Вы находитесь на странице: 1из 10

PERMASALAHAN LITHOSFER

Muchammad Darus a,*, Gaudensiana Seko Taboy a,


a
Program Magister Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang 65145

*Correspondence authors email: muchammaddarus45@gmail.com

ABSTRAK

Sampel permukaan tanah dari 60 lokasi pengambilan sampel sepanjang rel kereta api di jalan
wilayah Srem (bagian barat Provinsi Otonom Vojvodina, Serbia) dikumpulkan dan dianalisis
untuk polychlorinated biphenyls (PCB) dan sepuluh berat logam untuk melihat bagaimana jarak
dari kereta api mempengaruhi konsentrasi beberapa polutan organik dan anorganik di dalam
tanah. Hasilnya PCB tidak hanya terdeteksi hanya di dua lokasi. Rata-rata konsentrasi total PCB
untuk semua lokasi pengambilan sampel adalah 0,0043 ppm. Menurut nilai indeks polusi
Nemerow Cu, Co, Zn dan Ni adalah logam berat yang paling banyak ditemui di daerah dekat jalur
kereta api. Berdasarkan hasil ini, bisa dikatakan bahwa transportasi kereta api merupakan sumber
potensial PCB dan beberapa logam berat yang mangakibatkan penurunan kualitas tanah.
Penurunan kualitas tanah juga disebabkan sejumlah besar pestisida sebagai akibat dari
penggunaan yang berlebihan pada pemberantasan hama pertanian. Tiga cara yang utama di mana
pestisida-pestisida mengalami degradasi dalam atau di atas tanah adalah degradasi kimia, reaksi
fotokimia, dan yang paling penting adalah biodegradasi. Selain akibat dari pencemaran tanah,
kualitas tanah juga akan menurun dengan adanya erosi dan pelumpuran serta penumpukan
sampah. Untuk menanggulangi pencemaran tanah akibat penumpukan sampah dapat dilakukan
melalui berbagai cara seperti melalui program 3 R, yaitu Reduce, Reuse, Recycle.

Kata kunci: pencemaran tanah, bahan organik, degradasi kimia, reaksi fotokimia, biodegradasi,
aktivitas pertanian, reaksi asam basa, ion exchange, aktivitas kesehatan, erosi, pelumpuran,
sampah

PENDAHULUAN
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang paling penting. Inilah alasan mengapa
kita mampu mempertahankan diri. Tapi, sayangnya pencemaran tanah merupakan hal yang biasa
akhir-akhir ini. Dalam beberapa tahun terakhir para peneliti tertarik pada serangkaian faktor restriktif
yang mengancam kualitas tanah seperti degradasi sifat kimia, fisika dan biologi tanah (Baumhardt et
al., 2015). Jika degradasi tanah tidak mendapat perhatian memadai, apalagi saat kita membicarakan
kontaminasi logam berat, pestisida dan polutan organik lainnya, mungkin akan terjadi bom waktu
kimiawi.
Sumber kontaminasi polutan dapat berasal dari berbagai hal, salah satunya adalah
transportasi. Transportasi yang saat ini menjadi tren penelitian tentang polutan pada tanah adalah
kereta api. Pada jalur-jalur kereta api sering ditemukan Polychlorinated Biphenyls (PCB) dan logam
berat (Cu, Co, Zn, Ni dan Hg) yang tidak sedikit (Liu et al., 2017; Stojic, et al., 2017; Wierzbicka &
Kaabun, 2015; Zhang, et al., 2012). Oleh karena itu, penting untuk mempelajari tanah dan segala
permasalahannya.
SIFAT-SIFAT TANAH
Tanah merupakan campuran dari berbagai mineral, bahan organik, dan air yang dapat
mendukung kehidupan tanaman. Tanah umumnya mempunyai struktur yang lepas dan mengandung
bahan-bahan padat dan ronga-rongga udara. Bagian-bagian mineral dari tanah dibentuk dari batuan
induk oleh proses-proses pelapukan fisik, kimia dan biologis. Beberapa jenis tanah seperti tanah
gambut dapat mengandung bahan organik sampai 95%, jenis tanah lainnya ada yang hanya
mengandung 1 bahan organik.
Jenis-jenis tanah tertentu mempunyai lapisan-lapisan yang berbeda bila tanah itu semakin ke
dalam. Lapisan-lapisan ini disebut horizon. Lapisan atas umumnya terdiri dari ketebalan sampai
beberapa inci dan dikenal sebagai horizon A atau tanah atas (top soil). Lapisan ini merupakan lapisan
dimana aktivitas biologis berjalan secara maksimum dan mengandung paling banyak bahan organik.
Lapisan berikutnya adalah horizon B atau (sub soil). Lapisan ini menerima material-material seperti
bahan organik, garam-garam, dan partikel-partikel Clay yang merembes dari lapisan tanah atas.
Horizon C tersusun dari pelapukan batuan induk dimana tanah berasal.

AIR DAN UDARA DALAM TANAH


Air diperlukan untuk memproduksi sebagian besar bahan-bahan tanaman. Misalnya beberapa
ratus Kg air diperlukan untuk memprodukai 1 Kg jerami kering. Air ini berasal dari dalam tanah dan
bergerak ke atas melalui struktur tanaman yang menbawa zat-zat makanan bersama-sama bahan-
bahan lainnya. Air ini menguap ke atmosfer melalui daun-daun tanaman dan proses ini disebut
transpirasi. Tidak semua air dalam tanah diikat dengan kekuatan yang sama. Air yang terdapat dalam
rongga-rongga yang lebih besar, atau pori-pori di dalam struktur tanah lebih muda terlepas. Air yang
diikat dalam pori-pori yang lebih kecil atau di antara unit lapisan-lapisan dari partikel-partikel Clay
diikat lebih kuat.

BAHAN-BAHAN ORGANIK DALAM TANAH


Dalam tanah yang produktif, meskipun kandungan bahan organiknya 5%, bahan organik ini
memainkan peran yang sangat penting dalam penentuan produktivitas tanah. Bahan organik
merupakan sumber makanan bagi mikro organisme di dalam tanah. Melalui reaksi-reaksi kimia yang
terjadi seperti reaksi pertukaran kation akan dapat menentukan sifat kimia tanah. Di antara
komponen-komponen aktif secara biologis dari bahan organik tanah adalah polisakarisa, gula-gula
amino, nukleosida, dan belerang organik, serta senyawa-senyawa fosfor. Sebagian besar dari bahan
organik di dalam tanah terdiri dari bahan-bahan tidak larut dalam air dan relatif tahan terhdap
penguraian. Bahan ini disebut Humus.

Tipe Senyawa Komposisi Pengaruh/kegunaan


Humus Sisa degredasi dari penguraian Kelimpahan bahan organik meningkatkan
tanaman, banyak mengandung sifat-sifat fisik tanah, pertukaran akar, tempat
C, H, dan O persediaan nitrogen
Lemak-lemak, resin dan lilin Lemak-lemak yang dapat Secar umum hanya beberapa % dari bahan
diekstraksi oleh pelarut-pelarut organik tanah yang dapat mempengaruhi sifat-
organik sifat fisik tanah.
Sakarida Sellulosa, jerami, Makanan utama bagi mikro organisme tanah,
hemisellulosa membantu menstabilkan agregat tanah.
Nitrogen dalam bahan organik Ikatan N pada humus, asam Penyedia nitrogen untuk kesuburan tanah
amino, gula amino
Senyawa-senyawa fosfor Ester-ester fosfat, fosfolid Sumber dari fosfat tanaman
Selain senyawa organik, tanah mengandung pula bahan-bahan anorganik seperti nitrogen, fosfor,
kalium yang kandungannya kadang jauh berbeda antara tanah yang satu dengan tanah yang lainnya.
Nitrogen merupakan salah satu komponen essensial dari protein dan bahan-bahan hidup lainnya.
Tanah yang kaya akan nitrogen selain menghasilkan tanaman dengan produksi yang lebih tinggi juga
kadar protein yang cukup tinggi. Nitrogen yang paling mudah tersedia untuk tanaman adalah sebagai
ion nitrat, NO3-. Tanaman dapat mengabsorbsi nitrogen dalm bentuk nitrat secara berlebihan dari
tanah yang mengandung nitrat. Hal ini terjadi bila lahan pertanian dipupuk cukup banyak pada musim
kemarau dan bila dimakan hewan herbivora seperti sapi akan mengakibatkan keracunan. Seperti
halnya dengan nitrogen, fosfor harus ada dalam tanah dalam bentuk anorganik sebelum diserap oleh
tanaman biasanya dalam bentuk ion ortofosfat. Dalam tanah yang bersifat relatif asam, ion ortofosfat
diendapkan atau diabsorpsi oleh jenis-jenis Al dan Fe. Dalam tanah bersifat basa ortofosfat dapat
bereaksi dengan kalsium karbonat membentuk senyawa hidroksil yang tidak larut.
3HPO42- + 5CaCO3 + 2H2O Ca5(PO4)3(OH) + 5HCO3- + OH
Pada umumnya karena terjadinya reaksi ini sedikit fosfor yang digunakan sebagai pupuk tercuci dari
tanah. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan penggandaan pupuk fosfat. Kalium
dalam tanah diperlukan dalam jumlah yang relatif tinggi untuk pertumbuhan tanaman. Kalium
mengaktifkan beberapa jenis enzim dan memegang peranan penting di dalam keseimbangan air.
Dalam tanaman. Hasil-hasil pertanian biasanya berkurang cukup besar pada tanah-tanah yang
mengalami defisiensi kalium. Makin tinggi produktivitas tanaman, makin besar pula kaliam yang
dilepaskan dari dalam tanah. Bila pupuk nitrogen ditambahkan ke dalam tanah untuk meningkatkan
produktivitas, pelepasan kalium akan diperbesar. Oleh karena itu, kalium akan menjadi hara pembatas
di dalam tanah yang dipupuk cukup banyak oleh hara-hara lain.

REAKSI ASAM-BASA DAN ION EXCHANGE DALAM TANAH


Kemampuan suatu sedimen atau tanah untuk menukar kation dinyatakan sebagai kapasitas
pertukaran kation. Komponen tanah yaitu mineral dan bahan organik dari tanah melakukan
pertukaran kation. Mineral-mineral tanah liat atau Clay menukar kation karena adanya muatan negatif
pada permukaan mineral yang dihasilkan dari substitusi suatu atom dengan bilangan oksidasi rendah
ke bilangan oksidasi tinngi, misalnya magnesium ke aluminium. Sedangkan bahan-bahan organik
menukar kation karena adanya gugus karboksilat dan gugus fungsional lainnya. Peristiwa pertukaran
kation dalam tanah merupakan mekanisme dimana kalium, kalsium, magnesium, dan logam-logam
mikro esensial menjadi tersedia bagi tanaman. Ketika ion-ion logam hara terserap oleh akar tanaman,
ion hidrogen bertukar dengan ion-ion metal. Proses ini dengan adanya leaching dari kalsium,
magnesium, dan ion-ion metal lainnya dari tanah oleh air yang mengandung asam karbonat cenderung
membuat tanah menjadi asam.
+
Tanah} Ca2+ + 2CO2 + 2H2O tanah}H + + Ca2+ akar} + 2HCO3
H

Tanah bertindak sebagai suatu buffer dan menahan perubahan pH. Oksidasi dari pyrit dalam tanah
menyebabkan pembentukan asam sulfat yang disebut Cat Clay
FeS2 + 312 O2 + H2O Fe2+ + 2H+ + 2SO42-
Dalam suatu lahan dengan curah hujan rendah, tanah akan cenderung menjadi sangat basa karena
terdapatnya garam-garam seperti Na2CO3. Tanah bersifat basa ini dapat dihilangkan dengan jalan
menambahkan aluminium atau besi sulfat, yang melepaskan asam dalam proses hidrolisis :
2Fe3+ + 3SO42- + 6H2O 2Fe (OH)3 + 6H+ + 3SO42-
Untuk menghilangkan sulfat basa dari tanah bisa juga dilakukan dengan menambahkan belerang.
Belerang yang ditambahkan ke dalam tanah dioksidasi oleh bakteri sebagai mediator reaksi
pembentukan asam sulfat:
S + 1 O2 + H2O 2H+ + SO42-
Proses penurunan/penghilangan sifat kebasaan tanah dengan tambahan belerang diatas lebih
ekonomis.

PENCEMARAN TANAH
Tanah merupakan tempat penampungan berbagai bahan kimia. Banyak gas SO2 yang dihasilkan
dari perubahan bahan bakar batu bara atau bensin berakhir dengan sulfat yang masuk kedalam tanah
atau tertampung di atas tanah. Nitrogen Oksida (NO) yang diubah di atmosfer menjadi nitrat akhirnya
akan terdeposit di tanah. Tanah menyerap NO dan NO2 dengan cepat dan gas-gas tersebut mengalami
oksidasi menjadi nitrat dalam tanah. Karbon monoksida dirubah menjadi CO2 oleh bakteri dan
ganggang dalam tanah. Partikel timbal (Pb), yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor
ditemukan pada lapisan atas tanah sepanjang jalan raya yang padat lalu lintas. Timbal di lapisan atas
tanah ditemukan juga di daerah yang dekat dengan penambangan dan peleburan timbal.
Tanah juga sebagai tempat penampungan banyak limbah-limbah dari rembesan penumpukan
sampah (landfill), kolam lumpur (lagoon), dan sumber-sumber lainnya. Dalam beberapa kasus, lahan
pertanian dari bahan-bahan organik berbahaya yang dapat mengurai juga merupakan tempat
pembuangan yang menyebabkan pencemaran tanah terjadi. Hal ini terjadi karena bahan organik tadi
di dalam tanah diuraikan oleh mikroba-mikroba tanah. Selain itu pembuangan kotoran dan
penumpukan yang berlebih dapat menambah pencemaran tanah.
Senyawa-senyawa organik menguap (VOC), seperti benzen, toluen, xeylen, diklorometana,
trikloroetana, dan trikloroetena, merupakan bahan pencemar tanah yang umum dikeluarkan industri
atau daerah perdagangan bahan-bahan tersebut. Salah satu dari sumber kontaminan yang paling
umum adalah kebocoran dari bagian bawah tangki penyimpan limbah cair.
Beberapa bahan pencemar senyawa organik terlihat pada humus pada waktu terjadi proses
pembentukan humus dalam tanah. Bahan-bahan ini menetap dalam humus sehingga menyebabkan
terjadi pencemaran pada humus yang akan terbentuk. Pengikatan terjadi terhadap senyawa-senyawa
yang mempunyai kemiripan sruktur dengan humus, seperti senyawa-senyawa fenol dan anilin.

HO Cl H2N Cl

2,4-diklorofenol 4-kloroanilin

Senyawa seperti ini akan terikat secara kovalen dengan molekul-molekul bahan humus cukup
banyak, melalui aktivitas dari enzim-enzim mikroba. Setelah terjadi ikatan, bahan-bahan ini sangat
resisten terhadap kehidupan dalam tanah dan reaksi kimia.
Tanah menerima sejumlah besar pestisida sebagai akibat dari penggunaan yang berlebihan pada
pemberantasan hama pertanian. Secara global diperkirakan pestisida digunakan sebanyak 2,5 juta ton
per tahun, Degradasi sejumlah besar dari pestisida dalam tanah sangat memberikan pengaruh terhadap
lingkungan. Pengaruh-pengaruh detail dari berbagai pestisida terhadap lingkungan saat ini
dibutuhkan untuk lisensi atau perizinan dari pestida baru (di U.S dilakukan oleh "Federal Insecticide,
Fungicide, dan Rodenticide act, FIFRA"). Faktor-faktor yang merupakan bahan penilaian antara lain:
penyerapan pestisida oleh tanah, perembesan atau leaching dari pestisida ke dalam air yang
berhubungan dengan potensinya terhadap pencemaran air, efek dari pestisida terhadap
mikroorganisme dan kehidupan binatang dalam tanah, dan kemungkinan terjadinya sifat toksik yang
lebih tinggi dari hasil proses degradasi.
Adaptasi oleh tanah merupakan suatu langkah penting dalam degradasi dari suatu pestisida.
Intensitas dari absorbsi dan kecepatan serta tingkat degradasi ditentukan oleh berbagai faktor.
Beberapa dari padanya adalah : kelarutan, penguapan, muatan, kepolaran, ukuran dan struklur
molekul, serta beberapa sifat dari medium. Absorbsi dari pestisida oleh komponen-komponen tanah
dapat memberikan berbagai pengaruh. Toksisitas dari suatu herbisida terhadap tanaman sangat
dipengaruhi oleh proses tersebut.
Proses pengikatan suatu pestisida kepada tanah dapat terjadi melalui berbagai bentuk absorbsi
secara fisik melalui energi van der wall yang terbentuk dan interaksi dipole-dipole antara molekul
pestisida dan muatan dari partikel-partikel tanah. Proses tukar-ion (ion exchange) sangat efektif dalam
penggabungan senyawa-senyawa organik kationic seperti herbisida paraquat,

H3C CH3

+H2N NH2+

kepala partikel-partikel tanah anionik. Beberapa pestisida yang bersifat netral dapat besifat kationik
bila berikatan dengan H+ dan terlibat sebagai spesi dengan bentuk muatan positif. Ikatan hidrogen
merupakan mekanisme lain di mana beberapa pestisida terikat pada tanah. Dalam beberapa kasus,
suatu pestisida dapat berfungsi sebagai suatu ligan koordinasi terhadap logam-logam dalam bahan
mineral tanah.
Tiga cara yang utama di mana pestisida-pestisida mengalami degradasi dalam atau di atas tanah
adalah degradasi kimia, reaksi fotokimia, dan yang paling penting adalah biodegradasi.

DEGRADASI KMIA, REAKSI FOTOKIMIA, DAN BIODEGRADASI


Degradasi kimia dari pestisida telah dibuktikan secara eksperimen dalam tanah yang telah
disterilkan dari semua aktivitas mikroba. Sebagai contoh, Clay (lempung) telah memperlihatkan
dapat mengkatalisis hidrolisis dari O,O-dimetil-O-2,4,5-triklorofenil tiofosfat, suatu efek yang dapat
menghubungkan terhadap gugus OA pada permukaan mineral tanah. Banyak reaksi hidrolisis secara
kimia murni dari beberapa pestisida terjadi dalam tanah.
Sejumlah dari pestisida mengalami reaksi fotokimia, yaitu suatu reaksi yang berlangsung
dengan terjadinya absorbsi dari cahaya. Dari reaksi ini dihasilkan terutama isomer-isomer dari
pestisida yang terlibat reaksi.
Meskipun insek-insek, cacing-cacing, beberapa tanaman memegang peranan pentmg dalam
biodegradasi dari pestisida dan senyawa-senyawa bahan pencemar organik, microrganisme
mempunyai peranan yang paling. Seperti beberapa reaksi trasformosi nitrogen, sulfur, dan fosfor
secara mikroba serta degradasi dari senyawa organik dengan mikroba sebagai mediator.
Akhir-akhir ini telah dapat dibuktikan bahwa Rhizosphere merupakan bagian yang paling
penting dari tanah dalam kemampuannya untuk menyelenggarakan biodegradasi dari sampah-
sampah. Rhizophere adalah lapisan dan tanah di mana akar-akar tanaman secara umum beraktivitas.
Ini merupakan lapisan di mana biomassa meningkat dan sangat penting bagi sistem akar tanaman dan
bergabungnya mikroorganisme-mikroorganisme dengan akar-akar tanaman. Rhizophere dapat
mengandung 10 x biomassa mikroba per satuan volume lebih banyak dari pada tanah yang tidak
mempunyai lapisan rhizophere. Populasinya bervariasi sesuai karakteristik dari tanah, tanaman dan
karakteristik akamya, kandungan uap air, dan eksposure pada oksigen. Bila suatu daerah terekspose
oleh senyawa-senyawa bahan pencemar, mikroorganisme dapat beradaptasi terhadap biodegradasi
dan bisa tetap tinggal di daerah tersebut.
Biodegradasi dari sejumlah senyawa organik sintetik telah dicobakan dalam rhizophere. Fokus
percobaan terhadap proses biodegradasi herbisida-herbisida dan beberapa insektisida yang banyak
digunakan dalam pertanian. Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan biodegradasi dalam
rhizophere telah dapat diamati pada beberapa senyawa, antara lain : 2,4-D-herbisida, parathion,
karbofener, diazinon, volati1 aromatik alkil dan aril hidrokarbon, klorokarbon, dan surfaktor. Selain
itu peningkatan biodegradasi dari PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbon) tampak dalam lahan
tanaman rumput yang luas yang mengandung rhizophere.

AKTIVITAS PERTAN1AN DAN KESEHATAN


Beberapa ahli mengemukakan bahwa tanah telah memberikan efek nyata pada kesehatan,
seperti efek dari kekurangan unsur-unsur hara mikro yang terkandung dalam bahan makanan terhadap
kesehatan manusia. Salah satu contoh adalah selenium, Se, yang bersifat toksik pada dosis tinggi tapi
sangat dibutuhkan dalam konsentrasi mikro. Kekurangan unsur mikro ini memberikan efek yang
merugikan bagi binatang juga manusia.
Terdapat korelasi yang positif antara kondisi geografi tanah dengan kejadian atau tumbuhnya
kanker pada manusia. Suatu insiden yang mengagetkan dari timbulnya kanker usus yang terjadi di
beberapa daerah pertanian engan tipe/ jenis tanah tertentu di Negeri Belanda, Amerika Serikat, Wales,
dan Skandinavia. Jenis tanah di wilayah ini mengandung bahan organik cukup tinggi, bersifat asam,
dan sering mengalami Waterlogged. Terjadinya penyakit kanker karena penduduk mengonsumsi
bahan makanan yang ditanam di sekitar rumah di lahan tersebut juga mengkonsumsi air yang hanya
berasal dari satu sumur pada lahan yang sama. Salah satu penyebab dari terjadinya kanker usus
(Stomach Cancer-producing soil) ini adalah terbentuknya metabolit sekunder oleh tanaman dan
mikroorgasime. Metabolit sekunder merupakan senyawa biokimia yang terbentuk dari prekursor
metabolit primer ketika metabolit primer terakumulasi ke tingkat yang lebih rendah, oleh karena itu
sangat penting adanya penelitian-penelitian terhadap tanah pertanian.

EROSI DAN PELUMPURAN


Kualitas tanah menurun selain disebabkan oleh terjadinya pencemaran, juga disebabkan oleh
erosi. Erosi dapat menyebabkan merosotnya produksifitas lahan, rusaknya lingkungan, terganggunya
keseimbangan estetika, serta pencemaran lingkungan hidup. Bila keadaan lebih parah lagi akan
terbentuk lahan kritis.
Erosi berpengaruh terhadap penurunan produksi tanah akibat:
Pemiskinan tanah/hilangnya tanah lapisan atas
Memburuknya sifat fisik dan kimia tanah
Berkurangnya aktivitas biologi tanah
Tertutupnya tanah lapisan atas
Erosi mengakibatkan tersingkapnya lapisan tanah yang lebih asam (pH rendah), terbentuknya
lapisan dengan kandungan aluminium yang lebih tinggi, menurunkan kandungan bahan organik (C)
dan nitrogen (N), unsur-unsur hara lebih rendah, dan terbentuknya lapisan bawah yang lebih padat
Dengan terjadinya erosi ini maka menimbulkan pelumpuran sistem irigasi di samping
terjadinya pencemaran air dan berkurangnya kapasitas waduk. Erosi tanah dan pelumpuran aliran
sungai makin lama makin bertambah, salah satu penyebabnya adalah penggundulan hutan di hulu
sungai dan tofografi/ kemiringan tanah.

LIMBAH PADAT ATAU SAMPAH


Istilah sampah diberikan kepada barang-barang atau bahan-bahan buangan rumah tangga atau
pabrik yang tidak digunakan lagi atau tidak terpakai dalam bentuk padat. Sampah merupakan
campuran dari berbagai bahan baik yang tidak berbahaya seperti sampah dapur (organik) maupun
bahan-bahan berbahaya yang banyak dibuang oleh pabrik dan rumah tangga yang dapat digunakan
kembali atau didaur ulang maupun yang tidak dapat didaur ulang.
Dengan meningkatnya populasi penduduk di setiap daerah/kota maka jumlah sampah yang
dihasilkan setiap rumah tangga makin meningkat. Hal ini menjadi masalah besar bagi kota-kota besar
yang padat penduduknya seperti Jakarta, dalam menangani sampah yang dihasilkan setiap harinya.
Penanggulangan sampah secara tuntas belum dapat dilakukan dan umumnya dibuang pada
penimbunan sampah terbuka (Open Dumping) atau sanitary landfield. Sampai saat ini Kota Jakarta
masih "menyewa " lahan di Bekasi untuk menempatkan sampahnya dengan biaya sewa yang cukup
mahal per tahunnya.
Secara umum komposisi dari sampah di setiap kota bahkan negara hampir sama, yaitu :

Kertas dan katun 35 %


Logam 7%
Gelas 5%
Sampah halaman dan dapur 37 %
Kayu 3%
Plastik, karet, dan kulit 7%
Lain-lain 6%

Dampak negatif dari sampah-sampah tersebut dapat terjadi di tempat penampungan sementara
(TPS) yang terdapat di setiap wilayah seperti di setiap RW atau kelurahan, pasar, dan sebagainya
maupun di tempat penampungan akhir (TPA). Dampak negatif di TPS biasanya dalam bentuk bau
yang kurang sedap, karena terjadi penguraian secara anaerop, kumpulan sampah di atas sampah yang
dapat menimbulkan berjangkitnya penyakit dan estetika.
Tempat penampungan sampan akhir (TPA) dalam bentuk penimbunan sampah terbuka akan
menimbulkan dampak negatif yang lebih besar karena selain bau yang tidak sedap yang berasal dari
penguraian secara anaerob dari komponen-komponen sampah, seperti gas H2S, NH3, CH4 dapat
terjadi rembesan dari proses leaching logam-logam berbahaya ke dalam air tanah atau sumber air.
Untuk menanggulangi pencemaran tanah akibat penumpukan sampah ini dapat dilakukan
melalui berbagai cara seperti melalui program 3 R, yaitu Reduce, Reuse, Recycle. Program Reduce
artinya mengurangi atau mereduksi sampah yang akan terbentuk. Hal ini dapat dilakukan bila ibu-ibu
rumah tangga kembali kepola lama yaitu membawa keranjang belanja ke pasar. Dengan demikian
jumlah kantong plastik yang dibawa ke rumah akan berkurang (tereduksi). Selain itu bila setiap orang
menggunakan kembali saputangan dari pada tissue, disamping akan mengurangi sampahnya, dengan
tidak menggunakan tissue dapat terjadi penghematan terhadap bahan baku untuk tissue, yang tidak
lain adalah kayu dari hutan. Kalau setiap orang melakukan hal tersebut, berapa ton sampah yang akan
tereduksi perbulan dan berapa ha hutan yang dapat terselamatkan.
Re-use, adalah program pemakaian kembali sampah yang sudah terbentuk seperti penggunaan
bahan-bahan plastik/ kertas bekas untuk benda-benda souvenir, bekas ban untuk tempat pot atau kursi
taman, botol-botol minuman yang telah kosong diisi kembali dan sebagainya.
Proses Recycle agak bebeda dengan kedua program sebelumnya. Dalam hal ini sampah sebelum
di gunakan perlu diolah ulang terlebih dulu. Bahan-bahan yang dapat direcycle atau didaur-ulang
seperti kertas atau plastik bekas, pecahan-pecahan gelas atau kaca, besi atau logam bekas dan sampah
organik yang berasal dari dapur atau pasar dapat didaur ulang menjadi kompos (pupuk). Proses daur-
ulang ini juga dapat mengubah sampah menjadi energi panas yang dikenal dengan proses insenerasi.
Insenerasi sederhana sudah dilakukan oleh beberapa industri di Jakarta yaitu menggunakan limbah
padat dalam bentuk lumpur hasil akhir pcngolahan air limbahnya tidak dibuang ke tanah tapi
digunakan sebagai bahan bakar setelah mengalami pengeringan.
Untuk mendaur ulang bahan-bahan kertas, plastik, atau logam, dibutuhkan sampah dalam
keadaan bersih artinya tidak tercampur antara satu bahan dengan bahan lainnya. Ini berarti setiap
orang harus memilah sampah sebelum dibuang ke tempat sampah. Pemisahan sampah dapat
dilakukan antara sampah organik biodegradable seperti sampah dapur dengan nonbiodegradable
seperti plastik. Selain itu dipisahkan antara kertas bekas, plastik bekas, karton, dan sebagainya dari
pecahan kaca atau logam. Hal ini telah dilakukan oleh beberapa negara maju seperti Australia, Canada
(yang dikenal dengan Blue Box System), dan negara-negara Eropa. Dengan sistein kota biru ini yaitu
pemilihan sampah untuk didaur ulang yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga di Ontario-Canada pada
tahun 1990 telah menghasilkan 14 % dari seluruh sampahnya dapat didaur ulang atau sekitar 260.000
ton sampah.
Oleh karena itu sudah waktunya penghuni setiap rumah di Indonesia khususnya di kota-kota
besar untuk melakukan pemilahan sampahnya scbelum dibuang ke tempat pembuangan sementara
(TPS) nya masing-masmg. Selain itu juga diharapkan dapat turut serta dalam program Reduce dan
Reuse sampah. Dengan demikian, bila seluruh warga melaksanakan ketiga program tersebut (3R),
maka masalah pencemaran tanah oleh sampah akan berkurang.

PENELITIAN TENTANG PENCEMARAN TANAH


Stojic et al., (2017) melaporkan pengambilan 60 sampel yang dilakukan pada tanah di sekitar
jalur kereta api di wilayah Srem Vojvodina Serbia. Setelah melalui serangkaian proses penelitian
kandungan sampel tanah dihasilkan:
Tiga puluh dua sampel tanah diambil dari jarak 1 sampai 4 km jalur kereta api. Pada tujuh
sampel konsentrasi PCB tersebut di kisaran antara 0,005 dan 0,02 ppm. Pada semua sampel
lainnya konsentrasi PCB lebih rendah.
Logam berat seperti Cu, Ni, Cd dan Zn dalam sampel yang diambil lebih dekat ke rel kereta
api lebih tinggi daripada sampel yang diambil pada jarak lebih dari 1 km.
Berdasarkan hasil tersebut, konsentrasi PCB yang lebih tinggi diukur pada sampel tanah yang diambil
pada jarak sampai 1 km dari jalur kereta api. Sampel dengan konsentrasi lebih tinggi dari 0,02 ppm
diambil di dekat stasiun kereta api di kota Ruma dan abac. PCB pada sampel lainnya tidak melebihi
tingkat polusi yang dapat diterima. Asumsinya adalah ini adalah hasil kegiatan transhipment barang,
pemeliharaan dan pencucian kereta api yang terjadi di stasiun kereta api.
Diantara logam berat, konsentrasi Co dan Ni lebih dari ambang batas di hampir semua lokasi
pengambilan sampel. Dalam sampel yang diambil pada jarak yang jauh sampai 1 km dari kereta api,
konsentrasi Cu, Zn, Cd dan Pb lebih tinggi daripada yang diukur dalam sampel tanah pada jarak yang
lebih jauh. Nilai indeks nemerow untuk sepuluh logam berat mengkonfirmasi tingkat kontaminasi
tanah ringan dan menengah di dekat jalur kereta api. Meskipun fakta bahwa di sebagian besar sampel
polutan tidak melebihi tingkat polusi yang dapat diterima (kecuali dalam kasus Co dan Ni), ada
indikasi bahwa jumlah polutan organik dan anorganik saat ini merupakan ancaman potensial bagi
lingkungan, sehingga secara rutin. Pemantauan tanah di daerah sekitar jalur kereta api dan stasiun
kereta api dibenarkan.

PCB
(Cl)x Cl Cl

Cl

Cl Cl

Pertama kali ditemukan sebagai polutan lingkungan pada tahun 1966, senyawa PCB telah
ditemukan di seluruh dunia dalam air, sedimen, jaringan burung, dan jaringan ikan. Senyawa ini
merupakan kelas penting limbah khusus. Mereka dibuat dengan mensubstitusi 1 sampai 10 atom Cl
ke struktur aril bifenil seperti yang ditunjukkan di sebelah kiri pada Gambar 1. Substitusi ini dapat
menghasilkan 209 senyawa yang berbeda (congeners), yang satu contohnya ditunjukkan di sebelah
kanan pada Gambar 1.
Bifenil polychlorinated memiliki stabilitas kimia, termal, dan biologis yang sangat tinggi;
tekanan uap rendah; dan konstanta dielektrik tinggi. Sifat-sifat ini menyebabkan penggunaan PCB
sebagai cairan insulasi pendingin pada transformer dan kapasitor; untuk impregnasi kapas dan asbes;
sebagai peliat; dan sebagai aditif untuk beberapa cat epoxy. Sifat yang sama yang membuat PCB
yang sangat stabil sangat berguna juga berkontribusi terhadap penyebaran dan akumulasi luas
senyawa ini di lingkungan. Dengan peraturan yang dikeluarkan di Amerika Serikat yang berada di
bawah wewenang Undang-Undang Pengawasan Zat Beracun yang dikeluarkan pada tahun 1976,
pembuatan PCB dihentikan di Amerika Serikat, dan penggunaan dan pembuangannya dikontrol
dengan ketat. Beberapa tingkat biodegradasi PCB di lingkungan tidak terjadi.
Pengganti PCB untuk aplikasi kelistrikan telah dikembangkan. Pembuangan PCB dari peralatan
listrik yang dibuang dan sumber lainnya menyebabkan masalah, terutama karena PCB dapat bertahan
dalam pembakaran biasa dengan melepaskan diri sebagai uap melalui cerobong asap. Namun, PCB
bisa dihancurkan dengan proses insinerasi khusus.
PCB sangat menonjol sebagai polutan di sedimen Sungai Hudson sebagai akibat dari
pembuangan limbah dari dua pabrik manufaktur kapasitor yang beroperasi sekitar 60 km ke hulu dari
bendungan paling selatan di sungai dari tahun 1950 sampai 1976. Sedimen sungai di hilir dari pabrik
pameran PCB tingkat sekitar 10 ppm, 1-2 kali lipat lebih tinggi dari tingkat yang dijumpai di sungai
dan sedimen muara. Pada tahun 2002, General Electric Co diperintahkan untuk mengeruk dan
mendekontaminasi bagian-bagian di Sungai Hudson yang tercemar PCB dengan biaya melebihi $ 100
juta. Pada tahun 2009, pembersihan sebenarnya hampir tidak berlangsung (Manahan, 2010).

KESIMPULAN

o Sifat-sifat tanah yaitu horizon A sbg aktivitas biologis, horizon B menerima material seperti
bahan organik, garam-garam dan partikel-partikel tanah, horizon C tersusun dari pelapukan
batuan induk.
o Air diperlukan untuk memproduksi sebgian terbesar bahan-bahann tanaman, sedangkan udara
dalam tanah mengandung lebih sedikit oksigen.
o Bahan organik dalam tanah yaitu polisakarida, gula-gula amino, nukleosida, belerang organik,
serta senyawa-senyawa fosfor, sedangkan bahan anorganik dalam tanah meliputi nitrogen,
fosfor, kalium
o Oksidasi dari pyrit dalam tanah menyebabkan pembentukan asam sulfat tanah, curah hujan
rendah dapat menyebabkan tanah akan cendering menjadi sangat basa karena terdapatnya
garam_garam seperti Na2CO3
o Tanah merupakan tempat penampungan berbagai bahan kimia dan limbah-limbah dari rembesan
penumpukan sampah (landfill), kolam lumpur (lagoon), dan sumber-sumber lainnya. Bahan
kimia seperti senyawa organik menguap (VOC), merupakan bahan pencemar tanah yang umum
dikeluarkan industri. Senyawa organik terlihat pada humus pada waktu terjadi proses
pembentukan humus dalam tanah. Tanah juga menerima sejumlah besar pestisida sebagai akibat
dari penggunaan yang berlebihan pada pemberantasan hama pertanian. Tiga cara yang utama di
mana pestisida-pestisida mengalami degradasi dalam atau di atas tanah adalah degradasi kimia,
reaksi fotokimia, dan yang paling penting adalah biodegradasi. Selain akibat dari pencemaran
tanah, kualitas tanah juga akan menurun dengan adanya erosi dan pelumpuran serta penumpukan
sampah. Untuk menanggulangi pencemaran tanah akibat penumpukan sampah dapat dilakukan
melalui berbagai cara seperti melalui program 3 R, yaitu Reduce, Reuse, Recycle.

DAFTAR RUJUKAN
Baumhardt, R.L., Stewart, B.A., Sainju, U. M. 2015. North American Soil Degradation: Processes,
Practices, and Mitigating Strategies. Sustainability 7: 29362960.
Manahan, Stanley E. 2010. Environmental Chemistry 9th ed. Boca Raton: CRC Press.
Zhang, H., Wang, Z., Zhang, Y., & Hu, Z. 2012. The effects of the Qinghai Tibet railway on Heavy
Metals Enrichment in Soils. Science of the Total Environment, 493: 240 248.
Stojic, N., Pucarevic, M. & Stojic, G. 2017. Railway Transportation as a Source of Soil Pollution.
Transportation Research Part D, 57: 124129.
Wierzbicka, M. & Kaabun, C. O. 2015. Multidimensional Evaluation of Soil Pollution from Railway
Tracks. Ecotoxicology, 24:805822.

Вам также может понравиться