Вы находитесь на странице: 1из 13

COOPERATIVE LEARNING 2

PENANGANAN JATUH PADA LANSIA

OLEH :
SGD 5

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
Learning task CL 2
Susunlah makalah terkait Pencegahan Jatuh pada Lansia. Klp 5-8, susunlah
poster panduan bagi keluarga untuk menolong dirinya sendiri ketika jatuh.
PEMBAHASAN
1. Definisi
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi
berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak termasuk jatuh akibat pukulan
keras, kehilangan kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab
yang spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan
sadar mengalami jatuh (Stanley, 2006).
Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan bertambahnya
usia kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun. (Nugroho, 2012). Jatuh pada
lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi, penyebabnya adalah multi-faktor,
serta banyak yang berperan didalamnya, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik
(Khalid, 2012).
Jatuh dan kecelakaan pada lansia merupakan penyebab kecacatan yang utama,
kejadian terjadi secara tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring atau terduduk dilantai. Jatuh (falls) merupakan suatu masalah yang
sering terjadi pada lansia (Maryam, 2010).
Jadi jatuh pada lansia adalah masalah yang sering terjadi dan merupakan penyebab
kecacatan yang utama, kejadian terjadi secara tiba-tiba dan tidak disengaja yang
mengakibatkan subyek yang sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja.
2. Epidemiologi
Menurut biro sensus Amerika Serikat, jumlah populasi lansia diproyeksikan akan naik
414%, suatu angka tertinggi diseluruh dunia lebih dari 500 juta lanjut usia (Lansia)
dengan umur rata-rata 60 tahun dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 akan
mencapai 1.2 Miliyar. Berdasarkan survei masyarakat di Amerika Serikat didapatkan
sekitar 30 % lansia umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka
tersebut mengalami jatuh berulang. Insiden jatuh di masyarakat Amerika Serikat pada
umur lebih dari 65 tahun dengan ratarata jatuh 0,6/orang, sekitar 1/3 lansia umur lebih
dari 65 tahun menderita jatuh setiap tahunnya dan sekitar 1/40 memerlukan perawatan
dirumah sakit (Kanne,dkk, 1994, dalam Nugroho, 2012).
Berdasarkan penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah
mencapai angka 11.4% atau tercatat sekitar 28.8 juta orang, balitanya tinggal 6.9% yang
menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (BPS, 2007). Insiden jatuh di
Indonesia tercatat dari 115 penghuni panti sebanyak 30 lansia atau sekitar 43.47%
mengalami jatuh (Darmojo dan Martono, 2004).
3. Faktor Resiko
Faktor risiko jatuh pada lansia menurut Stanley (2006) dapat dibedakan menjadi 2 antara
lain:
1. Faktor Instrinsik
Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan mengapa seseorang dapat
jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak
jatuh. Faktor intrinsik antara lain gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan
gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu
kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang disebabkan oleh berkurangnya aliran
darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan
pusing.
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya) diantaranya
cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tersandung benda-benda, lantai
yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak di bawah,
tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat obatan yang dikonsumsi serta
alat bantu berjalan yang di pakai berupa tongkat, tripot, kruk, atau walker yang tidak
desain seaman mungkin akan menyebabkan risiko terjadinya jatuh pada lansia
4. Penyebab
Penyebab jatuh pada lansia penyakit yang sedang diderita seperti hipertensi, stroke,
sakit kepala atau pusing, nyeri sendi, rematik dan diabetes. Perubahan perubahan akibat
proses penuaan seperti penurunan pendengaran, penglihatan, status mental, lambatnya
pergerakan, hidup sendiri, kelemahan otot kaki bawah, gangguan keseimbangan dan gaya
berjalan. Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor,
antara lain:
1. Kecelakaan merupakan penyebab jatuh yang utama 30-50% kasus jatuh lansia,
misalnya terpeleset, tersandung, gabungan antara lingkungan yang jelek dengan
kelainan-kelainan akibat proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-
benda yang ada di rumah tertabrak, lalu jatuh
2. Nyeri kepala dan atau vertigo
3. Hipotensi orthostatic
- Hipovilemia / curah jantung rendah
- Disfungsi otonom
- Penurunan kembalinya darah vena ke jantung
- Terlalu lama berbaring
- Pengaruh obat-obat hipotensi
- Hipotensi sesudah makan
4. Obat-obatan
- Diuretik/antihipertensi
- Antidepresen trisiklik
- Sedativa
- Antipsikotik
- Obat-obat hipoglikemia
- Alkohol
5. Proses penyakit yang spesifik
Penyakit-penyakit akut seperti:
- Kardiovaskuler : aritmia, stenosis aorta, sinkope sinus
carotis
- Neurologi : TIA, stroke, serangan kejang, parkinson,
kompresi saraf spinal karena spondilosis,
penyakit serebelum
6. Idiopatik
7. Sinkope : kehilangan kesadaransecara tiba-tiba
- Drop attack
- Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba
- Terbakar matahari
Penyebab Jatuh Dari Lingkungan Rumah
Faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan jatuh adalah penerangan yang tidak baik
(kurang atau menyilaukan), lantai yang licin dan basah, tempat berpegangan yang tidak
kuat/tidak mudah dipegang dan alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang tidak
stabil dan tergeletak di bawah. (Darmojo dan Martono, 2004). Menurut Friedman, 1998
adalah kondisi interior rumah meliputi bagaimana ruangan-ruangan tersebut dilengkapi
oleh perabot , kelayakan perabot, penerangan yang tidak memadai dan eksterior rumah
meliputi lantai, tangga, jeruji dalam keadaan buruk, tempat obat-obatan tidak terjangkau
dan pintu masuk dan pintu keluar ke rumah tidak terdapat penerangan dan ruang gerak
yang cukup untuk keluar dari rumah, kabel listrik telanjang di lantai, kolam renang yang
tidak di pagari secara memadai.
5. Akibat
Faktor resiko jatuh disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik (berhubungan
dengan lansianya) dan faktor ekstrinsik (berhubungan dengan lingkungan dan faktor
eksternal lainnya). Kejadian jatuh pada lansia sering kali terjadi di kamar lansia, toilet dan
koridor. Cedera akibat kecelakaan (jatuh) dapat mengakibatkan gangguan fisik dan indera
perasa ataupun mengakibatkan kematian pada lansia. Bagi lansia yang mengalami
berbagai gangguan fisik, cedera mungkin tidak dapat disembuhkan secara sempurna.
Dampak akibat jatuh dapat menimbulkan berbagai efek negatif pada lansia, dampak-
dampak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Cedera, dapat berupa cedera parah sampai cedera yang dapat mengakibatkan
kematian.
2. Kerugian finansial.
3. Kehilangan kepercayaan diri, menurunkan keaktifan, ketidakmandirian dan
penurunan kualitas hidup.
4. Stres dan kecemasan pada diri lansia.
5. Kematian
Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah tulang panggul.
Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur pergelangan tangan,
lengan atas dan pelvis serta kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah
walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat
memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri, pembatasan
dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh (Stanley, 2006).
6. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan dari jatuh pada lansia. Menurut Kane (1994), jatuh pada
lansia menimbulkan komplikasi seperti:
1. Perlukaan (Injury)
Perlukaan (Injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit
berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena, patah tulang atau
fraktur seperti fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah, tungkai atas. Dapat
juga terjadi hematoma subdural.
2. Disability
Disability mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan
fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan diri dan
pembatasan gerak.
3. Perawatan Rumah Sakit
Komplikasi akibat tidak dapat bergerak (imobilisasi) dan resiko penyakit-penyakit
latrogenik.
4. Kematian
7. Pencegahan
Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi
jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan. Ada 3 usaha pokok
untuk pencegahan, antara lain : (Darmojo, 2004; Tinetti, 1992; Van-der-Cammen, 1991;
Reuben, 1996)
1. Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor
intrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan sensorik, neurologik,
muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari / menyebabkan jatuh.
Keadaan leingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus
dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah
datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat. Peralatan rumah
tangga yangsudah tidak aman (lapuk, dapat bergeser sendiri) sebaiknya diganti,
peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu jalan/tempat aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin,
sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC
sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.
Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi postural, hipoglikemik atau penurunan
kewaspadaan harus diberikan sangat selektif dan dengan penjelasan yang
komprehensif pada lansia dan keluargannya tentang risiko terjadinya jatuh akibat
minum obat tertentu.
Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat, tripod, kruk atau
walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan, aman tidak mudah bergeser
serta sesuai dengan ukuran tinggi badan lansia.
2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada
saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi
medik. Penilaian gaya berjalan (gait) juga harus dilakukan dengan cermat apakah
penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot
ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu
harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.
3. Mengatur / mengatasi fraktur situasional
Faktor situasional yang bersifat serangan akut / eksaserbasi akut, penyakit yang
dideriata lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia secara
periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan
mengusahakan perbaikan lingkungan seperti tersebut diatas. Faktor situasional yang
berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan penderita. Perlu
diberitahukan pada penderita aktifitas fisik seberapa jauh yang aman bagi penderita,
aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan baginya sesuai
hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas
fisik, maka dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik sangat melelahkan atau
beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
Berikut ini beberapa pencegahan lain yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko
jatuh pada lansia:
1. Latihan fisik
Latihan fisik adalah salah satu bentuk intervensi tunggal yang dapat
dilakukan pada lansia karena kekuatan kedua ekstremitas bawah dan
keseimbangan dapat terlihat peningkatannya secara nyata dengan program
latihan yang sederhana dan terukur.
Tujuan latian fisik ;
Meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan
Memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi
terhadap bahaya lingkungan
Mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif/ penenang.
Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu
berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki
2. Managemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik :
Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan
Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama
sedatif dan tranquilisers
Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat
Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan
3. Modifikasi lingkungan
Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk
menghindari pusing akibat suhu di antara:
Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam
jangkauan tanpa harus berjalan dulu
Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan
untuk daerah tangga.
Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang
biasa untuk melintas.
Gunakan lantai yang tidak licin.
Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari
tersandung.
Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di
kamar mandi.
4. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :
Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
Hindari olahraga berlebihan.
5. Alas kaki
Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar
Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
Pakai sepatu yang antislip
6. Alat bantu jalan
Penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual
Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat
ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan
Alat bantu jalan yg digunakan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat
ketiak) dan walker.
7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.
Pada lansia yang mengalami fungsi penglihatan dapat diberikan alat bantu
seperti kacamata dan pada lansia yang mengalami fungsi pendengaran dapat
diberikan alat bantu dengar.
8. Memelihara kekuatan tulang
Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan
densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang
tua
Berhenti merokok
Hindari konsumsi alkohol
Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti

8. Peran Keluarga Untuk Pencegahan Jatuh


Dalam merawat lanjut usia tidak dapat dilakukan sendiri tetapi juga harus melibatkan
anggota keluarga. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatannya. Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan
dan pencegahan jatuh pada lansia (Maryam, 2008). Usaha pencegahan merupakan
langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti akan terjadi
komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan. Oleh karena itu untuk mencegah jatuh,
keluarga harus memiliki pengetahuan tentang pencegahan jatuh (Darmojo & Martono,
2004). Adapun hal-hal yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk mencegah kejadian
jatuh pada lansia adalah :
1. Anggota keluarga atau petugas panti dianjurkan agar mengunjungi/ menengok
lansia secara rutin (karena selain kebutuhan fisik yang di perlukan, kebutuhan
psikologis dan sosial juga sangat penting), mengamati kemampuan dan
keseimbangan dalam berjalan, berjalan bersama, dan membantu stabilitas tubuh.
2. Memperbaiki kondisi lingkungan yang dianggap tidak aman, misalnya dengan
memindahkan benda berbahaya, peralatan rumah dibuat yang aman (stabil,
ketinggian disesuaikan, dibuat pegangan pada meja dan tangga) serta lantai yang
tidak licin dan penerangan yang cukup.
3. Mengatur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari
pusing akibat suhu pada lansia.
4. Menaruh barang-barang yang diperlukan lansia berada dalam jangkauan tanpa
harus berjalan terlebih dahulu.
5. Menggunakan karpet antislip di kamar mandi dan menyikat kamar mandi agar
tidak licin
6. Memperhatikan kualitas penerangan dan pencahayaan di rumah dan menghindari
penggunaan penerangan yang dapat menyilaukan
7. Menghindari adanya kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
8. Memasang pegangan tangan pada tangga dan pasang anti slip pada pegangan
tangga, dan bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah tangga.
9. Menyingkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa
untuk melintas. Misalnya karpet, sajadah, mainan-mainan cucu, pensil warna,
gelas plastik dll.
10. Menggunakan lantai yang tidak licin atau memakai alas kaki yang tidak licin.
11. Mengatur letak barang-barang perabotan agar jalan untuk melintas mudah dan
menghindari tersandung.
12. Memasang pegangan tangan ditempat yang diperlukan seperti di kamar mandi.
13. Memasang stiker cahaya yang akan menyala apabila lampu mendadak padam
sehingga memudahkan untuk berjalan atau keluar.
14. Menghindari penggunaan perabotan yang beroda.
15. Memasang alarm dan alat komunikasi yang tinggal menekan tombol apabila lansia
meminta bantuan.
9. Penatalaksanaan
Bila penyebab merupakan penyakit akut penangananya menjadi lebih mudah, lebih
sederhana, dan langsung bisa menghilangkan penyebab jatuh secara efektif. Tetapi lebih
banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi
gabungan antara obat, rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lanjut
usia itu. Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan,
misalnya pembatasan bepergian/aktivitas fisik, penggunaan alat bantu gerak. Untuk
penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan penurunan fungsional terapi
difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki
fungsionalnya.
Sering terjadi kesalahan, terapi rehabilitasi hanya diberikan sesaat sewaktu penderita
mengalami jatuh. Padahal terapi ini diperlukan secara terus-menerus sampai terjadi
peningkatan kekuatan otot dan status fungsional. Terapi untuk penderita dengan
penurunan gait dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi penyebab/faktor yang
mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam progam gait training dan pemberian alat
bantu berjalan. Biasanya progam rehabilitasi ini dipimpin oleh fisioterapis. Penderita
dengan dizziness syndrom, terapi ditujukan pada penyakit kardiovaskuler yang mendasari,
menghentikan obat-obat yang menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker,
diuretic dan antidepresan. Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki
lingkungan rumah/tempat kegiatan lanjut usia seperti tersebut di pencegahan jatuh
(Darmojo & Martono, 2004).
10. Peran Keluarga Untuk Menolong Lansia Jatuh
Menurut Australian Government, Departement of Health and Ageing (2011) beberapa
penanganan jatuh pada lansia antara lain:
1. Jangan terburu-buru membangunkan orang yang terjatuh
2. Tenangkan lansia yang jatuh dan tenangkan diri sendiri (penolong)
3. Periksa apakah ada cedera. Jika ada cedera segera panggil bantuan
4. Jika lansia yang jatuh masih bisa bangun, ambil dua kursi letakkan salah satu di
dekat kepala dan satu lagi di dekat kaki lansia yang jatuh.
Berikut ini adalah langkah-langkah menolong lansia yang jatuh.
1. Tenangkan lansia dan cek adanya luka. Tanyakan lansia jika dia dapat berpindah atau
tidak.

2. Jika lansia dapat berpindah,


bantu lansia berguling ke sisi
penolong. Letakkan dua
kursi yang kuat dekat lansia.
3. Bantu lansia berlutut dan menopang tubuh dengan kedua tangan ke posisi setengah
berdiri. Letakkan kursi yang lain di belakang lansia.

4. Pandu lansia untuk


mendorong dirinya berdiri
dan duduk di kursi yang ada dibelakangnya. Jangan mengangkat lansia bila tidak
mengetahui kondisi lukanya karena dapat membuat kondisi lansia menjadi lebih
buruk.

5. Biarkan lansia
beristirahat di kursi dan segera
mencari pengobatan jika dibutuhkan.

DAFTAR
PUSTAKA

Australia
Government, Department of Health and Ageing. (2011). Falls Can be Preventen : A
Guide to Preventing Falss for Older People. Retrived :
(http://www.health.gov.au/internet/main/publishing.nsf/Content/E23F5F7BF8F07264
CA257BF0002043F5/$File/Don%27t%20fall%20for%20it.pdf, diakses 27 April 2016
BPS. (2007). Indikator Kesejahteraan Rakyat 2007. Jakarta : Badan Pusat Statistik
Darmojo, B.R, dan Martono, H.H. (2004). Buku ajar Geriatrik; Ilmu kesehatan lanjut usia,
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Friedman, M. Marilyn. (1998). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.
Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Maryam, Siti dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta : Trans Info Medika
Khalid, M. (2012). Keperawatan Gerontik. Jogjakarta : Pustaka Pelajar
Nugroho, W. (2012). Keperawatan gerontik dan geriatrik. Edisi dua. Jakarta: EGC.
Stanley, M., & Beare, P. G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Вам также может понравиться

  • Sosiodrama Hipertensi SGD 3 Ga
    Sosiodrama Hipertensi SGD 3 Ga
    Документ16 страниц
    Sosiodrama Hipertensi SGD 3 Ga
    Bernadetta Diana Ariputra
    Оценок пока нет
  • Pathway Persalinan Normal
    Pathway Persalinan Normal
    Документ3 страницы
    Pathway Persalinan Normal
    Bernadetta Diana Ariputra
    Оценок пока нет
  • LP Osteoartritis
    LP Osteoartritis
    Документ11 страниц
    LP Osteoartritis
    Bernadetta Diana Ariputra
    Оценок пока нет
  • SGD Terapi Musik
    SGD Terapi Musik
    Документ18 страниц
    SGD Terapi Musik
    Bernadetta Diana Ariputra
    Оценок пока нет
  • Materi Hipertensi
    Materi Hipertensi
    Документ9 страниц
    Materi Hipertensi
    Bernadetta Diana Ariputra
    Оценок пока нет
  • Peraturan Perundang Puskesmas Santun Lansia
    Peraturan Perundang Puskesmas Santun Lansia
    Документ2 страницы
    Peraturan Perundang Puskesmas Santun Lansia
    Bernadetta Diana Ariputra
    Оценок пока нет
  • Guided
    Guided
    Документ2 страницы
    Guided
    Bernadetta Diana Ariputra
    Оценок пока нет
  • SPSK Pemberian Obat Oral
    SPSK Pemberian Obat Oral
    Документ6 страниц
    SPSK Pemberian Obat Oral
    Bernadetta Diana Ariputra
    Оценок пока нет
  • Sop Pemeriksaan TTV
    Sop Pemeriksaan TTV
    Документ3 страницы
    Sop Pemeriksaan TTV
    Bernadetta Diana Ariputra
    Оценок пока нет
  • PATHWAY
    PATHWAY
    Документ1 страница
    PATHWAY
    Bernadetta Diana Ariputra
    Оценок пока нет
  • Sap Diabetes Melitus Pada Lansia
    Sap Diabetes Melitus Pada Lansia
    Документ22 страницы
    Sap Diabetes Melitus Pada Lansia
    Bernadetta Diana Ariputra
    Оценок пока нет
  • Format Penilaian Pengkajian Gerontik 2
    Format Penilaian Pengkajian Gerontik 2
    Документ2 страницы
    Format Penilaian Pengkajian Gerontik 2
    Bernadetta Diana Ariputra
    Оценок пока нет
  • Pathway Pneumonia
    Pathway Pneumonia
    Документ1 страница
    Pathway Pneumonia
    Bernadetta Diana Ariputra
    Оценок пока нет