Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB II

LANDASAN TEORITIS

II. 1 Klasifikasi Makhluk Hidup

Makhluk hidup di muka bumi ini sangat banyak jumlahnya dan sangat

beraneka ragam baik bentuk, corak, ukuran, anatomi, fisiologi, maupun perilakunya.

Untuk memudahkan mempelajari makhluk hidup, para pakar melakukan

penggolongan atau klasifikasi. Dalam klasifikasi, terlebih dahulu dilakukan

pencandraan atau identifikasi. Identifikasi didasarkan pada persamaan atau

perbedaan ciri bentuk luar (morfologi), susunan tubuh (anatomi), faal tubuh

(fsiologi), perilaku, dan kromosom. Makhluk hidup yang memiliki persamaan ciri

dikelompokkan ke dalam suatu unit yang disebut takson. Takson disusun dari tingkat

yang tertinggi ke tingkat terendah. Makhluk hidup yang memiliki sedikit persamaan

cirri dikelompokkan ke dalam tingkatan takson yang tinggi. Sebaliknya, makhluk

hidup yang memiliki banyak persamaan ciri, dimasukkan dalam takson yang

lebih rendah.

Pengelompokan atau klasifikasi dilakukan untuk memudahkan mengenal

organisme yang beraneka ragam. Klasifikasi dilakukan menurut keperluannya.

Makhluk hidup yang memiliki ciri yang sama dikelompokkan ke dalam golongan

yang sama. Makhluk hidup yang memiliki ciri berbeda tidak dikelompokkan ke

dalam golongan yang sama.

Tanaman sering dikelompokkan menjadi tanaman bunga, tanaman buah,

atau tanaman sayur. Hewan sering dikelompokkan menjadi hewan piaraan, hewan

liar, atau hewan petelur. Pengelompokan itu dilakukan berdasarkan ciri-ciri tertentu.

7
8

Sebenarnya, setiap orang dapat melakukan klasifikasi atas dasar kepentingan

masing-masing. Misalnya ayam, kambing, dan sapi dikelompokkan ke dalam

hewan ternak. Dasar klasifikasinya adalah semua hewan itu dapat diternakkan.

Contoh lainnya, kangkung, kubis, bayam, sawi, dan dawn singkong digolongkan

ke dalam sayuran. Dasar klasifikasinya adalah semua tumbuhan itu dapat

dijadikan sayur. Pepaya, mangga, pisang, dan jambu dikelompokkan ke dalam

buah-buahan. Dasar klasifikasinya adalah semua tanaman itu menghasilkan buah

yang dapat dimakan.

Di dalam biologi juga terdapat klasifikasi dengan dasar tertentu. Misalnya,

hewan pemakan tumbuhan digolongkan sebagai herbivor, hewan pemakan daging

digolongkan sebagai karnivor, dan hewan pemakan segala digolongkan omnivor.

Tumbuhan yang hidup di lingkungan berair digolongkan ke dalam higrofit,

sedangkan yang hidup di lingkungan yang digolongkan ke dalam xerofit (Syamsuri,

dkk, 2007)

Klasifikasi adalah penyusunan makhluk hidup secara teratur ke dalam suatu

herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi makhluk hidup

secara individual yang menggambarkan kekerabatan. Menurut Rideng (1989)

klasifikasi adalah pembentukan takson-takson dengan tujuan mencari materi

keseragaman dalam keanekaragaman. Dikatakan pula bahwa klasifikasi adalah

penempatan organism secara berurutan pada kelompok tertentu (takson) yang

didasarkan pada perbedaan dan persamaan. Sedangkan (Tjitrosoepomo, 1993)

mengatakan bahwa dasar pengadaan klasifikasi adalah keseragaman kesamaan-

kesamaan itulah yang dijadikan dasar klasifikasi. Semua ahli biologi menggunakan

suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang


9

memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupun hewan

tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang

memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John

Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von

Linne (1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada

masa sekarng dengan Carolus Linnaeus.

Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena sifatnya

yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu organism baru tetap dapat dimasukkan

dalam sistem klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang digunakan dalam system

klasifikasi Linnaeus ditulis dalam bahasa Latin karena pada zaman Linnaeus bahasa

Latin adalah bahasa yang dipakai untuk pendidikan resmi.

1. Tujuan Klasifikasi makhluk hidup

Adapun tujuan Klasifikasi makhluk hidup adalah :

a. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang

dimiliki.

b. Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya

dengan makhluk hidup dari jenis lain.

c. Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup

d. Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya atau belum

memiliki nama.

2. Manfaat Klasifikasi

Selain memiliki tujuan, klasifikasi memiliki manfaat bagi manusia, antara

lain :
10

a. Klasifikasi memudahkan kita dalam mempelajari makhluk hidup yang

sangat beraneka ragam.

b. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis

makhlukhidup.

c. Klasifikasi memudahkan komunikasi

3. Proses Klasifikasi

Para biologi awal masih menggunakan buku Linnaeus yang berjudul

Systema Naturae (sistem Alam) yang diterbitkan tahun 1758 sebagai dasar untuk

klasifikasi ilmiah. Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan

makhluk hidup, yaitu:

a. Pencandraan (identifikasi), Pencandraan adalah proses mengidentifikasi atau

mendeskripsi ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan diklasifikasi.

b. Pengelompokan, setelah dilakukan pencandraan, makhluk hidup kemudian di

kelompokkan dengan makhluk hidup lain yang memiliki ciri-ciri serupa.

Makhluk hidup yang memiliki ciri serupa dikelompokkan dalam unit-unit yang

disebut takson.

c. Pemberian nama takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini diberi nama untuk

memudahkan kita dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok makhluk hidup.

4. Tingkatan Klasifikasi/ Takson

Dalam sistem klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu

kelompok besar kemudian kelompok besar ini dibagi menjadi kelompok-kelompok

kecil. Kelompok-kelompok kecil ini kemudian dibagi lagi menjadi kelompok yang

lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya terbentuk kelompok- kelompok kecil

yang beranggotakan hanya satu jenis makhluk hidup. Tingkatan-tingkatan


11

pengelompokan ini disebut takson. Taksa (takson) telah distandarisasi di seluruh

dunia berdasarkan International Code of Botanical Nomenclature dan International

Committee on Zoological Nomenclature.Tingkat takson sangat penting karena tanpa

adanya tingkat-tingkat takson maka faedah dari sistem klasifikasi tidak dapat

dihasilkan. Takson dinyatakan sebagai unit.

II.1.1 Kekerabatan Makhluk Hidup

Anak, orang tua, cucu, kakek dan nenek, keponakan, paman dan bibi,

memiliki persamaan dan perbedaan ciri. Ciri tersebut, misalnya dalam hal jenis

rambut, bentuk tubuh, dan warna kulit. Persamaan antara anak dengan orang tua

lebih banyak daripada persamaan antara keponakan dengan paman. Semakin dekat

kekerabatannya, semakin banyak kesamaan ciri-cirinya.

Demikian pula halnya dengan makhluk hidup lainnya. Makhluk hidup yang

memiliki banyak kesamaan ciri merupakan makhluk hidup yang memiliki

kekerabatan yang dekat. Sebaliknya, makhluk hidup yang memiliki banyak

perbedaan ciri merupakan makhluk hidup yang jauh kekerabatannya.

II.1.2 Perkembangan Sistem Klasifikasi

Sistem klasifikasi selalu berkembang, sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan. Mula-mula makhluk hidup hanya dibedakan menjadi dua kingdom,

yaitu Plantae (tumbuhan) dan Animalia (hewan). Pada pembagian tersebut, jamur

digolongkan ke dalam tumbuhan. Kemudian diketahui bahwa jamur tidak berklorofil

dan dinding selnya terdiri dari kitin. Jadi, dinding sel jamur berbeda dengan dinding

sel tumbuhan yang terdiri dari selulosa. Oleh karena itu, jamur dipisahkan menjadi
12

kingdom tersendiri. Selanjutnya, makhluk hidup dibedakan menjadi tiga kingdom,

yaitu Fungi (jamur), Plantae, dan, Animalia. `'

Makhluk hidup bersel satu yang tidak memiliki membran inti digolongkan sel

prokariot, yaitu bakteri dan ganggang (alga) hijau-biru. Keduanya dikelompokkan

menjadi kingdom tersendiri, yaitu kingdom Monera. Maka muncullah sistem

klasifikasi empat kingdom, yang beranggotakan Monera, Fungi, Plantae, dan

Animalia.

Setelah itu masih ada makhluk hidup bersel satu yang dapat dibedakan dari

yang lain, yaitu protozoa dan alga.. Keduanya dikeluarkan dari Monera dan

dikelompokkan menjadi kingdom Protista. Maka, muncullah sistem klasifikasi lima

kingdom, yang beranggotakan Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia.

Selain itu, ada juga virus yang memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh

organisms lain. Oleh karena virus dianggap "setengah" makhluk hidup, maka virus

dikelompokkan ke dalam golongan tersendiri di luar kingdom-kingdom makhluk

hidup.

II.1.3 Kunci Determinasi

Kunci determinasi adalah petunjuk yang dapat digunakan untuk menentukan

jenis hewan dan tumbuhan yang ada di lingkungan tertentu. Di dalam kunci itu

tercantum ciri-ciri hewan atau tumbuhan yang akan ditentukan golongannya. Hanya

saja, kunci determinasi tidak digunakan secara umum. Kunci determinasi hanya

dibuat untuk lingkungan tertentu, sehingga tidak tepat jika digunakan di lingkungan

yang lain.

Hewan dan tumbuhan yang akan ditentukan golongannya harus diidentifikasi

(dicandra atau dipertelakan) terlebih dahulu. Setiap ciri yang dimunculkan di dalam
13

kunci determinasi hendaknya bersifat khusus, yang hanya dimiliki oleh kelompok

hewan atau tumbuhan tertentu dan tidak dimiliki oleh hewan atau tumbuhan

kelompok yang lain. Dalam mempertelakan, digunakan sistem ya dan tidak

Misalnya, di kebun ada hewan semut hitam, semut merah, kumbang, cacing, belalang

daun, dan kelabang (lipan). Contoh kunci determinasinya adalah sebagai berikut:

1. # Hewan dengan struktur tubuh yang terdiri dari kepala, dada, dan badan

belakang..(ke no. 2)

# Tidak menunjukkan bagian kepala, dada, dan badan belakang... (ke no. 5)

2. # Biasanya memiliki sayap.....(ke no. 3)

# Tidak memiliki sayap.......(ke no. 4)

3. # Memakan daun .......(belalang daun)

# Mengisap madu ......(kumbang)

4. # Setelah dewasa, imago berwama merah, bersayap.....(semut merah)

# Setelah dewasa, imago berwama hitam, bersayap...(semut hitam)

5. # Hidup di tanah, tubuh lunak, tidak ada bagian kepala....(cacing tanah)

# Hidup di tanah, tubuh berkulit kitin mengeras, ada bagian kepala dan badan

belakang. (kelabang).

II.2 Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup

II.2.1 Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Berdasarkan Cara Pemilihan Sifat

Sistem klasifkasi dibedakan menjadi 6 sistem berdasarkan cara pemilihan

sifat dalam penyusunan klasifikasi, adapun pembagian tersebut antara lain :

A. Klasifikasi Sistem Manfaat/ Periode tertua


14

Dalam periode ini secara formal belum dikenal adanya system klasifikasi

yang diakui (sejak ada kegiatan dalam taksonomi sampai kira-kira abad ke-4 sebelum

masehi). Sejak awal kehidupan manusia bergantung pada bahan-bahan yang berasal

dari tumbuhan, manusia sejak dahulu telah melakukan kegiatan-kegiatan yang

termasuk dalam lingkup taksonomi, seperti mengenali dan memilah-milah tumbuhan

mana yang berguna baginya dan yang mana yang tidak, termasuk pemberian

nama, sehingga apa yang ditemukan dapat dikomunikasikan kapada pihak lain.

Dalam zaman prasejarah orang telah mengenal tumbuh-tumbuhan penghasil bahan

pangan yang penting seperti yang kita kenal sampai saat ini. Jenis-jenis tumbuhan ini

diperkirakan telah diperkenal sejak 7 sampai 10 ribu tahun yang telah lalu, telah

dibudidayakan oleh bangsa Mesir, China, Asiria dan Tigris Di Timur Tengah

serta bangsa-bangsa Indian di Amerika Utara dan Selatan, sejak beberapa ribu

tahun yang lalu telah dikenal berbagai jenis tumbuhan yang merupakan penghasil

bahan pangan, sandang, dan bahan obat yang berarti bahwa sebenarnya mereka pun

telah menerapkan suatu sistem klasifikasi, dalam hal ini suatu sistem klasifikasi yang

didasarkan atas manfaat tumbuhan, sehingga tidak dapat dianggap sebagai sistem

buatan yang tertua

B. Periode system Habitus/ Bentuk

Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu pengetahuan baru di anggap pada abad

ke-4 sebelum Masehi oleh orang-orang Yunani yang dipelopori oleh Theophrastes

(370-285SM) murid seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles. Aristoteles sendiri

adalah murid filsuf Yunani yang semashur yaitu plato. Sistem klasifikasi yang

diusulkan bangsa Yunani dengan Theophrastes sebagai pelopornya juga diikuti oleh
15

kaum herbalis serta ahli-ahli botani dan nama itu terus dipakai sampai selama lebih

10 abad.

Pengklasifikasian tumbuhan terutama didasarkan atas perawakan (habitus)

yang golongan-golongan utamanya disebut dengan nama pohon, perdu, semak,

tumbuhan memanjat, dan terna. System klasifikasi ini bersifat dominan dari kira-kira

abad ke-4 sebelum masehi sampai melewati abad pertengahan, dan selama periode-

periode ini ahli-ahli botani, herbalis, dan filsuf telah menciptakan sistem-sistem

klasifikasi yang pada umumnya masih bersifat kasar, namun sering dinyatakan

telah mencerminkan adanya hubungan kekerabatan antara golongan yang terbentuk.

Theophrastes sendiri yang dianggap sebagai bapaknya ilmu tumbuhan,

dalam karyanya yang berjudul Historia Plantarum telah memperkenalkan dan

memberikan deskripsinya untuk sekitar 480 jenis tumbuhan. Dalam karya ini system

klasifikasi yang diterapkan oleh Theoprastes telah mencerminkan falsafah guru dan

eyang gurunya (Aristoteles dan Plato), yaitu suatu suatu system klasifikasi tumbuhan

berdasarkan bentuk dan tekstur.

Theophrastes juga telah dapat membedakan bunga majemuk yang berbatas

(centrifugal) dan yang tidak berbatas (centripetal), juga telah dapat membedakan

bunga dengan daun mahkota yang bebas (polipetal atau dialipetal) dan yang

berlekatan (gamopetal atau simpetal) bahkan ia telah dapat mengenali perbedaan

letak bakal daun yang tenggelam dan yang menumpang. Adapun yang telah

dilakukan oleh theoprasteshasil klasifikasi tumbuhan yang telah diciptakan masih

dianggap nyata-nyata merupakan suatu sistem artifisial.

C. Periode Sistem Buatan/ Artificial


16

Periode ini terjadi pada permulaan abad ke 18, yang ditandai dengan sifat

system yang murni artifisial, yang sengaja dibuat sebagai sarana pembantu dalam

identifikasI tumbuhan. Sistem ini tidak menggunakan bentuk dan tekstur tumbuhan

sebagai dasar utama pengklasifikasian. Tetapi pengambilan kesimpulan mengenai

kekerabatan antara tumbuhan. Dalam periode ini tokoh yang paling menonjol adalah

Karl Linne (CarolusLinneaus) Dibawah bimbingan Dr. Rudbeck ia menerbitkan

karyanya yang pertama kalimengenai seksualitas tumbuhan. Setelah menjadi dosen

ia menerbitkan karyanya yang berjudul Hortus Uplandikus yang memuat nama-nama

semua tumbuhan yang terdapat dikebun raya di Upsala, yang susunannya mengikuti

sistem de Tournefort. karena jumlah tumbuhan dikebun raya tadi makin besar

jumlahnya maka linneaus menerbitkaan Hortus Uplandikus edisi baru yang disusun

menurut ciptaannya sendiri yang dikenal sebagai Sistema Sexsuale atau sistem

seksual. Doktor Gronovius seorang dokter dan naturalis, begitu oleh Linneaus, dan

Lawso menawarkan kepada Linneaus untuk membiayai penerbitan naskahnya yaitu

Sistema Naturae yang memuat dasar-dasar pengklasifikasian tumbuhan hewan

dan mineral. Selama tahun 1737 sewaktu dinegeri Belanda karya Linneaus yang

diterbitkan berjudul Genera Plantarum dan Flora Lavonica sambil menunggu

pencetakan naskah-naskah itu Linneaus diberi kesempatan oleh Clifford untuk

berkunjung ke Inggris, dan sekembalinya dari Inggris selama sembilan bulan ia

menyiapkan naskah Hortus Cliffortianus yang berisi jenis-jenis tumbuhan yang

dipelihara dalam kebunnya Clifford selama tiga tahun di Belanda daritahun 1737

sampai 1739 merupakan masa yang paling produktif bagi Linneaus. Kurang lebih

ada 14 judul tulisannya terbit waktu itu, yang sebagian besar telah dipersiapkan

ketika ia masih di Swedia.


17

Setelah kembali lagi ke Swedia tidak lagi terbit karyanya yang berarti

darilinneaus selain spesies plantarum yang terbit 1 mei 1753. Pada tahun 1775 ia

mengundurkan diri sebagai guru besar dan tiga tahun kemudian meninggal dunia

setelah menderita sakit selama kurang lebih 2 tahun (10 januari 1778).Sistem

klasifikasi tumbuhan yang diciptakan oleh Linnaeus masih dikategorikan sebagai

sistem artivisial. Nama Sistema Sexsuale untuk sistem yang diciptakan sebenarnya

tidak begitu tepat karena pada dasarnya sistem ini tidak ditekankan pada masalah

jenis kelamin, tetapi pada kesamaan jumlah alat-alat kelamin seperti

jumlah benangsari. Nama-nama golongan tumbuhan yang diciptakan oleh

Linnaeus seperti monandria (berbenang sari tunggal), diandria (berbenang sari dua),

triandria berbenang sari tiga dan seterusnya. Itulah sebabnya sistem klasifikasi

tumbuhan ciptaan Linnaeus dikenal pula sebagai sistem numerik.

Ciptaan Linnaeus ini meupakan sistem yang dinilai revolusioner untuk masa

itu,dan memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada sumbangan linnaeus yang

lain,dan sistem ini sengaja dirancang sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi

tumbuhan dan ia juga dianggap sebagai pencipta sistem tata nama ganda yang ia

terapkan dalam bukunya Species plantarum yang diterbitkan pada tanggal 1 mei

1753 yang menjadi pangkaltolak berlakunya tata nama tumbuhan yang diakui.

Sesungguhnya linnaeus dianggap tidak tepat bila ia sebagai pencipta tata

nama ganda. Sebelum linnaeus, sistem tata nama ganda telah dirintis oleh caspar

bauhin, yang dalam tahun 1623 dalam bukunya pinax theatri botanici telah

menerapkan system tata nama ganda pada tumbuhan. Karena besar jasa-jasa yang

diberikan oleh linnaeus bagi perkembangan taksonomi umumnya dan

taksonomi tumbuhan khususnya bagi dunia ilmu hayat linnaeus mendapatkan gelar
18

sebagai Bapak Taksonomi baik hewan maupun tumbuhan dan juga mendapat

pengakuan dari negara yang diberikan oleh raja swedia yang mengangkat linnaeus ke

jenjang bangsawan, sehingga nama Karl Linne diubah menjadi Karl Von Linne.

D. Periode Sistem Alamiah

Menjelang berakhirnya abad ke-18 terjadi perubahan-perubahan yang

revolusioner dalam pengklasifikasiaan tumbuhan. Sistem klasifikasi yang baru ini

disebut sistem alam yaitu golongan yang terbentuk merupakan unit-unit yang wajar

(natural) bila terdiri dari anggota-anggota itu, dan dengan demikian dapat tercermin

pengertian manusia mengenai yang disebut yang dikehendaki oleh alam. Secara

harfiah istilah sistem alam untuk aliran baru dalam klasifikasi ini tidak begitu tepat

karena pada hakekatnya semua sistem klasifikasi adalah sistem buatan. Untuk

sitem klasifikasi yang digunakan dalam periode ini, digunakan nama sistem alam

(natural system) dengan maksud untuk memenuhi keinginan manusia akan adanya

penataan yang tepatyang lebih baik dari sistem-sistem sebelumnya.

E. Periode Sistem Filogenetik

Teori evolusi, teori desendensd atau teori keturunan seperti yang diciptakan

oleh darwin merupakan suatru teori hingga sekarang oleh sebagian orang terutama

tokoh agama masih dianggap kontroversial dan tetap ditentang kendati ajaran itu

tetap diterima dan cepat tersebar luas dikalangan kaum ilmuan yang begitu fanatik

terhadap teori ini sampai ada yang menyatakan, bahwa evolusi bukannya teori lagi,

tetapi adalah suatu aksioma yang tidak perlu diragukan kebenarannya, dan oleh

karenanya tidak perlu diperdebatkan lagi.


19

Sistem klasifikasi dalam periode ini berupaya untuk mengadakan

penggolongan tumbuhan yang sekaligus mencerminkan urutan-urutan golongan itu

dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan demikian juga menunjukan

jauh dekatnya hubungan kekerabatan yang satu dengan yang lain. Jadi dalam

klasifikasi ini dasar yang digunakan adalah filogeni dan dari sini lahirlah nama

sistem filogenetik kenyataanya, bahwa kemudian muncul sistem klasifikasi yang

berbeda, membuktikan bahwa persepsi daninterpretasi para ahli biologi mengenai

yang disebut filogeni itu masih berbeda-beda.

F. Sistem Klasifikasi Kontemporer

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dalam abad ke-20 ini

pasti akan berpengaruh pula terhadap perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan.

Kecenderungan untuk mengkuantitatifkan data penelitian dan penerapan matematika

dalam pengolahan data yang diperoleh telah menyusup pula ke dalam ilmu-ilmu

sosial yang semula tak pernah atau belum memanfaatkan matematika serta belum

mempertimbangkan pula kemungkinan-kemungkinan yang dapat di capai dengan

penerapan pendekatan kuantitatif matematik.

Perkembangan teknologi, khususnya di bidang elektronika yang dalam abad

nuklir maju dengan pesat ini, telah pula menjamah bidang taksonomi tumbuhan,

yang sejak beberapa dasawarsa belakangan ini juga sudah di jalari penyakit

penerapan metode penelitian kuantitatif yang pengelohan datanya memanfaatkan

jasa-jasa komputer pula. Komputer telah digunakan secara luas dalam

pengembangan metode kuantitatif dalam klasifikasi tumbuhan, yang melahirkan

bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yang dikenal sebagai taksonomi numerik,

taksometri atau taksonometr


20
21

Вам также может понравиться