Вы находитесь на странице: 1из 100

FARMAKOLOGI

Penggolongan Obat

Oleh :
Kelompok 3
D-IV Keperawatan
1. I Nyoman Sugiharta Dana (P07120214008)
2. I Gusti Ngurah Agung Kusuma Sedana (P07120214015)
3. I Wayan Yoga Adi Purnama (P07120214025)
4. Ngakan Raka Saputra (P07120214036)
5. I Putu Dharma Partana (P07120214038)

Kementerian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Denpasar
Tahun Ajaran 2014/2015
A. Penggolongan Obat
Untuk memudahkan pengawasan, penggunaan dan pemantauan, obat digolongkan sebagai
berikut :
1. Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan (Permenkes No. 725a/1989)
a. Obat Bebas
Simbol :

Obat golongan ini termasuk obat yang paling relatif aman, dapat diperoleh tanpa
resep dokter, selain di apotek juga dapat diperoleh di warung-warung. Obat Bebas
dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijaudengan garis tepi
berwarna hitam pada kemasannya..Contohnya adalah Parasetamol, Vitamin-C,
Asetosal (aspirin), Antasida Daftar Obat Esensial (DOEN), dan Obat Batuk Hitam
(OBH).
b. Obat Bebas Terbatas
Simbol :

Obat bebas terbatas adalah obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter, sehingga
dapat dibeli langsung melalui Apotek maupun Toko Obat Berizin namun
memperolehnya dalam jumlah terbatas.Terdapat sediaan Obat Bebas Terbatas
adalah campuran obat bebas dan obat keras.Cara mengenali obat bebas terbatas
adalah terdapat tanda logo lingkaran berwarna BIRU dengan garis tepi berwarna
hitam pada kemasannya.
Biasanya pada kemasan golongan obat ini terdapat peringatan-peringatan berkaitan
dengan pemakaian/penggunaannya yang ditulis dalam kotak, supaya
pasien/masyarakat dapat menggunakan obat ini dengan benar. Ada 6 macam tanda
peringatan antara lain :
- P.No.1 Awas! Obat Keras, Bacalah Aturan Pemakaiannya
Contoh :
Sediaan Obat Pereda Flu / Pilek ( Neozep, Ultraflu, Procold)
Sediaan Obat Batuk (OBH, Woods, Komix, Actifed)
- P.No.2 Awas! Obat Keras, Hanya untuk kumur, jangan ditelan

Contoh :
Sediaan obat kumur mengandung Povidone Iodine (Betadine)
Sediaan obat kumur yang mengandung Hexetidine (Hexadol)
- P.No.3 Awas! Obat Keras, Hanya untuk bagian luar dari badan

Contoh :
Kalpanax
Albothyl
Sediaan salep/krim untuk penyakit kulit yang tidak mengandung antibiotik
Sediaan tetes mata yang tidak mengandung antibiotik (Insto, Braito)
- P.No.4 Awas! Obat Keras, Hanya untuk dibakar

Contoh :
Sediaan untuk obat asma (berbentuk rokok) sudah tidak ada
- P.No.5 Awas! Obat Keras, Tidak boleh ditelan

Contoh :
Sediaan obat Sulfanilamid puyer 5 g steril antibiotik untuk infeksi
topikal/kulit termasuk untuk infeksi vagina
Sediaan ovula
- P.No.6 Awas! Obat Keras, Obat wasir, jangan ditelan

Contoh :
Sediaan suppositoria untuk wasir/ambeien
c. Obat Keras
Simbol :

Golongan ini pada masa penjajahan Belanda disebut golongan G (gevaarlijk) yang
artinya berbahaya.Disebut obat keras karena jika pemakai tidak memperhatikan
dosis, aturan pakai, dan peringatan yang diberikan, dapat menimbulkan efek
berbahaya.Obat Keras adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep
dokter, dan resep hanya dapat ditebus di Apotek atau diserahkan melalui Rumah
Sakit, Puskesmas, maupun Klinik.Namun demikian ada beberapa macam obat keras
yang dapat diperoleh tanpa resep dokter yaitu obat-obat yang masuk dalam Obat
Wajib Apotek (OWA).Cara mengenali obat keras adalah terdapat tanda logo
lingkaran berwarna MERAH dengan garis tepi berwarna hitam dan terdapat huruf
K (warna hitam) berada ditengah lingkaran dan menyentuh pada garis tepi pada
kemasannya.
Pada kemasan primer, sekuner, dan etiket biasanya mencantumkan kalimat
Harus dengan resep dokter
Contoh :
Sediaan Antibiotik
(Amoxicillin, Ampicillin, Ciprofloxacin, Kloramfenicol, Tetracyclin, Sefadroksil,
Metronidazol dll)
Sediaan Obat Analgesik (Pereda Nyeri)
(Piroksikam, Meloksikam, Phenylbutazon dll)
Sediaan Obat Antihipertensi
(Captopril, Nifedipin, Amlodipin, Candesartan, HCT dll)
Sediaan Obat Antidiabet
(Glibenklamid, Metformin dll)
Sediaan Obat Kortikosteroid
(Dexamethason, Metilprednison dll)
Sediaan Obat Penyakit Gout/Asam Urat
(Allopurinol)
Sediaan Obat Penurun Kolesterol
(Simvastatin, Atorvastatin, Gemfibrozil, dll)
Sedangkan contoh beberapa obat yang masuk Obat Wajib Apotek (OWA) :
Sediaan Obat Kontrasepsi
(Lyndiol tablet, Mycrogynon tablet, Endometril tablet, dll)
Sediaan Obat saluran Cerna
(Decamag tab, Gastran tab, Dulcolax tab salut, Metoclopramide, Papaverin HCl
tab, dll)
Sediaan Obat Mulut dan Tenggorokan
(Hexadol solution, Bactidol solutio, dll)
Sediaan Obat Saluran Nafas
(Salbutamol tablet/sirup, Terbutaline tablet/inhaler, Bromheksin tablet dll)
Sediaan Obat Analgetik, depresan
(Asam mefenamat tablet, Aspirin+caffein tablet, Alvita kaplet (Antalgin +
Vitamin B1, B6, B12) dll)
Sediaan Obat Kulit Topikal
(Tetracycline salep, Kloramfenikol salep, Decoderm-3 krim, bufacort-N krim,
New-Kenacomb krim dll)
Sediaan Obat Antiparasit
(Albendazol tablet/suspensi (obat cacing) dll)
Sediaan Obat Antiradang-antireumatik
(Ibuprofen kaplet/tablet/sirup, Natrium diklofenak gel/krim dll)
d. Psikotropika
Simbol :

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika
yang berkhasita psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat tyang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.(UU RI No. 5
Tahun 1997 tentang Psikotropika).Obat ini merupakan obat yang digunakan untuk
masalah gangguan kejiwaan/mental yang biasanya disebut dengan obat penenang
dan antidepresan.Penggunaan obat ini dapat menyebabkan haliusinasi, depresi,
stimulasi (tidak mengantuk, tidak lapar), dan gangguan fungsi motorik/otot (kepala
bergerak naik turun/geleng-geleng).
Psikotropika termasuk dalam Obat Keras Tertentu (OKT) yang logonya sama
dengan obat keras yaitu lingkaran berwarna MERAH dengan garis tepi berwarna
hitam dan terdapat huruf K (warna hitam) berada ditengah lingkaran dan menyentuh
pada garis tepi pada kemasannya sehingga untuk mendapatkannya harus dengan
resep dokter.
Dikarenakan obat golongan ini dapat menimbulkan ketergantungan / kecanduan,
pemerintah melakukan pengawasan dengan ketat (regulasi dan sanksi hukum)
supaya tidak terjadi penyalahgunaan obat.
Psikotropika digolongkan menjadi 4 (empat) golongan berdasarkan potensi efek
ketergantungan :
Psikotropika Golongan I
Hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk
terapi kesehatan/pengobatan karena dapat menyebabkan potensi sindrom
ketergantungan yang sangat kuat.
Contoh : DMA, MDMA, Meskalin dll
Psikotropika Golongan II
Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berkhasiat untuk
pengobatan/terapi dan dapat menyebabkan potensi ketergantungan yang kuat.
Contoh : Amfetamin, Metakualon, Sekobarbital dll
Psikotropika Golongan III
Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berkhasiat untuk
pengobatan/terapi dan mempunyai potensisedang mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
Contoh : Amobarbital, Flunitrazepam, Pentobarbital dll
Psikotropika Golongan IV
Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berkhasiat untuk
pengobatan/terapi dan mempunyai potensiringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
Psikotropika golongan IV inilah yang banyak digunakan untuk
terapi/pengobatan dikarenakan efek ketergantungan yang dihasilkan ringan.
Contoh : Diazepam, Lorazepam, Nitrazepam, Alprazolam, Klordiazepoksid,
Triazolam dll.
Penyerahan obat narkotika dapat dilakukan oleh Apotek, Rumah Sakit,
Puskesmas, Klinik berdasarkan resep dokter kepada pasien/pengguna langsung.
e. Narkotika
Simbol :

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan. (UU
RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika).
Cara mendapatkan Obat Narkotika harus dengan resep dokter dan obat dapat
diserahkan melalui Apotek, Rumah sakit, Puskesmas ataupun Klinik.
Logo obat narkotika adalah seperti tanda plus warna merah dalam lingkaran warna
putih dengan garis tepi warna merah.
Obat narkotika sangat bermanfaat dan diperlukan di bidang ilmu pengetahuan
maupun bidang kesehatan.Meskipun demikian, masih ada yang menggunakan tidak
sesuai dengan standar pengobatan maupun sengaja disalahgunakan bahkan disertai
peredaran narkotika secara gelap.Penyalahgunaan Narkotika serta Psikotropika
merupakan kejahatan krimial dikarenakan hal tersebut merupakan ancaman yang
dapat melemahkan ketahanan nasional dikarenakan dapat merusak moral/mental
masyarakat khususnya generasi muda penerus bangsa. Pemerintah melakukan
pengawasan dan pengendalian peredaran obat narkotika dengan membuat Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1997 yang diperbarui menjadi UU Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika.
Berdasarkan potensi yang dapat mengakibatkan ketergantungan, Narkotika
digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu :
Narkotika Golongan I
Hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk
terapi kesehatan/pengobatan karena dapat menyebabkan potensi sindrom
ketergantungan yang sangat tinggi.
Contoh : Tanaman Papaver Somniferum L, Opium mentah, Opium masak,
tanaman koka (Erythroxylum coca), daun koka, kokain mentah, kokain, tanaman
ganja, Heroin, THC dll.
Narkotika Golongan II
Berkhasiat untuk pengobatan tetapi digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Opium, Petidin, Ekgonin, Hidromorfinol dll.
Narkotika Golongan III
Berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
Tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Kodein, Dihidrokodein, Etilmorfin, Doveri dll. Kodein dan Doveri
biasa digunakan untuk obat batuk yang parah.
2. Berdasarkan Cara Atau Jalur Pemakaian
a. Obat Luar
Obat Luar ialah obat yang pemakaiannya tidak melalui saluran pencernaan
(mulut).Termasuk obat luar adalah salep, injeksi, lotion, tetes hidung, tetes telinga,
dan krim.Obat golongan ini jika diserahkan oleh apotek kepada pasien selalu
diberikan dengan etiket berwarna biru.
b. Obat Dalam
Ialah semua obat yang penggunaannya melalui mulut, masuk pada saluran
pencernaan, bermuara pada lambung, dan usus halus.Contohnya obat-obat yang
berbentuk tablet, kapsul, dan sirup.Jika diserahkan oleh apotek kepada pasien selalu
diberikan dengan etiket berwarna putih.
3. Berdasarkan Sumber Atau Asalnya
Penggolongan obat menurut Sumbernya terbagi menjadi :
a. Tumbuhan
Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis senyawa
kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk mendeteksi
senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal dalam
mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu
tanaman. Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga dapt digunakan
untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai ekonomi lain seperti sumber
tani,minyak untuk industri, sumber gum, dll. Metode yang telah dikembangkan
dapat mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat,
tannin,saponin, kumarin, quinon, steroid/terpenoid. (Teyler.V.E,1988) . contoh obat-
obatan yang berasal dari tumbuhan seperti kina, daun tapak dara, kunyit asem, jamu
tolak angin. Contoh obat dengan kandungan Klorokuin : Resochin
b. Hewan
Selain tumbuhan bahan hewan yang memiliki fungsi, pengaruh serta khasiat sebagai
obat, dalam pengertian umum kefarmasian bahan yang digunakan sebagai simplisia.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang
dikeringkan (Dirjen POM, 1999).Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa
hewan atau bagian hewan zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni. Contoh obat-obatan yang berasal dari hewan adalah minyak
ikan,obat-obatan insulin seperti lispro, actrapid,novorapid. Contoh obat :
Metformin
c. Simplisia pelikan (mineral)
Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelican (mineral) yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia.
Contoh nama obat-obatan yang berasal dari bahan-bahan mineral seperti koalin
adalah guanistrip.
d. Sintetis
Obat sintesis adalah obat-obatan yang berasal dari tumbuhan atau hewan yang
diproses secara kimiawi untuk diambil zat aktifnya. Dalam ilmu kimia, sintesis
kimia adalah kegiatan melakukan reaksi kimia untuk memperoleh
suatu produk kimia, ataupun beberapa produk. Hal ini terjadi berdasarkan
peristiwa fisik dan kimia yang melibatkan satu reaksi atau lebih. Sintesis kimia
adalah suatu proses yang dapat direproduksi selama kondisi yang diperlukan
terpenuhi. Adapun contoh obat sintetis adalah obat-obatan analgetik dan antipiretik,
seperti panadol, bodrex, bodrexin, aspirin, sanmol, parasetamol, asam mefenamat.
4. Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkan, Misalnya :
Dibagi menjasi 2 bagian yaitu :
a. Sistemik : Obat atau zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
b. Lokal : Obat atau zat aktif yang hanya berefek atau menyebar atau mempengaruhi
bagian tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit dan
lain lain.
5. Berdasarkan Bentuk Sediaan
a. Padat, meliputi ekstrak, serbuk, pil, tablet, suppositoria, kapsul, dan ovula.
b. Cair, meliputi sirup, larutan, suspensi, linimen, lotion, dan infus.
c. Semi padat, meliputi salep, krim, gel, dan pasta.
d. Gas, yaitu aerososl, dan inhaler.
6. Berdasarkan Penamaan
a. Nama Kimia, yaitu nama asli senyawa kimia obat. . Penamaan ini jarang digunakan
dalam praktek sehari-hari karena sulit dihafalkan dan disebutkan, nama itu hanya
untuk di buku-buku untuk menjamin tidak keliru dengan zat lain. Contoh penamaan
obat seperti asetosal (generik), asam asetil salisilat (nama kimia), dan aspirin (nama
dagang).
b. Nama Generik (unbranded name), yaitu nama yang lebih mudah yang disepakati
sebagai nama obat dari suatu nama kimia.
1. Contoh obat kolesterol generik : Simvastatin (diminum satu kali sehari pada
malam hari), gemfibrozil
2. Contoh obat nyeri (pusing, sakit gigi, gusi benkak, punggung) generik : Asam
Mefenamat, Natrium Diklofenak, Kalium Diklofenak, antalgin, ibuprofen
(diminum setelah makan)
3. Contoh obat diabetes generik adalah : Glibenklamid, gliquidone, metformin,
glimepirid
4. Contoh obat anti alergi generik adalah cetirizin, loratadin, ctm
5. Contoh obat asam lambung generik adalah antasida, omeprazole, ranitidin,
lansoprazol
6. Contoh obat hipertensi generik adalah captopril, amlodipin, losartan, valsartan,
furosemid
7. Contoh obat gout / asam urat generik adalah allopurino.
8. Contoh obat herpes / virus generik adalah acyclovir
9. Contoh obat vertigo generik adalah betahistin
10. Contoh obat jamur generik adalah ketokenazole, griseofulvin
c. Nama Dagang atau Merek, yaitu nama yang diberikan oleh masing-masing
produsen obat. Obat bermerek disebut juga dengan obat paten. seperti panadol,
ponstan, amoksan, dan adalat.
7. Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan Jika Diberikan Selama Kehamilan
a. Kategori A
Obat-obat yang telah banyak digunakan oleh wanita hamil tanpa disertai kenaikan
frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya. Misalnya Parasetamol,
Penisilin, Eritromisin, Digoksin, Isoniazid, dan Asam Folat.
b. Kategori B
Obat-obat yang pengalaman pemakaiannya pada wanita hamil masih terbatas, tetapi
tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau pengaruh buruk lainnya pada
janin. Kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-temuan pada studi toksikologi
pada hewan, yaitu:
- B1: Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan
janin. Contoh simetidin, dipiridamol, dan spektinomisin.
- B2: Data dari penelitian pada hewan belum memadai, tetapi ada petunjuk tidak
meningkatnya kejadian kerusakan janin. Contoh tikarsilin, amfoterisin,
dopamin, asetilkistein, dan alkaloid belladonna.
- B3: Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin,
tetapi belum tentu bermakna pada manusia. Misalnya karbamazepin,
pirimetamin, griseofulvin, trimetoprim, dan mebendazol.
c. Kategori C
Obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa disertai malformasi
anatomic semata-mata karena efek farmakologiknya.Efeknya bersifat
reversibel.Contoh narkotik, fenotiazin, rifampisin, aspirin, AINS, dan diuretika.
d. Kategori D
Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian malformasi janin
pada manusia atau menyebabkan kerusakan janin yang bersifat ireversibel.Obat-
obat dalam kategori ini juga mempunyai efek farmakologik yang merugikan
terhadap janin. Misalnya: androgen, fenitoin, pirimidon, fenobarbiton, kinin,
klonazepam, asam valproat, dan steroid anabolik.
e. Kategori X
Kategori obat yang telah terbukti mempunyai resiko tinggi terjadinya pegaruh buruk
yang menetap (irreversibel) pada janin jika diminum pada masa kehamilan.Obat
dalam kategori ini merupakan kontraindikasi mutlak selama kehamilan.Misalnya
isotretionin dan dietilstilbestrol, talidomid.

B. Kemoterapi (Anti Kanker)


- Defenisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang
bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker. Banyak
obat yang digunakan dalam Kemoterapi. Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh
sel-sel kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara
pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat
membunuh sel kanker.
Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi,
merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan mengobati
beberapa macam kanker darah. Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kanker
dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat
proliferasi sel-sel kanker.
- Tujuan Dan Manfaat Dari Pemberian Kemoterapi
Tujuan pemberian kemoterapi
- Pengobatan.
- Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.
- Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
- Mengurangi komplikasi akibat metastase.
Manfaat Kemoterapi
Manfaat Kemoterapi antara lain adalah sebagai berikut:
- Pengobatan
Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis
Kemoterapi atau beberapa jenis Kemoterapi.
- Kontrol
Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan Kanker
agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.
- Mengurangi Gejala
Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka Kemoterapi yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada penderita,
seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik serta
memperkecil ukuran Kanker pada daerah yang diserang.
- Jenis Obat Anti Kanker Dan Kemoterapi Kanker
a. Golongan Alkilator
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan alkilator yaitu :
Siklofosfamid
- Sediaan
Siklofosfamid tersedia dalam bentuk kristal 100, 200, 500 mg dan 1,2
gram untuk suntikan, dan tablet 25 dan 50 gram untuk pemberian per oral.
- Indikasi
Leukemia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, Limfoma non Hodgkin,
Mieloma multiple, Neuro Blastoma, Tumor Payudara, ovarium, paru,
Cerviks, Testis, Jaringan Lunak atau tumor Wilm.
- Mekanisme kerja
Siklofosfamid merupakan pro drug yang dalam tubuh mengalami konversi
oleh enzim sitokrom P-450 menjadi 4-hidroksisiklofosfamid dan
aldofosfamid yang merupakan obat aktif. Aldofosfamid selanjutnya
mengalami perubahan non enzimatik menjadi fosforamid dan akrolein.
Efek siklofosfamid dipengaruhi oleh penghambat atau perangsang enzim
metabolismenya. Sebaliknya, siklofosfamid sendiri merupakan perangsang
enzim mikrosom, sehingga dapat mempengaruhi aktivitas obat lain.
Klorambusil
- Sediaan
Klorambusil tersedia sebagai tablet 2 mg. Untuk leukemia limfositik
kronik, limfoma hodgkin dan non-hodgkin diberikan 1-3 mg/m2/hari
sebgai dosis tunggal (pada penyakit hodgkin mungkin diperlukan dosis 0,2
mg/kg berat badan, sedangkan pada limfoma lain cukup 0,1 mg/kg berat
badan).
- Indikasi
Leukimia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, dan limfoma non
Hodgkin, Makroglonbulinemia primer.
- Mekanisme kerja
Klorambusil (Leukeran) merupakan mustar nitrogen yang kerjanya paling
lambat dan paling tidak toksik. Obat ini berguna untuk pengobatan paliatif
leukemia limfositik kronik dn penyakin hodgkin (stadium III dan IV),
limfoma non-hodgkin, mieloma multipel makroglobulinemia primer
(Waldenstrom), dan dalam kombinasi dengan metotreksat atau
daktinomisin pada karsinoma testis dan ovarium.
Prokarbazin
- Sediaan
Prokarbazin kapsul berisi 50 mg zat aktif. Dosis oral pada orang dewasa :
100 mg/m2 sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama minggu
pertama, diikuti pemberian 150-200 mg/m2 sehari selama 3 minggu
berikutnya, kemudian dikurangi menjadi 100 mg/m2 sehari sampai hitung
leukosit dibawah 4000/m2 atau respons maksimal dicapai. Dosis harus
dikurangi pada pasien dengan gangguan hati, ginjal dan sumsum tulang.
- Indikasi
Limfoma Hodgkin.
- Mekanisme kerja
Mekanisme kerja belum diketahui, diduga berdasarkan alkilasis asam
nukleat. Prokarbazin bersifat non spesifik terhadap siklus sel. Indikasi
primernya ialah untuk pengobatan penyakit hodgkin stadium IIIB dan IV,
terutama dalam kombinasi dengan mekloretamin, vinkristin dan prednison
(regimen MOPP).
Karboplatin
- Sediaan :
Serbuk injeksi 50 mg, 150 mg, 450 mg.
- Indikasi
Kanker ovarium lanjut.
- Mekanisme kerja
Mekanisme pasti masih belum diketahui dengan jelas, namun diperkirakan
sama dengan agen alkilasi. Obat ini membunuh sel pada semua tingkat
siklus, menghambat biosintesis DNA dan mengikat DNA melalui ikatan
silang antar untai. Titik ikat utama adalah N7 guanin, namun juga terjadi
interaksi kovalen dengan adenin dan sitosin.
b. Golongan Antimetabolit
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan antimetabolit yaitu :
5-fluorourasil (5-FU)
- Sediaan : Obat ini tersedia sebagai larutan 50 mg/mL dalam ampul 10 mL
untuk IV.
- Indikasi
Kanker payudara, kolon, esofagus, leher dan kepala, Leukimia limfositik
dan mielositik akut, Limfoma non-Hodgkin.
- Target enzim untuk 5-FU ini adalah timidilat sintetase. Perbedaan respon
ini berkaitan erat dengan adanya polimorfisme gen yang
bertanggungjawab terhadap ekspresi enzim timidilat sintetase (TS). Enzim
ini sangat penting dalam sintesis DNA yaitu merubah deoksiuridilat
menjadi deoksitimidilat. Diketahui bahwa sekuen promoter dari gen
timidilat sintetase bervariasi pada setiap individu. Ekspresi yang rendah
dari mRNA TS berhubungan dengan meningkatnya kemungkinan sembuh
dari penderita kanker yang diobati dengan 5-FU.
Gemsitabin
- Sediaan
Obat ini tersedia dalam bentuk larutan infus 1-1,2 g/m2.
- Indikasi
Kanker paru, pankreas dan ovarium.
- Mekanisme kerja
Sebelum menjadi bahan aktif, gemsitabin mengalami fosforilasi oleh
enzim deoksisitidin kinase dan kemudian oleh nukleosida kinase menjadi
nukleotida di- dan trifosfat yang dapat menghambat sintesis DNA.
Gemsitabin difosfat dapat menghambat ribonukleotida reduktase sehingga
menurunkan kadar deoksiribonukleotida trifosfat yang penting untuk
sintesis DNA.
6-Merkaptopurin
- Sediaan
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 50 mg.
- Indikasi
Leukimia limfositik akut dan kronik, leukemia mieloblastik akut dan
kronik, kariokarsinoma.
- Mekanisme kerja
Merkaptopurin dimetabolisme oleh hipoxantin-guanin fosforibosil
transferase (HGPRT) menjadi bentuk nukleotida (asam-6-tioinosinat) yang
menghambat enzim interkonversi nukleotida purin. Sejumlah asam
tioguanilat dan 6-metilmerkaptopurin ribotida (MMPR) juga dibentuk dari
6-merkaptopurin. Metabolit ini juga membantu kerja merkaptopurin.
Metabolisme asam nukleat purin menghambat proliferasi sel limfoid pada
stimulasi antigenik.
Methotrexat
- Sediaan
Tablet 2,5 mg, vial 5 mg/2ml, vial 50 mg/2ml, ampul 5 mg/ml, vial 50
mg/5ml.
- Indikasi
Leukimia limfositik akut, kariokarsinoma, kanker payudara, leher dan
kepala, paru, buli-buli, Sarkoma osteogenik.
- Mekanisme kerja
Metotreksat adalah antimetabolit folat yang menginhibisi sintesis DNA.
Metotreksat berikatan dengan dihidrofolat reduktase, menghambat
pembentukan reduksi folat dan timidilat sintetase, menghasilkan inhibisi
purin dan sintesis asam timidilat. Metotreksat bersifat spesifik untuk fase S
pada siklus sel. Mekanisme kerja metotreksat dalam artritis tidak
diketahui, tapi mungkin mempengaruhi fungsi imun. Dalam psoriasis,
metotreksat diduga mempunyai kerja mempercepat proliferasi sel epitel
kulit.
Sitarabin
- Sediaan
Vial 100 mg/ml, dan Vial 1 g/10 ml.
- Indikasi
Termasuk zat paling aktif untuk leukemia, juga untuk limphoma, leukemia
meningeal, dan limphoma meningeal. Sedikit digunakan untuk tumor
solid.
- Mekanisme kerja
Inhibisi DNA sintesis. Sitosin memasuki sel melalui proses carrier dan
harus mengalami perubahan menjadi senyawa aktifnya : arasitidin
trifosfat. Sitosin adalah analog purin dan bergabung ke dalam DNA,
sehingga cara kerja utamanya adalah inhibisi DNA polimerase yang
mengakibatkan penurunan sintesis dan perbaikan DNA. Tingkat
toksisitasnya mempunyai korelasi linear dengan masuknya sitosin ke
dalam DNA, bergabungnya DNA dengan sitosin berpengaruh terhadap
aktivitas obat dan toksisitasnya.
c. Golongan Produk Alamiah
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan Produk Alamiah yaitu :
Vinkristin (VCR)
- Sediaan
Tersedia dalam bentuk vial berisi larutan 1, 2, dan 5 mL yang mengandung
1 mg/mL zat aktif untuk penggunaan IV.
- Indikasi
Leukimia limfositik akut, neuroblastoma, tumor Wilms,
Rabdomiosarkoma, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.
- Mekanisme kerja
Berikatan dengan tubulin dan inhibisi formasi mikrotubula, menahan sel
pada fase metafase dengan mengganggu spindel mitotik, spesifik untuk
fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan sintesis
protein dengan memblok asam glutamat dan penggunaannya.
Vinblastin (VLB)
- Sediaan
Tersedia dalam bentuk vial 10 mg/10 ml.
- Indikasi
Penyakit Hodgkin, limfosarkoma, kariokarsinoma dan tumor payudara.
- Mekanisme kerja
Vinblastin berikatan pada tubulin dan menghambat formasi mikrotubula,
kemudian menahan sel pada fase metafase dengan cara mengganggu
spindel mitotik, spesifik untuk fase M dan S. Vinblastin juga
mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein dengan memblok asam
glutamat dan penggunaannya.

Paklitaksel
- Sediaan
Anzatax (vial), Ebetaxel (vial), Paxus kalbe farma (vial)
- Indikasi
Kanker ovarium, payudara, paru, buli-buli, leher dan kepala.
- Mekanisme kerja
Obat ini berfungsi sebagai racun spindel dengan cara berikatan dengan
mikrotubulus yang menyebabkan polimerisasi tubulin. Efek ini
menyebabkan terhentinya proses mitosis dan pembelahan sel kanker.
Etoposid
- Sediaan
Tersedia dalam bentuk kapsul dan larutan injeksi.
- Indikasi
Kanker testis, paru, payudara, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin,
leukimia mielositik akut, sarkoma kaposi.
- Mekanisme kerja
Etoposid bekerja untuk menunda transit sel melalui fase S dan menahan
sel pada fase S lambat atau fase G2 awal. Obat mungkin menginhibisi
transport mitokrondia pada level NADH dehidrogenase atau menginhibisi
uptake nukleosida ke sel Hella. Etoposid merupakan inhibitor
topoisomerase II dan menyebabkan rusaknya strand DNA.
Irinotekan, Topotekan
- Indikasi
Karsinoma ovarium, karsinoma paru sel kecil, karsinoma kolon.
- Mekanisme kerja
Irinotekan merupakan bahan alami yang berasal dari tanaman
Camptotheca acuminata yang bekerja menghambat topoisomerase I, enzim
yang bertanggung jawab dalam proses pemotongan dan penyambungan
kembali rantai tunggal DNA. Hambatan enzim ini menyebabkan
kerusakan DNA.
Daktinomisin ( AktinimisinD)
- Sediaan
Tersedia dalam bentuk Injeksi, bubuk untuk rekonstitusi : 0,5 mg
(mengandung manitol 20 mg).
- Indikasi
Kariokarsinoma, tumor Wilms, testis, rabdomiosarkoma, sarkoma Kaposi.
- Mekanisme kerja
Terikat pada posisi guanin pada DNA, mengalami interkalasi antara
pasang basa guanin dan sitosin sehingga menginhibisi sintesis DNA dan
RNA serta protein.
Antrasiklin : Daunorubisin, Doksorubisin, Mitramisin
- Sediaan
Daunorubisin tersedia dalam bentuk 20 mg daunorubisin hidroklorida
dengan mannitol 100 mg. 2 mg/mL (50 mg) daunorubisin dengan 10 : 5 : 1
rasio molar distearofosfatidilkolin : kolesterol : daunorubisin.
Doksorubisin tersedia dalam bentuk vial 10 mg dan 50 mg.
- Indikasi
Leukimia limfositik dan mielositik akut sarkoma jaringan lunak, sarkoma
ostiogenik, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, leukemia akut, karsinoma
payudara, genitourinaria, tiroid, paru, lambung, neuroblastoma dan
sarkoma lain pada anak-anak.
- Mekanisme kerja
Interkalasi dengan DNA, mempengaruhi transkripsi dan replikasi secara
langsung. Selain itu, obat ini juga mampu membentuk kompleks tripartit
dengan topoisomerase II dan DNA. (Topoisomerase II adalah enzim
dependen ATP yang terikat pada DNA dan memisahkan untai DNA
dimulai dari 3 fosfat, menyebabkan DNA terpisah dan kemudian
menggabungkannya lagi, fungsi penting dalam replikasi DNA dan repair).
Formasi kompleks tripartit dengan antrasiklin dan etoposid menghambat
pengikatan kembali untai DNA rusak, mengakibatkan apoptosis. Efek ini
memungkinkan sel rusak karena obat ini, sementara adanya overekspresi
repair DNA terkait transkripsi menunjukkan resistensi. Antrasiklin juga
membentuk radikal bebas dalam larutan pada jaringan normal dan
maligna. Intermediat semikuinon yang dihasilkan dapat bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal anion superoksida yang membentuk radikal
hidroksil dan hidrogen peroksida yang menyerang dan mengoksidasi basa
DNA (~kardiotoksisitas). Produksi ini dipicu interaksi antrasiklin dengan
besi. Antrasiklin berik atan dengan membran sel mempengaruhi
fluiditasdan transpor ion.
Inhibisi sintesis DNA dan RNA dengan interkalasi antara basa DNA oleh
inhibisi topoisomerase II dan obstruksi sterik. Doksurubisin
menginterkalasi pada titik lokal uncoiling dari ikatan heliks ganda.
Meskipun mekanisme aksi yang pasti belum diketahui, mekanismenya
diduga melalui ikatan langsung DNA (interkalasi) dan inhibisi
pembentukan DNA (topoisomerase II) yang selanjutnya memblokade
sintesis DNA dan RNA dan fragmentasi DNA. Doksorubisin merupakan
logam khelat yang kuat, komplek logam doksorubisin dapat mengikat
DNA dan sel membran dan menghasilkan radikal bebas yang akan
merusak DNA dan membran sel dengan cepat.
Bleomisin
- Sediaan
Bleomisin sulfat terdapat dalam vial berisi 15 unit untuk pemberian IV,
IM, atau kadang-kadang SK atau intraarterial.
- Indikasi
Kanker paru, lambung dan anus karsinoma testis dan serviks, limfoma
Hodgkin dan non-Hodgkin.
- Mekanisme kerja
Menghambat sintesis DNA, ikatan-ikatan DNA untuk selanjutnya terjadi
pemutusan untai tunggal dan ganda.
L-asparaginase
- Sediaan
Obat ini tersedian dalam bentuk serbuk untuk Injeksi.
- Indikasi
Leukemia limfositik akut.
- Mekanisme kerja
Asparaginase menghambat sintesis protein melalui hidrolisis asparaginase
menjadi asam aspartat dan amonia. Sel leukimia, terutama limfoblast,
memerlukan asparaginase eksogen, sel normal dapat memproduksi
asparaginase. Asparaginase adalah daur spesifik untuk fase G1.
d. Golongan Hormon dan Antagonis
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan Hormon dan Antagonis yaitu :
Prednison
- Sediaan
Obat tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan kaptab 5 mg.
- Indikasi
Leukemia limfositik akut dan kronik, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin,
tumor payudara.
- Mekanisme kerja
Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem imun, anti radang.
Medroksiprogesteron asetat
- Sediaan
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg, 100 mg.
- Indikasi
Tumor endometrium.
- Mekanisme kerja
Mencegah sekresi gonadotropin pituitari yang akan menghambat maturasi
follicular yang menyebabkan penebalan endometrial.
Etinil estradiol
- Sediaan
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 0,02 mg, 0,03 mg, 0,05 mg dan 0,5
mg.
- Indikasi
Gejala vasomotor sedang atau parah yang dihubungkan dengan menopause
(Tidak ada bukti bahwa estrogen efektif mengatasi gejala kecemasan atau
depresi yang mungkin terjadi selama atau sebelum menopause, oleh sebab
itu tidak boleh diberikan untuk indikasi tersebut). Hipogonadism pada
wanita. Terapi paliatif karsinoma prostat yang tak dapat dioperasi, pada
tahap lanjut terapi paliatif kanker payudara yang tak dapat dioperasi, hanya
dilakukan dengan pertimbangan khusus : misalnya pada wanita yang sudah
lebih 5 tahun postmenopause dengan penyakit yang makin parah dan
resisten terhadap radiasi.
Tamoksifen
- Sediaan
Tamoksifen tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan 20 mg.
- Indikasi
Tumor payudara.
- Mekanisme kerja
Berikatan secara kompetitif dengan reseptor estrogen pada tumor atau
target lain, membentuk kompleks nuklear yang menurunkan sintesis DNA
dan menghambat efek estrogen, agen nonstreroidal dengan sifat
antiestrogenik yang berkompetisi dengan estrogen untuk berikatan di
bagian aktif pada payudara dan jaringan lain, sel terakumulasi pada fase
Go dan G1. Sehingga tamoksifen lebih sifat sitostatik daripada sitosidal.
Testosteron propionate
- Sediaan
Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul, injeksi, topikal, mucoadhesive,
pellet, dan transdermal.
- Indikasi
Tumor payudara.
- Mekanisme kerja
Androgen endogen bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organ seks pria dan mempertahankan karakteristik seks
sekunder pada pria yang mengalami defisiensi androgen.
e. Macam Macam Obat Kemoterapi
Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik
Anthrasiklin obat golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di
inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel,
yang berakibat menghambat sintesis DNA.
Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja
pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat
sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari
sel-sel kanker tersebut.
- Mekanisme Kerja Obat Anti Kanker Dan Kemoterapi Kanker
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja
terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel
kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini disebut
Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat prolifersainya maka kepekaannya
semakin rendah , hal ini disebut Kemoresisten.
Pada inti sel, pada waktu sel membelah (mitosis). Makin cepat sel bermitosis,
makin sensitive terhadap kemoterapi. CELL CYCLE PHASE SPECIFIC, yaitu obat
yang bekerja pada sel yang berkembang aktif, jadi harus diberikan secara kontinyu.
CELL CYCLE PHASE NON SPECIFIC, yaitu obat yang bekerja pada sel yang
berkembang maupun yang istirahat, jadi dapat diberikan secara single bolus.
- Indikasi Dan Kontraindikasi Obat Anti Kanker Dan Kemoterapi
Indikasi
Persyaratan Pasien yang Layak diberi Kemoterapi :
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang
apabila diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum
memberikan kemoterapi perlu pertimbangan sbb :
- Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu
status penampilan <= 2
- Jumlah lekosit >=3000/ml
- Jumlah trombosit>=120.0000/ul
- Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
- Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal Ginjal )
- Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ).
- Elektrolit dalam batas normal.
- Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia
diatas 70 tahun.
Status Penampilan Penderita Ca ( Performance Status ) Status penampilan ini
mengambil indikator kemampuan pasien, dimana penyait kanker semakin berat
pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor
prognostik dan faktor yang menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien
dengan sesuai status penampilannya.
Kontra Indikasi Kemoterapi
Kontra indkasi absolut:
pada stadium terminal
Kehamilan trimester pertama
Kondisi septikemia dan koma.
Kontra indikasi relatif :
Bayi <>8g/dl, leukosit > 3000/mm
- Bentuk Sediaan Dan Dosis Dari Obat Kemoterapi
1. Bentuk Sediaan
Kemoterapi dapat diberikan dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot,
bawah kulit, rongga tubuh) dan cara Diminum (tablet/kapsul).
Dalam bentuk tablet atau kapsul yang harus diminum beberapa kali sehari.
Keuntungan kemoterapi oral semacam ini adalah: bisa dilakukan di rumah.
Dalam bentuk suntikan atau injeksi. Bisa dilakukan di ruang praktek dokter,
rumah sakit, klinik, bahkan di rumah.
Dalam bentuk infus. Dilakukan di rumah sakit, klinik, atau di rumah (oleh
paramedis yang terlatih).
2. Dosis
Dihitung berdasar Luas Permukaan Tubuh (LPB). Sedangkan LPB dihitung
dengan table berdasarkan tinggi badan dan berat badan. Apabila tubuh pasien
makin kurus selama pemberian kemoterapi seri I dan II maka untuk pemberian
seri selanjutnya harus diukur lagi LPB-nya, mis: BB = 56 kg, TB = 150 cm, LPT
= 1,5m2. Dosis obat X : 50 mg/m2, berarti penderita harus mendapat obat 50 x 1,5
mg = 75 mg.
- Efek Samping Kemoterapi
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap
pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap
penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan
psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.
Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal,
supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama
adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan
muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika dan
berlangsung tidak melebihi 24 jam.
Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel darah
putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah (anemia),
supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi segera atau
kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan kadar leukosit
mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan
waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum
tulang yang terjadi kemudian penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-
tama pada minggu kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar
leukosit kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu
keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat
mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada
traktus gastrointestinal.
Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada
kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah
kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati,
sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan
perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru.
Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi,
sebagian besar penderita meninggal karena pump failure, fibrosis paru umumnya
iireversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian sitistatika
selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati, efek samping
pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.
Tergantung jenisnya, Kemoterapi ada yang diberikan setiap hari, seminggu
sekali, tiga minggu sekali, bahkan sebulan sekali. Berapa seri penderita harus
menjalani Kemoterapi, juga tergantung pada jenis kanker penderita. Yang paling
ditakuti dari kemoterapi adalah efek sampingnya. Ada orang yang sama sekali tidak
merasakan adanya efek samping Kemoterapi. Ada yang mengalami efek samping
ringan. Tetapi ada juga yang sangat menderita karenanya. Ada-tidak atau berat-
ringannya efek samping kemoterapi tergantung pada banyak hal, antara lain jenis obat
kemoterapi, kondisi tubuh Anda, kondisi psikis Anda, dan sebagainya. Efek samping
Kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat kuat, dan tidak hanya
membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang
membelah dengan cepat. Karena itu efek samping kemoterapi muncul pada bagian-
bagian tubuh yang sel-selnya membelah dengan cepat. Efek samping dapat muncul
ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan.
- Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain:
Lemas
Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau perlahan.
Tidak langsung menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung terus hingga
akhir pengobatan.
Mual dan Muntah
Ada beberapa obat Kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain
itu ada beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini
dapat dicegah dengan obat anti mual yang diberikan sebelum,selama, atau sesudah
pengobatan Kemoterapi. Mual muntah dapat berlangsung singkat ataupun lama.
Gangguan Pencernaan
Beberapa jenis obat Kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare
disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi. Bila
diare: kurangi makanan berserat, sereal, buah dan sayur. Minum banyak untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila susah BAB: perbanyak makanan berserat,
olahraga ringan bila memungkinkan.
Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu
setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit
kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi
setelah kemoterapi selesai.
Otot dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari
tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada
otot.
Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan
jumlah trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah
di kulit.
Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh
penurunan Hb (hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah merah.
Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak
pucat.
Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna
Lebih sensitive terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat
garis putih melintang.
Setiap obat memiliki efek samping yang berbeda! Reaksi tiap orang pada tiap
siklus juga berbeda! Tetapi Anda tidak perlu takut. Bersamaan dengan kemoterapi,
biasanya dokter memberikan juga obat-obat untuk menekan efek sampingnya
seminimal mungkin. Lagi pula semua efek samping itu bersifat sementara. Begitu
kemoterapi dihentikan, kondisi Anda akan pulih seperti semula.
Beberapa produk suplemen makanan mengklaim bisa mengurangi efek samping
kemoterapi sekaligus membangun kembali kondisi tubuh Anda. Anda bisa
menggunakannya, tetapi konsultasikanlah dengan ahlinya, dan sudah tentu dengan
dokter Anda juga.
Saat ini, dengan semakin maraknya penggunaan obat-obatan herbal (yang semakin
diterima kalangan kedokteran), banyak klinik yang mengaku bisa memberikan
kemoterapi herbal yang bebas efek samping. Kalau Anda bermaksud
menggunakannya, pastikan yang menangani Anda di klinik tersebut adalah seorang
dokter medis. Paling tidak Anda harus berkonsultasi dengan dokter yang merawat
Anda, dan lakukan pemeriksaan laboratorium secara teratur untuk memantau
hasilnya.
- Cara mengatasi efek samping Kemoterapi
Pemberian anti mual dan muntah
Saat merasa mual duduk ditempat yang segar
Makan makanan tinggi kadar protein dan karbohidrat (sereal, bakso, puding,
susu, roti panggang, sup, yoghurt, keju, susu kental, kurma, kacang, dll)
Lakukan perawatan mulut dengan menggosok gigi sebelum tidur dan setelah
makan. Bila tidak dapat menggosok gigi karena gusi berdarah, gunakan pembersih
mulut
Berikan pelembab bibir sesuai kebutuhan
Hindari rokok, makanan pedas dan air es.
Dalam beberapa penelitian kemoterapi mampu menekan jumlah kematian
penderita kanker tahap dini, namun bagi penderita kanker tahap akhir / metastase,
tindakan kemoterapi hanya mampu menunda kematian atau memperpanjang usia
hidup pasien untuk sementara waktu. Bagaimanapun manusia hanya bisa berharap
sedangkan kejadian akhir hanyalah Tuhan yang menentukan.
C. Anti Mikroba dan Parasit
a. Pengertian Antimikroba dan Antiparasit
Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang
merugikan manusia. Antiparasit termasuk dalam antimikroba. Dalam pembicaan di
sini, yang dimaksud dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk
kelompok parasit.Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada anti mikroba yang bersifat
menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktifitas bakteriostatik dan ada
yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid.
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang
dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik
dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek
sehari-hari AM sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya
sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik.
Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba,penyebab infeksi pada
manusia,ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setnggi mungkin.
Artinya,abat harus bersifat sangat toksik umtuk mikroba,tetapi relatif tidak toksik
untuk hospes. Sifat tokosisitas selektif yang absolute belum atau mungkin tidak
diperoleh.
b. Penggolongan Obat Antimikroba dan Antiparasit
1. Antimikroba
Obat antimikroba (antibiotik) dapat dikelompokkan berdasarkan:
- Daya Bunuh atau Daya Kerjanya Dalam Zat Bakterisid dan Zat Bakteriostatis
Obat jenis ini dapat dikelompokan menjadi :
Bakterisid
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Obat-obatan
yang termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin,
aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin,
isoniazid dll.
Bakteriostatik
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat
pertumbuhan kuman, tetapi tidak membunuhnya, sehingga pembasmian
kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin,
kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida,
klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.
Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya
terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien
dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus
dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik,
tetapi harus bakterisid.
- Berdasarkan Spektrum Kerja Antibiotik yaitu Luas Aktivitas
Penggolongan obat ini berarti aktif terhadap banyak atau sedikit jenis mikroba.
Dapat dibedakan menjadi antibiotik dengan aktivitas sempit dan luas.
Spektrum luas (aktivitas luas) : antibiotik yang bersifat aktif bekerja
terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram
negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid,
ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.
Spektrum sempit (aktivitas sempit) : antibiotik yang bersifat aktif bekerja
hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram
negatif saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja
terhadap mikroba gram-positif. Sedangkan streptomisin, gentamisin, hanya
bekerja terhadap kuman gram-negatif.
- Berdasarkan Cara Kerjanya
Antibiotika golongan ini dibedakan berdasarkan sasaran kerja senyawa
tersebut dan susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika dilihat dari
target atau sasaran kerjanya.
Inhibitor sintesis atau mengaktivasi enzim yang merusak dinding sel
bakteri sehingga menghilangkan kemampuan berkembang biak dan sering
kali terjadi lisis, mencakup golongan Penicsillin, Polipeptida, sikloserin,
basitrasin, vankomisin dan Sefalosporin, misalnya ampisillin, penisillin G;
Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
misalnya rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;
Inhibitor sintesis protein, yang mengganggu fungsi ribosom bakteri,
menyebabkan inhibisi sintesis protein secara reversibel, mencakup banyak
jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan
Tetracycline, misalnya gentamycin, chloramphenicol, kanamycin,
streptomycin, oxytetracycline.
Inhibitor fungsi membran sel, mempengaruhi permeabilitas sehingga
menimbulkan kehilangan senyawa intraselular. misalnya ionomycin,
valinomycin dan polimiksin
Inhibitor fungsi sel lainnya, misalnya difiksasi pada subunit ribosom 30 S
menyebabkan timbunan kompleks pemula sintesis protein, salah membaca
kode mRNA, produksi polipeptida abnormal. Contoh aminoglikosida,
golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya oligomycin, tunicamycin; dan
Antimetabolit yang mengganggu metabolisme asam nukleat. Contoh
rifampin (inhibisi RNA polimerase yang dependen DNA),azaserine.
Pembagian ini walaupun secara rinci menunjukkan tempat kerja dan
mekanismenya terhadap kuman, namun kiranya kurang memberikan manfaat atau
membantu praktisi dalam memutuskan pemilihan obat dalam klinik. Masing-
masing cara klasifikasi mempunyai kekurangan maupun kelebihan, tergantung
kepentingannya.
- Berdasarkan Penyakitnya
Golongan Penisilin
Deskripsi : Penisilin dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum.
Memiliki cincin b-laktam yang diinaktifkan oleh enzim b-laktamase bakteri.
Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-).
Mekanisme kerja obat : Penisilin menghambat pembentukan
Mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap
mikroba yang sensitif, Penisilin akan menghasilkan efek bakterisid
(membunuh kuman) pada mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba
dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak membelah) praktis tidak
dipengaruhi oleh Penisilin, kalaupun ada pengaruhnya hanya bakteriostatik
(menghambat perkembangan).
Contoh :
Amoksisilin
Nama dagang : Ammoxillin, Amosine
Indikasi : infeksi pada saluran napas, saluran genito-urinaria,
Gonnorrhoea
Kontra indikasi : hipersensitif terhadap Penisilin, gangguan ginjal,
leukimia limfatik.
Efek samping : gangguan ginjal, reaksi hipersensitif
Dosis : dewasa 250-500 mg 3 x sehari, anak-anak (7-12 th) 10 ml sirop
125 mg/ 5ml
Ampisilin
Nama dagang : Ambiopi, Ampisilin
Indikasi : ISK, saluran pernapasan dan pencernaan
Kontra indikasi : hipersensitif
Efek samping : mual, muntah, diare,hipersensitif
Dosis: 250-500 mg 4 x sehari selama 5-10 hari
Golongan Sefalosporin
Deskripsi : Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam.
Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi
spektrum masing-masing derivat bervariasi. Dihasilkan oleh jamur
Cephalosporium acremonium.
Mekanisme kerja : Seperti antibiotik Betalaktam lain, mekanisme kerja
antimikroba Sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis dinding sel
mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam
rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Obat golongan ini berkaitan
dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pencernaan
bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia,
infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung
kemih dan ginjal).
Contoh :
Sefadroksil
Nama dagang : Biodroxil
Indikasi : Infeksi saluran nafas, kulit dan jaringan, tulang dan jaringan
artikulasi
Kontra indikasi : Hipersensitif
Efek samping : gejala ruam kulit
Dosis : dewasa 1-2 g per hari terbagoi menjadi 2 dosis. Pengobatan
dilakukan selama 2-3 hari setelah gejala hilang.
Sefoperazon
Nama dagang : Biofotik, Cefobid
Indikasi : Infeksi saluran napas , saluran kemih, meningitis.
Kontra indikasi : Hipersensitif
Efek samping : ruam makulopapula, urtikaria.
Dosis : dewasa 2-4 g per hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam.
Sefotaksim
Nama dagang : Biocef, Cefoxal
Indikasi : Infeksi bakteri pada saluran napas bawah, saluran cerna, tulang,
dan sendi.
Kontra indikasi : Hipersensitif
Efek samping : diare, nyeri abdomen, ruam kulit
Dosis : dewasa 1 g setiap 12 jam.
Golongan Tetracycline
Deskripsi : Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces
rimosus. Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai
kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.
Mekanisme kerja : Mengganggu sintesis protein kuman Spektrum
kerjanya luas kecuali terhadap Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap
Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa
protozoa.
Contoh :
Tetrasiklin
Nama dagang : Bimatra, Tetrasanbe
Indikasi : Infeksi bakteri positif dan negatif, infeksi ricketssia
Kontra indikasi : gangguan ginjal
Efek samping : gangguan saluran cerna, anoreksia, dermatitis, urtikaria,
anafilaksis
Dosis : Dewasa 500 mg 4 x sehari, anak : 25-50 mg /kg/BB /hari terbagi
menjadi 4 dosis
Doksisiklin
Nama dagang : Doxin, Doxicor
Indikasi : infeksi saluran nafas,saluran pencernaan, saluran individu,
saaluran kemih dan kelamin
Kontra indikasi : kerusakan hati, diskrasia darah, hipersensitifitas
Efek samping : gangguan saluran pencernaan, kerusakan hati.
Dosis: Dewasa hari I 200 mg, dilanjutkan dengan 100 mg 1 x sehari pada
hari berikutnya.
Golongan Kloramfenikol
Mekanisme kerja : Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat
sintesis protein kuman. Yang dihambat adalah enzim peptidil transferase yang
berperan sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada
proses sintesis protein kuman. Efek toksis Kloramfenikol pada sel mamalia
terutama terlihat pada sistem hemopoetik/darah dan diduga berhubungan
dengan mekanisme kerja Kloramfenikol.
Indikasi : Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus
berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid
terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini
digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila
diobati dengan antibiotic yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral,
sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia
aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan
meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan sebagai salep 3%
tetes/salep mata 0,25-1%.
Contoh :
Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.
Nama Dagang : Colme, Anicol, Biothicol.
Kontra indikasi : hipersensitif, penderita gangguan fungsi hati dan ginjal.
Dosis : Dewasa 4 x sehari 250-500 mg, anak-anak 25-50 mg /kg dalam
dosis terbagi 3-4 x sehari
Efek samping :
1) Reaksi Hematologik
Terdapat dalam 2 bentuk yaitu:
- Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang.
Kelainan ini berhubungan dengan dosis, menjadi sembuh dan pulih
bila pengobatan dihentikan. Reaksi ini terlihat bila kadar
Kloramfenikol dalam serum melampaui 25 mcg/ml.
- Bentuk yang kedua bentuknya lebih buruk karena anemia yang
terjadi bersifat menetap seperti anemia aplastik dengan
pansitopenia. Timbulnya tidak tergantung dari besarnya dosis atau
lama pengobatan. Efek samping ini diduga disebabkan oleh adanya
kelainan genetik.
2) Reaksi Alergi
Kloramfenikol dapat menimbulkan kemerahan kulit,
angioudem, urtikaria dan anafilaksis. Kelainan yang menyerupai reaksi
Herxheimer dapat terjadi pada pengobatan demam Tifoid walaupun
yang terakhir ini jarang dijumpai.
3) Reaksi Saluran Cerna
Bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, glositis, diare dan
enterokolitis.
4) Sindrom Gray
Pada bayi baru lahir, terutama bayi prematur yang mendapat dosis
tinggi (200 mg/kg BB) dapat timul sindrom Gray, biasanya antara hari
ke 2 sampai hari ke 9 masa terapi, rata-rata hari ke 4.Mula-mula bayi
muntah, tidak mau menyusui, pernafasan cepat dan tidak teratur, perut
kembung, sianosis dan diare dengan tinja berwarna hijau dan bayi
tampak sakit berat. Pada hari berikutnya tubuh bayi menjadi lemas dan
berwarna keabu-abuan; terjadi pula hipotermia(kedinginan).
5) Reaksi Neurologik
Dapat terlihat dalam bentuk depresi, bingung, delirium dan sakit
kepala.
Golongan Makrolid
Mekanisme kerja : Golongan Makrolida menghambat sintesis protein
kuman dengan jalan berikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit 50S,
sehingga mengganggu sintesis protein. Bersifat bakteriostatik atau bakterisid
tergantung dari jenis kuman dan kadar obat Makrolida.
Contoh :
Klaritromisin
Nama Dagang : Abbotic, Binoklar
Indikasi : Infeksi saluran pernapasan,otitis media akut, infeksi saluran kulit
Kontra indikasi : Hipersensitivitas, gagal jantung, ibu hamil dan menyusui.
Efek samping : Diare, mual, pengecapan yang abnormal, ketidaknyamanan
pada perut.
Dosis : dewasa 250-500 mg 2 x sehari selama 7-14 hari
Eritromisin
Nama dagang : Bannthrocin, Duramycin
Indikasi : infeksi Streptokokus, Mycoplasma pneumoniae,Treponema
pallidum, Clostridium
Kontra indikasi : gangguan fungsi hati.
Efek samping : kejang perut, mual, muntah, diare.
Dosis:250-500 mg 4 x sehari
Azitromisin
Nama dagang : Mezatrin, Zithromax
Indikasi : Infeksi saluran nafas atas dan bawah, penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seks.
Kontra indikasi : hipersensitif, pemberian bersama dengan derivat ergot.
Efek samping : mual, muntah, diare, nyeri perut dan dada,
palpitasi,vertigo.
Dosis : 500 mg (hari I) dilanjutkan 250 mg (hari II-V)
Golongan Kuinolon
Mekanisme kerja : Pada saat perkembangbiakkan kuman ada yang
namanya replikasi dan transkripsi dimana terjadi pemisahan double helix dari
DNA kuman menjadi 2 utas DNA. Pemisahan ini akan selalu menyebabkan
puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum titik pisah. Hambatan
mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase. Peranan
antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada
kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.
Efek Samping : Golongan antibiotika Kuinolon umumnya dapat
ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting ialah pada saluran
cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada saluran cerna,terutama berupa
mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling sering
dijumpai. Efek samping pada susunan syaraf pusat umumnya bersifat ringan
berupa sakit kepala, vertigo, dan insomnia. Efek samping yang lebih berat dari
Kuinolon seperti psikotik, halusinasi, depresi dan kejang jarang terjadi.
Penderita berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau epilepsi, lebih
cenderung mengalami efek samping ini.
Contoh :
Siprofloksasin
Nama Dagang: Bactiprox,Baquinor
Indikasi : Infeksi saluran nafas bawah, infeksi kulit, jaringan lunak,
saluran kemih dan pencernaan
Kontra indikasi : Hipersensitif, hamil dan menyusui, anak-anak dan remaja
Dosis: dewasa 200 mg setiap 12 jam (infeksi saluran kemih ringan), 400
mg setiap 12 jam, (infeksi berat)
Ofloksasin
Nama dagang : Akilen, Danoflok
Indikasi : ISK, uretritis, servistis, saluran nafas bawah, enteritis bakterial.
Kontraindikasi:Hipersensitivitas, hamil dan menyusui, anak-anak sebelum
pubertas
Dosis: dewasa 100-400 mg 1-2 x sehari selama 10 hari
Levofloksasin
Nama dagang : Cravit, Difloxin
Indikasi : Pnemonia, bronkitis akut
Kontraindikasi : Hipersensitif, epilepsi, anak, remaja, hamil dan menyusui
Dosis : oral, parenteral 250-500 mg 1 x sehari
Golongan Aminoglikosida
Deskripsi : Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.
Mekanisme kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan
mengikatkan diri pada ribosom dalam sel. Semua anggota aminoglikosida
diketahui menghambat sintesis protein bakteri dengan mekanisme yang
ditentukan untuk streptomisin. Aktivitas aminoglikosida dipengaruhi oleh
berbagai faktor terutama perubahan pH, keadaan aerobik dan anaerobik.
Aktivitas aminoglikosida lebih tinggi pada suasana alkali daripada suasan
asam.
Contoh :
Amikasina
Nama dagang : Alostil, Amikin
Indikasi :infeksi kuman Gram nefatif pada intra abdominal, jaringan
lemak, combustio, saluran nafas bawah, saluran kemih.
Konta indikasi :-
Efek samping : ototoksis, nefrotoksik
Dosis : 15 mg/kg/BB/hari terbagi dalam 2 dosis (im).
Gentamisin
Nama dagang: Ethigent, Gentamerck
Indikasi:Infeksi mikroba pada gentamisin,septikemia bakteri, infeksi
mikroba gram negatif dengan komplikasi, ISK, saluran napas, saluran
cerna.
Kontra indikasi: hipersensesitif
Efek samping: telinga berdengung, vertigo, tinitus, pusing.
Dosis: dewasa 3 mg/kg dalam dosis terbagi tiap 8 jam (im)
Kanamisin
Nama dagang:Kanarco, Kanoxin
Indikasi:Infeksi saluran napas, bronkitis, GO, ISK, uretritis.
Kontra indikasi: Hipersensitif
Efek samping: Ototoksisitas, hipersensitif, avitaminosis, gangguan ginjal
Dosis: 15 mg/kg/BB/hari terbagi dalam 2-4 dosis.
Spektinomisin
Nama dagang:Trobicin
Indikasi:Uretritis dan proktitis gonokokus akut
Kontra indikasi: hipersensitif
Efek samping: -
Dosis: dewasa suntik 5 ml larutan yang mengandung 2 g
Spektinomisin(im).
2. Antiparasit
Antelmintik
Deskripsi : Antelmintik atau obat cacing adalah obat yang digunakan
untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan
tubuh. Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok
cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat
tertentu. Diagnosis dilakukan dengan menemukan cacing, telur cacing dan
larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain penderita. Sebagian
besar obat cacing diberikan secara oral yaitu pada saat makan atau sesudah
makan dan beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar.
Mekanisme kerja : Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan
menghambat proses penerusan impuls neuromuskuler sehingga cacing
dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan menghambat masuknya glukosa dan
mempercepat penggunaan (glikogen) pada cacing.
Contoh:
Dietil karbamazin
Nama dagang : Filarzan
Indikasi : Filariasis, onkoseriasis, loaiasis, askariasis, dan ankilostomiasis
Kontra indikasi: anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil/menyusui
Efek samping : demam, sakit kepala, sakit otot dan persendian, mual,
muntah, menggigil, urtikaria, gejala asma bronkial. Sedangkan gejala lokal
berupa limfadenitis, limfangitis, abses, ulkus, funikulitis, epidimitis,
orchitis, dan limfedeme
Dosis : Untuk filariasis bankrofti, dosis yang dianjurkan adalah 6mg/kg
berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filaria brugia, dosis
yang dianjurkan adalah 5mg/kg berat badan/hari selama 10 hari.
Levamisol
Nama dagang : Kam cek san, obat cacing kancisan
Indikasi : cacing perut, cacing tambang, cacing gelang, cacing kremi
Kontraindikasi : hipersensitif, gangguan fungsi ginjal, hati dan ibu hamil
Efek samping : mual, muntah, nyeri perut, pusing, sakit kepala, sindroma
seperti enselopati.
Dosis : Dewasa dan anak berusia lebih dari 16 tahun : 3 tablet, anak
berusia 5-15 tahun : 2 tablet., anak berusia 1-4 tahun : 1 tablet. Diberikan
sebagai dosis tunggal. Dosis kedua dianjurkan 1 atau 7 hari kemudian.
Mebendazol
Nama dagang : Gavox
Indikasi : Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing
cambuk), Enterobius vermicularis (cacing kremi), Ancylostoma duodenale
(cacing tambang), Necator americanus (cacing tambang).
Kontra indikasi : kehamilan dan menyusui
Efek samping : Nyeri perut, diare
Dosis :
- Ascariasis: 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari
- Trichuriasis:100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari
- Enterobiasis: 100 mg dalam dosis tunggal
- Ancylostomiasis/Necatoriasis: 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari.
- Infeksi campuran : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari atau 500 mg
dalam dosis tunggal untuk semua jenis infeksi.
Piperazin
Nama dagang : Degezine, Combicetrin
Indikasi : enterobiasis, askariasis
Kontra indikasi : pasien dengan riwayat epilepsi, pasien dengan penyakit
atau kerusakan ginjal kronik.
Efek samping : mual, muntah, kolik, diare, alergi, nyeri sendi, demam,
vertigo.
Dosis : Diberikan pada dosis 50-75 mg/kgBB dibagi dalam 4 dosis selama
2 hari.
c. Penyakit
1. Anti Mikroba
Jenis penyakit yang dapat disembuhkan dengan Antimikroba adalah penyakit
yang terdapat dalam saluran pencernaan. Menurut Almatsier (2001), saluran cerna
adalah sistem yang sangat kompleks dan merupakan saluran yang berfungsi untuk
mencerna makanan, mengabsorpsi zat-zat gizi, dan mengekskresi sisa-sisa
pencernaan. Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dyspepsia, yaitu
kumpulan gejala yaitu mual, muntah, nyeri epigastrum, kembung, nafsu makan
berkurang dan rasa cepat kenyang. Penyakit-penyakit saluran cerna yang terjadi
antara lain demam tifoid, dyspepsia, melena, gastro enteritis akut (GEA), dan
gastritis.
Pengertian Demam Tifoid (Tifus Abdominalis)
Tifus abdominalis merupakan salah satu penyakit infeksi akut pada
usus halus. Sinonim dari tifus abdominalis adalah typhoid, enteric fever, tifus
dan demam tifoid. Tifus abdominalis banyak menyerang pada anak usia 12-13
tahun (70% 80%), pada usia 30-40 tahun (10%-20%) dan diatas usia pada
anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%) (Mansjoer, 2001)
Etiologi : Tifus abdominalis disebabkan oleh organisme yang termasuk
dalam spesies Salmonella asendis yaitu Salmonella enteridis bioserolife
parityphi A, Salmonella enteridis bioserolife Parathyphi B dan Salmonella
enteridis paratyphi C. Kuman kuman ini lebih dikenal dengan nama
Salmonella paratyphi A, Salmonella schottinuellert dan Salmonella
hirsstirelldi (Mansjoer 2001).Salmonella paratyphi basil gram negatif,
bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-
kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O (somatik terdiri dari zat
komplek lipopolisakarida), antigen H (flagela), antigen VI dan protein
membran hialin (Noer, 1996).
Patofisiologi: Bakteri Salmonella typhosa masuk kedalam saluran
cerna, bersama makanan dan minuman. Sebagian besar bakteri mati oleh asam
lambung. Bakteri yang tetap hidup akan masuk kedalam ileum melalui
mikrofili dan mencapai plak payeri, selanjutnya masuk kedalam pembuluh
darah (disebut bakterimia primer). Pada tahap berikutnya S. typhi menuju ke
organ sistem retikuloendotelial yaitu : hati, limfa, sumsum tulang dan organ
lain (disebut bakterimia sekunder). Endotoksin S.typhi berperan dalam proses
inflamasi local pada jaringan tempat kuman berkembang biak. S.typi dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan lekosit pada
jaringan yang meradang sehingga terjadi demam. Kandung empedu
merupakan organ yang sensitif terhadap infeksi S.typhili (Mansjoer 2001).
Gejala Klinis: Gejala yang timbul bervariasi. Dalam minggu pertama,
gejala yang timbul sama dengan infeksi akut lainnya, yaitu demam, nyeri
kepala, pusing otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan
tidak enak di perut, batuk dan epitaksis. Pada pemeriksaan fisik terdapat
peningkatan suhu tubuh. Dalam minggu kedua, gejala menjadi lebih jelas
berupa demam, bradikardi relatif, lidah tifoid (lidah kotor ditengah, namun
tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus,
gangguann kesadaran berupa somnolen dan koma.
Pengobatan: Penggunaan antibiotikuntuk menghentikan dan
memusnahkan penyebaran bakteri Salmonella sp.. Antibiotik yang dapat
digunakan adalah klorafenikol ( dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x
500mg, diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam,
kemudian dosis diturunkan menjadi 2 x 250mg selama 5 hari kemudian ),
Ampisilin/Amoksisilin ( dosis 50-150 mg/kg BB, diberikan selama 2 minggu),
Kotimoksazol 2 x 2 tablet ( 1 tablet mengandung 400mg sulafametoksazol-
80mg trimetropin, diberikan selama 2 minggu ), Sefalosporin generasi II dan
III biasanya demam mereda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4 ( obat
yang dipakai seftriakson 4 g/hari selama 3 hari, norfloksasin 2 x 400 mg/hari
selama 14 hari, siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari, ofloksasin 600
mg/hari selama 7 hari, pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari, fleroksasin 400
mg/hari selama 7 hari). Istirahat dan perawatan yang profesional ini bertujuan
untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus
istirahat total sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama
14 hari. Aktifitas dilakukan bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Selama penyembuhan harus dijaga kebersihan badan, tempat tidur, pakaian,
dan peralatan yang dipakai. Diet dan terapi penunjang pertama pasien diberi
bubur halus, kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat
kesembuhan pasien. Juga diperlukan pemberian vitamin dan mineral yang
cukup untuk mendukung keadaan umum pasien.
2. Antiparasit
Salah satu contoh penyakit yang dapat disembuhkan dengan antiparasit adalah
penyakit kaki gajah (Filariasis atau Elephantiasis).
Pengertian: Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah
golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria spesies
Wuchereria bancrofti dapat menyebabkan penyakit kaki gajah karena sifatnya
yang dapat mengganggu peredaran getah bening. Sedangkan Brugia malayi dan
Brugia timori tidak.yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah
tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan
sistem lympa maka berkembanglah menjadi penyakit tersebut. Penyakit ini
bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin
baik perempuan maupun laki-laki. Penyakit Kaki Gajah bukanlah penyakit yang
mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin menjadi sesuatu yang
dirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Penyakit
Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis. Menurut info dari
WHO, urutan negara yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki gajah
adalah Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika.
Belakangan banyak pula terjadi di negara Thailan dan Indonesia (Asia Tenggara).
Etiologi: Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah
seseorang yang telah tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan mengandung
larva dan akan ditularkan ke orang lain pada saat nyamuk yang terinfeksi
menggigit atau menghisap darah orang tersebut. Tidak seperti Malaria dan
Demam berdarah, Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk dari genus
Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat
menular dengan sangat cepat.
Patofisiologi: Patologi disebabkan oleh kerusakan pembuluh getah bening
akibat inflamasi yang ditimbulkan olehcacing dewasa bukan oleh
microfilaria.cacing dewasa yang hidup di pembuluh dan kelenjar
limfemenyebabkan pelebaran pembuluh kelenjar dan penebalan dinding
pembuluh. Infiltrasi sel plasmas, eosiofil dan makrofag didalam dan sekitar
pembuluh yang mengalami inflamasi bersama denganploriferasi sel endotel dan
jaringa penunjang menyebabkan berliku liku system limfatik dan kerusakan
(varises).Limfadema dan perubahan kronik akibat statis bersama dengan edema
keras terjadi pada kulit yangmendasari. Perubahan perubahan yang terjadi akibat
filariasis ini disebabkan oleh efek langsung daricacing ini dan oleh respon imun
penjamu parasit. Respon ini lah yang menyebabkan prosesgnanulomatosa dan
proliferasi yang menyebabkan obtruksi total pembuluh limfe.kelainan
tersebuttetap ada selama cacing masih hidup dan kematian cacing juga
menyebabkan reaksi granulomatosa danfibrosis. Inilah yang membuat terjadinya
obstruksi limfatik dan penurunan fungsi limfatik.
Tanda dan Gejala :
- Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan
muncul lagi setelah bekerja berat.
- Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha,
ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit.
- Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde
lymphangitis).
- Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah
bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.
- Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (early lymphodema).
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara :
- Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk penular
- Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat
perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air
sebagai tempat perindukan nyamuk
- Membersihkan semak-semak disekitar rumah.
Pengobatan: Setelah dokter mendiagnosis penyakit kaki gajah, obat yang akan
diberikan adalah DEC (dietilkarbamazin). Jika penderita masih mengalami gejala
peradangan akut, obat-obatan untuk meredakan gejala (simtomatik) dapat pula
diberikan. Jika pembengkakan anggota gerak sudah mengeras, dapat diberikan
kortikosteroid. Tetap jaga kebersihan selama menjalani terapi. Apabila kelainan
sudah sangat nyata dan berat, mungkin penderita membutuhkan operasi.

D. Imunosupresan
a. Pengertian Imunosupresan
Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon
imun seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan
mencegah hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat
sitotokis dan digunakan sebagai antikanker. Immunosupresan merupakan zat-zat yang
justru menekan aktivitas sistem imun dengan jalan interaksi di berbagai titik dari
sistem tersebut. Titik kerjanya dalam proses-imun dapat berupa penghambatan
transkripsi dari cytokin, sehingga mata rantai penting dalam respon-imun diperlemah.
Khususnya IL-2 adalah esensial bagi perbanyakan dan diferensial limfosit, yang dapat
dihambat pula oleh efek sitostatis langsung. Lagi pula T-cells bisa diinaktifkan atau
dimusnahkan dengan pembentukan antibodies terhadap limfosit. Imunosupresan
digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplanatasi organ, penyakit autoimun,
dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.
b. Deskripsi
Pada mahkluk tingkat tinggi seperti hewan vertebrata dan manusia, terdapat
dua sistem pertahanan (imunitas), yaitu imunitas nonsepesifik (innate immunity) dan
imunitas spesifik ( adaptive imunity).
1. Imunitas nonspesifik.
Merupakan mekanisme pertahanan terdepan yang meliputi komponen fisik
berupa keutuhan kulit dan mukosa; komponen biokimiawi seperti asam lambung,
lisozim, komploment ; dan komponen seluler nonspesifik seperti netrofil dan
makrofag. Netrofil dan makrofag melakukan fagositosis terhadap benda asing dan
memproduksi berbagai mediator untuk menarik sel-sel inflamasi lain di daerah
infeksi. Selanjutnya benda asing akan dihancurkan dengan mekanisme inflamasi.
2. Imunitas spesifik
Memiliki karakterisasi khusus antara lain kemampuannya untuk bereaksi
secara spesifik dengan antigen tertentu; kemampuan membedakan antigen asing
dengan antigen sendiri (nonself terhadap self) ; dan kemampuan untuk bereaksi
lebih cepat dan lebih efesien terhadap antigen yang sudah dikenal sebelumnya.
Respon imun spesifik ini terdiri dari dua sistem imun , yaitu imunitas seluler dan
imunitas humoral. Imunitas seluer melibatkan sel limposit T, sedangkan imunitas
humoral melibatkan limposit B dan sel plasma yang berfungsi memproduksi
antibodi.
Aktivitas respon imun spesifik
Aktivitas sistem imun spesifik memerlukan partisipasi kelompok sel yang
disebut sebagai antigen presenting sel.
Indikasi imunosupresan
Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu:
- transplantasi organ
- penyakit autoimun
- pencegahan hemolisis Rhesus pada neonates
Prinsip umum terapi imunosupresan
Prinsip umum penggunaan imunosupresan untuk mencapai hasil terapi
yang optimal adalah sebagai berikut:
- Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan
dibandingkan dengan respon imun sekunder. Tahap awal respon
primer mencakup: pengolahan antigen oleh APC, sintesis limfokin,
proliferasi dan diferensiasi sel-sel imun. Tahap ini merupakan yang
paling sensitif terhadap obat imunosupresan. Sebaliknya, begitu
terbentuk sel memori, maka efektifitas obat imunosupresan akan jauh
berkurang.
- Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen
yang berbeda. Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respon imun
terhadap suatu antigen berbeda dengan dosis untuk antigen lain.
- Penghambatan respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan
diberikan sebelum paparan terhadap antigen. Sayangnya, hampir
semua penyakit autoimun baru bisa dikenal setelah autoimuitas
berkembang, sehingga relatif sulit diatasi.
Pilahan Obat Imunosupresan
Secara praktis, di klinik penggunaan obat imunosupresan berdasarkan
waktu pemberiannya. Untuk itu, respon imun dibagi dalam dua fase :
1. Fase pertama adalah fase induksi, yang meliputi :
* Fase pengolahan antigen oleh makrofag, dan pengenalan antigen oleh
limfosit imunokompeten.
* Fase proliferasi dan diferensiasi sel B dan sel T
2. Fase kedua adalah fase produksi, yaitu fase sintesis aktif antibodi dan
limfokin.
Berdasarkan respon imun, imunosupresan dibagi menjadi tiga kelas :
Kelas I: harus diberikan sebelum fase induksi yaitu sebelum terjadi perangsangan
oleh antigen. Kerjanya merusak limfosit imunokompeten. Jika diberikan setelah
terjadi perangsangan oleh antigen, biasanya tidak diperoleh efek imunosupresif
sehingga respon imun dapat berlanjut terus.
Kelas II: harus diberikan dalam fase induksi, biasanya satu atau dua hari setelah
perangsangan oleh antigen berlangsung. Obat golongan ini bekerja mengambat
proses diferensiasi dan proliferasi sel imunokompeten, misalnya antimetabolit.
Kelas III: memiliki sifat dari kelas I dan II. Jadi golongan ini dapat menghasilkan
imunosupresi bila diberikan sebelum maupun sesudah adanya perangsangan oleh
Antigen.
c. Obat Imunosupresan
1. Azatioprin
Azatioprin sudah digunakan selama 20 tahun untuk menekan penolakan
cangkok organ ginjal dan sudah merupakan prosedur yang diterima. Juga
digunakan untuk pengobatan artritis reumatoid berat yang refrakter.
Toksisitas terhadap darah seperti leukopenia dan trombositopenia harus
dimonitor dengan baik sebagai petunjuk penentuan dosis azatioprin.
Mekanisme kerja.
Azotioprin adalah antimetabolit golongan purin yang merupakan
prekursor 6-merkaptopurin. Azotioprin dalam tubuh diubah menjadi 6-
merkaptopurin(6-MP) yang merupakan metabolit aktif dan
bekerjaMenghambat sintesis de novo purin.
Interaksi
Penggunaan bersama allopurinol menyebabkan hambatan Xantin
oksidase yang juga merupakan enzim penting dalam metabolisme 6-
merkaptopurin,sehingga kombinasiIni meningkatkan toksisitas azotioprin
dan merkaptopurin.
Penggunaan klinis
Azotioprin digunakan antara lain untuk mencegahPenolakan
transplantasi,lupus nefritis.GNA, AR,Penyakit Crohn,dan sklerosis
multipel.Obat ini kadang2 digunakan untuk ITP dan AIHA yangRefrakter
terhadap steroid.Untuk profilaksis digunakan dosis 3-10 mg/KgBB per
hari1 atau 2 hari sebelum transplantasi.Dosis pemeliharaan 1-3 mg/KgBB
per hari.Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 50 mg dan iv100mg/vial
Efek Samping
Menghambat proliferasi sel-sel yang cepat tumbuh sepertiMukosa
usus,dan sumsum tulang dengan akibatleukopeni dan trombositopeni.Ruam
kulit,mual.mutah dan diare.Dapat terjadi peningkatan enzim
transaminase,kolestasis. Efek samping lain dapat terjadi peningkatan
risikoInfeksi dan efek mutagenisitas dan karsinogenisitas.
2. Metotreksat (MTX)
Digunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi dengan siklosporin dalam
mencegah penolakan cangkok sumsum tulang. MTX juga berguna untuk penyakit
autoimun dan peradangan tertentu. Saat ini disetujui untuk digunakan dalam
pengobatan artritis reumatoid yang aktif dan berat pada orang dewasa dan pada
psoriasis yang sudah refrakter terhadap obat lain.
- Nama : 4-amino-4-deoxy10-methylpteoryl-L-glutamic acid.
- Struktur kimia : C20H22N8O5
- Sifat Fisikokimia : Serbuk kristal berwarna kuning atau oranye, higroskopis.
Praktis tidak larut dalam air, alkohol, diklorometan, terurai dalam larutan asam
mineral, basa hidroksida dan karbonat.
- Golongan/Kelas Terapi
Antineoplastik, Imunosupresan dan obat utnuk terapi.
- Nama dagang
Emthexate-Combiphar/Pharmachemie,Methotrexat-Ebewe,
Methotrexate Kalbe.
- Indikasi :
Pengobatan untuk neoplasma trofoblatik, leukemia, psoriasis, reumatoid
artritis, termasuk terapi poliartikular juvenile reumatoid artritis (JDR);
karsinoma payudara, karsinoma leher dan karsinoma kepala,karsinoma paru,
osteosarkoma, sarcoma jaringan lunak, karsinoma saluran gastrointestinal,
karsinoma esofagus, karsinoma testes, karsinoma limfoma.
- Dosis, cara pemberian dan lama pemberian :
Dosis 100 500 mg/m membutuhkan leucovorin rescue, > 500 mg/m harus
menggunakan leucovorin rescue baik secara iv, im, maupun oral. Leucovorin
10 mg/m setiap 6 jam untuk 6-8 dosis dimulai 24 jam setelah pemberian
metotreksat. Pemberian leucovorin dilanjutkan sampai kadar metotreksat
dalam darah sebesar < 0.1 micromolar. Jika kadar metotreksat setelah 48 jam
> 1 mikromolar atau setelah 72 jam > 0.2 micromolar,berikan leucovorin 100
mg/m setiap 6 jam sampai kadar metotreksat sebesar < 0.1 micromolar.
- Farmakologi :
Onset kerja : Antirematik: 3-6 minggu; tambahan perbaikan bisa dilanjutkan
lebih lama dari 12 minggu.
Absorpsi : Oral: cepat : diserap baik pada dosis rendah (<30 mg/m2); tidak
lengkap setelah dosis tinggi ; I.M.: Lengkap
Distribusi : Penetrasi lambat sampai cairan fase 3 (misal pleural efusi, ascites),
eksis lambat dari kompartemen ini (lebih lambat dari plasma), melewati
plasenta, jumlah sedikit masuk kelenjar susu, konsentrasi berangsur-angsur
dikeluarkan di ginjal dan hati.
Ikatan protein: 50%
Metabolisme: <10%: Degradasi dengan flora intestinal pada DAMPA dengan
karboksipeptida, oksidasi aldehid konversi metotreksat menjadi 7-OH
metotreksat di hati; poliglutamat diproduksi secara mempunyai kekuatan
samadengan metotreksat, produksinya tergantung dosis, durasi dan lambat
dieliminasi oleh sel.
T eliminasi: Dosis rendah: 3-10 jam; I.M.: 30-60 menit.
Ekskresi : Urin (44%-100%); feses (jumlah kecil)
Stabilitas penyimpanan :
Tablet dan vial disimpan pada suhu kamar (15-25C), hindari cahaya matahari
langsung.
- Kontra Indikasi :
Hipersensitifitas dari metotreksat dan komponan lain dari sediaan; kerusakan
hebat ginjal dan hati,pasien yang mengalami supresi sum-sum tulang dengan
psoriasis atau reumatoid artritits,penyakit alkoholik hati,AIDS,darah
diskariasis,kehamilan,menyusui.
- Efek samping :
- Efek samping beragam sesuai rute pemberian dan dosis.
1. Hematologi dan/atau toksisitas gastrointestinal : sering terjadi pada
penggunaan umum dari dosis umum metotreksat; reaksi ini lebih sedikit
terjadi ketika digunakan pada dosis topikal untuk reumatoid artritis.
2. SSP : (dengan pemberian intratekal atau terapi dosis tinggi): Arachnoides:
Manifestasi reaksi akut sebagai sakit kepala hebat, rigidity nuchal, muntah
dan demam, dapat alleviated dengan pengurangan dosis.
3. Subakut toksisitas: 10% pasien diobat dengan 12-15 mg/m2 dari intratekal
metotreksat bisa membuat ini dalam minggu kedua atau ketiga dari terapi;
konsis dari paralisis motor dari ekstremites,palsy nerve kranial, seizure,
atau koma.Hal ini juga terlihat pada pediatrik yang menerima dosis tinggi
IV metotreksat.
4. Demyelinating enselopati: telihat dalam bulan atau tahun setelah menerima
metotreksat; biasanya diasosiasikan dengan iradiasi kranial atau
kemoterapi sistemik yang lain.
5. Dermatologi: Kulit menjadi kemerahan.Endokrin dan metabolik:
Hipoerurikemia,detektif oogenesis, atau spermatogenesis.
6. GI: Ulserativ stomatitis, glossitis, gingivitis, mual, muntah, diare, anoreksia,
perforasi intestinal, mukositis (tergantung dosis; terlihat pada 3-7 hari
setelah terapi, terhenti setelah 2 minggu).
7.Hematologi: Leukopenia, trombositopenia.Ginjal: Gagal ginjal,
azotemia,nefropati.Pernafasan: Faringitis. 1%-10%.
8. Kardiovaskular: Vaskulitis.SSP, pusing, malaise, enselopati, seizure,
demam, chills.
9. Myelosupresif : Terutama faktor batas-dosis (bersama dengan mukositis)
dari metotreksat, terjadi sekitar 5-7 hari setelah terapi, dan harus dihentikan
selama 2 minggu 10.
10. WBC : Ringan, Platelet: Sedang, Onset: 7 hari, Nadir: 10 hari, Recovery:
21 hari.
11. Hepatik : Sirosis dan fibrosis portal pernah diasosiasikan dengan terapi
kronik metotreksat, evaliasi akut dari enzym liver adalah biasa terjadi setelah
dosis tinggi dan biasanya resolved dalam 1 hari.Neuromuskular dan skeletal:
Arthalgia. Okular: Pandangan.
12. Renal : Disfungsi ginjal. Manifestasi karena abrupt rise pada serum
kreatinin dan BUN dan penurunan output urin, biasa terjadi pada dosis tinggi
dan berhubungan dengan presipitasi dari obat.
13. Respirator (Penumositis) : Berhubungan dengan demam, batuk, dan
interstitial pulmonari infitrates; pengobatan dengan metotreksat selama
reaksi akut; interstitial pneumisitis pernah dilaporkan terjadi dengan insiden
dari 1% pasien dengan RA (dosis 7.5-15 mg/minggu) <1% (terbatas sampai
penting untuk penyelamatan hidup): Neurologi akut sindrom (pada dosis
tinggi- simptom termasuk kebingungan, hemiparesis, kebutaan transisi,dan
koma); anafilaksis alveolitis; disfungsi kognitif (pernah dilaporkan pada
dosis rendah),penurunan resistensi infeksi,eritema multiforma, kegagalan
hepatik, leukoenselopati (terutama mengikuti irasiasi spinal atau
pengulangan terapi dosis tinggi),disorder limpoproliferatif, osteonekrosis
dan nekrosis jaringan lunak (dengan radioterapi), perikarditis, erosions
plaque (Psoriasis), seizure (lebih sering pada pasien dengan ALL),sindrom
Stevens Johnson, tromboembolisme.
- Interaksi :
1. Dengan Obat lain
Efek meningkatkan/toksisitas: Pengobatan bersama dengan NSAID telah
menghasilkan supresi sum-sum tulang berat, anemia aplastik dan toksisitas
pada saluran gastrointestinal. NSAID tidak boleh digunakan selama
menggunakan metotreksat dosis sedang atau tinggi karena dapat
meningkatkan level metotreksat dalam darah (dapat menaikkan toksisitas):
NSAID digunakan selama pengobatan dari reumatoid artritis tidak pernah
amati, tapi kelanjutan dari regimen terdahulu pernah diikuti pada beberapa
keadaan, dengan peringatan monitoring. Salisilat bisa meningkatkan level
metotreksat, bagaimanapun penggunaan salisilat untuk profilaksis dari
kejadian kardiovaskular tidak mendapat perhatian.
2. Dengan Makanan
Level metotreksat bisa menurun jika bersama dengan makanan. Makanan
dengan banyak susu dapat menurunkan absorpsi metotreksat. Folat dapat
menurunkan respons obat. Hindari echinacea (mempunyai sifat sebagai
imunostimulan).
- Pengaruh :
Kehamilan
Faktor resiko X
Ibu menyusui
Metotreksat didistribusikan ke dalam air susu, dikontraindikasikan untuk
ibu menyusui.
- Bentuk Sediaan : Tablet 2.5 ml, Vial 5 mg/2ml, Vial 50 mg/2 ml, Ampul 5
mg/ml, Vial 50mg/5ml.
1. Siklofosfamid
Secara umum siklofosfamid mengurangi respon imun humoral dan
meningkatkan respon imun selular. Selain pada bedah cangkok, obat ini
juga digunakan pada artritis reumatoid, sindrom nefrotik dan
granulomatosis Wegener.
2. Kortikosteroid
Yang digunakan sebagai imunosupresan adalah golongan glukokortikoid
yaitu prednison dan prednisolon. Kortikosteroid (glukokortikoid)
digunakan sebagai obatTunggal atau dalam kombinasi dengan
imunosupresanLain untuk mencegah reaksi penolakan transplantasi
danUntuk mengatasi penyakit aoutoimun.
a. Mekanisme Kerja
Glukokortikoid dapat menurunkan jumlah limfosit secaraCepat,
terutama bila diberikan dalam dosis besar.Studi terbaru menunjukkan
bahwa kortikosteroid menghambatProliferasi sel limfosit T,imunitas
seluler.
b. Penggunaan Klinik
Kortikosteroid biasanya digunakan bersama imunosupresanLain dalam
mencegah penolakan transplantasi.Untuk ini diperlukan dosis besar
untuk beberapa hari.Kortikosteroid juga digunakan untuk mengurangi
reaksi Alergi yang bisa timbul pada pemberian antibodi monoklonal
Atau antibodi antilimfosit.juga digunakan untuk berbagai Penyakit
autoimun
c. Toksisitas
Penggunaan steroid dalam jangka panjang seringMenimbulkan
berbagai efek samping,seperti meningkatnyaRisiko infeksi.
3. Siklosporin (Cyclosporin A)
Berasal dari jamur Tolypocladium inflatum gams. Siklosporin punya efek
imunosupresan karena mempunyai kemampuan yang selektif dalam
menghambat sel T. Siklosporin digunakan terutama dalam kombinasi
denga prednison untuk mempertahankan ginjal, hati dan cangkok jantung
pada transplantasi.
Siklospurin (sandimun).Sediaan iv terdapat dalam bentuk larutan
dalamEthanol-polyxyethylated castor oil dengan kadar 50 mg/ml.Dan
sediaan oral berupa kapsul lunak 25-100 mg dan larutan100
mg/mlPemberian peroral kadar puncak tercapai setelah 1,3-4 jam. Adanya
makanan berlemak sangat mengurangi absorbsiSiklospurin kapsul
lunak.Waktu paruh kurang lebih 6 jam.Ekskresi terutama melalui empedu
dan feces,hanya 6%Yang melalui urin
4. Rho (D) immunoglobulin
Antibodi ini merupakan bentuk spesifik dalam pengobatan imunologi
untuk ibu dengan Rho (D) negatif yang terpapar darah Rho (D) positif
pada perdarahan karena abortus, amniosintesis, trauma abdomen atau
kelahiran biasa dari janin.
5. Tacrolimus (prograf)
Senyawa makrolida ini diekstraksi dari jamur streptomyces tsukubaensis
(1993). Khasiat dan mekanisme immunosupressivenya sama dengan
sikolosporin, tetapi ca lebih kuat 50x dalam hal pencegahan sintesa IL-2
yang mutlak perlu untuk proliferasi sel T. Juga bersifat sangat lipofil dan
sama efektifnya dengan siklosporin pada transplantasi hati, jantung, paru-
paru, dan ginjal. Terutama digunakan bersama kortikosteroida. Lebih
sering menimbulkan efek samping berupa toksisitas bagi ginjal dan saraf.
Dosis : infuse i.v. 0,05-0,1 mg /kg/hari, 6 jam setelah transplantasi selama
2-3 hari, lalu dilanjutkan oral 0,15-0,3 mg/kg/hari dalam 2 dosis.
6. Mycofenolat-mofetil (CellCept)
Obat terbaru ini (1996) adalah prodrug dengan khasiat menekan
perbenyakan dari khusus limfosit melalui inhibisi enzim dehidrogenasi
yang diperlukan untuk sintese purin (DNA/RNA). Ternyata sangat efektif
untuk melawan penolakan akut setelah transplantasi ginjal. Dibandingkan
dengan obat-obat lainya , yaitu azatioprin dan siklosporin ( dan
prednisone), persentase penolakan dikurangi sampai 50%. Lagi pula efek
sampingnya lebih sedikit. Mungkin berdaya pula untuk menghambat
penolakan menahun (jangka panjang) yang smpai kini merupakan maslah
besar.
Resorpsinya dari usus baik, dengan BA 90%. Dalam hati segera diubah
menjadi asam mycofenolat aktif . Ekskresinya berlangsung melaluiurin
sebagai glukuronidanya (inaktif), sesudah mengalami resirkulasi
enterohepatis. Plasma t1/2 mycofenolat adalah ca 16 jam.
Dosis : dalam waktu 72 jam setelah transplantasi 2 dd 1ga.c dengan
minyak air.
7. Talidomida (synovir)
Derivat-piperidin ini (1957) adalah obat tidur dengan efek teratogen sangat
kuat (peristiwa softenon, 1962, lihat edisi empat), yang berdasarkan
khasiat anti-angiogenesisnya. Juga berdaya imunosupresif (anti-TNF). Dan
antiradang. Setelah dilarang peredaranya selama lebih dari 25 tahun, sejak
awal tahun 1990-an talidomida mulai digunakan lagi antara lain untuk
menekan reaksi lepra dan meringankan gejala AIDS seperti (aphtae)
dimulut , kerongkongan, dan kemaluan, serta diare dan kehilangan bobot
serius. Di AS penggunaanya pada lepra disahkan kembali sejak akhir
tahun 1997 dengan syarat- syarat ketat. Dewasa ini efektivitasnya sedang
diselidiki secara klinis untuk berbagai penyakit auto-imun.
8. Sulfalazin (sulcolon)
Sulfalazin adalah persenyawaan sulfapiridin dengan 5- ASA yang bersifat
antiradang dengan jalan blokade siklo-oksigenase serta lipoksigenase dan
dengan demikian mencegah sintesis prostaglandin dan leukotrien .
Sulfalazin mempengaruhi fungsi limfosit, mungkin lewat cytokine, juga
berdaya antioksidans ( Menangkap radikal bebas O2). Zat ini digunakan
khusus pada penyakit usus beradang kronis (crohn, colitis) dan pada rema.
d. Contoh Penyakit
Salah satu penyakit yang dapat diobati dengan imunosupresan adalah Penyakit Lupus.
1. Pengertian
Penyakit lupus adalah penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun,
artinya tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ
tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit.
Antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk
ke dalam tubuh.
Lupus adalah penyakit yang disebabkan sistem imun menyerang sel-sel
jaringan organ tubuh yang sehat. sistem imun yang terbentuk berlebihan. Kelainan
ini dikenal dengan autoimunitas. pada kasus satu penyakit ini bisa membuat kulit
seperti ruam merah yang rasanya terbakar (lupus DLE). pada kasus lain ketika
sistem imun yang berlebihan itu menyerang persendian dapat menyebabkan
kelumpuhan (lupus SLE).
SLE (Sistemics lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang
sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan
fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai
macam autoimun dalam tubuh.Pada penderita lupus, sistem imunitasnya tidak
mampu membedakan antara substansi asing dan sel-sel dan jaringan tubuh.
Antibodi yang dihasilkan justru melawan sel-sel yang seharusnya dibutuhkan oleh
tubuh.
2. Etiologi
Sehingga kini faktor yang merangsangkan sistem pertahanan diri untuk
menjadi tidak normal belum diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman
virus, sinaran ultraviolet, dan obat-obatan tertentu memainkan peranan.Penyakit
Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ini lebih kerap ditemui di kalangan kaum
wanita. Ini menunjukkan bahwa hormon yang terdapat pada wanita mempunyai
peranan besar, walau bagaimanapun perkaitan antara Sistemik Lupus
Erythematosus (SLE) dan hormon wanita saat ini masih dalam kajian.
Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit
keturunan. Walau bagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu meningkatkan
lagi risiko seseorang itu mengidap penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE).
3. Klasifikasi
Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu:
1) Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit
Lupus yang menyerang kulit.
2) Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di
dalam tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan system
saraf. Selanjutnya kita singkat dengan SLE (Systemics Lupus Erythematosus).
3) Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul setelah penggunaan obat tertentu.
Gejala-gejalanya biasanya menghilang setelah pemakaian obat
dihentikan.Pengaruh kehamilan terhadap SLE, Eksaserbasi terjadi karena
hormone estrogen meningkat selama kehamilan.
4. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi
ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal
(sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia
reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat
tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa
preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat
dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoimun diperkirakan terjadi akibat fungsi
sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan
kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya
serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
5. Manifestasi Klinis
- Sistem Muskuloskeletal
Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri
ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
- Sistem integument
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi.Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi
atau palatum durum.
- Sistem kardiak
Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
- Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
- Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
- Sistem perkemihan
Glomerulus renal yang biasanya terkena.
- Sistem saraf
Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh
bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.
6. Pemeriksaan lupus :
Untuk menguji apakah seseorang menderita lupus, maka dilakukan sebuah
pengujian dengan menggunakan tes darah bernama Anti Nuclear Antibody
(ANA). Tes ini akan mengidentifikasi autoantibodi (antibodi perusak) yang
memakan sel-sel berguna di dalam tubuh. Hasil positip tes ini belum bisa
dikatakan seseorang menderita lupus. Dibutuhkan data-data lain seperti gejala-
gejala, catatan fisik pasien, dan tes lengkap laboratorium hingga dipastikan si
pasien apakah menderita lupus.
7. Gejala-gejala awal lupus :
- Rasa ngilu yang luar biasa di bagian persendian
- Penderita mengalami kelelahan yang ekstrim.
- Muncul semacam bekas luka di sekujur tubuh.
- Pipi dan hidung penderita tampak menyerupai kupu-kupu (butterfly effects).
- Mengalami anemia yang amat parah.
- Saat bernapas, penderita mengalami tekanan yang berati.
- Timbul permasalahan di sekitar hidung dan mulut.
- Sensitif terhadap cahaya, sinar matahari maupun kilatan foto.
8. Perawatan bagi penderita lupus :
Salah satu perawatan yang dilakukan untuk penderita lupus adalah pengobatan
medis. Ada beberapa jenis obat yang bisa mengurangi gejala lupus, akan tetapi,
penggunaannya akan menimbulkan efek samping. Gejala dan efek samping yang
dialami oleh masing-masing pasien sangan variatif dan tak bisa diprediksi. Jadi
dibutuhkan pendampingan oleh petugas kesehatan dalam kasus ini.
9. Obat-obatan yang diberikan bagi penderita lupus:
- Steroid
- Immunosuppressant
- Antimalarial (Plaquenil/Hydroxychloroquine)
- Non-Steroidal anti-inflammatories
10. Lupus bisa dicegah dengan:
- Mengurangi kontak dengan sinar matahari
- Menerapkan hidup sehat dan menghindarkan diri dari stres
- Tidak merokok
- Berolahraga secara teratur
- Melakukan diet nutrisi
11. Fakta-fakta tentang penyakit lupus
- Lupus adalah penyakit autoimunitas, penyakit rheumatic.
- Pada penderita lupus, sistem imunitas tubuh menyerang sel dan jaringan
miliknya sendiri.
- Ada lima jenis penyakit lupus dan masing-masing memiliki karakteristik yang
khas dan membutuhkan penanganan yang berbeda pula.
- Sembilan puluh persen penderita lupus adalah perempuan.
- Di Amerika Serikat terdapat 11 kampus yang mengkhususkan penanganan
terhadap penyakit lupus.
- Sampai dengan sekarang, sangatlah sulit untuk mendiagnosis penyakit lupus.
- Penanganan lupus sangat tergantung dari gejala yang timbul.
- Sebanyak 1,5 juta penduduk dunia menderita lupus.
- Ras tertentu memiliki risiko terkena lupus lebih besar dibandingkan ras lain;
Afro-Amerika, Hispanik, Asia, dan Penduduk asli Amerika.
- Mayoritas penderita lupus, setelah diobati, akan tumbuh secara normal.
- Penanganan lupus dilakukan oleh rheumatologist.

E. Obat Hematologi
1. Pengertian
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang marfologi darah dan
jaringan pembentuk darah. Salah satu contoh penyakit yang berhubungan dengan
kekurangan darah adalah Anemia. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya
hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit hingga di bawah
normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh dan perubahan patofisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesa
yang seksama, pemeriksaan fisik, dan informasi laboratorium. Penyebab tersering dari
anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain:
besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi
seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan lain-lain.
Batas bawah dari nilai normal untuk wanita dan laki laki dewasa berbeda yaitu:
- Untuk laki laki dewasa: 13,0 gr/dl.
- Untuk wanita dewasa: 11,5 gr/dl.
Sel darah merah (eritrosit) dibuat dalam sumsum tulangtulang pipih dan
pembentukan eritrosit ini memerlukan zat besi (FerumFe) untuk pembentukan warna
sel darah merah (hemopoese), sedang asam folat dan vitamin B12 untuk pembentukan
sel darah merah (eritropoese).
2. Farmakokinetik Fe di dalam Tubuh
Absorbsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum; makin
ke distal absorbsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah di absorbsi dalam bentuk
fero. Transportnya melalui sel mukosa usus secara aktif. Ion fero yang sudah di
absorbsi akan diubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. Selanjutnya ion fero akan
masuk ke dalam plasma dengan perantara transferin, atau diubah menjadi feritin dan
disimpan dalam sel mukosa usus. Bila cadangan rendah atau kebutuhan meningkat,
maka Fe yang baru diserap akan segera diangkut dari sel mukosa ke sumsum tulang
untuk eritropoesis. Absorbsi dapat ditingkatkan oleh kobal, inosin, etionin, vitamin C,
HCl, sucsinat dan senyawa asam lainnya. Absorbsi ini meningkat pada keadaan
defisiensi Fe, berkurangnya depot Fe dan meningkatnya eritropoesis.
Setelah di absorbsi, Fe dalam darah akan diikat oleh transferin (siderifilin), sel
beta 1-globulin glikoprotein, untuk kemudian diangkut ke berbagai jaringan, terutama
ke sumsum tulang dan depot Fe. Selain transferin, sel-sel reticulum dapat pula
mengangkut Fe, yaitu untuk keperluan eritropoesis. Sel ini juga berfungsi sebagai
gudang Fe.
Jika tidak digunakan dalam eritropoesis, Fe akan disimpan sebagai cadangan
dalam bentuk terikat sebagai feritin. Feritin terutama terdapat dalam sel-sel
retikuloendotelial (di hati, limpa, dan sumsum tulang). Cadangan ini tersedia untuk
digunakan oleh sumsum tulang dalam proses eritropoesis: 10%, diantaranya terdapat
dalam labile pool yang cepat dapat di kerahkan untuk proses ini, sedangkan sisanya
baru digunakan bila labile pool telah kosong. Bila Fe diberikan melalui IV, akan
sangat cepat diikat oleh apoferitin (protein yang membentuk feritin) dan disimpan
terutama di dalam hati sedangkan setelah pemberian peroral terutama akan disimpan
di limpa dan sumsum tulang. Penimbunan Fe dalam jumlah abnormal tinggi dapat
terjadi akibat transfuse darah.
Jumlah Fe yang diekskresi setiap hari sedikit sekali, biasanya sekitar 0,5-1
mg/hari. Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit dan saluran cerna yang
berkelupas, selain itu juga melalui keringat, urin, feses, serta kuku dan rambut yang di
potong. Pada wanita usia subur siklus haid 28 hari, jumlah Fe yang diekskresi
sehubungan dengan haid diperkirakan sebanyak 0,5-1mg/hari.
3. Farmakokinetik Vitamin B12 di dalam Tubuh
Sianokobalamin diabsorbsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan
(subkutan) SK. Hidroksokobalamin dalam koenzim B12 lebih lambat di absorbs
karena ikatannya yang lebih kuat dengan protein.
Absorbsi dengan perantara FIC, sangat penting dan sebagian besar pasien
anemia megaloblastik disebabkan oleh gangguan mekanisme ini. FIC hanya mampu
mengikat sejumlah 1,5-3 mcg vitamin B12. Vitamin ini masuk ke ileum dan di sini
melekat pada reseptor khusus di sel mukosa ileum untuk diabsorbsi. Intrinsic
konsentrat (eksegen) yang diberikan bersama vitamin B12 hanya berguna untuk
penderita yang kurang mensekresi FIC dan penderita menolak untuk disuntik.
Absorbsi secara langsung, tidak begitu penting karena baru terjadi bila kadar vitamin
B12 yang tinggi, dan berlangsung secara difusi.
Setelah diabsorbsi hampir semua vitamin B12 dalam darah terikat dengan
protein plasma. Sebagian besar terikat pada beta globulin (transkobalamin II), sisanya
terikat pada alfaglikoprotein (transkobalamin I) dan interalfa glikoprotein
(transkobalamin III).
4. Jenis Jenis Obat
a. Koagulansia
Koagulansia merupakan zat atau obat untuk menghentikan pendarahan.
Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteral.
Obat ini berguna untuk menekan atau menghentikan perdarahan. Yaitu dengan
mempercepat perubahan protombin menjadi thrombin dan secara langsung
mengumpalkan fibrinogen. Misalnya: Anaroxil, Adona AC, Coagulen, Transamin,
vitamin K.
b. Antikoagulan
Antikoagulan dapat digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan
jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor
pembekuan darah. Atas dasar ini antikongulan diperlukan untuk mencegah
terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya
darah di luar tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau tranfusi.
5. Sediaan Kongulansi
a. Sediaan Oral
Sediaan yang banyak digunakan dan murah ialah hidrat sulfas ferosus
(FeSO4.7 H2O) 300 mg yang mengandung 20% Fe. Untuk anemia berat biasanya
diberikan 3 x 300 mg Sulfas Ferosus sehari selama 6 bulan. Dalam hal ini mula-
mula absorpsi berjumlah 45 mg/hari, dan setelah depot Fe terpenuhi, dosis
diturunkan menjadi 510 mg/hari. Berbeda dengan Fero Sulfat, Fero Fumarat
tidak mudah mengalami oksidasi pada udara lembap; dosis efektifnya 600800
mg/hari adalah dosis terbagi.
b. Sediaan Parenteral
Iron-dekstran (imferon) mengandung 50 mg Fe setiap ml-nya (larutan 5%)
untuk penggunaan intra muskular (IM) atau intra vena (IV). Total yang diperlukan
dihitung berdasarkan tingkat kekurangan Hbnya, yaitu 250 mg Fe untuk setiap
gram kekurangan Hb. Untuk memperkecil reaksi toksik pada pemberian IV, dosis
permulaan tidak boleh melebihi 25 mg, dan dengan peningkatan bertahap untuk
23 hari sampai mencapai dosis 100 mg/hari. Obat harus diberikan perlahan-lahan
yaitu dengan menyuntikkan 2050 mg/menit.
6. Sediaan Antikongulansia
Vitamin B12 diindikasikan untuk penderita defisiensi vitamin B12 misalnya
anemia pernisiosa. Vitamin B12 tersedia dalam bentuk tablet untuk pemberian oral
dan larutan untuk suntik. Penggunaan sediaan oral pada pengobatan anemia pernisiosa
kurang bermanfaat dan biasanya terapi oral lebih mahal dari pada terapi pariteral.
Tetapi sediaan oral dapat bermanfaat sebagai supplement diet, namun kecil
manfaatnya untuk penderita yang kekurangan faktor intrinsik atau penderita dengan
penyakit pada ileum, karena absorbsi secara difusi tidak dapat diandalkan sebagai
terapi efektif. Maka cara pemberian yang terbaik adalah secara IM atau SK. Dikenal
tiga jenis suntikan vitamin B12 yaitu: (1) Sianokobalamin yang berkekuatan 10-1000
ncg/ml, (2) Larutan ekstrak hati dalam air, (3) Suntikan depot vitamin B12. Suntikan
larutan sianokobalamin jarang sekali menyebabkan reaksi alergi dan iritasi di tempat
suntikan, adapun manfaat larutan ekstrak hati terhadap anemia pernisiosa di sebabkan
oleh vitamin B12 yang terkandung di dalamnya penggunaan suntikan ekstrak hati ini
dapat menimbulkan reaksi alergi lokal maupun umum, dan dari yang ringan sampai
berat. Dosisianokobalamin untuk penderita anemia pernisiosa tergantung dari berat
anemianya, ada tidaknya komplikasi dan respon trhadap pengobatan.
Pada terapi awal, di berikan dosis 100 mcg sehari parenteral selama 5-10 hari.
Dengan terapi ini respon hematologi baik sekali, tetapi respon depot kurang
memuaskan terdapat keadaan yang menghambat hematopoesis misalnya, infeksi,
urenia atau penggunaan kloramfenikol. Respon yang buruk dengan dosis 100
mcg/hari selama 10 hari, mungkin juga disebabkan oleh salah diagnosis atau potensi
obat yang kurang.
Terapi penunjang, dilakukan dengan memberikan dosis penunjang 100-200
mcg/bulan sampai diperoleh remisi yang lengkap yaitu jumlah eritrosit dalam darah
4,5 juta/mm3 dan morfologi hematologik berada dalam batas-batas normal.
7. Contoh-Contoh Obat Hematologi
a. Adfer
Komposisi : Fe glukonat 250 mg, Mangan sulfat 200 g, Tembaga sulfat 200 g,
Vitamin C 50 mg, Asam folat 1000 g, Vitamin B12 7,5 g, dan Sorbitol 25 mg.
Indikasi : Anemia yang disebabkan oleh kekurangan Fe, anemia akibat traumatik
atau anemia endogenik, anemia akibat perdarahan selama masa pertumbuhan, usia
lanjut dan masa penyembuhan, kehamilan, menyusui, dan anemia yang
disebabkan malnutrisi umum atau diet.
Kontra Indikasi : Penumpukan Fe, gangguan penggunaan Fe.
Efek Samping : Gangguan saluran pencernaan.
Kemasan : Kapsul 100 biji.
Dosis : Dosis awal 1-2 kapsul sehari.
b. Bufiron
Komposisi : Fe (II) Fumarat 250 mg, Vitamin B12 10 ug, Mn (II) Sulfat 0,2
mg, Cu (II) Sulfat 0,2 mg, dan Dioktil Natrii Sulfosuccinate 20 mg.
Indikasi : Pencegahan dan penyembuhan berbagai bentuk anemia seperti
anemia makrositik, anemia hipokromik, anemia pernisiosa. Untuk mengobati
keadaan kurang darah yang disebabkan oleh karena kekurangan zat besi yaitu
karena pendarahan, pada wanita hamil dan pada masa pertumbuhan karena
kebutuhan akan zat besi meningkat.
Kontra Indikasi :-
Efek Samping :-
Kemasan : Dus 10x10 kapsul
Dosis : Pencegahan 1 x 1 kapsul/hari, pengobatan 3 x 1 kapsul/hari
c. Dasabion Kapsul
Komposisi : Besi (II) Fumarat 360 mg, Kalsium 20 mg, Asam Folat 1,5
mg, Vitamin B-12 15 mkg, Vitamin C 75 mg, Vitamin D3 400 SI, dan Sorbitol 25
mg.
Indikasi : Segala macam anemia
Kontra Indikasi : -
Efek Samping : Nyeri pada saluran pencernaan disertai mual, muntah dan
diare. Pemberian secara terus menerus dapat menyebabkan konstipasi dan feses
menjadi hitam.
Kemasan : Dus 100 kapsul
Dosis : Sehari 1 kapsul atau menurut resep dokter
d. Emineton
Komposisi : Ferrous Fumarate 90 mg, Cupric Sulfate 0,35 mg, Cobaltous
Sulfate 0,15 mg, Manganese Sulfate 0,05 mg, Pyridoxine Hydrochloride 0,192
mg, Cyanocobalamine 5 mg, Ascorbicacid 60 mg, Dl-A-Tocopherol Acetate 5
mg, Folicacid 400 mg, Calcium Phosphate Dibasic 60 mg.
Indikasi : Membantu mengurangi gejala anemia
Kontra indikasi :
Efek Samping : Pemakaian Emineton secara berlebihan dapat menyebabkan
gangguan gastroenterik seperti diare atau gastritis, mual dan muntah.
Kemasan :
Dosis : Dewasa (12 tablet/hari pada waktu atau sesudah makan),
Anak-anak (1 tablet/hari pada waktu atau sesudah makan)
e. Ferro Glukonat
Komposisi : Besi (II) sulfat 525 mg
Indikasi : Untuk mencegah dan mengobati kekurangan vitamin dan
mineral seperti kekurangan darah (anemia) dan membantu pembentukan darah.
Kontra indikasi :
Efek Samping : Konstipasi, diare, mual, dan muntah.
Kemasan : Botol 100 tab
Dosis : Sehari 1 kapsul pada waktu atau sesudah makan, sesuai
petunjuk dokter.
f. Fercee
Komposisi : Besi (II) Fumarat 275 mg, Asatn Askorbat 100 mg, Natrium
Dioktilsulfosuksinat 20 mg, dalam bentuk pelepasan yang diperlambat
Indikasi : Penyakit kurang darah, yang esensial dan sekunder yang
disebabkan oleh kekurangan zat besi, penyakit kurang darah yang disebabkan oleh
pendarahan, masa akil balik, masa hamil dan pada anak-anak.
Kontra Indikasi : Terapi besi kontra indikasi untuk pasien dengan iron storage
disease atau pasien yang cenderung ke arah penyakit tersebut yang disebabkan
oleh chronic hemolytic anemia (seperti anomali keturunan dari struktur/sintesa
hemoglobin dan/atau defisiensi enzim darah merah). Anemia oleh kekurangan
piridoksina hidroklorida sirosis hati.
Efek Samping : Reaksi sensitivitas dan gangguan saluran pencernaan dapat
terjadi.
Kemasan : Dus 100 kapsul lepas lambat
Dosis : 1 kapsul tiap hari sesudah makan pagi bila perlu dapat
sampai 2 kapsul tiap hari.
g. Hemobion
Komposisi : Ferrous 360 mg, Asam Folat 1,5 mg, Vitamin B12 15 mcg,
Kalsium Pantotenat 200 mg, Kolekalsiferol 400 UI, dan Vitamin C 75 mg.
Indikasi : Sebagai vitamin pada anemia pada masa kehamilan dan
laktasi, pada masa kehamilan, dan anemia karena kehilangan darah oleh berbagai
sebab
Kontra indikasi :-
Efek samping :-
Kemasan : 10 x 10 kapsul
Dosis : 1 Kapsul/hari
h. Livron B. Plex
Komposisi : Vitamin B1 1,5 mg, Vitamin B2 0,25 mg, Vitamin B12 0,5
mcg, Vitamin C 12,5 mg, Kalsium Pantotenant 1,5 mg, Nikotinamid 10 mg, Asam
Folat 0,5 mg, Besi (II) Glukonat 7,5 mg, Tembaga (II) Sulfat 0,65 mg, dan Hati
Kering 100 mg
Indikasi : Anemia makrositik hiperkromik, seperti: anemia
megaloblasnak tropikal. Anemia hiperkromik. Anemia yang bertalian dengan
gangguan fungsi hati, perdarahan pada gusi. Anemia hiperkromik sehabis
keracunan. Untuk segalat macam penyakit oleh karena kekurangan vitamin B.
Sesudah pengobatan dengan antibiouka, sulfonamida dan sebagai tambahan
vitamin. Dalam halhal yang tak memungkinkan penyunukan dengan preparat
hati, misalnya oleh karena terlalu peka. Sebagai tonikum umum untuk
pertumbuhan anakanak yang tidak sehat. Sesudah mengalami berbagai penyakit
infeksi dan dalam masa sembuh dari suatu penyakit.
Kontra indikasi :-
Efek Samping : Nausea, Nyeri Lambung, Konstipasi, Diare dan Kolik.
Kemasan : Dus 10 x 10 tablet
Dosis : Dewasa 3x sehari 1-2 Tablet Salut Gula, Anak-anak 3x
sehari 1 Tablet Salut Gula

F. Diuretik
1. Pengertian
Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih
(diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang
menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tidak langsung tidak
termasuk dalam defenisi ini, misalnya, zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung
(digoksin, teofilin),memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi sekresi
hormon anti diuretik ADH (Tjay, T.H., K. Rahardja, 2002).
Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine
disebut Diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang
menurunkan reabsorbsi Na+ dan ion lain seperti Cl+ memasuki urine dalam jumlah
lebih banyak dibandingkan dalam keadaan normal bersama-sama air, yang
mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic. Perubahan
Osmotik dimana dalam tubulus menjadi menjadi meningkat karena Natrium lebih
banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus ginjal. Dan
produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic meningkatkan
volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi ion didalam urine dan
darah (Halimudin, 2007).
Ada beberapa jenis Diuretik, yang sudah dikenal dan sering digunakan dalam
pengobatan klien dengan masalah gangguan cairan dan elektrolit. Jenis-jenis tersebut
adalah Penghambat Karbonik Anhidrase, Diuretik Kuat (loop Diuretik), Diuretik
Tiazid, Diuretik Hemat Kalium, Antagonis ADH dan Diuretik Osmotik (Halimudin,
2007).
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini. Pertama, tempat
kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium
sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure-tik yang
bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status fisiologi dari
organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini
akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. Ketiga, interaksi antara
obat dengan reseptor. Sebagaimana umumnya diketahui, diuretik digunakan untuk
merangsang terjadinya diuresis. Penggunaan diuretik sudah demikian luas (Siregar,
P., W.P., R. Oesman, R.P. Sidabutar , 2008).
2. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan cara bekerja, ada beberapa jenis diuretik yang diketahui pada saat ini.
Antara lain :
- Diuretik osmotik dan Aquaretics. Manitol, glukosa, urea, demeklosiklin, atrial
natriuretic peptide. Istilah diuretic Osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan
elektrolit yang mudah dan cepat diskskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak
sebagai diuretic osmotic apabila memenuhi 4 syarat: (1) difiltrasi secara bebas
oleh glomerulus. (2) tidak atau hanya sedikit direbasorbsi sel tubulus ginjal. (3)
secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan (4) umumnya resisten terhadap
perubahan-perubahan metabolik. Dengan sifat-sifat ini, maka diueretik osmotic
dapat diberikan dalam jumlah cukup besar sehingga turut menentukan derajat
osmolalitas plasma, filtrate glomerulus dan cairan tubuli. Diuretik Osmotik
(manitol) adalah Diuretik yang digunakan dan mempuyai efek meningkatkan
produksi urin, dengan cara meningkatkan tekanan osmotic di Filtrasi Glomerulus
dan tubulus. Mencegah tubulus mereabsorbsi air. Tubulus proksimal dan ansa
henle desenden sangat permeable terhadap reabsobsi air. Diuretik osmotik yang
tidak ditransportasi menyebabkan air dipertahankan disegmen ini, yang dapat
menimbulkan diuresis air. Contoh lain dari Golongan obat anti DIuretik osmotic
adalah: uera, gliserin, isosorbit (Halimudin, 2007).
- Penghambat karbonik anhidrase ginjal. Acetazolamide.
- Diuretik tiasid.
- Diuretik loop. Furosemide, Bumetanide, asam etakrinik.
- Diuretik distal ('Potassium Sparing Diuretic ). Spironolakton, Amiloride,
Triamterene.
- Diuretik urikosurik. Tikrinafen , Indakrinon, asam etakrinik (Siregar, P., W.P., R.
Oesman, R.P. Sidabutar , 2008).
Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan
tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu
diuretik. Secara umum diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu : (1)
diuretik osmotik ; (2) penghambat mekanisme transpor elektrolit di dalam tubuli
ginjal. Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang
mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik
osmotik apaila memenuhi 4 syarat : (1) difiltrasi secara bebas oleh glomerulus; (2)
tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal; (3) secara farmakologis
merupakan zat yang inert; dan (4) umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan
metabolik. Dengan sifat-sifat ini, maka diuretik osmotik dapat diberikan dalam jumlah
cukup besar sehingga turut menentukan derajat osmolaritas plasma, filtrat glomerulus,
dan cairan tubuli (Sunaryo, 1987).
Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium dan air,
sehingga pengeluarannya lewat kemih diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus
terhadap tubuli. Tetapi juga di tempat lain, yakni di:
a. Tubuli Proksimal. Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini
direabsorpsi secara aktif untuk lebih kurang 705, antara lain ion Na+ dan air,
begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berlangsung secara
proporsionalk, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap
plasma. Diuretika osmotis (manitol, sorbitol) bekerja di sini dengan merintangi
reabsorpsi air dan juga natrium.
b. Lengkungan Henle. Di bagian menaik lengkungan Henle ini, sekitar 25% dari
semua ion Cl yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan
reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi
hipotonis. Diuretika lengkungan, seperti furosemid, bumetanida, dan etakrinat
bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl dan demikian reabsorpsi
Na+. Pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak.
c. Tubuli distal. Di bagian pertama segmen ini, Na+.direabsorpsi secara aktif pula
tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa thiazida
dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak ekskresi Na+ dan Cl
sebesar 5-10%. Di bagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+
atau NH4+(Tjay, T.H., dan Kirana Rahardja, 2002).
Diuretik kuat(High-ceiling diuretics) mencakup sekelompok diuretik yang
efeknya sangat kuat dibandingkan dengan diuretik lain. Tempat kerja utamanya di
bagian epitel tebal ansa Henle bagian asenden, karena itu kelompok obat ini disebut
juga sebagai loop diuretics. Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat,
furosemid, dan bumetanid (Sunaryo, 1987).
Secara umum dapat dikatakan bahwa diuretik kuat mempunyai mulai kerja yang
lebih pendek dari tiazid. Hal ini sebagian besar ditentukan oleh faktor farmakokinetik
dan adanya mekanisme kompensasi. Diureti kuat terutama bekerja dengan cara
menghambat reabsorpsi elektrolit di ansa Henle asendens bagian epitel tebal; tempat
kerjanya di permukaan sel epitel bagian luminal(yang menghadap ke lumen tubuli).
Obat ini, terutama pada pemberian secara IV, cenderung meningkatkan aliran darah
ginjal tanpa disertai peningkatan filtrasi glomerulus. Perubahan hemodinamik ginjal
ini mengakibatkan menurunnya reabsorpsi cairan dan elektrolit di tubuli proksimal
serta meningkatnya efek awal diuresis (Sunaryo, 1987).
Peningkatan aliran darah ginjal ini relatif hanya berlangsung sebentar. Dengan
berkurangnya cairan ekstrasel akibat diuresis, maka aliran darah ginjal cenderung
menurun, dan hal ini mengakibatkan meningkatnya reabsorpsi cairan dan elektrolit di
tubuli proksimal. Hal yang terakhir ini agaknya merupakan suatu mekanisme
kompensasi yang membatasi jumlah zat terlarut yang mencapai bagian epitel tebal
ansa Henle asendens, dengan demikian akan mengurangi diuresis (Sunaryo, 1987).
Furosemid dan bumetanid mempunyai daya menghambat enzim karbonik
anhidrase karena keduanya merupakan derivat sufonamid, seperti juga tiazid dan
asetozolamid, tetapi aktivitasnya terlalu lemah untuk menyebabkan diuresis di tubuli
proksimal. Asam etakrinat tidak menghambat enzim karbonik anhidrase. Efek diuretik
kuat terhadap segmen yang lebih distal dari ansa Henle asendens epitel tebal, belum
dapat dipastikan, tetapi dari besarnya diuresis yang terjadi, diduga obat ini bekerja
juga di segmen tubuli lain (Sunaryo, 1987).
Ketiga obat ini juga menyebabkan meningkatnya ekskresi K+ dan kadar asam urat
plasma, mekanismenya kemungkinan besar sama dengan tiazid. Ekskresi Ca++ dan
Mg++ juga ditingkatkan sebanding dengan peninggian ekskresi Na.Berbeda dengan
tiazid,Golongan ini tidak meningkatkan reabsorpsi Ca++ di tubuli distal. Berdasarkan
atas efek kalsiuria ini, golongan diuretik kuat digunakan untuk pengobatan
simtomatik hiperkalsemia (Sunaryo, 1987).
Diuretik kuat meningkatkan ekskresi asam yang dapat dititrasi(titrable acid) dan
amonia. Fenomena yang diduga terjadi karena efeknya di nefron distal ini merupakan
salah satu faktor penyebab terjadinya alkalosis metabolik.Bila mobilisasi cairan udem
terlalu cepat, alkalosis metabolik oleh diuretik kuat ini terutama terjadi akibat
penyusutan volume cairan ekstrasel. Sebaliknya pada penggunaan yang kronik, faktor
utama penyebab alkalosis ialah besarnya asupan garam dan ekskresi hidrogen dan
kalium.Alkalosis ini seringkali disertai dengan hiponatremia, tetapi masing-masing
disebabkan oleh mekanisme yang berbeda (Sunaryo, 1987).
Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, antara lain karena
gangguan saluran cerna yang lebih ringan. Diuretik kuat efektif untuk pengobatan
udem akibat gangguan jantung, hati atau ginjal. Sebaiknya diberikan secara oral,
kecuali bila diperlukan diuresis yang segera, maka dapat diberikan secara IV atau IM.
Pemberian parenteral ini diperlukan untuk mengatasi udem paru akut. Pada keadaan
ini perbaikan klinik dicapai karena terjadi perubahan hemodinamik dan penurunan
volume cairan ekstrasel dengan cepat sehingga alir balik vena(venous return) dan
output ventrikel kanan berkurang. Untuk mengatasi udem kronik, diuretik kuat
biasanya diberikan bersama diuretik alin, terutama diureik hemat kalium (Sunaryo,
1987).
Bila ada nefrosis atau gagal ginjal kronik maka diperlukan dosis furosemid jauh
lebih besar daripada dosis biasa. Diduga hal ini disebabkan oleh banyaknya protein
dalam cairan tubuli yang akan mengikat furosemid sehingga menghambat
diuresis.pada penderita dengan uremia, sekresi furosemid melalui tubuli menurun.
Diuretik kuat juga digunakan pada penderita gagal ginjal akut, namun hasilnya tidak
menentu. Diuretik kuat dapat menurunkan kadar kalsium plasma pada penderita
hiperkalsemia simtomatik dengan cara meningkatkan ekskresi kalsium melalui urin
(Sunaryo, 1987).
Secara umum dapat dikatakan bahwa diuretik kuat mempunyai mulai kerja yang
lebih pendek dari tiazid. Hal ini sebagian besar ditentukan oleh faktor farmakokinetik
dan adanya mekanisme kompensasi. Diuretik kuat terutama bekerja dengan cara
menghambat reabsorpsi elektrolit di ansa Henle asendens bagian epitel tebal; tempat
kerjanya di permukaan sel epitel bagian luminal(yang menghadap ke lumen tubuli).
Obat ini, terutama pada pemberian secara IV, cenderung meningkatkan aliran darah
ginjal tanpa disertai peningkatan filtrasi glomerulus. Perubahan hemodinamik ginjal
ini mengakibatkan menurunnya reabsorpsi cairan dan elektrolit di tubuli proksimal
serta meningkatnya efek awal diuresis (Sunaryo, 1987).
Obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urin disebut diuretik.
Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorpsi Na+
pada bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya, Na+ dan ion lain seperti Cl
memasuki urin dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan bila keadaan normal
bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik. Jadi, diuretik meningkatkan volume urin dan meningkatkan
pH-nya serta komposisi ion di dalam urin dan darah. Efektivitas berbagai kelas
diuretik yang berbeda, sangat bervariasi dengan peningkatan sekresi Na+ bervariasi
dari kurang 2% untuk diuretik hemat kalium yang lemah, sampai lebih dari 20%
untuk loop diuretics yang poten. Penggunaan klinis utamanya adalah dalam
menangani kelainan yang melibatkan retensi cairan (edema) atau dalam mengobati
hipertensi dengan efek diuretiknya menyebabkan penurunan volume darah, sehingga
terjadi penurunan tekanan darah (Mycek, 2001).

3. Pengobatan Diuretik Dalam Bidang Nefrologi


Diuretik Pada Hipertensi
Penggunaan diuretik untuk hipertensi pada mulanya dila-kukan sebagai
pengobatan langkah pertama dengan cara stepped-care. Dapat digunakan segagai
obat tunggal atau di-kombinasi dengan anti hipertensi lain. Penambahan diuretik
pada obat lain diharapkan dapat menghasilkan efek yang optimal. Kaplan NM,
menggambarkan skema perubahan hemodi-namik akibat efek antihipertensi dari
diuretik sebagai berikut. Akibat hambatan reabsorbsi natrium dan kkirida, volume
plasma dan cairan ekstrasel akan berkurang. Akibatnya curah jantung akan
menurun. Pada pemakaian jangka lama, volume plasma akan kembali menuju
normal dan bersamaan dengan ini resistensi perifer akan turun. Penurunan
resistensi ini dikatakan oleh karena turunnya kadar natrium dan berkurangnya air
dari dinding pembuluh darah dan juga disebabkan oleh berkurangnya kalsium
intrasel.
Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan
simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan
menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan
tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan
penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah
jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah. Obat-obat diuretik yang
digunakan dalam terapi hipertensi yaitu :Diuretik golongan tiazid Diuretik kuat
Diuretik hemat kalium (Purwanto, W.E., 2008).
Diuretik Pada Sindrom Nefrotik
Terjadinya edema pada sindrom nefrotik akibat adanya retensi natrium dan air
serta adanya hipoalbuminemia. Penggunaan diuretik pada sindrom nefrotik bukan
sebagai terapi kausal. Diuretik baru diberikan bila dengan pengurangan asupan
garam dan air tidak mengurangi edema yang ada. Diuretik yang sering digunakan
adalah jenis diuretik loop. Tetapi dapat juga diberikan golongan penghambat
reabsorbsi natrium di tubulus distal.
Diuretik Pada Gagal Ginjal
Gagal Ginjal Akut
Dalam percobaan binatang, dikatakan, diuretik dapat memperbaiki aliran
urin, laju filtrasi glomeruler dan tekanan hidrostatik kapiler glomerulus.
Keadaan ini disebabkan oleh efek vasodilatasi dari manitol, furosemid dan asam
etakrinik. Efek vasodilatasi ini dikatakan melalui peningkatan produksi
prostaglandin. dalam ginjal. Disamping itu, manitol dapat mengurangi
pembengkakan sel tubulus ginjal. Aliran urin yang lebih cepat akibat pemberian
diuretik akan mengurangi obstruksi tubulus dari sel-sel yang rusak. Pada
manusia, efek diuretik tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan. Masih
banyak pertentangan pendapat akan efek diuretik ini. Ada yang mengatakan
dapat memperpendek masa oliguria, mengurangi kemungkinan untuk dialisis,
namun angka kematian masih tetap tinggi. Walaupun demikian, diuretik
mempunyai tempat untuk dipakai pada pasien dengan gagal ginjal akut dengan
tujuan untuk meningkatkan diuresis. Kita harus membedakan apakah keadaan
gagal ginjal akut di-sebabkan kekurangan cairan (pre renal) atau tidak ada ke-
kurangan cairan. Disamping itu, kita harus mempertimbangkan efek toksik dari
diuretik sendiri. Misalnya efek ototoksik dari furosemid. Dilain pihak, kita juga
harus mengingat, diuretik dapat sebagai penyebab dari gagal ginjal akut (nefritis
tubulo-intersisiil akut). Bila tidak terdapat kekurangan cairan, furosemid dapat
diberikan secara bertahap 80 - 320 mg/i.v. atau manitol 12,5 - 25 gram i.v .
Gagal Ginjal Kronik
Pada keadaan ini efek diuresis akn berkurang bila laju filtrasi glomerulus
berkurang (Tes Kliren Kreatinin kurang dari 20 ml/menit). Pemberian diuretik
hanya berdasarkan indikasi yaitu hipertensi, kelebihan cairan (dekompensasi
jantung, edema yang berat), pencegahan berkurangnya fungsi ginjal setelah
pemberian kontras radiografi, pada saat anastomosis dilakukan dalam
transplantasi ginjal (Siregar, P., W.P., R. Oesman, R.P. Sidabutar , 2008).
4. Masalah Yang Timbul Pada Pemberian Diuretik
Hipokalemia
50% kalium yang difiltrasi oleh glomerulus akan direab-sorbsi di tubulus
proksimal dan sebagian besar dari sisanya di-reabsorbsi di ascending limb loop
dari Henle. Hanya 10% yang mencapai tubulus konvolutus distal. Kalium ada
yang disekresi di pars recta tubulus distal. Terjadinya hipokalemia pada
pemberian diuretik disebabkan oleh:
- Peningkatan aliran urin dan natrium di tubulus distal, meningkatkan sekresi
kalium di tubulus distal.
- Peningkatan kadar bikarbonat (muatan negatip meningkat) dalam tubulus distal
akibat hambatan reabsorbsi di tubulus proksimal oleh penghambat karbonik
anhidrase akan me-ningkatkan sekresi kalium di tubulus distal.
- Diuretik osmotik akan menghambat reabsorbsi kalium di tubulus proksimal.
- Diuretik loop juga menghambat reabsorbsi kalium di thick ascending limb.
Hiperkalemia
Pemberian diuretik jenis potassium-sparing akan mening-katkan- kadar kalum
darah.
Ada 3 jenis diuretik ini yaitu Spiro-nolakton,. Amiloride, Triamterene.Kerja
Spironolakton ber-gantung pada tinggi rendahnya kadar Aldosteron. Amiloride
dan Triamterene tidak tergantung pada Aldosteron. Seluruhnya menghambat
sekresi kalium di tubulus distal. Kita harus berhati-hati atau sebaiknya diuretik
jenis ini tidak diberikan pada keadaan gagal ginjal, diabetes mellitus, dehidrasi
berat atau diberikan bersama preparat yang me-ngandung kalium tinggi.
Hiponatremia
Tanda-tanda hiponatremia akibat diuretika ialah kadar natrium urin > 20 mq/L,
kenaikan ringan ureum dan kreatinin, hipokalemia dan terdapat alkalosis
metabolik. Hiponatremia dapat memberikan gejala-gejala bahkan kematian.
Cepatnya penurunan kadar natrium (kurang dari 12 jam), kadar natrium < 110
meq/L, terdapat gejala susunan saraf pusat, merupakan pertanda buruk akibat
hponatremia. Keadaan ini harus di-tanggulangi secepatnya.
Deplesi Cairan
Pengurangan cairan ekstraseluler merupakan tujuan utama dalam pemakaian
diuretik. Keadaan ini sangat menguntungkan pada edema paru akibat payah
jantung. Pada keadaan sindrom nefrotik, terutama dengan hipoal-buminemi yang
berat, pemberian diuretik dapat menimbulkan syok atau gangguan fungsi ginjal.
Tidak dianjurkan penurunan berat b.adan lebih dari 1 kg sehari.
Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Diuretik penghambat karbonik anhidrase dapat menyebabkan asidosis metabolik
akibat dua proses di atas. Diuretik potassiumsparing menghambat sekresi ionH
se-hingga dapat menyebabkan asidosis metabolik. Asidosis metabolik yang
diakibatkan diuretik biasanya tidak disertai peninggian anion gap (Na (HCO3 +
Cl) < 16 mcq/L).
Gangguan Metabolik
a) Hiperglikemi
Diuretik dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa (hiperglikemi).
Hipokalemia akibat pemberian diuretik di-buktikan sebagai penyebab
gangguan toleransi ini (respon insulin terhadap glukosa pada fase I dan fase
II terganggu). Diuretik potassiumsparing tidak menyebabkan gangguan
toleransi glukosa.
b) Hiperlipidemia
Trigliserida, kolesterol, CholHDL, CholVLDL akan me-ningkat dan
CholHDL akan berkurang pada pemberian diuretik jangka lama (> 4
minggu).
c) Antagonis
Aldosteron akan menghambat ACTH, meng-ganggu hormon androgen (anti
androgen). Mengakibatkan terjadinya ginekomastia atau gangguan
menstruasi.
d) Hiperurikemia
Penggunaan diuretik dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat.
Karena terjadi pengurangan volume plasma maka filtrasi melalui glomerulus
berkurang dan absorbsi oleh tubulus meningkat. Dipengaruhi juga oleh ada
atau tidaknya hipo-natremi. Bila natrium dikoreksi, kliren asam urat akan di-
perbaiki.
e) Hiperkalsemia.
Pemberian diuretik tiasid akan meninggikan kadar kalsium darah. Ekskresi
kalsium melalui urin akan berkurang. Pe-ninggian kalsium darah ini
disebutkan juga mempunyai hu-bungan dengan keadaan hiperparatiroid.
Dari penelitian epidemiologi di Stockholm dilaporkan bahwa 70% dari
orang yang hiperkalsemi setelah mendapat diuretik, menderita adenoma
paratiroid.
f) Hipokalsemia.
Diuretik loop menyebabkan hipokalsemi akibat peningkatan ekskresi
kalsium melalui urin (Siregar, P., W.P., R. Oesman, R.P. Sidabutar , 2008).
Toksisitas
- Diuretik dapat menyebabkan nefritis intersiil akut melalui reaksi
hipersensitifitas.
- Dapat menginduksi terjadinya artritis goutdan pengeluaran batu asam urat
pada penderita dengan riwayat gout.
- Hipokalemi kronik akibat penggunaan diuretik dapat me-nimbulkan nefropati
hipokalemi.
- Diuretik loop terutama furosemid dapat menyebabkan ototoksisiti. Lebih nyata
lagi bila ada gagal ginjal. Gabungan dengan aminoglikosida dapat
menyebabkan ganggu-an menetap pada pendengaran (Siregar, P., W.P., R.
Oesman, R.P. Sidabutar , 2008).
Diuretik kuat bekerja dengan mengahambat reabsorpsi NaCl secara selektif di bagian
tebal ansa Henle bagian asendens. Karena kepastian reabsorpsi NaCl-nya besar di
segmen ini dan fakta bahwa diuresis tidak dibatasi oleh adanya asidosis seperti
penghambat karbonik anhidrase, obat-obat ini merupakan diuretik yang tersedia
paling efektif (Katzung, B.G., 1998).
Obat-obat ini menghambat sistem transpor pasangan Na+/K+/2Cl-. Dengan
menghambat pentraspor ini, diuretik tersebut menurunkan reabsorpsi NaCl dan juga
mengurangi potensial positif lumen normal yang didapat dari daur ulang K+. Diuretik
kuat bekerja dengan menghilangkan potensial positif lumen, menyebabkan
peningkatan ekskresi Mg2+ dan Ca2+ (Katzung, B.G., 1998).

G. Vitamin dan Mineral


1. Vitamin
Vitamin dibagi menjadi 2 golongan: yaitu
- Larut lemak : vit A, D, E dan K
- Larut air : vit B kompleks dan vit C
a. Tiamin (vitamin B1)
Kebutuhan sehari
Kebutuhan minimum adalah 0,3 mg/1000 kcal, sedangkanAKG di Indonesia
ialah 0,3-0,4 mg/hari untuk bayi, 1,0mg/hari untuk orang dewasa dan 1,2
mg/hari untuk wanitahamil.
Farmakokinetik
Pada pemberian parenteral, absorbsinya cepat dansempurna. Absorbsi per oral
maksimum 8-15 mg/hari yangdicapai dengan pemberian oral sebanyak 40 mg.
Dalam satuhari sebanyak 1 mg tiamin mengalami degradasi di jaringantubuh.
Efek samping
Meskipun jarang, reaksi anafilaktoid dapat terjadi setelah pemberian IV dosis
besar.
Sediaan
- Tiamin HCl (vit B1, aneurin HCl) tersedia dalam bentuktablet 5-500 mg,
larutan steril 100-200 mg untukpenggunaan parenteral, dan eliksir 2-25
mg/ml.
- dosis 2-5 mg/hari (pencegahan) dan 5-10 mg tiga kalisehari (pengobatan)
Indikasi
- Wanita hamil yang kurang gizi
- Penderita emesis gravidarum
b. Riboflavin (vitamin B2)
Kebutuhan sehari
Minimum 0,3 mg/1000 kcal.
Farmakokinetik
Pemberian secara oral atau parenteral akan diabsorbsidengan baik dan
distribusi merata di seluruh jaringan.
Indikasi
- Untuk pencegahan dan terapi defisiensi vitamin B2yang sering menyertai
pellagra atau defisiensi vitaminB-kompleks lainnya, sehingga riboflavin
diberikanbersama vitamin lainnya.
- Dosis untuk pengobatan adalah 5-10 mg/hari.
c. Asam Nikotinat (Niasin)
Kebutuhan sehari
Kebutuhan minimal asam nikotinat untuk mencegah pellagrarata-rata 4,4
mg/1000 kcal, pada dewasa asupan minimal 13mg.
Farmakokinetik
Niasin dan niasinamid mudah diabsorbsi. Ekskresinya melaluiurin, sebagian
kecil dalam bentuk utuh dan sebagian lainnyadalam bentuk berbagai
metabolitnya.
Sediaan dan posologi
- Tablet niasin mengandung 25-750 mg. Sediaan untuk injeksimengandung
50 atau 100 mg niasin/ml. Tablet niasinamid 50-1000 mg, dan larutan
untuk injeksi mengandung 100 mg/ml.
- Untuk pengobatan pellagra pada keadaan akut dianjurkandosis oral 50 mg
diberikan sampai 10 kali sehari, atau 25 mgniasin 2-3 kali sehari secara
intravena.
d. Piridoksin (vitamin B6)
Kebutuhan sehari
Kira-kira 2 mg/100 mg protein.
Farmakokinetik
Piridoksin, piridoksal dan piridoksamin mudah diabsorbsi melalui
salurancerna. Ekskresi melalui urin terutama dalam bentuk 4-asam
piridoksatdan piridoksal.
Efek samping
Dapat menyebabkan neuropati sensorik atau sindrom neuropati dalamdosis
antara 50 mg-2 g per hari untuk jangka panjang.
Sediaan dan indikasi
- Tablet piridoksin HCl 10-100 mg dan sebagai larutan steril 100
mg/mlpiridoksin HCl untuk injeksi.
- Untuk mencegah dan mengobati defisiensi vitamin B6 diberikan
bersamavitamin B lainnya atau sebagai multivitamin untuk pencegahan
danpengobatan defisiensi vitamin B-kompleks. Indikasi lain untuk
mencegahatau mengobati neuritis perifer oleh obat, misalnya setelah
pemberianobat isoniazid.
e. Asam pantotenat
Kebutuhan sehari
Kebutuhan sehari 5-10 mg.
Farmakokinetik
Pada pemberian oral, absorbsinya baik dan distribusinya ke seluruh tubuh
dengan kadar 2-45mcg/g. Ekskresi dalam bentuk utuh 70% melalui urindan
30% melalui tinja.
Sediaan
Dalam bentuk Ca-pantotenat 10 atau 30 mg dandalam bentuk larutan steril
untuk injeksi dengan kadar50 mg/ml.
f. Biotin
Gejala defisiensi biotin :dermatitis, sakitotot, rasa lemah, anoreksia,
anemiaringan.
Berfungsi sebagai koenzim pada berbagai reaksi karboksilasi
Jumlah biotin yang diperlukan sehariberkisar antara 150-300 g.
g. Kolin
Fungsinya:
- Sebagai prekursor asetilkolin.
- Dalam metabolisme lemak, kolin berkhasiat lipotropik(dapat menurunkan
kadar lemak dalam hati) dalampengobatan penyakit hati seperti sirosis
hepatis,hepatitis.
- Dalam metabolisme intermedier, sebagai donor metildalam pembentukan
berbagai asam amino esensial.
Kebutuhan
- Kebutuhan tubuh sehari-hari belum dapat ditentukan,tetapi dalam makanan
sehari-hari rata-rata terdapat500-900 mg.
- Penggunaan per oral cukup aman dengan LD50 200-400 g.
h. Vitamin C
Defisiensi
- Defisiensi dicegah dengan pemberian sayur-mayur atau buah-buahan
segar.
- Bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan
reduktor danantioksidan.
- Gejala awal adalah malaise, mudah tersinggung, gangguan emosi,
artralgia, hiperkeratosisfolikel rambut, perdarahan hidung dan petekie.
Skorbut terlihat bila kadar vitamin C padaleukosit dan trombosit < 2 mg/dl
dan ini terjadi setelah mendapat diet yang tidakmengandung vitamin C
selama 3-5 bulan. Orang tua, alkoholisme, penderita penyakitmenahun
sangat peka terhadap timbulnya skorbut.
Farmakokinetik
Mudah diabsorbsi melalui saluran cerna. Ekskresi melalui urine dalam bentuk
utuh danbentuk garam sulfatnya terjadi jika kadar dalam darah melewati
ambang rangsang ginjal 1,4mg%.
Kebutuhan sehari
AKG vitamin C ialah 35 mg untuk bayi dan meningkat sampai kira-kira 60 mg
pada dewasa.Kebutuhan akan vitamin C meningkat 300-500% pada penyakit
infeksi, tuberkulosis, tukakpeptik, penyakit neoplasma, pasca bedah atau
trauma, pada hipertiroid, kehamilan danlaktasi. Pada masa hamil dan laktasi
diperlukan tambahan vitamin C 10-25 mg/hari.
Efek samping
Dosis lebih dari 1 g/hari dapat menyebabkan diare dan dapat meningkatkan
bahayaterbentuknya batu ginjal, karena sebagian vit C dimetabolisme dan
diekskresi sebagaioksalat.
Sediaan dan indikasi
Dalam bentuk tablet & larutan mengandung 50-1500 mg. Untuk sediaan
suntik mengandung vitamin C 100-500 mg. Vitamin C diindikasikan untuk
pencegahan dan pengobatan skorbut.
i. Vitamin A
Sumber
- berasal dari karoten (provitamin A)
- terdapat pada mentega, telur, hati dan daging
- terdapat dalam beberapa bentuk, misalnya retinol (vitamin A1) dan 3-
dehidroretinol (vitamin A2). Asam retinoat (tretinoin, isotretinoin)
merupakan hasiloksidasi group alkohol dari retinol.
Farmakodinamik
- untuk regenerasi pigmen retina mata dalam proses adaptasi gelap.
- Retinol (vitamin A1) memegang peranan penting pada kesempurnaan
fungsi danstruktur sel epitel, karena retinol berperan dalam diferensiasi sel
dan proliferasiepitel.
- Vitamin A juga diperlukan untuk pertumbuhan tulang, alat reproduksi dan
perkembangan embrio.
Defisiensi
Terjadi bila :
- kesanggupan tubuh untuk menyimpan vitamin A terganggu (sirosis hati)
- terdapat defisiensi protein (transport)
- absorpsi di usus terganggu
- asupan vitamin A yang kurang.
Gejala yang paling dini berupa buta senja. . Defisiensi lebih berat
menyebabkan gangguan pada mata yang berupa xeroftalmia, timbulnya bercak
Bitot, keratomalasia, dan akhirnya kebutaan.
- Hipervitaminosis A
- terjadi akibat penggunaan vitamin A lebihdari 700-3000 IU/kg/hari
untuk beberapabulan sampai beberapa tahun.
- kerusakan hati pada anak dapat timbulkarena penggunaan vitamin A
dengandosis yang sesuai AKG untuk orangdewasa selama beberapa
tahun dandengan dosis 5 kali AKG selama 7-10tahun pada orang
dewasa.
Kebutuhan manusia
- wanita 500 RE dan pria 600 RE.
- Dosis karoten yang diperlukan kurang lebih 2 kali dosis vitamin A.
-
Farmakokinetik
- diabsorpsi sempurna melalui saluran cerna dan kadarpuncak dalam plasma
setelah 4 jam
- Absorpsi berkurang bila diet kurang mengandungprotein, atau pada penyakit
infeksi tertentu, dan padapenyakit hati seperti hepatitis, sirosis hati atau
obstruksibiliaris.
- disimpan di dalam hati sebagai palmitat, dalam jumlahkecil ditemukan juga di
ginjal, adrenal, paru, lemakintraperitoneal dan retina.
Indikasi
- untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin A.
- tetapi retinol sejumlah 20.000 IU/hari selama 1 atau 2bulan pada bayi atau
anak sehat dengan makanan yangbaik dapat menimbulkan gejala keracunan.
- Gejala defisiensi vitamin A pada anak diberikan secarasuntikan sebanyak
100.000 unit untuk satu kalipemberian dan dilanjutkan dengan pemberian
oral.Tambahan suntikan 20.000 unit tiap minggu dapatdianjurkan.
- Pemberian vitamin E bersama dengan vitamin A dapatmeningkatkan
efektivitas vitamin A dan mencegah ataumengurangi kemungkinan terjadinya
hipervitaminosis A.
- Vitamin A juga digunakan untuk pengobatan penyakitkulit tertentu seperti
akne, psoriasis, dan iktiosis.
Posologi
- tersedia secara oral, suntikan dan topikal.
- Vitamin A kapsul mengandung 3-15 mg retinol (10.000-
- 50.000 IU) per kapsul.
- Pada defisiensi berat, dosis pemberian IM pada orangdewasa dan anak berusia
lebih dari 8 tahun: 50.000-100.000 IU/hari selama 3 hari diikuti dengan 50.000
IU/hari untuk 2 minggu. Pada anak 1-8 tahun diberikan dosis 5.000-15.000
IU/hari untuk 10 hari dan bayi 5.000-
- 10.000 IU/hari untuk 10 hari.
- Dosis oral pada orang dewasa dan anak lebih dari 8tahun ialah 100.000
IU/hari selama 3 hari diikuti dengan50.000 IU/hari selama 2 minggu,
dilanjutkan dengan10.000-20.000 IU/hari untuk 2 bulan.
j. Vitamin D
Berguna untuk mencegah dan mengobatirakitis (dicegah ataupun diobati
denganminyak ikan atau dengan sinar matahariyang cukup).
Farmakodinamik
- Pengatur homeostatik kalsium plasma.
- Meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfatmelalui usus halus.
- Pengaturan kadar kalsium plasmadipengaruhi juga oleh hormon
paratiroid(HPT) dan kalsitonin.
Defisiensi
- Terjadi penurunan kadar kalsium plasma, selanjutnyamerangsang sekresi
HPT yang berakibat meningkatnyareabsorpsi tulang.
- Pada bayi dan anak mengakibatkan gangguan pertumbuhan tulang
(penyakit rakitis).
- Berkurangnya kalsifikasi menyebabkan deformitas tulang seperti kifosis,
skoliosis, tulang tasbeh pada dada, kraniotabes pada anak usia dibawah 1
tahun dan genu varus atau genu valgus pada anak yang sudah dapat
berjalan.
Hipervitaminosis D
Gejalanya berupa hiperkalsemia, kalsifikasi ektopik pada jaringan lunak
(ginjal, pembuluh darah, jantung dan paru), anoreksia, mual, diare, sakit
kepala, hipertensi dan hiperkolesterolemia.
Kebutuhan sehari
400 unit/hari.
Farmakokinetik
- Absorpsi melalui saluran cerna cukup baik. Vitamin D3 diabsorpsi lebih
cepat dan sempurna.
- Gangguan fungsi hati, kandung empedu dan saluran cerna seperti steatore
akan mengganggu absorpsi vitamin D.
- Disimpan dalam bentuk inert di dalam tubuh, untuk menjadi bentuk aktif
harus dimetabolisme
- lebih dahulu melalui serangkaian proses hidroksilasi di ginjal dan hati.
- Ekskresi melalui empedu dan dalam jumlah kecil ditemukan dalam urine.
Sediaan dan indikasi
- Tersedia dalam beberapa macam bentuk sediaan
- Selain untuk pencegahan dan pengobatan rakitis, vitamin D antara lain
digunakan
- untuk osteomalasia, hipoparatiroidisme dan tetani infantil, dan untuk
keadaan lain dengan alasan penggunaan yang belum atau tidak diketahui
misalnya pada psoriasis, artritis, dan hay fever.
- Pada rakitis, dosis 1.000 unit/hari akan mengembalikan kadar kalsium dan
fosfat plasma menjadi normal setelah 10 hari, sedangkan hasil
pemeriksaan radiologik akan menunjukkan penyembuhan dalam waktu 3
minggu.
- Hipoparatiroidisme diperlukan 50.000-250.000 unit (dosis penunjang).
- Tambahan vitamin D diperlukan pada masa hamil, laktasi dan pada orang
tua agar asupan vitamin D per hari 400 IU.
- Pada bayi prematur atau bayi yang mendapat ASI dalam jumlah yang tidak
cukup diperlukan dosis pencegahan 400 IU/hari.
- Bayi yang kemungkinan besar mengalami rakitis (sindrom malabsorpsi,
lahir dari ibu yang mengalami defisiensi vitamin D) memerlukan sampai
30.000 IU/hari.
k. Vitamin E
Terdapat pada telur, susu, daging, buah-buahan, kacang-kacangan dan sayur-
sayuran, misalnya selada dan bayam.
Farmakodinamik
- Sebagai antioksidan, mencegah oksidasi bagian sel yang penting atau
mencegah terbentuknya hasil oksidasi yang toksik (hasil peroksidasi asam
lemak tidak jenuh).
- Defisiensi biasanya lebih sering disebabkan oleh gangguan absorpsi,
misalnya steatore, obstruksi biliaris dan penyakit pankreas.
- Bayi prematur dengan makanan yang kaya asam lemak tidak jenuh ganda
dan kurang vitamin E akan mengalami lesi kulit, anemia hemolitik dan
udem.
Kebutuhan sehari
Asupan 10-30 mg cukup untuk mempertahankan kadar normal di dalam darah.
Farmakokinetik
- Diabsorpsi baik melalui saluran cerna. Dalam darah terutama terikat
dengan beta-lipoprotein dan didistribusi ke semua jaringan.
- Kebanyakan diekskresi secara lambat ke dalam empedu, sedangkan
sisanya diekskresi melalui urine sebagai glukuronida dari asam tokoferonat
atau metabolit lain.
Sediaan dan indikasi
- Terdapat dalam bentuk d atau campuran d dan I isomer dari tokoferol, -
tokoferol asetat, -tokoferol suksinat.
- Sediaan oral (tablet dan kapsul) mengandung 30-
- IU. Suntikan (larutan) mengandung 100 atau 200 IU/ml.
- Indikasi pada keadaan defisiensi yang dapat terlihat dari kadar serum yang
rendah dan atau
- peningkatan fragilitas eritrosit terhadap hydrogen peroksida (pada bayi
prematur dengan berat badan yang rendah, pada penderita-penderita
dengan sindrom malabsorpsi dan steatore, dan penyakit dengan gangguan
absorpsi lemak).
l. Vitamin K
Vitamin K alam:
- vitamin K1 (filokuinon=fitonadion) Digunakan untuk pengobatan Terdapat
pada kloroplas sayuran berwarna hijau dan buah-buahan.
- vitamin K2 (senyawa menakuinon) Disintesis oleh bakteri usus terutama
oleh bakteri gram-positif.
Farmakodinamik
Berguna untuk meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan darah
yaitu protrombin, faktor VII (prokonvertin), farktor IX (faktor Christmas) dan
faktor X (faktor Stuart) yang berlangsung di hati.
Kebutuhan manusia
Sintesis vitamin K oleh bakteri usus sekitar 50% dari kebutuhan vitamin K per
hari. Lanjutan Vitamin K
Defisiensi
- Menyebabkan hipoprotrombinemia dan menurunnya kadar beberapa faktor
pembekuan darah
- Defisiensi vitamin K terjadi karena:
1. Gangguan absorbsi vitamin K
2. Berkurangnya bakteri yang mensintesis
3. Pemakaian antikoagulan
Farmakokinetik
- Absorpsi melalui usus sangat tergantung dari kelarutannya.
- Absorpsi filokuinon dan menakuinon berlangsung baik bila ada garam-
garam empedu, sedangkan menadion dan derivatnya yang larut air dapat
diabsorpsi walaupun tidak ada empedu. Lanjutan Vitamin K
Sediaan dan indikasi
- Tablet fitonadion 5 mg. Emulsi fitonadion mengandung 2 atau 10
mg/ml(parenteral)
- Tablet menadion 2,5 dan 10 mg. Larutan menadion dalam minyak yang
mengandung 2, 10, dan 25 mg/ml (IM)
- Tablet menadion natrium bisulfit 5 mg. Larutan menadion natrium bisulfit
mengandung 5 dan 10 mg/ml (parenteral)
- Tablet menadiol natrium difosfat 5 mg. Larutan menadiol natrium difosfat
yang mengandung 5 dan 10 mg/ml (parenteral)
- Berguna untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi
vitamin K.
- Pada bayi baru lahir hiprotrombinemia terjadi karenab belum adanya
bakteri yang mensintesis vitamin K dan tidak adanya depot vitamin K.
Filokuinon merupakan obat terpilih untuk tindakan pencegahan tersebut
dan diberikan sejumlah 0,5-1 mg IM atau IV segera setelah bayi
dilahirkan.
- Dilakukan juga pada bayi prematur atau bayi aterm yang dilahirkan
dengan bantuan forseps atau ekstraksi vakum, dan diberikan dengan dosis
2,5 mg untuk 3 hari berturutturut.
- Untuk pengobatan perdarahan pada bayi dapat diberikan 1 mg IM atau IV
dan bila perlu dapat diulangi setelah 8 jam.
2. Mineral
a. Kalsium
- Untuk absorpsi diperlukan vitamin D
- Kebutuhan kalsium meningkat pada masa pertumbuhan, selama laktasi dan
pada wanita pascamenopause.
- Bayi yang mendapat susu buatan memerlukan tambahan kalsium.
b. Fosfor
- Terdapat pada semua jaringan tubuh dan di dalam tulang dan gigi dalam
jumlah yang hampir sama dengan kalsium.
- Fosfor penting sebagai buffer cairan tubuh.
- Perbandingan kandungan kalsium dan fosfor dalam makanan dianjurkan 1
: 1.
c. Magnesium
- Magnesium mengaktivasi banyak system enzim (misalnya alkali fosfatase,
leusin aminopeptidase) dan merupakan kofaktor yang penting pada
fosforilasi oksidatif, pengaturan suhu tubuh, kontraktilitas otot dan
kepekaan saraf.
- Hipomagnesemia meningkatkan kepekaan saraf dan transmisi
neuromuskuler. Pada keadaan defisiensi berat mengakibatkan tetani dan
konvulsi.
d. Kalium
- Perbedaan kadar kalium (kation utama dalam cairan intrasel) dan natrium
(kation utama dalam cairan ekstrasel) mengatur kepekaan sel, konduksi
impuls saraf dan keseimbangan dan volume cairan tubuh.
- Hipokalemia dapat terjadi pada anak-anak yang makanannya tidak
mengandung protein. Penyebab hipokalemia yang paling sering adalah
terapi diuretik terutama tiazid.
- Penyebab hipokalemia lain adalah diare yang berkepanjangan terutama
pada anak, hiperaldosteronisme, terapi cairan parenteral yang tidak tepat
atau tidak mencukupi, penggunaan kortikosteroid atau laksan jangka lama.
- Hiperkalemia disebabkan gangguan ekskresi kalium oleh ginjal yang dapat
terjadi pada pasien dengan insufisiensi korteks adrenal, gagal ginjal akut,
gagal ginjal kronik terminal, suplementasi vitamin K yang tidak sesuai
dosis atau indikasinya, atau penggunaan antagonis aldosteron
e. Natrium
- Natrium penting untuk membantu mempertahankan volume dan
keseimbangan cairan tubuh.
- Kadarnya dalam cairan tubuh diatur oleh mekanisme homeostatik.
- Pembatasan natrium seringkali dianjurkan pada pasien gagal jantung
kongestif, sirosis hati dan hipertensi.
H. Nutrisi Parenteral
Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernakan (Wiryana, 2007). Nutrisi
parenteral diberikan apabila usus tidak dipakai karena suatu hal misalnya: malformasi
congenital intestinal, enterokolitis nekrotikans, dan distress respirasi berat. Nutrisi
parsial parenteral diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapitidak dapat mencukupi
kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ( Setiati, 2000). Nutrisi ini juga
dapat diberikan kepada mereka yang menjalani kemoterapi dosis tinggi atau radiasi dan
transplantasi sumsum tulang. Juga disebut hiperalimentasi atau nutrisi parenteral total.
Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak dapat dipenuhi
dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk memberikan nutrisi enteral walaupun parsial
dan tidak adekuat dengan suplemen nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada
setiap pasien dilakukan dengan tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteralsecepat
mungkin. Pada pasien IRIN, kebutuhan dalam sehari diberikan lewat infuse secara
kontinyu dalam 24 jam. Monitoring terhadap faktorbiokimia dan klinis harus dilakukan
secara ketat. Hal yang paling ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN)
melalui vena sentral adalah infeksi (Ery Leksana, 2000)
Berdasarkan cara pemberian nutrisi parenteral dibagi atas: nutrisi parenteral sentral
dan nutrisi parenteral perifer.
Indikasi Nutrisi Parenteral :
a) Gangguan absorbs makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia intestinal,
colitis infeksiosa, obstruksi usus halus.
b) Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pancreatitis berat, status pre
operatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, diare berulang.
c) Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan
d) Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemisis gravidarum
(Wiryana, 2007)

I. Vaksin dan Imunisasi


3. Penggolongan Vaksin
a. Berdasarkan asal antigen
Berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan (live attenuated)
- Virus : Polio (OPV), Campak, Yellow Fever
- Bakteri : BCG
Berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated)
- Seluruh partikel diambil:
Virus : IPV (Inactivated Polio Vaccine), Rabies
Bakteri: Pertusis
- Sebagian partikel diambil:
Berdasarkan protein:
a) Sub Unit : Aseluler Pertusis
b) Toxoid: DT
Berdasarkan Polisakarida
a) Murni: Meningicocal
b) Gabungan : Hib (Haemofilus Influenza type B)
Rekombinan (rekayasa genetika): Hepatitis B
b. Berdasarkan Sensifitas terhadap suhu
Vaksin sensitive suhu beku, yaitu golongan vaksin yang akan rusak terhadap
suhu dingin di bawah 0 oC, seperti: Hepatitis B, DPT/HB, DT, TT
Vaksin sensitife Panas, yaitu golongan vaksin yang akan rusak terhadap
paparan panas yang berlebihan, seperti, Polio, Campak, dan BCG
4. Jenis Vaksin
a. Vaksin BCG Kering
Deskripsi
Vaksin ini adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung
Mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan (Bacillus Calmette
Guerin = BCG) dari strain Paris No. 1173-P2.
Indikasi
Untuk Imunisasi aktif terhadap tuberkulosa.
Komposisi
Setelah dilarutkan dengan 4 ml pelarut, tiap ml vaksin mengandung:
- Basil BCG hidup 0,375 mg
- Natrium Glutamat 1,875 mg
- Natrium klorida 9 mg
Dosis dan Cara Pemberian
Tambahkan pelarut ke dalam ampul berisi vaksin BCG beku kering dengan
alat suntik yang steril dan kering dan jarum yang panjang. Untuk bayi ( 1
tahun) tambahkan 4 ml pelarut dan untuk anaktambahkan 2 ml pelarut.
Disuntikkan secara intrakutan di daerah insertion M. Deltoideus.
Dengan dosis:
- Bayi 1 tahun : 0,05 ml
- Anak > 1 tahun : 0,1 ml
Efek Samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam.
Satu hingga dua minggu kemudian timbul indurasi dan eriterna di tempat
suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi ulkus. Luka
ini tidak memerlukan pengobatan, akan sembuh secara spontan dan
meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar
regional di ketiak dan/atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak
menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan, dan
akan menghilang dengan sendirinya. Sekalipun sangat jarang, karena dosis
berlebihan atau suntikan terlalu dalam (subkutan) pada bayi < 1 tahun kadang-
kadang dapat terjadi limfadenitis supurativa. Proses ini bersifat tenang dan
akan sembuh spontan sekalipun tanpa pengobatan.
Kontraindikasi
Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti eksim, furunkulosis dan
sebagainya, serta orang yang sedang menderita TBC.
Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin harus disimpan pada suhu 2o-8oC. Lebih baik dalam freezer.
Pengangkutan dalam keadaan dingin (2o-8oC) dan terhindar dari sinar matahari
langsung/tidak langsung Daluarsa : 1 tahun
Vaksin yang sudah dilarutkan:
Harus dipakai dalam waktu 3 jam, dan selama waktu tersebut, vaksin harus
dalam keadaan dingin (2o-8oC, jangan disimpan di dalam freezer)
Setelah 3 jam, bila ada sisa jangan dipakai lagi.
Kemasan
Vaksin BCG kering beku ini tersedia dalam kemasan ampul dengan 4 ml
pelarut dalam ampul.
b. Vaksin Jerap Difteri Tetanus
Deskripsi
Vaksin DT adalah vaksin yang mengandung toksoid Difteri dan Tetanus yang
telah dimurnikan yang teradsorbsi ke dalam 3mg/ml aluminium
fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi komponen
vaksin per dosis sedikitnya 30 IU (International Unit) untuk potensi toksoid
Difteri dan sedikitnya 40 IU untuk potensi toksoid Tetanus.
Indikasi
Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri dan tetanus.
Komposisi
Tiap ml mengandung:
Toksoid Difteri yang dimurnikan 40 Lf.
Toksoid tetanus yang dimurnika 15 Lf.
Aluminium fosfat 3 mg
Thimerosal 0,1 mg
Dosis dan Cara Pemberian
Vaksin harus dikocok dulu sebelum digunakan untuk menghomogenkan
suspense. Vaksin harus disuntikkan secara intra muskuler atau subkutan yang
dalam. Jarum suntik dan syringe yang steril harus digunakan pada setiap
penyuntikan. Vaksin DT dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun. Untuk
individu usia 8 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin jerap Td.
Vaksin DT lebih dianjurkan untuk diberikan pada usia anak-anak daripada
vaksin DTP jika terjadi kontraindikasi terhadap komponen pertusis. Untuk
anak-anak sedikitnya 3 kali penyuntikan secara intramuskuler dengan dosis
0,5 ml dengan interval 4 minggu. Vaksin DT dapat diberikan secara
bersamaan dengan vaksin BCG, Campak, Rubella, Mumps, Polio (OPV dan
IPV), Hepatisis B, Hib, dan Yellow Fever.
Efek Samping
Gejala-gejala seperti lemas, dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
Kontraindikasi
Dosis kedua atau selanjutnya dari vaksin DT jangan diberikan pada anak yang
menderita gejala-gejala berat setelah pemberian dosis sebelumnya. Seseorang
yang terinfeksi dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) baik tanpa
gejala maupun dengan gejala, imunisasi DT harus berdasarkan jadual standar
tertentu.
Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin DT harus disimpan dan ditransportasikan pada kondisi suhu 2 o-8oC,
tidak boleh dibekukan. Daluarsa : 2 tahun
Kemasan
Vaksin DT tersedia dalam vial 10 dosis
5. Vaksin Jerap Difteri Tetanus Pertusis
Deskripsi
Vaksin DTP adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang
dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang teradsorbsi ke
dalam 3 mg/ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai
pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU
difteri, dan 60 IU tetanus.
Indikasi
Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus dab batuk rejam.
Komposisi
Tiap ml mengandung:
Toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf.
Toksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf.
C. Pertussis yang diinaktivasi 24 OU
Aluminium fosfat 3 mg
Thimerosal 0,1 mg
Dosis dan Cara Pemberian
Vaksin harus dikocok dulu untuk menghomogenkan suspense. Vaksin harus
disuntikkan secara intramuskuler atau secara subkutan yang dalam. Bagian
anterolateral paha atas merupakan bagian yang direkomendasikan untuk
tempat penyuntikan. (Penyuntikan di bagian pantat pada anak-anak tidak
direkomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul). Tidak boleh
disuntikkan pada kulit karena dapat menimbulkan reaksi local. Satu dosis
adalah o,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan
syringe yang steril.
Di Negara-negara dimana pertussis merupakan ancaman bagi bayi muda,
imunisasi DTP harus mulai sesegera mungkin dengan dosis petama diberikan
pada usia 6 minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan dengan interval masing-
masing 4 minggu. Vaksin DPT dapat diberikan secara aman dan efektif pada
waktu yang bersamaan dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio, Hepatitis B,
Hib, dan vaksin Yellow Fever.
Efek Samping
Terjadinya gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam,
kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti
demam tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah
imunisasi. Menurut dugaan komplikasi neurologis yang disebabkan oleh
komponen pertusis sangat jarang terjadi, observasi yang telah dilakukan
menunjukkan gejala ini jarang terjadi jika dibandingkan dengan gejala-gejala lain
yang ditimbulkan oleh imunisasi DTP.
Kontraindikasi
Terdapat beberapa kontra indikasi yang berkaitan dengan suntikan pertama DTP.
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala-gejala
serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi dari komponen
pertussis. Imunisasi DTP kedua tidak boleh diberikan kepada anak yang
mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama DTP. Komponen pertussis
harus dihindarkan, dan hanya dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini.
Untuk individu penderita HIV baik dengan gejala maupun tanpa gejala harus
diberi imunisasi DTP sesuai dengan standar jadual tertentu.
Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin DTP harus disimpan dan ditransportasikan pada suhu 2oC-8oC tidak boleh
dibekukan Daluarsa : 2 tahun
Kemasan
Vaksin tersedia dalam kemasan vial 10 dosis
6. Vaksin Jerap Tetanus
Deskripsi
Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah
dimurnikan yang teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal
0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung
potensi sedikitnya 40 IU. Vaksin TT Digunakan untuk pencegahan tetanus
pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi wanita usia subur, dan juga
untuk pencegahan tetanus.
Indikasi
Untuk imunisasi aktif terhadap tetanus
Komposisi
Tiap ml mengandung:
Toksoid tetanus yang dimurnikan 20 Lf.
Aluminium fosfat 3 mg
Thimerosal 0,1 mg
Dosis dan Cara Pemberian
Vaksin harus dikocok dulu sebelum digunakan untuk menghomogenkan
suspense. Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau subkutan yang
dalam. Jarum suntik dan syringe yang streil harus digunakan pada setiap
penyuntikan.
Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/tetanus neonatal terdiri dari
2 dosis primer 0,5 ml yang diberikan secara intramuskuler atau subkutan yang
dalam dengan interval 4 minggu yang dilanjutkan dengan dosis ketiga pada 6
12 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus
pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis TT. Dosis keempat
diberikan 1 tahun setelah dosis ketiga, dan dosis kelima diberikan 1 tahun
setelah dosis keempat. Imunisasi TT dapat secara aman diberikan selama masa
kehamilan bahkan pada periode trimester pertama.
Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas,
dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-
kadang gejala demam. Imunisasi TT aman diberikan selama periode
kehamilan.
Kontraindikasi
Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT. Bagi Individu yang terinfeksi
oleh virus HIV baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi TT
harus berdasarkan standar jadual tertentu.
Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin TT harus disimpan dan ditransportasikan pada kondisi suhu 2 oC-8 oC.
Tidak boleh dibekkan Daluarsa : 2 tahun
Kemasan
Vaksin TT tersedia dalam vial 10 dosis dan 20 dosis
7. Vaksin Tetanus Toksoid-Uniject
Deskripsi
Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah
dimurnikan yang teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal
0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung
potensi sedikitnya 40 IU. Vaksin TT digunakan untuk mencegah tetanus pada
bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi wanita usia subur, dan juga untuk
pencegahan tetanus.
Indikasi
Untuk Imunisasi aktif terhadap tetanus
Komposisi
Tiap ml mengandung:
Toksoid tetanus yang dimurnikan 20 Lf.
Aluminium fosfat 3 mg
Thimerosal 0,1 mg
Dosis dan Cara Pemberian
Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau subkutan yang dalam.
Jarum suntik dan syringe yang steril harus digunakan pada setiap penyuntikan.
Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/tetanus neonatal terdiri dari
2 dosis primer 0,5 ml yang diberikan secara intramuskuler atau subkutan yang
dalam dengan interval 4 minggu yang dilanjutkan dengan dosis ketiga pada 6
12 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus
pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis TT. Dosis keempat
diberikan 1 tahun setelah dosis ketiga, dan dosis kelima diberikan 1 tahun
setelah dosis keempat. Imunisasi TT dapat secara aman diberikan selama masa
kehamilan bahkan pada periode trimester pertama.
Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas,
dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-
kadang gejala demam. Imunisasi TT aman diberikan selama periode
kehamilan.
Kontraindikasi
Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT. Bagi Individu yang terinfeksi
oleh virus HIV baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi TT
harus berdasarkan standar jadual tertentu.
Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin TT harus disimpan dan ditransportasikan pada kondisi suhu 2 oC-8 oC.
Tidak boleh dibekkan Daluarsa : 2 tahun
Kemasan
Vaksin TT tersedia dalam Uniject 0,5 ml
8. Vaksin Polio Oral
Deskripsi
Vaksin oral polio hidup adalah vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari
suspensi viruspoliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (Strain Sabin) yang sudah
dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan
sukrosa. Vaksin oral polio ini telah memenuhi persyaratan WHO. (WHO-
TRS:800,1990)
Indikasi
Imunisasi aktif terhadap poliomyelitis
Komposisi
Tiap dosis (2 tetes=0,1 ml) mengandung virus polio tidak kurang dari:
Tipe1 : 106,0 CCID50
Tipe2 : 105,0 CCID50
Tipe3 : 105,8 CCID50
Dosis dan Cara Pemberian
Vaksin polio harus diberikan secara oral sebanyak 2 tetes langsung ke dalam
mulut melalui pipet atau dispenser. Harus dijaga jangan sampai vaksin dalam
dropper multi dose terkontaminasi oleh air liur.
Bayi harus menerima minimal 3 dosis OPV dengan interval minimum 4
minggu. Di daerah non endemic, dosis pertama diberikan mulai usia 6 minggu
bersamaan dengan dosis pertama DTP. Di daerah endemic, diperlukan dosis
ekstra yang diberikan segera setelah bayi dilahirkan. OPV tetap aman dan
efektif jika diberikan pada waktu bersamaan dengan pemberian vaksin
Campak, DTP, DT, Td, TT, BCG, Hepatitis B dan Yellow Fever.
Efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis
yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 :
1.000.000: Bull WHO 66: 1988).
Kontra Indikasi
Vaksin jangan diberikan pada individu yang menderita immune deficiency.
Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian OPV pada anak
yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita
diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. Bayi yang
mengidap HIV baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV
dilakukan berdasarkan jadual standar tertentu.
Penyimpanan dan Daluarsa
Jika disimpan pada suhu -20 oC atau lebih rendah, potensi vaksin sesuai yang
tertera pada vial di atas sampai masa daluarsa. Tidak boleh disimpan pada
suhu 2o-8 oC selama periode waktu lebih dari 6 bulan. Bila vaksin sudah
dibuka dan disimpan pada suhu 2 o- 8 oC, potensi vaksin bertahan untuk
selama 7 hari.
Daluarsa tergantung dari penyimpanan: -20 oC daluarsa : 2 tahun, 2o- 8 oC
daluarsa : 6 bulan
Kemasan
Vaksin tersedia dalam kemasan 20 dosis yang masing-masing dilengkapi 1
buah dropper.

9. Vaksin Campak Kering


Deskripsi
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis
(0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM
70, dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu
erythromycin. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan
hanya dengan pelarut steril yang tersedia secara terpisah untuk tujuan tersebut.
Vaksin ini telah memenuhi persyaratan WHO untuk vaksin campak.
Indikasi
Untuk Imunisasi aktif terhadap penyakit campak.
Komposisi
Tiap dosis vaksin yang sudah dilarutkan mengandung:
Virus Campak 1.000 CCID50
Kanamycin sulfat 100 mcg
Erithromycin 30 mcg
Dosis dan Cara Pembuatan
Imunisasi Campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara Subkutan,
lebih baik pada lengan atas. Pada setiap penyuntikan harus menggunakan
jarum dan syringe yang steril. Vaksin yang telah dilarutkan hanya dapat
digunakan pada hari itu juga (maksimum 8 jam) dan itupun berlaku hanya jika
vaksin selama waktu tersebut disimpan pada suhu 2o-8oC serta terlindungi dari
sinar matahari. Pelarut harus disimpan pada suhu sejuk sebelum digunakan.
Satu dosis vaksin campak cukup untuk membentuk kekebalan terhadap
infeksi. Di Negara-negara dengan angka kejadian dan kematian karena
penyakit campak tinggi pada tahun pertama setelah kelahiran, maka
dianjurkan imunisasi terhadap campak sedini mungkin setelah usia 9 bulan
(270 hari). Di Negara-negara yang kasus campaknya sedikit, maka imunisasi
boleh dilakukan lebih dari usia tersebut. Vaksin campak tetap aman dan efektif
jika diberikan bersamaan dengan vaksin-vaksin DT, Td, TT, BCG, Polio
(OPV dan IPV), Hepatisis B, dan Yellow Fever.
Efek Samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3
hari yang terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. Terjadinya Encephalitis setelah
vaksinasi pernah dilaporkan yaitu dengan perbandingan 1 kasus per 1 juta
dosis yang diberikan.
Kontraindikasi
Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan pemberian vaksin
campak. Walaupun berlawanan penting untuk mengimunisasi anak yang
mengalami malnutrisi. Demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas atau
diare, dan beberapa penyakit ringan lainnya jangan dikategorikan sebagai
kontraindikasi. Kontraindikasi terjadi bagi individu yang diketahui alergi berat
terhadap kanamycin dan erythromycin. Karena efek vaksin virus campak
hidup terhadap janin belum diketahui, maka wanita hamil termasuk
kontraindikasi. Vaksin campak kontraindikasi terhadap Individu pengidap
virus HIV atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena
leukemia, lymphoma atau generalized malignancy.
Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin campak beku kering harus disimpan pada suhu di bawah 8 oC (lebih
baik kalau di bawah 0 oC) sampai ketika vaksin akan digunakan. Tingkat
stabilitas akan lebih baik jika vaksin (bukan pelarut) disimpan pada suhu -
20 oC. Pelarut tidak boleh dibekukan tetapi disimpan pada kondisi sejuk
sampai dengan ketika akan digunakan. Vaksin harus terlindung dari sinar
matahari. Daluarsa : 2 tahun
Kemasan
Vaksin tersedia dalam kemasan vial 10 dosis + 5 ml pelarut dalam ampul.
10. Vaksin Hepatisis B Rekombinan
Deskripsi
Vaksin Hepatisis B Rekombinan yang telah diinaktivasi dan bersifat non-
infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula
polymorpha menggunakan teknologi DNA rekombinan. Vaksin ini merupakan
suspensi berwarna putih yang diproduksi dari jaringan sel ragi yang
mengandung gen HBsAg, yang dimurnikan dan diinaktivasi melalui beberapa
tahap proses fisika kimia seperti ultrasentrifuse, kromatografi kolom, dan
perlakuan dengan formaldehid.
Indikasi
Untuk imunisasi aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus lain seperti
virus Hepatisis A, Hepatisis C atau virus lain yang diketahui dapat
menginfeksi hati. Dapat diberikan pada semua usia dan direkomendasikan
terutama untuk orang-orang yang mempunyai resiko tinggi terinfeksi virus
Hepatisis B, seperti: petugas kesehatan, pasien transfusi darah, petugas
lembaga permasyarakatan, penyalahgunaan obat suntik, dan sebagainya.
Komposisi
- Setiap 1 ml vaksin mengandung HBsAg 20 mcg yang teradsorbsi pada
Aluminium hidroksida 0,5 mg.
- Setiap 0,5 ml vaksin mengandung HBsAg 10 mcg yang teradsorbsi pada
Aluminium hidrosida 0,25 mg.
- Seluruh formulasi mengandung Thimerosal 0,01 w/v% sebagai pengawet.
Dosis dan Cara Pemberian
Vaksin Hepatisis B disuntikkan secara intramuskuler, jangan disuntikkan
secara intravena atau intradermal. Dosis untuk dewasa ( 10 tahun) 1,0 ml.
Sedangkan dosis untuk bayi/anak (<10 tahun) 0,5 ml. Pada Anak/Dewasa > 1
tahun sebaiknya disuntikkan pada otot deltoid, sedangkan pada bayi sebaiknya
pada anterolateral paha. Vaksin Hepatisis B rekombinan dapat diberikan secara
subkutan khusus pada pasien yang mempunyai kecendrungan perdarahan berat
(seperti hemofilia). Vaksin harus dikocok dahulu sebelum digunakan.
Vaksinasi dasar terdiri dari 3 dosis intramuskuler dengan jadual 0-1-6 bulan.
Vaksinasi ulang diperlukan setiap 5 tahun setelah vaksinasi dasar.
Vaksin Hepatisis B Rekombinan dapat diberikan serempak dengan Hepatisis B
immunoglobulin pada tempat penyuntikan terpisah. Dan juga dapat diberikan
bersama-sama dengan vaksin DTP, OPV dengan menggunakan jarum suntik
dan lokasi penyuntikan yang terpisah, dan tidak akan mengganggu respon imun
terhadap vaksin-vaksin tersebut.
Efek Samping
Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dam pembengkakan di sekitar
tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
setelah 2 hari. Keluhan sistemik seperti demam, sakit kepala, mual, pusing dan
rasa lelah belum dapat dibuktikan disebabkan oleh pemberian vaksin.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin
lain, vaksin Hepatisis B Rekombinan tidak boleh diberikan kepada penderita
infeksi berat yang disertai kejang. Tetapi vaksinasi dapat diberikan kepada
penderita infeksi ringan.
Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin harus disimpan pada suhu 2o-8oC. Daluarsa : 26 bulan
Peringatan dan Perhatian
- Efek antigen terhadap janin belum diketahui dan karena itu vaksinasi
terhadap wanita hamil tidak direkomendasikan, kecuali pada keadaan
resiko tinggi.
- Epinephrine sebaiknya selalu tersedia untuk penanganan reaksi anafilaktik
- Mengingat masa inkubasi virus Hepatisis B panjang, ada kemungkinan
terjadi infeksi yang tidak diketahui pada saat vaksinasi.
- Jangan diberikan pada daerah gluteal atau intra-dermal, karena tidak akan
memberikan respon imun yang optimal, dan jangan diberikan secara
intravena.
- Pada pasien dialysis dan orang yang mempunyai kelemahan system imun,
respon antibody mungkin tidak cukup setelah vaksinasi dasar, karena itu
perlu diberikan vaksinasi ulang.
Kemasan
Vaksin tersedia dalam kemasan vial multi dosis 2,5 ml.

J. Napza
1. Pengertian NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan
perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004).
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian
tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA
bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan
bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010).
2. JenisJenis NAPZA
NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok.
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga
memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat
tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak
dapat lepas dari cengkraman-nya. Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun
2009, jenis narkotika dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I,
golongan II, dan golongan III.
- Narkotika golongan I adalah : narkotika yang paling berbahaya. Daya
adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk
kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.
Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.
- Narkotika golongan II adalah : narkotika yang memiliki daya adiktif kuat,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah petidin
dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.
- Narkotika golongan III adalah : narkotika yang memiliki daya adiktif ringan,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah kodein
dan turunannya.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintetis,
yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku.
Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan
jiwa (psyche).
Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1997, psikotropika dapat
dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yaitu :
- Golongan I adalah : psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum
diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya.
Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
- Golongan II adalah : psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin,
metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
- Golongan III adalah : psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal, buprenorsina,
fleenitrazepam, dan sebagainya.
- Golongan IV adalah : psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam (BK,
mogadon, dumolid), diazepam, dan lain-lain.
c. Bahan Adiktif Lainnya
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang
dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya :
- Rokok
- Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan
ketagihan.
- Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin,
yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan.
Jadi, alkohol, rokok, serta zat-zat lain yang memabukkan dan menimbulkan
ketagihan juga tergolong NAPZA (Partodiharjo, 2008)
d. Manfaat Narkotika & Psikotropika di bidang Kedokteran
Penggunaan Narkotika dalam Bidang Kedokteran
- Kokain digunakan sebagai penekan rasa sakit dikulit, digunakan untuk
anestesi (bius) khususnyauntuk pembedahan mata, hidung dan
tenggorokan.
- Kodein merupakan analgesik lemah. Kekuatannya sekitar 1/12 dari morfin.
Oleh karena itu, kodein tidak digunakan sebagai analgesik, tetapi sebagai
anti batuk yang kuat.
- Morfin adalah hasil olahan dari opium atau candu mentah. Morfin
mempunyai rasa pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau cairan
berwarna putih. Morfin, terutama digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri yang hebat yang tidak dapat diobati dengan analgetik non narkotika.
Apabila rasa nyeri makin hebat maka dosis yang digunakan juga makin
tinggi. Semua analgetik narkotika dapat menimbulkan adiksi (ketagihan).
Morfin juga digunakan untuk mengurangi rasa tegang pada penderita yang
akan dioperasi.
- Heroin adalah obat bius yang sangat mudah membuat seseorang
kecanduan karena efeknya sangat kuat. Obat ini bisa ditemukan dalam
bentuk pil, bubuk, dan juga dalam bentuk cairan. Heroin mempunyai
kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan sering disalahgunakan
orang. Heroin disebut juga putaw.
- Methadone, saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam
pengobatan ketergantungan opium. Antagonis opioid (analgetik narkotika)
telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid
dan digunakan sebagai analgesia bagi penderita rasa nyeri.
- Meperidin (sering juga disebut petidin, demerol, atau dolantin), digunakan
sebagai analgesia.Obat ini efektif untuk diare. Daya kerja meperidin lebih
pendek dari morfin.
Penggunaan Psikotropika Dalam Bidang Kedokteran
Penggunaan obat-obat yang tergolong psikotropika dalam bidang kesehatan
antara lain:
- Asam barbiturat (pentobarbital dan secobarbitol) sering digunakan untuk
menghilangkan cemas sebelum operasi (obat penenang)
- Amfetamin (dan turunannya), digunakan untuk mengurangi depresi,
kecanduan alkohol, mengobati parkinson kegemukan, keracunan zat
tertentu, menambah kewaspadaan, menghilangkan rasa kantuk dan lelah,
menambah keyakinan diri dan konsentarsi
Penggunaan Zat Adiktif dalam Bidang Kedokteran.
- Pada dosis tertentu, nikotin yang terdapat pada rokok dapat digunakan
sebagai obat untuk memulihkan ingatan seseorang. Hal ini karena nikotin
dapat merangsang sensor penerima rangsangan di otak.
- Alkohol dapat membunuh kuman penyakit, sehingga biasanya digunakan
untuk membersihkan alat-alat kedokteran pada proses sterilisasi.

Вам также может понравиться

  • Obat
    Obat
    Документ9 страниц
    Obat
    Shabil Fadhans Deza
    Оценок пока нет
  • Silabus 2 Risna Fixoioio
    Silabus 2 Risna Fixoioio
    Документ93 страницы
    Silabus 2 Risna Fixoioio
    Agung Kusuma
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat Agungjjkj
    Penggolongan Obat Agungjjkj
    Документ12 страниц
    Penggolongan Obat Agungjjkj
    Agung Kusuma
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat Dan Cara Mendapatkannya
    Penggolongan Obat Dan Cara Mendapatkannya
    Документ17 страниц
    Penggolongan Obat Dan Cara Mendapatkannya
    Nunung Hasanah
    Оценок пока нет
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Документ75 страниц
    Kelompok 1
    Hayatun Nasihat
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat
    Penggolongan Obat
    Документ11 страниц
    Penggolongan Obat
    Andrian Pratama
    Оценок пока нет
  • Farmakologi Obat
    Farmakologi Obat
    Документ66 страниц
    Farmakologi Obat
    Trias Ayuningrum
    Оценок пока нет
  • Rangkuman Tes Koas
    Rangkuman Tes Koas
    Документ56 страниц
    Rangkuman Tes Koas
    rifqi rahman
    Оценок пока нет
  • OBAT
    OBAT
    Документ8 страниц
    OBAT
    novita istiqomah
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat MNRT UU Farmasi
    Penggolongan Obat MNRT UU Farmasi
    Документ8 страниц
    Penggolongan Obat MNRT UU Farmasi
    Rena Yunita Rosiferyanti
    Оценок пока нет
  • Materi PBL
    Materi PBL
    Документ39 страниц
    Materi PBL
    Wandi Nurasyifa
    Оценок пока нет
  • Materi PBL PDF
    Materi PBL PDF
    Документ39 страниц
    Materi PBL PDF
    LL
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat
    Penggolongan Obat
    Документ27 страниц
    Penggolongan Obat
    Rahman Yusuf
    Оценок пока нет
  • 2.obat Ajib Apotek (OWA)
    2.obat Ajib Apotek (OWA)
    Документ24 страницы
    2.obat Ajib Apotek (OWA)
    Riska Saftr
    Оценок пока нет
  • 2.obat Ajib Apotek (OWA)
    2.obat Ajib Apotek (OWA)
    Документ24 страницы
    2.obat Ajib Apotek (OWA)
    Thessa Norsantika
    Оценок пока нет
  • Peran Dan Penggolongan Obat
    Peran Dan Penggolongan Obat
    Документ26 страниц
    Peran Dan Penggolongan Obat
    Jitho Sakti
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat
    Penggolongan Obat
    Документ10 страниц
    Penggolongan Obat
    Rizqa Shofiana
    Оценок пока нет
  • Pengertian Dan Peran Obat
    Pengertian Dan Peran Obat
    Документ13 страниц
    Pengertian Dan Peran Obat
    Nurfarida Nfida
    80% (5)
  • Pengertian Dan Contoh Obat Generik
    Pengertian Dan Contoh Obat Generik
    Документ5 страниц
    Pengertian Dan Contoh Obat Generik
    NURUL
    100% (1)
  • Peran Dan Penggolongan Obat
    Peran Dan Penggolongan Obat
    Документ21 страница
    Peran Dan Penggolongan Obat
    Putri Anisah
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat
    Penggolongan Obat
    Документ6 страниц
    Penggolongan Obat
    Betrha Khincai S Farm
    0% (2)
  • 2 Resep Obat
    2 Resep Obat
    Документ13 страниц
    2 Resep Obat
    Padma Ningsih
    Оценок пока нет
  • 9930 - 3.falsafah Obat & Pengobatan
    9930 - 3.falsafah Obat & Pengobatan
    Документ30 страниц
    9930 - 3.falsafah Obat & Pengobatan
    UpuUt Putrhie Minchuuet
    100% (1)
  • Penggolongan Obat PPT-5
    Penggolongan Obat PPT-5
    Документ20 страниц
    Penggolongan Obat PPT-5
    aulia nurhaniva
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat 3
    Penggolongan Obat 3
    Документ13 страниц
    Penggolongan Obat 3
    Rendi 0609
    Оценок пока нет
  • K.2 Tugas 1 Farmakologi
    K.2 Tugas 1 Farmakologi
    Документ16 страниц
    K.2 Tugas 1 Farmakologi
    Aidan
    Оценок пока нет
  • Konsep Dasar Penggolongan Obat
    Konsep Dasar Penggolongan Obat
    Документ13 страниц
    Konsep Dasar Penggolongan Obat
    SOPANDI
    100% (1)
  • Golongan Obat
    Golongan Obat
    Документ8 страниц
    Golongan Obat
    Veysusan
    Оценок пока нет
  • Obat Generik Berlogo
    Obat Generik Berlogo
    Документ22 страницы
    Obat Generik Berlogo
    vbryducker
    Оценок пока нет
  • Pertemuan 1
    Pertemuan 1
    Документ4 страницы
    Pertemuan 1
    ershahasan
    Оценок пока нет
  • Materi Gema Cermat Golongan Obat
    Materi Gema Cermat Golongan Obat
    Документ8 страниц
    Materi Gema Cermat Golongan Obat
    Ririn Suprapti
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat 2
    Penggolongan Obat 2
    Документ14 страниц
    Penggolongan Obat 2
    hilal Ahnaf
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat-Obatan
    Penggolongan Obat-Obatan
    Документ14 страниц
    Penggolongan Obat-Obatan
    Qorri Hartanto
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat
    Penggolongan Obat
    Документ27 страниц
    Penggolongan Obat
    LarasuciArini
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat: Irma Nusa Nur Mazidah, S.farm
    Penggolongan Obat: Irma Nusa Nur Mazidah, S.farm
    Документ15 страниц
    Penggolongan Obat: Irma Nusa Nur Mazidah, S.farm
    Irma Nusanm
    Оценок пока нет
  • Arti Logo Dan Warna Lingkaran Pada Kemasan Obat
    Arti Logo Dan Warna Lingkaran Pada Kemasan Obat
    Документ12 страниц
    Arti Logo Dan Warna Lingkaran Pada Kemasan Obat
    Soesi R. Setiawan
    100% (1)
  • IR Penggolongan Obat
    IR Penggolongan Obat
    Документ9 страниц
    IR Penggolongan Obat
    Djunaiddin
    Оценок пока нет
  • OBAT Dikonversi
    OBAT Dikonversi
    Документ9 страниц
    OBAT Dikonversi
    Annisa Anindya
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat 1
    Penggolongan Obat 1
    Документ31 страница
    Penggolongan Obat 1
    Nanda AngLianaa Kamba
    Оценок пока нет
  • Resep Obat
    Resep Obat
    Документ36 страниц
    Resep Obat
    Sandal Putus
    Оценок пока нет
  • Kelompok 3 Farmakologi-1
    Kelompok 3 Farmakologi-1
    Документ25 страниц
    Kelompok 3 Farmakologi-1
    emeliaputri05
    Оценок пока нет
  • Materi
    Materi
    Документ26 страниц
    Materi
    Iko Eriko Saktipan
    Оценок пока нет
  • UNDANG-UNDANG KEFARMASIAN-non Reg
    UNDANG-UNDANG KEFARMASIAN-non Reg
    Документ30 страниц
    UNDANG-UNDANG KEFARMASIAN-non Reg
    Osa Rosada
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat
    Penggolongan Obat
    Документ22 страницы
    Penggolongan Obat
    fransiska wijoyo
    Оценок пока нет
  • Farmasetika.+3p.+obat
    Farmasetika.+3p.+obat
    Документ34 страницы
    Farmasetika.+3p.+obat
    mufli
    Оценок пока нет
  • Sediaan Farmasi 1. Obat Dan Penggolongan Obat (Farmasetika)
    Sediaan Farmasi 1. Obat Dan Penggolongan Obat (Farmasetika)
    Документ7 страниц
    Sediaan Farmasi 1. Obat Dan Penggolongan Obat (Farmasetika)
    Cindy
    Оценок пока нет
  • Farsetdas Kuliah-4 2022
    Farsetdas Kuliah-4 2022
    Документ43 страницы
    Farsetdas Kuliah-4 2022
    Arnel Almutiah
    Оценок пока нет
  • Obat Obatan
    Obat Obatan
    Документ7 страниц
    Obat Obatan
    Tiara Puspa Buanarinda
    Оценок пока нет
  • Materi Penyuluhan Pengobatan Sendiri
    Materi Penyuluhan Pengobatan Sendiri
    Документ39 страниц
    Materi Penyuluhan Pengobatan Sendiri
    Universitas NU Surabaya
    Оценок пока нет
  • OBAT
    OBAT
    Документ36 страниц
    OBAT
    Fidyah Muhdar
    Оценок пока нет
  • Farmakologi 5
    Farmakologi 5
    Документ10 страниц
    Farmakologi 5
    Sulistyana Yana
    Оценок пока нет
  • FARMAKOLOGI DASAR KL 3
    FARMAKOLOGI DASAR KL 3
    Документ14 страниц
    FARMAKOLOGI DASAR KL 3
    Ricki G
    Оценок пока нет
  • Makalah Obat Keras Farmakologi
    Makalah Obat Keras Farmakologi
    Документ11 страниц
    Makalah Obat Keras Farmakologi
    Atik Darwati
    Оценок пока нет
  • MODUL DDF Materi Obat
    MODUL DDF Materi Obat
    Документ13 страниц
    MODUL DDF Materi Obat
    Vhina
    Оценок пока нет
  • Ilmu Farmasi
    Ilmu Farmasi
    Документ43 страницы
    Ilmu Farmasi
    Qonita S Janani
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat
    Penggolongan Obat
    Документ4 страницы
    Penggolongan Obat
    Ade Eva Heryanti
    Оценок пока нет
  • Kelompok 5 - Penggolongan Obat
    Kelompok 5 - Penggolongan Obat
    Документ14 страниц
    Kelompok 5 - Penggolongan Obat
    Fabkid Yooki
    Оценок пока нет
  • Tanda Khusus Obat Bebas Dan Bebas Terbatas
    Tanda Khusus Obat Bebas Dan Bebas Terbatas
    Документ21 страница
    Tanda Khusus Obat Bebas Dan Bebas Terbatas
    devi
    Оценок пока нет
  • Tugas 1 Sediaan Farmasi
    Tugas 1 Sediaan Farmasi
    Документ9 страниц
    Tugas 1 Sediaan Farmasi
    Hani Nuraini
    Оценок пока нет
  • Buah Dan Tanaman Herbal Yang Berkhasiat Untuk Menghilangkan Stress Depresi Edisi Bilingual
    Buah Dan Tanaman Herbal Yang Berkhasiat Untuk Menghilangkan Stress Depresi Edisi Bilingual
    От Everand
    Buah Dan Tanaman Herbal Yang Berkhasiat Untuk Menghilangkan Stress Depresi Edisi Bilingual
    Оценок пока нет
  • Bab Iv Gerontik
    Bab Iv Gerontik
    Документ11 страниц
    Bab Iv Gerontik
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Implementasi Pre Dan Post
    Implementasi Pre Dan Post
    Документ22 страницы
    Implementasi Pre Dan Post
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Telenursing Dalam Sistem Informasi Keperawatan
    Telenursing Dalam Sistem Informasi Keperawatan
    Документ17 страниц
    Telenursing Dalam Sistem Informasi Keperawatan
    wahyu
    Оценок пока нет
  • LP Close Fraktur Tibia Fibula
    LP Close Fraktur Tibia Fibula
    Документ32 страницы
    LP Close Fraktur Tibia Fibula
    wahyu
    Оценок пока нет
  • SNH Seminar Gadar Gianyar
    SNH Seminar Gadar Gianyar
    Документ69 страниц
    SNH Seminar Gadar Gianyar
    wahyu
    100% (1)
  • Rekreasi + Sistem Pendukung
    Rekreasi + Sistem Pendukung
    Документ3 страницы
    Rekreasi + Sistem Pendukung
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Cairan Sdki
    Cairan Sdki
    Документ4 страницы
    Cairan Sdki
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Laporan Praktek
    Laporan Praktek
    Документ47 страниц
    Laporan Praktek
    werdi
    Оценок пока нет
  • Leaflet Candi Borobudur
    Leaflet Candi Borobudur
    Документ1 страница
    Leaflet Candi Borobudur
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Intervensi Askep
    Intervensi Askep
    Документ6 страниц
    Intervensi Askep
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Bab I Fix
    Bab I Fix
    Документ5 страниц
    Bab I Fix
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Penilaian IKS
    Penilaian IKS
    Документ1 страница
    Penilaian IKS
    wahyu
    Оценок пока нет
  • LK.2 Peribahasa
    LK.2 Peribahasa
    Документ1 страница
    LK.2 Peribahasa
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Jan Tung
    Jan Tung
    Документ4 страницы
    Jan Tung
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Komplikasi CVA
    Komplikasi CVA
    Документ2 страницы
    Komplikasi CVA
    wahyu
    Оценок пока нет
  • LP Leukimia Gadar
    LP Leukimia Gadar
    Документ29 страниц
    LP Leukimia Gadar
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Print Penilaian
    Print Penilaian
    Документ4 страницы
    Print Penilaian
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Документ1 страница
    Lembar Pengesahan
    wahyu
    Оценок пока нет
  • LP Nutrisi
    LP Nutrisi
    Документ24 страницы
    LP Nutrisi
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Pengkajian CVA
    Pengkajian CVA
    Документ19 страниц
    Pengkajian CVA
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Konsep Keperawatan Pariwisata
    Konsep Keperawatan Pariwisata
    Документ19 страниц
    Konsep Keperawatan Pariwisata
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Silabus 2
    Silabus 2
    Документ87 страниц
    Silabus 2
    Putu Epriliani
    Оценок пока нет
  • Intervensi Evaluasi
    Intervensi Evaluasi
    Документ16 страниц
    Intervensi Evaluasi
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Intervensi
    Intervensi
    Документ23 страницы
    Intervensi
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Cover BHD
    Cover BHD
    Документ10 страниц
    Cover BHD
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Pathway Barotrauma
    Pathway Barotrauma
    Документ1 страница
    Pathway Barotrauma
    wahyu
    100% (2)
  • LP Hipertensi
    LP Hipertensi
    Документ14 страниц
    LP Hipertensi
    wahyu
    Оценок пока нет
  • Algoritma BHD Menurut Aha 2015
    Algoritma BHD Menurut Aha 2015
    Документ2 страницы
    Algoritma BHD Menurut Aha 2015
    wahyu
    100% (2)