Вы находитесь на странице: 1из 42

BAGIAN RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR OKTOBER 2017

PNEUMOTHORAX

OLEH :
ANDI ADRIANA MAPPAMADENG

10542046213

PEMBIMBING:
dr. Anita A.J Asmal, M.Kes, Sp.Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Andi Adriana Mappamadeng

NIM : 10542046213

Judul Refarat : Pneumothorax

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Oktober 2017

Pembimbing

dr. Anita A.J Asmal, M.Kes, Sp.Rad

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Segenap tahmid senantiasa tercurah kepada Sang Pemilik kehidupan yang Maha
Pengasih dan Penyayang atas segala limpahan Rahmat dan nikmatNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan refarat ini dengan lancar. Sholawat dan salam untuk Rasulullah Muhammad
SAW, sang pembawa cinta yang membimbing manusia menuju surga serta mengajarkan
kepada manusia untuk saling mengasihi.

Alhamdulillah berkat hidayah dan pertolongannya, penulis dapat menyelesaikan tugas


refarat yang berjudul Pneumothorax dalam rangka Kepaniteraan Klinik di Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam Penyelesaian referat ini, peneliti ucapkan banyak terima kasih atas semua
bantuan,doa serta motivasinya kepada pihak yang ikut memberi andil dalam penyelesaian
refarat ini, terutama kepada dosen pembimbing dr. Anita A.J Asmal, M.Kes, Sp.Rad yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan pengarahan dan koreksi sampai
referat ini selesai.

Penulis sadar bahwa penulisan ini sangat jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penulis berharap kepada para pembaca untuk memberi kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan refarat ini.

Demikian, semoga refarat ini bisa bermanfaat untuk penulis dan para pembaca, Insya
Allah, Amin.

Makassar, Oktober 2017

Andi Adriana

3
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ....................................................................................................... .................i

Lembar pengesahan....................................................................................................................ii

Kata Pengantar........................................................................................................... ...............iii

Daftar Isi .................................................................................................................... ...............iv

A. Pendahuluan .................................................................................................. ................1


B. Anatomi dan fisiologi .................................................................................... ................2
C. Definisi .......................................................................................................... ................9
D. Epidemiologi ................................................................................................. ................9
E. Etiologi dan Klasifikasi................................................................................................10
F. Patogenesis .................................................................................................... ..............14
G. Diagnosis ....................................................................................................... ..............15
1. Pemeriksaan klinis .................................................................................... ..............15
a. Anamnesis ........................................................................................... ..............15
b. Pemeriksaan fisik ................................................................................ ..............16
2. Pemeriksaan Radiologi ............................................................................. ..............16
a. Foto Thorax X-Ray ............................................................................. ..............18
b. Computed Tomography Scan (CT-Scan)...........................................................20
c. Ultrasonography.............................................................................................24
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI) .................................................. ..27
e. Kedokteran Nuklir .............................................................................. ..28
- Positron Emossion Tomography (PET) Scan ............................... ..29
f. Fluoroscopy......................................................................................... ..30
3. Pemeriksaan Laboratorium ....................................................................... ..30
4. Pemeriksaan Analisa Gas Darah ............................................................... ..31
5. Pemeriksaan Histopatologi ....................................................................... ..31
H. Diferensial Diagnosis ................................................................................... ..............33
I. Penatalaksanaan ............................................................................................. ..............38
J. Prognosis ....................................................................................................... ..............42
K. Kajian Islam ................................................................................................... ..............43
Daftar pustaka ................................................................................................ ..............46
4
PNEUMOTHORAX

( Andi Adriana, Anita A.J Asmal )

A. PENDAHULUAN

Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis seperti balon dan
mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk
mempertahankan pengembangannya. Paru-paru sebenarnya mengapung dalam rongga
toraks, dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan
paru-paru di dalam rongga. Jadi pada keadaan normal rongga pleura berisi sedikit cairan
dengan tekanan negatif yang ringan.1

Pneumothoraks adalah keadaan dimana terdapatnya udara bebas dalam cavum pleura,
maka akan menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak
mengembang dengan maksimal. Pneumothoraks dapat terjadi baik secara spontan atau
traumatik. Pneumothoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder.
Sedangkan pneumothoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenic.1 Paru-
paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis. Diantara pleura parietalis dan
visceralis terdapat cavum pleura. Cavum pleura normal berisi sedikit cairan sereous
jaringan. Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan negatif. Tekanan negative intrapleural
membantu dalam proses respirasi.1,2

Insidensi pneumothorax sulit diketahui karena episodenya banyak tidak diketahui.


Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa
pneumothorax sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-
laki leih sering daripada wanita, dengan perbandingan 5:1. Pada pria, resiko pneumothorax
spontan akan meningkat pada perokok berat dibanding non prokok. Pneumothorax spontan
sering terjadi pada usia muda, dengan insidensi puncak dekade ketiga kehidupan (20-40
tahun).1,2

Dalam menegakkan diagnosis dilakukan dengan beberapa tahap dari melakukan


anamnesis dengan adanya gejala nyeri dada, sesak, mudah lelah dan denyut jantung yang
cepat. Dan juga dilakukan pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi,dan
auskultasi. Kemudian dilakukan juga pemeriksaan radiologi yang di dapatkan pada foto
thorax adanya bayangan udara dalam cavum pleura memberikan bayangan radiolusen yang
5
tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern), dan juga bisa didapatkan pendorongan
jantung dan trakea ke kontralateral2, CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan
pneumotoraks spontan primer dan sekunder, pemeriksaan analisa gas darah arteri dapat
memberikan gambaran hipoksemi.2

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN

Sistem pernapasan atau respirasi adalah sistem organ pada manusia yang
berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara luar dan mengeluarkan karbondioksida
melalui paru-paru. Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau
dalam keadaan tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan
saraf otonom.3
Struktur dan Fungsi Sistem Pernapasan
Respirasi berlangsung dalam 3 fase, yaitu sebagai berikut :
1. Respirasi eksternal atau respirasi luar
Respirasi luar merupakan proses pertukaran gas antara udara luar (atmosfer) dengan
paru paru. O2 atmosfer masuk kedalam paru apru dan CO2 dari paru paru
dikeluarkan ke atmosfer.Selanjutnya, O2 dari rongga paru paru masuk ke dalam
pembuluh darah vena pulmonalis (vena paru paru) untuk dibawah ke jantung.2,3
2. Respirasi internal atau repirasi dalam
Respirasi dalam merupakan proses pertukaran gas dari aliran darah ke sel sel tubuh,
dan sebaliknya dari sel sel ke tubuh aliran darah.3
3. Respirasi Sel
Di dalam sel tubuh, O2akan digunakan untuk mengoksidasi zat makanan (glukosa)
sehingga dihasilkan energi yang sangat diperlukan tubuh.Jumlah O2 yang diperlukan
tubuh tergantung dari berat badan dan aktivitas seseorang. Pada orang dengan berat
badan 70 kg ketika istirahat rata rata konsumsi oksigennya adalah 200 ml/kg/jam,
namun pada waktu bekerja berat konsumsi oksigennya dapat mencapai 400ml/kg/jam.
Volume udara repirasi pada setiap orang berbeda beda, tegantung pada ukuran paru
paru, kekuatan bernafas, dan cara benafas. Pada orang dewasa, volume paru paru
berkisar antara 5-6 liter.2,3
Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan
dan mekanisme pernapasan. Sistem respirasi atausistem pernafasan mencakup semua
proses pertukaran gas yang terjadi antara atmosfir melaluirongga hidungfaring

6
laringtrakeabronkusbronkiolusparu-parualveolussel-sel melalui
dinding kapiler darah.3
Anatomi sistem pernapasan
Pernapasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam
bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke
lingkungan.Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat
dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan Internal dan pernapasan ekternal.2Masuk
keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam
rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada
lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada
lebih besar maka udara akan keluar.3

Gambar 1: anatomi Rongga dada4

1. Thorax
Thorax dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di superior oleh thoracic
inlet dan inferior oleh thoracic outlet; dengan batas luar adalah dinding thorax yang
disusun oleh vertebra torakal, costae, sternum, muskulus, dan jaringan ikat. Rongga
thorax dibatasi dengan rongga abdomen oleh diafragma. Rongga thorax dapat dibagi ke
dalam dua bagian utama, yaitu : paru-paru (kiri dan kanan) dan mediastinum.
7
Mediastinum dibagi ke dalam 3 bagian: superior, anterior, dan posterior. Mediastinum
terletak diantara paru kiri dan kanan dan merupakan daerah tempat organ-organ penting
thorax selain paru-paru (yaitu: jantung, aorta, arteri pulmonalis, vena cava, esofagus,
trakhea, dll.).4
Thoracic inlet merupakan pintu masuk rongga thoraks yang disusun oleh
permukaan ventral vertebra torakal I (posterior), bagian medial dari iga I kiri dan kanan
(lateral), serta manubrium sterni (anterior). Thoracic inlet memiliki sudut deklinasi
sehingga bagian anterior terletak lebih inferior dibanding bagian posterior. Manubrium
sterni terletak kira-kira setinggi vertebra torakal II. Batas bawah rongga thoraks atau
thoracic outlet (pintu keluar thoraks) adalah area yang dibatasi oleh sisi ventral vertebra
torakal XII, lateral oleh batas bawah costae dan anterior oleh processus xiphoideus. 4

Gambar 2 : Dinding Thorax 2

a. Dinding toraks
Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding toraks
adalah costae, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula.
Jaringan lunak yang membentuk dinding toraks adalah otot serta pembuluh darah
terutama pembuluh darah intrerkostalis dan torakalis interna.2

b. Kerangka dinding toraks


Kerangka dinding toraks membentuk sangkar toraks osteokartilogenous yang
melindungi jantung, paru-paru dan beberapa organ abdomen (misalnya hepar).
Kerangka torak terdiri dari:2

1. Vertebra toraksika (12) dan diskus intervertebralis.


8
2. Costae (12 pasang) dan cartilago kostalis.

3. Sternum.

Costae adalah tulang pipih yang sempit dan lengkung, dan membatasi bagian terbesar
sangkar toraks terdiri dari:2

a. Ketujuh (kadang-kadang delapan) kostae I disebut kosta sejati (vertebrosternal)


karena menghubungkan vertebra dengan sternum melalui kartilago kostalis.
b. Kosta VIII sampai kosta X adalah kosta tak sejati (vertebrokondral) karena
kartilago kostalis masing-masing kosta melekat pada kartilago kostalis tepat
diatasnya.
c. Kosta XI dan kosta XII adalah kosta bebas atau kosta melayang karena ujung
kartilago kostalis masing-masing kosta berakhir dalam susunan otot abdomen
dorsal.
Sternum adalah tulang pipih yang memanjang dan membatasi bagian ventral
sangkar toraks. Sternum terdiri atas tiga bagian: manubrium sterni, corpus sterni,
dan processus xiphoideus.
c. Dasar toraks
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus dan merupakan
struktur yang menyerupai kubah (dome-like structure). Diafragma membatasi
abdomen dari rongga torak serta terfiksasi pada batas inferior dari sangkar toraks.
Diafragma termasuk salah satu otot utama pernapasan dan mempunyai lubang untuk
jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta esophagus.2

d. Rongga toraks (Cavitas thoracis)


Rongga thorax adalah suatu ruangan yang ditutupi oleh dinding thorax, yang terdiri
dari 3 kompartemen:

9
Gambar 3 : Rongga Thorax 4

1. Dua kompartemen lateral cavum pulmonal yang terdiri dari paru-paru dan pleura
2. Satu kompartemen sentral mediastinum yang terdiri dari : jantung, pembuluh
darah besar pars thorakalis, trakea pars thorakalis, oesofagus, timus, dn struktur
lainnya (Moore,2007).
Rongga mediastinum terdiri dari bagian superior dan inferior, dimana bagian
yang inferior dibagi menjadi : mediastinum anterior, medius, dan superior.

Gambar 4 : Pembagian Mediastinum 4

a. Mediastinum Superior
Mediastinum superior dibatasi oleh :
Superior : Bidang yang dibentuk oleh vertebrae Th I, costae I dan incisura
jugularis.
10
Inferior : Bidang yang dibentuk dari angulus sternal ke vertebrae Th IV
Lateral : Pleura mediastinalis
Anterior : Manubrium sterni.
b. Mediastinum Inferior
Mediastinum inferior dibagi menjadi : mediastinum anterior, medius, dan superior.
Mediastinum anterior terdiri dari : Timus, lemak, dan kelenjar limfe
Mediastinum medius terdiri dari : Jantung, pericardium, aorta, trakea, bronkus
primer, kelenjar limfe
Mediastinum posterior terdiri dari : aorta desenden, oesofagus, vena azigos,
duktus thoracicus
2. Paru-paru

Gambar 5. Anatomi Paru-paru2

Paru-paru terletak dalam rongga dada. Letaknya di sebelah kanan dan kiri serta di
tengahnya dipisahkan oleh jantung.Jaringan paru-paru mempunyai sifat elastik, berpori,
dan seperti spon. Apabila diletakkan di dalam air, paru-paru akan mengapung karena
mengandung udara di dalamnya. Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau
lobus.Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus.Setiap lobus
tersusun atas lobula.Paru-paru dilapisi oleh selaput atau membran serosa rangkap dua
disebut pleura.2,3
Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat eksudat untuk meminyaki permukaannya
sehingga mencegah terjadinya gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang bergerak
saat bernapas.Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu saling erat bersentuhan.Namun dalam

11
keadaan tidak normal, udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang di
antaranya menjadi jelas.Tekanan pada rongga pleura atau intratoraks lebih kecil daripada
tekanan udara luar ( 34 mmHg).2

3. Pleura

Gambar 6 . Anatomi paru-paru dan pleura3

Pleura merupakan lapisan pembungkus paru (pulmo). Dimana antara pleura yang
membungkus pulmo dextra et sinistra dipisahkan oleh adanya mediastinum. Pleura dari
interna ke externa terbagi atas 2 bagian :
a. Pleura visceralis / pulmonis, yaitu pleura yang langsung melekat pada permukaan
pulmo.
b. Pleura parietalis, yaitu bagian pleura yang beratasan dengan dinding thorax.
Kedua lapisan ini saling berhubungan pada hilus pulmonale sebagai ligamentum
pulmonale (pleura penghubung). Diantara kedua lapisan pleura terdapat sebuah rongga
yang disebut dengan cavum pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang berfungsi agar
tidak terjadi gesekan antar pleura ketika proses pernafasan.
Pleura parietal bedasarkan letaknya terbagi atas :
Cupula pleura (pleura cervicalis) :
Merupakan pleura parietalis yang terletak diatas costa I namun tidak melebihi dari
collum costae nya. Cupula pleura terletak setinggi 1-1,5 inchi di atas 1/3 medial
os.clavicula.
Pleura parietalis pars diafraghmatica :

12
Pleura yang menghadap ke diafraghma permukaan thoracal yang dipisahkan oleh fascia
endothoracica.
Pleura parietalis pars mediastinalis (medialis) :
Pleura yang menghadap ke mediastinum/ terletak di bagian medial dan membentuk
bagian lateral dari mediastinum.
Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan negative thorax kedalam paru-
paru yang elastic dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat (restting
pressure) dalam posisi tiduran adalah -2 sampai -5 cm H2O; sedikit bertambah negative
di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan negative meningkat menjadi -
25 sampai -35 cm H2O(1). Selain fungsi mekanis, seperti telah disinggung diatas, cavum
pleura steril karena mesothelial bekerja melakukan fagositosis benda asing; dan cairan
yang diproduksinya bertindak sebagai lubrikans(1). Cairan cavum pleura sangat sedikit,
sekitar 0,3 ml/ kg, bersifat hipoonkotik dengan konsentrasi protein 1g/ dl. Gerakan
pernafasan dan gravitasi kemungkinan besar ikut mengatur jumlah produksi dan
resorbsi cairan cavum pleura. Resobsi terjadi terutama pada pembuluh limfe pleura
parietalis, dengan kecepatan 0,1 sampai 0,15 ml/kg/jam.5
Mekanisme Jalannya Udara pada Saat Bernapas
Paru-paru mamalia terletak dalam rongga dada.Paru-paru mamalia mempunyai
tekstur yang mirip spons dan berbentuk seperti sarang lebah dengan epithelium lembap
yang berfungsi sebagai pertukaran respirasi. Luas total permukaan epithelium (sekitar
100 m2 pada manusia) sudah cukup untuk melakukan pertukaran gas untuk keseluruhan
tubuh. Sebuah sistem saluran yang bercabang mengirimkan udara ke paru-paru.Udara
masuk melalui lubang hidung kemudian disaring oleh rambut, dihangatkan,
dilembapkan, dan dicek jika ada bebauan, sementara udara mengalir berbagai ruang di
dalam rongga hidung.Rongga hidung mengarah ke faring, semacam persimpangan
dimana jalur untuk udara dan makanan saling silang.Ketika makanan ditelan, laring
bergerak ke atas dan merebahkan epiglottis di atas glotis.Hal tersebut membuat
makanan dapat masuk ke esophagus hingga lambung. Pada waktu lain, glotis berada
dalam keadaan terbuka dan manusia dapat bernafas. Dinding laring diperkuat dengan
tulang rawan. Pada manusia dan mamalia lain, laring diadaptasikan sebagai kotak suara.
Ketika ada udara dihembuskan udara tersebut akan melintasi pasang pita suara dalam
laring, kemudian suara dihasilkan ketika otot sadar dalam kotak suara menjadi tegang
dan meregangkan pita suara tersebut sehingga pita suara bergetar. Suara berada tinggi

13
dihasilkan ketika pita suara sangat teregang dan bergetar cepat; suara bernada rendah
berasal dari pita suara yang tidak terlalu tegang bergetar secara perlahan.1
Dari laring, udara lewat ke dalam trakea atau batang tenggorokan.Cincin tulang
rawan (sebenarnya berbentuk seperti huruf C) mempertahankan bentuk trakea.Trakea
bercabang menjadi dua bronki (tunggal, bronkus) masing-masing menuju ke setiap
paru-paru.Di dalam paru-paru bronkus bercabang secara berulang-ulang menjadi pipa
yang semakin halus disebut sebagai bronkiolus.Keseluruhan system saluran udara
tampak seperti pohon terbalik, dimana batang berperan sebagai trakea.Epithelium yang
melapisi cabang utama pohon respirasi ditutupi oleh silia dan sebuah lapisan tipis
mukus. Mukus akan menjerat debu, serbuk sari, dan partikel partikel kontaminan
lainnya. Silia yang berdenyut menggerakkan mukus ke arah atas menuju faring dimana
mukus dapat ditelan ke dalam esophagus. Proses ini membantu membersihkan sistem
respirasi.2
Pada ujungnya, bronkiolus yang paling kecil berakhir dan membentuk
sekumpulan kantung udara yang disebut alveoli (tunggal, alveolus).Epithelium tipis
yang terdiri dari jutaan alveoli di dalam paru-paru berfungsi sebagai permukaan
respirasi. Oksigen di udara yang dikirimkan ke alveoli melalui pohon respirasi akan
larut dalam lapisan tipis yang lembap dan berdifusi melewati epithelium dan masuk ke
dalam suatu jaringan kapiler yang mengelilingi masing-masing alveolus.
Karbondioksida berdifusi dari kapiler, menembus epithelium alveolus dan masuk ke
dalam ruangan udara.1,2
Ventilasi Paru-paru
Vertebrata memventilasi paru-parunya dengan cara bernapas yaitu penghirupan
(inhalasi) dan penghembusan (ekshalasi) udara secara bergantian. Ventilasi
mempertahankan konsentrasi oksigen maksimum dan konsentrasi karbondioksida
minimum di dalam alveoli.Mamalia memventilasi paru-parunya dengan pernapasan
bertekanan negatif, yang bekerja seperti pompa penyedot udara dan bukan mendorong
udara sehingga udara mengalir ke paru-paru.Pernapasan dengan tekanan negatif
disebabkan oleh perubahan volume paru-paru dan bukan oleh perubahan volume rongga
mulut.3
Volume paru-paru meningkat sebagai akibat kontraksi otot rusuk dan diafragma,
lapisan otot rangka yang membentuk dinding dasar pada rongga dada. Kontraksi otot
rusuk membesarkan sangkar tulang rusuk dengan cara menarik tulang rusuk ke arah atas

14
dan tulang dada ke arah luar. Saat bersamaan, rongga dada membesar ketika diafragma
berkontraksi dan turun seperti piston.Semua perubahan tersebut meningkatkan volume
paru-paru dan sebagai akibatnya, tekanan udara di dalam alveoli menjadi lebih rendah
dibandingkan tekanan di atmosfer.Karena udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah, maka udara mengalir dari lubang hidung dan masuk ke pipa pernapasan sampai
ke alveoli.Selama ekhalasi, otot tulang rusuk dan diafragma relaksasi, volume paru-paru
berkurang, dan peningkatan tekanan udara di dalam alveoli memaksa udara naik ke pipa
pernapasan dan keluar melalui lubang hidung.3
Kontraksi otot tulang rusuk dan diafragma bertanggung jawab atas peningkatan
volume paru-paru selama pernapasan dangkal, ketika mamalia dalam kondisi istirahat.
Selama aktivitas fisik berat, otot lain pada leher, punggung, dan dada selanjunya
meningkatkan volume paru-paru dengan cara menaikkan peregangn sangkar tulang rusuk
lebih jauh.3
Volume udara yang dihirup dan dikeluarkan pada pernapasan normal disebut
sebagai udara tidal.Volume udara tidal pada manusia 500mL.Volume udara maksimum
yang dapat dihirup dan dikeluarkan selama pernapasan yang dipaksa disebut kapasitas
vital. Volume kapasitas vital yaitu 3400mL dan 4800mL.2,3
Pusat kontrol pernapasan berlokasi pada medulla oblongata dan pons.Pusat
kontrol di pons membantu agar pusat medulla menentukan irama dasar pernapasan.Ketika
manusia bernapas dalam-dalam, mekanisme umpan balik negatif mencegah paru-paru
supaya tidak membesar secara berlebihan. Sensor peregangan dalam jaringan paru-paru
mengirimkan impuls saraf kembali ke medula yang akan menghambat pusat kontrol
pernapasannya.3
Difusi
Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada pertemuan udara dengan
darah. Tempat difusi yang ideal yaitu di membran alveolar-kapiler karena permukaannya
luas dan tipis. Pertukaran gas antara alveoli dan darah terjadi secara difusi. Tekanan
parsial O2 (PaO2) dalam alveolus lebih tinggi daripada dalam darah O2 dari alveolus ke
dalam darah. Sebaliknya (PaCO2) darah > (PaCO2) alveolus sehingga perpindahan gas
tergantung pada luas permukaan dan ketebalan dinding alveolus. Transportasi gas dalam
darah O2 perlu ditransport dari paru-paru ke jaringan dan CO2 harus ditransport kembali
dari jaringan ke paru-paru. 5

15
Perfusi
Merupakan aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal dimana O2 diangkut
dalam darah membentuk ikatan (oksi Hb) / Oksihaemoglobin (98,5%) sedangkan dalam
eritrosit bergabung dengan Hb dalam plasma sebagai O2 yg larut dlm plasma (1,5%). CO2
dalam darah ditransportasikan sebagai bikarbonat, dalam eritosit sebagai natrium
bikarbonat, dalam plasma sebagai kalium bikarbonat , dalam larutan bergabung dengan
Hb dan protein plasma. CO2 larut dalam plasma sebesar 5 7 % , HbNHCO3 Carbamoni
Hb (carbamate) sebesar 15 20 % , Hb + CO2 HbCO bikarbonat sebesar 60 80% .5

C. DEFINISI
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam pleura
akibat robeknya pleua atau suatu keadaan dimana udara terkumpul di dalam kavum
pleura sehingga memisahkan rongga viceralis dengan parietalis yang menyebabkan
kolapsnya paru yang terkena.1,6

Gambar 7. Pneumothorax7
D. EPIDEMIOLOGI
Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak yang tidak
diketahui5. Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa
pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun.
Laki-laki lebih sering daripada wanita, dengan perbandingan 5 : 1.6

16
Di Amerika Serikat, insidens pneumotoraks spontan primer pada laki-laki adalah
7,4 kasus per 100.000 orang tiap tahunnya sementara pada wanita insidensnya adalah 1,2
kasus per 100.000 orang. Sedangkan insidens pneumotoraks spontan sekunder pada laki-
laki adalah 6,3 kasus per 100.000 orang dan wanita 2,0 per 100.000 orang. Pneumotoraks
traumatik lebih sering terjadi daripada pneumotoraks spontan dengan laju yang semakin
meningkat.6
Pneumotoraks spontan primer terjadi pada usia 20 30 tahun dengan puncak
insidens pada usia awal 20-an sedangkan pneumotoraks spontan sekunder lebih sering
terjadi pada usia 60 65 tahun.8

E. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI


Etiologi trauma thorax kebanyakan diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas yang
umumnya berupa trauma tumpul. Trauma tajam terutama disebabkan oleh tikaman dan
tembakan. Trauma pada bagian ini juga sering disertai dengan cedera pada tempat lain
misalnya abdomen, kepala, dan ekstremitas sehingga merupakan cedera majemuk.
Tersering disebabkan oleh ruptur spontan pleura visceralis yang menimbulkan kebocoran
udara ke rongga thorax. Pneumothorax dapat terjadi berulang kali(5). Udara dalam kavum
pleura ini dapat ditimbulkan oleh:
a. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus
akan memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut sebagai closed
pneumothorax. Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup, maka
udara yang masuk saat inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat
ekspirasi. Akibatnya, udara semakin lama semakin banyak sehingga mendorong
mediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension pneumothorax.
b. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum
pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter
trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut disbanding traktus
respiratorius yang seharusnya. Sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat
lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsi lateral. Saat ekspirasi, tekanan
rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui lubang
tersebut, kondisi ini disebut sebagai open pneumothorax.3,5

17
Klasifikasi Pneumothorax
Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Pneumotoraks spontan
Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumotoraks tipe ini dapat
diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu 8:
a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba tanpa
diketahui sebabnya.
b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi dengan didasari oleh
riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya, misalnya fibrosis kistik, penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru.
2. Pneumotoraks traumatik
Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma penetrasi
maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru.
Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu9 :
a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi karena jejas
kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma.
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat komplikasi
dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun masih dibedakan menjadi dua, yaitu :
Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental
Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan atau
komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada parasentesis dada, biopsi pleura.
Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara mengisikan udara
ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini dilakukan untuk tujuan pengobatan,
misalnya pada pengobatan tuberkulosis sebelum era antibiotik, maupun untuk
menilai permukaan paru.
Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga jenis, yaitu 8 :
1) Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada
dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di dalam
rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menjadi
negatif karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru

18
belum mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun
tekanan di dalamnya sudah kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan
pernapasan, tekanan udara di rongga pleura tetap negatif.

2) Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax),


Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan
bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada dada).
Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada
pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini
sesuai dengan perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan.
Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan
(4)
menjadi positif . Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan
normal, tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada
yang terluka (sucking wound).9

3) Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)


Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama
makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil.
Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya
dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi
(4)
udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar . Akibatnya tekanan di dalam
rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara
yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering
menimbulkan gagal napas.6
Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka pneumotoraks
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecil
paru (< 50% volume paru).
Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar paru (>
50% volume paru).

19
Penghitungan Luas Pneumotoraks
Penghitungan luas pneumotoraks ini berguna terutama dalam penentuan jenis kolaps,
apakah bersifat parsialis ataukah totalis. Ada beberapa cara yang bisa dipakai dalam
menentukan luasnya kolaps paru, antara lain :
1. Rasio antara volume paru yang tersisa dengan volume hemitoraks, dimana masing-masing
volume paru dan hemitoraks diukur sebagai volume kubus (2).
Misalnya : diameter kubus rata-rata hemitoraks adalah 10cm dan diameter kubus rata rata
paru-paru yang kolaps adalah 8cm, maka rasio diameter kubus adalah :
83 512
______ ________
= = 50 %
103 1000
2. Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis vertikal, ditambah dengan jarak
terjauh antara celah pleura pada garis horizontal, ditambah dengan jarak terdekat antara
celah pleura pada garis horizontal, kemudian dibagi tiga, dan dikalikan sepuluh.4

% luas pneumotoraks

A + B + C (cm)
__________________
= x 10
3

3. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan luas hemitoraks

(L) hemitorak (L) kolaps paru

(AxB) - (axb)
_______________
x 100 %
AxB

20
F. PATOGENESIS
Secara garis besar kesemua jenis pneumothorax mempunyai dasar patofisiologi
yang hampir sama9. Pneumothorax spontan terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan
pleura visceralis. Apabila dinding alveolus dan pleura visceralis yang lemah ini pecah,
maka akan ada fistel yang menyebabkan udara masuk ke cavum pleura. Mekanismenya
pada saat inpirasi rongga dada mengembang, disertai pengembangan cavum pleura yang
kemudian menyebabkan paru dipaksa ikut mengembang seperti balon yang dihisap.
Pengembangan paru menyebabkan tekanan intraaveolar menjadi negatif sehingga udara
luar masuk. Pada pneumothorax spontan, paru-paru kolaps, udara inspirasi bocor masuk ke
cavum pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negatif. Pada saat ekspirasi mediastinal ke
sisi yang sehat. Pada saat ekspirasi mediastinal kembali lagi ke posisi semula. Proses yang
terjadi ini dikenal dengan mediastinal flutter.9 Pneumothorax ini terjadi biasanya pada satu
sisi, sehingga respirasi paru sisi sebaliknya masih bisa menerima udara secara maksimal
dan bekerja dengan sempurna6,10.
Terjadinya hipereksansi cavum pleura tanpa disertai gejala pre-shock atau shock
dikenal dengan simple pneumothorax. Berkumpulnya udara pada cavum pleura dengan
tidak adanya hubungan dengan lingkungan luar dikenal dengan closed pneumothorax. Pada
saat ekspirasi, udara juga tidak dipompakan balik secara maksimal karena elastic recoil
dari kerja alveoli tidak bekerja sempurna. Akibatnya bilamana proses ini semakin
berlanjut, hipereksansi cavum pleura pada saat inspirasi menekan mediastinal ke sisi yang
sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada paru dan cavum pleura karena luka yang
bersifat katup tertutup terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat,
dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbullah gejala pre-shock atau shock oleh
karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan tension pneumothorax.
Pada open pneumothorax terdapat hubungan antara cavum pleura dengan
lingkungan luar. Open pneumothorax dikarenakan trauma penetrasi. Perlukaan dapat
inkomplit (sebatas pleura parietalis) atau komplit (pleura parietalis dan visceralis).
Bilamana terjadi open pneumothorax inkomplit pada saat inspirasi udara luar akan masuk
kedalam kavum pleura. Akibatnya paru tidak dapat mengembang karena tekanan
intrapleural tidak negatif. Efeknya akan terjadi hiperekspansi cavum pleura yang menekan
mediastinal ke sisi paru yang sehat. Saat ekspirasi mediastinal bergerser kemediastinal
yang sehat. Terjadilah mediastinal flutter. Bilamana open pneumothorax komplit maka saat
inspirasi dapat terjadi hiperekspansi cavum pleura mendesak mediastinal kearah yang sehat

21
dan saat ekspirasi udara terjebak pada cavum pleura dan paru karena luka yang bersifat
katup tertutup. Selanjutnya terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang
sehat, dan obstruksi jalan nafas. Akibatnya dapat timbullah gejala pre-shock atau shock
oleh karena penekanan vena cava, yang dapat menyebabkan tension pneumothorax10.

Gambar 8. Patomekanisme Pneumothorax10

G. DIAGNOSIS
1. Gejala Klinis
Berdasarkan anamnesis, gejala dan tanda yang sering muncul adalah 2 :
a. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak dirasakan
mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas tersengal, pendek-
pendek, dengan mulut terbuka.
b. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi
yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan.
c. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.
d. Denyut jantung meningkat.
e. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.
f. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya
pada jenis pneumotoraks spontan primer.

22
Berat ringannya keadaan penderita tergantung pada tipe pneumotoraks tersebut, 1 :
Pneumotoraks tertutup atau terbuka, sering tidak berat
Pneumotoraks ventil dengan tekanan positif tinggi, sering dirasakan lebih berat
Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru yang lain serta ada
tidaknya jalan napas.
Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi bila penderita
mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan kecil disebabkan pengisian yang
kurang.

2. Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisik torak didapatkan 2,3,11 :
a. Inspeksi :
Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi dinding dada)
Pada waktu inspirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat

b. Palpasi :
Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit

c. Perkusi :
Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar
Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura
tinggi

d. Auskultasi :
Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang
Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negative

23
3. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto Thoraks

Gambar 9. Tampilan foto polos pasien tension pneumothorax12

Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan bayangan radiolusen yang tanpa
struktur jaringan paru (avascular pattern) dengan batas paru berupa garis radioopak tipis
yang berasal dari pleura visceral. Bila penumothoraxnya tidak begitu besar, foto dengan
pernafasan dalam (inspirasi penuh) pun tidak akan menunjukkan kelainan yang jelas.
Dalam hal ini dianjurkan membuat foto dada dengan inspirasi dan ekspirasi penuh.Selama
ekspirasi maksimal udara dalam rongga pleura lebih didorong ke apeks, sehingga rongga
intrapleura di apek saja di lebih besar. Selain itu terdapat perbedaan densitas antara
jaringan paru dan udara intrapleura sehingga memudahkan dalam melihat pneumothorax,
yakni terdapatnya kenaikan densitas jaringan paru selama ekspirasi tapi tidak menaikkan
densitas pneumothorax .13
Foto lateral decubitus pada sisi yang sehat dapat membantu dalam membedakan
pneumothorax dengan kista atau bulla. Pada pneumothorax udara bebas dalam rongga
pleura lebih cenderung berkumpul pada bagian atas sisi lateral.13

24
Gambar10. Pneumothorax saat inspirasi dan ekspirasi14

Gambar11. Panah putih= white Pleural Line dengan udara atmosfer di luarnya14

Jika pneumothorax luas, akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru
menjadi kuncup/kolaps di daerah hilus dan mendorong mediastinum ke arah
kontralateral.Selain itu sela iga menjadi lebih lebar.Udara dalam ruang pleura jadi lebih
radiolusen dibandingkan paru-paru yang bersebelahan dengan pneumothorax tersebut,
terutama jika paru-paru berkurang volumenya, dimampatkan, atau terkena penyakit yang
meningkatkan kepadatan paru.11

25
Gambar 12.Tension Pneumothorax Kanan dengan Pergeseran Mediastinum ke Kiri14

b. Computed Tomography (CT) Scan


CT scan Thorax adalah "gold standart" untuk deteksi dini dari pneumotoraks
pada pasien trauma. Hasil diagnosa mungkin tidak dapat terlihat dalam foto polos.
Oleh karena itu, CT scan dapat digunakan jika informasi mengenai adanya
pneumothorax adalah hal yang sangat penting, karena pneumothorax relatif lebih
mudah dideteksi pada CT sesuai potongan aksis.7

Gambar 13. Tampilan hasil CT Scan Pasien Pneumothorax10


Ruang pleura yang paling kecil yaitu cekungan anteromedial dan subpulmonik
terlihat pada pasien dengan posisi antero-posterior. Penumpukan udara terdapat pada
kedua ruang diawali dengan peluasan lebih jauh ke arah lateral dan apikal karena
peningkatan volume udara atau posisi pasien menjadi lebih tegak. Udara bebas
berjalan menuju regio tertinggi dari thorax yaitu regio cardiophrenic. Volume yang
lebih besar dari udara bebas selanjutnya muncul pada regio subpulmonal dan ke regio

26
anteromedial. Hal ini tidak terlihatpada x-ray thorax posisi antero-posterior
konvensional, sehingga indikasi sebagai standar baku untuk menyingkirkan
pneumothorax adalah CT scan thorax.

Gambar 14. Tampilan hasil CT Scan Pasien Pneumothorax10

Pneumothorax yang terlihat pada gambaran CT scan thorax diklasifikasikan


menurut Wolfman et al. sebagai pneumotoraks minimal, anterior, dan anterolateral.
Pneumothorax minimal didefinisikan sebagai pengumpulan udara tipis sampai
ketebalan 1 cm pada irisan terbesar dan tidak terlihat lagi pada empat gambar yang
berdekatan. Pneumothorax anterior dikategorikan sebagai pengumpulan udara pleura
lebih dari 1 cm, berlokasi di anterior, tidak meluas sampai garis mid-koronal, yang
mungkin masih terlihat pada empat atau lebih gambar yang berdekatan. Pneumothorax
anterolateral didefinisikan sebagai udara pleura yang meluas paling tidak sampai ke
garis mid-koronal.
c. Ultrasonografi
Ada atau tidak adanya paru-paru yang bergeser dapat digambarkan secara
grafis menggunakan M-mode Doppler. Sebuah gambar yang normal akan
tergambar"gelombang di pantai". Dinding dada anterior stasioner menunjukkan
polalinear, sedangkan posteriorke garis pleura menunjukkan gerak paru-paru dengan
pola granular tidak teratur. Pada pneumotoraks, M-mode Doppler USG hanya akan
menampilkan pengulangan garis horizontal, menunjukkan kurangnya pergerakan
paruyang dikenal sebagai"barcode" atau"stratosphere sign" .14

27
Gambar 16. Tampilan USG Pasien Pneumothorax14

d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI sangat akurat terutama untuk pemindaian pada jaringan lunak (soft tissue)
seperti otak, sumsum tulang belakang, kelenjar susu, otot, tendon, ligamen dan
struktur tulang rawan. Pada organ dengan kadar air rendah seperti tulang dan paru-
paru, MRI memberikan hasil yang kurang bagus. Untuk pemeriksaan di bagian
tersebut termasuk pneumothorax, rontgen biasa dan CT memberikan hasil yang lebih
baik daripada MRI.

e. Kedokteran Nuklir
- Positron Emission Tomography (PET) Scan
PET/CT adalah alat diagnostik imaging medis yang paling canggih di dunia
saat ini, adalah satu-satunya teknologi yang menggunakan cara anatomi untuk
melakukan pemeriksaan imaging terhadap fungsi, metabolisme dan reseptor tubuh,
dapat mendeteksi dengan tepat tanpa melukai tubuh, berkemampuan diferensiasi dan
sensitif yang tinggi untuk memeriksa keberadaan lesi kanker yang kecil sekalipun
dan deteksi dini kanker pada stadium awal termasuk kanker paru (94%), tingkat
kecermatan diagnosis mencapai di atas 90%. Belum ada laporan lanjut
perkembangan pemeriksaan PET Scan untuk pneumothoraks.

28
f. Fluoroskopi
Fluoroskopi dada merupakan pemeriksaan untuk melihat struktur tubuh yang
bergerak, seperti sebuah film dengan menggunakan sinar-X. Selama pemeriksaan,
dipancarkan sinar-X secara terus menerus kebagian tubuh yang diperiksa. Pancaran
sinar-X ini di transmisikan ke monitor seperti televisi, sehingga bagian tubuh yang
diperiksa dan pergerakannya bisa di lihat secara detail. Fluoroskopi dada bisa
dilakukan jika ingin mengevaluasi pergerakan paru-paru, diafragma atau struktur
lainnya di dalam dada termasuk pada pneumothoraks. Namun, Fluoroskopi dada
memberikan paparan radiasi yang lebih besar dibandingkan dengan foto rontgen dada
biasa, sehingga penggunaan pemeriksaan ini harus dipertimbangkan dengan seksama.

Gambar 17. Gambaran fluoroscopy thorax14

4. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hemoglobin yang mengangkut sebagian besar oksigen dalam darah
menurun. kapasitas oksigen dari hemoglobin darah yang menyebabkan saturasi
oksigen berkurang.
5. Analisa Gas Darah
Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun
pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas
yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.variable
tergantung pada derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik pernapasan

29
dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin
normal/ menurun; saturasi oksigen biasanya menurun.3
6. Pemeriksaan Histopatologi
Pada kategori umum perubahan histopatologis dapat diidentifikasi: (1)
perubahan nonspesifik, yang mencerminkan respons akut dan kronis paru terhadap
cedera lokal, dan (2) perubahan yang menunjukkan adanya penyakit paru-paru yang
mendasarinya yang berperan sebagai penyebab pneumotoraks spontan sekunder.
Pemeriksaan histopatologi pneumothorax sulit dilakukan ketika perubahan
histopatologis nonspesifik tumpang tindih dengan penyakit paru yang mendasarinya.
tantangan diagnostik bersamaan dengan korelasi klinis sangat penting dalam
membantu ahli patologi bedah menuju diagnosis yang akurat.

H. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. Emphysema Pulmonum
Emfisema pulmonum adalah suatu keadaan dimana paru lebih banyak berisi
udara, sehingga ukuran paru bertambah, baik anterior-posterior maupun ukuran
paru secara vertikal ke arah diafragma. Emfisema pulmonum merupakan
gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara di
dalam paru-paru disertai destruksi jaringan.
a. Gambaran Radiologi
Pada emfisema terlihat gambaran :
o Diafragma letak rendah dan datar.
o Ruang retrosternal melebar.
o Gambaran vaskuler berkurang(Hiperluscent vascular)
o Jantung tampak sempit memanjang.
o Pembuluh darah perifer mengecil.
b. Pemeriksaan Analisis Gas Darah
Terdapat hipoksemia dan hipokalemia akibat kerusakan kapiler alveoli.
c. Pemeriksaan EKG
Untuk mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai hipertensi pulmonal
dan hipertrofi ventrikel kanan.
d. Pemeriksaan Enzimatik
Kadar alfa-1-antitripsin rendah.

30
Gambar 18. Paru-paru yang hyperexpanded dengan tanda bronkovaskular kasar sesuai dengan COPD. Ada
peningkatan diameter AP dan ruang udara retrosternal yang meningkat namun diafragma memiliki kontur yang
hampir normal.16

Gambar 19. CT scan thoraxa pola emfisema yang sebagian besar centrilobular dan over-inflasi paru-paru

2. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum adalah terkumpulnya udara extraluminal di dalam mediastinum yang
dapat berasal dari paru-paru, trakea, bronkus, esofagus, atau saluran dari mediastinum ke
leher atau abdomen .15,16
Gambaran Radiologis Pneumomediastinum
Foto Thorax PA
o Area streaky radiolusen di mediastinum (paling sering ditemukan pada area
paracardiac kiri)
o Air outlining mediastinal structure
o Continous diaphragma sign of Levin

31
Gambar 20. Tampilan Steaky Lucencies (panah atas) 15

Gambar 21.Continous diaphragma sign of Levin15

Panah biru menunjuk pada continous diaphragma sign . Keseluruhan diafragma


tervisualisasi karena udara di mediastinum membentuk suatu garis di bagian tengah, yang
biasanya ditutupi oleh jantung dan struktur soft tissue mediastinum yang kontak dengan
diafragma. Panah merah menunjukkan udara di bagian posterior bawah jantung.
Foto Thorax lateral
o Gambaran udara retrosternal

Gambar 22. Foto Lateral dengan Tampilan Udara Retrosternal17

32
o Ring around the artery sign (tubular artery), merupakan area radiolusen di
sekeliling arteri pulmonar kanan yang terlihat pada proyeksi lateral

Gambar 23,24. Tampilan Tubular Artery Sign 18

Foto Thorax LLD


o Udara tidak akan berpindah dengan perubahan posisi
Neck Films
o Air outlining fascial planes of the neck

Gambar 25. Tampilan Foto Cervical menunjukkan Streak Lucencies dan


Abberant Air 18

3. Vanishing Lung Syndrome (Idiopathic Giant Bullous Emphysema)


Vanishing lung syndrome merupakan kelainan yang jarang didapatkan.
Karakteristik sindrom ini adalah adanya bulla yang berukuran sangat besar (dapat
mencapai 3 lobus paru). Bula adalah suatu rongga udara yang dilapisi oleh dinding
tipis (<1mm) pada paru, yang dapat menyebabkan destruksi jaringan alveolar.
Dinding tipis yang dimaksud dapat dibentuk oleh pleura, septum, atau jaringan paru
33
yang terkompresi. Pasien ini dapat asimptomatik ataupun dapat ditemukan hipoksia
(dispnea ataupun nyeri dada) .21

Pemeriksaan Radiologi

Foto Thorax

Gambar 26, 27. Tampilan pada Pasien dengan Vanishing Lung Syndrome22

(1) Pada gambaran foto thorax ini didapatkan giant bulla telah menempati keseluruhan
hemithorax kiri (dinding bulla ditunjukkan oleh panah putih)
(2) Didapatkan gambaran bulla berbentuk bulat (ditunjuk oleh panah kuning)
Pada pemeriksaan radiologi, bula biasanya ditemukan pada 1 sisi paru (asimetris) dan
melibatkan lobus superior. Yang membedakan giant bulla dengan pneumothorax ialah
tidak didapatkan visceral white line.

CT Scan

Gambar 28, 29 Tampilan CT Scan Pasien dengan Vanishing Lung Syndrome22

34
CT scan merupakan pemeriksaan paling akurat untuk membedakan antara giant bulla
dan pneumothorax Pada CT scan dengan resolusi tinggi, dapat ditemukan diameter bulla
yang mencapai 1-20cm, namun paling banyak bulla yang ditemukan berukuran 2-8 cm .23

Pada CT scan gambar (29) didapatkan bulla yang berukuran besar telah mengkompresi
lobus media dan posterior, sedangkan pada gambar (30) terlihat adanya bulla yang
mengkompresi lobus superior.

I. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan udara dari
rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya,
penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut :
1. Observasi dan Pemberian O2
Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah menutup,
maka udara yang berada didalam rongga pleura tersebut akan diresorbsi. Laju resorbsi
tersebut akan meningkat apabila diberikan tambahan O2. Observasi dilakukan dalam
beberapa hari dengan foto toraks serial tiap 12-24 jam pertama selama 2 hari.
Tindakan ini terutama ditujukan untuk pneumotoraks tertutup dan terbuka 6.
2. Tindakan dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks yang
luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intra
pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar dengan cara
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengan
demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif
karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut .
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
Dapat memakai infus set
Jarum abbocath
Pipa water sealed drainage (WSD)
Pipa khusus (toraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan
perantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjepit. Pemasukan troakar dapat
dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga
ke-4 pada linea mid aksilaris atau pada linea aksilaris posterior. Selain itu dapat
pula melalui sela iga ke-2 di garis mid klavikula.
35
Setelah troakar masuk, maka toraks kateter segera dimasukkan ke rongga
pleura dan kemudian troakar dicabut, sehingga hanya kateter toraks yang masih
tertinggal di rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di dada dan
pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca
yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya
gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut .
Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleura tetap positif.
Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm
H2O, dengan tujuan agar paru cepat mengembang. Apabila tekanan dalam rongga
pleura kembali menjadi positif maka pipa belum bisa dicabut. Pencabutan WSD
dilakukan pada saat pasien dalam keadaan ekspirasi maksimal

Gambar 30. Pipa water sealed drainage (WSD)3

3. Torakoskopi
Torakoskopi adalah suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga thoraks
dengan alat bantu torakoskopi.Torakoskopi yang dipandu dengan video (Video
Assisted Thoracoscopy Surgery = VATS). Tindakan ini sangat efektif dalam
penanganan pneumotoraks spontan primer dan mecegah berulangnya kembali.Dengan
prosedur ini dapat dilakukan reseksi bulla atau bleb dan juga bisa dilakukan untuk
pleurodesis.1

36
Gambar 31. Torakoskopi23

4. Torakotomi
Torakotomi adalah bedah pembukaan rongga dada. Ini merupakan operasi besar yang
memungkinkan ahli bedah untuk mengakses tenggorokan, paru-paru, jantung, aorta
dan diafragma.
5. Tindakan bedah
a. Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari lubang yang
menyebabkan pneumotoraks kemudian dijahit
b. Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang menyebabkan paru
tidak bias mengembang, maka dapat dilakukan dekortikasi.
c. Dilakukan resesksi bila terdapat bagian paru yang mengalami robekan atau terdapat
fistel dari paru yang rusak
d. Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang, kemudian kedua
pleura dilekatkan satu sama lain di tempat fistel.
6. Pengobatan Tambahan
a. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap
penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap bronkhitis
dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik dan bronkodilator.1
b. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat

37
c. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah dapat
dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi komplikasi, seperti emfisema

I. Rehabilitasi(4)
1. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan pengobatan secara
tepat untuk penyakit dasarnya.
2. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk atau bersin terlalu keras.
3. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif, berilah laksan ringan.
4. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan batuk, sesak napas.

J. PROGNOSIS
Hasil dari pneumothorax tergantung pada luasnya dan tipe dari pneumothorax.
Spontaneous pneumothorax akan umumnya hilang dengan sendirinya tanpa perawatan.
Secondary pneumothorax yang berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya,
bahkan ketika kecil, adalah jauh lebih serius dan membawa angka kematian sebesar 15%.
Secondary pneumothorax memerlukan perawatan darurat dan segera. Mempunyai satu
pneumothorax meningkatkan risiko mengembangkan kondisi ini kembali. Angka
kekambuhan untuk keduanya primary dan secondary pneumothorax adalah kira-kira
40%; kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu 1,5 sampai 2 tahun(15).Pasien dengan
pneumotoraks spontan hampir separuhnya akan mengalami kekambuhan, setelah sembuh
dari observasi maupun setelah pemasangan tube thoracostomy. Kekambuhan jarang
terjadi pada pasien-pasien pneumotoraks yang dilakukan torakotomi terbuka. Pasien-
pasien yang penatalaksanaannya cukup baik, umumnya tidak dijumpai komplikasi. Pasien
pneumotoraks spontan sekunder tergantung penyakit paru yang mendasarinya, misalkan
pada pasien PSS dengan PPOK harus lebih berhati-hati karena sangat berbahaya.

K. KAJIAN ISLAM
1. Perintah Allah SWT Untuk melindungi diri dari Bahaya
QS. AR RA'DU AYAT 11

38
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
dimuka dan di belakang, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap kaum
maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia24

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah tidak akan merubah keadaan
manusia kecuali mereka mau merubah keadaan mereka sendiri, hal ini berarti jika
ingin maju dan sukses maka manusia harus mau bekerja untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya. Allah tidak akan memberikan rejeki secara cuma-cuma, Allah tidak akan
memberi kesuksesan tanpa usaha. Kemudian pada kalimat selanjutnya disebutkan
bahwa manusia tidak memiliki pelindung terhadap keburukan yang dikehendaki Allah,
artinya bahwa manusia tidak bisa menghindar dari keburukan yang telah ditakdirkan
oleh Allah untuk terjadi dalam hidup manusia. Yang perlu digarisbawahi dari ayat ini
adalah manusia harus mau berusaha untuk merubah keadaannya.24

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja. Dan bekerja mestilah


dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah untuk mendapat kebahagian hidup
berupa rezeki di dunia, disamping tidak melupakan kehidupan hari akhirat. Kerana itu
dalam Islam hendaklah menjadikan kerja sebagai ibadah bagi keberkatan rezeki yang
diperolehnya, lebih-lebih lagi sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan di akhirat
yang kekal abadi.24

2. Perintah Allah SWT Untuk Berperilaku Hidup Sehat


QS. AL-QOSHOSH AYAT 77

Artinya:Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Kepadamu

39
(kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan24

Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa manusia tidak boleh berbuat kerusakan
di muka bumi. Ini berarti bahwa manusia diutus untuk menjaga lingkungan, tidak
mencemarinya, berbuat dan berperilaku sehat. Karena Allah tidak menyukai orang-
orang yang merusak alam ciptaannya. Sama halnya dalam bekerja di perusahaan berarti
perlu adanya kesehatan dan keselamatan kerja agar dapat dipelajari hal-hal apa saja
yang dapat merusak lingkungan untuk kemudian dihindari sehingga tercipta lingkunga
yang aman dan pekerja dapat terhindar dari resiko bahaya yang ditimbulkan.24

QS AL-BAQARAH AYAT 195

Artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik24

Melihat firman Allah seperti diatas, kami ingin berbagi. Dengan saling
mengingatkan, bahwa Allah SWT sesungguhnya tidak menghendaki adanya kerusakan
dimuka bumi ini. Segala sesuatunya yang diciptakan Allah swt diberikan kepada
manusia untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dan manusia sebagai mahluk
yang diberi akal dan kemampuan dari semua mahluk hidup ciptaan-Nya diberi
peringatan untuk tidak melakukan kerusakan dengan perbuatannya (perilakunya tidak
aman) dimana dengan berperilaku tidak aman tersebut akan menciptakan kondisi yang
dapat membahayakan dirinya sendiri maupun terhadap orang lain dan juga terhadap
kelangsungan hidup ciptaan-Nya yang lain (lingkungan hidup).25

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, aru, W. setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata. Setiati, Siti.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta :Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. P. 1063
2. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.ED:11. Jakarta : EGC;
2007.P.598
3. Price SA, Lorrainne M. Willson.2008. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit. Vol 2. Ed. 7. Jakarta EGC.
4. Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press; 2009. p. 162-179
5. Harrisons. principle of Internal Medicine Volume II. Editor. Fauci, Braunwald, Kasper,
Hauser. Longo, Jameson, Loscalso. Penerbit; The McGraw-Hill companies.
Amerika 2008. Hal 1660.
6. Milisavljevic, Slobodan dkk. Pneumothorax.Diagnosis and Treatment. General and
Thoracic Surgery Clinic, Clinical Centre Kragujevac, Serbia. Faculty of Medical Sciences
University of Kragujevac, Serbia.2015.
7. Bowman, Jeffery, Glenn. Pneumothorax, Tension and Traumatic. Update: 2010 May 27;
cited 2011 January 10. Available from http://emedicine.medscape.com/article/827551
8. Hisyam B, Budiono E (2009). Pneumothorax Spontan. Dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
9. Jindal P, Sharma A (2008). Principles of diagnosis and management of traumatic
pneumothorax. J. Emerg Trauma Shock. 1(1) : 34-41.
10. Al-Hameed FM (2013). Pneumothorax Imaging.
http://emedicine.medscape.com/article/360796-overview - (Diakses 5 Mei 2016).
11. Rubenstein, David. Wayne, David. Bradley, John. Kedokteran Klinis. Edisi VI. Erlangga;
2007. P. 285
12. John, Thomas. Gargkavita. Radiological Society. Update: 2011 maret 19;cited 2012 juni.
Available from http://emedicine.medscape.com/19031988
13. Rasad, Sjahriar .Radiologi Diagnostik. Jakarta : Indonesia University; 2008. P. 120

41
14. Daley BJ, Bhimji S, Bascom R, Benninghiff MG, Alam S (2015). Pneumothorax.
http://emedicine.medscape.com/article/424547-overview - Diakses pada 8 Juni 2015.
15. Bevjan SM dan Godwin JD (1996). Pneumomediastinum: Old Signs and New Signs. AJR,
166: 1041-1048.
16. Carolan PL (2015). Pneumomediastinum. http://emedicine.medscape.com/article/1003409-
workup#a0720 Diakses pada 5 Mei 2016.
17. McDonald AC dan Lieberman G (2002). Pneumomediastinum: a patient presentation.
eradiology.bidmc.harvard.edu/LearningLab/respiratory/McDonald.pdf Diakses pada 5
Mei 2016.
18. Weerakkody Y dan Gorrochategui M (2015). Pneumomediastinum.
http://radiopaedia.org/articles/pneumomediastinum - Diakses pada 5 Mei 2016.
19. Knipe H, Gorrochategui M (2015). Pneumothorax.
http://radiopaedia.org/articles/pneumothorax - Diakses pada 8 Juni 2015.
20. Richard G (2014). Pneumatocele.
http://rad.usuhs.edu/medpix/cow_image.php?mode=case_viewer&case_prog=cow_image.
php&imid=12533&pt_id=5311&quiz=&th=&table=card&showall=#pic (diakses pada 5
Mei 2016)
21. Ouellette DR, Harrington A, Kamangar N (2015). Pulmonary Embolism.
http://emedicine.medscape.com/article/300901-clinical - Diakses pada 5 Mei 2016.
22. Knipe H, Muzio DB (2013). Idiopathic Giant Bullous Emphysema.
Radiopaedia.org/articles/idiopathic-giant-bullous-emphysema (diakses pada 5 Mei 2016)
23. Zafari AM, Reddy SV, Jeroudi AM, Garas SM (2015). Myocardial Infarction.
http://emedicine.medscape.com/article/155919-overview - Diakses pada 5 Mei 2016.
24. Al Quran dan Terjemahan, Departement negara RI, 2012., penerbit diponegoro, Bandung
25. Kasir ibnu , 2002, Tafsir Ibnu Kasir, jilid 3, Tafsir Al Surah Al-Anam Ayat 17, Al-
Baqarah Ayat 195, Al-Qoshosh Ayat 77, Ar Ra'du Ayat 11,Dat Toyibah, Riyadh

42

Вам также может понравиться

  • Albumin
    Albumin
    Документ15 страниц
    Albumin
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Asistensi Endokrin 2015
    Asistensi Endokrin 2015
    Документ18 страниц
    Asistensi Endokrin 2015
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Lapsucu
    Lapsucu
    Документ34 страницы
    Lapsucu
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Skripsi Dewi
    Skripsi Dewi
    Документ26 страниц
    Skripsi Dewi
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Airway & Ventilation Management Unismuh
    Airway & Ventilation Management Unismuh
    Документ57 страниц
    Airway & Ventilation Management Unismuh
    Ekky Casillas
    Оценок пока нет
  • Kelompok 7 Modul 2
    Kelompok 7 Modul 2
    Документ36 страниц
    Kelompok 7 Modul 2
    Dyahayularasati
    Оценок пока нет
  • Proposal Penelitian
    Proposal Penelitian
    Документ29 страниц
    Proposal Penelitian
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Ektima
    Laporan Kasus Ektima
    Документ27 страниц
    Laporan Kasus Ektima
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • PKM Batua Fix
    PKM Batua Fix
    Документ49 страниц
    PKM Batua Fix
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Kesulitan Dalam Manajemen Airway Selama Proses Anastesi
    Kesulitan Dalam Manajemen Airway Selama Proses Anastesi
    Документ9 страниц
    Kesulitan Dalam Manajemen Airway Selama Proses Anastesi
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Ikhtisar Penilaian Dan Manajemen Pra Operasi
    Ikhtisar Penilaian Dan Manajemen Pra Operasi
    Документ4 страницы
    Ikhtisar Penilaian Dan Manajemen Pra Operasi
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Isi Buku
    Isi Buku
    Документ178 страниц
    Isi Buku
    Dewi Purnamasari
    Оценок пока нет
  • PKM Batua Fix
    PKM Batua Fix
    Документ49 страниц
    PKM Batua Fix
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Daftar Hadir Stase Jiwa Minggu-4 (28/8/2017-2/9/2017)
    Daftar Hadir Stase Jiwa Minggu-4 (28/8/2017-2/9/2017)
    Документ1 страница
    Daftar Hadir Stase Jiwa Minggu-4 (28/8/2017-2/9/2017)
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Lapsucu
    Lapsucu
    Документ39 страниц
    Lapsucu
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ20 страниц
    Bab I
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Lapsucu
    Lapsucu
    Документ34 страницы
    Lapsucu
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • K Abu
    K Abu
    Документ4 страницы
    K Abu
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Discoid Lupus Eritematous
    Discoid Lupus Eritematous
    Документ3 страницы
    Discoid Lupus Eritematous
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Документ2 страницы
    Abs Trak
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Test 12
    Test 12
    Документ21 страница
    Test 12
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Lapsucu
    Lapsucu
    Документ39 страниц
    Lapsucu
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Ektima
    Laporan Kasus Ektima
    Документ27 страниц
    Laporan Kasus Ektima
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Документ2 страницы
    Abs Trak
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Sampul
    Sampul
    Документ8 страниц
    Sampul
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Referat TB
    Referat TB
    Документ20 страниц
    Referat TB
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Bab V
    Bab V
    Документ11 страниц
    Bab V
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • CT Scanku New
    CT Scanku New
    Документ10 страниц
    CT Scanku New
    Ogha Maydaeza
    Оценок пока нет
  • Referat TB
    Referat TB
    Документ20 страниц
    Referat TB
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет
  • Test 12
    Test 12
    Документ21 страница
    Test 12
    Widyaa Andii
    Оценок пока нет