Вы находитесь на странице: 1из 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari

penduduk dunia merupakan remaja berumur 10 - 19 tahun dan sekitar 900

juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat

menunjukkan jumlah remaja berumur 10 - 19 tahun sekitar 15% populasi. Di

Asia Pasifik jumlah penduduknya 60% dari penduduk dunia, seperlimanya

merupakan remaja umur 10 - 19 tahun (Soetjiningsih, 2010). Berdasarkan

laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2010), hasil Sensus Penduduk

menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa dan

63,4 juta diantaranya merupakan remaja, yang terdiri dari laki-laki sebanyak

32.164.436 jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa

(49,30%).

Remaja merupakan bagian dari masyarakat yang sedang mengalami

perubahan fungsi organ tubuh serta fungsi sosial. Dalam proses penyesuaian

diri terhadap perubahan tersebut, wajar bila krisis identitas akhirnya

mempengaruhi remaja dalam pencarian jati diri. Remaja yang mampu

mencari identitas diri dan berkembang dalam lingkungan yang kondusif,

maka segala perilaku baik akan menjadi kebiasaannya. Remaja yang

demikian akan menjadi generasi penerus bangsa yang handal. Hal ini berbeda

dengan remaja yang dalam pencarian jati diri terlibat dalam lingkungan yang
tidak kondusif untuk perkembangan jiwanya, maka perilaku buruk akan

menjadi kebiasaannya. Remaja yang demikian inilah yang akan mengancam

kehidupan bangsa.

Masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu seputar Tiga

Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja (TRIAD KRR) yakni

seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza. Permasalahan seksualitas terjadi

karena rendahnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

(KRR) dan median usia kawin pertama perempuan relatif rendah yaitu 19.8

tahun (SDKI, 2007).

Pada perigatan Hari Kependudukan Dunia, WHO mengambil tema

tentang Kehamilan pada Usia Pra Pemuda, Mardiya (2013) menyampaikan

bahwa permasalahan remaja yang berkaitan dengan risiko kesehatan

reproduksi terjadi dikarenakan adanya berbagai perubahan di sekitar

lingkungan hidup remaja. Perubahan lingkungan hidup remaja tersebut,

seperti gaya hidup kelompok sebaya (peer group) yang semakin bebas,

hubungan kehidupan dalam keluarga yang semakin renggang, tuntutan

sekolah yang semakin melahirkan persaingan antar siswa dan mahasiswa, isi

pesan media massa yang semakin serba boleh, serta pola hidup bermasyarakat

yang semakin sendiri-sendiri.

Berdasarkan data SDKI 2007-2012 dengan menggunakan

penggolongan usia remaja dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yakni 15-

24 tahun, remaja laki-laki di Indonesia yang tidak pernah memiliki pacar

yakni 23% mengalami penurunan persentase menjadi 15% dan remaja

2
perempuan yakni 28% menjadi 15%. Remaja (15-24 tahun) yang pernah

melakukan hubungan seksual pranikah di daerah urban tahun 2007 sebanyak

0,9% perempuan dan 6,4% laki-laki, sedangkan di daerah rural sebanyak

1,7% perempuan dan 6,3% laki-laki. Angka tersebut meningkat pada tahun

2012, sebanyak 0,9% perempuan dan 8,7% laki-laki daerah urban serta 1,0%

perempuan dan 7,8% laki-laki daerah rural pernah melakukan hubungan

seksual pranikah.

Penelitian yang dilakukan secara nasional di Cina tahun 2009

menunjukkan bahwa 22,4% pemuda berusia 15-24 tahun pernah melakukan

hubungan seksual pranikah. Hampir semua pemuda tersebut adalah remaja

dengan seksual aktif, satu dari lima memiliki banyak pasangan selama satu

tahun terakhir dan tidak menggunakan kontrasepsi di hubungan sexual

intercourse terakhir (Zheng dan Cheng, 2010). Data dari Taiwan Youth

Surveys yang dilakukan pada tahun 2004 dan 2007 melaporkan bahwa 22%

remaja wanita yang belum menikah di usia 20 tahun telah melakukan

hubungan seks dan lebih dari setengahnya merupakan remaja seksual aktif

tanpa menggunakan kondom (Chiao C dan Yi CC, 2011).

Kegiatan seksual yang tidak bertanggung jawab menempatkan remaja

pada tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap

tahunnya 50.000 remaja di seluruh dunia meninggal karena kehamilan dan

komplikasi persalinan (Centers for Disease Control, 2008). Berdasarkan data

SDKI 2012, sekitar 6 dari 10 responden remaja laki-laki yang pernah

memiliki pasangan seksual pranikah dan mengalami Kehamilan Tidak

3
Diinginkan (KTD) mengatakan bahwa kehamilan tersebut diaborsi secara

sengaja maupun spontan.

Secara global kasus HIV/AIDS yang merupakan salah satu dampak

hubungan seksual terjadi pada kaum muda 15-24 tahun. UNICEF

menyebutkan sekitar 71.000 remaja berusia antara 10-19 tahun meninggal

dunia karena virus HIV pada tahun 2005. Jumlah itu meningkat menjadi

110.000 jiwa pada tahun 2012. Jumlah kasus HIV di Indonesia yang

dilaporkan dari tahun 2010 sampai bulan September 2014 mencapai 4.078

jiwa pada kelompok umur 15-19 tahun dan 13.144 jiwa pada kelompok umur

20-29 tahun. Sedangkan persentase kasus AIDS sebanyak 3,1% pada

kelompok umur 15-19 tahun dan 32,9% pada kelompok umur 20-29 tahun

(Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan laporan Komisi Penanggulangan AIDS

Nasional (KPAN) pada tahun 2014, jumlah penderita HIV sebanyak 22.869

dan AIDS sebanyak 1.876 dengan jumlah kematian sebanyak 211 jiwa.

Empat puluh lima persen pengidap HIV merupakan kaum muda.

Penelitian tentang faktor yang mempengaruhi perilaku seksual

pranikah remaja menjadi bahasan yang menarik karena terlihat secara statistik

bahwa perilaku seksual pranikah remaja dalam tahap yang mengkhawatirkan.

Seperti hasil penelitian dari Darmasih (2009) bahwa ada pengaruh

pengetahuan (p=0,022), pemahaman tingkat agama (p=0,002), sumber

informasi (p=0,022), dan peranan keluarga (p=0,000) terhadap perilaku seks

pranikah pada remaja SMA di Surakarta.

4
Penelitian lain dilakukan oleh Supriati dan Fikawati (2008) tentang

efek paparan pornografi pada remaja SMP Negeri Kota Pontianak

menunjukkan bahwa 83,3% remaja telah terpapar pornografi dan 79,5%

sudah mengalami efek paparan. Dari responden yang mengalami efek

paparan, 19,8% berada dalam tahap adiksi atau kecanduan pornografi.

Selaras dengan Salisa (2010) yang melakukan penelitian secara

deskriptif pada remaja di Surakarta menyimpulkan bahwa faktor-faktor

penyebab munculnya perilaku seks pranikah berdasarkan hasil penelitian

diantaranya kegagalan fungsi keluarga, pengaruh media dan rendahnya

pendidikan nilai agama. Brener dkk (2004) juga membuktikan dalam

penelitiannya bahwa adanya Palang Merah Remaja (PMR) yang membahas

tentang kesehatan reproduksi mampu meningkatkan pencegahan kehamilan,

HIV, Sexual Transmitted Diseases (STD) dan kecelakaan (OR=2,27, 95% CI:

1,47-3,50; p<0,001).

Selain itu, daerah tempat tinggal antara perkotaan (urban) dan

pedesaan (rural) memiliki pengaruh terhadap perilaku seksual pranikah

remaja. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Adi (2012), terdapat

perbedaan pengetahuan remaja tentang seks pranikah di SMA perkotaan dan

pedesaan. Sedangkan variabel sikap remaja terhadap seks pranikah

menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan sikap remaja tentang seks

pranikah di SMA perkotaan dan pedesaan.

Berdasarkan survei yang dilakukan SDKI tahun 2007 dan 2012,

perilaku seksual pranikah remaja perempuan yang telah memiliki pacar di

5
daerah urban dan rural diperoleh perbandingan sebagai berikut: pegangan

tangan sebanyak 73,3% dan 61,9%, ciuman 34,4% dan 23,0%, petting 10,2%

dan 7,7% pada tahun 2007. Sedangkan pada tahun 2012, angka tersebut

mengalami fluktuasi diantaranya pegangan tangan 76,3% dan 64,3%, ciuman

33,3% dan 23,1%, petting 6,7% dan 5,3%. Remaja laki-laki pernah

melakukan kencan dengan pegangan tangan sebanyak 73,6% dan 64,4%

ciuman 46,3% dan 34,4%, petting 28,5% dan 24,5%. Sedangkan pada tahun

2012, angka tersebut mengalami fluktuasi diantaranya pegangan tangan

84,2% dan 73,8%, ciuman 51,8% dan 43,3%, petting 32,2% dan 26,0%.

Padahal dalam ajaran agama Islam, perilaku tersebut dilarang sesuai

dengan ayat di Al-Quran yang mengatur adanya hubungan seksual sebelum

menikah dan hukum dari itu adalah haram. Berikut ayatnya:

Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah

suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (sumber: Al-Quran,

QS Al-israa ayat 32).

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka derailah

tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali derai dan janganlah berbelas

6
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah

jika kamu beriman pada Allah dan hari kiamat (QS. An-Nur : 2).

Dalam surat ini disebutkan hukuman bagi orang yang berzina akan

mendapat siksaan berat dari Allah SWT serta larangan untuk berbelas kasihan

bagi mereka yang beriman kepada Allah serta hari kiamat, kepada mereka

yang berzina jika mereka menghalangi untuk menjalankan agama Allah.

Penyimpangan yang dilakukan akan berakibat buruk bagi diri remaja tersebut,

mulai dari dikucilkan dari pergaulan, stres, cemas, depresi, tertular penyakit

menular seksual, hamil di luar nikah dan bahkan tertular penyakit HIV/AIDS.

Di sisi lain, setiap tahunnya terjadi peningkatan angka perilaku seksual

pranikah di Indonesia. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah

remaja di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Faktor dominan apakah yang

berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan perilaku seksual

pranikah remaja di Indonesia.

7
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik responden.

b. Mengetahui gambaran dari faktor internal (pendidikan, pengetahuan,

sikap dan gaya hidup) dan faktor eksternal (media informasi, peran

orang-orang sekitar dan tempat tinggal) perilaku seksual pranikah

remaja di Indonesia.

c. Menganalisis hubungan antara pendidikan dengan perilaku seksual

pranikah remaja di Indonesia.

d. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku seksual

pranikah remaja di Indonesia.

e. Menganalisis hubungan antara sikap dengan perilaku seksual

pranikah remaja di Indonesia.

f. Menganalisis hubungan antara gaya hidup dengan perilaku seksual

pranikah remaja di Indonesia.

g. Menganalisis hubungan antara media informasi dengan perilaku

seksual pranikah remaja di Indonesia.

h. Menganalisis hubungan antara peran dengan perilaku seksual

pranikah remaja di Indonesia.

i. Menganalisis hubungan antara tempat tinggal dengan perilaku

seksual pranikah remaja di Indonesia.

j. Menganalisis variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku

seksual pranikah remaja di Indonesia.

8
D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi:

1. Instansi Kesehatan

Sebagai dasar pengambilan kebijakan dalam upaya untuk meningkatkan

pelayanan dan program pembangunan kesehatan reproduksi remaja di

Indonesia.

2. Penyelenggara Pendidikan

Sebagai dasar pengambilan kebijakan dalam upaya memberikan

informasi tentang kesehatan reproduksi remaja di instansi pendidikan

Indonesia.

3. Masyarakat

Sebagai informasi tentang gambaran perilaku seksual pranikah remaja di

Indonesia, sehingga mampu memberikan pengawasan dan pemahaman

tentang kesehatan reproduksi terhadap remaja.

4. Bidang Pengetahuan

Sebagai tambahan referensi ilmiah yang dapat bermanfaat untuk

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya kesehatan reproduksi

remaja.

Вам также может понравиться