Вы находитесь на странице: 1из 10

1.

DIABETES MELLITUS
Definisi dan Klasifikasi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi
insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh resistensi insulin (Soegondo, 2008). Hormon insulin
berfungsi untuk mengatur keseimbangan kadar gula dalam darah sebagai akibat dari gangguan
produksi hormon insulin, akan terjadi kenaikan kadar gula darah di atas batas normal (Yunir,
2007). Hiperglikemi atau peningkatan kadar gula dalam darah merupakan efek yang biasa terjadi
pada DM yang tidak terkontol dan apabila hal ini bertahan dalam waktu yang lama (WHO,2008).
DM dapat menjadi penyebab aneka penyakit seperti hipertensi, stroke, jantung koroner, gagal
ginjal, katarak, glaukoma, kerusakan retina mata yang dapat membuat buta, impotensi, gangguan
fungsi hati, dan luka yang lama sembuh mengakibatkan infeksi, sehingga harus diamputasi
terutama pada kaki (Dinkes, 2009). Diabetes mellitus merupakan penyakit endokrin yang paling
umum ditemukan. Penyakit ini ditandai dengan naiknya kadar gula darah (hiperglikemia) dan
tingginya kadar gula dalam urin (glikosuria). Diabetes mellitus merupakan penyakit yang
disebabkan menurunnya hormon insulin yang diproduksi kelenjar pankreas. Penurunan hormon
insulin ini mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses
secara sempurna, sehingga kadar glukosa dalam tubuh meningkat (Utami, 2003).
Kriteria diagnosis diabetes mellitus diambil dari keputusan WHO, yaitu berdasarkan
kadar gula gula atau glukosa darah. Diagnosis diabetes dapat dilakukan dengan mengukur kadar
glukosa darah ketika puasa (10 jam) dan 1-2 jam setelah minum larutan glukosa 75 gram (tes
toleransi glukosa oral). Kadar glukosa puasa tinggi menunjukkan bahwa produksi insulin tidak
mencukupi, meskipun hanya untuk kebutuhan tubuh yang bersifat basal atau dasar (Utami,
2003). Komisi diabetes dari WHO mengklasifikasikan konsentrasi glukosa darah baik setelah
puasa ataupun setelah dua jam diberi glukosa sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi diabetes berdasarkan konsentrasi glukosa (WHO, 2001)
Sampel Darah Konsentrasi Glukosa (mg/100 mL)
Bukan Penderita Penderita Diabetes
Diabetes
Darah vena <110 >130
Darah kapiler <120 >140
Plasma darah <135 >155
Sedangkan American Diabetes Association (ADA) menetapkan target glikemik (glukosa darah)
dari terapi diabetes sebagaimana ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Glycemic Goals of Therapy berdasarkan ADA (DiPiro, 2015)
Indeks Biokimia Target Glikemik Terapi
A1C <7% (<0,07)
Glukosa darah puasa (preprandial) 70-130 mg/dL (3,9-7,2 mmol/L)
Glukosa darah setelah makan (postprandial) <180 mg/dl (<10 mmol/L)
Penderita diabetes diakui sebagai kelompok yang mengalami bermacam-macam
kerusakan dengan ditandai oleh adanya hiperglikemia dan intoleransi glukosa, yang merupakan
manifestasi dari defisiensi insulin, kurang efektifnya kerja insulin, dan keduanya. Diabetes
mellitus yang diklasifikasikan berdasarkan etiologi dan keadaan klinis, dibagi menjadi empat
tipe, yaitu: Diabetes tipe 1, Diabetes tipe 2, Gestational diabetes mellitus (GDM) dan diabetes
lainnya (Harris dan Zimmet; Alberti; Zimmet, Dfronzo, dan Keen, 1997 dalam IDF, 2000). Di
Indonesia, Askandar pada tahun 1996 dan 1998 mencoba membuat suatu klasifikasi praktis
untuk diabetes mellitus dan membagi menjadi lima kelompok: IDDM, NIDDM, MODY, DM
tipe X1 dan X2 yang identik dengan DM tipe 1 (Zimmet, 1993 dalam Soegondo, 2002) dan
DM tipe 3 identik dengan LADA(Latent Autoimmune Diabetes of Adult) (Tuomi, 1993 dalam
Soegondo, 2002). American Diabetes Association (ADA) sendiri mengklasifikasikan diabetes
berdasarkan etiologinya sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi Diabetes Mellitus Berdasarkan Etiologinya (ADA, 2003)
No. Tipe Diabetes Mellitus Penjelasan/Keterangan

1. Diabetes Mellitus Tipe 1 Destruksi sel umumnya menjurus


ke arah defisiensi insulin absolut
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 Bervariasi, mulai yang predominan
resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin
bersama resistensi insulin
3. Diabetes Mellitus Tipe Lain a. Defek genetik fungsi sel
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas
d. Endokrinopati
e. Diabetes karena obat atau zat kimia
f. Diabetes karena infeksi
g. Diabetes imunologi (jarang)
h. Sindroma genetik lain: Sindroma
Down, Klinefelter, Turner,
Huntington, Chorea, Prader Willi

4. Diabetes Mellitus Gestasional Diabetes mellitus yang muncul pada


masa kehamilan, umumnya bersifat
sementara, tetapi merupakan faktor
risiko untuk DM Tipe 2.
5. Pra-diabetes a. IFG (Impaired Fasting Glucose)
b. IGT (Impaired Glucose Tolerance)

Mekanisme dan Gejala Terjadinya Penyakit Diabetes Mellitus


Pada penderita penyakit diabetes mellitus, metabolisme karbohidrat terganggu sebagai
akibat terganggunya produksi hormon insulin oleh pankreas. Defisiensi insulin menyebabkan
tidak semua glukosa dapat diubah menjadi glikogen. Ini berarti sebagian glukosa yang berasal
dari makanan tetap berada dalam darah. Tingginya kadar gula darah (hiperglikemia) akan
mendorong pembuangan kelebihan glukosa tersebut keluar tubuh melalui urin. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya glikosuria. Dengan sedikitnya glukosa yang dapat diubah menjadi
glikogen, maka untuk memenuhi kebutuhan energi otot akan terjadi pengubahan glikogen hati
menjadi glukosa melalui jalur glukoneogenesis. Jadi tingginya kadar glukosa dalam darah selain
berasal dari glukosa makanan yang tidak dapat diubah menjadi glikogen oleh tubuh, juga berasal
dari proses glukoneogenesis yang masuk ke peredaran darah (Moehyi, 1997).
Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala yang
harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan
penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan
polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur,
koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal
yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas
(Depkes RI, 2005).
Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe 2
seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian
ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya
lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan
umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh
darah dan syaraf (Depkes RI, 2005).
Penyebab Terjadinya Diabetes Mellitus
Menurut Utami (2003), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan diabetes mellitus,
diantaranya:
1. Faktor genetik (keturunan). Lebih dari 50% penderita diabetes mellitus dewasa berasal dari
keluarga dengan riwayat menderita diabetes mellitus.
2. Virus dan bakteri. Virus yang diduga menyebabkan diabetes mellitus adalah Rubela, Mumps
dan Human Coxsackievirus B4. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa virus dapat
menyebabkan diabetes mellitus melalui mekanisme infeksi sistolik pada sel beta yang
mengakibatkan destruksi atau pengrusakan sel. Selain itu, melalui reaksi otoimunitas yang
menyebabkan hilangnya autoimun pada sel beta.
3. Bahan toksik (beracun). Beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta secara langsung
adalah Alloxan, Pyrinuron (rodentisia), dan Streptozotocin (produk yang berasal dari sejenis
jamur). Bahan toksik lain berasal dari singkong (cassava).
4. Faktor zat gizi. Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan zat gizi,
baik sebagai faktor penyebab maupun sebagai pengobatan. Overnutrition merupakan faktor
pertama yang diketahui menyebabkan diabetes mellitus. Semakin lama dan semakin berat
obesitas, maka semakin besar kemungkinan terjangkit diabetes mellitus.
B. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus (Depkes RI, 2005)
Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu:
1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi
diabetes.
The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan beberapa parameter yang dapat
digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan diabetes sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 5.
Tabel 5. Target Penatalaksanaan Diabetes (ADA (2003) dalam Depkes RI, 2005)
Parameter Kadar Ideal yang Diharapkan
Kadar Glukosa Darah Puasa 80120mg/dL

Kadar Glukosa Plasma Puasa 90130mg/Dl

Kadar Glukosa Darah Saat Tidur 100140mg/dL


(Bedtime blood glucose)
Kadar Glukosa Plasma Saat Tidur 110150mg/dL
(Bedtime plasma glucose)
Kadar Insulin <7 %
Kadar HbA1c <7 mg/Dl
Kadar Kolesterol HDL >45 mg/dL (pria)
> 55mg/dL (wanita)
Kadar Trigliserida <200 mg/Dl
Tekanan Darah <130/80 mmHg

Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes, yang pertama
pendekatan tanpa obat dan yang kedua adalah pendekatan dengan obat. Dalam penatalaksanaan
DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa
pengaturan diet dan olah raga. Apabila dengan langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan
belum tercapai, dapat dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa terapi insulin atau
terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya.
1. Terapi Tanpa Obat (Non-Farmakologi):
a. Diet yang baik
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat,
protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
Karbohidrat : 60-70%
Protein : 10-15%
Lemak : 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan
fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
ideal.
Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan
memperbaiki respons sel-sel terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian
dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak
0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan setiap kilogram penurunan
berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup.
Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya diperhatikan. Masukan
kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melebihi 300 mg per hari. Sumber lemak
diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak
tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein sebaiknya diperoleh
dari ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan tempe, karena tidak banyak
mengandung lemak. Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan
paling tidak 25 g per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak,
makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi
rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih.
Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya
kaya akan vitamin dan mineral.
b. Berolahraga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap
normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur
jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu
olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus
pengaruhnya bagi kesehatan. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE
(Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin
mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara
lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini
paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan 5-
10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak
jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan
penggunaan glukosa.
2. Terapi dengan Obat (Farmakologi)
Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olah raga) belum berhasil
mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya
berupa penatalaksanaan terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral,
terapi insulin, atau kombinasi keduanya.
a. Terapi Insulin
Walaupun sebagian besar penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin,
namun hampir 30% ternyata memerlukan terapi insulin disamping terapi hipoglikemik
oral.
Sediaan insulin saat ini tersedia dalam bentuk obat suntik yang umumnya dikemas
dalam bentuk vial. Kecuali dinyatakan lain, penyuntikan dilakukan subkutan (di bawah
kulit). Penyerapan insulin dipengaruhi oleh beberapa hal. Penyerapan paling cepat terjadi
di daerah abdomen, diikuti oleh daerah lengan, paha bagian atas dan bokong. Bila
disuntikkan secara intramuskular dalam, maka penyerapan akan terjadi lebih cepat, dan
masa`kerjanya menjadi lebih singkat. Kegiatan fisik yang dilakukan segera setelah
penyuntikan akan mempercepat waktu mula kerja (onset) dan juga mempersingkat masa
kerja. Selain dalam bentuk obat suntik, saat ini juga tersedia insulin dalam bentuk pompa
(insulin pump) atau jet injector, sebuah alat yang akan menyemprotkan larutan insulin ke
dalam kulit. Sediaan insulin untuk disuntikkan atau ditransfusikan langsung ke dalam
vena juga tersedia untuk penggunaan di klinik. Penelitian untuk menemukan bentuk baru
sediaan insulin yang lebih mudah diaplikasikan saat ini sedang giat dilakukan.
Diharapkan suatu saat nanti dapat ditemukan sediaan insulin per oral atau per nasal.
Untuk terapi, ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia, yang terutama berbeda
dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration).
Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Insulin masa kerja singkat (Short-acting/Insulin), disebut juga insulin reguler
2. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting)
3. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat
4. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin)
b. Terapi Obat Hipoglikemik Oral
Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien
DM Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan
keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi
pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis
obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan dan penentuan rejimen hipoglikemik
yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes (tingkat glikemia)
serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan
komplikasi yang ada.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat dibagi menjadi 3
golongan, yaitu:
a) Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik oral
golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin).
b) Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap
insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan tiazolidindion,
yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.
c) Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor -glukosidase yang bekerja
menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk mengendalikan
hiperglikemia post-prandial (post-meal hyperglycemia). Disebut juga starch-
blocker.

c. Terapi Kombinasi
Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa OHO atau OHO
dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah antara golongan sulfonilurea dengan
biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang
memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan obat
hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor insulin, sehingga
kombinasi keduanya mempunyai efek saling menunjang. Pengalaman menunjukkan
bahwa kombinasi kedua golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang
sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2003. Treatment of Hypertension in Adults with Diabetes.
http://dx.doi.org/10.2337/diacare.26.2007.S80. Diakses tanggal 11 Desember 2016.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Dinas Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Jateng. www.dinkes.go.id. Diakses tanggal 11
Desember 2016.
DiPiro JT, Wells BG, Schwinghammer TL, DiPiro CV. 2015. Pharmacotherapy Handbook 9th
ed. USA: McGraw Hill
Moehyi S. 1997. Pengaturan Makanan dan Diet untuk Penyembuhan Penyakit. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Soegondo. 2002. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini. Di dalam:


Soegondo S, Soewondo P, dan Subekti I, editor. Penatalaksanaan Diabetes
Melitus. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Soegondo, S. 2008. Hidup secara mandiri dengan Diabetes Melitus, Kencing Manis, Sakit Gula.
Jakarta: FKUI
Utami P. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Diabetes Mellitus. Jakarta: Penerbit PT
AgroMedia Pustaka.
[WHO] World Health Organization. 2001. Diet, Nutrition and the Prevention of Chronic
Diseases, Technical Report Series 916. Geneva: Joint FAO/WHO Expert Consultation.

Yunir, E. 2007. Mengenal Penyakit Diabetes Melitus dalam Kliping Humas Universitas
Indonesia. FKUI. Jakarta. pp: 35

Вам также может понравиться

  • Daftar Obat Generik
    Daftar Obat Generik
    Документ5 страниц
    Daftar Obat Generik
    Nony Satya Anugrah
    100% (6)
  • Bab 5
    Bab 5
    Документ1 страница
    Bab 5
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Template Artikel - PSR (Bhs Indonesia)
    Template Artikel - PSR (Bhs Indonesia)
    Документ4 страницы
    Template Artikel - PSR (Bhs Indonesia)
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Mekanisme Interaksi Obat
    Mekanisme Interaksi Obat
    Документ4 страницы
    Mekanisme Interaksi Obat
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Larangan Bagi PBF: Kewajiban Apoteker Di PBF
    Larangan Bagi PBF: Kewajiban Apoteker Di PBF
    Документ4 страницы
    Larangan Bagi PBF: Kewajiban Apoteker Di PBF
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • UU No 5 & 35
    UU No 5 & 35
    Документ7 страниц
    UU No 5 & 35
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Contoh CVa4
    Contoh CVa4
    Документ1 страница
    Contoh CVa4
    Pulpy Pulpies
    Оценок пока нет
  • Materi Keamanan Pangan
    Materi Keamanan Pangan
    Документ28 страниц
    Materi Keamanan Pangan
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Keracunan CO
    Keracunan CO
    Документ1 страница
    Keracunan CO
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Soal Gravimetri
    Soal Gravimetri
    Документ2 страницы
    Soal Gravimetri
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Tugas Puskesmas Kampung Bangka Konseling
    Tugas Puskesmas Kampung Bangka Konseling
    Документ4 страницы
    Tugas Puskesmas Kampung Bangka Konseling
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Perbandingan Antara Joint National
    Perbandingan Antara Joint National
    Документ2 страницы
    Perbandingan Antara Joint National
    rifqizafril
    Оценок пока нет
  • Lembar Penilaia1 Dies
    Lembar Penilaia1 Dies
    Документ2 страницы
    Lembar Penilaia1 Dies
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Jawaban Farfis
    Jawaban Farfis
    Документ1 страница
    Jawaban Farfis
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Ekskresi
    Ekskresi
    Документ8 страниц
    Ekskresi
    Dewa Hanseu
    Оценок пока нет
  • Proses Belajar Budaya
    Proses Belajar Budaya
    Документ2 страницы
    Proses Belajar Budaya
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Pengertian Liberalisme
    Pengertian Liberalisme
    Документ3 страницы
    Pengertian Liberalisme
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Teratogen
    Teratogen
    Документ25 страниц
    Teratogen
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Perubahan Materi Atau Zat
    Perubahan Materi Atau Zat
    Документ1 страница
    Perubahan Materi Atau Zat
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Ideologi
    Ideologi
    Документ34 страницы
    Ideologi
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Spektrofotometri Serapan Atom Tgs Kiman
    Spektrofotometri Serapan Atom Tgs Kiman
    Документ30 страниц
    Spektrofotometri Serapan Atom Tgs Kiman
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Rancangan Praktikum Tekanan Osmotis
    Rancangan Praktikum Tekanan Osmotis
    Документ3 страницы
    Rancangan Praktikum Tekanan Osmotis
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Proses Belajar Budaya
    Proses Belajar Budaya
    Документ2 страницы
    Proses Belajar Budaya
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Kuis TSF
    Kuis TSF
    Документ2 страницы
    Kuis TSF
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Contoh Aplikasi Redoks
    Contoh Aplikasi Redoks
    Документ2 страницы
    Contoh Aplikasi Redoks
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Kimia Kuantum
    Kimia Kuantum
    Документ23 страницы
    Kimia Kuantum
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Laporan RX Terhadap Kation
    Laporan RX Terhadap Kation
    Документ5 страниц
    Laporan RX Terhadap Kation
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Website
    Website
    Документ4 страницы
    Website
    santy_vanftows
    Оценок пока нет
  • Awal Internet Indonesia
    Awal Internet Indonesia
    Документ4 страницы
    Awal Internet Indonesia
    santy_vanftows
    Оценок пока нет