Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tn. Amir, umur 58 tahun, memiliki riwayat penyakit hipertensi dan DM tipe 2. Sejak
1,5 tahun yang lalu dia yang mengalami kelemahan separuh tubuh sebelah kanan tapi
masih bisa jalan. Sejak satu tahun terakhir dia sering lupa meletakkan benda, sering
ketinggalan belanjaan di pasar, dan sering lupa jalan pulang ke rumah. 6 bulan
terakhir, dia juga lupa waktu makan dan mandi. Dia juga sering mudah marah dan
tersinggung. Lalu dia dibawa oleh keluarganya ke dokter.
GDS 240 mg/dl, Kolesterol Total 260 mg% , LDL 180 mg%
MMSE 15/30
I. Klarifikasi Istilah
1.1. Infark Lakunar : Lesi Infark dengan ukuran diameter kurang dari 15 mm yang
diakibatkan biasanya oleh single depenetrating artery.
2.2. Sejak 1,5 tahun yang lalu dia yang mengalami kelemahan separuh tubuh
sebelah kanan tapi masih bisa jalan.
2.3. Sejak satu tahun terakhir dia sering lupa meletakkan benda, sering
ketinggalan belanjaan di pasar, dan sering lupa jalan pulang ke rumah.
1
2.4. 6 bulan terakhir, dia juga lupa waktu makan dan mandi. Dia juga sering
mudah marah dan tersinggung. Lalu dia dibawa oleh keluarganya ke
dokter. ( Main Problem)
2.5. Hasil pemeriksaan Laboratorium:
GDS 240 mg/dl, Kolesterol Total 260 mg% , LDL 180 mg%
2
Masing- masing domain kognitif berjalan sendiri-sendiri dalam
menjalankan fungsinya, tetapi sebagai suatu kesatuan yang disebut sistem
limbik. Stuktur limbik terdiri dari amigdala, hipokampus, nukleus talamik
anterior, girus subkalosus, girus cinguli, girus parahipokampus, formasio
hipokampus, dan korpus mamilare. Alveus, fimbria, forniks, traktus
mammilotalamikus, dan striae terminalis membentuk jaras- jaras
penghubung sistem ini.
3
1. Amigdala, terlibat dalam pengaturan emosi, dimana pada hemisfer kanan
predominan untuk belajar emosi dalam keadaan tidak sadar, dan pada
hemisfer kiri predominan untuk belajar pada saat sadar.
2. Hipokampus, terlibat dalam pembentukan memori jangka panjang,
pemeliharaan fungsi kognitif yaitu proses pembelajaran
3. Girus parahipokampus, berperan dalam pembentukan memori spasial
4. Girus cinguli, mengatur fungsi otonom seperti denyut jantung, tekanan
darah, dan kognitif yaitu atensi. Korteks cinguli anterior (ACC) merupakan
stuktur limbik terluas, berfungsi pada afektif, kognitif, otonom, perilaku
dan motorik.
5. Forniks, membawa sinyal dari hipokampus ke mammilary bodies dan septal
nuclei. Forniks berperan dalam memori dan pembelajaran.
6. Hipotalamus, berfungsi mengatur sistem saraf otonom melalui produksi dan
pelepasan hormon, tekanan darah, denyut jantung, lapar, haus, libido, siklus
tidur/ bangun, perubahan memori baru menjadi memori panjang.
7. Talamus, ialah kumpulan badan sel saraf dalam diensefalon membentuk
dinding awal lateral ventrikel tiga. Fungsi talamus sebagai pusat hantaran
rangsang indra dari perifer korteks serebri. Dengan kata lain talamus
merupakan pusat pengaturan fungsi kognitif diotak/ sebagai stasiun relay ke
korteks serebri.
8. Mammilary bodies berperan dalam pembenttukan memori dan
pembelajaran
9. Girus dentatus, berperan dalam memori baru dan mengatur kebahagiaan
10. Korteks entrohinal, penting dalam memori dan merupakan komponen
asosiasi.
1. Lobus Frontalis
Fungis lobus frontalis mengatur motorik, perilaku, kepribadian, bahasam
memori, orientasi spasial, belajar asosiatif, daya analisis. Sebagian korteks
medial lobus frontalis dikaitkan sebagai bagian sistem limbik, karena
banyaknya koneksi anatomik dengan stuktur limbik dan adanya perubahan
emosi billa terjadi kerusakan.
2. Lobus Parietalis
4
Lobus parietalis berfungsi dalam membaca, persepsi, memori, dan
visuospasial. Korteks ini menerima stimuli sensor (input visual, auditori,
taktil) dari area asosiasi sekunder. Karena menerima input dari berbagai
modalitas sensori sering disebut korteks heteromodal dan mampu
membentuk asosiasi sensoari (cross modal association). Sehingga manusia
dapat menghubungkan onput visual dan menggambarkan apa yang mereka
lihat atau pegang.
3. Lobus Temporalis
Lobus temporalis berfungsi mengatur penedengaran, pengelihatan, emosi,
memori, kategorisasi berbeda-beda, dan seleksi rangsangan auditorik dan
visual.
4. Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi mengatur pengelihatan primer, visuopasial,
memori, dan bahasa.
Lobus temporalis merupakan satu dari empat lobus utama dari otak. Lobus
temporalis berada di bawah sylvian fissure dan di anterior korteks oksipital
dan parietal. Brodmann mengidentifikasi 10 area temporal, tetapi penelitian
anatomi terbaru menunjukkan banyak area pada monyet, apalagi pada
wanita. Region pada permukaan lateral temporal dapat dilihat pada bentuk
auditory dan visual. Sylvian fissure berisi jaringan yang membentuk insula
yang meliputi gustatory cortex. Superior temporal sulcus (STS)
memisahkan girus superior dan middle serta berisi jumlah yang signifikan
dari neocortex, yang bisa dibagi dalam beberapa region. Korteks dari STS
bersifat multimodal, menerima input dari auditory, visual, dan region
somatik. Lobus temporal memiliki dua sulci penting yang terletak secara
horizontal dan parallel dengan Sylvian fissure.
5
FUNGSI LOBUS TEMPORALIS
Lobus temporalis tidak memiliki fungsi yang satu, karena dalam lobus
temporalis terdapat primary auditory cortex, the secondary auditory, dan
visual cortex, limbic cortex, dan amygdala. Tiga fungsi basis dari korteks
temporal adalah memproses input auditori, mengenali objek visual, dan
penyimpanan jangka lama dari input sensori, ditambah dengan fungsi
amigdala, yaitu nada afeksi (emosi) pada input sensori dan memori.
FUNGSI KETERANGAN
Kemampuan Berbicara Diatur pada bagian sebelah kiri temporal,
terdapat zona bahasa atau berbicara bernama
Wernicke. Area ini mengontrol proses termasuk
komprehensif dan memori verbal
Memori Mengatur retensi memori jangka panjang
berupa fakta, kejadian, orang, dan tempat
Membaca Memproses suara dan kata-kata tertulis menjadi
suatu informasi sehingga menjadi ingat
Respon emosi berasal dari amygdala didalam lobus temporalis
Respon auditori Primary auditory cortex(terletak pada Heschls
gyri) bertanggung jawab untuk merespon
frekuensi suara yang berbeda untuk lokalisasi
suara. Bagian ini bertugas untuk peka terhadap
suara
Pemrosesan Visual Memunculkan perasaan yakin dan insight
Fungsi Penciuman Tugas dari lobus olfaktori untuk identifikasi
informasi
6
fasikulus arkuatus area Broca: gerakan motorik pembicaraan area motorik
primer ; otot-otot lidah untuk ucapan area motorik suplementer, agar
ucapan/gerakan lidah menjadi jelas
Proses bahasa Visual :
Diterima alat visual Pusat otak primer penglihatan Pusat otak asosiasi
penglihatan: (di sini terjadi pengenalan informasi) Girus
angularis area Wernicke area Broca (gerakan pembicaraan) area
motorik primer dan suplementer, sehingga pada akhirnya tulisan dapat
dimengerti.
Kerusakan Dominan
Kerusakan Non-Dominan
Amusia tidak dapat membedakan antara nada musik yang berbeda, dan
beberapa juga mengalami kesulitan membedakan antara pola berirama yang
berbeda
a. Congenital amusia
Kekurangan pada musik yang kebanyakan orang telah memiliki
kemampuan ini sejak lahir. Cirinya adalah tidak dapat mengenali atau
bersenandung lagulagu yang dikenali, kurang peka terhadap nada yang
disonan.
b. Acquired amusia
mempunyai ciri yang sama seperti amusia bawaan, tapi tidak diperoleh
karena diwariskan, amusia jenis ini adalah akibat dari kerusakan otak.
7
Ada 8 simptom yang diasosiasikan dengan penyakit pada lobus temporal,
yaitu;
8
3.1.2. Bagaimana hubungan riwayat penyakit Tn Amir dengan keluhannya?
Penurunan fungsi kognitif dan demensia lebih sering ditemui pada pasien
yang memiliki riwayat hipertensi kronik. Hipertensi dapat menyebabkan
demensia karena peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi akan
menyebabkan perburukan kemampuan autoregulasi otak karena
peningkatan tekanan sistolik dan diastolik mempengaruhi pembuluh darah
di otak. Selain itu, hipertensi juga menurunkan vasoreaktif pembuluh darah
di otak. Jadi, hipertensi pada pembuluh darah yang besar menyebabkan
aterosklerotik, sedangkan pada pembuluh darah yang kecil menyebabkan
interna vaskular remodeling. Penyempitan dan sklerosis di arteri kecil
menyebabkan hipoperfusi , kehilangan autoregulasi, penurunan sawar otak,
pada akhirnya terjadi proses demyelinisasi whitematter subcortical,
mikroinfark, dan penurunan kognitif.
9
Demensia pada awalnya adalah penyakit kaum lansia. Menurut Practice
Guidline for The Treatment of Patients with Alzheimers Disease and other
Dementias of Late Life dari the American Psychiatrc Association (APA),
awitan penyakit ini umumnya paling kerap terjadi pada usia 60an, 70an, dan
80an ke atas, namun pada kasus yang jarang gangguan ini muncul pada usia
40-an dan 50-an (disebut sebagai demensia awitan dini). Demensia vaskular
paling sering terjadi pada orang berusia antara 60 sampai 70 tahun dan lebih
kerap pada pria dibanding wanita.
3.2. Sejak 1,5 tahun yang lalu dia yang mengalami kelemahan separuh tubuh
sebelah kanan tapi masih bisa jalan.
3.2.1. Apa penyebab dan bagaimana mekanisme kelemahan separuh tubuh
pada kasus ini?
Lesi infark terjadi di temporal kiri hal ini akan mengakibatkan kelemahan
dari sisi kanan oleh karena hemisfer dominan.
3.2.2. Apa makna klinis dari kelemahan separuh tubuh sebelah kanan tetapi
masih bisa jalan?
10
3.3. Sejak satu tahun terakhir dia sering lupa meletakkan benda, sering
ketinggalan belanjaan di pasar, dan sering lupa jalan pulang ke rumah.
Diawali Adanya:
1. Faktor usia (Elastisitas arteri menurun)
2. Faktor Penyakit yang diderita
DM danhipertensi:
Resistensi Insulin penurunan sintesis NO Fungsi vasodilator
dinding arteri menurun (Elasitas arteri menurun)
Hiperglikemiaterbentuknya plak pada dinding arteri dan pengerasan
dinding arteri (Arterosklerosis) Tahanan vaskuler
meningkatPeningkatan tekanandarah (hipertensi)terlepasnya plak-
plak yang menyebabkan terjadinyaoklusi di pemb darah kecil di
otaksuplai darah ke otak menurunKematian dari sel-sel neuron di
otakTerbentuknya Infark Lakunar pada lobus temporalis kiri
11
Memori eksplisit dibagi 2, yaitu memori episodic dan memori
semantic.Memori episodic menunjuk ke ingatan tentang pengalaman atau
kejadian khusus. Memori semantic menunjuk pada proses belajar dan recall.
Jenis-jenis memori :
a. Memori eksplisit
Memori segera korteks prefrontal dan dorsal medial thalamus atau
korteks sensoris primer dan sekunder
- Ingatan segera
- Storage: Beberapa detik - menit
- Perlu attention/ konsentrasi
b. Memori implisit
Motorik serebellum, ganglia basalis, korteks motorik sekunder
Memori implisit yang berhubungan dengan emosi amigdala
12
3.3.3. Bagaimana proses mengingat?
13
2. Isi interval, yaitu berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang terdapat
atau mengisi interval. Aktivitas-aktivitas yang mengisi interval akan
merusak atau mengganggu memory traces, sehingga kemungkinan individu
akan mengalami kelupaan.
14
Mekanisme penyimpanan memori jangka pendek:
Kemampuan memori jangka panjang didasari oleh adanya proses long term
potentiation (LTP). Ketika terdapat stimulus lalu stimulus tersebut terus
diulang-ulang, makan menyebabkan kemampuan neuron presinaps untuk
mengeksitasi neuron post sinaps akan meningkat. Akan terbentuk koneksi
antara pre dan pos sinaps yang semakin kuat. Sehingga terbentuklah
excitatory post synaptic potential (EPSPs) di pos sinaps, akibatnya adalah
banyak potensial aksi yang dikirimkan, sehingga terjadilah long term
potentiation.
15
Presinaps mengeluarkan
glutamat
Second
EPSP terbentuk
messenger aktif
Depolarisasi
Sel neuron
tambahan
mengeluarkan
parakrin retrograde
Mg2+ keluar
Berdifusi ke presinaps
Presinaps
melepaskan
glutamat
Penjagaan LTP
Semakin banyak reseptor AMDA respons EPSP dari pos sinaps akan
semakin besar terhadap pengikatan glutamat, sehingga LTP akan terus
terjaga dan memori akan diingat dalam jangka waktu panjang.
16
3.4. 6 bulan terakhir, dia juga lupa waktu makan dan mandi. Dia juga sering
mudah marah dan tersinggung. Lalu dia dibawa oleh keluarganya ke
dokter. ( Main Problem)
3.4.1. Apa penyebab dan bagaimana mekanisme lupa waktu makan dan
mandi?
Jadi pada kasus ini, terjadi infark lakunar pada lobus temporalis kiri,
dimana pada bagian ini terdapat hipokampus dan bagian medial lobus
temporalis yang terlibat, yang berkaitan erat dengan fungsi memori
deklaratif dan recent memory. Sehingga memori jangka pendek tidak bisa
menjadi memori jangka panjang yang membuat pasien tersebut lupa untuk
melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi dan makan
Infark pada lobus temporalis kiri akan memengaruhi fungsi lobus temporal.
Didalam lobus temporal terdapat primary auditory cortex, visual cortex,
limbik cortex, dan, amygdala. Tiga fungsi dasar dari lobus temporal adalah
17
memproses input auditori, mengenali objek visual, dan penyimpanan jangka
lama dari input sensori, ditambah fungsi dari amigdala untuk mengatur afek
atau emosi serta memori.
18
3.5. Hasil pemeriksaan Laboratorium:
GDS 240 mg/dl, Kolesterol Total 260 mg% , LDL 180 mg%
19
3.6. Hasil Pemeriksaan Penunjang:
CT Scan Kepala: Infark Lakunar di lobus temporalis Kiri
20
benda yang ditunjukkan tetapi mengalami kesulitan kalau diminta
menyebutkan nama benda dalam satu kategori, ini didasarkan karena
daya abstraksinya mulai menurun.
- Gangguan memori :
Gangguan mengingat sering merupakan gejala yang pertama timbul pada
demensia dini. Pada tahap awal yang terganggu adalah memori barunya,
yakni cepat lupa apa yang baru saja dikerjakan. Namun lambat laun
memori lama juga dapat terganggu. Dalam klinik neurologi fungsi
memori dibagi dalam tiga tingkatan bergantung lamanya rentang waktu
antara stimulus dan recall, yaitu:
1. Memori segera (immediate memory), rentang waktu antara stimulus
dan recall hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan
perhatian untuk mengingat (attention).
2. Memori baru (recent memory), rentang waktunya lebih lama yaitu
beberapa menit, jam, bulan bahkan tahun.
3. Memori lama (remote memory), rentang waktumya bertahun-tahun
bahkan seumur hidup.
- Gangguan emosi :
Sekitar 15% pasien mengalami kesulitan melakukan kontrol terhadap
ekspresi dari emosi. Tanda lain adalah menangis dengan tiba-tiba atau
tidak dapat mengendalikan tawa. Efek langsung yang paling umum dari
penyakit pada otak terhadap kepribadian adalah emosi yang timpul,
disinhibition, kecemasan yang berkurang atau euforia ringan, dan
menurunnya sensitifitas sosial. Dapat juga terjadi kecemasan yang
berlebihan, depresi dan hipersensitif.
- Gangguan visuospasial :
Gangguan ini juga sering timbul dini pada demensia. Pasien banyak lupa
waktu, tidak tahu kapan siang dan malam, lupa wajah teman dan sering
tidak tahu tempat sehingga sering tersesat (disorientasi waktu, tempat
dan orang). Secara obyektif gangguan visuospasial ini dapat ditentukan
dengan meminta pasien mengkopi gambar atau menyusun balok-balok
sesuai bentuk tertentu.
21
- Gangguan kognisi:
Fungsi ini yang paling sering terganggu pada pasien demensia, terutama
gangguan daya abstraksinya. Ia selalu berpikir kongkrit, sehingga sukar
sekali member makna peribahasa. Juga daya persamaan (similarities)
mengalami penurunan.
22
3.6.3. Apa indikasi dilakukannya pemeriksaan CT Scan Kepala?
23
3.7.2. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan kognitif diatas?
Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah tes yang paling sering
dipakai saat ini. Penilaian dengan nilai maksimal 30, cukup baik dalam
mendeteksi gangguan kognitif, menetapkan data dasar dan memantau
penurunan kognitif dalam kurun waktu tertentu. Skor MMSE normal 24
30. Bila skor kurang dari 24 mengindikasikan gangguan fungsi kognitif
(Folstein dkk. 1975, Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003).
Tes ini menilai orientasi waktu, tempat, ingatan hal yang segera, memori
jangka pendek, kemampuan membaca terbalik atau pengurangan serial, dan
pemakaian bahasa.
Nilai
No. Tes
maks
ORIENTASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan 5
setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata WAHYU (nilai
diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw = 2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3
BAHASA
6 Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku) 2
7 Pasien disuruh mengulang kata-kata namun, tanpa, bila 1
8 Pasien disuruh melakukan perintah: ambil kertas ini dengan tangan anda, 3
lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai
24
9 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah pejamkanlah mata anda 1
10 Pasien disuruh menulis dengan spontan 1
11 Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini 1
TOTAL 30
Skor
Nilai 24-30 = normal
Nilai 17-23 = gangguan kognitif probable
Nilai 0-16 = gangguan kognitif definit
Penegakkan Diagnosis:
25
Alumunium, air raksa, pestisida, insektisida, dan lem; alkoholisme, dan
merokok, serta pemakaian kronis obat antidepressan dan narkotika,
Riwayat Keluarga
Demensia, gangguan psikiatri, depresi, penyakit parkinson, sindroma down
dan retardasi mental
26
c) Tanda dan gejala neurologik fokal (refleks fisiologik meningkat,
refleks patologik positif, paralisis pseudobulbar, gangguan langkah,
kelumpuhan anggota gerak) atau bukti laboratorium dan radiologik yang
membuktikan adanya gangguan peredaran darah otak (GPOD), seperti
infark multipleks yang melibatkan korteks dan subkorteks, yang dapat
menjelaskan kaitannya dengan munculnya gangguan.
d) Defisit yang ada tidak terjadi selama berlangsungnya delirium.
Dengan menggunakan kriteria diagnostik yang berbeda didapatkan
prevalensi demensia vaskular yang berbeda, dimana prevalensi tertinggi
didapatkan bila menggunakan kriteria DSM-IV dan terendah bila
menggunakan kriteria NINDS-AIREN. Consortium of Canadian Centers
for Clinical Cognitive Research menyatakan bahwa tidak ada kriteria
diagnostik yang lebih baik dari berbagai kriteria yang ada. DSM-IV
mempunyai sensitivitas yang tinggi tetapi spesifitasnya rendah. ADDTC
penggunaanya lebih terbatas pada demensia vaskular jenis iskemik
sedangkan NINDS-AIREN dapat digunakan untuk semua mekanisme
demensia vaskular (hipoksia, iskemik, atau perdarahan). Kriteria ADDTC
dan NINDS-AIREN mempunyai tiga tingkat kepastian (probable, possible,
definite), memerlukan hubungan waktu antara stroke dan demensia serta
bukti morfologi adanya stroke.
2. Berdasarkan PPDGJ-III
Kriteria diagnostic umum
Adanya penrunan kemampuan, baik dlm dayaingat, maupun daya piker
seseorg sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari
Tidak ada ggn kesadaran, kecuali bila bertumpang tindih dengan
delirium
27
Gejala dan hendaya tersebut harus sudah nyata untuk setidak-tidaknya 6
bulan
28
fokal
Gejala neurologis fokal 2
29
Kriteria untuk diagnosis probable vascular dementia:
A. Demensia
Didefinisikan dengan penurunan kognitif dan
dimanifestasikan dengan kemunduran memori dan dua atau lebih domain
kognitif (orientasi, atensi, bahasa, fungsi visuospasial, fungsi
eksekutif, kontrol motor, praksis), ditemukan dengan pemeriksaan klinis
dan tes neuropsikologi, defisit harus cukup berat sehingga mengganggu
aktivitas harian dan tidak disebablan oleh efek stroke saja.
Kriteria eksklusi yaitu kasus dengan penurunan kesadaran, delirium,
psikosis, aphasia berat atau kemunduran sensorimotor major. Juga
gangguan sistemik atau penyakit lain yang menyebabkan defisit memori
dan kognisi.
B. Penyakit serebrovaskular
Adanya tanda fokal pada pemeriksaan neurologi seperti
hemiparesis, kelemahan fasial bawah, tanda Babinski, defisit sensori,
hemianopia, dan disartria yang konsisten dengan stroke (dengan atau tanpa
riwayat stroke) dan bukti penyakit serebrovaskular yang relevan dengan
pencitraan otak (CT Scan atau MRI) seperti infark pembuluh darah
multipel atau infark strategi single (girus angular, thalamus, basal
forebrain), lakuna ganglia basal multipel dan substansia alba atau lesi
30
substansia alba periventrikular yang ekstensif, atau kombinasi dari yang di
atas.
31
Kriteria untuk diagnosis definite vascular dementia
A. Kriteria klinis untuk probable vascular dementia
B. Bukti histopatologi penyakit serebrovaskular dari biopsi atau autopsi
C. Tidak ada neurofibrillary tangles dan plak neuritik
D. Tidak ada kelainan patologi atau klinikal yang dapat menyebabkan
demensia
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan neurologis
PEMERIKSAAN NEUROPSIKOLOGI
Evaluasi memori, orientasi, bahasa, kalkulasi, praksis, visuospasial,
dan visuoperseptual
Mini Mental State Examination (MMSE)
Clock Drawing Test (CDT)
Activity of Daily Living (ADL)
Instrumental Activity of Daily Living (IADL)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pencitraan
Dengan adanya fasilitas pemeriksaan CT scan otak atau MRI dapat
dipastikan adanya perdarahan atau infark (tunggal atau multipel), besar
serta lokasinya. Juga dapat disingkirkan kemungkinan gangguan struktur
lain yang dapat memberikan gambaran mirip dengan DVa, misalnya
neoplasma.Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon
Emission Computerized Tomography (SPECT)
Laboratorium
Digunakan untuk menentukan penyebab atau faktor risiko yang
mengakibatkan timbulnya stroke dan demensia. Pemeriksaan darah tepi,
laju endap darah (LED), kadar glukosa, glycosylated Hb, tes serologi
untuk sifilis, HIV, kolesterol, trigliserida, fungsi tiroid, profil koagulasi,
kadar asam urat, lupus antikoagulan, antibodi antikardiolipin dan lain
sebagainya yang dianggap perlu.
Lain-lain Foto Rontgen dada, EKG, ekokardiografi, EEG, pemeriksaan
Doppler, potensial cetusan atau angiografi
32
Secara ringkas untuk menegakan diagnosis adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis
demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia
khususnya pada demensia reversible, walaupun 50% penyandang demensia
adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium normal, pemeriksaan
laboratorium rutin sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang
rutin dikerjakan antara lain: pemeriksaan darah lengkap, urinalisis,
elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormone tiroid, kadar
asam folat
2. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
telah menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun
hasilnya masih dipertanyakan.
3. Pemeriksaan EEG
33
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan
pada sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium lanjut
dapat memberi gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.
4. Pemeriksaan cairan otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut,
penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan
panas, demensia presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes sifilis
(+), penyengatan meningeal pada CT scan.
5. Pemeriksaan genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik
yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel
mengkode bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4
diantara penyandang demensia Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe
sporadik menyebabkan pemakaian genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda
semakin meningkat.
34
Gangguan Kadang-kadang Kadang- Biasanya ada
persepsi yang jelas ada kadang ada
Onset Tiba-tiba Perlahan Tiba-tiba
Sesuai PPDGJ III- (ICD-X) demensia adalah suatu sindrom akibat penyakit
otak, biasanya bersifat kronik atau progresif serta terdapat gangguan fungsi
luhur (fungsi kortikal yang multipel) termasuk daya ingat, daya pikir, daya
orientasi, daya pemahaman, berbahasa, dan daya kemampuan menilai.
Kesadaran tidak berkabut, biasanya disertai hendaya fungsi kognitif dan ada
kalanya diawali oleh kemerosotan dalam pengendalian emosi, perilaku
sosial atau motivasi.
35
3.8.5. Bagaimana epidemiologi dari diagnosis pada kasus?
36
demensia memiliki banyak kausa, dan klinisi secara teliti pada pasien
demensia untuk menetapkan kausa.
37
3.8.7. Apa faktor risiko pada kasus?
38
3.8.8. Bagaimana patofisiologi pada kasus?
Hiperglikemia
Berikatan kovalen
Memperngaruhi kovalen dengan
endotel protein
Perubahan
vasoreaktif Terbentuk AGEs
Arterosklerosis
Endothelial Nitrit Endotelin 1
Oxide Syntase meningkat
(eNOS menurun)
Vasokonstriksi
39
Hipertensi
Pembuluh
darah otak Nitrit Oxide
terganggu menurun
Tunica intima
dan media Vasokonstriksi
menebal
Arterosklerosis
Hipoperfusi
Infark otak
Gangguan fungsi
kognisi / fungsi luhur
(Demensia vaskular)
40
3.8.9. Apa saja manifestasi pada kasus?
Pencegahan:
1. Penderita hipertensi, diabetes melitus, hiperlipidemia harus diberikan
pengobatan secara optimal dan dianjurkan untuk berhenti merokok serta
membatasi asupan alkhohol.
2. Dianjurkanuntuk mengubah pola hidupnya menjadi gaya hidup yang
sehat.
41
3. Faktor risiko non-aterogenik seperti atrium fibrilasi dan stenosis arteri
karotid dapat diperbaiki, Pada stenosis yang berat (> 70%) dapat dilakukan
carotid endarterectomy.
4. Warfarin sangat bermanfaat untuk menurunkan risiko pada penderita
stroke dengan atrium fibrilasi dibandingkan pemberian aspirin.
5. Mereka yang mengalami TIA atau stroke non-hemoragik dapat
diberikan anti platelet untuk menurunkan risiko.
6. Mereka yang tidak berhasil dengan pemberian aspirin dapat diberikan
obat anti platelet lainnya seperti ticlopidine
Penatalaksanaan:
Tujuan penatalaksanaan demensia vaskular adalah:
Mencegah terjadinya serangan stroke baru
Menjaga dan memaksimalkan fungsi saat ini
Mengurangi gangguan tingkah laku
Meringankan beban pengasuh
Menunda progresifitas ke tingkat selanjutnya
42
B. Diet
Penelitian di Rotterdam mendapati terdapat peningkatan resiko demensia
vaskular berhubungan dengan konsumsi lemak total. Asam folat, vitamin
B6 dan vitamin B12 yang rendah juga berhubungan dengan peningkatan
homosisteine yang merupakan faktor resiko stroke.
2. Medikamentosa
a. Mencegah demensia vaskular memburuk
Progresifitas demensia vaskular dapat diperlambat jika faktor
resiko vaskular seperti hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes
diobati. Agen anti platlet berguna untuk mencegah stroke
berulang. Pada demensia vaskular, aspirin mempunyai efek positif
pada defisit kognitif. Agen antiplatelet yang lain adalah tioclodipine dan
clopidogrel.
Aspirin
Mencegah platelet-aggregating thromboxane A2 dengan memblokir aksi
prostaglandin sintetase seterusnya mencegah sintesis prostaglandin
Tioclodipine
Digunakan untuk pasien yang tidak toleransi terhadap terapi aspirin
atau gagal dengan terapi aspirin.
Clopidogrel bisulfate
Obat antiplatlet yang menginhibisi ikatan ADP ke reseptor platlet
secara direk. Agen hemorheologik meningkatkan kualiti darah
dengan menurunkan viskositi, meningkatkan fleksibiliti eritrosit,
menginhibisi agregasi platlet dan formasi trombus serta supresi
adhesi leukosit.
Pentoxifylline dan ergoid mesylate (Hydergine)
Dapat meningkatkan aliran darah otak. Dalam satu penelitian
yang melibatkan 29 pusat di Eropa, didapatkan perbaikan
intelektual dan fungsi kognitif dalam waktu 9 bulan. Di
European Pentoxifylline Multi-Infarct Dementia Study, pengobatan
dengan pentoxifylline didapati berguna untuk pasien demensia multi-
infark.
43
b. Memperbaiki fungsi kognitif dan simptom perilaku
Obat untuk penyakit Alzheimer yang memperbaiki fungsi kognitif dan
gejala perilaku dapat juga digunakan untuk pasien demensia vaskular.
Obat-obat demensia adalah seperti berikut:
Edukasi:
1) Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari
2) Melakukankegiatan yang dapatmembuat mental kita sehat dan aktif
44
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
3) Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untu ktetaprelaksdalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
4) Adanya peran keluarga untuk mengingatkan dalam pemberian obat dan
membuatkan catatan
- Malnutrisi
Kebanyakan penderita demensia lama kelamaan akan mengurangi atau
berhenti makan dan minum. Mereka dapat lupa makan atau berpikir bahwa
mereka sudah makan. Pada orang demensia juga dapat terjadi kehilangan
rasa lapar yang menyebabkan menurunnya keinginan untuk makan.
- Pneumonia
Pada demesia sedang dapat terjadi kehilangan kontral pada otot otot untuk
mengunyah atau menelan. Hal ini dapat meningkatkan resiko tersedak atau
aspirasi makanan ke saluran pernafasan. Ini dapat menyebabkan obstruksi
saluran napas dan mengakibatkan pneumonia.
- Hygiene menurun
Pada demensia sedang atau berat, penderita lama kelamaan dapat
kehilangan kemampuan untuk melakukan kebiasaan sehari hari seperti
mandi, berpakaian rapi, menggosok gigi, atau menggunakan toilet sendiri.
- Kesulitan komunikasi
Penderita demensia dapat kehilangan kemampuan untuk mengingat nama
orang ataupun benda. Penderita demensia juga dapat mengalami kesulitan
45
dalam berkomunikasi atau mengerti orang lain. Kesulitan komunikasi ini
lama kelamaan dapat menyebabkan agitasi, isolasi dan depresi.
- Gangguan tidur
Penderita demensia dapat mengalami gangguan tidur seperti terbangun
terlalu pagi, dan sebagainya.
- Ancaman keselamatan
Karena penurunan kapasitas atau kemampuan untuk membuat keputusan
dan menyelesaikan masalah, kegiatan sehari hari dapat berbahaya bagi
penderita demensia. Kegiatan kegiatan tersebut meliputi berkemudi,
memasak, jatuh, dan kehilangan arah
46
3.8.12. Bagaimana prognosis pada kasus?
47
IV. Kerangka Konsep
Tuan Amir 50 tahun
Terlepasnya plak
48
V. Merumuskan Keterbatasan Masalah dan Learning Issues
No. Learning Issues What I Know What I Dont What I Have To Sumber
Know Know
49
VI. Sintesis Masalah
6.1. Anatomi dan Fisiologi Otak
50
Anatomi Ganglia Basalis
Ganglia Basalis
Pada setiap sisi otak, ganglia ini terdiri dari nucleus kaudatus, putamen, glogus
palidus, substansia nigra dan nucleus subtalamikus. Semuanya ini terutama
terletak di sebelah lateral mengelilingi thalamus, menempati daerah yang luas
dari regio inferior pada kedua hemisfer serebri. Hampir semua serabut saraf
motorik dan sensorik yang menghubungkan korteks serebri dan medulla spinalis
berjalan melalui ruang yang terletak di antara bagian utama ganglia basalis yakni
nucleus kaudatus dan putamen. Ruang ini disebut kapsula interna dari otak.
51
FISIOLOGI
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu serebrum (otak besar), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), medulla oblongata dan jembatan varol.
52
yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil dan juga merupakan pusar
pendengaran.
- Medulla oblongata
Berfungsi menghantar impuls yang datang dari medulla spinalis menuju ke
otak. Medula oblongata juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti
detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi. Gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, medulla oblongata juga
mengatur gerak reflels yang lain seperti batuhk, bersin, dan berkedip.
53
Otak manusia mengatur dan mengkoordinir gerakan, perilaku, dan fungsi
tubuh, homeostasis seperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh,
keseimbangan cairan, keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan,
aktivitas motorik dan lain-lain. otak terbentuk dari dua jenis sel yaitu sel glia dan
neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan
neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang dikenal sebagai
potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh
tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut
neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang dikenal
sebagai sinapsis. Neurotransmitter paling mempengaruhi sikap, emosi dan
perilaku seseorang yang ada antara lain : asetilkolin, dopamine, serotonin,
epinefrin, norepinefrin.
54
55
Fungsi dopamine sebagai neurotransmitter kerja cepat disekresikan oleh
neuron yang berasal dari substansia nigra, neuron ini terutama berakhir pada
region striata ganglia basalis. Pengaruh dopamine biasanya sebagai inhibisi.
Dopamine bersifat inhibisi pada beberapa area tetapi juga eksitasi pada
beberapa area. Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area
otak, sementara serotonin dan dopamine terutama ke region ganglia basalis dan
sistem serotonin ke struktur garis tengah (midline).
Sistem Limbik
Sistem limbik mencakup berbagai struktur baik di korteks maupun subkorteks
otak. Sistem limbik dan perannya dalam fungsi kognitif terdiri dari:
1. Amigdala : berperan dalam mengatur agresi, emosi, dan libido.
2. Hipokampus : berperan dalam daya ingat jangka panjang
3. Girus parahipokampus : berperan dalam membentuk memori spasial
4. Girus singulatus : berperan dalam memproses atensi
5. Fornix : membawa sinyal dari hipokampus menuju corpus mamilaria dan
nucleus septal.
6. Hipotalamus : pusat pengendalian otonom, hormon, suhu, lapar/haus, emosi
dan perilaku.
7. Talamus : merupakan pusat relay sensorik.
56
6.2. Neuropsikiatri
Neuropsikiatri adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan gangguan
mental disebabkan penyakit pada sistem saraf. Ini didahului disiplin saat psikiatri
dan neurologi, yang memiliki pelatihan umum. Neuropsychiatry telah menjadi
subspesialisasi psikiatri dan juga berkaitan erat dengan bidang neuropsikologi dan
neurologi perilaku, yang merupakan subspesialisasi neurologi yang membahas
masalah klinis kognisi dan / atau perilaku yang disebabkan oleh cedera otak atau
penyakit otak yang berbeda etiologi.
Neuropskiatri menekankan struktur somatik yang mendasari operasi mental dan
emosi, juga mengurusi penyerta psikopatologik disfungsi otak seperti yang dapat
dilihat pad gangguan kejang. Neuropsikiatri memfokuskan pada aspek pskiatri
dari gangguan neurologis serta peran disfungsi otak pada gangguan psikiatri.
57
Lewy body dementia
Mild cognitive impairment
Multi-infarct dementia
Normal pressure hydrocephalus
Parkinson's disease with dementia
Primary progressive aphasia
Demensia vaskular
Gambaran klinik penderita DVa menunjukkan kombinasi dari gejala fokal
neurologik, kelainan neuropsikologik dan gejala neuropsikiatrik. Gejala fokal
neurologik dapat berupa gangguan motorik, gangguan sensorik dan hemianopsia.
Kelainan neuropsikologik berupa gangguan memori disertai dua atau lebih
kelainan kognitif lain seperti atensi, bahasa, visuospasial dan fungsi eksekutif.
Gejala neuropsikiatrik sering terjadi pada DVa, dapat berupa perubahan
kepribadian (paling sering), depresi, mood labil, delusion, apati, abulia, tidak
adanya spontanitas. Depresi berat terjadi pada 25-50% pasien dan lebih dari 60%
mengalami sindrom depresi dengan gejala paling sering yaitu kesedihan, ansietas,
retardasi psikomotor atau keluhan somatik. Psikosis dengan ide-ide seperti
waham terjadi pada 50%, termasuk pikiran curiga, sindrom Capgras. Waham
paling sering terjadi pada lesi yang melibatkan struktur temporoparietal.
B. Agitasi
Agitasi didefinisikan sebagai aktivitas yang tidak pantas, baik secara verbal, vokal,
atau motor. Subtipe dari agitasi tercantum dalam tabel berikut:
58
Perilaku fisik non agresif: Perilaku verbal non agresif:
Kegelisahan umum Negativism
Mannerism berulang Tidak menyukai apapun
Mencoba mencapai tempat Meminta perhatian
yang berbeda Berkata-kata seperti bos
Menangani sesuatu secara Mengeluh/melolong
tidak sesuai Interupsi yang relevan
Menyembunyikan barang Interupsi yang irelevan
Berpakaian tidak sesuai atau
tidak berpakaian
Menghukum berulang
Perilaku fisik agresif: Perilaku verbal agresif:
Memukul Menjerit
Mendorong Mengutuk
Menggaruk Perangai meledak-ledak
Merebut barang Membuat suara aneh
Kejam terhadap manusia
Menendang dan menggigit
C. Wandering
Beberapa perilaku yang termasuk wandering, yaitu:
1. memeriksa (berulang kali mencari keberadaan caregiver)
2. menguntit
59
Dalam salah satu penelitian terhadap 90 pasien dengan gangguan AD cukup
ringan, ledakan marah tiba-tiba terjadi pada 38% pasien. Selain itu, didapatkan
hal-hal sebagai berikut:
1. ledakan amarah tiba-tiba dikaitkan dengan meningkatnya aktivitas dan
perilaku agresif
2. tidak ada hubungan yang ditemukan antara ledakan amarah dan penampilan
sikap apati, depresi, atau kegelisahan
4. reaksi bencana dapat dipicu oleh gejala kognitif dan non-kognitif, seperti :
kesalahpahaman, halusinasi, dan delusi.
60
pribadi dan penurunan dalam berbagai jenis interaksi sosial, ekspresi wajah,
modulasi suara, respon emosional, dan inisiatif.
3. Kecemasan
Kecemasan dalam demensia mungkin terkait dengan manifestasi BPSD
lain atau terjadi secara independen. Pasien demensia dengan kecemasan akan
mengekspresikan keprihatinan mengenai masalah keuangan, masa depan,
kesehatan (termasuk memori mereka), kekhawatiran tentang acara nonstressful
sebelumnya, dan kegiatan seperti berada jauh dari rumah.
Karakteristik gejala kecemasan lain dari pasien demensia adalah takut
ditinggalkan sendirian. Ketakutan ini dapat dianggap fobia apabila kecemasan di
luar batas kewajaran. Pasien dengan AD kadang-kadang memperlihatkan fobia
lainnya, seperti takut kerumunan, perjalanan, gelap, atau aktivitas seperti mandi.
B. Gejala Psikotik
1. Waham
Manifestasi psikosis mencakup gejala positif (waham, halusinasi, gangguan
komunikasi, aktivitas motorik yang abnormal) dan gejala negatif (avolition,
kemiskinan isi pikiran, afek datar).
Lima tipe waham terlihat pada demensia (terutama demensia tipe Alzheimer),
yaitu:
a. Barang kepunyaannya telah dicuri.
d. Pengabaian / Ditinggalkan
e. Ketidaksetiaan.
2. Halusinasi
Perkiraan frekuensi halusinasi pada demensia berkisar dari 12%-49%. Halusinasi
visual adalah yang paling umum (terjadi pada 30% pasien dengan demensia) dan
ini lebih sering terjadi pada demensia yang moderat dibandingkan demensia
ringan atau berat. Gambaran halusinasi secara umum berupa gambaran orang-
orang atau hewan-hewan. Pada demensia Lewy Body, laporan frekuensi
halusinasi visual sekitar 80%. Pasien demensia juga mungkin mengalami
61
halusinasi auditorik (sekitar 10%), namun jarang untuk halusinasi jenis lain,
seperti yang bersifat penciuman atau taktil.
3. Misidentifikasi
Misidentifikasi dalam demensia adalah kesalahan persepsi stimuli eksternal.
Misidentifikasi terdiri dari:
1. Kehadiran orang-orang di rumah pasien sendiri (Boarder Phantom Syndrome)
Perubahan Neuropatologi
A. Gejala Psikotik
Forstl et al. (1994), meneliti hubungan antara neuropatologi dan gejala psikotik
pada pasien AD (23% dengan halusinasi, 16% dengan waham paranoid, dan 25%
dengan waham misidentifikasi). Dibandingkan dengan kontrol, pasien AD dengan
gejala psikotik memiliki jumlah neuron yang lebih rendah pada daerah otak
berikut ini: girus parahippocampal, regio CA1 hippocampus, raphe dorsalis, dan
lokus seruleus.
62
paling banyak dengan manifestasi waham melibatkan lobus temporal atau
struktur sistem limbik subkortikal.
B. Gejala Depresi
Gangguan yang mempengaruhi lobus frontal, lobus temporal, dan ganglia basalis
(terutama inti caudatus) sangat mungkin akan disertai oleh sindrom depresi.
Keterlibatan dari lobus frontal kiri atau nukleus caudatus kiri lebih mungkin
mencetuskan depresi dibanding disfungsi sisi kanan.
Perubahan mood sering pada lesi dorsolateral prefrontal. Sekitar 60% pasien
dengan lesi akut di area ini memiliki gejala depresi. Setengah dari pasien
memiliki episode depresi mayor, dan setengah memiliki depresi minor atau
distimia. Kecemasan sering menyertai depresi pada pasien dengan lesi yang
mempengaruhi korteks frontal. Penelitian dengan PET menunjukkan bahwa
pasien dengan depresi idiopatik mengalami penurunan metabolisme di area ini
dibandingkan dengan pasien yang tidak depresi.
Dikatakan bahwa depresi berat pada penderita AD berhubungan dengan
peningkatan degenerasi nukleus aminergik batang otak khususnya nukleus
seruleus dan raphe midbrain. Sultzer (1996) melaporkan bahwa terdapat
hubungan antara gejala mood dengan hipometabolisme pada korteks parietal.
63
C. Gejala Apati
Disfungsi lobus frontalis terutama regio medio frontal seringkali berhubungan
dengan sindrom apati (penurunan minat, afek dan psikomotor) yang menyerupai
depresi.
Gangguan lobus frontal yang menimbulkan sindrom apati melibatkan daerah
medio frontal, terutama korteks anterior cingulate. Sindrom mutisme akinetik
sementara terjadi pada pasien dengan lesi frontal medial unilateral, mutisme
akinetik permanen diamati pada disfungsi frontal medial bilateral. Apati juga
terjadi pada pasien dengan lesi nukleus kaudatus, globus pallidus, dan thalamus,
yang merupakan bagian dari struktur sirkuit frontal- medial subkortikal.
E. Disinhibisi
Disinhibisi merupakan perubahan perilaku yang dominan pada sindrom
orbitofrontal yang sering ditemui pada demensia frontotemporal. Sindrom
orbitofrontal adalah yang paling dramatis dari semua gangguan lobus frontal.
64
Individu yang perilaku sebelumnya normal mengalami perubahan perilaku karena
lesi prefrontal.
6.3. Dementia
Demensia merupakan
salah satu penyakit yang
paling sering terjadi pada
lanjut usia. Di negara-
negara barat, demensia
vaskular (DVa)
menduduki urutan kedua
terbanyak setelah
penyakit Alzheimer.
Tetapi karena DVa
merupakan tipe demensia
yang terbanyak pada
beberapa negara Asia
dengan populasi
penduduk yang besar
maka kemungkinan DVa
ini merupakan tipe
demensia yang terbanyak
di dunia. DVa juga
merupakan bentuk demensia yang dapat dicegah sehingga mempunyai peranan
yang besar dalam menurunkan angka kejadian demensia dan perbaikan kualitas
hidup usia lanjut. Dalam arti kata luas, semua demensia yang diakibatkan oleh
penyakit pembuluh darah serebral dapat disebut sebagai DVa. Istilah DVa
menggantikan istilah demensia multi infark karena infark multipel bukan satu-
65
satunya penyebab demensia tipe ini. Infark tunggal di lokasi tertentu, episode
hipotensi, leukoaraiosis, infark inkomplit dan perdarahan juga dapat
menyebabkan kelainan kognitif.
Saat ini istilah DVa digunakan untuk sindrom demensia yang terjadi sebagai
konsekuensi dari lesi hipoksia, iskemia atau perdarahan di otak. Prevalensi DVa
bervariasi antar negara, tetapi prevalensi terbesar ditemukan di negara maju. Di
Kanada insiden rate pada usia 65 tahun besarnya 2,52 per 1000 sedangkan di
Jepang prevalensi DVa besarnya 4,8%. Prevalensi DVa akan semakin meningkat
dengan meningkatnya usia seseorang, dan lebih sering dijumpai pada laki-laki.
Sebuah penelitian di Swedia menunjukkan risiko terjadinya DVa pada laki-laki
besarnya 34,5% dan perempuan 19,4%. The European Community Concerted
Action on Epidemiology and Prevention of Dementia mendapatkan prevalensi
berkisar dari 1,5/100 wanita usia 75-79 tahun di Inggris hingga 16,3/100 laki-laki
usia di atas 80 tahun di Itali.
1. Etiologi
Dapat disebabkan oleh berbagai
keadaan
Sebagian reversibel
Dapat terjadi karena berbagai
proses di otak:
Gangguan serebrovaskuler
Infeksi susunan saraf pusat (SSP)
Defisiensi vitamin
Gangguan metabolik
Proses penuaan yang abnormal
Sebagian besar ditemukan pada usia
lanjut
66
2. Jenis-jenisDemensia
Berdasarkan etiologi dan reversibilitas:
Reversibel/potensial reversibel:
Demensia vaskuler,
Demensia akibat
hidrosefalus, Demensia
akibat kelainan psikiatri,
Demensia akibat
penyakit umum berat,
Demensia akibat
intoksikasi, Demensia
akibat defisiensi vit
B12, Demensia akibat
gangguan/penyakit
metabolik misalnya
hipertiroid/hipotiroid.
Irreversibel:
Demensia alzheimer,
demensia akibat infeksi (HIV), demensia akibat trauma kapitis, demensia akibat
penyakit Parkinson, demensia akibat penyakit Huntington, demensia akibat
penyakit Pick, demensia akibat penyakit Creutzfeld Jacob
Frekuensi tertinggi: demensia Alzheimer (50-55% dari seluruh demensia)
Asia (Singapura, Jepang, dan India): demensia vaskuler > demensia alzheirmer.
F 01 Demensia Vaskular
F01.0 Demensia Vaskular Onset akut
67
F01.1 Demensia Vaskular Multi-Infark
F01.2 Demensia Vaskular Sub Kortikal
F01.3 Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal
F01.8 Demensia Vaskular lainnya
F01.9 Demensia Vaskular YTT
68
Disfungsi kemampuan eksekusi Kemunduran visuospasial
3. Patofisiologi
69
Patologi dari penyakit vaskuler dan perubahan-perubahan kognisi telah diteliti.
Berbagai perubahan makroskopik dan mikroskopik diobservasi. Beberapa
penelitian telah berhasil menunjukkan lokasi dari kecenderungan lesi patologis,
yaitu bilateral dan melibatkan pembuluh-pembuluh darah besar ( arteri serebri
anterior dan arteri serebri posterior). Penelitian-penelitian lain
mendemonstrasikan keberadaan lakuna-lakuna di otak misalnya di bagian
anterolateral dan medial thalamus, yang dihubungkan dengan defisit
neuropsikologi yang berat. Beberapa lokasi strategis termasuk substansia alba
bagian frontal atau basal dari forebrain, basal ganglia, genu dari kapsula interna
hippocampus, mamillary bodies, otak tengah dan pons.Pada analisis mikroskopik
perubahan - perubahan tipe Alzheimer (neurofibrillary tangles dan plak senile)
didapatkan juga sehingga akan merumitkan gambaran. Istilah demensia campuran
digunakan ketika baik perubahan vaskuler dan degenerasi memberikan kontribusi
pada penurunan kognisi
Infark lakunar
Lakunar adalah infark kecil, diameter 2-15 mm, disebabkan kelainan pada small
penetrating arteries di daerah diencephalon, batang otakdan sub kortik alakibat
dari hipertensi. Pada sepertiga kasus, infark lakunar bersifata simptomatik.
Apabila menimbulkan gejala, dapat terjadi gangguan sensorik, transient
ischaemic attack, hemiparesis atau ataksia. Bila jumlah lakunar bertambah maka
akan timbul sindrom demensia, sering disertai pseudobulbar palsy. Pada derajat
yang berat terjadi lacunar state. CT scan otak menunjukkan hipodensitas multiple
70
dengan ukuran kecil, dapat jugat idak tampak pada CT scan otak karena
ukurannya yang kecil atau terletak di daerah batang otak. Magnetic resonance
imaging (MRI) otak merupakan pemeriksaan penunjang yang lebih akurat untuk
menunjukkan adanya lakunar terutama di daerah batang otak (pons).
4. Penegakkan Diagnosis
ANAMNESIS
Riwayat medis umum
Infeksi kronis, gangguan endokrin, diabetes mellitus, neoplasma, kebiasaan
merokok, penyakit jantung, penyakit kolagen, hipertensi, hiperlipidemia, dan
aterosklerosis.
Riwayat Neurologis
- Etiologi demensia
- Gangguan serebrovaskuler, trauma kapitis, infeksi SSP, epilepsi, tumor serebri,
dan hidrosefalus
Riwayat Gangguan Kognisi
- Gangguan memori, gangguan orientasi, gangguan berbahasa/komunikasi,
gangguan fungsi eksekutif, gangguan praksis, dan visuospasial.
- Aktivitas harian: pekerjaan, mengatur keuangan, mempersiapkan keperluan
harian, melaksanakan hobi, dan mengikuti aktivitas sosial.
Riwayat gangguan Perilaku dan Kepribadian
Riwayat depresi, skizofrenia, terutama tipe paranoid
Riwayat Intoksikasi
Alumunium, air raksa, pestisida, insektisida, dan lem; alkoholisme, dan merokok,
serta pemakaian kronis obat antidepressan dan narkotika,
Riwayat Keluarga
Demensia, gangguan psikiatri, depresi, penyakit parkinson, sindroma down dan
retardasi mental
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan neurologis
71
PEMERIKSAAN NEUROPSIKOLOGI
Evaluasi memori, orientasi, bahasa, kalkulasi, praksis, visuospasial, dan
visuoperseptual
Mini Mental State Examination (MMSE)
Clock Drawing Test (CDT)
Activity of Daily Living (ADL)
Instrumental Activity of Daily Living (IADL)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Pencitraan otak : Computerized Tomography (CT) atau Magnetic Resonance,
Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon Emission
Computerized Tomography (SPECT)
Pemeriksaan EEG
Pemeriksaan Genetika
5. Diagnosis Banding
a. Demensia reversibel
Alkoholisme
Gangguan psikiatri
normal pressure hydrocephalus
Demensia vaskuler
b. Demensia irreversibel
Demensia alzheimer
Picks disesase
Parkinsons disease dementia (pdd)
Demensia terkait aids
6. Tatalakana
Tujuan:
Mempertahankan kualitas hidup dengan memanfaatkan kemampuan yang ada
secara optimal
Menghambat progresivitas penyakit
72
Mengobati gangguan lain yang menyertai demensia
Membantu keluarga untuk menghadapi keadaan penyakitnya secara realistis dan
memberikan informasi cara perawatan yang tepat
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS
Demensia reversibel untuk pengobatan kausal
Demensia alzheimer menghentikan progresivitas penyakit dan
mempertahankan kualitas hidup
Pengobatan simtomatis:
Golongan penghambat asetilkolinesterasi (seperti donepezil hidroklorida,
rivastigmin dan galantamin),
golongan reseptor NMDA seperti memantin
73
Mencegah/mengelola faktor risiko yang dapat memperberat penyakit, misalnya:
hipertensi, ganguan vaskuler, diabetes, dan merokok
Melaksanakan hobi dan aktivitas sosial sesuai dengan kemampuan
Melaksankan LUPA (Latih, Ulang, Perhatikan, dan Asosisasi)
Tingkatkan aktivitas saat siang hari, tempatkan di ruangan yang mendapatkan
cahaya cukup
Orientasi realitas:
Penderita diingatkan akan waktu dan tempat
Beri tanda khusus untuk tempat tertentu, misalnya kamar mandi
Pemberian stimulasi melalui latihan/permainan, misalnya permainan monopoli,
kartu, scrabble, mengisi teka teki silang, sudoku dan lain-lain memberi
manfaat pada predemensia (MCI)
Menciptkan lingkungan yang familiar, aman dan tenang.
Hindari keadaan yang membingungkan dan menimbulkan stres.
Berikan keleluasaan bergerak.
Modifikasi perilaku:
Gangguan perilaku berupa agitasi, agresivitas, wandering, dan disinhibis seksual
Observasi perilaku penderita dan mencari faktor pencetusnya
Memberikan informasi yang benar mengenai penyakit pada keluarga dan
pengasuh
Membuat rencana pola asuh/perawatan penderita dengan melibatkan seluruh
anggota keluarga maupun pengasuh
7. Komplikasi
74
Penyakit Kardiovaskular
a. Gangguan perilaku: wandering, delusi, halusinasi, judgement yang buruk
b. Depresi
c. Sering terjatuh dan abnormalitas dalam berjalan
d. Pneumonia aspirasi
e. Syndrome of delayed posthypoxic leukoencephalopathy (DPHL)
Dominansi serebral
Dominansi serebral berhubungan dengan penggunaan tangan. Sebagian besar
orang yang menggunakan tangan kanan memiliki hemisfer dominan kiri.
Dominansi ini dicerminkan dalam perbedaan anatomis antara hemisfer tersebut.
75
Daya ingat dan pengetahuan
Gambar Area pada otak yang mengkode daya ingat jangka panjang3
Fungsi Kognitif
Definisi
Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar seperti berpikir,
mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif juga merupakan
kemampuan atensi, memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta
kemampuan eksekutif seperti merencanakan, menilai, mengawasi dan melakukan
evaluasi (Strub dkk. 2000).
Domain Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif terdiri dari: (Modul Neurobehavior PERDOSSI, 2008)
a. Atensi
76
Atensi adalah kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan satu stimulus
dengan mampu mengabaikan stimulus lain yang tidak dibutuhkan. Atensi
merupakan hasil hubungan antara batang otak, aktivitas limbik dan aktivitas
korteks sehingga mampu untuk fokus pada stimulus spesifik dan mengabaikan
stimulus lain yang tidak relevan. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk
mempertahankan atensi dalam periode yang lebih lama. Gangguan atensi dan
konsentrasi akan mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa dan
fungsi eksekutif.
b. Bahasa
Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang
membangun kemampuan fungsi kognitif. Jika terdapat gangguan bahasa,
pemeriksaan kognitif seperti memori verbal dan fungsi eksekutif akan mengalami
kesulitan atau tidak dapat dilakukan. Fungsi bahasa meliputi 4 parameter, yaitu :
1. Kelancaran
Kelancaran mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat dengan
panjang, ritme dan melodi yang normal. Metode yang dapat membantu menilai
kelancaran pasien adalah dengan meminta pasien menulis atau berbicara secara
spontan.
2. Pemahaman
Pemahaman mengacu pada kemampuan untuk memahami suatu perkataan atau
perintah, dibuktikan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan perintah
tersebut.
3. Pengulangan
Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau kalimat yang
diucapkan seseorang.
4. Penamaan
Merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu objek beserta bagian-
bagiannya.
Gangguan bahasa sering terlihat pada lesi otak fokal maupun difus, sehingga
merupakan gejala patognomonik disfungsi otak. Penting bagi klinikus untuk
mengenal gangguan bahasa karena hubungan yang spesifik antara sindroma
afasia dengan lesi neuroanatomi.
c. Memori
77
Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian informasi, proses
penyimpanan serta proses mengingat. Semua hal yang berpengaruh dalam ketiga
proses tersebut akan mempengaruhi fungsi memori. Fungsi memori dibagi dalam
tiga tingkatan bergantung pada lamanya rentang waktu antara stimulus dengan
recall, yaitu :
1. Memori segera (immediate memory), rentang waktu antara stimulus dengan
recall hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian untuk
mengingat (attention)
2. Memori baru (recent memory), rentang waktu lebih lama yaitu beberapa
menit, jam, bulan bahkan tahun.
3. Memori lama (remote memory), rentang waktunya bertahun-tahun bahkan
seusia hidup.
Gangguan memori merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan pasien.
Istilah amnesia secara umum merupakan efek fungsi memori. Ketidakmampuan
mempelajari materi baru setelah brain insult disebut amnesia anterograd.
Sedangkan amnesia retrograd merujuk pada amnesia pada yang terjadi sebelum
brain insult. Hampir semua pasien demensia menunjukkan masalah memori pada
awal perjalanan penyakitnya. Tidak semua gangguan memori merupakan
gangguan organik. Pasien depresi dan ansietas sering mengalami kesulitan
memori. Istilah amnesia psikogenik jika amnesia hanya pada satu periode
tertentu, dan pada pemeriksaan tidak dijumpai defek pada recent memory.
d. Visuospasial
Kemampuan visuospasial merupakan kemampuan konstruksional seperti
menggambar atau meniru berbagai macam gambar (misal : lingkaran, kubus) dan
menyusun balok-balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi dan
lobus parietal terutama hemisfer kanan berperan paling dominan.
Menggambar jam sering digunakan untuk skrining kemampuan visuospasial dan
fungsi eksekutif dimana berkaitan dengan gangguan di lobus frontal dan parietal.
e. Fungsi eksekutif
Fungsi eksekutif dari otak dapat didefenisikan sebagai suatu proses kompleks
seseorang dalam memecahkan masalah / persoalan baru. Proses ini meliputi
kesadaran akan keberadaan suatu masalah, mengevaluasinya, menganalisa serta
memecahkan / mencari jalan keluar suatu persoalan.
78
Anatomi Fungsi Kognitif
Masing-masing domain kognitif tidak dapat berjalan sendiri-sendiri dalam
menjalankan fungsinya, tetapi sebagai satu kesatuan, yang disebut sistem limbik.
Sistem limbik terdiri dari amygdala, hipokampus, nukleus talamik anterior, girus
subkalosus, girus cinguli, girus parahipokampus, formasio hipokampus dan
korpus mamilare. Alveus, fimbria, forniks, traktus mammilotalmikus dan striae
terminalis membentuk jaras-jaras penghubung sistem ini (Waxman, 2007).
Peran sentral sistem limbik meliputi memori, pembelajaran, motivasi, emosi,
fungsi neuroendokrin dan aktivitas otonom. Struktur otak berikut ini merupakan
bagian dari sistem limbic
1. Amygdala, terlibat dalam pengaturan emosi, dimana pada hemisfer kanan
predominan untuk belajar emosi dalam keadaan tidak sadar, dan pada hemisfer
kiri predominan untuk belajar emosi pada saat sadar.
2. Hipokampus, terlibat dalam pembentukan memori jangka panjang,
pemeliharaan fungsi kognitif yaitu proses pembelajaran.
3. Girus parahipokampus, berperan dalam pembentukan memori spasial.
4. Girus cinguli, mengatur fungsi otonom seperti denyut jantung, tekanan darah
dan kognitif yaitu atensi.
5. Forniks, membawa sinyal dari hipokampus ke mammillary bodies dan septal
nuclei. Adapun forniks berperan dalam memori dan pembelajaran.
6. Hipothalamus, berfungsi mengatur sistem saraf otonom melalui produksi dan
pelepasan hormon, tekanan darah, denyut jantung, lapar, haus, libido dan siklus
tidur / bangun, perubahan memori baru menjadi memori jangka panjang.
7. Thalamus ialah kumpulan badan sel saraf di dalam diensefalon membentuk
dinding lateral ventrikel tiga. Fungsi thalamus sebagai pusat hantaran rangsang
indra dari perifer ke korteks serebri. Dengan kata lain, thalamus merupakan pusat
pengaturan fungsi kognitif di otak / sebagai stasiun relay ke korteks serebri.
8. Mammillary bodies, berperan dalam pembentukan memori dan pembelajaran.
9. Girus dentatus, berperan dalam memori baru.
10. Korteks enthorinal, penting dalam memori dan merupakan komponen asosiasi
(Markam, 2003, Devinsky dkk. 2004)
Sedangkan lobus otak yang berperan dalam fungsi kognitif antara lain
1. Lobus frontalis
79
Pada lobus frontalis mengatur motorik, prilaku, kepribadian, bahasa, memori,
orientasi spasial, belajar asosiatif, daya analisa dan sintesis. Sebagian korteks
medial lobus frontalis dikaitkan sebagai bagian sistem limbik, karena banyaknya
koneksi anatomik dengan struktur limbik dan adanya perubahan emosi bila terjadi
kerusakan.
2. Lobus parietalis
Lobus ini berfungsi dalam membaca, persepsi, memori dan visuospasial. Korteks
ini menerima stimuli sensorik (input visual, auditori, taktil) dari area sosiasi
sekunder. Karena menerima input dari berbagai modalitas sensori sering disebut
korteks heteromodal dan mampu membentuk asosiasi sensorik (cross modal
association). Sehingga manusia dapat menghubungkan input visual dan
menggambarkan apa yang mereka lihat atau pegang.
3. Lobus temporalis
Lobus temporalis berfungsi mengatur pendengaran, penglihatan, emosi, memori,
kategorisasi benda-benda dan seleksi rangsangan auditorik dan visual.
4. Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi mengatur penglihatan primer, visuospasial, memori
dan bahasa (Markam, 2003).
80
Apakah pasien dapat mencari jalan sekitar rumah? agnosia
geografik
Apakah pasien dapat berpakaian secara mandiri? apraksia
berpakaian
Perintahkan pasien untuk membentuk sebuah bintang dengan menggunakan
korek api apraksia konstruksional
2. Daya ingat
Daya ingat dapat diperiksa dengan meminta pasien mengulangi tiga objek
segera dan 3 menit sesudahnya. Pasien harus dapat melakukan ini dengan
benar. Daya ingat jangka panjang diperiksa dengan menanyakan peristiwa
yang telah dilalui pasien seperti makan malam hari sebelumnya.
o Daya ingat segera perintahkan pasien untuk mengulangi urutan angka yang
disebutkan secara acak.
o Daya ingat terbaru perintahkan pasien untuk menceritakan kejadian-
kejadian terbaru dalam berita.
o Daya ingat jangka lama perintahkan pasien untuk bercerita tentang kejadian
lebih dari 5 tahun sebelumnya.
o Daya ingat verbal perintahkan pasien untuk mengingat kalimat atau cerita
singkat dan periksalah 15 menit kemudian.
o Daya ingat visual perintahkan pasien untuk mengingat benda-benda yang
telah disiapkan dan periksalah 15 menit kemudian.
81
o Perintahkan pasien untuk mengurutkan kartu kedalam kotaknya
4. Status emosi
o Ansietas atau gembira
o Depresi atau apatis
o Perilaku emosional
o Perilaku tak terkendali
o Gerakan lambat atau respon
o Tipe kepribadian atau perubahan kepribadian
5. Praksis visual
Merupakan pemeriksaan kemampuan untuk menduplikasi postur tangan
setelah melihatnya selama 2 detik. Pasien harus melihat postur tangan (area
oksipital dan parietal 7,18,19), memahami perintah (area Wernicke 22) dan
mengingatnya (nucleus thalamus dorso-medial, forniks, korpus mamilaris dan
hipokampus medial) kemudian dikode pada area 6 dan mengaktivasi area 4
korteks motorik
6. Four-part command
Pemeriksaan ini memerlukan kerjasama pasien untuk menggunakan
tangan kanannya sentuh telinga kiri, pejamkan mata dan menjulurkan lidah dalam
waktu yang bersamaan. Hal ini membutuhkan diskriminasi kanan dan kiri (area
39, 40) dari korteks parietal kiri, melewati garis tengah (area 39, 40 dari korteks
parietal kiri), mengenali bagian-bagian tubuh (korteks parietal posterior kanan),
82
menutup mata dan kemampuan untuk melakukans seluruh perintah tanpa
terhambat oleh perintah sebelumnya (impersistensi; korteks frontal kiri).
Pemeriksaan ini turut menilai area 22 Wernicke, area bicara reseptif, area-area
utama parietal kiri dan lobus frontal, juga daya ingat jangka pendek
Gambar Four part command. (a) respons normal terhadap perintah, pasien dapat
mengikuti seluruh empat perintah angkat tangan kirimu, sentuh telinga kanan,
tutup kedua mata, julurkan lidah. (b) pasien gagal untuk memproyeksikan
perintah melalui garis tengah dan tidak dapat menutup matanya
83
diperkenalkan sebagai pemeriksaan standar fungsi kognitif dalam segi klinis
maupun penelitian. Penilaian MMSE sangat mudah, nilai maksimum adalah 30.
Nilai kurang dari 24 ditafsirkan sebagai demensia.
VII. Kesimpulan
84
Daftar Pustaka
Hartati Rabecca, dkk. Makalah Tugas Kelompok Lobus Temporalis . diakses pada 2
November 2015. https://scientificpsychopad08.files.wordpress.com/.../7-temporal-
lobes.pdf
Hamidah. 2011. Anatomi dan Fisiologi Funsi Luhur. Diakses pada 2 November 2015.
Retrieve by eprints.undip.ac.id/31253/3/Bab_2.pdf
Roman GC, TatemichiTK, ErkinjunttiT, Cummings JL, Masdeu JC, Garcia JH, et al.
Vascular dementia: diagnostic criteria for research studies. Report of the NINDS-
AIREN International Workshop.Neurology 1993; 43: 250-60.
Brust, J.C.M. (2008). Current Diagnosis & Treatment: Neurology. McGraw-Hill Companies,
Inc. Singapore.
Dorsey, J., White, M., Barston, S. (2007 December). Vascular Dementia: Signs, Symptoms,
Treatment, and Support. Diunduhdarihttp://helpguide.org/elder/vasculardementia.htm
85