khusus pemberian 2015. Penelusuran lebih lanjut secara manual pada
albumin pada pasien anak dengan sindrom nefrotik. daftar pustaka yang relevan. Pada akhir penelusuran
Laporan kasus berbasis bukti kali ini bertujuan untuk ditemukan 8 uji klinis acak terkontrol, namun hanya
mengetahui efektivitas pemberian albumin guna 4 artikel yang berhasil didapatkan. Level of evidence
mengurangi terjadinya edema pada pasien anak dengan ditentukan berdasarkan klasifikasi yang dikeluarkan
sindrom nefrotik. oleh Oxford Centre for Evidence-based Medicine.5

Kasus Hasil penelusuran literatur


Seorang anak lelaki berusia 17 tahun 10 bulan, Penelusuran artikel pada makalah ini menemukan
berat badan 90 kg, datang ke rumah sakit dengan empat artikel yang relevan terhadap pertanyaan
keluhan bengkak sejak 3 hari sebelumnya. Pasien klinis. Keempat artikel tersebut adalah penelitian oleh
telah didiagnosis sindrom nefrotik sejak 3 tahun Kapur dkk6 yang merupakan suatu kohort prospektif,
yang lalu, rutin kontrol ke poliklinik RS dan dalam penelitian Dharmaraj dkk7 dan Ghafari dkk8 yang
terapi rumatan metilprednisolon 12 mg, lisinopril, merupakan penelitian uji klinis, serta penelitian Duffy
angioten dan amlodipin. Pada pemeriksaan fisis dkk9 yang merupakan suatu telaah sistematik.
didapatkan edema anasarka, status respirasi dan
hemodinamik stabil, dari pemeriksaan penunjang
darah dalam batas normal kecuali kadar albumin I. Uji klinis acak tersamar (Level of evidence I)
serum menunjukkan hipoalbuminemia (albumin 1,56 1. Studi uji klinis oleh Ghafari dkk8 dilakukan
mg/dL). Pasien selanjutnya rawat inap dan mendapat terhadap 10 pasien anak SN dengan fungsi

Sari Pediatri, Vol. 18, No. 6, April 2017 499


Meita Dwi Utami dkk: Transfusi albumin dan furosemid pada SN dengan edema

ginjal yang normal, dengan perlakuan Saran dari telaah sistematik ini adalah
pemberian albumin saja, furosemid saja atau dilakukannya penelitian uji klinis dalam skala
kombinasi albumin-furosemid. Volume urin besar pada pasien dengan resisten diuretik
rata-rata setelah pemberian albumin saja, sehingga terdapat rekomendasi berbasis bukti
furosemide saja dan kombinasi adalah 742 mL terhadap penggunaan albumin dan furosemid.
(SD=528), 1707 mL (SD=745) dan 2175 mL
(SD = 971), berturut-turut (p=0,015); ekskresi II. Studi kohort prospektif (level of evidence II)
fraksi natrium adalah 1,96 (SD=0,251), 3,18 1. Studi oleh Dharmaraj dkk7 melakkan eva
(SD=0,25), dan 4,77 (SD=8,45), berturut- luasi 16 anak sindrom nefrotik dengan
turut (p=0,000); kadar natrium dalam urin edema refrakter dalam suatu randomized
24 jam adalah 18,3 (SD=6,68), 208,4 (SD cross-over. Diuresis dan natriuresis diukur
=5,27) dan 206 (SD=8,45), berturut-turut; setelah pemberian furosemid saja (8 pasien)
sedangkan glomerular filtration rate (GFR) dengan dosis infus 0,3 mg/kg/jam selama 24
adalah 104,5; 96,6; dan 106,6 (p=0,021), jam atau terapi kombinasi dengan albumin
berturut-turut pada 3 kelompok. Luaran 1 g/kg yang diberikan selama 4 jam dengan
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa furosemid 0,3 mg/kg/jam selama 24 jam (8
urine output dan ekskresi natrium pada 24 jam pasien). Hasil penelitian menunjukkan efek
menunjukkan peningkatan pada pemberian positif jangka pendek (24 jam) pada mereka
kombinasi dibandingkan dengan hanya yang mendapatkan terapi kombinasi dalam
pemberian furosemid saja. hal diuresis dan natriureuris. Mekanisme
yang dianggap mendasari hasil penelitian ini
2. Sistematik review adalah peningkatan transport furosemid ke
Pada tahun 2015, Duffy dkk9 melakukan tubulus renalis akibat pemberian albumin dan
telaah sistematik terhadap 10 penelitian bukan karena volume ekspansi intavaskular.
tentang penggunaan albumin dan furosemid Penelitian ini juga mendapatkan bahwa terjadi
pada pasien anak dan dewasa yang mengalami potensiasi kerja furosemid yang diberikan
sindrom nefrotik dengan edema. Dalam secara drip secara terus menerus dalam 24
kajiannya terhadap berbagai uji klinis, jam setelah pemberian albumin. Namun
penggunaan albumin dan furosemid untuk demikian, terdapat keterbatasan penelitian
mengatasi edema pada pasien SN, didapatkan antara lain tidak ditentukannya volume plas
berbagai variasi rekomendasi sehingga belum ma pasien sejak awal penelitian, tidak dapat
ada rekomendasi definitif. Sebagian besar pe diklasifikasikannya status pasien ke dalam
nelitian yang ditelaah menyimpulkan bahwa kondisi hipervolumik, euvolemik ataupun
pasien nefrotik memenuhi kriteria resistensi hipervolemik karena pasien yang dilibatkan
diuretik, yaitu kegagalan respon terhadap sebelumnya telah mendapat diuretik rumatan,
dosis maksimum diuretik intravena (tunggal) tidak diketahuinya perubahan hemodinamik
atau kombinasi diuretik, sehingga penggunaan renal pada pasien selama penelitian, serta
albumin adalah pilihan pengobatan yang po tidak mengukur parameter farmakokinetik
tensial. Namun demikian, heterogenitas dari furosemid selama penelitian.
seluruh penelitian yang ditelaah, parameter
pemantauan dan pemberian intervensi yang 2. Penelitian kohort prospektif oleh Kapur dkk6
berbeda pada setiap penelitian yang ditelaah bertujuan mengevaluasi pemberian furosemid
serta tidak terdapatnya cukup bukti yang saja terhadap pasien SN yang mengalami
menilai bahaya yang disebabkan oleh loop edema berat. Penelitian ini berdasarkan pada
diuretic pada pasien SN dengan edema,10 yang hipotesis bahwa edema pada pasien anak
pada akhirnya belum berhasil mengungkap dengan SN berhubungan dengan volume
mekanisme terapi kombinasi furosemid dan kontraksi dan volume ekspansi sehingga
diuretik, dan menyarankan pemberian terapi pemberian albumin intravena diharapkan
didasarkan pada kondisi klinis per individu. dapat memperbaiki volume kontraksi pada

500 Sari Pediatri, Vol. 18, No. 6, April 2017


Meita Dwi Utami dkk: Transfusi albumin dan furosemid pada SN dengan edema

pasien. Penelitian ini dilakukan pada pasien melibatkan perubahan sifat intrinsik permeabilitas
SN anak di Rumah Sakit Michigan selama dua kapiler endotel sebagai pengendali asimetri volume
fase, dimana jumlah pasien pada fase pertama ekspansi, perubahan barrier filtrasi glomerulus yang
dan kedua berbeda. Volume kontraksi diukur menyebabkan hipoalbuminemia dan proteinuria, serta
berdasar fraksi ekskresi sodium (FeNa) <1% aktivasi Na, K, ATPase pada distal nefron bertanggung
setelah pemberian albumin dan furosemid, jawab terhadap terjadinya retensi sodium di ginjal.
sedangkan volume ekspansi diukur setelah Hubungan antara elemen-elemen ini belum dapat
pemberian furosemid IV dan spironolakton sepenuhnya dijelaskan tetapi mereka membantu untuk
oral. Hasil penelitian menunjukkan bah menjelaskan mekanisme edema pada pasien SN. Selain
wa pada kelompok yang mendapat terapi itu, penurunan tekanan onkotik plasma juga berperan
albumin dan furosemid memiliki kadar ureum penting dalam terjadinya edema pada SN. Diuretik
serum, rasio ureum/kreatinin, osmolalitas dianggap sebagai dasar dari pengobatan untuk edema
urin yang lebih tinggi serta kadar FeNa di SN karena mencegah retensi sodium ginjal. Namun,
dan natrium urin yang lebih rendah jika umumnya pasien SN akan ditatalaksana sesuai dengan
dibandingkan dengan kelompok pasien manifestasi gejala per individu.3,11
yang hanya diberikan diuretik saja. Hasil Furosemid merupakan loop diuretic yang bekerja
temuan ini didapatkan baik pada fase satu, secara reversibel dengan melekat pada situs pengikat
maupun fase dua penelitian. Sehingga dapat klorida kotransporter Na +Cl -K + di membran sel
ditarik kesimpulan dari bahwa penggunaan luminal pada segmen tebal ansa henle. Kotransporter
diuretik saja pada pasien anak dengan SN ini bertanggung jawab untuk transpor natrium dari
yang mengalami edema berat menunjukkan saluran kemih ke dalam sel tubulus melalui perbedaan
efektivitas yang baik, dalam hal lamanya rawat konsentrasi. Efek utama penutupan kotransporter ini
inap (p 0,29) dan penurunan berat badan (p adalah mengurangi reabsorbsi sodium sebanyak 20-
0,13). 30%, sehingga akhirnya terjadi diuresis. Furosemid
juga berperan sebagai penghambat reabsorbsi natrium
pada tubulus proksimal melalui blokade karbonik
Penelitian oleh Ghafari8 dan Dharmaraj7 menun anhidrase.12
jukkan efek yang menguntungkan dari pemberian Awitan kerja furosemid intravena adalah 5 menit
albumin dan atau terapi kombinasi albumin dengan dengan efek puncak dalam waktu 30 menit dan durasi
furosemid. Namun, laporan penelitian Kapur kerja 2-6 jam. Respons yang lebih lama tampak pada
dkk 6 sebelumnya tidak menunjukkan efek yang bayi prematur atau pada bayi setelah operasi jantung
menguntungkan dari kombinasi albumin furosemid dengan onset 1 jam dan efek puncak dalam waktu
dibandingkan hanya dengan pemberian diuretik. 3 jam dan durasi kerja selama 6 jam. Pemberian
Dengan demikian, penggunaan albumin dan furose furosemide intravena jauh lebih cepat awitan kerjanya
mid masih tetap menjadi pilihan terapi yang kontrover dibanding pemberian secara oral, berkenaan dengan
sial dalam tata laksana edema pada pasien dengan absorpsi di saluran cerna.12
SN karena terdapat variabilitas dalam kriteria inklusi Furosemid dapat digunakan untuk edema paru,
penelitian, desain eksperimental, dan luaran klinis. gagal jantung kongestif, serta penyakit ginjal. Efek
yang tidak diharapkan dari furosemid adalah gangguan
elektrolit, hipovolemia dan hipotensi, tinitus hingga
Pembahasan ketulian. Efek samping furosemid adalah gangguan
saluran cerna, pankreatitis, ensefalopati hepatik,
Sindrom nefrotik selalu berhubungan dengan retensi hipotensi postural, hiperglikemia, retensio urin,
sodium di ginjal, dan hal ini pada akhirnya menyebab gangguan elektrolit (hiponatremia, hipokalemia),
kan ekspansi asimetris dari jaringan interstitial. Saat ini peningkatan ekskresi kalsium, nefrolitiasis, hipo
diketahui konsep underfill atau overfill sebagai dasar kloremia, hipomagnesemia, alkalosis metabolik,
terjadinya edema pada pasien SN. Namun demikian, depresi sumsum tulang, hiperurisemia, gangguan
peradangan interstitial adalah stimulus yang utama penglihatan, ruam dan fotosensitivitas.13
untuk terjadinya edema pada pasien. Patofisiologi SN Pada kasus ini didapatkan anak laki usia 17

Sari Pediatri, Vol. 18, No. 6, April 2017 501


Meita Dwi Utami dkk: Transfusi albumin dan furosemid pada SN dengan edema

tahun 10 bulan, berat badan 90 kg dengan sindrom ini yang dapat menjelaskan dengan rinci mengenai
nefrotik resisten yang datang pasien dalam keadaan mekanisme diuretik albumin. Pemberian albumin dan
edema anasarka, status respirasi dan hemodinamik furosemid disarankan untuk pasien SN dengan edema
stabil, dari pemeriksaan penunjang darah dalam batas dengan kondisi tertentu, penilaian klinis kasus per kasus
normal kecuali kadar albumin serum menunjukkan adalah mutlak, dan pemberian kombinasi terapi ini
hipoalbuminemia (albumin 1,56 mg/dL). Pemberian harus dengan perhatian khusus (with cautions).
albumin intravena pada pasien sebesar 1g/kg/
kali dikombinasikan dengan pemberikan diuretik
furosemid 40 mg (0,5 mg/kg) secara bolus dan Kesimpulan
diberikan di tengah transfusi albumin. Pasca pemberian
albumin pasien masih tampak edema, sesak berkurang, Pemberian albumin dan furosemid bukan merupakan
selanjutnya sepuluh hari setelah rawat inap di IGD, prosedur rutin pada setiap pasien SN dengan edema
pasien datang ke poliklinik masih dalam keadaan dan hipoalbuminemia. Secara statistik, efek diuretik
edema dengan ascites, sesak berkurang namun terdapat dan natriuretik dari terapi kombinasi ini masih dianggap
batuk-batuk. tidak bermakna, mekanisme diuretik albumin belum
Pasien mengalami edema karena hipoalbuminemia dapat dijelaskan dari perspektif patofisiologis, dan
akibat proteinuria yang berat sehingga tekanan pemberian kombinasi albumin furosemid harus dengan
onkotik kapiler rendah dan terjadilah penurunan pertimbangan dan perhatian khusus.
volume sirkulasi. Teori underfill ini kemungkinan
besar mendasari terjadinya reabsorbsi natrium dan
air sebagai kompensasi ginjal dari penurunan tekanan Saran
onkotik, karena saat itu fungsi ginjal masih dinilai baik
berdasar penghitungan laju filtrasi glomerulus 98 mL/ Penggunaan albumin dan furosemid dapat diberikan
menit/1,73m2. Setelah pemberian kombinasi terapi pada pasien dengan sindrom nefrotik dengan edema.
edema tersebut, terdapat perbaikan dalam hal diuresis Pemberiannya bukan merupakan prosedur rutin
pada 24 jam pertama, namun berat badan pasien tidak dan harus disarankan dengan pertimbangan serta
berkurang, klinis lain sesak berkurang. perhatian khusus. Perlu dilakukan penelitian uji klinis
Penggunaan albumin dan furosemid pada anak yang dalam skala besar pada pasien dengan resisten diuretik
edema karena sindrom nefrotik tidak menunjukkan sehingga terdapat rekomendasi berbasis bukti terhadap
perbaikan dalam hal natriuresis dan diuresis yang penggunaan albumin dan furosemid.
sifatnya permanen, dan hal ini secara statistik tidak
bermakna. Salah satu penelitian bahkan menunjukkan
bahwa pemberian furosemid saja dapat memberikan Daftar pustaka
efek positif terhadap pasien SN dengan edema berat.
6
Akan tetapi, penelitian yang mendukung pemberian 1. Fliser D, Zurbruggen I, Mutschler E, Bischoff I, Nussberger J,
furosemid tunggal pada SN dengan hipoalbuminemia Franek E, dkk. Coadministration of albumin and furosemid
dan edema tersebut masih dalam level of evidence 3 in patients with the nephrotic syndrome. Kidney Int 1999;
dengan jumlah subyek penelitian kecil. Walaupun 55: 62934.
Ghafari9 dan Dharmaraj8 berhasil menunjukkan adanya 2. Sjostrom PA, Odlind BG, Beermann BA, Karlberg BE.
perbaikan natriuresis dan diuresis pada pemberian Pharmacokinetics and effects of frusemide in patients with the
kombinasi albumin dan furosemid dibanding pemberian nephrotic syndrome. Eur J Clin Pharmacol 1989; 37: 17380.
furosemid saja, efek tersebut hanya terjadi dalam waktu 3. Ichikawa I, Rennke HG, Hoyer JR, Badr KF, Schor N, Troy
yang sementara dan tidak berlanjut memberikan efek JL, dkk. Role for intrarenal mechanisms in the impaired salt
perbaikan yang diharapkan. Kedua penelitian tersebut excretion of experimental nephrotic syndrome. J Clin Invest
juga termasuk kedalam telaah sistematik Duffy11 1983;71:91103.
yang pada akhirnya berkesimpulan bahwa kombinasi 4. Alderson P, Bunn F, Li WPA, Li L, Blackhall K, Roberts I,
furosemid dan albumin tidak disarankan untuk dkk. Human albumin solution for resuscitation and volume
diberikan secara rutin pada pasien SN dengan edema expansion in critically ill patients. Cochrane Database of
dan hipoalbuminemia. Belum terdapat penelitian saat Systematic Reviews 2011, Issue 10. [DOI: 10.1002/14651858.

502 Sari Pediatri, Vol. 18, No. 6, April 2017


Meita Dwi Utami dkk: Transfusi albumin dan furosemid pada SN dengan edema

CD001208.pub4] and furosemid combination for management of edema


5. Oxford Centre of Evidence-Based Medicine 2011 Levels of in nephrotic syndrome: a review of clinical studies. Cells
Evidence. Diakses tanggal 3 April 2015.Diunduh dari: http:// 2015;4:622-30.
www.ebcm.net/index.aspx?0=5653 . 10. Brown EA, Markandu N, Sahnella GA, Jones BE, MacGregor
6. Kapur G, Valentini RP, Imam AA, Mattoo TK. Treatment GA. Sodium retention in nephrotic syndrome is due to an
of severe edema in children with nephrotic syndrome with intrarenal defect: evidence from steroid-induced remission.
diuretics alone a prospective study. Clin J Am Soc Nephrol Nephron 1985;39:2905.
2009;4:90713. 11. Doucet A, Favre G, Deschenes G. Molecular mechanism
7. Dharmaraj R, Hari P, Bagga A. Randomized cross-over trial of edema formation in nephrotic syndrome: therapeutic
comparing albumin and frusemide infusions in nephrotic implications. Pediatr Nephrol 2007; 22: 198390.
syndrome. Pediatr Nephrol 2009;24:77582. 12. Buck ML. Furosemid: a review of ots use in infants and
8. Ghafari A, Mehdizadeh A, Alavi-Darazam I. Co-administ- children. [disitasi tanggal 20 April 2015]. Diunduh dari: http://
ration of albumin- furosemid in patients with the nephrotic www.medscape.com/viewarticle/712273.
syndrome. Saudi J Kidney Dis. Transplant 2011;22:4715. 13. Pediatric formulary committee. British National Formulary
9. Duffy M, Jain S, Harrell N, Kothari N, Reddi AS. Albumin for children. London: Pharmaceutical Press;2014. h.77-8

Sari Pediatri, Vol. 18, No. 6, April 2017 503

Вам также может понравиться