Вы находитесь на странице: 1из 10

PORTOFOLIO KASUS

Nama Peserta : dr. Hana


Nama Wahana: RSUD Pantura M.A Sentot Patrol
Topik: Kejang Demam Kompleks
Tanggal (kasus) : 06 September 2015
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Bariani Anwar
Tempat Persentasi : RSUD Pantura M.A Sentot Patrol
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Anak A, usia 1,5 tahun datang dengan keluhan kejang 1 jam SMRS.
Tujuan: Melakukan diagnosis dan tatalaksana awal pada kasus Kejang Demam Kompleks
Bahan Bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos
Data Pasien: Nama: An. A No.Registrasi: XXXX
Nama klinik IGD RSUD Pantura M.A Sentot Patrol
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Keluhan Utama
An. A, laki-laki usia 1,5 tahun datang ke IGD dengan keluhan kejang berulang 1 jam SMRS.
2. Gambaran Klinis
An. A, laki-laki usia 1,5 tahun datang diantar kedua orangtuanya ke IGD dengan keluhan
kejang 1 jam SMRS. Kejang terjadi dua kali. Jarak antara kejang yang pertama dan kedua
sekitar 20 menit. Kejang seluruh tubuh dengan mata melihat keatas, mulut keluar busa (-),
masing-masing kejang berlangsung 5 menit. Sebelum kejang, os sedang tidak melakukan
aktivitas apapun, setelah kejang os menangis. Satu hari SMRS os demam tinggi terus
menerus, suhu tidak diukur, muntah (-), mual (-), batuk (+), pilek (+), BAB cair (+) frekuensi
4x/hari sejak 1 hari SMRS warna kekuningan, ampas (+), darah (-) lendir (-), BAK normal.
Os sudah berobat kebidan dan diberi obat penurun panas. Ini merupakan kejang pertama os.
3. Riwayat Pengobatan:
Os sudah berobat ke bidan dan diberi obat penurun panas, namun keluhan demam belum
menghilang.
4. Riwayat Kesehatan/penyakit:
Riwayat kejang dengan atau tanpa demam sebelumnya tidak ada.
5. Riwayat Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita kejang dengan atau tanpa demam.
6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Os merupakan anak pertama. Selama kehamilan ibu rutin kontrol ke bidan dan mendapatkan
vitamin dari bidan. Riwayat persalinan ibu melahirkan secara spontan, lahir cukup bulan di
rumah, di bantu oleh bidan, langsung menangis, lahir kepala dahulu, kebiruan (-), dengan
BB 2800 gram, PB 45 cm.
7. Riwayat Imunisasi:
Ibu os mengaku riwayat imunisasi dasar sudah lengkap.
8. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan os sesuai dengan usianya.
9. Riwayat Makanan :
Sejak lahir os diberi asi dan susu formula. Os tidak memiliki kesulitan dalam makan.
Menurut ibu os asupan makanan cukup baik.
10. Riwayat Pekerjaan Orang Tua :
Bapak pasien bekerja sebagai petani, ibu pasien tidak bekerja.
10. Lain Lain
Pemeriksaan fisik dilakukan di IGD RSUD Pantura M.A Sentot Patrol pada tanggal 06
September 2015.

PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 118x/menit
Suhu : 39,80C
Respirasi : 32 x/menit
Berat badan : 9 kg

STATUS GENERALIS
Kepala : Rambut tidak mudah dicabut, alopecia -, ubun-ubun cekung (-)
Wajah : Nyeri tekan sinus -.
Mata : Konjungtiva pucat -/-, cekung -/-, pupil bulat isokor, 2mm, RCL +/+
Telinga : Nyeri tekan tragus -/-, nyeri tekan mastoid -/-, serumen +/+, sekret -/-,
Hidung : Sekret +/+, deviasi septum (-), mukosa hiperemis -.
Mulut : Sianosis (-), kering (+)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, pernafasan abdomino-torakal, tidak terlihat
adanya retraksi, ictus cordis terlihat pada ICS V linea midclavicularis kiri
Palpasi : gerak napas simetris kanan dan kiri, vocal fremitus sama kuat kanan dan
kiri, teraba ictus cordis pada ICS V linea midclavicularis kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru, jantung dalam batas normal
Auskultasi : suara napas vesikuler, reguler, ronchi -/-, wheezing -/-, bunyi jantung I-
II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen datar, jaringan parut (-)
Palpasi : Supel (+), Nyeri tekan epigastrium (-), defans muskular (-),
Hepar lien tidak teraba membesar, turgor kulit baik
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) 3x/menit
Ekstremitas : CRT <2", Tidak ada edema, akral hangat
Reflek patologis : Babinsky (-/-), Openheim (-/-), Chaddock (-/-), Scaefer (-/-),
Gordon (-/-)
Refleks fisiologis : (+/+)

Tanda Rangsang Meningeal :


- Kaku kuduk (-)
- Brudzinsky I (-)
- Brudzinsky II (-)
- Laseque (-/-)
- Kernig (-/-)
PEMERIKSAAN LAB :
Pemeriksaan 06/08/2015
Hemoglobin 10,1 gr/dL
Hematokrit 31 %
Trombosit 267.000/mm3
Leukosit 12.900/mm3
Gula darah sewaktu 139 mg/dL
Basofil 0%
Eosinofil 0%
Neutrofil Batang 0%
Neutrofil Segmen 35 %
Limfosit 50 %
Monosit 15 %

Daftar Pustaka:
1. Ismael, Sofyan, dkk. 2006. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Konsensus Penanganan Kejang Demam. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta
2. Soetomenggolo T, Ismael S. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta : IDAI; h. 244-51.
3. Behrman, Kliegman, Arvinka. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 3. Edisi 15. EGC.
Jakarta: 1999; hal 575-8
4. Hassan, Rupeno. Dr., Alatas, Hussein. Dr. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta: Bagian IKA-FKUI, Infomedika.
5. WHO, DEPKES RI, IDAI. 2009. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Pedoman
bagi rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/kota. Jakarta.2009:16.
Hasil Pembelajaran
1. Melakukan diagnosis kejang demam
2. Melakukan penatalaksanaan awal pada kasus kejang demam
3. Dapat memberikan edukasi baik terhadap pasien maupun keluarga tentang Kejang
demam
4. Prognosis kejang demam
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO:

SUBJEKTIF:
An. A, laki-laki usia 1,5 tahun keluhan kejang 1 jam SMRS. Kejang 2x. Kejang seluruh
tubuh dengan mata melihat keatas, kejang berlangsung 5 menit. Sebelum kejang, os
sedang tidak melakukan aktivitas apapun, setelah kejang os menangis. Os demam tinggi
1 hari SMRS, BAB cair (+) frekuensi 4x/hari warna kekuningan, ampas (+), darah (-)
lendir (-). Os sudah berobat kebidan dan diberi obat penurun panas namun tidak ada
perubahan. Merupakan kejang pertama os.
OBJEKTIF:
1. Tanda Vital
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 118x/menit
Suhu : 39,80C
Respirasi : 32 x/menit
Berat badan : 9 kg
Status Generalis
Mulut : bibir didapatkan kering
Pemeriksaan neurologis : tidak didapatkan kelainan

2. Laboratorium:
Leukosit : 12.900/mm3 Limfosit : 50 % Monosit : 15 %

ASSESSMENT:
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menurut
O

Consensus Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah suatu kejadian pada
bayi atau anak, terjadi antara umur 3 bulan hingga 5 tahun, berhubungan dengan demam
tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Kejang demam
terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan 5 tahun. Anak yang pernah mengalami
kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang
demam. Derajat tingginya demam yang dianggap cukup untuk diagnosis kejang demam
ialah 38C atau lebih, tetapi suhu sebenarnya pada waktu kejang sering tidak diketahui.
Pada pasien ini kejang demam kemungkinan disebabkan oleh infeksi saluran
pencernaan. Hal ini karena dari anamnesis diperoleh pasien demam satu hari sebelum
masuk rumah sakit, secara tiba-tiba dan langsung tinggi, disertai bab cair 4x/hari.
Kejang terjadi saat demam, berulang 2x dalam kurun waktu kurang dari 24 jam.
Lamanya kejang kira-kira 5 menit, jarak antara kejang sekitar 20 menit, kejang seluruh
tubuh dengan mata melihat ke atas dan anak menangis sesaat setelah kejang. Kejang saat
ini merupakan kejang pertama kali.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39,8oC, nadi 118x/menit, respirasi
32x/menit, mukosa bibir kering diduga sumber infeksi berasal dari saluran pencernaan.
Penyebab infeksi saluran pencernaan kemungkinan adalah virus, hal ini di dukung dari
hasil pemeriksaan darah rutin yang menunjukkan angka leukosit masih dalam batas
normal. namun adanya infeksi bakteri belum dapat disingkirkan. Dari pemeriksaan
neurologis, tidak didapatkan kelainan. Kaku kuduk tidak ditemukan, Reflek fisiologis
positif, reflek patologis dan meningeal sign negative.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium dapat
disimpulkan, pasien mengalami kejang demam, karena kejang terjadi saat demam tinggi,
pasien berusia 1,5 tahun, kejang pertama kali, kejang seluruh tubuh, berulang 2x dalam
kurun waktu kurang dari 24 jam, maka menurut klasifikasi dari UKK Neurologi Anak
IDAI, pasien mengalami Kejang Demam Kompleks.
KLASIFIKASI

1. Kejang Demam Sederhana (Simple febrile seizure)

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.

2. Kejang Demam Kompleks (Complex febrile seizure)


Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
1) Kejang lama > 15 menit
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
3) Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului
kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2
bangkitan kejang anak sadar.

Penatalaksanaan Kejang Demam


1. Pengobatan fase akut saat anak kejang
- Saat pasien sedang kejang, semua pakaian yang ketat dibuka, anak dimiringkan
apabila muntah, untuk mencegah aspirasi. Bebaskan jalan napas untuk menjamin
oksigenasi.
- Obat yang dapat diberikan saat pasien kejang adalah diazepam intravena dosis
0,3 0,5 mg/kgBB perlahan-lahan dengan kecepatan 1 2 mg/ menit atau dalam
waktu 3 5 menit dengan dosis maksimal 20 mg.
- Obat yang praktis dapat berupa diazepam rektal dengan dosis 0,5 0,75
mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg BB <10 kg, dan 10 mg BB >10 kg.
Atau dosis 5 mg diazepam rektal usia < 3 tahun dan 7,5 mg usia > 3 tahun.
- Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti ulangi lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2
kali pemberian masih kejang, anjurkan ke rumah sakit untuk pemberian
diazepam intravena. Bila masih kejang, Fenitoin intravena dengan dosis awal
10 20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50
mg/menit. Bila kejang berhenti dapat diberikan dosis selanjutnya 4 8
mg/kgBB/hari dimulai 12 jam setelah dosis awal
- Setelah kejang berhenti dengan pemberian diazepam, dapat diberikan
fenobarbital loading dose secara intramuskular dengan dosis awal 10 20
mg/kgBB, lalu dilanjutkan setelah 24 jam dosis awal dengan 4 8 mg/kgBB/hari
2. Pemberian obat saat demam dan mencari penyebab demam
- Antipiretik dapat digunakan untuk menurunkan panas, dengan obat yang dipakai
adalah parasetamol dengan dosis 10 15 mg/kgBB/kali sebanyak 4 kali dan tidak
lebih dari 5 kali. Dapat juga diberikan ibuprofen 5 10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali
sehari. Dapat juga diberikan antibiotik bila ada indikasi, misalnya otitis media
dan pneumonia.
3. Pemberian terapi profilaksis
Profilaksis diberikan untuk mencegah berulangnya kejadian kejang demam.
Pengobatan profilasis ini diberikan bila kejang demam menunjukkan salah satu ciri
sebagai berikut :
Kejang lama > 15 menit
Ada kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, serebral palsi, retardasi mental, hidrosefalus
Kejang fokal
Terapi profilaksis ini dipertimbangkan bila : kejang berulang dua kali atau lebih
dalam 24 jam, terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan, dan kejang demam terjadi
> 4 kali per tahun.
Profilaksis yang diberikan terdiri dari dua jenis, yakni :
- Profilaksis intermittent. Profilaksis ini hanya diberikan pada saat pasien demam.
Dapat diberikan diazepam rektal dengan dosis 5 mg (untuk anak dengan berat badan
< 10 kg) atau 10 mg ( anak dengan berat badan >10 kg), bila anak menunjukkan suhu
38,5C.
- Profilaksis terus menerus dengan pemberian antikonvulsan setiap hari.
Antikonvulsan yang dapat diberikan adalah asam valproat dengan dosis 15 40
mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis, atau fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis.
Pengobatan ini diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.
PROGNOSIS
Prognosis anak dengan kejang demam adalah baik. Kebanyakan anak akan mengalami
kejang demam di kemudian hari, tetapi perkembangan ke epilepsi dan kejang tanpa
demam adalah jarang. Kejang demam akan kambuh pada 50% anak yang mengalami
kejang demam kurang dari 1 tahun dan 27% pada onset setelah umur satu tahun. Faktor
risiko berulangnya kejang demam :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Faktor risiko untuk berkembang menjadi epilepsi adalah riwayat kejang tanpa demam,
adanya abnormalitas neurologis, kejang demam kompleks.Dari pasien yang mempunyai
satu faktor risiko, 2 % berkembang menjadi epilepsi dan pada pasien yang memiliki 2
atau lebih faktor risiko, 10% berkembang menjadi epilepsi.

PLAN:
Diagnostik kerja :
Kejang Demam Kompleks
Diare akut tanpa dehidrasi
Penatalaksanaan :
O2 1 L/ menit
IVFD RL 27 tpm mikro
Paracetamol 9cc/4jam
L-bio 2 x 1 sach
Zink kid 1 x 1 tab
Cefotaxime 3 x 450 mg
Maintenance : Diazepam pulv 3 x 2,5mg
Diazepam iv 3 mg bila kejang

Edukasi :

Edukasi kepada orang tua mengenai kemungkinan kejang kembali. Memberitahukan


langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan bila anak kejang, salah satunya harus
tenang dan tidak panik. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher. Bila
tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau
lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu kedalam mulut. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk
kejang. Tetap bersama pasien selama kejang. Berikan diazepam rektal. Dan jangan
diberikan bila kejang telah berhenti. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang
berlangsung 5 menit atau lebih.

Rujukan dan Konsultasi:


Pasien memerlukan konsultasi kebagian Spesialis Anak untuk penanganan lebih
lanjut.

Indramayu, 16 September 2015

Peserta Pendamping

( dr. Hana ) (dr. Bariani Anwar)

Вам также может понравиться