Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KATA PENGANTAR
i
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
DAFTAR SINGKATAN
ii
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
iii
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
DAFTAR ISI
Halaman
SAMBUTAN:
Menteri Dalam Negeri RI ....................................................................... vi
Menteri Kesehatan RI............................................................................ ix
Menteri Pertanian RI ............................................................................. xi
Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI ........................................... xiii
I. PENDAHULUAN..................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................ 3
B. Tujuan Penyusunan Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional (RAPGN) 5
C. Ruang Lingkup ................................................................................ 6
D. Proses Penyusunan ......................................................................... 6
E. Pengguna ........................................................................................ 6
iv
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Halaman
LAMPIRAN ...........................................................................................71
Tabel Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001-2005 ..............................72
Tabel Produksi beberapa Komoditas pangan menurut propinsi .......................84
Tabel Ketersediaan Energi ..........................................................................85
Tabel Ketersediaan Protein ..........................................................................86
Tabel Konsumsi Energi dan Protein ..............................................................87
Peta Status Gizi Balita (Susenas 1999)
Prevalensi Gizi Kurang menurut Propinsi ...............................................88
Prevalensi Gizi Buruk menurut Propinsi .................................................89
Peta GAKY ...........................................................................................90
v
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
vi
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
vii
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Surjadi Soedirja
viii
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
ix
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional yang berisi tujuan, sasaran,
strategi dan program pangan dan gizi merupakan dokumen yang sangat penting
di dalam menjamin tercapainya upaya perbaikan gizi masyarakat. Dengan
Rencana Aksi Pangan dan Gizi diharapkan adanya kesamaan persepsi, visi dan
misi program pangan dan gizi para penentu kebijakan dan perencana di tingkat
Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat.
Menteri Kesehatan RI
x
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
xi
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Semoga upaya kita semua mendapat ridho dan rakhmat dari Tuhan yang
maha kuasa, dan bermakna bagi pembangunan nasional.
Menteri Pertanian RI
Muhammad Prakosa
xii
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
xiii
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Demikian, akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memungkinkan disusunnya buku ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI
Luhut B. Pandjaitan
xiv
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kesepakatan global dalam bidang pangan dan gizi terutama World Summit
for Children 1990, International Conference on Nutrition 1992 di Roma, dan World
Food Summit 1996 menetapkan sasaran program pangan dan perbaikan gizi yang
harus dicapai oleh semua negara. Sasaran global tersebut sampai saat ini menjadi
salah satu acuan pokok di dalam pembangunan program pangan dan gizi di semua
negara, termasuk Indonesia.
Pembangunan program pangan dan gizi di Indonesia selama 30 tahun
terakhir menunjukkan hasil yang positif. Analisis penyediaan pangan tahun 1999
secara makro disimpulkan bahwa persediaan energi dan protein per kapita/hari
masing-masing sebesar 2890 Kkal dan 62,7 gram, telah memenuhi kecukupan yang
dianjurkan. Masalah pangan baru terlihat pada tingkat konsumsi rumahtangga.
Data tahun 1998 menunjukkan bahwa antara 49% sampai 53% rumahtangga di
berbagai daerah mengalami defisit energi (konsumsi <70% kebutuhan energi).
Defisit pangan di tingkat rumahtangga disertai distribusi pangan antar anggota
keluarga yang tidak baik didasari pengetahuan/perilaku gizi yang bleum memadai
berakibat munculnya masalah kurang gizi.
Gambaran makro perkembangan keadaan gizi masyarakat menunjukkan
kecenderungan yang sejalan. Prevalensi kurang energi protein pada balita turun
dari 37,5% pada tahun 1989 menjadi 26,4% pada tahun 1999. Penurunan serupa
juga terjadi pada prevalensi masalah gizi lain. Prevalensi gangguan akibat kurang
yodium, kurang vitamin A dan anemia gizi pada tahun 1998 masing-masing 9,8%,
0,3% dan 50,9%. Dibandingkan dengan sasaran global yang disepakati, keadaan
gizi masyarakat di Indonesia masih jauh ketinggalan. Sebagai contoh, pada tahun
2005 diharapkan terjadi penurunan prevalensi kurang energi protein menjadi 20%,
gangguan akibat kurang yodium menjadi 5%, anemia gizi menjadi 40%, dan bebas
masalah kebutaan akubat kurang vitamin A.
Krisis ekonomi yang terjadi sejak 1997 semakin memperburuk keadaan gizi
masyarakat. Selama krisis ada kecenderungan meningkatnya prevalensi gizi kurang
dan gizi buruk terutama pada kelompok umur 6-23 bulan. Munculnya kasus-kasus
marasmus, kwasiorkor merupakan indikasi adanya penurunan ketahanan pangan
tingkat rumahtangga.
Upaya untuk mencegah semakin memburuknya keadaan gizi masyarakat di
masa mendatang harus dilakukan segera dan direncanakan sesuai masalah daerah
sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan desentralisasi. Undang-
Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang
Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan
1
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
A. Latar belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Indonesia Sehat 2010
merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan. Visi pembangunan gizi adalah Mewujudkan keluarga mandiri
sadar gizi1 untuk mencapai status gizi masyarakat/keluarga yang
optimal. Visi pembangunan pangan adalah Terciptanya sistem ketahanan
pangan2 yang andal dan bertumpu pada optimalisasi pemanfaatan
potensi produksi dan keragaman pangan nasional. Untuk mencapai visi
pangan dan gizi tersebut dibutuhkan suatu rencana aksi (plan of action) nasional
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk lembaga pemerintah dan lembaga non-
pemerintah di tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota.
Mengikuti komitmen global:The Global Strategy for Health for All 1981, The
World Summit for Children 1990, The World Declaration and Plan of Action for
Nutrition 1992, The Forty-eight World Health Assembly 1995, World Food Summit
1996, Health for All in the Twenty-first Century 1998, yang pada khususnya
kesepakatan semua negara untuk menghapuskan kelaparan dan memberikan
mandat ketahanan pangan dan peningkatan gizi anak, maka Indonesia perlu
menyusun secara konkrit kebijakan, strategi dan program di bidang pangan dan
gizi.
Dari rencana aksi nasional ini selanjutnya dapat disusun rencana aksi daerah
dengan pemikiran bahwa kebutuhan dan masalah gizi penduduk sangat bervariasi
1
Keluarga Mandiri Sadar Gizi adalah keluarga yang menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar,
dapat mengenali masalah gizinya sendiri, mampu mengidentifikasi potensi sumber daya yang dimiliki
keluarga, mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah yang ada.
2
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
3
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Deklarasi dunia di Roma The World Declaration and Plan of Action for
Nutrition, 1992 mencirikan bahwa masalah gizi berdimensi luas dan memerlukan
pendekatan multisektor untuk menanggulanginya. Untuk mengurangi dan
menghilangkan masalah gizi diperlukan kebijakan dan strategi yang kuat dan
menyeluruh. Deklarasi Dunia 1992 ini memberikan 9 goal dan 9 strategi untuk gizi
yang dapat digunakan sebagai acuan dalam memformulasi rencana kerja nasional.
Goal yang ingin dicapai adalah:
1. Menghilangkan kelaparan dan kematian akibat kelaparan
2. Menghilangkan berbagai jenis kelaparan dan penyakit yang berhubungan
dengan kurang gizi4 sebagai akibat dari bencana alam
3. Menghilangkan masalah kurang yodium dan vitamin A
4. Mengurangi kelaparan kronis
5. Mengurangi gizi-kurang, terutama pada bayi, balita, wanita usia subur
6. Mengurangi masalah kurang zat gizi mikro lainnya, termasuk zat besi
7. Mengurangi penyakit infeksi dan non-infeksi yang erat kaitannya dengan
makanan yang dikonsumsi.
8. Mengurangi berbagai masalah sosial berkaitan dengan peningkatan
penggunaan ASI
9. Mengurangi keadaan kesehatan diri dan lingkungan yang tidak memadai,
termasuk peningkatan penggunaan air bersih
3
Istilah gizi-kurang digunakan untuk merujuk pada masalah kurang energi protein (KEP). Khususnya
pada penentuan status gizi menggunakan indeks berat badan menurut umur. Digunakan dua
pengelompokan: gizi-kurang dengan berat badan rendah dan gizi-kurang dengan berat badan
sangat rendah.
4
Istilah kurang gizi digunakan untuk mengartikan kekurangan gizi secara umum.
4
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Tujuan Umum:
Memberikan panduan dan arahan bagi penentu kebijakan di tingkat pusat,
Propinsi dan kabupaten/kota dalam menyusun rencana aksi untuk penurunan dan
pencegahan masalah pangan dan gizi.
Tujuan Khusus:
1. Mengembangkan wawasan penentu kebijakan dalam menilai dan menentukan
masalah pangan dan gizi dan prioritas penanganannya melalui implementasi
rencana kegiatan yang efektif dan efisien.
2. Meningkatkan kemampuan dalam merumuskan perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan program yang didukung oleh metodologi, standarisasi, norma dan
kriteria yang dapat dipertanggung jawabkan menurut besarnya masalah pangan
dan gizi di wilayah kerjanya.
3. Mempromosikan upaya menjaga kesinambungan program pangan dan gizi
kepada penentu kebijakan.
4. Memantapkan keterpaduan program melalui sistem pemantauan secara terus
menerus terhadap berbagai bentuk masalah pangan, efektivitas program, dan
kemajuan yang dicapai sesuai dengan indikator keberhasilan.
5
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
C. Ruang Lingkup
Rencana aksi ini meliputi bidang pangan dan gizi berdasarkan pada besar
dan luas masalah pangan dan gizi yang mengacu pada GHBN, Propenas, serta
komitmen global. Secara rinci diuraikan peran pangan dan gizi dalam
pembangunan, analisis situasi pangan dan gizi. Pada bab berikutnya diuraikan
tujuan umum dan tujuan khusus, kebijakan dan strategi, kelembagaan, serta
program dan kegiatan.
D. Proses penyusunan
E. Pengguna
Rencana aksi pangan dan gizi nasional ini ditujukan untuk penentu kebijakan
di tingkat Pusat, Propinsi, kabupaten/kota, baik pemerintah, badan non-
pemerintah/swasta/LSM yang akan melaksanakan program perbaikan pangan dan
gizi.
Pada bagian akhir dari RAPGN ini disajikan tabel yang berisikan program,
kelompok sasaran, indikator, strategi, kegiatan dan instansi pelaksana dari
program pangan dan gizi di tingkat nasional. Setiap Propinsi, Kabupaten/Kota perlu
menyusun tabel serupa berdasarkan besaran masalah pangan dan gizi yang ada di
masing-masing daerah untuk menyusun Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah
(RAPGD).
6
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Pangan merupakan
kebutuhan dasar bagi
II. PERAN PANGAN DAN GIZI kehidupan manusia
DALAM PEMBANGUNAN
Hak setiap orang untuk
memperoleh pangan
yang aman dan bergizi
Kecukupan pangan bagi setiap orang hanya akan dicapai apabila suatu
negara atau daerah dapat mencapai suatu ketahanan pangan atau food security.
Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1996 tentang Pangan, yang dimaksud dengan
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya,
aman, merata, dan terjangkau. Secara internasional, oleh FAO (1996) ketahanan
pangan diartikan bahwa semua rumah tangga mempunyai akses terhadap pangan
baik secara pisik maupun ekonomi sehingga setiap keluarga tidak beresiko
kekurangan gizi.
7
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
dengan ketahanan pangan, masalah pangan tidak cukup hanya ditinjua pada
tingkat nasional dan regional, seperti yang selama ini dilakukan, tetapi juga di
tingkat daerah, kelompok masyarakat sampai tingkat keluarga.
Status gizi masyarakat dapat digambarkan terutama pada status gizi anak
balita dan wanita hamil. Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu bangsa yang
kelompok penduduk balita dan wanita hamilnya banyak menderita gizi-kurang,
maka bangsa itu akan menghadapi berbagai masalah sumber daya manusia.
Masalah tersebut antara lain:
1) Tingginya angka bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) akibat
ibunya menderita kurang energi dan protein waktu hamil. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita. BBLR juga dapat berpengaruh
pada gangguan pertumbuah fisik dan mental anak. Gizi-buruk pada anak balita
juga dapat berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan atau IQ. Setiap anak
bergizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ 10-13 poin. Pada tahun 1999
diperkirakan terdapat kurang lebih 1,7 juta anak bergizi buruk. Berarti terdapat
8
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
9
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Akar Masalah
Krisis Ekonomi, Politik,
(nasional)
dan Sosial
Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang
mungkin diderita anak. Timbulnya gizi-kurang tidak hanya karena makanan yang
kurang, tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup
baik tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita kurang
gizi. Demikian juga pada anak yang makan tidak cukup baik, maka daya tahan
tubuhnya (imunitas) dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah diserang
infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan, dan akhirnya dapat menderita kurang
10
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
11
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
5
Disarikan dari Soekirman (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga di Masyarakat (dalam
pencetakan)
12
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Kebijakan baru Bank Dunia dan pernyataan Sekjen PBB pada hakekatnya
memperkuat hasil riset para pakar gizi dan kesehatan mengenai adanya hubungan
antara pangan, gizi, kesehatan dan pembangunan ekonomi. Mekanisme hubungan
tersebut digambarkan secara sederhana oleh Martorell (1996), seorang pakar gizi
dari Amerika Serikat, dalam bagan sebagai berikut:
13
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Kemiskinan Ekonomi
Kurang Meningkat
Bagan 2
Faktor yang berkaitan dengan upaya peningkatan sumber daya manusia
14
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Analisis situasi pangan dan gizi yang dipaparkan dalam dokumen ini meliputi
empat bidang yaitu: Produksi dan ketersediaan pangan, Konsumsi pangan, Mutu
dan keamanan pangan dan Gizi masyarakat.
Data yang digunakan dalam mengkaji situasi pangan dan gizi ini didasarkan
pada data laporan sektor terkait baik yang dari hasil pemantauan berkala maupun
dari hasil survei atau studi terserak yang direview dari berbagai lembaga penelitian.
15
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
2. Palawija
a. Jagung 8.246 9.307 8.771 10.169 7,6
b. Ubi kayu 15.441 17.002 15.134 14.696 4,9
c. Ubi jalar 2.171 2.018 1.847 1.935 - 3,7
d. Kedelai 1.680 1.517 1.357 1.306 - 7,9
e. Kacang hijau 325 301 262 306 -0,8
f. Kacang tanah 760 738 688 692 -3,8
4. Daging
a. Daging ternak 632 654 656 605 -1,3
b. Daging unggas 876 947 899 621 -9,1
6. Ikan
a. Ikan laut 3.293 3.384 3.561 3.616 3,2
b. Ikan darat 970 1.069 989 1.149 10.2
Penurunan produksi beras cukup tajam terjadi pada tahun 1997 (49.4 juta
ton) dan 1998 (49.2 juta ton) sebagai akibat penurunan luas panen dari 11,57 juta
ha pada tahun 1996 menjadi 11,14 juta ha pada tahun 1997 dan penurunan
produktivitas dari 4,42 ton/ha tahun 1996 menjadi 4,20 ton pada tahun 1998.
16
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Produksi pangan hewani hasil ternak (daging ternak dan unggas, serta telur
dan susu) menunjukkan kecenderungan menurun selama lima tahun terakhir (Tabel
1). Menurunnya produksi daging, telur dan susu disebabkan oleh meningkatnya
harga pakan dan obat-obatan sebagai akibat krisis moneter, yang mengakibatkan
bangkrutnya usaha peternakan kecil dan menengah.
17
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
18
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Ketersediaan Energi dan protein per kapita per hari menurut propinsi tahun
1998 dapat dilihat pada Lampiran Tabel Ketersediaan Energi dan Ketersediaan
Protein.
19
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
2. Dalam hal label dan iklan, hasil survei Ditjen POM Departemen Kesehatan tahun
1998/1999 menemukan sebanyak 22.5 persen dari contoh produk pangan yang
diperiksa tidak memenuhi persyaratan label. Sedangkan survei pada tahun
1999/2000 menemukan sebanyak 13.70 persen produk pangan tidak memenuhi
persyaratan dan informasi label kurang lengkap. Disamping label yang tidak
memenuhi syarat, di pasaran masih cukup banyak ditemukan beredarnya
produk pangan yang telah kedaluwarsa.
3. Masih banyak dijumpai kasus keracunan makanan. Pada tahun 1995 dilaporkan
sejumlah 1.795 kasus dengan 37 korban yang meninggal. Selanjutnya pada
tahun 1998 dilaporkan 1.078 kasus keracunan dengan 9 kasus yang meninggal
(Tabel 6).
Tabel 6. Jumlah Kasus Keracunan dan Kematian karena
Ketidakamanan Pangan
Tahun Jumlah kasus keracunan Jumlah kematian
1995 1.795 37
1996 2.308 31
1997 3.919 6
1998 1.078 9
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia, Depkes (1996-1999)
20
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
C. Konsumsi Pangan
Informasi konsumsi pangan tingkat rumahtangga diperoleh dari hasil kajian
pemantauan konsumsi gizi (PKG) yang dilakukan setiap tahun oleh Direktorat Gizi
Masyarakat. Kajian konsumsi energi dan protein juga dilakukan berdasarkan data
Susenas tahun 1996 dan 1999 yang disajikan menurut Propinsi.
Menurut hasil PKG ditemukan secara umum rata-rata konsumsi energi dan
protein dari tahun 1995 sampai dengan 1998 tidak mengalami perubahan yang
nyata dan berkisar antara 2.150 KKal dan 46,2 gram protein (Tabel 7).
21
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Untuk zat gizi mikro, penilaian dilakukan dengan melihat gambaran umum
asupan vitamin: A, B1, dan C; serta asupan mineral: Kalsium, Fosfor dan Zat Besi.
Disimpulkan asupan rata-rata vitamin A sudah melebihi ketentuan Angka
Kecukupan Gizi (AKG), sementara asupan Vitamin B1 hanya 50% AKG dan asupan
vitamin C mendekati AKG. Sedangkan asupan mineral sangat bermasalah untuk
Kalsium dan Zat besi. Asupan kalsium kurang dari 50% AKG sedangkan zat besi
berkisar antara 70% AKG.
Pembandingan hasil PKG 1995 dan Susenas 1996 dan PKG 1998 dengan
Susenas 1999 di atas masih dimungkinan karena pelaksanaan pengumpulan data
kedua jenis survei tersebut terpaut 2-3 bulan. PKG biasanya dilakukan pada bulan-
bulan September-Oktober, dan Susenas dilakukan pada bulan-bulan Januari-
Februari.
22
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Data keadaan masyarakat yang disajikan di bawah diperoleh dari hasil survei
gizi nasional (vitamin A, GAKY, KEP), survei sosio-ekonomi nasional (SUSENAS),
survei kesehatan rumahtangga (SKRT), dan dari survei gizi lainnya yang bersifat
terserak.
Pada tahun 1998 prevalensi gizi buruk relatif tetap dan kemudian menurun
sedikit pada tahun 1999. Data ini menunjukkan bahwa sebelum krisis ekonomi
melanda Indonesia keadaan gizi sudah memburuk (1995). Data ini juga
mengindikasikan adanya prakondisi sebagai pemicu lahirnya marasmus dan
kwashiorkor pada saat Indonesia dilanda krisis ekonomi. Menurunnya keadaan gizi
ini lebih terlihat pada kelompok anak usia 6-23 bulan.
Pada tahun 1999 diperkirakan sekitar 1,7 juta balita di Indonesia menderita
keadaan gizi buruk menurut berat badan dan umur. Sekitar 10% dari 1,7 juta balita
ini (sekitar 170.000 balita) menderita gizi buruk tingkat berat seperti marasmus,
kwashiorkor atau bentuk kombinasi marasmik-kwashiorkor. Data jumlah balita gizi
buruk tingkat berat yang tercatat di Departemen Kesehatan sampai akhir 1999
berdasarkan laporan KLB-gizi buruk hanya sekitar 24.000 balita7.
6
Jahari, A. dkk. Perkembangan keadaan gizi balita pada sebelum dan selama krisis.
7
Pusat Data dan Informasi Kesehatan. Laporan KLB Gizi buruk sampai dengan akhir 1999.
23
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
GAMBAR 1
KECENDERUNGAN KURANG ENERGI PROTEIN (GIZI-KURANG) PADA BALITA
(SUSENAS 1989-1999)
40 37.5
35.6
35 31.6 Berat Badan Rendah :
29.5
30 26.4
25 turun dari 37.5 % (1989)
20 menjadi 26.4 % (1999)
15 11.6
10.1
10 6.3 7.2 8.1 Berat Badan Sangat
5 Rendah :
0 meningkat sejak 1995
1989 1992 1995 1998 1999 dan turun pada tahun
1999.
Dampak KEP pada anak balita berkelanjutan pada anak usia sekolah. Hasil
Survei Tinggi Badan anak Baru masuk Sekolah (TB-ABS) di lima Propinsi (Jawa
Barat, Jawa Tengah, NTT, Maluku dan Irian Jaya) pada tahun 1994 dan tahun 1998
menunjukan prevalensi gangguan pertumbuhan anak usia 5-9 tahun masing-
masing 42,4% dan 37,8%. Terjadi penurunan 4,6% yang cukup berarti, tetapi
secara umum, prevalensi gangguan pertumbuhan ini masih sangat tinggi8.
Data Susenas tahun 1999 menunjukkan bahwa status gizi pada wanita usia
subur (WUS) yang menderita risiko KEK (Lila <23,5 cm) sebanyak 24,2%, dimana
keadaan di pedesaan sedikit lebih buruk dari perkotaan, yaitu 25,9% di pedesaan
dan 22,5% di perkotaan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994. Ibu hamil yang menderita KEK berisiko
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR); diperkitakan prevalensi BBLR sebesar 10
14%.
Hasil analisis IMT pada 27 ibukota Propinsi menunjukkan KEK pada wanita
dewasa (IMT<18,5) sebesar 15,1%9. Studi terbatas di Jawa Tengah pada wanita
8
Dit. Gizi Masyarakat, 2000. Hasil analisis data TBABS di lima provinsi tahun 1994-1998.
9
Dit. Gizi Masyarakat, 1999. Hasil analisis IMT di 27 Ibukota Provinsi.
24
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
usia produktif menunjukan angka KEK (IMT <18,5) meningkat 2 kali lipat diikuti
dengan ibu yang menderita anemi gizi meningkat sebanyak 5%10.
3. Anemia Gizi
Tabel 7
Prevalensi Anemia Gizi, Indonesia (SKRT 1995)
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total
Balita 35,7 45,2 40,5
Usia sekolah 46,4 48,0 47,3
10-14 tahun 45,8 57,1 51,5
15-44 tahun 58,3 39,5 48,9
45-54 tahun 53,7 39,5 48,9
55-64 tahun 62,5 40,5 51,5
>65 tahun 70,0 45,8 57,9
Ibu hamil 50,9
Ibu menyusui 45,1
25
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
endemik berat dan sedang, 1169 kecamatan dengan kategori endemik ringan, dan
2186 kecamatan non-endemik. Secara keseluruhan terdapat sekitar 73,6 juta
penduduk tinggal di daerah risiko GAKY. (Lihat Lampiran Peta Prevalensi Gondok
Anak Sekolah 1998 menurut Propinsi). Untuk rincian jumlah kecamatan dan jumlah
penduduk berisiko GAKY dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8
Jumlah Kecamatan dan Penduduk berisiko GAKY, 1996/1998
Masalah zat gizi mikro lainnya yang sudah teridentifikasi pada beberapa
lokasi adalah masalah kurang seng (Zn). Dari hasil studi skala kecil (tahun 1997-
1999) di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Lombok ditemukan sebanyak 6-39,8% bayi
menderita kurang seng. Studi lain di NTT tahun 1996 menunjukkan sebanyak 72%
Ibu hamil menderita kurang seng. Sedangkan di Jawa Tengah (Satoto, 1998)
ditemukan sebanyak 70% Ibu hamil menderita kurang Seng. Data terserak tersebut
menunjukkan bahwa masalah kurang Seng sudah harus mendapat perhatian serius.
8. Masalah Gizi-lebih
Masalah gizi-lebih sudah mulai terlihat terutama di kota besar. Survei IMT
pada 27 Ibukota Propinsi menunjukkan prevalensi gizi-lebih sebesar 6,8 pada laki-
laki dewasa dan 13,5% pada perempuan dewasa. Sedangkan menurut Susenas
1999 prevalensi gizi-lebih pada balita sebesar 5,2%.
26
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Akhir-akhir ini banyak terjadi kerusuhan sosial ataupun bencana alam yang
diikuti oleh banyak penduduk yang mengungsi. Di tempat pengungsian tidak selalu
tersedia sarana dan prasarana yang memadai untuk hidup layak. Sebagai
konsekuensinya, diduga akan banyak masalah yang dihadapi oleh pengungsi
termasuk diantaranya masalah kesehatan dan gizi. Hasil survei cepat yang
dilakukan UNICEF di lokasi pengungsian NTT tahun 1999 menunjukkan bahwa
sekitar 24% anak balita menderita gizi-kurang akut (diukur dengan berat badan
menurut tinggi badan). Menurut UNHCR, tingkat prevalensi sebesar ini sudah
berada pada keadaan gizi yang kritis (di atas 15%). Oleh karena itu, perlu antisipasi
pelayanan kesehatan dan gizi yang memiliki mobilitas cepat untuk penanganan
masalah gizi yang dialami oleh para pengungsi.
27
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
A. Tujuan umum
Menjamin ketahanan pangan tingkat keluarga, mencegah, dan menurunkan
masalah gizi, untuk mewujudkan hidup sehat dan status gizi optimal.
B. Tujuan khusus
C. Sasaran
1) jagung sebesar 7,19 persen per tahun dari 9,17 juta ton menjadi 12,87 juta
ton;
28
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
2) ubikayu sebesar 2,84 persen per tahun, dari 15,53 juta ton menjadi 17,86
juta ton;
3) ubijalar sebesar 6,21 persen per tahun, dari 1,51 juta ton menjadi 2,01 juta
ton
1) Protein nabati
a) kedelai sebesar 9,70 persen per tahun, dari 1,20 juta ton menjadi 1,85
juta ton;
b) kacang tanah sebesar 3,63 persen per tahun, dari 649,0 ribu ton menjadi
771,7 ribu ton;
c) kacang hijau sebesar 3,65 persen per tahun, dari 262,8 ribu ton menjadi
311,9 ribu ton
2) Protein hewani
a) daging sebesar 2,03 persen per tahun, dari 1,25 juta ton menjadi 1,56
juta ton;
b) telur sebesar 1,93 persen per tahun, dari 537,1 ribu ton menjadi 664,2
ribu ton;
c) susu sebesar 0,97 persen per tahun, dari 390,0 ribu ton menjadi 429,2
ribu ton)
8. Menurunnya prevalensi gizi-kurang pada anak balita dari 26,4% (1999) menjadi
20% (2005) dan gizi buruk dari 8,1% (1999) menjadi 5% (2005).
29
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
10. Menurunnya anemia gizi pada ibu hamil menjadi 40% dan kurang energi kronis
(KEK) ibu hamil menjadi 20%
12. Mencegah meningkatnya prevalensi gizi-lebih pada anak balita dan dewasa
menjadi setinggi-tingginya 3% dan 10%
13. Menurunnya prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menjadi setinggi-
tingginya 7%.
16. Meningkatnya pemberian MP-ASI yang baik mulai usia bayi 4 bulan
30
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
A. KEBIJAKAN
2. Pengembangan agribisnis
31
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
3. Pola pengasuhan
4. Desentralisasi
Masalah gizi mempunyai asosiasi kuat dengan Produk Domestik Bruto dan
mempunyai variasi luas pada tingkat pendapatan keluarga. Pada dasarnya
kemampuan daya beli pangan dan akses pelayanan sosial sangat mempengaruhi
keadaan gizi masyarakat.
B. Strategi
32
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Pemantapan SKPG harus tetap dilaksanakan agar selalu berjalan pada setiap
kondisi baik krisis maupun tidak. SKPG yang berjalan dengan baik memungkinkan
akses pada informasi untuk pengambilan keputusan yang cepat dan benar,
sehingga prinsip deteksi dini masalah dapat segera diantisipasi.
33
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
..
A. PEMANTAPAN KELEMBAGAAN
Masalah pangan dan gizi bersifat multi dimensi, oleh karena itu
penanganannya harus bersifat multi sektoral dan multi disiplin: Pertanian,
Kesehatan, Industri-Perdagangan, dan Pendidikan dengan pemberdayaan
masyarakat termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat dan Swasta. Agar supaya
pelaksanaan program pangan dan gizi berdaya guna dan berhasil guna, maka
upaya tersebut perlu dilaksanakan secara terkoordinasi mulai dari penetapan
kebijakan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai pada monitoring
dan evaluasi.
Dewasa ini kelembagaan khusus yang mempunya tugas pokok dan fungsi
dalam bidang penelitian, pendidikan dan pelatihan, serta pelaksanaan program
telah ada dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya. Sedangkan kelembagaan khusus yang mempunyai tugas pokok dan
fungsi dalam bidang penetapan kebijakan serta kelembagaan yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi dalam bidang KIE dan bidang
34
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Mengingat luasnya dan kompleknya masalah pangan dan gizi, yang akan
berdampak pada pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia, maka
penanganannya perlu mendapat prioritas denga seksama secara terkoordinasikan.
Untuk mewujudkan hal tersebut. Dalam jangka pendek kelembagaan-kelembagaan
yang perlu diberdayakan secara optimal. Agar hasil yang dicapai oleh masing-
masing lembaga tersebut lebih berdaya guna dan berhasil guna, perlu dilakukan
upaya pemantapan bai terhadap kelembagaan yang ada ditingkat Pusat maupun
yang ada di Daerah. Upaya tersebut meliputi :
a. Peningkatan tugas dan fungsi Tim SKPG Pusat menjadi Tim Pangan dan Gizi
Nasional dengan tugas pokok membantu Menteri terkait dalam merumuskan
kebijakan pangan dan gizi, standarisasi, akreditasi, dan terkoordinasi dalam
pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi program.
c. Penajaman tugas dan fungsi lembaga penelitian bidang pangan dan gizi
untuk penyediaan data terkini bagi perumusan kebijakan.
a. Penguatan tugas pokok dan fungsi Tim Pangan dan Gizi (TPG) Daerah dalam
perumusan kebijakan pangan dan gizi setempat, dan koordinasi dalam
pelaksanaan program dan evaluasi.
35
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
B. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
36
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
1). Menyebar luaskan informasi tentang pangan, gizi dan kesehatan secara
luas, baik kepada institusi maupun kepada masyarakat.
2). Melakukan advokasi kepada sektor dalam pemerintah dan organisasi lain
dalam bidang pangan dan gizi.
37
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Instansi /Lembaga yang terkait dengan pangan dan gizi daerah yang telah
dibentuk perlu dimantapkan dan ditingkatkan fungsinya.
a. Tim Pangan dan Gizi daerah agar berfungsi sebagai instansi/lembaga yang
merumuskan kebijakan pangan dan gizi daerah; mengkoodinasikan
pelaksanaan program, advokasi, monitoring dan evaluasi; pengaturan bantuan-
bantuan serta meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat.
b. Daerah dapat mengembangkan kelembagaan yang mempunyai tugas dan fungsi
dalam bidang KIE, pemberdayaan dan pendampingan masyarakat sesuai
kebutuhan.
38
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Masalah pangan dan gizi bersifat multi dimensi, oleh karena itu
penanganannya harus bersifat multi sektoral dan multi disiplin seperti Pertanian,
Kesehatan, Industri-Perdagangan dan Pendidikan Kesehatan. Agar supaya
pelaksanaan program pangan dan gizi berdaya guna dan berhasil guna, maka
upaya tersebut perlu dilaksanakan secara terkoordinasi mulai dari penetapan
kebijaksanaan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai pada
monitoring dan evaluasi.
Dewasa ini kelembagaan dimaksud telah ada dan telah melaksanakan fungsi
dan tugas pokoknya. Namun demikian tiap lembaga belum memisahkan antara
tugas penentu kebijakan dan tugas pelaksanaan serta bersifat sektoral. Di samping
itu pembentukan kelembagaan masih terfokus pada bidang pelaksanaan
penanganan masalah dan bidang pendukungnya yaitu penelitian, pendidikan dan
pelatihan. Sedangkan pembentukan kelembagaan yang menangani penentuan
kebijakan dan koordinasi pangan dan gizi belum terwujud.
a. Penajaman tugas dan fungsi lembaga penelitian untuk penyediaan data terkini
bagi perumusan kebijakan.
b. Peningkatan tugas dan fungsi tim SKPG menjadi Tim Pangan dan Gizi Nasional
dengan tugas pokok merumuskan kebijaksanaan dan koordinasi dalam
pelaksanaan dan evaluasi program pangan dan gizi.
39
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
a. Penguatan tugas pokok dan fungsi Tim Pangan dan Gizi (TPG) daerah dalam
perumusan kebijaksanaan program, dan koordinasi dalam implementasi
program pangan dan gizi di daerah.
b. Penguatan tugas dan fungsi sektor masing-masing dalam pelaksanaan program
pangan dan gizi di daerah melalui penyediaan dan peningkatan sumber daya
(fisik dan manusia) sesuai misi masing-masing sektor yang berbasis
pemberdayaan masyarakat dalam rangka menuju visi yang sama.
40
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
VII. P R O G R A M
Kelompok Sasaran :
a) Kelembagaan petani
b) Kelembagaan penyuluhan
c) Kelembagaan pelayanan usaha produksi dan agribisnis pangan.
Kegiatan :
41
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Indikator Keberhasilan :
Tujuan :
Meningkatkan kinerja kelembagaan distribusi, cadangan pangan dan
pemantauan situasi pangan
Strategi operasional :
Pemberdayaan kelembagaan distribusi (logistik), cadangan pangan dan
pemantauan situasi pangan
Kelompok Sasaran :
a) Depot logistik.
b) Tim Pangan dan Gizi.
c) Lembaga Sosial Masyarakat, kelompok masyarakat.
d) Lembaga Usaha Produksi dan Perdagangan Pangan.
Kegiatan :
a) Peningkatan kemampuan SDM pengelola kelembagaan distribusi, cadangan
pangan dan pemantauan situasi pangan
b) Penyempurnaan sarana, prasarana kerja dan mekanisme kerja kelembagaan
distribusi, cadangan pangan dan pemantauan situasi pangan
c) Pengembangan kebijakan dan penyempurnaan tataniaga dan distribusi
pangan untuk meningkatkan efisiensi perdagangan/ distribusi pangan
d) Pengembangan kemampuan pengelolaan stok pangan oleh masyarakat,
antara lain pengembangan lumbung desa dan hutan cadangan pangan, dsb.
e) Koordinasi lintas lembaga dan lintas wilayah untuk kelancaran distribusi
pangan
Indikator Keberhasilan :
42
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Tujuan :
Meningkatkan peran kelembagaan pangan dan gizi melalui penguatan tugas
pokok dan fungsi, sumberdaya, metodologi dan sistem informasi.
Strategi operasional :
a) Penguatan kelembagaan dengan tugas pokok dalam bidang perumusan
kebijakan
b) Penguatan kelembagaan dengan tugas pokok dalam bidang penelitian
c) Penguatan kelembagaan dengan tugas pokok dalam bidang pendidikan dan
pelatihan
d) Penguatan kelembagaan dengan tugas pokok dan fungsi pelaksanaan
e) Penguatan kelembagaan dengan tugas pokok dalam bidang KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
f) Penguatan kelembagaan dengan tugas pokok dalam bidang pedampingan
dan pemberdayaan masyarakat termasuk LSM dan swasta
Kelompok Sasaran :
a) Para pengambil keputusan dibidang pangan dan gizi
b) Tim pangan dan gizi diberbagai tingkat
Kegiatan :
a) Pengembangan rancangan kelembagaan yang mempunyai tugas dan fungsi
dalam bidang perumusan kebijakan pangan dan gizi nasional tingkat pusat
dan pengembangan tugas dan fungsi tim pangan dan gizi daerah.
Penyusunan rancangan tersebut dilakukan oleh satu tim lintas sektor dan
organisasi profesi yang terkait dengan pangan dan gizi.
b) Diseminasi dan pemasaran sosial rancangan. Untuk mendapatkan masukan
serta menampung aspirasi daerah maka rancangan tersebut perlu
disebarluaskan ke berbagai pihak baik di pusat maupun di daerah untuk
mendapatkan tanggapan dan saran-saran perbaikan.
c) Pertemuan ahli
d) Perumusan akhir rancangan oleh tim penyusun
e) Pengusulan dan pengesahan rancangan. Rancangan selanjutnya
direkomendasikan kepada pemerintah untuk diatur dalam peraturan
pemerintah dan diresmikan pembentukannya.
43
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Indikator Keberhasilan :
Meningkatnya peran kelembagaan pangan dan gizi di pusat dan daerah yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam bidang:
a) Perumusan kebijakan
b) Penelitian
c) Pendidikan dan pelatihan
d) Pelaksanaan
e) KIE
f) Pedampingan dan pemberdayaan masyarakat termasuk LSM dan swasta
Tujuan :
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran :
a) LSM dan swasta yang potensil yang berkaitan dengan pangan dan gizi.
b) Terbentuknya jaringan kerja sama antara pemerintah, LSM dan swasta.
c) Tersedianya program kerja sama antara pemerintah, LSM dan swasta.
Kegiatan :
a) Sosialisasi & advokasi masalah pangan dan gizi pada seluruh LSM dan
swasta.
b) Menggerakkan LSM dan swasta untuk berperan serta dalam
penanggulangan masalah pangan dan gizi.
44
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
c) Menggali potensi sumber daya (tenaga, sarana, dana) yang ada pada LSM
dan swasta.
Indikator keberhasilan :
Tujuan :
Meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga pangan dan gizi untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan pangan dan gizi yang baik
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran :
Kegiatan :
45
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Indikator keberhasilan:
Tujuan :
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran :
Seluruh tenaga pangan dan gizi yang sudah ada disektor pemerintahan dan
swasta
Kegiatan :
Indikator keberhasilan
a) Jumlah tenaga pangan dan gizi yang ikut aktif dalam penanggulangan
masalah pangan dan gizi.
b) Rasio tenaga pangan dan gizi yang terlatih per wilayah.
46
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran :
Kegiatan :
Indikator keberhasilan :
47
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Tujuan :
Untuk meningkatkan dan memantapkan daya saing global produk pangan dan
menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan agribisnis dan agroindustri
pangan.
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran :
Kegiatan :
Indikator Keberhasilan :
48
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Tujuan :
Strategi operasional :
a) Melibatkan seluruh potensi lokal yang ada dengan tetap berlandaskan
kepada prinsip-prinsp ekonomi dan manajerial yang handal.
b) Menciptakan sinkronisasi antara potensi dan kebutuhan
c) Meningkatkan nilai tambah hasil panen di pedesaan, baik untuk konsumsi
langsung maupun untuk bahan baku agroindustri pangan lanjutan.
d) Meningkatkan diversifikasi produk sebagai upaya penanggulangan kelebihan
produksi atau kelangkaan permintaan pada periode tertentu.
Kelompok Sasaran :
Kegiatan :
a) Inventarisasi potensi lokal baik sumber daya alam, sumber daya manusia,
dukungan infra struktur dan faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan.
Hal ini dilakukan melalui pengkajian semua potensi yang ada di tingkat lokal.
b) Berdasarkan pada potensi wilayah (dilihat dari tanaman pokok pertanian dan
sosial budaya) serta makanan pokok masyarakat setempat, maka dengan
mudah dapat ditetapkan jenis IKM Pangan yang paling tepat.
c) Setelah jenis IKM yang paling tepat dapat diidentifikasi, maka dilakukan
upaya untuk mengimplementasinya. Implementasi sedapat mungkin
dilakukan melalui pemberdayaan IKM Pangan yang sudah ada.
d) Evaluasi impelementasi perbaikan mutu dan perumusan langkah-langkah
perbaikan.
Indikator keberhasilan :
a) Teridentifikasinya jenis IKM Pangan yang sesuai dengan potensi lokal dan
dapat mendukung ketahanan pangan.
49
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Tujuan :
Meningkatkan sistem penyediaan informasi pangan dan gizi secara kontinyu dan
berkala untuk pengambilan keputusan, perumusan kebijakan, perencanaan
program dan evaluasi.
Strategi operasional:
Kelompok Sasaran :
Tim Pangan dan Gizi tingkat Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa
Kegiatan :
50
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Indikator keberhasilan:
Tujuan :
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran :
a) Wilayah miskin dan rawan pangan (daerah kumuh, daerah terisolir, daerah
lahan marjinal, daerah rawan kekeringan dan rawan banjir)
b) keluarga rawan pangan transien (daerah terkena bencana alam dan
kerusuhan).
Kegiatan :
51
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Indikator Keberhasilan :
Tujuan :
Memberikan pelayanan gizi yang tepat pada tempat pengungsian sebagai akibat
dari gejolak sosial dan politik, bencana alam serta tempat darurat lainnya.
Strategi operasional:
Kelompok Sasaran:
Kegiatan:
52
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Indikator keberhasilan:
Tujuan :
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran :
a) Bayi
b) Anak balita
Kegiatan :
53
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Indikator Keberhasilan:
Tujuan :
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran :
a) WUS
b) Ibu hamil dan ibu nifas
Kegiatan :
a) Penapisan penderita risiko KEK dan KEK melalui pengukuran LILA dan IMT
b) Pelaksanaan intervensi terhadap penderita KEK melalui pendidikan gizi dan
pemberian makanan tambahan
c) Melakukan pelayanan gizi terpadu dengan KIA, pelayanan kesehatan dan
program penanggulangan kemiskinan.
d) Pembinaan keluarga dalam asuhan keperawatan dan gizi
Indikator keberhasilan
54
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Tujuan :
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran:
a) Balita
b) Remaja
c) Anak Sekolah
d) Dewasa
Kegiatan :
Indikator keberhasilan:
Tujuan :
55
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran:
Anggota Keluarga
Kegiatan :
Indikator keberhasilan:
Tujuan :
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran :
Seluruh penduduk
56
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Kegiatan :
Indikator keberhasilan :
Tujuan :
Strategi operasional :
a) Suplementasi tablet atau sirup besi
b) Meningkatkan konsumsi makanan kaya besi
c) Pemasaran sosial makanan kaya zat besi terutama sumber hewani
d) Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi
e) Meningkatkan kemandirian masyarakat
f) Integrasi kegiatan gizi lintas program dan lintas sektor
Kelompok Sasaran :
a) Ibu Hamil / Ibu nifas
b) Wanita Usia Subur
c) Balita
d) Anak usia sekolah
e) Usia Lanjut
57
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Kegiatan :
Indikator keberhasilan :
Tujuan :
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran :
a) Bayi 6 - 11 bulan
b) Anak balita 1 - 5 tahun
c) Ibu nifas (< 30 hari )
58
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Kegiatan:
Indikator keberhasilan :
Tujuan :
Mengetahui besaran dan sebaran masalah kurang gizi mikro lain pada kelompok
rentan
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran :
a) Ibu hamil
b) Bayi dan anak (6 - 24 bulan)
Kegiatan :
a) Mengembangkan pusat data dan informasi masalah kurang zat gizi mikro.
b) Mengkaji data sekunder dari berbagai sumber
c) Mengembangkan suplementasi multi gizi-mikro pada ibu hamil dan anak (6
24 bulan).
Indikator keberhasilan:
59
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
5. Fortifikasi pangan
Tujuan :
Strategi operasional:
Kelompok Sasaran:
Kegiatan:
Indikator keberhasilan:
Tujuan :
60
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran :
Seluruh lapisan keluarga dan masyarakat baik di perkotaan maupun di
pedesaan.
Kegiatan :
Indikator Keberhasilan :
Tujuan :
61
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran :
Kegiatan :
a) Pengkajian tentang besaran dan sebaran perilaku gizi seimbang pada
keluarga dan masyarakat.
b) Mengembangkan teknologi tepat guna tentang media KIE gizi seimbang
kepada keluarga dan masyarakat.
c) Peningkatan sosialisasi dan advokasi kampanye gizi seimbang.
d) Meningkatkan konseling pada anggota keluarga dan masyarakat.
e) Pelatihan dan pendidikan program pangan dan gizi dalam pembinaan
keluarga dan masyarakat.
f) Mengembangkan pesan-pesan spesifik gizi seimbang yang lebih operasional
dalam perbaikan gizi keluarga.
g) Memantapkan kerjasama institusi, program terkait, dan masyarakat dalam
promosi gizi seimbang
Indikator keberhasilan :
Tujuan :
62
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Strategi operasional :
Kelompok Sasaran:
a) Ibu hamil/menyusui
b) Masyarakat & anggota keluarga.
c) Lembaga swadaya masyarakat, swasta, pengusaha dan organisasi profesi .
Kegiatan :
63
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Indikator keberhasilan :
Tujuan:
Strategi operasional:
Kelompok Sasaran :
a) Institusi pendidikan
b) Institusi rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan
c) Institusi Sosial (Panti asuhan, panti werdha dan rumah singgah, dll)
d) Institusi tempat kerja
e) Institusi olahraga (pusat latihan olahraga)
f) Institusi kesehatan (Rumah sakit, Puskesmas perawatan, rumah bersalin)
g) Institusi lain (matra, haji, transmigrasi dll)
Kegiatan :
64
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Indikator keberhasilan :
1. Pemberdayaan Konsumen
Tujuan :
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran konsumen dalam memilih pangan
yang aman dan bermutu untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
Kelompok Sasaran :
Kegiatan :
65
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Indikator keberhasilan :
Tujuan :
Memperbaiki mutu dan keamanan produk pangan yang diproduksi oleh industri
kecil dan menengah.
Strategi operasional :
66
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Kelompok Sasaran :
Kelompok sasaran program ini adalah para pengusaha industri pangan kecil,
menengah dan rumah tangga.
Kegiatan :
a) Inventarisasi produk industri pangan kecil dan menengah serta rumah
tangga yang memiliki kontribusi nyata terhadap status gizi konsumen serta
penilaian aspek mutu dan keamanannya.
b) Identifikasi potensi bahaya yang mungkin ada pada produk-produk butir 1
sesuai dengan kondisi setempat.
c) Perumusan strategi perbaikan mutu dan keamanan yang cocok untuk
industri setempat.
d) Impelementasi strategi perbaikan mutu dan keamanan.
e) Evaluasi impelementasi perbaikan mutu dan keamanan serta perumusan
langkah-langkah perbaikan jika diperlukan.
Indikator keberhasilan
a) Teridentifikasinya kemungkinani kemungkinan bahaya produk-produk
industri pangan kecil dan menengah yang berkontribusi nyata terhadap
status gizi masyarakat.
b) Jumlah industri yang dibina dalam rangka perbaikan mutu dan keamanan.
c) Jumlah industri yang menerapkan konsep perbaikan mutu dan keamanan.
d) Jumlah kasus keracunan dalam satuan waktu tertentu.
e) Pemakaian bahan-bahan tambahan pangan yang berbahaya.
f) Meningkatnya mutu dan keamanan produk pangan industri kecil dan
menengah yang memiliki kontribusi nyata dalam menentukan status gizi
masyarakat.
g) Tersosialisasinya konsep cara produksi yang baik (Good Manufacturing
Practice) di kalangan industri pangan kecil dan menengah.
h) Peningkatan daya saing industri pangan kecil dan menengah.
1. Bidang Pangan
a). Penelitian terapan dan seleksi teknologi budidaya, panen dan paska panen
komoditas pangan yang mampu meningkatkan produktivitas usaha tani.
67
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
2. Bidang Gizi
68
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
5). Peningkatan penelitian di bidang tatalaksana gizi dan makanan dalam upaya
kesehatan kuratif
1). Peningkatan penelitian zat gizi makro dan zat gizi mikro
2). Peningkatan penelitian tentang angka kecukupan gizi
3). Standardisasi biokimia gizi untuk identifikasi masalah gizi makro dan mikro
4). Pengembangan indikator biokimia gizi
5). Mewujudkan laboratorium rujukan untuk vitamin A, yodium, zat gizi mikro
dan trace elements
6). Peningkatan penelitian di bidang absorpsi dan bioavilabilitas zat gizi mikro
69
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
Tabel 9
Rincian Program Aksi Pangan dan Gizi Nasional
No Program Sub Program
A Pengembangan Peningkatan Kemampuan Kelembagaan Produksi Pangan
Kelembagaan Pangan Peningkatan Kinerja Kelembagaan Distribusi, Cadangan Pangan
dan Gizi dan Pemantauan Situasi Pangan
Pemantapan dan Pengembangan Kelembagaan
Koordinasi Pangan dan Gizi
B Pengembangan Tenaga Pemberdayaan LSM
Pangan dan Gizi Pelatihan Tenaga Pangan dan Gizi
Pendayagunaan Tenaga Pangan dan Gizi
C Peningkatan Ketahanan Peningkatan Produksi dan Ketersediaan Aneka Pangan
Pangan Pengembangan Agribisnis Komoditas Pangan
Pengembangan Agroindustri Pendukung Ketahahanan Pangan
D Kewaspadaan Pangan Pemantapan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
dan Gizi Pencegahan dan Penanggulangan Kerawanan Pangan
Penanggulangan Masalah Gizi dalam Keadaan Darurat
E Pencegahan dan Pencegahan dan Penanggulangan KEP
Penanggulangan Pencegahan dan Penanggulangan KEK
Gizi Kurang dan Gizi lebih Pencegahan dan Penanggulangan Gizi lebih
Asuhan dan Konseling Gizi
F Pencegahan dan Pencegahan dan Penanggulangan GAKY
Penanggulangan Kurang Pencegahan dan Penanggulangan Anemi Gizi
Zat Gizi Mikro Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Vitamin A
Pencegahan dan Penanggulangan Zat Gizi Mikro Lain
Fortifikasi Pangan
G Peningkatan Perilaku Peningkatan Diverisifikasi Konsumsi Pangan
Keluarga Mandiri Sadar Pemasyarakatan Gizi Seimbang
Pangan dan Gizi Peningkatan Pemberian ASI dan MP-ASI
H Pelayanan Gizi di Pelayanan Gizi di Institusi Pendidikan
Institusi Pelayanan Gizi di Rutan/Lapas
Pelayanan Gizi di Institusi Sosial
Pelayanan Gizi di Tempat Kerja
Pelayanan Gizi Olah Raga
Pelayanan Gizi di Institusi Kesehatan
Pelayanan Gizi Matra
I Pengembangan Mutu Pemberdayaan Konsumen
dan Keamanan Pangan Perbaikan Mutu dan Keamanan Produk Industri
Pangan Kecil dan Menengah
J Penelitian Pengembangan Bidang Pangan
Pangan dan Gizi Bidang Gizi
70
RAPGN 2001-2005, Agustus 2000
LAMPIRAN
71
TABEL KETERSEDIAAN ENERGI
Per Kapita - Per Hari Menurut Propinsi
(Total, Nabati, Hewani)
Tahun 1998
* K E T E R S E D I A A N TAHUN 1998
NO. PROPINSI TOTAL NABATI HEWANI
KKal/Kap/Hari % a) KKal/Kap/Hari % b) KKal/Kap/Hari % b)
1. Aceh 4,585.0 179.8 4,530.0 98.8 55.0 1.2
2. Sumut - - - - - -
3. Sumbat 3,145.0 123.3 3,059.0 97.3 85.0 2.7
4. Riau 2,529.0 99.2 2,380.0 94.1 149.0 5.9
5. Jambi 2,312.0 90.7 2,240.0 96.9 73.0 3.2
6. Sumsel 5,414.0 212.3 5,317.0 98.2 97.0 1.8
7. Bengkulu 4,175.0 163.7 4,096.0 98.1 78.0 1.9
8. Lampung 2,647.0 103.8 2,581.0 97.5 66.0 2.5
9. DKI 2,530.0 99.2 2,359.0 93.2 172.0 6.8
10. Jabar 2,224.0 87.2 2,161.0 97.2 63.0 2.8
11. Jateng 3,223.0 126.4 2,790.0 86.6 433.0 13.4
12. DIY 2,733.0 107.2 2,663.0 97.4 70.0 2.6
13. Jatim 3,362.0 131.8 3,294.0 98.0 69.0 2.1
14. Bali 3,416.0 134.0 3,121.0 91.4 295.0 8.6
15. NTB 2,988.0 117.2 2,923.0 97.8 65.0 2.2
16. NTT - - - - - -
17. Kalbar 2,574.0 100.9 2,491.0 96.8 83.0 3.2
18. Kalteng 2,271.0 89.1 2,170.0 95.6 101.0 4.4
19. Kalsel 3,553.0 139.3 3,398.0 95.6 154.0 4.3
20. Kaltim 2,436.0 95.5 2,288.0 93.9 148.0 6.1
21. Sulut 2,260.0 88.6 2,079.0 92.0 181.0 8.0
22. Sulteng 2,876.0 112.8 2,706.0 94.1 170.0 5.9
23. Sutera 2,445.0 95.9 2,160.0 88.3 285.0 11.7
24. Sulsel 5,891.0 231.0 5,776.0 98.0 115.0 2.0
25. Maluku - - - - - -
26. Irian Jaya 2,024.0 79.4 1,786.0 88.2 238.0 11.8
Indonesia 2,888.0 113.3 2,802.0 97.0 86.0 3.0
Keterangan :
Sumber data = Deptan
* N B M Propinsi 1998
a) % Kecukupan Energi terhadap tingkat ketersediaan 2550 Kkal/Kap/hari
b) % terhadap total
85
TABEL KETERSEDIAAN PROTEIN
Per Kapita - Per Hari Menurut Propinsi
(Total, Nabati, Hewan)
Tahun 1998
* KETERSEDIAAN
NO. PROPINSI TOTAL NABATI HEWANI
Gr/Kap/Hari % a) Gr/Kap/Hari % b) Gr/Kap/Hari % b)
1. Aceh 65.1 118.4 59.4 91.2 5.6 8.6
2. Sumut - 0.0 0 0.0 0 0.0
3. Sumbar 55.5 100.9 10.3 18.6 45.2 81.4
4. Riau 58.5 106.4 40.1 68.5 18.3 31.3
5. Jambi 49.8 90.5 41.6 83.5 8.2 16.5
6. Sumsel 53.4 97.1 41.1 77.0 12.3 23.0
7. Bengkulu 82.3 149.6 72.6 88.2 9.7 11.8
8. Lampung 61.1 111.1 54.5 89.2 6.7 11.0
9. DKI 70.1 127.5 44.8 63.9 25.4 36.2
10. Jabar 50.4 91.6 42.1 83.5 8.3 16.5
11. Jateng 68.7 124.9 58.5 85.2 10.2 14.8
12. DIY 76.2 138.5 70.1 92.0 6.1 8.0
13. Jatim 76.9 139.8 70.5 91.7 6.4 8.3
14. Bali 79.1 143.8 62.8 79.4 16.2 20.5
15. NTB 87.1 158.4 77.9 89.4 9.2 10.6
16. NTT - 0.0 0 0.0 0 0.0
17. Kalbar 48.2 87.6 39.1 81.1 9.1 18.9
18. Kalteng 48.3 87.8 35.6 73.7 12.6 26.1
19. Kalsel 78.3 142.4 56.5 72.2 21.8 27.8
20. Kaltim 54.4 98.9 36.5 67.1 17.9 32.9
21. Sulut 59.9 108.9 39 65.1 21 35.1
22. Sulteng 67.1 122.0 42.7 63.6 24.4 36.4
23. Sutera 76.3 138.7 39.5 51.8 36.8 48.2
24. Sulsel 159.2 289.5 144.6 90.8 14.6 9.2
25. Maluku - 0.0 0 0.0 0 0.0
26 Irian Jaya 60.5 110.0 24.6 40.7 35.9 59.3
Indonesia 62.7 114.0 52.5 83.7 10.2 16.3
Keterangan :
Sumber data = Deptan
* N B M Propinsi 1998
a) % Kecukupan protein terhadap tingkat ketersediaan 55 Gr/Kap/hari
b) % terhadap Total
86
TABEL KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN
Per Kapita - Per Hari Menurut Propinsi
Tahun 1996 - 1999
ENERGI PROTEIN
NO. PROPINSI
1996 1999 1996 1999
Kkal/Kap/Hari % a) Kkal/Kap/Hari % a) Gr/Kap/Hari % b) Gr/Kap/Hari % b)
1. Aceh 2113.8 96.1 2,043.0 92.9 57.3 114.6 52.4 104.8
2. Sumut 2046.1 93.0 1,961.0 89.1 56.9 113.8 52.7 105.4
3. Sumbar 2250.9 102.3 2,030.0 92.3 58.4 116.8 51.5 103.0
4. Riau 2092.4 95.1 1,910.0 86.8 56.5 113.0 50.3 100.6
5. Jambi 2161.5 98.3 1,919.0 87.2 56.1 112.2 47.1 94.2
6. Sumsel 2123.6 96.5 1,891.0 86.0 56.1 112.2 47.1 94.2
7. Bengkulu 2118.8 96.3 1,894.0 86.1 55.1 110.2 48 96.0
8. Lampung 2081.8 94.6 1,894.0 86.1 53.2 106.4 46.3 92.6
9. DKI 1985.1 90.2 1,860.0 84.5 58.1 116.2 51.9 103.8
10. Jabar 2119.3 96.3 1,889.0 85.9 58.9 117.8 50.2 100.4
11. Jateng 1887.1 85.8 1,751.0 79.6 50.5 101.0 45.8 91.6
12. DIY 1972.9 89.7 1,755.0 79.8 51.5 103.0 45.3 90.6
13. Jatim 1850 84.1 1,720.0 78.2 48.7 97.4 45.8 91.6
14. Bali 2210.1 100.5 2,076.0 94.4 58.1 116.2 55.1 110.2
15. NTB 2001.2 91.0 1,875.0 85.2 54.2 108.4 49.5 99.0
16. NTT 2058.4 93.6 1,746.0 79.4 53.3 106.6 44 88.0
17. Kalbar 2055.5 93.4 1,915.0 87.0 54.2 108.4 50 100.0
18. Kalteng 2187.8 99.4 2,004.0 91.1 61.7 123.4 55.1 110.2
19. Kalsel 2119.7 96.4 1,915.0 87.0 58.6 117.2 50.6 101.2
20. Kaltim 2053.7 93.4 1,768.0 80.4 57.3 114.6 47.7 95.4
21. Sulut 2121.9 96.5 2,028.0 92.2 55.8 111.6 54.3 108.6
22. Sulteng 2246.7 102.1 1,974.0 89.7 57.5 115.0 48.6 97.2
23. Sutera 2178.7 99.0 1,953.0 88.8 59.3 118.6 52.4 104.8
24. Sulsel 2114.8 96.1 1,967.0 89.4 58.7 117.4 54.1 108.2
25. Maluku 1901.8 86.4 1,620.0 73.6 48.9 97.8 39.1 78.2
26. Irian Jaya 1988.3 90.4 1,736.0 78.9 44.7 89.4 40.8 81.6
Indonesia 2019.8 91.8 1,849.0 84.0 54.5 109.0 48.7 97.4
Keterangan :
Sumber data = Deptan
Diolah dari data Susenas 1996 dan 1999
a) % Angka kecukupan energi pada tingkat konsumsi yaitu 2200 Kkal/Kap/hari
b) % Angka kecukupan protein pada tingkat konsumsi yaitu 50 Kkal/Kap/hari
87
TABEL RENCANA AKSI PANGAN DAN GIZI NASIONAL (RAPGN) 2001-2005
81
No. Program Kelompok Sasaran Indikator Strategi Kegiatan Pelaksana
dan sebagainya.
- Koordinasi lintas lembaga dan lintas
wilayah untuk kelancaran distribusi
pangan.
3. Pemantapan dan pengembangan
- Para pengambil Meningkatnya peran kelembagaan - Penguatan kelembagaan dengan - Pengembangan rancangan
Kelembagaan koordinasi keputusan dibidang pangan dan gizi di pusat dan daerah tugas pokok dalam bidang kelembagaan yang mempunyai
pangan dan gizi pangan dan gizi yang mempunyai tugas pokok perumusan kebijakan tugas dan fungsi dalam bidang
- Tim pangan dan gizi dan fungsi dalam bidang : - Penguatan kelembagaan dengan perumusan kebijakan pangan gizi
di berbagai tingkat a. Perumusan kebijakan tugas pokok dalam bidang nasional tingkat pusat dan
b. Penelitian penelitian pengembangan dan fungsi tim
c. Pendidikan dan Pelatihan - Penguatan kelembagaan dengan pangan dan gizi daerah
d. Pelaksanaan tugas pokok dalam bidang - Desiminasi dan pemasaran sosial
e. KIE pendidikan dan pelatihan rancangan
f. Pedampingan dan - Penguatan kelembagaan dengan - Pertemuan ahli
pemberdayaan masyarakat tugas pokok dan fungsi pelaksanaan - Perumusan akhir rancang oleh
termasuk LSM dan swasta - Penguatan kelembagaan dengan tim penyusun
tugas pokok dalam bidang KIE - Pengusulan dan pengesahan
- Penguatan kelembagaan dengan rancangan
tugas pokok dalam bidang
pedampingan dan pemberdayaan
masyarakat termasuk LSM dan
swasta
B. Pengembangan Tenaga
Pangan dan Gizi
1. Pemberdayaan LSM LSM, swasta dikota Meningkatnya jumlah LSM dan - Memantapkan kerja sama antara - Sosialisasi dan advokasi masalah - Bappeda
dan desa yang potensil swasta yang berperanserta dalam pemerintah dan LSM serta swasta pangan dan gizi pada seluruh LSM - Kesehatan
penanggukangan pangan dan dalam menanggulangi masalah dan swasta. - Pertanian
gizi pangan dan gizi - Menggerakkan LSM dan swasta untuk - Universitas
- Meningkatkan kemampuan berperan serta dalam penanggulangan - LSM
tenaga profesional, LSM dan asalah pangan dan gizi - Swasta
swasta dalam pencegahan - Menggali potensi sumber daya
91
No. Program Kelompok Sasaran Indikator Strategi Kegiatan Pelaksana
dan penanggulangan masalah (tenaga,sarana dan dana) yang
pangan dan gizi ada pada LSM dan swasta.
- Menggali dan memanfaatkan
potensi sumber daya dari
masyarakat untuk menanggu-
langi masalah pangan dan gizi
2. Pelatihan tenaga pangan Seluruh tenaga pangan - Tersedianya tenaga pangan - Pemantapan kerja sama berbagai - Terbentuknya jaringan kerja sama - Institusi pendidikan
dan gizi dan gizi dan gizi di tingkat propinsi institusi pelatihan dan pendidikan antar institusi pendidikan lembaga pe- - Institusi pelatihan
kabupaten, kecamatan dalam meningkatkan jumlah dan nelitian dan pengeelola program pangan - LSM
- Jumlah tenaga pangan dan gizi mutu tenaga pangan dan gizi dan gizi.
yang terlatih. - Pemantapan kemampuan - Tersedianya program pelatihan pangan
profesional tenaga pangan dan gizi multi strata sesuai dengan
dan gizi dalam pencegahan kebutuhan program
dan penanggulangan masalah - Pengembangan profesi tenaga pangan
pangan dan gizi. dan gizi melalui kerja sama institusi
pendidikan dengan organisasi profesi
3. Pendayagunaan tenaga Seluruh tenaga pangan - Jumlah tenaga pangan dan - Identifikasi kebutuhan tenaga - Inventarisasi tenaga pangan dan gizi - Institusi pemerintah,
pangan dan gizi dan gizi. gizi yang ikut aktif dalam pangan dan gizi. diseluruh institusi yang terkait dengan - Lembaga
penanggulangan masalah - Meningkatkan ketrampilan dan dengan pangan dan gizi pendidikan
pangan dan gizi pengetahuan tenaga pangan dan - Menyalurkan tenaga pangan dan gizi
- Ratio tenaga pangan dan gizi gizi sesuai kebutuhan yang belum didayagunakan
yang terlatih per wilayah - Pengembangan karir tenaga - Peningkatan mutu dan kualitas
- Meningkatnya kualitas pela- pangan dan gizi. tenaga yang sudah didayagunakan
yanan dibidang pangan dan - Menetapkan standard tenaga (termasuk jenjang karir)
gizi yang terlatih per wilayah profesi dibidang pangan dan gizi - Menyelenggarakan pelatihan,
pendidikan dalam negeri maupun luar
negeri
- Terbentuknya jaringan untuk memantau
pendayagunaan tenaga pangan dan gizi
101
No. Program Kelompok Sasaran Indikator Strategi Kegiatan Pelaksana
C. Peningkatan Ketahanan
Pangan
1. Peningkatan produksi dan - Daerah pertanian - Meningkatnya produksi - Memantapkan ketersediaan - Optimalisasi pemanfaatan lahan - Pertanian
ketersediaan aneka - Komoditas utama : beras secara kontinyu pangan melalui peningkatan pertanian melalui ekstensifikasi, - Dep. PU
pangan padi, palawija, pangan - Meningakatnya produksi produksi aneka ragam pangan konservasi, intensifikasi dan reha - BPN
asal ternak, perikanan, aneka pangan lokal untuk - Mengembangkan sistem bilitasi - Perindag
sayur dan buah memenuhi konsumsi dan cadangan pangan nasional dan - Peningkatan produksi pangan - Bulog
- Kelembagaan Pangan substitusi import (padi, distribusi antar wilayah. sumber karbohidrat non beras, - Koperasi
lokal palawija, kacang-kacangan - Mengatur sistem produksi pangan asal ternak, perikanan, - Eksplorasi
- Keluarga tani pangan asal ternak, peri dan pengadaan pangan untuk sayur dan buah. Kelautan dan
kanan, sayur dan buah memberi insentive bagi pe- - Peningkatan jamiman keterse- Perikanan
- Stabilisasi harga ningkatan produksi padi dan diaan sarana produksi (bibit/benih,
aneka ragam pangan pupuk, pestisida, alsintan dan
pakan)
- Penyempurnaan sistem tata niaga,
distribusi dan pemasaran produk
pangan.
- Pengembangan sistem pengelolaan
stok pangan tingkat nasional dan
lokal termasuk pengembangan
lumbung dan hutan cadangan
pangan.
- Pengembangan sistem penetapan
harga dan tarif yang melindungi
produsen dan konsumen.
2. Pengembangan agribisnis - Komoditas pangan yang - Berkembangnya sentra- - Peningkatan dan pemantapan - Penumbuhan dan pemantapan - Pertanian
komoditas pangan mempunyai nilai sentra komoditas unggulan daya saing global produk pangan sentra agribisnis komoditas unggulan - Perindag
ekonomi tinggi - Meningkatnya nilai tambah - Peningkatan iklim yang kondusif khususnya komoditas pangan - Kesehatan
- Wilayah yg mempunyai produk-produk pangan bagi pengembangan agribisnis - Pengembangan teknologi tepat guna - Swasta
keunggulan kompotitif melalui perbaikan kualitas dan agroindustri pangan dan tepat usaha untuk pengolahan
dan komparatif pengolahan dan penanganan - Pengembangan agribisnis yang dan penanganan pasca panen
111
No. Program Kelompok Sasaran Indikator Strategi Kegiatan Pelaksana
pasca panen berorientasi mutu dan nilai tambah - Pengembangan standarisasi dan ser-
- Meningkatnya efektifitas tifikasi pangan/produk pertanian
pembinaan dan pengawasan - Fasilitasi pengembangan pasar
serta berkurangnya kasus pe domestik dan internasional
langgaran keamanan pangan - Pemantapan kelembagaan dan infra
struktur untuk pembinaan dan penga-
wasan keamanan produk-produk pangan
3. Pengembangan agroindus - Aparat pemerintah - Teridentifikasinya jenis IKM - Melibatkan seluruh potensi lokal - Inventarisasi potensi lokal baik sumber - Perindag
tri pendukung ketahanan daerah pangan yang sesuai dengan yang ada dengan tetap berlandas daya manusi, dukungan infra struktur dan- Tingkat
pangan - Pengusaha potensi lokal dan mendukung kan kepada prinsip-prinsip eko- faktor-faktor lain yang harus dipertimbang Kabupaten
- Masyarakat dan ketahanan pangan nomi dan manajerial yang handal kan. Hal ini dilakukan melalui pengkajian
Lembaga LM3 - Terinventarisasinya IKM - Menciptakan sinkronisasi antara semua potensi yang ada di tingkat lokal
pangan yang sudah ada dan potensi dan kebutuhan - Berdasarkan pada potensi wilayah
dapat diberdayakan menjadi - Meningkatkan nilai tambah hasil (dilihat dari tanaman pokok pertani-
IKM pangan pendukung panen di pedesaan, baik untuk an dan sosial budaya) serta makan-
ketahannan pangan lokal konsumsi langsung maupun untuk an pokok masyarakat setempat,
- Jumlah IKM pangan yang bahan baku agroindustri pangan maka dengan mudah dapat ditetap-
dibina dalam rangka mendukung lanjutan kan jenis IKM Pangan yg sudah ada
ketahanan pangan - Meningkatkan diversifikasi produk - Evaluasi implementasi perbaikan
- Berdirinya IKM pangan berbasis sebagai upaya penanggulangan perumusan langkah-langkah per -
potensi lokal yang mendukung kelebihan produksi atau kelang- baikan
ketahanan pangan yang kuat kaan permintaan pada periode
dan dinamis tertentu
- Terserapnya produk-produk
lokal secara kontinyu dan
harga yang bersaing
- Terjadinya nilai tambah produk
pertanian di tingkat lokal
121
No. Program Kelompok Sasaran Indikator Strategi Kegiatan Pelaksana
D. Kewaspadaan Pangan dan Gizi
1. Pemantapan Sistem Kewaspa- Tim Pangan dan Gizi - Semua kabupaten/kota sudah - Peningkatan kemapuan, ketrampilan - Advokasi terhadap pimpinan daerah, DPRD, - Kesehatan
daan Pangan dan Gizi tingkat Propinsi melaksanakan pemetaan, pera Tim SKPG dalam menanggulangi ma lintas sektor serta lembaga swadaya masy - Pertanian
- Tim Pangan dan Gizi malan dan pengamatan situasi salah pangan dan gizi rakat - Bappeda
tingkat Kabupaten pagan dan gizi di wilayahnya - Peningkatan pemanfaatan SKPG - Pembinaan berjenjang tim pangan dan gizi - Tim Pangan dan
- Tim Pangan dan Gizi - Sudah dimanfaatkannya informasi oleh pemerintah daerah. - Pengumpulan, pengolahan dan analisis data Gizi
tingkat Kecamatan SKPG untuk pengambilan keputu - Meningkatkan kualitas data - Melakukan studi kasus berkaitan dengan - BKKBN
- Tim Pangan dan Gizi san, perumusan kebijakan, pe- pengembangan indikator . - LSM
tingkat Desa rencanaan program dan evaluasi. - Pelatihan teknis untuk Tim Pangan dan Gizi - Universitas
- Tertanggulanginya masalah kera Kabupaten termasuk instrumen data prose - Bulog
wanan pangan dan gizi buruk sing. - Dagri
secara lebih dini - Desiminasi informasi dan publikasi
- Pemanfaatan informasi untuk penentuan
alternatif intervensi
2. Pencegahan dan penang- - Wilayah miskin dan - Teridentifikasinya indika- - Peningkatan efektifitas sistem - Pengembangan indikator ketahanan - Pertanian
gulangan kerawanan rawan pangan (daerah tor ketahanan pangan pemantauan ketahanan pangan pangan nasional, wilayah danRT - Kesehatan
pangan kumuh, daerah terisolir, wilayah dan rumah tangga - Pematapan sistem penanggu - Pemantauan ketahanan pangan - Perindag
daerah lahan marginal, - Teridentifikasinya wilayah langan kerawanan pangan yang nasional, wilayah, dan RT secara - Diknas
daerah rawan kekering- dan rumah tangga rawan lebih menekankan pada pem- periodik dan kontinyu melalui pene- - Dagri
an dan rawan banjir) pangan binaan kemandirian rapan SKPG - PKK
- Keluarga rawan pangan - Teratasinya masalah kera - Peningkatan pendapatan ,ke- - Pengembangan sistem menanggu- - Lintas Sektor
transien (daerah terkena wanan pangan ditingkat sempatan kerja dan kemampuan langi masalah kerawanan pangan
bencana alam dan keru wilayah dan RT berusaha melalui kerjasama pemerintah,swasta
suhan, dll) - Berkurangnya jumlah RT dan masyarakat
rawan pangan - Fasilitasi peningkatan pendapatan
masyarakat an.melalui diversifikasi
usaha, konsolidasi usaha kelompok,
perbaikan teknik dan manajemen
usaha, dukungan sarana dan permo
dalan usaha
- Optimalisasi skema penyaluran subsidi
pangan
3. Penanggulangan masalah gizi- Penduduk yang terkena - Diketahuinya besaran masalah - Menyediakan data dasar masalah - Melakukan pengumpulan data untuk kebu- Bappeda
dalam keadaan darurat bencana dan penduduk gizi pada tempat pengungsian, gizi pada tempat pengungsian. tuhan data dasar berkaitan dengan status- Kesehatan
pada tempat tempat - Terbentuknya model intervensi - melakukan indentifikasi kelompok gizi pada setiap tempat pengungsian - Pertanian
pengungsian khusus. untuk penduduk dalam keadaan risiko tinggi pada tempat - Mengembangkan model intervensi gizi pada- LSM
- Penduduk korban darurat pengungsian tempat pengungsian - Universitas
kerusuhan - Mengembangkan model intervensi - Bulog
gizi pada tempat pengungsian. - Dagri
- Melakukan pemantauan dan
penilaian intervensi gizi yang di
lakukan pada tempat pengungsian
E. Pencegahan dan
131
No. Program Kelompok Sasaran Indikator Strategi Kegiatan Pelaksana
Penanggulangan Gizi
Kurang dan Gizi Lebih
1. Pencegahan dan penang - Bayi - D/S dan N/S = 80% - Memantapkan upaya pence- - Pemantauan tumbuh kembang balita - Kesehatan
gulangan KEP - Anak balita - Prevalensi gizi kurang gahan memburuknya kondisi gizi dengan KMS di posyandu, puskesmas - Pertanian
setinggi-tinnginya 20% - Pengembangan tata laksana dan sarana pelayanan kesehatan lain - BKKBN
- Prrevalesi gizi buruk se- gizi buruk - Melakukan tata laksana gizi buruk - Depdagri
tinggi-tingginya 5 % - Deteksi dini BBLR - Setiap bayi lahir berat badan ditimbang - Organisasi profesi
- Pengembangan paket pelayanan - Pembinaan keluarga dalam asuhan - LSM
gizi yg terintegrasi dengan kegia- keperawatan dan gizi - Pemberdayaan
tan lintas program dan sektor - Pemberian makanan tambahan Wanita
- Peningkatan jaringan pelayanan (PMT) penyuluhan dan PMT pemulihan - Litbang
dan rujukan gizi - Melakukan pelayanan gizi terpadu - Perguruan Tinggi
- Meningkatkan kemandirian keluarga dengan KIA, pelayanan kesehatan dan
dalam pola asuh anak program penanggulangan kemiskinan
2. Pencegahan dan penang - WUS - Penurunan prevalensi KEK - Deteksi dini resiko KEK - Penapisan penderita resiko KEK dan
gulangan KEK - Ibu hamil dan ibu setinggi-tingginya 20% - Memantapkan upaya intervensi melalui pengukuran LILA dan IMT
nifas - Prevalensi BBLR setinggi- WUS dan ibu hamil KEK - Pelaksanaan intervensi terhadap
tingginya 7% - Peningkatan koordinasi pelayanan penderita KEK melalui pendidikan
gizi yg terintegrasi dengan kegiatan gizi dan pemberian makanan tambahan
lintas program dan sektor - Melakukan pelayanan gizi dengan - Pertanian
- Peningkatan jaringan pelayanan KIA, pelayanan kesehatan dan program - Perindag
dan rujukan gizi penanggulangan miskin - PKK
- Meningkatkan kepedulian keluarga - Pembinaan keluarga dalam asuhan - Kesehatan
dalam kesehatan dan gizi keperawatan dan gizi - Diknas
- Lintas sektor
3. Pencegahan dan pe- - Balita - Menurunkan prevalensi - Mengembangkan model intervensi - Melaksanakan pemantauan secara - Kesehatan
nanggulangan gizi lebih - Anak sekolah kegemukan setinggi-tingginya pada penderita gizi lebih (misal : berkala berat badan dan tinggi badan - LSM
- Remaja 3 % pada balita posyandu usila, pusat kebugaran) - Melaksanakan promosi gaya hidup - Swasta
- Dewasa - Menurunkan prevalensi ke - Peningkatan kualitas pelayanan sehat - Masyarakat
gemukan setinggi-tingginya pada penderita gizi lebih - Melakukan konseling gizi - Organisasi profesi
10% pd orang dewasa usila - Melaksanakan manajemen terpadu
- Peningkatan koordinasi pelayanan penanganan kasus gizi lebih dan
gizi yang terintegrasi dengan penyakit degeneratif serta penyakit
kegiatan lintas program dan sektor lainnya
4. Asuhan dan konseling Anggota keluarga 50% dari institusi pelayanan - Menyusun standar tatalaksana - Menyusun standar tatalaksana asuhan - Kesehatan
gizi kesehatan telah melaksanakan asuhan dan konseling gizi dan konseling gizi - LSM
asuhan dan konseling gizi - Melaksanakan kegiatan asuhan - Melaksanakan kegiatan asuhan dan - Organisasi profesi
dengan tenaga profesional dan konseling gizi disetiap sarana konseling gizi disetiap sarana - BKKBN
pelayanan kesehatan pelaynan kesehatan - Swasta
- Melaksanakan kegiatan asuhan - Melaksanakan kegiatan asuhan dan
dan konseling gizi secara profesional konseling gizi secara profesional
F. Pencegahan dan
Penanggulangan Zat Gizi
141
No. Program Kelompok Sasaran Indikator Strategi Kegiatan Pelaksana
Mikro
1. Pencegahan dan penang- Seluruh penduduk - 90% keluarga mengkonsumsi - Garam yodium untuk semua - Pengawasan dan peningkatan - Kesehatan
gulangan GAKY garam cukup beryodium - Suplementasi kapsul minyak yodisasi garam - Perindag
(>30ppm) beryodium - Membina petani garam - Koperasi
- Penurunan prevalensi - Peningkatan koordinasi kegiatan - Pemantauan garam beryodium - Dagri
TGR dari 9,8% menjadi 5% lintas program dan lintas sektor ditingkat produsen, distributor, - PKK
- Membuka daerah terisolir pasar, dan masyarakat - Organisasi profesi
- menerapkan tindakan hukum - LSM
berdasarkan undang-undang
dan peraturan pemerintah yang ada
- Promosi penggunaan garam beryodium
- melakukan intensifikasi dan akselerasi
distribusi kapsul minyak beryodium
pada WUS, ibu hamil, ibu meneteki dan
anak sekolah dasar di daerah endemik
berat dan sedang
- melakukan pemetaan masalah GAKY
- Pengembangan fortifikasi yodium
pada bahan makanan dan yodisasi air
- Peningkatan kualitas bahan makanan
sebagai sumber zat yodium terutama
bahan makanan laut
2. Pencegahan dan penang- - Ibu hamil/ibu nifas Menurunkan prevalensi ane- - Suplementasi tablet/sirup besi - Melakukan intensifikasi dan akselerasi - Kesehatan
gulangan anemia gizi - WUS mia: - Meningkatkan konsumsi makanan distribusi tablet/sirup besi pada bumil - Perindag
- Balita - Bumil dan bufas dari kaya besi dan balita - Agama
- Anak usia sekolah 50,9% menjadi 40% - Pemasaran sosial makanan kaya - Promosi suplementasi tablet besi pada - BKKBN
- Usia lanjut - Balita dari 40,5% men zat besi terutama sumber hewani remaja putri, catin, dan nakerwan - Diknas
jadi
jadi30%
30% - Fortifikasi bahan makanan dengan - Melakukan koordinasi dan kegiatan - Sosial
WUS
-WUSdaridari39,5%
39,5%men
men zat besi dalam pemberian TTD dan sirup - Dagri
- Meningkatkan kemandirian besi dengan kegiatan KIE serta
masyarakat pelayanan kesehatan lain
- Integrasi kegiatan gizi lintas program - Mengembangkan fortifikasi zat besi
program dan lintas sektor besi melalui bahan makanan (gandum)
- Mengembangkan kegiatan pe-
nanggulangan anemia gizi pada
kelompok usia lanjut
151
No. Program Kelompok Sasaran Indikator Strategi Kegiatan Pelaksana
3. Pencegahan dan penang- - Bayi (6-11 bulan) Prevalensi xeropthalmia - Suplementasi kapsul Vit. A dosis - Akselerasi suplementasi Kapsul - Kesehatan
gulangan vitamin A - Anak balita (1-5 th) (X1b<0,33%) tinggi Vit. A dosis tinggi (100.000 IU) - Perindag
- Ibu nifas (<30 hr) - Peningkatan konsumsi makanan untuk bayi dan 200.000 IU untuk - Swasta
kaya Vit. A anak balita - PKK
- Fortifikasi bahan makanan dengan - Promosi bulan kapsul Vit. A - Dagri
Vit. A (Pebruari dan Agustus)
- Koordinasi lintas program dan lintas - Pemasaran sosial sumber Vit. A alami
sektor - Fortifikasi minyak sayur dengan Vit. A
- Kerjasama pendistribusian kapsul
Vit. A bersama kegiatan imunisa
si campak
4. Pencegahan dan pe- - Ibu hamil - Teridentifikasinya masalah - Meningkatkan jaringan informasi - Pengembangan pusat data dan - Kesehatan
nanggulangan kurang - Bayi dan anak (6- seng dan selenium masalah gizi mikro secara informasi masalah kurang zat - Swasta
gizi mikro lain 24 bulan) - Terwujudnya model intervensi internasional dan nasional gizi mikro - Organisasi profesi
suplementasi multi gizi mikro - survei dan penelitian - Mengkaji data sekunder dari ber- - LSM
terutama untuk ibu hamil dan - Pengembangan program bagai sumber
anak (6 - 24 bulan) - Mengembangkan suplementasi
multi gizi mikro pada ibu hamil
dan anak (6 - 24 bulan)
5. Fortifikasi pangan - Industri bahan Terwujudnya fortifikasi - Standardisasi dan regulasi - Memilih dan menetapkan bahan - Kesehatan
makanan Fe, Seng, Zn dan vit A fortifikasi bahan makanan makanan sebagai wahana untuk - Perindag
(garam,mie, minyak) - Advokasi dan koordinasi fortifikasi - Swasta
- Masyarakat sasaran kegiatan fortifikasi lintas - Fortifikasi bahan makanan dengan - Dagri
sektor, lintas program dan industri mikronutrient sesuai standar (misal : - Organisasi profesi
fortifikasi gandum dengan Fe, Zn, B1 - BUMN
dan B6, minyak dengan Vit. A)
- Pengayaan bahan makanan dengan
vitamin dan mineral
G. Peningkatan Perilaku
Keluarga Mandiri Sadar
Pangan dan Gizi
1. Peningkatan diversifikasi - Seluruh wilayah - Meningkatnya keragaman - Peningkatan produksi dan pe- - Pengembangan pengolahan aneka - LSM/swasta.
konsumsi pangan dan gizi - Seluruh lapisan masya ketersediaan dan konsumsi ngembangan aneka pangan pangan khususnya pangan olahan - Pertanian
rakat pangan olahan (non beras dan makanan non beras dan makanan tradisional - Kesehatan
- Berkembangnya aneka ragam tradisional) - Pelatihan gizi seimbang bagi tenaga - Perindag
pangan pokok olahan pengganti - Pengembangan pendidikan gizi penyuluh lapangan - Diknas
beras seimbang mencakup penyuluhan - Penyuluhan dan promosi gizi seim- - PKK
- Perubahan perilaku konsumsi dan promosi bang bagi kelompok tani dan masya - Dagri
pangan menuju PUGS - Pemberdayaan masyarakat dalam rakat
- Peningkatan keragaman penyuluhan diversifikasi konsumsi - Kajian pemetaan pola diversifikasi
konsumsi pangan pangan konsumsi pangan serta kecenderungnya
- Pengembangan teknologi dalam - Peningkatan peran serta masyarakat
161
No. Program Kelompok Sasaran Indikator Strategi Kegiatan Pelaksana
rangka diversifikasi pangan dalam pengembangan produk pangan
lokal serta penganekaragaman
penyediaan dan konsumsi pangan
- Koordinasi pengembangan teknologi
untuk diversifikasi konsumsi pangan
dan nilai tambah produk pangan
2. Pemasyarakatan gizi Seluruh keluarga dan - umlah keluarga yang mene- - Pengembangan dan pema- - Pengkajian besaran & sebaran - Lintas program
seimbang masyarakat rapkan perilaku gizi seimbang syarakatan gizi seimbang . perilaku gizi seimbang. - lintas sektor terkait
(% kadarzi) - Mengembangkan teknologi - Kampanye , sosialisasi dan advokasi - LSM/swasta.
- Tersedianya media KIE secara KIE tepat guna tentang gizi - Pelatihan dan pendidikan tenaga
spesifik menurut kondisi daerah seimbang pada keluarga. - Mengembangkan media dan pesan-
- Jumlah institusi, sektor dan - Meningkatkan kerja sama lintas pesan spesifik yang tepat guna
program terkait yang telah program, lintas sektor, LSM/ - Kerja sama lintas sektor dan lintas
terlibat dalam promosi gizi swasta. program, LSM / swasta.
seimbang - Mengembangkan mutu pelayanan - Meningkatkan mutu pelayanan gizi
gizi keluarga. keluarga melalui puskesmas,
- Memantapkan kelembagaan posyandu dan lain-lain.
kadarzi.
3. Peningkatan pemberian - Bayi - Peningkatan persentase - Peningkatan kerjasama pelayanan - Peningkatan Rumah sakit dan tempat - Kesehatan
ASI dan MP-ASI - Balita pemberian ASI eksklusif kesehatan, industri dan tenaga kerja sayang ibu - Swasta
- Ibu hamil menjadi 80% kerja - Peningkatan peran organisasi wanita - Pertanian
- Ibu menyusui - Peningkatan pemberian - Kerjasama pemerintah, swasta dan - Peningkatan kualitas MP-ASI yang - PKK
MP-ASI yang berkualitas industri dalam pengembangan terjangkau daya beli masyarakat - Perindag
mulai umur 4 bulan MP-ASI - Pengembangan industri MP-ASI - Hukum dan
- Peningkatan KIE melalui media di tingkat propinsi dan kabupaten Perundang -
massa - Peningkatan kampanye penggunaan Undangan
ASI ekslusif dan MP-ASI - LSM
- Pengawasan dan monitoring pembuatan - Organisasi profesi
dan penggunaan susu formula
- advokasi terhadap pengambil kepu-
tusan, masyarakat industri, LSM dan
media massa
H. Pelayanan Gizi di Institusi
- Institusi pendidikan - Jumlah institusi yang - Penentuan standar mutu serta - Menyusun dan menetapkan standar
- Institusi rumah tahan melaksanakan penye - regulasi penyelenggaraan serta regulasi penyelenggaraan
an & Lembaga pema- lenggaraan sesuai dengan makanan makanan dan pelayanan gizi di
syarakatan standar dan regulasi - Penenuan standar kecukupan institusi
- Institusi Sosial (panti - Jumlah institusi yang gizi bagi warga di Institusi - Melaksanakan kegiatan pe-
asuhan,wredha,rumah telah memasukkan materi - Peningkatan kualitas pe- nyelenggaraan makanan dan
singgah dll) gizi kedalam kurikulum nyelenggaraan makanan pelayanan gizi sesuai dengan standar
- Institusi tempat kerja pendidikan dan pelatihan banyak di institusi (kecukupan gizi, tenaga profesional,
- Institusi olahraga - pemberdayaan pengelola sarana)
(pusat pelat.olahraga) dan penyelenggara di institusi - Advokasi dan sosialisasi pelayanan
171
No. Program Kelompok Sasaran Indikator Strategi Kegiatan Pelaksana
- Institusi kesehatan - Promosi pelayanan gizi gizi di institusi
(rumah sakit, puskes- di institusi - Melaksanakan asuhan dan konseling
mas perawatan,ru- - pengembangan materi materi gizi di institusi (pojok gizi di
mah besalin) kedalam materi pendidikan dan puskesmas, konseling gizi bagi atlet
- Institusi lain (matra pelatihan di pusat olahraga, pasien di
haji, transmigrasi dll) - koordinasi lintas program dan rumah sakit)
lintas sektor - Melaksanakan kerjasama dengan
lintas sektor, lintas prgram dan swasta
dalam kegiatan pelayanan gizi di
institusi
- Pelatihan dan pembinaan bagi petugas
penyelenggara dan pengelola makanan
(misal: kantin, warung sekolah/penjaja
makanan, jasa boga, embarkasi/
debarkasi haji dll)
I. Pengembangan Mutu
dan Keamanan Pangan
1. Pemberdayaan Konsumen Seluruh lapisan masyarakat - Peningkatan jumlah pemanfaatan - Pemasayarakatan peraturan
sistem dan lembaga perundang-undangan bidang pangan.
pengaduan masyarakat ke - Penyusunan dan penyebarluasan
instansi berwenang informasi tentang : cara memilih,
- Peningkatan produk makanan membeli, menglah, menyajikan,
yang memenuhi syarat penyimpanan dan penanganan
- Peningkatan sarana makanan yang aman.
pengolahan makanan yang - Cara memahami informasi pada label
memenuhi syarat dan kemasan pangan, penyakit yang
perudang-undangan timbul melalui makanan.
- Peningkatan sarana distribusi - Penyebarluasan informasi tentang
yang memenuhi syarat penyampaian keluhan konsumen dan
- Penurunan jumlah kasus lembaga yang dapat membantu
keracunan dan penyakit yang menyelesaikan masalah.
timbul melalui makanan
2. Perbaikan Mutu dan Para pengusaha industri - Teridentifikasinya kemungkinan - Menerapkan standar mutu dan - Inventarisasi produksi pangan
Keamanan Pangan Produk kecil menengah dan bahaya produk-produk industri keamanan pangan secara - Identifikasi potensi bahaya
Industri Pangan Kecil dan rumah tangga yang berkontribusi dengan nasional dan bertahap Perumusan strategi perbaikan mutu
Menengah status gizi masyarakat - Memperkuat mekanisme dan keamanan pangan
- Jumlah industri yang dibina pembinaan dan pengawasan - Implementasi strategi perbaikan mutu
- Jumlah industri yang menerap penerapan standar mutu dan keamanan
kan konsep perbaikan mutu - Penumbuhan kesadaran tentang - Evaluasi implementasi
dan keamanan pentingnya mutu dan keamanan
- Jumlah kasus keracunan produk melalui penyuluhan dan
- Pemakaian bahan tambahan praktek
pangan berbahaya
181
No. Program Kelompok Sasaran Indikator Strategi Kegiatan Pelaksana
- Meningkatnya mutu dan
keamanan produk pangan
industri
- Tersosialisasinya konsep cara
produksi yang baik
- Peningkatan daya saing
industri
J. Penelitian dan
Pengembangan Pangan
dan Gizi
1. Bidang pangan - Penelitian penerapan dan seleksi
teknologi budidaya, panen dan pasca
panen komoditas pangan yang mampu
meningkatkan produktivitas tani
- Penelitian penerapan dan seleksi
teknologi pengolahan pengepakan
penyajian aneka ragam pangan
produk-produk pangan.
- Penelitian penerapan dan seleksi
Prototipe alat dan mesin pra panen
dan pasca panen produk pangan
- Penelitian penerapan dan seleksi
Instrumen pelayanan sosial ekonomi
sistem usaha pertanian berbasis
komoditas pangan
2. Bidang Gizi - Penelitian teknologi pendidikan gizi
- Penelitian epidemiologi dan SKPG
- Penelitian teknologi makanan dan
potensi gizi
- Penelitian gizi masyarakat
- Penelitian biokimia dan fisiologi gizi
191
PREVALENSI GIZI KURANG PADA BALITA
MENURUT PROPINSI, SUSENAS 1999
11
12
64 71
14
13 61
15 72
62 81
16 63 73
17
<15% 74 82
18
31
15-19.9%
>=20% 32 33
35 51 52
34
53
Kode Provinsi Prev Kode Provinsi Prev Kode Provinsi Prev Kode Provinsi Prev
11 DI Aceh 15.18 31 DKI-Jkt 12.71 61 Kalbar 23.15 81 Maluku 15.31
12 Sumut 17.58 32 Jabar 17.40 62 Kalteng 19.54 82 Papua 15.59
13 Sumbar 19.74 33 Jateng 19.12 63 Kalsel 21.97
14 Riau 16.28 34 DI Jogja 12.05 64 Kaltim 18.04
15 Jambi 18.19 35 Jatim 18.26 71 Sulut 11.86
16 Sumsel 15.30 51 Bali 11.84 72 Sulteng 21.10
17 Bengkulu 15.10 52 NTB 22.22 73 Sulsel 20.10
18 Lampung 15.95 53 NTT 23.09 74 Sultra 17.18
12
14 64 71
13 61
15 72
62 81
16 63 73
17
74 82
18
<5% 31
5-9.9% 32 33
35 51 52
>=10% 34
53
Kode Provinsi Prev Kode Provinsi Prev Kode Provinsi Prev Kode Provinsi Prev
11 DI Aceh 10.95 31 DKI-Jkt 5.72 61 Kalbar 11.48 81 Maluku 7.34
12 Sumut 11.36 32 Jabar 6.16 62 Kalteng 7.56 82 Papua 9.67
13 Sumbar 7.55 33 Jateng 5.42 63 Kalsel 8.23
14 Riau 8.40 34 DI Jogja 3.58 64 Kaltim 7.57
15 Jambi 9.69 35 Jatim 7.78 71 Sulut 8.24
16 Sumsel 5.93 51 Bali 3.98 72 Sulteng 7.23
17 Bengkulu 9.82 52 NTB 10.64 73 Sulsel 9.01
18 Lampung 8.46 53 NTT 10.13 74 Sultra 5.63
12
14 64 71
13 61
15 72
62 81
17 16 63 73
Keterangan 74 82
18
31
< 5 %
5 - 19.9 % 32 33
35 51 52
20-29.9 % 34
53
> 30 %
KOMODITAS
No. PROPINSI Beras a) Jagung a) Ubi Kayu Kedele a) Daging Daging Ikan Ikan
a) Ternak a) Unggas a) Laut b) Darat b)
1. D.I. Aceh 222.6 18.3 17.3 18.9 2.8 5.6 28.7 3.1
2. Sumatra Utara 179.5 47.4 38.7 2.2 1.7 5.6 25.9 3.1
3. Sumatra Barat 246.6 12.9 20.2 2.4 3.1 4.0 19.8 5.7
4. Riau 63.8 10.8 15.8 1.1 2.1 3.9 58.4 3.7
5. Jambi 131.6 11.3 51.8 4.5 2.2 2.0 12.2 3.4
6. Sumatra Selatan 139.6 12.6 67.7 2.6 1.8 3.0 19.2 3.7
7. Bengkulu 149.7 39.7 61.0 3.4 1.3 2.9 11.9 2.9
8. Lampung 163.7 161.7 376.9 5.3 1.1 3.8 16.1 7.1
9. DKI Jakarta 1.4 0.01 0.1 0.0 4.0 1.4 7.8 0.1
10. Jawa Barat 160.5 9.1 45.3 2.0 2.4 2.9 4.2 5.2
11. Jawa Tengah 177.7 51.0 105.8 6.8 2.0 4.1 10.2 2.4
12. D.I. Yogyakarta 132.3 50.6 213.3 24.3 3.4 4.4 0.5 2.5
13. Jawa Timur 161.2 83.2 94.4 12.5 3.5 3.7 9.4 4.4
14. Bali 168.9 32.1 59.0 8.6 22.9 2.6 50.4 1.1
15. NTB 220.7 18.1 27.9 30.3 1.9 1.0 20.2 2.9
16. NTT 60.2 135.9 68.9 0.8 2.9 2.7 17.9 0.2
17. Kalbar 137.8 9.7 31.1 1.6 3.5 4.5 15.9 6.8
18. Kalteng 127.5 5.1 53.7 2.2 0.4 0.9 29.3 23.4
19. Kalsel 249.5 10.8 39.3 3.7 2.2 3.2 33.4 22.9
20. Kaltim 71.3 5.2 37.7 1.3 4.4 2.9 30.5 21.3
21. Sulut 73.3 53.3 31.0 4.6 8.2 1.8 45.6 2.6
22. Sulteng 154.5 16.7 22.7 2.3 4.3 3.7 43.3 1.5
23. Sulsel 302.0 98.8 66.2 6.6 2.8 2.5 34.4 14.2
24. Sultra 108.1 50.3 102.7 4.1 3.3 4.6 89.5 9.7
25. Maluku 11.5 5.1 88.0 1.1 2.5 1.8 156.7 0.1
26. Irja 18.8 4.3 22.2 6.9 3.0 1.1 66.1 2.2
INDONESIA 155.6 44.1 74.5 6.2 3.0 3.4 17.9 4.8
Keterangan :
a) Diturunkan dari Angka Produksi Tahun 1999 (Produksi dibagi jumlah penduduk tiap propinsi tahun 1999)
b) Diturunkan dari Angka Produksi Tahun 1997 (Produksi dibagi jumlah penduduk tiap propinsi tahun 1997)
84
We are guilty of many errors and many faults,
but our worst crime is abandoning the children,
neglecting the fountain of life.