Вы находитесь на странице: 1из 47

artikelbaden

Senin, 10 Desember 2012


STRATEGI MANAJEMEN STRESS KERJA

STRATEGI MANAJEMEN STRESS KERJA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sering kita jumpai didalam kehidupan sehari-hari beberapa orang yang mengalami
stres, baik dalam kehidupan sosial maupun dilingkungan kerja. Pekerjaan yang terlalu
sulit serta keadaan sekitar yang monoton juga akan dapat menyebabkan stres dalam
bekerja di beberapa Perusahaan.
Masalah Stres kerja di dalam kehidupan organisasi perusahaan menjadi gejala yang
penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat
adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang
kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses beriikir dan kondisi fisik individu.
Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala
stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti :
mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau
bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat,
dan kesulitan alam masalah tidur.
Banyak juga orang yang kurang menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam
kehidupannya padahal apabila kita mengetahui lebih dini mengenai gejala stres
tersebut kita dapat mencegahnya. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan
maksud agar terjaminnya keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja. Apabila
seseorang sedang yang mengalami stres dan melakukan pekerjaan itu, maka akan
mengganggu keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja.
Untuk menjaga keamanan dan kenyamanaan kerja tersebut psikologi seseorang
juga harus stabil agar terjadi hubungan yang harmonis antara faktor kejiwaan serta
kondisi yang terjadi. Jadi kita harus memperhatikan secara lebih baik lingkungan yang
dapat mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat
diminimalisir.
Namun tidak dapat disangkal bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi pada
setiap individu karyawan. Mereka mengalami stres karena dipengaruhi dari pekerjaan
itu sendiri maupun lingkungan tempat dimana karyawan tersebut bekerja. Seseorang
yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik. Peran perusahaan disini muncul untuk memperhatikan setiap kondisi
kejiwaan (stres) yang dialami oleh karyawannya. Dalam hal ini perusahaan harus
menanganinya dengan baik bagi karyawan tersebut serta tidak mengurangi kinerja
karyawannya.
Melihat masalah stres yang sering terjadi serta bagaimana penangannya yang
baik kami akan membahasanya dalam makalah ini agar kita bisa mengetahui
bagaimana stres dan penanggulangannya serta pencegahan stres itu terutama dalam
lingkungan kerja. Secara lebih jelas mengenai stres dan stres kerja akan kami bahas
pada berikutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam penulisan makalah ini
antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan stres dan stres kerja?


2. Apa saja jenis-jenis stres?
3. Apa saja hubungan motivasi, prestasi dan stres.?
4. Apa saja gejala stres, penyebab stres dan dampaknya?
5. Bagaimana strategi manajemen stres kerja?
6. Bagaimana cara mencegah dan mengurangi stres yang terjadi?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun beberapa tujuan yang ingin kami sampaikan dalam penulisan makalah
ini adalah:

1. Untuk lebih mengerti mengenai stres dan stres kerja.


2. Untuk mengetahui jenis-jenis stres.
3. Untuk mengetahui hubungan motivasi, prestasi dan stres.
4. Untuk mengetahui apa saja gejala-gejala stres, penyebab stres dan dampak
yang dapat ditimbulkan oleh stres tersebut.
5. Untuk mengetahui strategi manajemen stres kerja
6. Agar kita tahu bagaimana cara mencegah stres.

1.4 Manfaat Penulisan


Diharapkan agar mahasiswa/i atau perusahaan yang berkepentingan mengetahui
pengertian, jenis-jenis, gejala-gejala, dan penyebab stres kerja, serta mampu membuat
strategi manajemen stres kerja dan cara menanggulanginya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stres dan Stres Kerja


Stres mempunyai arti yang berbeda-beda bagi masing-masing individu atau
menurut beberapa ahli diantaranya: Menurut John Suprihanto, Prakoso Hadi (2003:62),
bahwa stres adalah konsekuensi setiap tindakan dan situasi lingkungan yang
menimbulkan tuntunan psikologis dan fisik yang berlebih pada seseorang.
Menurut Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo, 2001:63) menyebutkan bahwa
stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-
obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya.
Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.
Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan
dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses
psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan Hngkungan, situasi atau peristiwa yang
terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang, Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan
setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda.
Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa stres adalah suatu kondisi
yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber
daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya
dipandang tidak pasti dan penting.
2.2 Jenis-Jenis Stres
Jenis stres dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan
juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan
adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2) Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga
organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism)
yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

2.3 Hubungan motivasi, prestasi dan stres


hubungan antara motivasi, prestasi dan stres dijelaskan pada gambar berikut ini:

Dari gambar diatas tampak jelas bahwa stres yang terlalu rendah atau terlalu tinggi
dapat menyebabkan tingakt prestasi yang rendah(tidak optimum). Bagi seorang
manajer tekanan-tekanan yang diberikan kepada seorang karyawan haruslah dikaitkan
dengan apakah stres yang ditimbulkan oleh tekanan-tekanan tersebut masih dalam
keadaan wajar. Stres yang berlebihan akan menyebabkan karyawan tersebut frustasi
dan dapat menurunkan prestasinya, sebaliknya stes yang terlalu rendah menyebabkan
karyawan tersebut tidak bermotivasi untuk berprestasi.
2.4 Gejala-Gejala, Penyebab dan Dampak Stres
2.4.1 Gejala-Gejala Stres
Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa
kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu:
1) Gejala psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian
mengenai stres pekerjaan :
1. Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
2. Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
3. Sensitif dan hyperreactivity
4. Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
5. Komunikasi yang tidak efektif
6. Perasaan terkucil dan terasing
7. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
8. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi
9. Kehilangan spontanitas dan kreativitas
10. Menurunnya rasa percaya diri
2) Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:
Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit
kardiovaskular
Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin)
Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis
(chronic fatigue syndrome)
Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
Gangguan pada kulit
Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
Gangguan tidur
Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker
3) Gejala perilaku
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:
Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
Perilaku sabotase dalam pekerjaan
Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan, mengarah ke
obesitas
Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan
kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-
tanda depresi
Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak
hati-hati dan berjudi
Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas
Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri
Adapun gejala-gejala stres di tempat kerja yang sering terjadi, yaitu meliputi:
1. Kepuasan kerja rendah
2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancar
5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreatifitas dan inovasi kurang
7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
Semua yang disebutkan di atas perlu dilihat dalam hubungannya dengan kualitas
kerja dan interaksi normal individu sebelumnya.
2.4.2 Penyebab Stres
Setiap orang mempunyai reaksi dan cara yang berbeda dalam menghadapi
suatu situasi yang sama. Berikut ini akan dijelaskan beberapa penyebab umum stres:
1. penyebab fisik
a. kebisingan. Kebisingan yang terus-menerus dapat menjadi sumber stres bagi banyak
orang. Namun perlu diketahui bahwa terlalu tenang juga dapat menyebabkan hal yang
sama.
b. Kelelahan. Masalah kelelahan ini dapat menyebabkan stres karena kemampuan untuk
bekerja menurun. Kemampuan bekerja menurun menyebabkan prestasi menurun dan
tanpa disadari menimbulkan stres.
c. Penggeseran kerja. Mengubah pola kerja yang terus-menerus dapat menimbulkan
stress. Hal ini disebabkan karena seorang karyawan sudah terbiasa dengan pola kerja
yang lama dan sudah terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan lama.
d. Jet-lag. Jet-lag adalah jenis kelelahan khusus yang disebabkan oleh perubahan waktu
sehingga mempengaruhi irama tubuh seseorang.
e. Suhu dan kelembaban. Bekerja dalam ruangan yang suhunya terlalu tinggi dapat
mempengaruhi tingkat prestasi karyawan. Suhu yang tinggi harus dapat ditoleransi
dengan kelembaban yang rendah.
2. beban kerja
beban kerja yang terlalu banyak dapat menyebabkan ketegangan dalam diri seseorang
sehingga menimbulkan stres. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat keahlian yang dituntut
terlalu tinggi, kecepatan kerja mungkin terlalu tinggi, volume kerja mungkin terlalu
banyak dan sebagainya.
3. sifat pekerjaan
situasi baru dan asing. Menghadapi situasi baru dan asing dalam pekerjaan atau
organisasi, seseorang akan merasa sangat tertekan sehingga dapat menimbulkan
stres.
Ancaman pribadi. Suatu tingkat kontrol (pengawasan) yang terlalu ketat dari atasan
menyebabkan seseorang merasa terancam kebebasannya.
Percepatan. Stres bisa terjadi apabila ketidakmampuan seseorang untuk memacu
pekerjaan.
Ambiguitas. Kurangnya kejelasan terhadap apa yang harus dikerjakan (dwi arti), akan
menimbulkan kebingungan dan keraguan bagi seseorang untuk melaksanakan suatu
pekerjaan.
Umpan balik. Standar kerja yang tidak jelas dapat membuat karyawan tidak puas
karena mereka tidak pernah tahu prestasi mereka. Disamping itu, standar kerja tidak
jelas juga dapat dipergunakan untuk menekan karyawan.
4. Kebebasan
Kebebasan yang diberikan kepada karyawan belum tentu merupakan hal yang
menyenangkan. Ada sebagian karyawan justru dengan adanya kebebasan membuat
mereka merasa ketidakpastian dan ketidakmampuan dalam bertindak. Hal ini dapat
merupakan sumber stres bagi seseorang.
5. Kesulitan
Kesulitan-kesulitan yang dialami dirumah, seperti ketidakcocokan suami-istri, masalah
keuangan, perceraian dapat mempengaruhi prestasi seseorang dan merupakan sumber
stres bagi seseorang.
2.4.3 Dampak Stres
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun
perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya
gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999).
Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja,
tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan
tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya.
Sedangkan Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang
dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu terganggunya
kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu
dalam pengambilan keputusan.
Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan 76
sampel manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukkan bahwa efek stres
yang mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:
Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang, denyut jantung
meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.
Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas, tidak bisa
berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan situasi stres.

Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah
meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara psikologis
dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga turnover
(Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984; Robbins, 1993).
2.5 Strategi manajemen stres kerja
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus
dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering
melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara
efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres,
justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih
spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman
umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar,
menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah
yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di
tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada
beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan
tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak
adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak
menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).
Dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika
karyawannya mengalami stres yang ringan. Karena pada tingkat stres tertentu akan
memberikan akibat positif, hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih
baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau ringan yang berkepanjangan akan
membuat menurunnya kinerja karyawan.
Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari
sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka
manajemen mungkin akan berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stres
ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya
itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh karyawan. Maka diperlukan pendekatan yang
tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan
pendekatan organisasi.
Dalam pendekatan individual seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk
mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu:
pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial. Dengan
pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas
dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik
dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi
tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja
perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk
mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan
dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
Dari pendekatan organisasional dapat dilihat bahwa beberapa penyebab stres
adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya
dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu
strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengatasi stres
karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain
pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional dan program
kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh
pekerjaan sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang
mereka inginkan serta adanya hbungan interpersonal yang sehat serta perawatan
terhadap kondisi fisik dan mental.
2.6 Cara Mencegah dan Teknik Pengurangan Stres
Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk
pengurangan stress yang terjadi. Empat pendekatan yang paling sering digunakan
adalah relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif yang semuanya
membantu para karyawan mengatasi stress yang berkaitan dengan pekerjaan.
1. Relaksasi Otot
Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah
pernafasan yang lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan
ketegangan otot. Diantara berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif kontinjensi
adalah yang paling sering digunakan. Tehnik ini terdiri atas menenangkan dan
mengendurkan otot secara berulang-ulang yang diawali dari kaki dan terus meningkat
ke muka. Relaksasi dicapai dengan berkonsentrasi pada kehangatan dan ketenangan
yang berkaitan dengan otot yang dirileksasikan.
2. Bio feedback
Dalam bio feedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak di
deteksi, di perkuat dan di tunjukkan kepada orang tersebut. Peran potensial dari
biofeedback sebagai teknik manajemen stress individu dapat di lihat dari fungsi tubuh
hingga tekanan tertentu yang di kendalikan secara sukarela atau sadar. Potensi
biofeedback adalah kemampuannya untuk membantu relaksasi dan mempertahankan
fungsi tubuh pada keadaan nonstress. Salah satu keunggulan tehnik biofeedback di
bandingkan dengan tehnik nonbiofeedback adalah bahwa tehnik ini memberikan data
yang tepat mengenai fungsi tubuh. Pelatihan biofeedback telah bermanfaat dalam
mengurangi kegelisahan, menurunkan keasaman lambung, mengendalikan tekanan
dan migren, dan secara umum mengurangi manifestasi fisiologis negative dari stress.
3. Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang
pemikiran seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah kebalikan
fisiologis dan psikologis dari respons stress berperang atau lari. Herbert benson
menganalisis banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi
empat langkah. Keempat langkah tersebut adalah :
Menemukan suatu lingkungan yang tenang.
Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata tang penuh dengan kesan
yang menyenangkan untuk mengubah fikiran dari pikiran yang berorientasi secara
eksternal.
Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada suatu sikap yang
pasif.
Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman
Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai mengalihkan
perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam hingga masuk ke tingkat pemikiran
yang paling dalam dan mencapai sumber dari pemikiran. Tidak semua orang yang
bermeditasi mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah besar orang melaporkan
meditasi sebagai hal yang efektif dalam mengelola stress.
4. Restrukturisasi kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam manajemen
stress di kenal sebagai restrukturisasi kognitif, adalah respons seseorang terhadap
stressor menggunakan sarana proses kognitif, atau pemikiran. Asumsi dasar dari teknik
ini adalah bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi, keyakinan dan asumsi
merupakan label yang mereka terapkan pada situasi, dan label ini menimbulkan
respons emosional terhadap situasi. Teknik kognitif dari manajemen stress berfokus
pada mengubah label atau kognisi sehingga orang tersebut menilai situasi secara
berbeda. Semua teknik kognitif memiliki tujuan yang serupa yaitu untuk membantu
orang memperoleh lebuh banyak kendali atas reaksi mereka terhadap stressor dengan
memodifikasi rasionalisasi mereka.
Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat lagi yang dapat
digunakan. Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang di kemukakan
oleh Alex:
1) Sediakan waktu rileks
Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan dimulai sejak
pagi, sebelum Anda berangkat kerja. Daripada memikirkan beban pekerjaan (tapi tidak
ada solusinya), lebih baik digunakan waktu Anda yang terbatas tersebut untuk
melakukan relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik pernapasan adalah teknik
relaksasi yang paling mudah untuk dilakukan. Caranya dengan menarik nafas dalam-
dalam, lalu hembuskan sampai tak ada lagi udara yang tersisa di paru-paru. Lakukan
minimal 3x sampai membayangkan beban Anda berkurang.
2) Bersikap lebih asertif
Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya kesempatan untuk
membuat perubahan atau keputusan. Karenanya, bicarakan dengan atasan tentang
tugas Anda dan tanggungjawab tambahan yang ingin Anda pegang. Dengan demikian,
Anda bisa menentukan pekerjaan yang bisa Anda lakukan dengan cara kerja seperti
yang diinginkan perusahaan.
3) Bekerja lebih efisien
Selalu kekuragan waktu untuk menyelesaikan tugas bisa jadi buka disebabkan
tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara mengerjakannya. Alex
memberikan contoh seorang wartawan yang produktif di waktu malam akan merasa
tertekan jika memaksakan diri menulis di waktu siang hari. Untuk mengatasinya,
sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang hari membuat outline dan mencari bahan, malam
hari menyelesaikan tulisan. Untuk bekerja secara lebih efisien. Anda juga harus trampil
menentukan prioritas. Adanya urutan prioritas dapat membantu Anda mengatur strategi.
4) Tingkatkan energi dengan tidur
Ketika lelah, Anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal yang sepele,
demikian tulis Camile Anthony dalam The Art of Napping at Work (1999). Kesalahan
juga akan membuat perhatian Anda menurun sehingga mudah melakukan kesalahan.
Dalam keadaan demikian, Alex menganjurkan agar tidur. Tidur 15 menit di tengah
waktu kerja akan sama manfaatnya dengan tidur malam 3 jam. Anda bisa
memanfaatkan mushola kantor (tentu saja di luar waktu shalat) atau mobil Anda untuk
tidur. Jangan lupa pasang alarm agar tidak tidur terlalu lama. Jika keduanya tidak
tersedia, meja kerja Anda bisa jadi pilihan terakhir. Yang penting, tingkatkan energi
segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur selama 30 menit atau kurang, menurut
Anthony akan meningkatkan mood dan rasa humor sehingga memperbaiki hubungan
Anda dengan rekan kerja. Anthony menganjurkan agar membatasi tidur selama 30
menit saja agar tidak sampai tertidur nyenyak, yang akan membuat Anda lebih lelah
ketika bangun.
5) Atur lingkungan kerja
Bagaimana kondisi kerja Anda? Apakah meja kerja Anda berantakan atau
ruangan kerja selalu dipenuhi asap rokok? Hati-hati karena hal-hal yang tampaknya
sepele tersebut karena dapat mempengaruhi performa kerja sekaligus kesehatan Anda.
Jika tidak memungkinkan mengubah lingkungan kerja secara besar-besaran, ada
baiknya Anda memulainya dari meja Anda. Dalam feng shui, seni tata ruang dari
Tiongkok, tempat kerja yang teratur menunjukkan pikiran yang teratur. Jaga lingkungan
kerja, terutama maja, dari tumpukan kertas atau file. Simpan kertas-kertas Anda dalam
map dan dalam kotak file atau laci file. Anda juga bisa mencegah stres dengan
mengubah letak kursi sehingga bisa mengetahui siapa yang akan masuk ke ruangan
Anda. Jika memungkinkan pindahkan meja sehingga Anda dapat bekerja dengan
cahaya alami dari luar (matahari).
6) Kembangkan pola hidup sehat
Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah makanan dan
minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak mengandung
vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian. Kurangi makanan
berlemak dan perbanyak makan buah dan sayur.
Berolah raga secara teratur. Olah raga yang cukup tidak saja menyehatkan
badan tapi juga memperbesar kapasitas badan tapi juga memperbesar kapasitas paru-
paru sehingga mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar oksigen
tinggal di dalam darah yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh Anda akan
berpikir lebih jenuh.
7) Tingkatkan ketrampilan
Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru. Jika Anda merasa
kurang mampu berkomunikasi, Anda bisa mempelajarinya melalui buku-buku atau
latihan kepemimpinan yang sering diadakan di kota-kota. Jika Anda mempunyai minat
terhadap komputer, kembangkan minat Anda. Peningkatan ketrampilan akan membuat
Anda menjadi karyawan yang lebih berharga.
8) Lupakan pekerjaan saat libur
Membawa laptop saat liburan keluarga? Tinggalkan saja kebisaan itu. Liburan
sebaiknya benar-benar digunakan untuk istirahat. Berlibur atau santai bukan berarti
membuang waktu. Selain mmeberikan energi tambahan yang akan membuat Anda
lebih kreatif, berlibur bersama akan mempererat hubungan Anda dengan keluarga.
9) Pekerjaan bukan segalanya
Bekerja memang penting. Dengan sekaligus mendapat lahan untuk aktualisasi
diri. Tapi di luar pekerjaan, masih banyak kegiatan lain yang dapat menimbulkan
perasaan berguna bagi Anda. Dengan mengikuti kegiatan di luar pekerjaan, stres Anda
di tempat pekerjaan akan berkurang. Anda dapat menyakinkan diri bahwa walaupun
Anda tidak bisa memperbaiki keadaan di tempat kerja, Anda bisa mengendalikan hal-
hal penting lainnya dalam kehidupan Anda. Perasaan mampu mengendalikan
kehidupan Anda sendiri adalah harta tak ternilai.

BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Stres merupakan suatu kondisi yang dinamis saat seorang individu dihadapkan
pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan
oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.
Stres kerja terdapat dua hal yaitu stres yang memberikan respon bersifat sehat,
positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Kedua stres yang memberikan respon
bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak).
Stres kerja yang berlebihan akan menyebabkan karyawan tersebut frustasi dan
dapat menurunkan prestasinya, sehingga perlu dimotovasi agar karyawan di
perusahaan berprestasi dalam bekerja.
Stres kerja banyak sekali gejalanya antara lain gejala psikologis, gejala fisiologis
dan gejala perilaku dan stres kerja juga akan menimbulkan dampak terhadap kinerja
karyawan yaitu menurunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan
sebagainya,
Oleh karena itu, perlu adanya strategi manajemen stres kerja dan pencegahanya
yaitu Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu: pengelolaan waktu,
latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial. Serta pencegahannya yaitu ada
empat pendekatan yang paling sering digunakan adalah relaksasi otot, biofeedback,
meditasi dan restrukturisasi kognitif yang semuanya membantu para karyawan
mengatasi stress yang berkaitan dengan pekerjaan.

baden di 15.41
Berbagi

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Beranda
Lihat versi web
Diberdayakan oleh Blogger.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karyawan
memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila karyawan
memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang tinggi, maka laju roda pun akan berjalan
kencang, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi perusahaan.
Di sisi lain, bagaimana mungkin roda perusahaan berjalan baik, kalau karyawannya bekerja tidak
produktif, artinya karyawan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak ulet dalam bekerja
dan memiliki moril yang rendah serta mengalami stres kerja.
Sudah menjadi tugas manajemen agar karyawan mengelola stres kerja dan memiliki
semangat kerja dan moril yang tinggi serta ulet dalam bekerja. Biasanya karyawan yang puas
dengan apa yang diperolehnya dari perusahaan akan memberikan lebih dari apa yang diharapkan
dan ia akan terus berusaha memperbaiki kinerjanya. Sebaliknya karyawan yang kepuasan
kerjanya rendah, cenderung melihat pekerjaan sebagai hal yang menjemukan dan membosankan,
sehingga ia bekerja dengan terpaksa dan asal-asalan. Untuk itu merupakan keharusan bagi
perusahaan untuk mengenali faktor-faktor apa saja penyebab stres kerja dan yang membuat
karyawan puas bekerja di perusahaan. Dengan tercapainya kepuasan kerja karyawan dan
terhindarnya stres kerja maka produktivitas pun akan meningkat.
Di dalam lingkungan kerja, ketegangan yang sering dialami oleh karyawan akan
mengganggu situasi kerja serta konsentrasi dalam menyelesaikan tugasnya. Keadaan itu bisa
mengakibatkan menurunnya prestasi kerja yang tentunya sangat merugikan diri karyawan dan
perusahaan.
Timbulnya ketegangan seperti digambarkan di atas pada hakikatnya disebabkan oleh tiga
faktor, yakni masalah organisasi di lingkungan kerja, faktor si karyawan, dan hal lain yang
berhubungan dengan masyarakat. Bisa terjadi seorang karyawan mengalami ketegangan karena
ketiga faktor atau salah satu faktor saja.
Faktor di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan ketegangan pada diri seseorang
antara lain masalah administrasi, tekanan yang tidak wajar untuk menyesuaikan diri dengan
pekerjaan dan situasi kerja, struktur birokrasi yang tidak tepat, sistem manajemen yang tidak
sesuai, perebutan kedudukan, persaingan yang semakin ketat untuk memperoleh kemajuan,
anggaran yang terbatas, perencanaan kerja yang kurang baik, jaminan pekerjaan yang tidak pasti,
beban kerja yang semakin bertambah dan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan pekerjaan.
Kepuasan kerja dalam teori motivasi Maslow menempati peringkat yang tinggi. Sebab ia
berkaitan dengan tujuan manusia untuk merealisasikan dan mengaktualisasikan potensi dirinya
dalam pekerjaan. Namun motivasi ini kadang terbendung oleh berbagai ragam kerutinan,
hambatan lingkungan kerja yang kurang seimbang, atau situasi dan perangkat kerja yang secara
ergonomis tidak mendukung peningkatan produktivitas kerja. Stres yang dialami karyawan dan
kepuasan kerja yang didambakan seolah merupakan dua kondisi yang bukan saja berkaitan,
tetapi sekaligus antagonistis.
Melihat pengaruh yang sangat penting antara stres kerja dan tingkat kepuasan kerja
terhadap kinerja karyawan maka dalam makalah ini penulis tertarik mengambil judul Dampak
Stres Terhadap Kinerja Karyawan.

B. Permasalahan
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah mengenai dampak stres terhadap kinerja karyawan.

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh atau dampak
stres dan terhadap kinerja karyawan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian stres kerja, dan kinerja pegawai


A. Pengertian Stres
Stres adalah suatu kondisi dinamik yang didalamnya seorang individu dikonfrontasikan
dengan suatu peluang, kendala (constraints), atau tuntutan (demands) yang dikaitkan dengan apa
yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.
Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis.
Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi
karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya
daya tahan tubuh pada saat tersebut.
Stres tidak dengan sendirinya harus buruk. Walaupun stres lazimnya dibahas dalam konteks
negatif, stres juga mempunyai nilai positif. Stres merupakan suatu peluang bila stres itu
menawarkan perolehan yang potensial. Perhatikan misalnya kinerja yang unggul yang
ditunjukkan oleh seorang atlit atau pemanggung dalam situasi-situasi yang mencekam.
Individu semacam itu sering menggunakan stres secara positif untuk meningkatkan kinerja
mendekati maksimum mereka.
Menurut Charles D, Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan
eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu
stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan,
ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.
B. Gejala Stres
Cary Cooper dan Alison Straw (1995:8-15) mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda
berikut ini:
1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, rnerasa panas,
otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah
urat dan gelisah.
2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, tidak
mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,kehilangan semangat, sulit konsentrasi,
sulit berfikir jernih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam
penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.
3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi
lekas panik, kurang percaya diri.
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu kondisi
ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa
memberikan tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan
eksternal (lingkungan). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk
menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai
macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
C. Pengertian Stres Kerja
Baron & Greenberg, mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis
yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa
mengatasinya.
Berbeda dengan pakar di atas, Landy memahaminya sebagai ketidakseimbangan
keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi penting bagi
dirinya. Robbins memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu
dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah
penting tetapi tidak dapat dipastikan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja terjadi
dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua
kondisi pekerjaan. Adanya beberapa atribut tertentu dapat mempengaruhi daya
tahan stres seorang karyawan.
Luthans mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang
dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan
lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik
seseorang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan
lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda.
Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting
diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan.
Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan
yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan kondisi fisik
individu.
D. Kategori Stres Kerja
Menurut Phillip L, seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja bila:
1. Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu
bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga
yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi
penyebab stress kerja.
2. Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu.
3. Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan
stres tersebut.
Secara umum, seseorang yang mengalami stres pada pekerjaan akan menampilkan gejala-
gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu : Physiological, Psychological dan Behavior.
1. Physiological memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada metabolisme tubuh,
meningkatnya kecepatan detak jantung dan napas, meningkatnya tekanan darah, timbulnya sakit
kepala dan menyebabkan serangan jantung.
2. Psychological memiliki indikator yaitu: terdapat ketidakpuasan hubungan kerja, tegang, gelisah,
cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda pekerjaan.
3. Behavior memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada produktivitas, ketidakhadiran dalam
jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol,
berbicara dengan intonasi cepat, mudah gelisah dan susah tidur.
E. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja
Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja,
yaitu faktor Lingkungan kerja dan Faktor personal.
a. Faktor Lingkungan Kerja
Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan
sosial di lingkungan pekerjaan. Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan. Yaitu:
1. Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila
perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan kesejahteraan
mereka.
2. Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang terjadi di
Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan yang tidak puas dengan keadaan
mereka. Kejadian semacam ini dapat membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti penutupan
jalan karena ada yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan membuat para karyawan
terlambat masuk kerja.
3. Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel pun
menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat karyawan harus
mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan itu.
4. Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin meningkat
dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung WTC oleh para teroris,
menyebabkan orang-orang Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stres.

b. Faktor Personal
Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa atau pengalaman pribadi
maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di mana pribadi berada dan mengembangkan diri.
Betapapun faktor kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun
karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditempatkan
sebagai sumber atau penyebab munculnya stres. Secara umum dikelompokkan sebagai berikut:
1. Tidak adanya dukungan sosial. Artinya, stres akan cenderung muncul pada
para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka.
Dukungan sosial di sini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan
keluarga. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya (baik
pimpinan maupun bawahan) akan cenderung lebih mudah terkena stres.
2. Tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di
kantor. Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam
menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak
dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya. Stres kerja juga
bisa terjadi ketika seorang karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang
menyangkut dirinya.
3. Pelecehan seksual. Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau dikonotasikan
berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini bisa dimulai dari
yang paling kasar seperti memegang bagian badan yang sensitif, mengajak kencan dan
semacamnya sampai yang paling halus berupa rayuan, pujian bahkan senyuman yang tidak pada
konteksnya. Dari banyak kasus pelecehan seksual yang sering menyebabkan stres kerja adalah
perlakuan kasar atau pengamayaan fisik dari lawan jenis dan janji promosi jabatan namun tak
kunjung terwujud hanya karena wanita.
4. Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu
panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas
menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga
ruangan yang terlalu dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga
sirkulasi atau arus udara. Di samping itu, kebisingan juga memberi andil munculnya stres kerja,
sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain.
5. Manajemen yang tidak sehat. Banyak orang yang stres dalam pekerjaan
ketika gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang
sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu
mendramatisir suasana hati atau peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di
tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai bawahan, membesarkan peristiwa atau
kejadian yang semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan
pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres.
6. Peristiwa atau pengalaman pribadi. Stres kerja sering disebabkan pengalaman
pribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, anak sakit atau gagal sekolah,
kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau menghadapi masalah (pelanggaran) hukum.
Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stress paling tinggi terjadi pada seseorang yang
ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling rendah disebabkan oleh perpindahan tempat
tinggal. Disamping itu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari, kesepian, perasaan
tidak aman, juga termasuk kategori ini.

F. Pengertian Kinerja Pegawai


Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar kerja yang
menerjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja.
Pengertian Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali
sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui
betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan atau instansi menghadapi krisis yang
serius. Kesan kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda tanda
peringatan adanya kinerja yang merosot.
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Selain
itu, kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dan usaha seseorang yang dicapai dengan
adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu.
Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara Kinerja ( prestasi kerja) adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari
kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.
Maluyu S.P. Hasibuan mengemukakan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

2. Dampak stres terhadap kinerja pegawai


Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK, dan bangkrutnya
beberapa perusahaan sebagai akibat dari krisis yang berkepanjangan telah menimbulkan dampak
yang sangat merugikan bagi ribuan bahkan jutaan tenaga kerja. Mereka harus rela dipindahkan
ke bagian yang sangat tidak mereka kuasai dan tidak tahu berapa lama lagi mereka akan dapat
bertahan atau dipekerjakan. Selain itu mereka harus menghadapi bos baru, pengawasan yang
ketat, tunjangan kesejahteraan berkurang dari sebelumnya dan harus bekerja lebih lama dan lebih
giat demi mempertahankan status sosial ekonomi keluarga.
Para pekerja di setiap level mengalami tekanan dan ketidakpastian. Situasi inilah yang
seringkali memicu terjadinya stres kerja. Dalam hubungan dengan pekerjaan atau profesi yang
ditekuni setiap orang memiliki kemampuan berbeda untuk menyangga beban pekerjaannya.
Interaksi manusia sebagai pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerja menyebabkan efek
positif ataupun efek negatif.
Sikap positif terhadap pekerjaan membuat karyawan menganggap stresor dari pekerjaan
sebagai suatu yang memberikan manfaat baginya sehingga dapat memperlemah
terjadinya stres namun, sebaliknya bila karyawan tidak mampu menghadapi
stresor dari pekerjaan maka hal tersebut akan membuat karyawan mengalami stres.
Charles dan Sharason menjelaskan bahwa stres kerja terjadi ketika kemampuan individu
tidak seimbang atau tidak sesuai dengan tuntutan dalam lingkungan pekerjaannya. Stres dalam
pekerjaan menimbulkan konsekuensi yang bermacammacam jenisnya, baik berupa akibat
kognitif, fisiologis maupun keorganisasian. Akibat kognitif dari stres antara lain adalah
ketidakmampuan mengambil keputusan yang sehat, kurang konsentrasi, sangat peka terhadap
kecaman dan rintangan mental.
Akibat fisiologis dari stres antara lain adalah tekanan darah naik, mulut kering, berkeringat
dan sebagainya. Akibat keorganisasian dari stres antara lain adalah kemangkiran, produktivitas
rendah, ketidakpuasan kerja, menurunnya ketertarikan dan loyalitas terhadap organisasi
Ada beberapa alasan mengapa masalah stres yang berkaitan dengan organisasi perlu diangkat
ke permukaan pada saat ini. Di antaranya adalah:
1. Masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan, dan posisinya sangat
penting dalam kaitannya dengan produkttfitas kerja karyawan.
2. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi,stress juga banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam organisasi. Oleh karenanya perlu disadari
dan dipahami keberadaannya.
3. Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai dengan pemahaman terhadap cara-cara
mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan siapa saja yang terlibat dalam organisasi
demi kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif.
4. Banyak di antara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa organisasi,
baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stres meskipun dalam taraf
yang amat rendah.
5. Dalam zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia semakin sibuk. Di situ
pihak peralatan kerja semakin modern dan efisien, dan di lain pihak beban kerja di satuan-satuan
organisasi juga semakin bertambah. Keadaan ini tentu saja akan menuntut energi pegawai yang
lebih besar dari yang sudah-sudah. Sebagai akibatnya, pengalaman-pengalaman yang disebut
stres dalam taraf yang cukup tinggi menjadi semakin terasa.
Masalah-masalah tentang stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan dengan pengertian stres
yang terjadi di lingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi antara seorang karyawan
dengan aspek-aspek pekerjaannya. Di dalam membicarakan stres kerja ini perlu terlebih dahulu
mengerti pengertian stres secara umum.
A. Dampak Stres Kerja
Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang
menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit tetapi dari
beberapa pembangkit stres. Sebagian besar dari waktu manusia bekerja. Karena itu lingkungan
pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan seseorang yang bekerja.
Pembangkit stres di pekerjaan merupakan pembangkit stres yang besar perannya terhadap kurang
berfungsinya atau jatuh sakitnya seseorang tenaga kerja yang bekerja.
Faktor-faktor di pekerjaan yang berdasarkan penelitian dapat menimbulkan stres dapat
dikelompokkan ke dalam lima kategori besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran
dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, serta struktur dan iklim
organisasi.
1. Faktor-faktor Intrinsik dalam Pekerjaan
Termasuk dalam kategori ini ialah tuntutan fisik dan tuntutan tugas.
Tuntutan fisik misalnya faktor kebisingan. Sedangkan faktor-faktor tugas mencakup: kerja
malam, beban kerja, dan penghayatan dari resiko dan bahaya.
2. Peran Individu dalam Organisasi.
Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya
setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai
dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya. Namun
demikian tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan
masalah. Kurang baik berfungsinya peran, yang merupakan pembangkit stres yaitu meiiputi:
konflik peran dan ketaksaan peran (role ambiguity).
3. Pengembangan Karir
Unsur-unsur penting pengembangan karir meliputi:
Peluang untuk menggunakan ketrampilan jabatan sepenuhnya
Peluang mengembangkan ketrampilan yang baru
Penyuluhan karir untuk memudahkan keputusan-keputusan yang menyangkut karir.
Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup ketidakpastian
pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang.
4. Hubungan dalam Pekerjaan
Hubungan Kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang
rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi. Ketidakpercayaan
secara positif berhubungan dengan ketaksaan peran yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi
antar pribadi yang tidak sesuai antara pekerja dan ketegangan psikologikal dalam bentuk
kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kodisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan
dan rekan-rekan kerjanya.
5. Struktur dan iklim Organisasi
Faktor stres yang dikenali dalam kategorf ini adalah terpusat pada sejauh
mana tenaga kerja dapat terlihat atau berperan serta pada support sosial.
Kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan
suasana hati dan perilaku negatif. Peningkatan peluang untuk berperan serta menghasilkan
peningkatan produktivitas, dan peningkatan taraf dari kesehatan mental dan fisik.
6. Tuntuan dari Luar Organisasi atau Pekerjaan
Kategori Pembangkit stres potensial ini mencakup segala unsur kehidupan
seseorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja
di dalam satu organisasi, dan dapat memberi tekanan pada individu. Isu-isu tentang keluarga,
krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang
bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan, semuanya dapat
merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya, sebagaimana halnya stres dalam
pekerjaan mempunyai dampak yang negatif pada kehidupan keluarga dan pribadi.
7. Ciri-Ciri Individu
Menurut pandangan interaktif dari stres, stres ditentukan pula oleh individunya sendiri,
sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis, dan
dalam bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya,
mencakup ciri-ciri kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap,
kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan (antara lain
intligensi, pendidikan, pelatihan, pembelajaran). Dengan demikian, faktor-faktor dalam diri
individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan
pembangkit stres potensial dengan individu. Faktor pengubah ini yang menentukan bagaimana,
dalam kenyataannya, individu bereaksi terhadap pembangkit stres potensial.
B. Dampak Stres Kerja Pada Karyawan
Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi
perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan perusahaan diharapkan
akan rnemacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Reaksi
terhadap stress dapat merupakan reaksi bersifat psikis maupun fisik.
Biasanya pekerja atau karyawan yang stress akan menunjukkan perubahan perilaku.
Perubahan perilaku terjadi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi
stres dapat berupa perilaku melawan stres (flight) atau freeze (berdiam diri). Dalam kehidupan
sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan bentuk
stres.
Perubahan-perubahan ini di tempat kerja merupakan gejala-gejala individu yang mengalami
stres antara lain: (a) bekerja melewati batas kemampuan, (b) keterlambatan masuk kerja yang
sering, (c) ketidakhadiran pekerjaan, (d) kesulitan membuat keputusan, (e) kesalahan yang
sembrono, (f) kelalaian menyelesaikan pekerjaan, (g) lupa akan janji yang telah dibuat dan
kegagalan diri sendiri, (h) kesulitan berhubungan dengan orang lain, (i) kerisauan tentang
kesalahan yang dibuat, (j) Menunjukkan gejala fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah
tinggi, radang kulit, radang pernafasan.
C. Strategi Manajemen Stres Kerja
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh
dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar
menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa
yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat
kerja akibat persaingan,sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan.
Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab
dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih
spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk
memacu perubahan dan penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar
seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait
dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja.
Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar
dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman atasan
atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan
manajemen) hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat
mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika
karyawannya mengalami stres yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres tertentu akan
memberikan akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih
baik.
Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat
menurunnya kinerja karyawan. Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi
organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan.
Maka manajemen mungkin akan berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stress
ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan
dirasakan sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam
mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
D. Dampak Stres Terhadap Perusahaan
Sebuah organisasi dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh
itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak, menyebabkan seluruh tubuh merasa
sakit dan menyebabkan individunya tidak dapat berfungsi secara normal. Demikian pula jika
banyak di antara karyawan di dalam organisasi mengalami stress kerja, maka produktivitas dan
kesehatan organisasi itu akan terganggu. Jika stress yang dialami oleh organisasi atau perusahaan
tidak kunjung selesai, maka sangat berpotensi mengundang penyakit yang lebih serius. Bukan
hanya individu yang bisa mengalami penyakit, organisasi pun dapat memiliki apa yang
dinamakan Penyakit Organisasi.
Randall Schuller (1980), mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang
berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stress yang dihadapi oleh karyawan
berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja, serta tendensi
mengalami kecelakaan.
Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa:
1. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja
2. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja
3. Menurunkan tingkat produktivitas
4. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial yang dialami
perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk
membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja
dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan
atau pun karena banyaknya kesalahan yang berulang.
Sedangkan gejala stres di tempat kerja, yaitu meliputi:
Kepuasan kerja rendah
Kinerja yang menurun
Semangat dan energi menjadi hilang
Komunikasi tidak lancar
Pengambilan keputusan jelek
Kreatifitas dan inovasi kurang
Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.

E. Pendekatan dalam mengelola stres


1. Pendekatan Individu
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang
bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi,
dan dukungan sosial.
Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas
dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat
meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang
berat. Selain itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan
santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan
sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya

2. Pendekatan Organisasi
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi
yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh
karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres
karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan,
pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan.
Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya
hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja


Pertama, efektivitas dan efisiensi. Menurut Prawirosentono bila suatu tujuan tertentu
akhirnya biasa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi apabila
akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan mempunyai nilai yang penting dari hasil yang dicapai
sehingga mengakibatkan ketidakpuasan walaupun efektif dinamakan tidak efisien. Sebaliknya,
bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka kegiatan tersebut efisien.
Kedua, otoritas (wewenang). Arti otoritas menurut Barnard adalah sifat dari suatu komunikasi
atau perintah dalam suatu organisasi formal yang dimiliki (diterima) oleh seorang anggota
organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan
kontribusinya (sumbangan tenaganya). Perintah tersebut menyatakan apa yang boleh dilakukan
dan yang tidak boleh dilakukan dalam organisasi tersebut.
Ketiga, disiplin. Menurut Prawirosentono disiplin adalah taat kepada hukum dan
peraturan yang berlaku. Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan
dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi di mana dia bekerja.
Keempat, inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreativitas dalam bentuk ide
untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Jadi, inisiatif adalah daya
dorong kemajuan yang bertujuan untuk mempengaruhi kinerja organisasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah dikarenakan adanya
ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek
pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya beberapa atribut tertentu
dapat mempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan. Faktor-faktor di pekerjaan yang
berdasarkan penelitian dapat menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori
besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karir,
hubungan dalam pekerjaan, serta struktur dan iklim organisasi. Stres dalam pekerjaan dapat
dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen
stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaplif dan
efektif.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pegawai. Pegawai bekerja secara
produktif atau tidak banyak tergantung pada banyak faktor. Faktor motivasi, kepuasan kerja,
tingkat stress, kondisi fisik pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan dan aspek-aspek
ekonomis sangatlah ikut berperan. Pegawai dengan tingkat motivasi kerja yang tinggi, sebagai
sumber daya penggerak, pengguna dan pemberi manfaat bagi sumber daya lainnya memberi
kontribusi besar dalam keberhasilan perusahaan. Perusahaan dengan modal besar, nama besar,
dan sistem operasi yang sudah teruji keberhasilannya sekalipun akan mengalami hambatan
dalam mempertahankan usaha jika mengabaikan aspek sumber daya manusia.
B. Saran
Setiap perusahaan hendaknya memperhatikan para karyawannya,jangan sampai terjadi stres.
Meskipun terkadang stres juga bisa berdampak positif,tapi ada baiknya juga jika pihak
perusahaan menghindari stres terhadap karyawannya.
Untuk menghindari stres hendaknya pihak perusahaan melakukan traning motivasi kepada
karyawan,hal tersebut diharapkan dapat membangkitkan kembali tingkat kepercayaan diri
mereka.
DAFTAR PUSTAKA

http://forum.vivanews.com diakses 1 desember 2011 jam 20:09


http://www.mentalwirarakema.com diakses tanggal 1 desember 2011 jam 20:17
http://widiastutidyah.wordpress.com diakses tanggal 1 desember 2011 jam 20:42
http://jurnal-sdm.blogspot.com diakses tanggal 4 desember 2011, jam 19:14
ROMBONGAN MAKALAH
Kumpulan Aneka Tugas Makalah Tingkat SMU

Home
Asesories
Jarkom
hiburan
Facebook
Blog lainnya

Tuesday, November 5, 2013


MAKALAH K3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya

dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan

sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan

penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

kerja.

K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja.

Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai bidang

kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan

lingkungan dan situasi kerja.

Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya yang

berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat

kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga

kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya.

Dalam K3 juga dikenal istilah Kesehatan Kerja, yaitu : suatu ilmu yang penerapannya

untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan kesehatan, pencegahan

Penyakit akibat kerja meliputi pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemberian makan dan

minum bergizi.

Istilah lainnya adalah Ergonomy yang merupakan keilmuan dan aplikasinya dalam hal

sistem dan desain kerja, keserasian manusia dan pekerjaannya, pencegahan kelelahan guna

tercapainya pelakasanaan pekerjaan secara baik.


B. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ilmu kerja ini, yaitu:

1. Mengetahui pengertian serta perbedaan dari kesehatan dan keselamatan kerja

2. Mengetahui undang-undang tentang kesehatan dan keselamatan kerja

3. Mengetahui pendekatan masalah-masalah dalam kesehatan dan keselamatan kerja

4. Mengetahui sasaran dan norma-norma dari kesehatan dan keselamatan kerja

5. Memahami hambatan-hambatan didalam kesehatan dan keselamatan kerja

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Indonesia mempunyai kerangka hukum K3 yang ekstensif. K3 yang terutama di

Indonesia adalah Undang-Undang No. 1/ 1970 tentang Keselamatan Kerja. tentang keselamatan

kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah,

permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum

Republik Indonesia.

Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang Kesehatan memberikan ketentuan mengenai

kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja dilaksanakan supaya
semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan diri

mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja

mereka sesuai dengan program perlindungan tenaga kerja (Departmen Kesehatan 2002).

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh

mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral

dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.

Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat

kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan

atau bebas dari kecelakaan dan yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktifitas

kerja

B. Norma dan Sasaran K3

Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu :

1. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja

2. Di terapkan untuk melindungi tenaga kerja

3. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Adapun sasaran dari K3, sebagai berikut :

1. Menjamin keselamatan operator dan orang lain

2. Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan

3. menjamin proses produksi aman dan lancar.


Adapun faktor-faktor yang ditemui dalam penerapan K3 didalam dunia pekerja, sebagai

berikut:

1. Dari Sisi Masyarakat Pekerja.

Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan tunjangan

kesehatan/kesejahtraan).

2. Dari sisi pengusaha.

1. Pengusaha lebih menekankan penghematan biaya produksi .

2. Pengusaha lebih meningkatkan efisiensi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan

K3 dipandang sebagai beban dalam hal biaya operasional tambahan.


BAB III

PEMBAHASAN

A. Strategi Meningkatkan Kualitas Kerja

Bila penyebabnya sudak diidentifikasi, strategistrategi dapat dikembangkan untuk

menghilangkan atau mengurangi bahayabahaya kerja. Untuk menentukan apakah suatu strategi

efektif atau tidak, perusahaan dapat membandingkan insiden, kegawatan, dan frekuensi penyakit

penyakit dan kecelakaan sebelum dan sesudah strategi tersebut diberlakukan.

1. Memantau Tingkat Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Mewajibkan perusahaanperusahaan untuk menyimpan catatan insideninsiden

kecelakaan dan kasus penyakit yang terjadi dalam perusahaan. Perusahaan juga mencatat tingkat

kegawatan dan frekuensi setiap kecelakaan atau kasus penyakit tersebut. Adapun tingkat-tinkat

yang dimaksud, sebagai berikut:

a. Tingkat Insiden
Indeks keamanan industri yang paling ekspilist adalah tingkat insiden yang menggambarkan
jumlah kecelakaan dan penyakit dalam satu tahun.

b. Tingkat Frekuensi
Tingkat frekuensi mencerminkan jumlah kecelakaan dan penyakit setiap satu juta jam kerja
bukan dalam tahunan seperti dalam tingkat insiden.
c. Tingkat Kegawatan
Tingkat kegawatan menggambarkan jam kerja yang hilang karena kecelakaan atau penyakit.

2. Mengendalikan Stres Dan Kelelahan Kerja


Program pelatihatan yang dirancang untuk membantu para pekerja mengatasi stress yang

diakibatkan oleh pekerjaan. Program ini disediakan untuk staf pengawasan, staf professional, dan

pegawai, dengan tujuan memperkenalkan bahanbahan, keahlian informasi, dan definisi peran

pengawasan dan menajemen.

a. meningkatan Partisipasi Dalam Pengambilan Keputusan


Pentingnya kemampuan mengendalikan, atau setidaknya memprediksi apa yang akan terjadi di

masa akan datang sangat disadari

b. Strategi trategi Manajemen Stres


Manajemen waktu dapat merupakan strategi yang efektif dalam mengatasi stress pekerjaan.

3. Mengembangakan KebijakanKebijakan Kesehatan Kerja


Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan meningkatnya tanggung jawab,

semakin banyak perusahaan mengembangkan pernyataanpernyataan ini berkembang dari suatu

kepedulian bahwa perusahaanperusahaan harus proaktif menangani masalah masalah

kesehatan dan kesamatan kerja.

4. Menciptakan ProgramProgram Kebugaran

Perusahaanperusahaan semakin memusatkan perhatian kepada usahausaha untuk

menjaga agar para pekerja tetap sehat. Salah satu caranya dengan melakukan 1x olahraga

didalam seminggu.
B. Proteksi

Proteksi merupakan sistem perlinduangan berupa kompensasi yang dalam bentuk imbalan,

baik langsung maupun tidak langsung, yang diterapkan oleh perusahan kepada pekerja. Proteksi

ini dengan memberikan rasa aman, baik dari sisi financial, kesehatan, maupun keselamatan fisik

bagai pekerja sehingga pekerja dapat beraktivitas dengan tenang dan dapat memberikan

kontribusi positif bagi peningaktan nilai tambah perusahaan.

Proteksi atau perlindungan pekerja merupakan suatu keaharusan bagi perusahaan yang

diwajibkan oleh pemerintah melalui peraturan perudangudangan. Dalam melaksanakan

program prteksi, banyak perusahaan bekerja sama dengan perusahan asuransi yang memberikan

peranggungan terhadap kemungkinan timbulnya masalah kesehatan, financial atau masalah

lainnya yang dihadapi atau dialami oleh pekerja dan kelurganya di kemudian hari. Praktisnya,

pemberian proteksi ini kualitasnya tidak sama diantara masing masing pekerja, tergantung dari

kedudukan dan tangguang jawab mereka masingmasing .

Adapun Faktor Faktor Yang Menentukan Proteksi diantara masingmasing pekerja,


sebagai berikut:

1. Responsibility ( Tanggung Jawab)

2. Skill (Keahlian)

3. Mental Effort (kerja Otak / Mental)

4. Physical Effort (Kemampuan Fisik)

5. Work Condition (Kondisi Kerja)

6. Government Rule (Peraturan Pemerintah)


C. Perlindungan, Keselamatan, Dan Kesehatan Pekerja

1. Pelindungan

a. Yang Berhubungan Dengan Masalah Keuangan

Perlindungan yang berhubungan dengan masalah keuangan dilakukan melalui pemberian

berbagai santunan dalam bentuk santunan jaminan sosial, kompensasi ketiadaan pekerja, biaya

medis, dan kompensasi pekerja.

b. Perlindungan Yang Berhubungan Dengan Keamanan Fisik Karyawan

Dalam rangka memberikan perlindungna terhadap keselamatan dan keamaan kerja,

pemerintah mengeluarkan peraturan perundangundangan yang mengharuskan perusahaan untuk

memberikan fasilitas yang memadai demi menjamin keamanan kerja serta memberikan jaminan

finansial apabila karyawan mengalami kecelakan kerja.

2. Tujuan Dan Pentingnya Keselamatan Kerja

a. Manfaat Lingkungan Yang Aman Dan Sehat

Jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaankecelakaan kerja,

penyakit, dan halhal yang berkaitan dengan stress, serta mampu meningkatkan kulitas

kehidupan kerja para pekerja, perusahan akan semakin efektif. Peningkatan peningkatan

terhadap hal ini akan mengasilkan :

Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang

Meningkatnya efisensi dan kualitas kerja yang lebih berkomitmen

Menurunnya biayabiaya kesehatan dan asuransi


Tingkat Kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya
pengajuan klaim

Felksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan
rasa kepemilikan

Rasio seleski tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan

b. Kerugian Lingkungan Kerja Yang Tidak Aman dan Tidak Sehat

Jumlah biaya yang besar sering muncul karena ada kerugian kerugian akibat kematian
dan kecelakaan di tempat kerja dan kerugian menderita penyakit penyakit yang berkaitan
dengan kondisi pekerjaan.

3. Gangguan Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan kerja

Baik aspek fisik maupun sosio-psikologis lingkungan pekerjaan membawa dampak


kepada keselamtan dan kesehatan kerja salah satunya sebagai berikut :

a. Kecelakaan Kecelakaan Kerja

Perusahaan perusahaan tertentu atau departemen tertentu cenderung mempunyai tingkat

kecelakaan kerja yang lebih tinggi dari pada lainnya. Beberapa karakteristik dapat menjelaskan

perbedaan tersebut, sebagai berikut:

Kulitas Organisasi

Pekerja Yang Mudah Celaka

Pekerja Berperangai Sadis

Penyakit Penyakit Yang Diakibatkan Pekerjaan


Secara teoritis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan kerja meliputi

beberapa hal sebagai berikut :

1. Hazard (Sumber Bahaya), Suatu keadaan yang memungkinkan / dapat menimbulkan kecelakaan,

penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan pekerja yang ada.

2. Danger (Tingkat Bahaya), Peluang bahaya sudah tampak (kondisi bahaya sudah ada

tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan prventif.

3. Risk, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.

4. Incident, Munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak diinginkan, yang

dapat/telah mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas

badan/struktur).

5. Accident, Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan atau kerugian

(manusia/benda).

c. Kehidupan Kerja Berkualitas Rendah


Bagi banyak pekerja, kehidupan kerja berkualitas rendah akan menyebabkan oleh kondisi

tempat kerja yang gagal untuk memenuhi preferesnis preferensi dan minat minat tertentu

seperti rasa tanggung jawab, keinginan akan pemberdayaan dan keterlibatan dalam pekerjaan

tantangan, harga diri, pengendalian diri, penghargaan, prestasi, keadilan, keamanan, dan

kepastian.

d. Stress Pekerjaan

Penyebab umum stress bagi banyak pekerja adalah supervisor (atasan), salary (gaji),

security (keamanan), dan safety (keselamatan). Aturanaturan kerja yang sempit dan tekanan
tekanan yang tiada henti untuk mencapai jumlah produksi yang lebih tinggi adalah penyebab

utama stress yang dikaitkan para pekerja dengan supervisor. Berikut ini salah satu penyebab

stress kerja yaitu :

Perubahan Organisasi

Tingkat Kecepatan kerja

Lingkungna Fisik

Pekerja Yang Rentan Stres


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemamparan makalah ini dapat saya menyimpulkan bahwa pada kesehatan dan

keselamatan kerja khususnya pada perusahan sangat penting dilakukan, karena dapat

mengingkatkan kesejahtraan, kesehatan dan terutama keselamatan kerja karyawan atau pekerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi

baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka

menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula

meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan

perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan

sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak

memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada. Keselamatan kerja menunjuk

kepada kondisikondisi fisiologis-fisikal dan pisiologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh

lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan melaksanakan

tindakantindakan keselamatan yang efektif, maka tidak akan ada lagi kecelakaan dalam pekerja

hal ini akan lebih mempercepat kesejahtraan karyawan yang nantinya juga berimbas pada hasil

hasil produksi perusahaan ini.


B. Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan adalah sebagia berikut :
Perusahaan dalam hal ini manajer SDM harus merencanakan atau membuat program yang

berkesinambungan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Perusahaan hendaknya

tidak tinggal diam apabila ditemukan terjadi kecelakaan pada saat karyawan bekerja

Kecelakaan pada saat bekerja merupakan resiko yang merupakan bagian dari pekerjaan,

untuk perusahaan hendaknya mencegah dalam hal ini melakukan proteksi atau perlindungan

berupa kompensasi yang tidak dalam bentuk imbalan, baik langsung maupun tidak langsung,

yang diterapkan oleh perusahaan kepada pekrja. Proteksi atau perlindungan pekerja merupakan

keharusan bagi sebuah perushaan.

Вам также может понравиться

  • Metpen (Imt THD Kolesterol)
    Metpen (Imt THD Kolesterol)
    Документ9 страниц
    Metpen (Imt THD Kolesterol)
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Identifikasi Klebsiella
    Identifikasi Klebsiella
    Документ16 страниц
    Identifikasi Klebsiella
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Mikologi
    Mikologi
    Документ49 страниц
    Mikologi
    Mozza Oyaz
    Оценок пока нет
  • Jamur 1
    Jamur 1
    Документ110 страниц
    Jamur 1
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Identifikasi Klebsiella
    Identifikasi Klebsiella
    Документ16 страниц
    Identifikasi Klebsiella
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Leukemia 5
    Leukemia 5
    Документ2 страницы
    Leukemia 5
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Pelayanan Kesehatan - 2015
    Pelayanan Kesehatan - 2015
    Документ25 страниц
    Pelayanan Kesehatan - 2015
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • GANGGUAN ASAM BASA
    GANGGUAN ASAM BASA
    Документ21 страница
    GANGGUAN ASAM BASA
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Keseimbangan Asam-Basa
    Keseimbangan Asam-Basa
    Документ26 страниц
    Keseimbangan Asam-Basa
    Adiktia Yuni
    Оценок пока нет
  • Leukemia 4
    Leukemia 4
    Документ7 страниц
    Leukemia 4
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Leukemia 7
    Leukemia 7
    Документ5 страниц
    Leukemia 7
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Karbohidrat
    Karbohidrat
    Документ23 страницы
    Karbohidrat
    BestariNugrahini
    Оценок пока нет
  • Leukemia 8
    Leukemia 8
    Документ4 страницы
    Leukemia 8
    Sufyan Assaury
    Оценок пока нет
  • Leukemia 6
    Leukemia 6
    Документ6 страниц
    Leukemia 6
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • LEUKEMIA AKUT
    LEUKEMIA AKUT
    Документ12 страниц
    LEUKEMIA AKUT
    Sufyan Assaury
    Оценок пока нет
  • Leukemia 2
    Leukemia 2
    Документ3 страницы
    Leukemia 2
    Sufyan Assaury
    Оценок пока нет
  • OPTIMASI KOMUNIKASI
    OPTIMASI KOMUNIKASI
    Документ18 страниц
    OPTIMASI KOMUNIKASI
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Leukemia 1
    Leukemia 1
    Документ6 страниц
    Leukemia 1
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Komunikasi Kesehatan
    Komunikasi Kesehatan
    Документ19 страниц
    Komunikasi Kesehatan
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Proses Komunikasi
    Proses Komunikasi
    Документ16 страниц
    Proses Komunikasi
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Lemak-Minyak
    Lemak-Minyak
    Документ67 страниц
    Lemak-Minyak
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Kadar Abu&Air - 2014
    Kadar Abu&Air - 2014
    Документ26 страниц
    Kadar Abu&Air - 2014
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Hepatitis B
    Hepatitis B
    Документ4 страницы
    Hepatitis B
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Komunikasi Kesehatan
    Komunikasi Kesehatan
    Документ19 страниц
    Komunikasi Kesehatan
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Penetapan Kadar Vitamin C Dalam Minuman
    Penetapan Kadar Vitamin C Dalam Minuman
    Документ7 страниц
    Penetapan Kadar Vitamin C Dalam Minuman
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • KOMUNIKASI DASAR
    KOMUNIKASI DASAR
    Документ15 страниц
    KOMUNIKASI DASAR
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Penetapan Kadar Lemak Kasar
    Penetapan Kadar Lemak Kasar
    Документ3 страницы
    Penetapan Kadar Lemak Kasar
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Penetapan Kadar Karbohidrat
    Penetapan Kadar Karbohidrat
    Документ9 страниц
    Penetapan Kadar Karbohidrat
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Penetapan Kadar Abu
    Penetapan Kadar Abu
    Документ4 страницы
    Penetapan Kadar Abu
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет
  • Penetapan Kadar Vitamin C Dalam Minuman
    Penetapan Kadar Vitamin C Dalam Minuman
    Документ7 страниц
    Penetapan Kadar Vitamin C Dalam Minuman
    Yunita Faza Ks
    Оценок пока нет