Вы находитесь на странице: 1из 6

Profil Penderita Dispepsia di Instalasi Endoskopi RSUD

Banyumas (2 SKP)
Hery Agoestono

SMF Penyakit Dalam RSUD Banyumas/Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Abstrak

Dispepsia merupakan sindroma atau kumpulan gejala berupa nyeri epigastrium, mual, kadang muntah, kembung,
rasa penuh, cepat kenyang atau kembung yang dapat diduga berasal dari saluran cerna bagian atas (SCBA)
khususnya lambung dan duodenum. Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan untuk mengevaluasi SCBA, dan
esofagogastroduodenoskopi (EGD) merupakan pemeriksaan diagnostik yang paling akurat untuk penyakit SCBA.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui secara deskriptif bagaimana profil hasil EGD penderita dispesia
di Instalasi Endoskopi RSUD Banyumas.

Pada penelitian ini, nilai rata-rata umur pria sekitar 48 tahun, dan wanita sekitar 44 tahun, jenis kelamin pasien pria
lebih banyak disbanding wanita dengan rasio 1,08 : 1. Sebaran usia terbanyak yaitu antara 35-44 tahun.

Dari hasil pemeriksaan EGD, penderita dispepsia terbanyak disebabkan oleh gastritis erosiva (53,8%), selanjutnya
gastritis (21,8%), ulkus gaster (12,4%) dan ulkus duodeni (3,8%). Hasil EGD penderita dispepsia antara usia kurang
50 tahun dan usia lebih 50 tahun menunjukkan pola yang sama.

Kata kunci: EGD, SCBA, gastritis, gaster, duodeni

Abstract

Dyspepsia is a group of symptoms that describes discomfort in the upper gastrointestinal tract (UGIT) such as
epigastric pain, nausea, sometimes vomiting, bloating and unpleasant feeling of fullness, which can be thought to
some from the UGIT, particularly the stomach and duodenum. Endoscopic examination is an examination that is
necessary to evaluate the UGIT and esophago gastro duodenoscopy (EGD) is the most accurate diagnostic
examination for UGI disease.

This paper aims to descriptively study the results of EGD profile of dyspepsia patients in Endoscopy Installation of
Banyumas Hospital.

In this study, ratio of male : female subjects is 1,08 : 1. Mean age of male and female subjects are 48 and 44 years
old, respectively, with the highest distribution is in the range of 35-44 years old.

The results of EGD indicated that 53.8% of dyspepsia in the population is caused by erosive gastritis, 21.8% by
subsequent gastritis, 12.4% by gastric ulcer and 3.8% by duodenal ulcer. Same pattern of EGD results is observed in
patients under and more than 50 years old.

Keyword: EGD, SCBA, gastritis, gastric, duodeni


PENDAHULUAN

Dispepsia merupakan sindroma atau kumpulan gejala berupa nyeri epigastrium, mual, kadang

muntah, rasa penuh, cepat kenyang atau kembung yang dapat diduga berasal dari SCBA

khususnya lambung dan duodenum.

Penelitian di rumah sakit menunjukkan bahwa pasien dispepsia dapat mengalami

gangguan motilitas seperti gangguan akomodasi lambung, hipersensitivitas terhadap distensi,

pengosongan lambung yang terlambat atau terlalu cepat. Secara garis besar penyebab sindroma

dispepsia dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu dispepsia fungsional dan organik (tukak peptik,

gastritis, batu empedu dan lai-lain.3 Penatalaksanaan dispepsia memerlukan anamnesis dan

pemeriksaan yang cermat untuk menyingkirkan berbagai kelainan esofagus, pankreas, bilier serta

kelainan abdominal yang lain.

Pemeriksaan endoskopi merupakan pemeriksaan yang perlu untuk mengevaluasi SCBA

maupun saluran cerna bagian bawah (SCBB). Secara umum endoskopi dibagi menjadi dua jenis,

yaitu endoskopi SCBA/EGD dan endoskopi SCBB (kolonoskopi). Pemeriksaan EGD merupakan

metode diagnostik yang paling akurat untuk penyakit SCBA. Pemeriksaan EGD dilakukan

apabila dokter sulit membedakan antara dispepsia fungsional dan organik, atau terapi empirik

tidak berhasil, terutama bila gejala yang timbul tidak khas. Pemeriksaan EGD menjadi mutlak

bila pasien berusia lebih dari 55 tahun dan terdapat tanda-tanda bahaya (alarm features), seperti:

(a) disfagia, (b) penurunan berat badan, (c) bukti adanya perdarahan saluran cerna (hematemesis,
melena, hematochezia, anemia defisiensi besi, atau occult bleeding), atau (d) tanda obstruksi

saluran cerna atas (muntah, cepat penuh).

Dispepsia merupakan keluhan umum yang dalam waktu tertentu dapat dialami oleh seseorang.

Batasan waktu lamanya keluhan umumnya tidak ditetapkan kecuali untuk keperluan suatu

penelitian hal ini perlu dilakukan atau ada batasan waktu yang ditujukan untuk

meminimalisasikan kemungkinan adanya penyebab organik.

Penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15%-30% orang dewasa pernah

mengalami dispepsia dalam beberapa hari. Angka prevalensi dispepsia di negara barat berkisar

7%-41%, tetapi hanya 10%-20 % yang mencari pertolongan medis. Angka insiden dispepsia

diperkirakan 1%-8%. Sampai saat ini, belum ada data epidemiologis di Indonesia.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui secara deskriptif profil hasil EGD

penderita dispesia di Instalasi Endoskopi RSUD Banyumas.

BAHAN DAN CARA KERJA

Sampel diambil dari catatan Rekam Medis pasien yang pernah menjalani EGD dari bulan

Januari 2011 sampai Desember 2012 (selama 2 tahun). Subjek yang memenuhi kriteria inklusi

adalah pasien dispepsia ditentukan mempunyai keluhan menetap atau berulang selama 1 (satu)

bulan atau lebih untuk menyingkirkan gejala yang bersifat sementara atau akibat proses fisiologis

pada lambung kosong (Rani, 1999). Pemeriksaan EGD dilakukan di Instalasi Endoskopi RSUD

Banyumas. Penderita tersebut dicatat: umur, jenis kelamin serta hasil pemeriksaan EGD.

Penelitian ini tidak mencantumkan faktor risiko dispepsia karena data diambil secara retrospektif
dan keterbatasan informasi pada rekam medis penderita. Data dikumpulkan dan disajikan secara

deskriptif.

HASIL

Selama 2 (dua) tahun dari Januari 2011 sampai dengan Desember 2012 diperoleh 119 penderita

dispepsia yang melakukan pemeriksaan EGD. Penderita dispepsia usia termuda adalah 16 tahun,

tertua yaitu 80 tahun dengan rata-rata usia pria sebesar 40,34, SD 14,3 tahun dan rata-rata usia

wanita 36,52, SD 15,48 tahun. Rasio pria : wanita = 1.08 : 1 (gambar 1). Sebaran umur dan jenis

kelamin ditunjukkan oleh gambar 2.

Dari 119 penderita dispepsia yang dilakukan pemeriksaan EGD didapatkan hasil seperti pada

gambar 3. Apabila dibedakan antara usia kurang 50 tahun dan usia lebih 50 tahun maka hasil

EGD dapat dilihat pada gambar 4.

DISKUSI.

Pemeriksaan EGD merupakan metode diagnostik yang paling akurat untuk penyakit SCBA.

Pemeriksaan EGD dapat dilakukan apabila dokter sulit membedakan antara dispepsia fungsional

dan organik, atau terapi empirik 48 minggu tidak berhasil, terutama bila gejala yang timbul

tidak khas dan pemeriksaan EGD mutlak dilakukan bila pasien berusia lebih dari 55 tahun dan

terdapat tanda-tanda bahaya (alarm features).

Pada penelitian in, nilai rata-rata umur pria sekitar 48 tahun dan wanita sekitar 44 tahun. Subjek

penelitian lebih banyak yang berjenis kelamin pria dibandingkan wanita dengan rasio 1.08 : 1.
Penelitian Harahap Y. (2009) mendapatkan proporsi tertinggi penderita dispepsia adalah

kelompok usia lebih 50 tahun dan didapatkan wanita lebih banyak dibanding pria dan

manifestasi klinis dispepsia terbanyak campuran. Dari hasil pemeriksaan EGD, penderita

dispepsia terbanyak adalah gastritis erosiva (53,8%), gastritis (21,8%), ulkus gaster (12,4%) dan

ulkus duodeni (3,8%). Hasil EGD penderita dispepsia antara pasien dengan usia kurang 50 tahun

dan usia lebih 50 tahun mempunyai pola yang sama, namun hal ini belum bisa dijelaskan.

Hasil EGD menunjukkan bahwa dari keluhan dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan mukosa

SCBA yang beragam dan sangat kompleks apabila dilihat dari sudut etiologi dan faktor-faktor

yang mungkin mempengaruhi. Proses patofisiologis yang potensial berhubungan dengan

dispepsia adalah hipersekresi asam lambung, infeksi Helicobacter pylori, dismotilitas

gastrointestinal, hipersensitivitas viseral, disfungsi autonom, hormonal, diet dan faktor

lingkungan. Pada penelitian ini, faktor-faktor risiko dispepsia tidak dicantumkan karena data

diambil retrospektif dan keterbatasan informasi pada rekam medis penderita, sehingga faktor

risiko tidak dapat dianalisa.

KESIMPULAN

Penelitian retrospektif ini menampilkan data tentang profil dispepsia yang diperoleh dari

pemeriksaan EGD di Instalasi Endoskopi RSUD Banyumas. Penderita dispesia yang diteliti lebih

banyak pada penderita dengan jenis kelamin pria, sebaran usia terbanyak di usia 3544 tahun dan

dengan hasil pemeriksaan EGD terbanyak yaitu gastritis erosiva. Sementara itu, kelainan mukosa

hasil EGD pada penderita dispepsia yang berusia antara kurang 50 tahun dan lebih 50 tahun

polanya sama.
Last modified: Thursday, 25 September 2014, 11:21 AM

Вам также может понравиться