Вы находитесь на странице: 1из 6

BAHAN KULIAH PAI AKHLAK

Oleh: Titin Suprihatin, Dra. MH

A. Pengertian Akhlak
Akhlak secara bahasa adalah bentuk jamak dari kata Khulk yang didalam kamus
al-Munjid berarti: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. lImam al-Ghazali
mendefinisikan akhlak sebagai berikut :

Artinya: "al-khuluk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-
macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan"
Jadi akhlak adalah kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi
kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan spontan dan
mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari sifat itu timbul
perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari'at dan akal pikiran; maka
disebut akhlak mulia (mahmudah/karimah). Sebaliknya apabila yang lahir adalah
perbuatan yang buruk; maka disebut akhlak yang tercela (sayyiah/madzmumah).
Ilmu adalah mengenal sesuatu secara mendalam sesuai dengan esensinya. Drs
Asmaran mengatakan: "Ilmu akhlak adalah ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah
laku manusia kemudian memberi hukum/nilai terhadap tingkah laku itu baik atau buruk
sesuai norma-norma akhlak dan tata susila". Prof Ahmad Amin menulis: . . . Di dalam
Dairat Ma'arif dikatakan bahwa ilmu akhlak adalah ilmu tentang keutamaan-keutamaan
dan cara mengikutinya sehingga jiwa terisi dengannya, dan ilmu tentang keburukan-
keburukan dan cara menghindarinya sehingga jiwa kosong daripadanya.

Beberapa istilah lain yang mirip:


Etika: berasal dari Bahasa Yunani ethos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam
New Masters Pictorial Encyclopedia dikatakan: "Etika ialah ilmu tentang filsafat moral,
bukan mengenai fakta tetapi tentang nilai-nilai, bukan mengenai sifat tindakan manusia
akan tetapi tentang idenya". Dikatakan pula bahwa etika adalah ilmu tentang tingkah
laku manusia yang berkenaan dengan ketentuan tentang kewajiban (kebenaran atau
kesalahan, kepatutan) dan ketentuan tentang nilai (kebaikan dan keburukan). Etika
mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan itu baik atau
buruk, benar atau salah menurut ukuran akal pikiran.
Antara etika dan akhlak ada persamaan disamping ada perbedaan. Persamaannya
terletak pada objeknya bahwa kedua-duanya membahas baik buruk tingkah laku
manusia. Perbedaannya terletak pada tolok ukurnya. Tolok ukur etika adalah akal
pikiran sedangkan tolok ukur akhlak adalah agama (Al-Qur'an dan hadis).
Moral berasal dari bahasa Latin mores jamak dari mos yang berarti adat
kebiasaan. Menurut Ensiklopedi Pendidikan: "Moral adalah nilai dasar dalam
masyarakat untuk memilih antara nilai hidup (moral). Juga adat istiadat yang menjadi
dasar untuk menentukan baik/buruk". Hamzah Ya'qub mengatakan :"Yang disebut moral
ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia mana yang
baik dan wajar". Dengan demikian nilai baik buruk, benar salah yang diberikan secara
moral bersifat lokal.

1
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa antara akhlak, etika, dan
moral terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah bahwa ketiga istilah
tersebut menentukan nilai/hukum perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk,
benar atau salah. Perbedaannya terletak pada tolok ukurnya. Tolok ukur akhlak adalah
Al-Qur'an dan hadis, tolok ukur etika adalah akal pikiran, dan tolok ukur moral adalah
adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.
Perbedaan lain antara etika dan moral ialah: etika lebih banyak bersifat teoritis
sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia
secara universal, sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, sedangkan
etika menjelaskan ukuran.
Kesusilaan berasal dari bahasa Sansekerta: su berarti baik atau bagus dan sila
berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Dalam kamus Umum Bahasa
Indonesia dikatakan: "Susila berarti sopan santun, beradab, baik budi bahasanya".
Kesusilaan bermaksud membimbing manusia agar hidup sopan sesuai dengan norma-
norma tata susila.
Selain istilah di atas terdapat pula istilah lain, seperti: budi pekerti, kesopanan,
sopan santun, adab, perangai, tingkah laku, dll.

B. Tujuan Mempelajari Ilmu Akhlak


Tujuan mempelajari ilmu akhlak adalah untuk mengetahui tentang benar atau salah
baik atau buruk, agar dapat melakukan perbuatan yang benar dan baik juga agar dapat
menghindari perbuatan yang buruk dan yang salah. Setengah dari tujuan ilmu akhlak
adalah untuk mempengaruhi dan mendorong kehendak supaya membentuk hidup suci
dan menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan.
Aristoteles mengatakan bahwa apa yang berhubungan dengan keutamaan tidak
cukup dengan diketahui apa keutamaan itu, akan tetapi harus ditambah dengan
melatihnya dan mengerjakannya, atau mencari jalan lain untuk menjadikan kita orang-
orang yang utama dan baik.

C. Ruang Lingkup Pembahasan Akhlak


1. Akhlak terhadap Khalik.
2. Akhlak terhadap makhluk:
a. Manusia:
b. Bukan manusia.
Akhlak terhadap manusia terbagi kepada:
1) Akhlak terhadap Rasul
2) Akhlak terhadap diri sendiri
3) Akhlak terhadap sesama manusia (orang tua, keluarga : suami, isteri, anak, guru,
tetangga, teman sejawat, dll)
Akhlak terhadap bukan manusia : flora, fauna, alam lainnya, berbagai sarana, dll.

D. Pengertian Iman
Pengertian tentang Iman, Islam dan ihsan didapat dari hasil percakapan antara
Rasulullah Saw dengan Malaikat Jibril menurut hadis riwayat Muslim dari Abdullah Ibn
Umar. Dari dialog tersebut disimpulkan bahwa rukun iman ada enam, rukun Islam ada
lima, dan didapat pengertian tentang ihsan sebagai berikut:

2
Iman adalah beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasul-Nya, Hari Akhirat, dan beriman kepada kadar (ketentuan Tuhan) baik dan
buruk. Keenam keimanan ini biasa disebut rukun iman.
Islam adalah menyaksikan bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, mendatangkan zakat, shaum
Ramadhan, dan ibadah haji ke Baitullah jika mampu pergi ke sana. Kelima hal ini
disebut rukun Islam.
Ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, tetapi jika
engkau tidak melihat-Nya, yakinlah bahwa Dia selalu melihat engkau.
Kata iman berasal dari bahasa Arab yang dalam bahasa Indonesia sering
diartikan dengan kepercayaan atau keyakinan. Menurut Sidi Gazalba, iman lebih tepat
diartikan dengan keyakinan. Abul Ala Maududi mengatakan bahwa kata iman yang
sering diterjemahkan dengan keyakinan menurut segi bahasa berarti tahu, percaya dan
yakin tanpa ada keraguan sedikit pun. Asmaran mengatakan bahwa iman berarti
keyakinan yang tidak tergoyahkan yang timbul berdasarkan pengetahuan dan
kepercayaan. Orangnya disebut mukmin. Iman letaknya di dalam hati.
Pengertian iman dalam arti dasar adalah kepercayaan atau keyakinan yang ada di
dalam hati. Pengertian iman secara sempurna adalah meyakini atau membenarkan
dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota
badan. Iman secara sempurna tidak cukup hanya meyakini di dalam hati tentang
keberadaan Allah dengan segala sifat-Nya melainkan juga harus mengucapkan
keyakinan itu secara jelas dengan lisan misalnya mengucapkan dua kalimah syahadat,
dan mengamalkan segala perintah-Nya dengan anggota badan baik berupa ibadah
maupun akhlak.
Kelompok manusia beriman dapat dibagi menjadi empat golongan. Pertama,
mereka yang memiliki iman yang kuat, sepenuhnya mengakui keesaan Allah. Mereka
membaktikan diri kepada Allah tanpa ragu, menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya. Mereka inilah mukmin sejati.
Kelompok kedua, mereka yang percaya kepada Allah dan hukum-hukum-Nya
tetapi kepercayaannya tidak kuat. Mereka tetap disebut muslim selama tidak membuang
keimannnya walau pun kadang-kadang melanggar hukum Allah.
Kelompok ketiga, mereka yang tidak memiliki iman sama sekali, tidak
mengakui keesaan Allah akan tetapi tidak berbuat kejahatan. Walaupun perbuatan
mereka sesuai dengan hukum-hukum yang berlaku di sebuah negara, mereka tetap tidak
dapat menebus kesalahannya yang fatal yaitu tidak mempercayai Allah.
Kelompok keempat, mereka yang tidak mempercayai Allah dan tidak berbuat
baik; bahkan menebarkan kekejian dan kekejaman. Mereka merupakan manusia yang
paling jahat.

E. Pengertian Islam
Islam secara bahasa berarti tunduk dan menyerah/penyerahan diri, damai,
selamat. Di dalam kamus al-Munjid disebutkan bahwa Islam adalah tunduk/taat kepada
perintah yang memerintah (Allah) dan tunduk/taat kepada larangan-Nya tanpa merasa
keberatan atau keterpaksaan.
Dapat disimpulkan bahwa Islam itu ialah tunduk dan taat kepada segala perintah
dan larangan Allah. Perintah dan larangan Allah itu tertuang dalam ajaran Islam, oleh
karena itu hanya mereka yang tunduk dan taat kepada ajaran Islam yang akan mendapat
keselamatan dan kedamaian hidup di dunia dan di akhirat.

3
Islam kuncinya di mulut (lisan). Ucapan yang membedakan antara Islam dan
non Islam adalah dua kalimah syahadat (syahadatain). Orang yang mengucapkan dua
kalimah syahadat dengan kepasrahan (tidak karena dipaksa) sudah diakui sebagai orang
Islam tanpa harus diketahui keadaan hatinya. Hanya Allah yang mengatahui hati
manusia.
Orang yang telah mengucapkan syahadat berkewajiban untuk melaksanakan
rukun Islam di atas dan ibadah-ibadah lainnya serta harus meninggalkan segala larangan
Allah dan Rasulullah Saw. Orang yang sudah mengucapkan syahadatain tetap diakui
sebagai orang Islam walaupun tidak mematuhi hal tersebut di atas selama tidak
mengucapkan kembali secara terus terang pengingkaran terhadap syahadatain.
Dengan demikian, iman dalam arti dasar adalah pembenaran dengan hati. Islam
dalam arti dasar adalah pembenaran dengan mulut. Iman dalam arti sempurna adalah
identik dengan Islam dalam arti sempurna yaitu adanya kesatuan antara hati, mulut, dan
perbuatan.

F. Pengertian Ihsan
Ihsan secara bahasa berarti perbuatan baik. Moenawar Chalil mengatakan bahwa
ihsan itu dapat diartikan dalam dua arti:
a. Memberi kenikmatan (kebaikan) kepada orang lain.
b. Mengetahui dengan baik akan sesuatu pengetahuan dan mengerjakan dengan
baik akan sesuatu pekerjaan.
Menurut beliau yang dimaksud dengan ihsan adalah bahwa segenap amal
perbuatan itu dikerjakan dengan perasaan tanggung jawab kepada Allah.
Syekh Muhammad Alin al-Kurdi mengatakan bahwa ihsan ialah selalu dalam
keadaan diawasi oleh Allah dalam segala ibadah hingga seluruh ibadah seorang hamba
benar-benar ikhlas karena Allah. Jadi dapat dikatakan bahwa ihsan sebagai puncak
kesempurnaan dari iman dan islam.
Seorang yang telah sempurna keimanan dan keislamannya akan mencapai suatu
keadaan dimana ia dapat melakukan ibadah seakan-akan melihat Allah, dan bila tidak
dapat demikian ia akan selalu merasa dilihat atau diawasi Allah. Perasaan melihat atau
dilihat/diawasi Allah akan menyebabkan ibadah dilakukan dan berlangsung secara baik
dan khusyu. Ibadahnya memusat kepada satu titik yaitu Allah. Hanya Allah sajalah yang
hadir dalam ingatannya. Dalam ibadah itu ia merasa sedang berada dan bersimpuh di
hadapan Allah.
Pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, ia akan merasa selalu terkontrol oleh
Allah dan tidak pernah terlepas dari perhatian-Nya. Orang demikian tingkah lakunya
akan selalu baik, tidak berani melanggar aturan

G. Keterkaitan Ketiganya
Antara iman dan islam tidak dapat dipisahkan. Islam integral dengan iman.
Penyerahan yang hakiki kepada Allah mustahil tanpa adanya keimanan. Keimanan yang
utuh akan melahirkan perasaan selalu diawasi sehingga perilaku dan perbuatan akan
selalu baik. Iman, islam, dan ihsan merupakan tiga serangkai yang tidak boleh terpisah.
Itulah kebulatan dan keutuhan agama Islam. Kesempurnaan agama Islam terletak pada
iman, islam, dan ihsan.
Iman ialah satu aspek ajaran Islam yang membahas tentang kepercayaan yang
dalam dunia ilmu disebut dengan ilmu Kalam atau ilmu Tauhid. Islam adalah aspek
ajaran Islam yang membahas tentang tatacara beribadah kepada Allah dan bergaul

4
sesama manusia yang biasa disebut dengan ilmu syari;'ah. Seseorang yang kuat
keimannya kepada Allah tentulah akan dengan sukarela dan senang hati melaksanakan
segala ibadah yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan-Nya. Ibadah dan
muamalah akan dilaksanakan secara benar sesuai perintah Allah dan tuntunan
Rasulullah dengan niat karena Allah dan mengharap rida Allah.
Ihsan ialah aspek ajaran Islam yang membicarakan tentang bagaimana seorang
muslim bersikap kepada Allah dalam beribadah kepada-Nya dan bertingkah laku kepada
sesama; yang sering disebut dengan ilmu Akhlak atau ilmu Tasawuf. Ibadah dalam
Islam selain sebagai bentuk penghambaan terhadap Allah; juga berfungsi sebagai
pembinaan akhlak. Shalat antara lain mendidik manusia agar menjauhi perbuatan buruk
dan keji. Zakat antara lain mendidik manusia agar memperhatikan kaum miskin dan
memperhatikan kebersihan harta. Shaum antara lain mendidik manusia agar disiplin
waktu, jujur, menjaga perkataan dan perbuatan. Hajji antara lain mendidik manusia agar
mengembangkan persaudaraan, tidak bermusuhan, tidak berkata dan atau berperilaku
seronok, dan tidak melanggar aturan. Orang yang ibadahnya benar sudah pasti
akhlaknya akan baik. Orang yang akhlaknya buruk sudah pasti ibadahnya tidak benar.

Allah memberikan perumpamaan keterkaitan antara iman, Islam, dan ihsan di


dalam surat Ibrahim: 24-27 sebagai berikut:







(24) Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik [786] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit,
(25) Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat.
(26) Dan perumpamaan kalimat yang buruk [787] seperti pohon yang buruk, yang
telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak)
sedikitpun.
(27) Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh
itu [788] dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-
orang yang zhalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.

[786] Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala ucapan yang
menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang
baik. kalimat tauhid seperti laa ilaa ha illallaah.
[787] Termasuk dalam kalimat yang buruk ialah kalimat kufur, syirik, segala
perkataan yang tidak benar dan perbuatan yang tidak baik.
[788] Yang dimaksud ucapan-ucapan yang teguh di sini ialah kalimah thayyibah
yang disebut dalam ayat 24 di atas.

5
Dalam ayat di atas, keterkaitan iman, islam, dan ihsan (akhlak) diumpamakan
sebuah pohon. Iman diibaratkan akar, islam (ibadah dan muamalah) diibaratkan batang,
dan akhlak diibaratkan buah. Akar yang kuat akan menumbuhkan batang yang tinggi
menjulang dan melahirkan buah yang bermanfaat bagi manusia sepanjang masa. Iman
yang kuat akan menumbuhkan ibadah dan muamalah yang benar dan melahirkan akhlak
yang baik sehingga manusia merasakan manfaatnya.
Pohon yang jelek adalah bila akarnya sudah tercerabut dari bumi sehingga
batang tidak kuat, mudah terombang-ambing angin dan mudah tumbang. Boro-boro ada
buah yang tumbuh malah menimbulkan bahaya bagi manusia. Iman yang tidak kuat
tidak akan dapat menumbuhkan/mendorong ibadah tidak juga muamalah yang baik. Jika
orang sudah lepas dari ibadah dan muamalah maka sudah pasti akhlaknya tidak baik
karena tidak ada pengendali.

Berdasarkan hal tersebut maka pantas apabila Rasulullah Saw bersabda yang
artinya: "Saya diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia".
Pemahaman terhadap sabda ini bukanlah bahwa manusia tidak perlu beriman dan tidak
perlu beribadah yang penting berakhlak baik. Akhlak mulia yang dimaksud dalam hadis
ini adalah akhlak mulia yang lahir dari ibadah yang benar karena keimanan yang kuat.
Seseorang tidak disebut berakhlak baik apabila tidak beribadah dan tidak
beriman. Iman adalah faktor terpenting yang harus diimplementasikan dalam bentuk
ibadah dan melahirkan akhlak yang baik.

Вам также может понравиться