Вы находитесь на странице: 1из 37

Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat Kedokteran Keluarga

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

TB Paru Dengan Diabetes Melitus Tipe 2

Oleh :
Lydea Syahna
1510029001

Pembimbing :
Dr. dr. Swandari Paramita, M. Kes
dr. Opiansyah
dr. Kasiman

Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Puskesmas Palaran Samarinda
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) telah menjadi pandemi yang terus meningkat.


Diperkirakan jumlahnya akan meningkat dua kali lipat dari tahun 2005 ke tahun
2030 berdasarkan peningkatan harapan hidup dan urbanisasi.1 Global survey 2008
yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa
penderita DM telah mencapai 347 juta orang, dengan tren yang terus meningkat. 2
Prevalensi DM di Indonesia mencapai 6,6% pada laki-laki dan 7,1% pada
perempuan, dengan prevalens untuk total populasi sebesar 6,9%.3 Berdasarkan
pola pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194
juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun yang menderita DM.4 Terdapat bukti-
bukti yang menunjukkan bahwa diabetes meningkatkan risiko infeksi saluran
pernapasan bawah dan infeksi di tempat lain. Data WHO menunjukkan bahwa
DM akan meningkatkan risiko infeksi tuberkulosis (TB) tiga kali 3 lebih besar
dari populasi normal.3
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu faktor resiko paling penting
dalam terjadinya perburukan TB. Hubungan antara TB dan DM telah lama
diketahui karena pada kondisi diabetes terdapat penekanan pada respon imun
penderita yang selanjutnya akan mempermudah terjadinya infeksi oleh
mikobakteri Mycobacterium tuberculosis (M.tb) dan kemudian berkembang
menjadi penyakit tuberkulosis. Pasien dengan diabetes memiliki risiko terkena
tuberkulosis sebesar 2-3 kali lipat dibandingkan dengan orang tanpa diabetes. 3
Interaksi antara penyakit kronik seperti TB dengan DM perlu mendapatkan
perhatian lebih lanjut karena kedua kondisi penyakit tersebut seringkali ditemukan
secara bersamaan yaitu sekitar 42,1%, terutama pada orang dengan risiko tinggi
menderita TB.1,2
Diabetes mellitus telah dilaporkan dapat mempengaruhi gejala klinis TB
serta berhubungan dengan respons lambat pengobatan TB dan tingginya
mortalitas. Peningkatan reaktivasi TB juga telah dicatat pada penderita DM.
Sebaliknya juga bahwa penyakit tuberkulosis dapat menginduksi terjadinya
intoleransi glukosa dan memperburuk kontrol glikemik pada pasien dengan DM,

2
namun akan mengalami perbaikan dengan pengobatan anti TB (OAT). Upaya
pencegahan dan pengendalian dua penyakit mematikan DM dan TB sangat
penting untuk menurunkan mortalitas karena TB.1

3
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien


Nama : Tn. M
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : JL. Mulawarman, Rawa Makmur

2.2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 19 Mei 2017 pada pukul 12.00 WITA
di Rumah Pasien.

2.2.1. Keluhan Utama


Batuk berdahak

2.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien adalah pasien rutin kontrol pengobatan TB di Puskesmas Palaran.
Pasien sekarang dalam pengobatan TB paru bulan ke 5. Awal mulanya pasien
mengeluhkan batuk tidak sembuh sejak 2 bulan sebelum berobat ke Puskesmas
Palaran walaupun telah diberi obat antibatuk yang dibeli sendiri oleh pasien.
Batuk berdahak disertai warna dahak putih sampai kuning dan menurut
pengakuan pasien batuk tidak pernah berdarah. Keluhan batuk ini disertai dengan
keluhan lain berupa demam dan keringat malam. Pasien juga merasakan berat
badannya menurun sebanyak 17 kg dari 70 kg menjadi 53 kg semenjak batuk-
batuk tersebut, nafsu makan pasien juga berkurang.

4
Pasien mengatakan bahwa keluhan serupa juga pernah dirasakan oleh istri
1 tahun yang lalu dan dikatakan bahwa istri pasien terkena TB Paru dan telah
dinyatakan sembuh.
2.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal memiliki penyakit paru sebelumnya
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus sejak 3 tahun yang lalu
dan tidak rutin kontrol berobat ke Puskesmas.
Riwayat Hipertensi, Penyakit Jantung dan Alergi disangkal.

2.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga


Anggota keluarga ada yang pernah memiliki riwayat keluhan serupa
dengan pasien, yaitu istri dan menantu pasien.
Istri dan menantu pasien pernah menderita TB Paru
Anak perempuan pasien sekarang dalam pengobatan TB Paru
Ayah pasien memiliki riwayat Diabetes Melitus

2.2.5. Riwayat Kebiasaan dan Psikososial


Pasien tinggal bersama istri dan 3 orang anaknya yang belum menikah.
Pasien bekerja sebagai pedagang buah sejak 10 tahun yang lalu. Namun dalam 4
bulan ini, pasien tidak bekerja sementara waktu. Sejak berhenti bekerja pasien
lebih sering tinggal dirumah dan hanya sesekali saja pergi ke kios buah nya untuk
berjualan. Kebiasaan makan 3 kali dalam sehari dengan porsi yang sedang. Tidak
pernah melakukan olahraga. Tidak merokok, tidak minum-minuman beralkohol,
tidak menggunakan obat-obatan terlarang.

X X X X

2.2.6. Genogram

5
Keterangan :

Menderita Diabetes Melitus Laki-laki

Menderita TB Paru Perempuan

Pernah menderita TB Paru X Meninggal

2.3. Pemeriksaan Fisik


Dilakukan pada tanggal 19 Mei 2017 di Rumah Pasien.
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Antropometri
BB : 53 kg
TB : 158 cm
IMT (Indeks Massa Tubuh) : 21,23 kg/ m2
Status gizi : Baik
Tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg

6
Frekuensi Nadi : 80 kali/menit
Frekuensi Nafas : 20 kali/menit
Suhu : 36,1o C

Status generalisata
Kepala/ Leher : Rambut hitam, lebat, tidak mudah dicabut
Mata konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+)
Pernafasan cuping hidung (-), bibir sianosis (-)
Mulut : Mukosa mulut kering, faring hiperemi (-), pembesaran
tonsil (-), sariawan (-), perdarahan gusi (-)
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
Kulit : Dermatosis (-), turgor baik
Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-),
pelebaran ICS (-)
Palpasi : Gerakan dada simetris

Perkusi :
D S
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor

Auskultasi : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)


Jantung
Inspeksi : Bentuk dada normal , Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung kanan : axilaris anterior line dekstra, batas jantung
kiri : midclavicula line ICS V sinistra

7
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi(-)
Palpasi : Soefl, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : Timpani di seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas
Atas : oedem (-/-) akral hangat, sianosis (-/-), clubbing finger (-/-)
Bawah : oedem (-/-) akral hangat, sianosis (-/-), clubbing finger (-/-)
Refleks patologis (-)
Refleks fisiologis dalam batas normal

2.4. Pemeriksaan Penunjang


Tanggal 9 Januari 2017
Pemeriksaan Dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) : (+)
GDP : 285 gr/dl

2.5. Diagnosa Kerja


TB Paru on treatment + Diabetes Melitus Tipe 2

2.6. Penatalaksanaan
2.6.1. Edukasi
a. Edukasi kembali mengenai penyakit TB yang bersifat menular dan
menjelaskan mengenai penyakit TB dan cara penyebarannya sehingga
anggota keluarga lain yang saling berinteraksi mengerti akan resiko
dan memiliki kemungkinan penyakit TB. Meminta keluarga pasien
untuk memeriksakan diri apabila memiliki keluhan serupa dengan
pasien.
b. Edukasi mengenai pengobatan TB dan efek samping dari pengobatan
serta komplikasinya. Diperlukan ketaatan dalam berobat TB dan
kontol rutin untuk memantau perkembangan terapi serta laboratorium

8
(darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi hati. Dapat ditunjuk PMO bagi
pasien untuk mengawasi keteraturan pasien mengkonsumsi obat TB
setiap hari.
c. Edukasi mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dengan
menjaga kebersihan rumah. Anggota keluarga juga dianjurkan untuk
meningkatkan gizi dan menjaga daya tahan tubuh.
d. Pentingnya dukungan keluarga, baik masalah motivasi maupun
kebutuhan sehari-hari pasien.
e. Edukasi mengenai penyakit diabetes melitus yang diderita serta
pengaruh penyakit diabetes melitus terhadap penyakit TB Paru yang
diderita.

2.6.2. Medikamentosa
OAT Kategori 1 Fase Lanjutan (FDC)

2.7. Prognosis
Dubia

9
BAB III
ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA

3.1. Identitas Keluarga


No. Keterangan I. Kepala Keluarga II. Pasangan
1. Nama Tn. M Ny. W
2. Umur 60 tahun 58 tahun
3. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Status
4. Menikah Menikah
perkawinan
5. Agama Islam Islam
6. Suku bangsa Jawa Jawa
7. Pendidikan SD SD
8. Pekerjaan Pedagang Ibu Rumah Tangga
Alamat
9. Jl. Mulawarman, Rawa Makmur
lengkap

3.2. Anggota Keluarga


Anggota Hub. Stt. Serumah
No. Usia Pekerjaan
Keluarga Klrg. Nikah Ya Tdk Kdg
1. Tn. M 60 th Pedagang Kepala Menikah Ya - -
Keluarga
2. Ny. W 58 th Ibu Rumah Istri Menikah Ya - -
Tangga
3. Ny. D 29th Karyawan Anak Menikah - - Ya
Swasta Kandung
4. Tn. T 27 th Karyawan Anak Belum Ya - -
Swasta Kandung Menikah
5. Tn. P 22 th Karyawan Anak Belum Ya - -
Swasta Kandung Menikah
6. Nn. K 16 th SMA Anak Belum Ya - -
Kandung Menikah
7 Tn. I 30 th SMA Menantu Menikah - - Ya

Status Imunisasi di keluarga:


Pasien mengungkapkan untuk anak-anaknya memiliki riwayat imunisasi
yang lengkap.

10
Riwayat Penyakit Keluarga :
Istri dan menantu pasien pernah mengeluhkan keluhan serupa dan
dinyatakan menderita penyakit TB Paru namun telah dinyatakan sembuh. Anak
pasien yang perempuan sekarang sedang menderita TB Paru dalam masa
pengobatan dan anak pasien yang laki-laki memiliki gejala batuk lebih dari 1
bulan tetapi tidak bersedia dilakukan pemeriksaan dahak. Keluarga pasien jarang
melakukan pemeriksaan diri untuk kontrol kesehatan ke pelayanan kesehatan.

3.3. Status Fisik, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

No. Ekonomi Keluarga Keterangan

1. Luas tanah 12x15 meter


2. Luas Bangunan 9x11 meter
3. Pembagian ruangan Rumah ialah rumah pasien yang terbuat
dari beton, terdiri dari 1 lantai, dengan 1
ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang
makan yang bergabung dengan dapur, 1
kamar mandi dan WC dan berada di
dalam rumah berdekatan dengan tempat
dapur.
4. Besarnya daya listrik 350 Watt
5. Tingkat pendapatan keluarga pasien :
a. Pengeluaran rata-rata per bulan Rp 1.500.000,00

Bahan makanan :Beras, Lauk/ikan, Rp 600.000,00


sayur, Air minum
Diluar bahan makanan : Pendidikan, Rp 500.000,00
Kesehatan, Listrik, Lain-lain
b. Penghasilan keluarga/bulan Rp 2.000.000,00
No. Perilaku Kesehatan

1. Pelayanan promotif/preventif Puskesmas


2. Pemeliharaan kesehatan anggota Puskesmas
keluarga lain

11
3. Pelayanan pengobatan Puskesmas
4. Jaminan pemeliharaan kesehatan BPJS
No Pola Makan Keluarga

1. Pasien Makan 3 kali sehari (pagi, siang dan


malam). Menu terdiri dari nasi, ikan,
sayur.
No. Aktivitas Keluarga

1. Aktivitas fisik
a. Pasien Bangun pagi pukul 05.00 melaksanakan
sholat subuh dilanjutkan dengan
sarapan. Semenjak sakit pasien tidak
berdagang jadi sehari-hari pasien hanya
menitipkan dagangan buahnya ke
warung tetangga.

b. Ny. W (Istri pasien) Merupakan ibu rumah tangga, sehari-


hari mengurus pekerjaan rumah tangga
seperti memasak, mencuci piring dan
pakaian serta membersihkan rumah
pada pagi hari.

c. Ny. D (Anak Ke-1) Merupakan karyawan swasta di


perusahaan, kadang-kadang menginap
di rumah pasien bersama suaminya.

Bekerja di salah satu perusahaan kayu


di Palaran, sehari-hari bekerja dan
d. Tn. T (Anak Ke-2)
pulang pada malam hari.

e. Tn. P (Anak Ke-3)


Bekerja sebagai tukang las, sehari-hari

12
bekerja dan pulang pada sore hari.
f. An. K (Anak Ke-4)
g. Tn.I (Menantu)
Sehari-hari bersekolah di SMA 16
Merupakan suami dari Ny. D, sehari-
hari bekerja di perusahaan batu bara dan
kadang-kadang menginap di rumah
pasien.
2. Aktivitas mental Pasien dan keluarga melaksanakan
ibadah sholat 5 waktu.
No. Lingkungan
1. Sosial Hubungan dengan lingkungan sekitar
baik.
2. Fisik/Biologik :
Perumahan dan fasilitas Sederhana
Luas tanah 12x 15 m2
Luas bangunan 9x 11 m2
Jenis dinding terbanyak Beton
Jenis lantai terluas Semen
Sumber penerangan utama Lampu listrik
Sarana MCK Kamar mandi gabung dengan WC.
Mencuci pakaian dan alat makan
bersebelahan dengan kamar mandi
Sarana Pembuangan Air Limbah Air limbah di alirkan ke parit yang
berada di belakang rumah
Sumber air sehari-hari Air Sumur
Sumber air minum Air isi ulang (galon)
Pembuangan sampah Sampah dikumpulkan kemudian dibakar
di halaman samping rumah.

13
3 Lingkungan kerja
- Pasien Tn. M Risiko kecelakaan kerja (+)
- Ny. W Risiko kecelakaan kerja (-)
- Ny. D (Anak ke-1) Risiko kecelakaan kerja (+)
- Tn.T (Anak ke-2) Risiko kecelakaan kerja (+)
- Tn.P (Anak ke-3) Risiko kecelakaan kerja (+)
- An. K (Anak ke-4) Risiko kecelakaan kerja (-)
-Tn.I (Menantu) Risiko kecelakaan kerja (+)

3.4 PENILAIAN APGAR KELUARGA

Hampir Kadang Hampir


Kriteria Pernyataan Selalu Kadang tidak pernah
(2) (1) (0)

Adaptasi Saya puas dengan keluarga


saya karena masing-masing
anggota keluarga sudah
menjalankan sesuai dengan
seharusnya

Kemitraan Saya puas dengan keluarga


saya karena dapat membantu
memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi

Pertumbuhan Saya puas dengan kebebasan


yang diberikan keluarga saya

untuk mengembangkan
kemampuan yang saya miliki

Kasih sayang Saya puas dengan kehangatan


dan kasih sayang yang
diberikan keluarga saya

Kebersamaan Saya puas dengan waktu yang


disediakan keluarga untuk
menjalin kebersamaan

Total 9

14
Keterangan :

Total skor 8-10 = Fungsi keluarga sehat


Total skor 6-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
Total skor 5= Fungsi keluarga sakit
Kesimpulan : Nilai skor keluarga ini adalah 9, artinya keluarga ini menunjukan
fungsi keluarga sehat.

3.5. Pola Hidup Bersih dan Sehat Keluarga

Jawaban
No Indikator Pertanyaan Keterangan
Ya Tidak
A. Perilaku Sehat
1 Tidak merokok Pasien tidak merokok.

Apakah ada yang memiliki Anak ke-2 dan ke-3
kebiasaan merokok? pasien merupakan
perokok aktif
2 Persalinan
Dimana ibu melakukan Anak ke-1 lahir ditolong
persalinan? oleh bidan di rumah.
Anak ke-2 lahir ditolong
oleh bidan di Bidan di
rumah.
Anak ke-3 lahir ditolong
oleh bidan di Bidan di
rumah.
Anak ke-4 lahir ditolong
oleh bidan di Bidan di
rumah
3 Imunisasi

Apakah bayi ibu sudah di Riwayat imunisasi anak
imunisasi lengkap? lengkap.
4 Balita di timbang

15
Apakah balita ibu sering Balita ditimbang di
ditimbang? Dimana? Posyandu setiap
bulannya.
5 Sarapan pagi
Apakah seluruh anggota Pasien dan keluarga

keluarga memiliki kebiasaan pasien sarapan pagi
sarapan pagi? sebelum memulai
aktivitas.
6 Dana sehat / Askes
Apakah anda ikut menjadi Pasien dan anggota
peserta jaminan kesehatan? kelurga pasien memiliki
jaminan kesehatan

7 Cuci tangan
Apakah seluruh anggota Seluruh anggota keluarga
keluarga mempunyai mencuci tangan dengan

kebiasaan mencuci tangan air dan sabun sebelum
menggunakan sabun sebelum makan dan sesudah
makan dan sesudah buang air buang air besar.
besar ?
8 Sikat gigi
Apakah anggota keluarga Seluruh anggota keluarga

memiliki kebiasaan gosok melakukan kebiasaan
gigi menggunakan odol? menggosok gigi dengan
pasta gigi.
9 Aktivitas fisik/olahraga
Apakah anggota keluarga Pasien dan keluarga tidak
melakukan aktivitas fisik atau pernah melakukan
olahraga teratur? olahraga.
B. Lingkungan Sehat
1 Jamban Di rumah terdapat
Apakah dirumah tersedia jamban yang namun
jamban dan seluruh keluarga bergabung dengan kamar
menggunakannya? mandi.

16
2 Air bersih dan bebas jentik Di rumah menggunakan
Apakah dirumah tersedia air sumber air berasal dari air
bersih dengan tempat/tendon Sumur
air tidak ada jentik ? Di kamar mandi terdapat
2 drum penampung air

dan terdapat jentik
jentik nyamuk. Menurut
pasien drum
penampungan air rutin di
bersihkan 1 minggu
sekali.
3 Bebas sampah
Apakah dirumah tersedia Tidak tersedianya tempat
tempat sampah? Dan di sampah khusus
lingkungan sekitar rumah dilingkunan sekitar,

tidak ada sampah berserakan? namun terdapat karung
karung yang tersedia
untuk menampung
sampah terdapat sedikit
sampah yang berserakan
di bagian samping rumah
pasien.
4 SPAL
Apakah ada/tersedia SPAL Lingkungan sekitar
disekitar rumah? rumah dekat dengan
rawa.

5 Ventilasi
Apakah ada pertukaran udara Ukuran ventilasi cukup.
didalam rumah? Setiap ruangan terdapat 1
ventilasi untuk pertukaran
udara.
6 Kepadatan

17
Apakah ada kesesuaian Pengukuran kepadatan
rumah dengan jumlah dimana 1 orang penghuni
anggota keluarga? membutuhkan 2x2x2
meter.
7 Lantai
Apakah lantai bukan dari Seluruh lantai rumah
tanah? terbuat dari semen
C. Indikator tambahan
1 ASI Eksklusif
Apakah ada bayi usia 0-6 Semua anaknya
bulan hanya mendapat ASI mendapatkan asi
saja sejak lahir sampai 6 eksklusif.
bulan
2 Konsumsi buah dan sayur
Apakah dalam 1 minggu Semua anggota keluarga
terakhir anggota keluarga mengkonsumsi sayur dan
mengkonsumsi buah dan buah
sayur?

Jumlah 13 5

Klasifikasi :
SEHAT I : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 1-5 pertanyaan (merah)
SEHAT II : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 6-10 pertanyaan (Kuning)
SEHAT III : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 11-15pertanyaan (Hijau)
SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 16-18pertanyaan (Biru)

Kesimpulan :
Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab Ya ada 13 pertanyaan yang
berarti identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya
masuk dalam klasifikasi SEHAT III.

18
3.6. Resume Faktor Risiko Keluarga

Bentuk rumah merupakan rumah permanen dengan


dinding beton pada seluruh dinding dan sedikit
lembap, berlantai keramik. Langit-langit rumah
terbuka langsung ke atap pada ruang tamu, ruang
keluarga, dapur, ruang makan dan kamar mandi.
Ventilasi pada rumah ini cukup, terdapat satu jendela
pada ruang tamu dan kamar. Pencahayaan matahari
ke dalam cukup masuk ke dalam rumah, setiap
ruangan memiliki ventilasi yang kurang. Ukuran 1
kamar tidur berukuran 2x2 m2 dan barang-barang
Fisik kurang tertata rapi. Penempatan barang kurang
beraturan. Lantai kamar mandi dan WC terbuat dari
semen. Bentuk jamban jongkok dan terdapat masing
masing drum penampung air. Tempat mencuci piring
di dekat kamar mandi. Tempat memasak dan tempat
alat makan juga diletakkan di dapur (rak piring)
tempat menaruh perkakas bekas yang jarang
digunakan.
Di sekitar rumah merupakan lingkungan halaman
tanah. Namun di luar terdapat jalan kecil yang telah
di cor serta banyak tanaman disekitarnya.
Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus
tipe 2
Pasien menderita penyakit TB Paru mengungkapkan
bahwa ada kontak dengan pasien TB Paru
Biologi sebelumnya (Istri dan Menantunya).
Pasien mengalami status gizi baik
Pasien memiliki tidak memiliki riwayat merokok,
penggunaan obat-obatan terlarang disangkal.
Riwayat penyakit TB di dalam keluarga ada.

19
Keseharian pasien sering di rumah dan kadang pergi
Psiko-sosio- berdagang buah.
ekonomi Pasien memiliki jaminan kesehatan
Pendapatan keluarga cukup
Higiene pribadi cukup.
Pasien jarang kontrol untuk masalah Diabetes
Perilaku Melitusnya.
Kesehatan Pengetahuan pasien dan istri pasien mengenai pola
hidup bersih dan sehat cukup, namun masih kurang
dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
Gaya hidup Pasien lebih banyak menghabiskan waktu dirumah.
Lingkungan Kerja Ada risiko dalam pekerjaan.

3.7. Diagnosa Keluarga (Resume Masalah Kesehatan)


Status Kesehatan dan Faktor Risiko (Individu, Keluarga dan Komunitas)
Secara umum, pengetahuan mengenai pola hidup bersih dan sehat pada
pasien cukup baik akan tetapi dalam hal penerapannya masih kurang baik.
Pasien selalu meminum obat TB serta kontrol rutin ke Puskesmas.
Pasien memiliki status gizi baik (BMI:22,23kg/m2)
Terdapat riwayat penyakit TB dalam keluarga.
Keluarga mengetahui bahwa pasien menderita TB Paru.
Sebagian keluarga pasien telah melakukan pemeriksaan SPS dan terdapat
1 anak pasien yang positif TB Paru. Sedangkan anak ke-2 dari pasien tidak
bersedia melakukan pemeriksaan sputum dengan alasan sibuk bekerja.
Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus tipe 2 yang dapat
mempengaruhi kesembuhan pasien terhadap penyakit TB Parunya.
Anak pasien merokok.
Keluarga pasien dan tetangga pasien memiliki faktor risiko tertular
penyakit yang diderita pasien.

Status Upaya Kesehatan (Individu, keluarga dan komunitas)


Pasien memiliki jaminan kesehatan.

20
Pemeriksaan kesehatan dilakukan di Puskesmas.
Semua anggota keluarga memiliki kesempatan yang sama dalam berobat
dan memeriksakan kesehatan diri.
Tidak rutin kontrol untuk penyakit diabetes melitusnya. Pasien tidak
terlalu peduli dengan penyakit diabetes melitusnya.

Status lingkungan
Pasien tinggal bersama istri dan keempat anaknya. Bentuk rumah merupakan
rumah permanen dengan dinding beton pada seluruh dinding dan sedikit
lembab, berlantai semen. Langit-langit rumah terbuka langsung ke atap
ruang tamu, ruang keluarga, dapur, ruang makan dan kamar mandi.
Pencahayaan matahari kedalam cukup masuk ke rumah, setiap ruangan
memiliki ventilasi yang cukup. Ukuran 1 kamar tidur berukuran 2 x 2 m2 dan
barang-barang kurang tertata rapi. Penempatan barang kurang beraturan.
Lantai kamar mandi dan WC terbuat dari semen. Bentuk jamban jongkok
dan terdapat masing masing drum penampung air. Tempat mencuci piring di
dekat kamar mandi. Tempat memasak dan tempat alat makan juga diletakkan
di dapur (rak piring) tempat menaruh perkakas bekas yang jarang digunakan.
Ventilasi pada rumah ini cukup, hanya terdapat satu jendela pada ruang tamu
dan kamar tempat tidur.
Kondisi rumah cukup rapi dan bersih, tata letak barang di dalam rumah
kurang rapi. Penempatan barang cukup beraturan.
Sumber air minum berasal dari air isi ulang (galon). Mencuci dan mandi
berasal dari air Sumur. Terdapat 1 kamar mandi bergabung dengan WC,
dengan bentuk jamban jongkok dan terdapat 2 drum penampungan air pada
masing masing untuk menampung air.
Lantai kamar mandi terbuat dari semen
Tempat mencuci piring dekat di kamar mandi. Tidak ada westafel.
SPAL melalui saluran air ke parit belakang rumah yang mengalir menuju
parit.
Di sekeliling terdapat tanah luas dan parit.

Diagnosis Keluarga:

21
Sebuah keluarga Tn. M terdiri dari 6 orang anggota keluarga inti. Tn. M
merupakan pasien rawat jalan Puskesmas Palaran yang didiagnosis TB Paru
dengan Diabetes Melitus tipe 2. Keluarga ini menempati rumah yang cukup sehat,
namun masih perlu perbaikan di beberapa bagian, terutama pengelolaan sampah
dan limbah sisa rumah tangga. Keluarga ini juga memiliki penerapan hygiene
pribadi dan sanitasi lingkungan yang cukup baik, namun memerlukan edukasi
serta pengetahuan akan faktor risiko akan penyakit yang diderita. Pengetahuan
pasien akan penyakit diabetes melitus yang dideritanya dapat mempengaruhi
kesembuhan penyakit TB Paru cenderung kurang, serta pengetahuan akan
penyakit diabetes melitus yang diderita masih kurang sehingga pasien tidak
kontrol teratur ke Puskesmas. Pengobatan terhadap penyakit TB Paru dilakukan
secara rutin oleh pasien.

3.8. Rencana Penatalaksanaan Masalah Kesehatan

No. Masalah kesehatan Pengobatan/Tindakan

1. Individu Diagnosis kerja pada pasien ini adalah TB Paru


dengan diabetes melitus tipe 2.
Memotivasi pasien agar tetap rutin
mengkonsumsi obat TB mengatur pola makan
untuk memjaga kadar gula darah agar dalam
rentang normal, dan menjaga higiene diri dan
lingkungan.
Edukasi pasien untuk tata cara batuk dan
membuang dahak tidak di sembarang tempat.
Edukasi pasien untuk melakukan kontrol dan
minum obat gula darah ke Puskesmas.
Merujuk pasien untuk rutin melakukan
pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, fungsi
ginjal untuk mengetahui efek samping obat TB
Rujuk ke Poli Gizi untuk mendapatkan edukasi
mengenai pola makan yang benar
2. Keluarga Edukasi mengenai pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan

22
rumah dan lingkungan sekitarnya. Anggota
keluarga juga dianjurkan untuk meningkatkan
gizi dan menjaga daya tahan tubuh.
Edukasi keluarga untuk tetap memberi
semangat kepada pasien agar tetap rutin berobat
dan menjadi PMO, memperhatikan keseharian
pasien untuk menjaga kebersihan dan
kesehatannya, mengingatkan untuk rutin kontrol
kesehatan.
Menganjurkan untuk pemeriksaan kesehatan
guna mengetahui status kesehatan yang dialami
untuk menghindari dampak dari penularan
penyakit yang diderita pasien.
Memberi edukasi pada keluarga cara-cara
pencegahan infeksi TB misalnya dengan
memakai masker, membuka jendela setiap pagi
dan menjemur kasur dan bantal
Memberi edukasi betapa pentingnya
memeriksakan dahak dalam upaya pencegahan
kepada anggota keluarga yang tidak bersedia
untuk memeriksakan dahaknya.

3.9. Perawatan Masalah Kesehatan Keluarga

Masalah Tindakan Perawatan (Promotif, Preventif, Protektif)


Kesehatan Individu Keluarga Komunitas
TB Paru + Memotivasi pasien Edukasi mengenai Edukasi
DM Tipe 2 agar tetap rutin pentingnya perilaku mengenai
mengkonsumsi obat hidup bersih dan penularan penyakit
TB mengatur pola sehat dengan TB
Edukasi
makan untuk menjaga kebersihan
mengenai penyakit
menjaga kadar gula rumah dan
diabetes mellitus
darah agar dalam lingkungan
Edukasi akan

23
rentang normal, dan sekitarnya. Anggota pentingnya
menjaga higiene keluarga juga pemeriksaan
diri dan lingkungan. dianjurkan untuk kesehatan untuk
Edukasi pasien
meningkatkan gizi mendeteksi serta
untuk tata cara
dan menjaga daya mencegah
batuk dan
tahan tubuh. terjadinya penyakit
membuang dahak
Edukasi keluarga beserta
tidak di
untuk tetap memberi komplikasinya.
sembarang Edukasi
semangat kepada
tempat. mengenai
pasien agar tetap
Edukasi pasien
pentingnya higiene
rutin berobat dan
untuk melakukan
perorangan dan
menjadi PMO,
kontrol dan minum
sanitasi lingkungan,
memperhatikan
obat gula darah ke
serta pola hidup
keseharian pasien
Puskesmas.
bersih dan sehat.
Merujuk pasien untuk menjaga
untuk rutin kebersihan dan
melakukan kesehatannya,
pemeriksaan darah mengingatkan untuk
lengkap, fungsi hati, rutin kontrol
fungsi ginjal untuk kesehatan.
mengetahui efek Menganjurkan untuk
samping obat TB pemeriksaan
Paru. kesehatan guna
Rujuk ke Poli Gizi
mengetahui status
untuk mendapatkan
kesehatan yang
edukasi mengenai
dialami untuk
pola makan yang
menghindari dampak
benar.
dari penularan
penyakit yang
diderita pasien.
Memberi edukasi
pada keluarga cara-

24
cara pencegahan
infeksi TB
misalnya dengan
memakai masker,
membuka jendela
setiap pagi dan
menjemur kasur
dan bantal
Memberi edukasi
betapa pentingnya
memeriksakan dahak
dalam upaya
pencegahan kepada
anggota keluarga
yang tidak bersedia
untuk memeriksakan
dahaknya.

25
3.10. Mandala of Health

PERILAKU KESEHATAN
GAYA HIDUP
LINGK. PSIKO-SOSIO-EKONOMI
Higiene pribadi cukup. Pasien lebih banyak menghabiskan
Pasien jarang kontrol dan berobat ke Puskesmas untuk waktu di rumah. Keseharian pasien sering di rumah dan kadang
penyakit diabetes melitusnya. Pasien tidak mengontrol pola
makan dan cenderung menyukai pergi berdagang buah.
Pengetahuan pasien dan istri pasien mengenai pola hidup
makan makanan yang manis. Pasien memiliki jaminan kesehatan
bersih dan sehat cukup baik, namun masih kurang dalam
menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Pendapatan keluarga cukup
Pasien terkadang membuang dahak di sembarang tempat
Pengetahuan pasien terhadap penyakit DM yang diderita
masih kurang dan pasien cenderung tidak peduli dengan
penyakit DM yang diderita.
PASIEN
TB Paru + DM Tipe 2 LINGK. KERJA
Pasien saat ini tidak bekerja
Batuk lebih dari 2 bulan, demam, keringat malam,
BIOLOGI penurunan berat badan.
Telah didiagnosis TB Paru + DM Tipe 2 berdasarkan
Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes
anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
melitus tipe 2 sejak 3 tahun yang lalu dan
penunjang. LINGKUNGAN FISIK
memiliki riwayat DM dari ayahnya.
Hasil pemeriksaan Sputum SPS : (+)
Ada riwayat kontak dengan keluarga pasien
Hasil pemeriksaan GDP : 285 mg/dl Rumah kurang memenuhi syarat untuk rumah sehat.
yang menderita TB Paru
Ventilasi pada rumah ini cukup.
Pencahayaan matahari ke dalam kurang.
Terlalu banyak anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
yang mengakibatkan penularan kuman TB menjadi mudah.

PELAYANAN KESEHATAN KOMUNITAS

Jarak rumah-pusat pelayanan kesehatan: 10 menit, Tidak ada tetangga atau teman kerja yang
ditempuh dengan kendaraan roda 2 mengalami keluhan serupa.

26
3.11. Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah Dalam Keluarga
Skor Upaya
Masalah
Awal Penyelesaian
Fungsi Biologis
Pasien memiliki riwayat - Motivasi kepatuhan pengobatan.
penyakit diabetes melitus tipe - Motivasi bagaimana pola makan
2 dan kegiatan fisik untuk penderita
Ada riwayat kontak dengan 4 diabetes.
keluarga pasien yang - Motivasi untuk rutin kontrol
menderita TB Paru pemeriksaan kesehatan sesuai
yang dianjurkan oleh pihak
puskesmas.
- Motivasi pasien untuk rutin
melakukan pemeriksaan darah
lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal
untuk mengetahui efek samping
obat TB dan cek GDS berkala
untuk DM tipe 2 yang diderita
pasien.
- Motivasi bagi anggota kelurga
lain agar menjaga kesehatan, dan
segera memeriksakan jika
mengalami keluhan serupa.
Faktor Perilaku Kesehatan
Keluarga
- Edukasi tentang pentingnya
- Kurangnya pengetahuan
higiene perorangan serta
kesehatan akan perilaku hidup
bagaimana cara meningkatkan
bersih dan sehat.
- Kurangnya pengetahuan dan higiene pribadi.
- Edukasi tentang bagaimana pola
bagaimana pola makan untuk
4 makan dan hidup untuk seorang
seorang penderita Diabetes.
- Kurangnya kesadaran akan diabetes.
- Edukasi pentingnya memeriksa
pemeriksaan kesehatan

27
- Kurangnnya pengetahuan akan kesehatan untuk mengetahui
penyakit menular terutama yang kondisi kesehatan untuk
di derita oleh pasien mencegah terjadinya penyakit
- Kurangnya dukungan keluarga yang tidak diharapkan.
- Edukasi kembali tentang cara
untuk membiasakan konsumsi
pencegahan penularan TB dan
makanan yang bergizi dan
edukasi bagaimana pola makan
berolahraga teratur.
dan hidup terhadap pasien DM
tipe 2, kontrol ke puskesmas
untuk pemantauan pengobatan,
minum obat TB dan DM secara
rutin untuk kesembuhan pasien,
serta agar tidak terjadi
komplikasi.
- Edukasi keluarga untuk
mengingatkan pasien terkait
pentingnya makan makanan
bergizi dan teratur berolahraga.
Faktor lingkungan fisik
- Sanitasi Lingkungan sekitar - Motivasi agar dapat menyisihkan
kurang baik, pembuangan sedikit pendapatnya untuk
3
limbah sisa rumah tangga masih memperbaiki sanitasi lingkungan
belum baik. sekitar rumah.
- Terlalu banyak penghuni di
- Memberikan edukasi untuk rumah
dalam rumah sehingga
3 yang layak sebagai hunian oleh
mudahnya penularan kuman TB.
penderita TB khususnya untuk
pencegahan penularan kuman TB.

Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah


Skor 1 Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.

28
Skor 2 Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber
(hanya keinginan); penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh
provider.
Skor 3 Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang
belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh
provider.
Skor 4 Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung
pada upaya provider.
Skor 5 Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga.

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Studi kasus dilakukan pada pasien Tn. M usia 60 tahun dengan keluhan
batuk sejak 2 bulan. Pasien juga mengeluhkan demam dan keringat malam serta
berat badan yang turun semenjak batuk. Pasien merupakan pasien yang
didiagnosis dengan TB Paru pada akhir bulan Januari 2017.
Pasien didiagnosis dengan TB Paru berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Dari hasil pemeriksaan yang
didapat, pemeriksaan dahak SPS didapatkan hasil positif TB Paru. Penyakit TB
Paru adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi.1
Diagnosis TB Paru dan Diabetes Melitus Tipe 2 didapatkan atas dasar
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemerikaan penunjang. Gejala penyakit
diabetes melitus yang disertai oleh tuberkulosis paru penyakit akan saling
menutupi, di antaranya pada kedua penyakit tersebut secara bersamaan terdapat
penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan dan kelelahan umum. Kondisi ini
lebih umum terjadi pada usia di atas 40 tahun dan pria memiliki resiko yang agak
lebih besar dari pada wanita. Pasien tuberkulosis paru yang menderita diabetes
mellitus memiliki kondisi klinik yang lebih berat sewaktu terjadinya onset
penyakit, apalagi dengan derajat keterlibatan dan kerusakan paru yang lebih besar.
3

Pada diabetes melitus terdapat penurunan jumlah sel limfosit T dan netrofil
pada pasien DM yang disertai dengan penurunan jumlah T helper 1 (Th1) dan
penurunan produksi mediator inflamasi seperti TNF , IL-1 serta IL-6. Limfosit
Th1 mempunyai peranan penting untuk mengontrol dan menghambat
pertumbuhan basil M.tb, sehingga terdapatnya penurunan pada jumlah maupun
fungsi limfosit T secara primer akan bertanggungjawab terhadap timbulnya
kerentanan pasien DM untuk terkena TB. Fungsi makrofag juga mengalami
gangguan yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk menghasilkan reactive
oxygen species, fungsi kemotaksis dan fagositik yang menurun. Derajat
hiperglikemi juga berperan dalam menentukan fungsi mikrobisida pada makrofag.

30
Pajanan kadar gula darah sebesar 200 mg% secara signifikan dapat menekan
fungsi penghancuran oksidatif dari makrofag. Penderita DM yang kurang
terkontrol dengan kadar hemoglobin terglikasi (HbA1c) tinggi menyebabkan TB
menjadi lebih parah dan berhubungan dengan mortalitas yang lebih tinggi. Pada
umumnya efek hiperglikemia memudahkan pasien DM terkena infeksi. Hal ini
disebabkan karena hiperglikemia mengganggu fungsi neutrofil dan monosit
(makrofag) termasuk kemotaksis, perlengketan, fagositosis dan mikroorganisme
yang terbunuh dalam intraselular. Hal inilah menjadi salah satu penyebab
meningkatnya kepekaan pasien DM terhadap infeksi.3
Tatalaksana pengobatan TB Paru dengan DM meliputi pengobatan
terhadap DM dan pengobatan TB paru secara bersamaan. Terdapat beberapa
prinsip dalam penatalaksaan pasien TB-DM, yaitu :1-5
1. Paduan OAT (obat anti TB) pada prinsipnya sama dengan TB tanpa DM,
dengan syarat kadar gula darah terkontrol.
2. Pasien DM dengan kontrol glikemik yang buruk harus dirawat untuk
menstabilkan kadar gula darahnya dan pengobatan harus dilanjutkan selama 9
bulan.
3. Insulin sebaiknya digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
4. Obat hipoglikemi oral hanya digunakan pada kasus DM ringan karena terdapat
interaksi Rifampisin dengan OHO golongan sulfonilurea sehingga dosisnya
harus dinaikkan.
5. Keseimbangan glikemik harus tercapai karena penting untuk keberhasilan
terapi OAT. Target yang harus dicapai yaitu kadar gula darah puasa <120 mg%
dan HbA1c <7%.
6. Kemoterapi yang efektif dan baik sangatlah penting, lakukan monitoring
terhadap efek samping obat terutama efek samping terhadap hepar dan system
saraf. Pertimbangkan penggunaan piridoksin pada pemberian INH terutama
untuk pasien dengan neuropati perifer.
7. Hati-hati memberikan terapi etambutol sehubungan efek sampingnya pada
mata, karena penyandang DM juga sering terjadi komplikasi pada mata.
8. Penanganan penyakit komorbid, malnutrisi dan rehabilitasi pada alkoholisme
harus dilakukan.

31
9. Berikan terapi suportif secara aktif pada pasien DM.
Telah diberikan edukasi mengenai penyakit TB Paru kepada pasien tentang
penyebaran (limfogen, hematogen, dan komplikasi dan pengobatan yang akan
dilakukan. Pasien juga mengerti pentingnya pengobatan rutin dan teratur serta
menjaga pola makan dan menjaga agar status gizi tetap baik. Pada keadan
lingkungan tempat tinggal yang didiami pasien saat ini, didapatkan ventilasi yang
baik memadai dan pencahayaan matahari ke dalam rumah yang baik.
Pasien juga dianjurkan untuk meningkatkan status gizi, menjaga kebersihan
rumah dan meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu pasien juga dijelaskan lama
pengobatan, tata cara minum obat, mengenai kepatuhan minum obat, efek
samping ringan hingga berat dari pengobatan, serta jadwal pemeriksaan evaluasi
ulang penting sekali motivasi dari keluarga dalam pengawasan minum obat. Sejak
Januari 2017, pasien telah memulai pengobatan TB Kategori 1 Tahap awal. Pada
pasien diberikan OAT kategori 1 dan diperlukan ketaatan dalam berobat agar tidak
terjadi resistensi kuman TB, sehingga motivasi dan dukungan dari keluarga
sangatlah penting. Pada pasien juga diberikan edukasi penyakit pasien sehingga
anggota keluarga lain yang sering berinteraksi dengan pasien juga perlu
memeriksakan dahaknya, karena memiliki kemungkinan tertular. Hingga saat ini
pasien tetap meminum obat TB secara rutin, dan dijadwalkan pada tanggal.
Pasien secara rutin melakukan kontrol ke puskesmas tiap bulannya untuk
mengambil obat serta melakukan konsultasi mengenai gizi yang dapat
menyebabkan kondisi imunitas pasien menurun serta mempengaruhi keberhasilan
akan terapi yang diberikan. Pasien sebaiknya melakukan rutin dan teratur minum
obat serta perlu peningkatan pemenuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh
dan keberhasilan terapi.
Pasien telah melakukan kepatuhan dalam berobat untuk penyakit TB Paru
dan DM tipe 2. Pasien sudah mulai merasakan adanya perubahan kondisi dengan
keluhan yang sudah banyak berkurang. Pada kasus ini pengetahuan tentang
kesehatan terutama dalam perilaku hidup sehat dan dukungan moril keluarga
sangat perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, pendekatan kedokteran keluarga
penting dalam penanganan kasus semacam ini. Hal terpenting dan utama dalam
keberhasilan pengobatan TB Paru adalah kepatuhan akan berobat teratur untuk
OAT, kontrol pemantauan terapi serta pemenuhan gizi seimbang. Pada pasien ini

32
telah diterapkan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pelayanan kedokteran
keluarga berupaya pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif, terpadu dan
berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

33
1. Wulandari, D. R., & Sugiri, Y. J. (2013). Diabetes melitus dan permasalahannya
pada infeksi tuberkulosis. J Respir Indo, 33(2), 126-134.

2. World Health Organization. (2011). Non communicable disease report. Cited


2017 22 Mei 2017. Available from URL:
http://www.who.int/nmh/publications/ncd_report_chapter1.pdf.

3. Cahyadi, A., & Venty, V. (2011). Pulmonary Tuberculosis in Diabetes Mellitus


Patients. Journal of the Indonesian Medical Association, 61(04).

4. International Diabetes Federation. (2013). Diabetes and tuberculosis. Cited


2017 22 Mei 2017. Available from URL:
http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/diabetes-and-tuberculosis

5. World Health Organization. (2010). Global tuberculosis control. Geneva: World


Health Organization

LAMPIRAN

34
Rumah tampak depan

Kamar tidur pasien

Dapur

35
Kamar mandi

Tn.M Tempat cuci piring dan baju

36
37

Вам также может понравиться