Вы находитесь на странице: 1из 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Genus lumut Usnea tersebar luas di seluruh dunia dan diketahui menguraikan
sejumlah metabolit yang menarik. Kawasan Himalaya timur India dan yang lebih
khusus lagi, daerah Sikkim-Gangtok kaya akan spesies Usnea dengan 20 spesies yang
telah tercatat sejauh ini. Usnea longissima biasa ditemukan di daerah ini namun juga
tersebar luas di daerah boreal Asia, Eropa dan Amerika Utara.
Tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan obat. Terkadang, banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan
dengan obat kimia melainkan dapat disembuhkan dengan obat alami dari tumbuhan.
(Hodkinson, 2012)
Asam usnat adalah salah satu jenis asam yang diperoleh dari lumut kerak genus
Usnea, juga dapat diperoleh dari lumut kerak lain dari genus Ramalina (Usneaceae)
dan Cladonia (Cladoniaceae). Di antara flora ulat (lumut-lumutan berkulit keras) yang
sangat banyak jumlahnya, hanya beberapa saja yang digunakan dalam industri jamu
di Indonesia. Semuanya termasuk marga Usnea. Di Indonesia jenisjenis tanaman
Usnea hanya diperoleh di daerah pegunungan pada ketinggian 1000 meter. Usnea
tumbuh secara epifit pada cabang kayu. Berbagai jenis Usnea banyak digunakan
sebagai obat untuk berbagai penyakit di berbagai negara termasuk Indonesia. Asam
usnat ditemukan dalam beberapa produk jamu di Indonesia. (Kim, 2007)

Asam usnat adalah salah satu jenis asam yang diperoleh dari lumut kerak genus
Usnea, juga dapat diperoleh dari lumut kerak lain dari genus Ramalina (Usneaceae)
dan Cladonia (Cladoniaceae). Di antara flora ulat (lumut-lumutan berkulit keras) yang
sangat banyak jumlahnya, hanya beberapa saja yang digunakan dalam industri jamu
di Indonesia. Di Indonesia terutama di jumpai di daerah pegunungan, namun dapat
pula dijumpai di dataran rendah dengan kelembaban udara yang cukup tinggi. Kayu
angina tumbuh sebagai epifit di dahan kayu yang tinggi sebab cahaya dan
kelembaban tinggi merupakan factor yang mutlak bagi perkembangannya. (Kim,
2007)

1.2 TUJUAN
1. Mengetahui dan mepraktekkan cara mengisolasi senyawa golongan fenolik.
2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa golongan fenolik.

1.3 MANFAAT
1. Mampu mepraktekkan cara mengisolasi senyawa golongan fenolik.
2. Mampu mengidentifikasi senyawa golongan fenolik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Usnea sp

2.1 KLASIFIKASI

Divisi : Thalophyta
Sub Divisi : Lichenes
Kelas : Ascholichenes
Sub Kelas : Hymenoascolichenes
Ordo : Lecanorineae
Famili : Usneaceae
Genus : Usnea
Spesies : Usnea sp (Winarto, 2003)

2.2 MORFOLOGI

Kayu angin bukanlah termasuk tumbuhan tinggi, tetapi termasuk sejenis lumut,
hidup menggantung pada ranting pohon namun tunbuhan dia tidak mengambil
makanan dari Induk Semangnya (disebut Epiphyt). Bentuk seperti jenggot
menggantung seperti cemara, berwarna hijau putih keabuan. Untuk hidupnya
memerlukan kelembaban yang cukup tinggi. (Deng, 2017)

Kayu angin merupakan dua organisme yang terdiri atas cendawan dan ganggang
protococcus yang bersimbiosis membentuk suatu kesatuan individu. Keseluruhan
tumbuhan umumnya berwarna hijau pucat kebiruan, tumbuhan tegak atau berjumbal,
dan panjangnya sampai 30 cm atau lebih. Cabang-cabangnya pejal atau
kosong,membentuk thallus berupabenang atau ranting, bentuknya bulat memanjang,
cabang bervariasi, sering kali kasar, berwarna hijau kelabu atau hijau kekuningan. Di
Indonesia, terutama di jumpai di daerah pegunungan,namun dapat pula di jumpai di
dataran rendah dengan kelembapan udara yang cukup tinggi. Kayu angin tumbuh
sebagai epifit di dahan kayu yang tinggi sebab cahaya dan kelembapan yang tinggi
merupakan faktor yang mutlak bagi perkembangannya. (Deng, 2017)

Sebagai epifit kayu angin hidup menempel pada cabang atau kulit pepohonan di
daerah pegunungan. Keberadaannya sangat bergantung pada tumbuhan inang serta
lingkungan yang menjadi tempat tumbuhnya. Kayu angina merupakan obat yang
sangat penting dan banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Tanaman ini
Bergelantung di udara, menempelpadapohon-pohon di pegunungan,tidak bergantung
pada dataran tinggi,tempat hidupnya mulai dari permukaan laut oleh karena itu lichen
dapat ditemukan mulai dari dataran rendah sampai pada dataran tinggi. (Halici, 2010)

Tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan


sebagai bahan obat. Terkadang, banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan
dengan obat kimia melainkan dapat disembuhkan dengan obat alami dari tumbuhan.
(Halici, 2010)

Asam usnat adalah salah satu jenis asam yang diperoleh dari lumut kerak genus
Usnea, juga dapat diperoleh dari lumut kerak lain dari genus Ramalina (Usneaceae)
dan Cladonia (Cladoniaceae). Di antara flora ulat (lumut-lumutan berkulit keras) yang
sangat banyak jumlahnya, hanya beberapa saja yang digunakan dalam industri jamu
di Indonesia. Semuanya termasuk marga Usnea. Di Indonesia jenisjenis tanaman
Usnea hanya diperoleh di daerah pegunungan pada ketinggian 1000 meter. Usnea
tumbuh secara epifit pada cabang kayu. Berbagai jenis Usnea banyak digunakan
sebagai obat untuk berbagai penyakit di berbagai negara termasuk Indonesia. Asam
usnat ditemukan dalam beberapa produk jamu di Indonesia. (Choudhary, 2009)

Di Indonesia terutama di jumpai di daerah pegunungan, namun dapat pula


dijumpai di dataran rendah dengan kelembaban udara yang cukup tinggi. Kayu
angina tumbuh sebagai epifit di dahan kayu yang tinggi sebab cahaya dan
kelembaban tinggi merupakan factor yang mutlak bagi perkembangannya. Kayu
angin merupaka dua organisme yang terdiri atas cendawan dan ganggang protococcus
yang bersimbiosis membentuk suatu kesatuan individu. Keseluruhan tumbuhan
uumnya berwarna hijau pucat kebiruan, tumbuhan tegak atau berjumbal, dan
panjangnya sampai 30 cm atau lebih. Cabang-cabangnya pejal atau kosong,
membentuk talus berupa benang atau ranting, bentuknya bulat memanjang, cabang
bervariasi, sering kali kasar, berwarna hijau kelabu, atau hijau kekuningan. (Deng,
2017)

2.3 KANDUNGAN KIMIA

Penggunaan lumut secara tradisional sebagai antibiotik telah dilaporkan di


Andes Venezuela. Salah satu spesies yang paling terkenal untuk tujuan ini adalah
Usnea laevis Nyl., lumut frutikosa famili Usneaceae, yang dikenal di Venezuela
sebagai `Barba de Piedra, Tusinya '. Semua bagian lumut ini dilaporkan memiliki
nilai obat. Penggunaan tradisional di daerah Andes, ditunjukkan untuk infeksi,
dermatosis, mikosis, tuberkulosis dan pneumonia. Asam usnat telah diidentifikasi
dalam berbagai spesies lumut, terutama yang berasal dari Usnea. (Marcono, 2012)
Asam usnat

Genus Usnea (Usneaceae) adalah lumut rambut gantung yang besar (bagian
jamur, alga bagian) yang tumbuh di seluruh daerah beriklim utara, terutama sub-
Arktik. Dan hutan hujan pantai Eropa, Asia dan Amerika Utara. Karena tradisi
penggunaannya sebagai agen antimikroba oleh masyarakat adat seperti Andes
Venezuela. Lumut telah menarik perhatian sebagai sumber antibiotik baru. Spesies
Usnea juga telah digunakan secara tradisional untuk menghilangkan nyeri dan
pengendalian demam. Mereka juga efektif dalam TB, dan juga infeksi saluran
pernapasan bagian bawah lainnya. (Choudhary, 2009)

Studi fitokimia sebelumnya pada Usnea longissima Linn., Yang juga dikenal
sebagai Jambu Tua, menghasilkan isolasi beberapa asam lichen, dengan anti-
peradangan, analgesik, antipiretik, anti-tumor, anti-kolesterol dan nematosidal. Isolasi
dua senyawa fenolik baru, longissiminone A dan longissiminone B. Glutinol diisolasi
untuk pertama kalinya dari lumut ini. (Choudhary, 2009)
2.4 CARA EKSTRAKSI

Bahan lumut (75 g) dikeringkan dengan udara, diolah dan diekstraksi berturut-
turut dengan heksana dan metanol dalam ekstraktor Soxhlet selama 12 jam. Pekatkan
ekstrak heksana dan metanol di bawah vakum memberikan residu masing-masing
(1,0 dan 5,3 g). Karena profil KLT dari dua residu cukup berbeda, mereka dipisahkan
secara terpisah dengan kromatografi kolom. Residu dari ekstrak heksan diaplikasikan
pada kolom silika gel (100-200 mesh) dan dielusi dengan pelarut yang meningkatkan
polaritas dari campuran heksana sampai heksana-etil asetat. Ini melengkapi tiga
senyawa polaritas yang meningkat, yaitu asam usnat, asam barbatat, dan ergosterol-
5b,8b-peroxide. (Mallavadhani, 2009)

Ekstraksi kemotip khusus dari lichen Usnea longissima menghasilkan isolasi


empat metabolit sekunder: b-orcinol para-depside, asam barbat, steroid, ergosterol-
5b, 8b-peroksida, dan turunan dibenzofuranoid, (+) - asam usnat dan - asam
placodiolat. Identitas senyawa ini diperkuat dengan perbandingan kromatografi dan
spektroskopi dengan bahan asli. (Mallavadhani, 2009)
Metabolit sekunder yang diisolasi dari lumut telah dilaporkan menunjukkan
beragam aktivitas biologis, termasuk antibiotik, antimikobakteri, efek antiviral, anti-
peradangan, analgesik, antipiretik, antiproliferatif dan sitotoksik. (Mallavadhani,
2009)

2.5 CARA PEMURNIAN

Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran/pengotornya


dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur/pencemarnya. Larutan yang terjadi
dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan
cara menjenuhkannya. Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat
yang jamak digunakan, dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan
dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada
kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total
impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka
konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang
berkonsentrasi tinggi akan mengendap. (Mallavadhani, 2009)
Rekristalisasi merupakan metode yang sangat penting untuk pemurnian
komponen larutan organic. Ada tujuh metode dalam rekristalisasi yaitu: memilih
pelarut, melarutkan zat terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan zat
padat, mengkristalkan larutan, mengumpul dan mencuci kristal, mengeringkan
produknya (hasil). (Mallavadhani, 2009)
Prinsip dasar dari proses ini adalah perbedaan kelarutan antara zat yang
dimurnikan dengan zat pencemarnya dan hanya molekul-molekul yang sama yang
mudah masuk kedalam struktur kristalnya, sedangkan molekul-molekul lain atau
pengotor tetap di dalam larutan atau berada di luar kristalnya. (Mallavadhani, 2009)
Untuk pemisahan komponen-komponen campuran rumit dapat digunakan
teknik kromatografi. Dimana metoda ini didasarkan pada distribusi
komponen diantara dua fase yang tidak bercampur, fase diam dan fase gerak.
Mekanisme terdistribusinya komponen-komponen dapat disebabkan oleh
peristiwa partisi, reaksi penukar ion dan difusi komponen kedalam pori-pori fase
diam, komponen cairan akan bergerak dengan kecepatan berbeda sehingga terjadi
pemisahan. Beberapa teknik kromatografi yang digunakan dalam pemisahan adalah
KLT, Kromatografi Kolom, dan Kromatografi Gas. (Mallavadhani, 2009)
Pemisahan secara kromatografi akan didapat fraksi yang memiliki satu noda pada
KLT dan selanjutnya lakukan proses pemurnian. Proses pemurnian dilakukan dengan
jalan rekristalisasi. Rekristalisasi merupakan metoda pemisahan senyawa padat, yang
didasarkan pada perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan
pengotor dalam pelarut tunggal atau pelarut campuran. (Mallavadhani, 2009)
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan.
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit,
baik penyerap maupun cuplikannya.KLT dapat digunakan untuk memisahkan
senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida lipida dan hidrokarbon
yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk
mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari
kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa
murni skala kecil. (Mallavadhani, 2009)
Dilakukan pemeriksaan bercak noda dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
untuk memperoleh pelarut yang sesuai untuk dipakai dalam kromatografi kolom.
Ekstrak metanol kemudian dipisahkan melalui kolom kromatografi (KK) silika gel-
60 menggunakan eluen n-heksana : etil asetat dengan perbandingan yang berubah
secara gradien. Dari proses tersebut diperoleh fraksi-fraksi, dan masing-masing fraksi
dianalisis menggunakan KLT untuk melihat kemurnian senyawa yang diperoleh.
(Mallavadhani, 2009)
BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 ALAT DAN BAHAN

Alat : Wadah untuk maserasi, corong, botol 500 mL, botol 100 mL, vial,
pipet tetes, seperangkat alat rotary evaporator, chamber, penotol.

Bahan : Tanaman kayu angin 60 g, n-heksan, etil asetat, methanol, penampak


noda senyawa golongan fenolik (FeCl3 1%), kapas, plat KLT.

3.2 CARA KERJA


a. Grinder sebanyak 60 g daun pegagan kering.
b. Sokletasi dengan etil asetat.
c. Uapkan maserat dengan rotary evaporator sampai kering.
d. Lakukan rekristalisasi menggunakan pelarut etil asetat.
e. KLT senyawa hasil isolasi menggunakan fase diam silika gel F254, fase gerak
heksan : etil asetat (3:2)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
1. Organoleptis
Bentuk : Kristal
Warna : Kuning kecokelatan
Bau :-
Rasa :-

2. Perhitungan
Berat Kristal = 0,1198 gram

Rendemen = Berat Isolat X 100%

Berat Sampel

= 0,2056 gram X 100%

20 gram

= 1,028%

Rf = Jarak noda

Jarak pengembangan

= 1,78 cm

4 cm

= 0,445
Hasil KLT Usnea sp

Isolat Usnea sp yang didapat


4.2 PEMBAHASAN

Isolasi senyawa fenolik asam usnat dari kayu angin (Usnea sp) menggunakan
tanaman kayu angin yang telah kering. Tujuan sampel dikeringkan agar air yang
terkandung di dalam jaringan berkurang. Hal ini bertujuan untuk inaktivasi kerja
enzim serta untuk mencegah tumbuhnya jamur.

Metode ekstraksi yang digunakan untuk mengisolasi asam usnat dari Usnea sp
adalah maserasi. Metode ini dipilih karena prosesnya sederhana yaitu hanya dengan
perendaman selama tiga hari. Guna maserasi yaitu untuk memecah sel dari tumbuhan
tersebut, sehingga metabolit sekundernya keluar. Selain itu sampel yang digunakan
dalam jumlah yang banyak yaitu 60 gram. Pelarut yang digunakan adalah etil asetat.
Etil asetat yang digunakan pada praktikum ini sebanyak 500 ml untuk melarutkan 60
gram kayu angin.

Hasil dari maserasi menggunakan etil asetat yaitu berupa maserat berwarna
cokelat kemerahan. Maserat disaring untuk memisahkan senyawa dari komponen
pengotornya.

Ekstrak dari kayu angin dikentalkan dengan rotary evaporator secara in vacuo,
karena dalam keadaan vakum tekanan uap pelarut akan turun dan pelarut akan
mendidih pada suhu lebih rendah dari titik didihnya. Temperatur saat pengerjaan
rotari harus selalu dijaga serendah mungkin yaitu di bawah 40C yang bertujuan agar
dapat mencegah rusaknya senyawa-senyawa yang tidak tahan panas. Metoda rotary
evaporator dipilih karena metoda ini dapat memisahkan senyawa dengan pelarut
secara cepat tanpa merusak senyawa.

Filtrat yang telah didapat kemudian diuapkan dari pelarutnya menggunakan alat
rotary evaporator. Prinsip dari alat rotary evaporator adalah penurunan tekanan
sehingga pelarut dapat menguap pada suhu di bawah titik didihnya dan terpisah dari
sumbernya dengan pemanasan secara vakum. Rotary Evaporator mampu menguapkan
pelarut dibawah titik didih sehingga zat yang terkandung di dalam pelarut tidak rusak
oleh suhu yang tinggi. Penggunan alat rotary evaporator juga harus diperhatikan dan
dijaga karena dapat terjadi bumping, dimana senyawa flavanoid yang bergabung
dengan pelarut karena suhu dan tekanan yang tinggi, sehingga pemisahan dengan
rotary evaporator harus diulang dari awal kembali.

Hasil yang didapat dari penguapan maserat yang telah disaring tadi adalah
ekstrak kental berwarna kuning kecoklatan. Ekstrak tersebut belum sepenuh nya
senyawa murni. Sehingga harus di rekristalisasi terlebih dahulu. Maserat kental hasil
pemisahan dengan etil kemudian direkristalisasi.

Untuk mendapatkan kristal asam usnat murni dilakukan rekristalisasi dengan


pelarut etil asetat dan n-heksan. Rekristalisasi dilakukan berulang kali sampai
didapatkan kristal murni asam usnat yang berwarna kuning kecokelatan.
Rekristalisasi dilakukan dengan melarutkan kembali kristal yang terbentuk dengan
pelarut yang cocok seperti etil asetat lalu didesak dengan menggunakan pelarut yang
tidak melarutkannya seperti n-heksan. Untuk mempercepat terbentuknya kristal dapat
dilakukan dengan pemanasan.

Hasil yang didapatkan dari percobaan ini yaitu berat kristal asam usnat murni
adalah 0,1198 gram. Rendemen yang didapatkan yaitu %. Dari rendemen yang
didapatkan dapat diketahui dari 60 gram sampel kayu angin mengandung fenolik
asam usnat sebanyak % nya yaitu 0,1198 gram.

Untuk identifikasi asam usnat dilakukan dengan pengujian kromatografi lapis


tipis. Noda dilihat di bawah sinar UV 254, dan didapatkan satu noda dengan Rf
sebesar 0,445. Untuk memastikan bahwa kristal tersebut adalah asam usnat dapat
diidentifikasi dengan spektrofotometri uV-vis, spektrofotometri IR, NMR, dan lain-
lain.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
1. Jumlah kristal yang didapat dari proses isolasi adalah 0,1198 g
2. Nilai Rf dari senyawa rutin adalah 0,445

5.2 SARAN
1. Hati-hati dalam bekerja
2. Pahami cara kerja
DAFTAR PUSTAKA

Hodkinson BP, Gottel NR, Schadt CW and Lutzoni F (2012). Photoautotrophic


symbiont and geography are major factors affecting highly structured and diverse
bacterial communities in the lichen microbiome. Environ Microbial 14: 147-161.

Kim MS and Cho HB (2007). Melanogenesis inhibitory effects of methanolic extracts


of Usnea longissima.J M Microbiol 45: 578- 582.

Lohezic L, Devehat F and Launert E (2007). Stictic acid derivatives from the
lichen Usnea articulate and their antioxidant activities. J Natr Prod 70: 1218-1220.

Malhotra S, Subban R and Singh A (2007). Lichen role in traditional medicine


and drug discovery. The internet J Alter Med 5: 2-3

Manojlovic NT, vasiljevic P, Juskovic M, Najman S, Jankovic S and Milenkovic A


(2010). HPLC analysis and cytotoxic potential of extracts from the lichen. J Med Pln
Res 4: 817-823.

Molnar K and Farkas E (2010). Biological activities of lichen secondary


metabolites. Pak J Bot 65: 157-173.

Renzaka T, Sigler K and rizzini CT (2007). Hirtusneanoside an unsymmetrical


dimeric tetrahydroxanthone from the lichen Usnea hirta. J Natr Prod 70: 1487-1491.
Schmeda HG, Sharnoff SD and Russo A (2007). A new antifungal and antiprotozoal
depside from the lichen.Phytoth Res 82: 355-359.

Bhaskar C, Behera BC, Neeraj V, Anjali Sand Urmila M (2009). Optimization


of culture conditions for Lichen Usnea ghattensisto increase biomass
and antioxidant metaboliteproduction. Food TechnolBiotechnol47: 7-12.

Mitrovi, T., Stamenkovi, S., Cvetkovi, V., Toi, S., Stankovi, M., Radojevi, I.,
Stefanovi, O., omi, Lj., ai, D., uri, M., Markovi, M. 2011: Antioxidant,
antimicrobial and antiproliferative activities of five lichen species. Int. J. Mol. Sci.,
12: 5428-5448.

Thippeswamy B, Naveenkumar KJ, Guruprasad Bodharthi J and Shivaprasad SR


(2011). Antimicrobial activity of ethanolic extract of Usnea longissima.J
ClinPatho 2: 01-03.

Вам также может понравиться

  • Studi Kelayakan-1
    Studi Kelayakan-1
    Документ31 страница
    Studi Kelayakan-1
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Pratiwi Yanel Putri - 1941012096
    Pratiwi Yanel Putri - 1941012096
    Документ12 страниц
    Pratiwi Yanel Putri - 1941012096
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Tugas Fungsi Peran Apotek
    Tugas Fungsi Peran Apotek
    Документ15 страниц
    Tugas Fungsi Peran Apotek
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Pratiwi Yanel Putri - 1941012096
    Pratiwi Yanel Putri - 1941012096
    Документ17 страниц
    Pratiwi Yanel Putri - 1941012096
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • RESEP ANTIHIPERTENSI
    RESEP ANTIHIPERTENSI
    Документ125 страниц
    RESEP ANTIHIPERTENSI
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • RESEP II
    RESEP II
    Документ131 страница
    RESEP II
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Pratiwi Yanel Putri - 1941012096
    Pratiwi Yanel Putri - 1941012096
    Документ22 страницы
    Pratiwi Yanel Putri - 1941012096
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Mekanisme Penerimaan Bahan Baku Di Gudang Industri Farmasi
    Mekanisme Penerimaan Bahan Baku Di Gudang Industri Farmasi
    Документ1 страница
    Mekanisme Penerimaan Bahan Baku Di Gudang Industri Farmasi
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Browning
    Browning
    Документ11 страниц
    Browning
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Interpretasi Data Klinik (Ca++)
    Interpretasi Data Klinik (Ca++)
    Документ11 страниц
    Interpretasi Data Klinik (Ca++)
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Pratiwi Yanel Putri - 1941012096
    Pratiwi Yanel Putri - 1941012096
    Документ17 страниц
    Pratiwi Yanel Putri - 1941012096
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • CARA EKSTRAKSI MINYAK NILAM SECARA OPTIMAL
    CARA EKSTRAKSI MINYAK NILAM SECARA OPTIMAL
    Документ19 страниц
    CARA EKSTRAKSI MINYAK NILAM SECARA OPTIMAL
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Peralatan Compounding Dan Pengenceran
    Peralatan Compounding Dan Pengenceran
    Документ34 страницы
    Peralatan Compounding Dan Pengenceran
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Interaksi Obat Pada Tahap BF Dan Absorpsi
    Interaksi Obat Pada Tahap BF Dan Absorpsi
    Документ22 страницы
    Interaksi Obat Pada Tahap BF Dan Absorpsi
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Patofisiologi Biomolekuler Lupus
    Patofisiologi Biomolekuler Lupus
    Документ11 страниц
    Patofisiologi Biomolekuler Lupus
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Alkaloid
    Alkaloid
    Документ18 страниц
    Alkaloid
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Adinandra Dumosa
    Adinandra Dumosa
    Документ6 страниц
    Adinandra Dumosa
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • THYME
    THYME
    Документ18 страниц
    THYME
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Pratiwi Yanel Putri 1511012008
    Pratiwi Yanel Putri 1511012008
    Документ17 страниц
    Pratiwi Yanel Putri 1511012008
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • TRITERPENOID
    TRITERPENOID
    Документ17 страниц
    TRITERPENOID
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Fe Nolik
    Fe Nolik
    Документ16 страниц
    Fe Nolik
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Alkaloid
    Alkaloid
    Документ18 страниц
    Alkaloid
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Alkaloid
    Alkaloid
    Документ18 страниц
    Alkaloid
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • FLAVONOID
    FLAVONOID
    Документ19 страниц
    FLAVONOID
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • UNTUK ISOLASI SENYAWA TRITERPENOID DARI CENTELLA ASIATICA
    UNTUK ISOLASI SENYAWA TRITERPENOID DARI CENTELLA ASIATICA
    Документ17 страниц
    UNTUK ISOLASI SENYAWA TRITERPENOID DARI CENTELLA ASIATICA
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • Alkaloid
    Alkaloid
    Документ18 страниц
    Alkaloid
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет
  • FLAVONOID
    FLAVONOID
    Документ19 страниц
    FLAVONOID
    Pratiwi Yanel Putri
    Оценок пока нет