Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
Triacetin. Peningkatan produksi gliserol semakin meningkat dalam beberapa tahun dapat
dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Perkiraan Produksi Gliserol dari By-produk Biodiesel
Tahun 2008 2009 2010 2015 2025
Biodiesel (KL) 415 567,5 720 1500 4700
Kenaikan (KL) 152,5 152,5 152,5 152,5 152,5
Gliserol (KL) 41,5 56,75 72 150 470
Sumber : Prasetyo (2012)
Jadi berdasarkan tabel 1.1 pertambahan gliserol akan meningkat mulai target
produksi biodiesel tahun 2015 hingga target tahun 2025, kenaikan yang terjadi sebesar tiga
kali lipat. Indonesia memiliki banyak perusahaan penghasil biodiesel yang menjadi
perusahaan pengada biodiesel yaitu sebanyak 15 perusahaan (Sawit Indonesia, 2016).
Gliserol yang merupakan by-produk, akan diubah menjadi Triacetin yang salah satunya
dibutuhkan sebagai zat pengemulsi. Zat pengemulsi yang biasa atau marak digunakan yaitu
CMC yang masih di impor dari luar Indonesia. Triacetin yang dihasilkan akan berpeluang
menggantikan CMC. Data ekspor-impor CMC dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan Tabel 1.2.
9000000
8000000
7000000
6000000
5000000
Ekspor
4000000
Impor
3000000
2000000
1000000
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 1.1 Grafik Ekspor Impor CMC
Dari Tabel 1.2 dan Gambar 1.1 dapat disimpulkan bahwa masih perlu mencari
potensi zat pengemulsi lain yang dapat menekan jumlah impor yang tinggi zat pengemulsi
CMC. Triacetin dapat berpeluang besar untuk menggantikan zat CMC agar kebutuhan zat
pengemulsi khususnya CMC yang masih diimpor oleh Indonesia dapat dihentikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Triacetin digunakan sebagai plasticizer dan zat gelatinisasi dalam polimer dan bahan
peledak dan sebagai aditif di tembakau, industri farmasi, dan kosmetik (Ganesh et al., 2013).
Adapun jenis katalisator yang digunakan untuk pembuatan triacetin adalah sebagai berikut
:
a. Katalis homogen seperti asam sulfat, H3PO4, HCl dan HNO3. Dalam
menggunakan katalis ini reaksi dapat berjalan dengan baik dengan aktivitas
tinggi (konversi lengkap denganwaktu singkat) dan dengan kondisi operasi (dari
100 hingga 120C dan tekanan atmosfir). Dari macam-macam katalis diatas yang
sering digunakan adalah asam sulfat dengan konversi paling sedikit 70%.
b. Katalis heterogen solid seperti amino sulphonate, phosphotungstic, mesoporous
silica, SO42- atau ZrO2-TiO2, amberlyst-15 atau amberlyst-35, K-10, Niobic acid,
HZMS-5 dan HUSY. Dari macam-macam katalis diatas yang sering digunakan
adalah amberlyst-15, dengan katalis tersebut gliserol dan asam asetat dapat
bereaksi pada kondisi 105C di reaktor fixed bed dengan perbandingan gliserol
dengan asam asetat yaitu 2:9 dan konversi 50% (Nurfadli dan Purbasari, 2017).
K1
+ K2 + H2O
Glycerol Acetad acid Monoacetin Water
K3
+ k4 + H2O
Monoaceatin Acetad acid Diacetin Water
K5
+ k6 + H2O
Diacetin Acetad acid Triacetin Water
Gliserol
Bubble Column Water
Azeotrop
Butil Asetat column
Asam asetat
Asam Asetat
Reaktor 5
Asam asetat Reaktor Reaktor (Tubular)
Reaktor I Reaktor IV
Anhidrat II III
Water
Asam asetat
Deodorizer
Reboiler 2
Reboiler 1
Triacetin
2. Proses Transesterifikasi
Triacetin dapat diproduksi melalui reaksi transesterifikasi antara trigliserida dan
metil asetat dengan kondisi supercritical. Reaksi untuk transesterifikasi sebagai berikut
(Wepoh, 2015) :
BDF
Oil/fat
(FAME+TA)
Supercritical methyl
acetate 350oC/
20MPa
Gambar 2.5 Diagram Alir Proses Transesterifikasi
3. Proses Interesterifikasi
Reaksi interesterifikasi terjadi dengan adanya enzim dan kondisi supercritical.
Metode supercritical dan enzimatis dalam reaksi interesterifikasi memiliki kelemahan yaitu
(Maddikeri et al., 2013) :
a. Beroperasi pada tekanan tinggi (20-40 Mpa)
b. Membutuhkan suhu yang tinggi (350-400C), menghasilkan biaya pemanasan dan
pendinginan yang lebih tinggi.
c. Kelemahan proses interesterifikasi melalui rute enzimatis adalah sebagai berikut:
d. Biaya produksi yang tinggi
e. Proses pembuatan sulit dialkukan dalam skala yang lebih besar karena kebutuhan
untuk mengendalikan parameter-parameter reaksi
f. Reaksi yang terjadi berjalan lambat
O O
C R1 C R1 O
O O
H2 C O O H2 C O C
HC O C R2 + R1 OCH3
R2 + C
HC O C O
O H3 C OCH3
H2 C R3
H2 R3 O C
O C
C monoasetinidigliserida FAME
Trigliserida Meti asetat
O
O
O C CH3
O
H2C O C
O
O C CH3 H + R1 OCH3
O C R2
H2 C O C C O
H3 OCH3 H2 O C R3
H R2 +
O C C C
C O
H2 O C R3
C Monoasetinidigliserida FAME
Monoasetinidigliserida Metil asetat
O
O
O C CH3
O
H2 C O C
O
O C CH3 H
O C CH3 R1 OCH3
H2 C O C C O
H H3 OCH3 H2 O C CH3
O C R2 + C C
C O
H2 O C R3
FAME
C Meti asetat Triasetin
monoasetinmonogliserida
O
O CH3
O C O
C R1
O H2 C O
O C
H2 C O H C CH3 + 3
O R1 OCH3
C C O
R2 + 3 H3 OCH3 H2 O C CH3
HC O C
O C C
H2 O C R3
C
Triaseti FAME
Trigliserida Metil asetat
Gambar 2.6 Mekanisme Reaksi Interesterifikasi
Water
MeOH
Purification
Oil Phase
Acetic Acid
TA FAME
Water Phase
BDF
Sifat fisika dari asam asetat adalah berbentuk cair jernih, tidak berwarna, berbau
menyengat, berasa asa, mempunyai titik beku 16,6C, titik didih 118,1C, berat molekul
Pra-Rancangan Pabrik Triacetin dari Gliserol Kelompok 12. Ganjil/2017-2018
Dibuat Diperiksa Disetujui
10
60,05, dan larut dalam alcohol, air dan ester. Asam asetat tidak larut dalam karbon disulfide.
Asam asetat dibuat dengan cara fermentasi alcohol dengan bakteri Acetobacter , pembuatan
macam ini biasa digunakan dalm pembuatan cuka pada makanan.
Sifat kimia dari asam asetat mudah menguap di udara, mudah terbakar, dan dapat
menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat larut dalam air pada suhu 20C (etanol
(9,5%) pekat, dan gliserol pekat). Asam asetat jika diencerkan tetap bereaksi asam.
Penetapan kadar asam asetat biasanya menggunakan basa natrium hidroksida, dimana 1 ml
natrium hidroksida 1N setara dengan 60,05 mg CH3COOH.
Kegunaan asam asetat yaitu sumber utama dalam pembuatan garam,derivate,dan
ester asam asetat. Asam asetat dapat digunakan sebagai pelarut zat organic yang baik dan
untuk membuat selulosa asetat yang dibutuhkan untuk pembuatan film,rayon,dan selofan.
Asam asetat juga sebagai pengawet,bumbu-bumbu masak,untuk membuat ester,zat warna
dan propanon. Selain itu asam asetat dapat digunakan sebagai antiseptic, mencegah
tumbuhnya jamur pada roti,serta penambah rasa pada makanan dalam industri makanan
seperti memperbaiki flavor pada pembuatan mayonnaise.
Tabel 2.1 Data Ekspor Impor Asam Asetat
Tahun Ekspor Impor
2011 27 93234943
2012 1169 95621197
2013 870 97004305
2014 612 104494970
2015 3466.54 74431221
2016 66733.8 53913028
Sumber : Badan Pusat Statistik (2017)
2.3 Gliserol
Gliserol adalah produk samping produksi biodisel dari reaksi transesterifikasi dan
merupakan senyawa alkohol dengan gugus hidroksil berjumalh tiga buah. Gliserol (1,2,3
propanetriol) merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak berbau dan merupakan cairan
kental yang memiliki rasa manis (Pagliaro dan Rossi, 2008). Gliserol dapat dimurnikan
dengan proses destilasi agar dapat digunakan pada industri makanan, farmasi atau juga dapat
digunakan untuk pengolahan air. Sebagai produk samping industri biodiesel, gliserol belum
banyak diolah sehingga nilai jualnya masih rendah.
Gliserol banyak digunakan sebagai bahan baku indusri kimia, farmasi, dan
kosmetika. Syntetic glyserol dari petrochemical hydrocarbon memenuhi 40% dari kebutuhan
pasar, sedangkan sisanya diperoleh dari recovery gliserol sebagai produk samping dari
cairan sabun dengan penyulingan dan sebagai bahan baku utama adalah produk
oleochemical lain yang menggunakan lemak dan minyak alam.
Industri turunan gliserin klasik, gliserol tri-nitrat yang digunakan sebagai bahan
peledak, secara bertahap kehilangan dominasinya. Resin alkid berasal dari gliserin mewakili
penggunaan tunggal terbesar dari gliserin dikombinasikan akhir-akhir ini. Dalam barang-
barang toilet dan bidang makanan, ester dari gliserin, terutama ester parsial (mono-dan di-
gliserida) telah menjadi komponen yang sangat khusus produk emulsi, memberikan
kontribusi pengendalian atas kelembutan dari kecantikan, juga untuk margarin (Miner dan
Dalton, 1953). Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Indonesia masih mengimpor
gliserol, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Dengan perkiraan rata-rata konversi biodiesel 90%, maka gliserol yang dihasilkan
adalah 10% dari produksi. Sehingga akan dihasilkan gliserol yang akan terus bertambah
disetiap tahunnya. Data perkiraan produksi gliserol dari by-produk biodiesel dapat dilihat
pada Tabel 2.3.
Jadi pertambahan gliserol akan semakin meningkat mulai target produksi biodiesel
tahun 2015 dihasilkan gliserol 150.000 kilo liter kemudian target tahun 2025 akan dihasilkan
gliserol sebanyak tiga kali lipat dari tahun 2010 yaitu 470.000 kilo liter. Biodiesel umumnya
dibuat melalui proses transesterifikasi dari trigliserida (Minyak atau Lemak) dan alkohol
dengan bantuan katalis berbasis alkali yang menghasilkan produk samping berupa gliserol
dengan jumlah lebih kurang 10% dari total volume produk biodiesel dan hal tersebut belum
dimanfaatkan secara maksimal. Biodisel yang dihasilkan pabrik di Indonesia pada tahun
2015 mencapai 4.675.500 ton/tahun dan akan semakin meningkat pada tahun mendatang
(Dunia Industri, 2016).
Di Indonesia ada sekitar 15 perusahaan pemasok biodiesel ke pertamina.
Berdasarkan data dari SAWIT INDONESIA, Wilmar Group dan Musim Mas memiliki
kontrak pengadaan biodiesel lebih besar. Kontrak penyaluran biodiesel ke pertamina oleh
Wilmar berjumlah 666,460 KL. Sedangkan Musim Mas memiliki kontrak sebesar 255,843
KL. Data pengadaan biodiesel pertamina dari 15 Perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2.4.
BAB III
DASAR PERANCANGAN
2. Asam Asetat
Tabel 3.2 Sifat Fisik dan Kimia Asam Asetat
Parameter Nilai
Rumus Molekul C2H4O2
Berat molekul (g/mol) 60,06
Wujud Cair, tidak berwarna
Suhu Kritis (oC) 321,67
Tekanan Uap pada 20 oC (kPa) 1,5
Titik didih(Tb, oC) 118,1
Titik lebur (oC) 16,6
Spesific Gravity pada suhu 20 oC 1,049
Vapor Density 2,07
Vapor Pressure pada suhu 20 oC (kPa) 1.5
3. Asam Sulfat
Tabel 3.3 Sifat Fisik dan Kimia Asam Sulfat
Parameter Nilai
Rumus Molekul H2SO4
Berat molekul (g/mol) 98,08
Wujud Cair, tidak berwarna
Titik didih(Tb, oC) 270
Titik lebur (oC) -35
Spesific Gravity 1,84
Vapor Density 3,4
b. Diacetin
Tabel 3.6 Sifat Fisik dan Kimia Diacetin
Parameter Nilai
Rumus Molekul C7H12O5
Berat molekul (g/mol) 176,17
Wujud Cair, tidak berwarna
Tekanan Uap pada 25 oC (kPa) 0
Titik didih(Tb, oC) 259
Titik lebur (oC) -78
Titik Nyala (oC) 110
Spesific Gravity pada suhu 20 oC 1,21
Density (g/cm3) pada suhu 20 oC 1,184
c. Water
Tabel 3.7 Sifat Fisik dan Kimia Water
Parameter Nilai
Rumus Molekul H2O
Berat molekul (g/mol) 18,02
Wujud Cair, tidak berwarna
Tekanan Uap pada 20 oC (kPa) 2,3
Titik didih(Tb, oC) 100
Spesific Gravity 1
Vapor Density 0,62
Density (g/cm3) pada suhu 20 oC 1,2059
Pabrik triacetin dari gliserol direncanakan beroperasi pada tahun 2020, sehingga
diperkirakan Indonesia membutuhkan 3631,205 ton/tahun. PT. Wilmar Nabati Indonesia
sebagai sumber bahan baku utama gliserol memiliki kapasitas produksi sebesar 108.000
ton/tahun. Oleh karena itu, Kapasitas pabrik triacetin yang akan dibangun sebesar 15.000
ton/tahun. Kapasitas tersebut mampu mencukupi kebutuhan di dalam negeri dan berpotensi
untuk diekspor ke luar negeri.
3.5 Lokasi Pabrik
Pabrik triacetin dari glycerol didirikan di Kelurahan Pelintung, Kecamatan
Medang Kampai, Kota Dumai, Provinsi Riau. Pemilihan lokasi pabrik
mempertimbangkan beberapa faktor sebagai berikut :
Ketersediaan bahan baku Gliserol di Kota Dumai yang berasal dari PT. Wilmar
International yang mampu mencukupi kebutuhan sumber bahan baku pabrik.
Kota Dumai memiliki pelabuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai jalur untuk
transportasi bahan baku dan pemasaran produk.
Iklim Kota Dumai Tropis, suhu rata - rata 25,3 C - 26,3 C mendukung untuk
kelancaran operasi pabrik.
Tenaga kerja di Kota Dumai cukup tinggi, yaitu dengan angkatan kerja berjumlah
120.250 jiwa (BPS Kota Dumai, 2013)
Ketersediaan air yang melimpah bersumber dari laut Selat Malaka yang dapat
menunjang proses operasi dan pengolahan limbah pabrik triacetin.
BAB IV
SELEKSI PROSES
Seleksi proses pada pra-perancangan pabrik Triacetin dari gliserol ini berdasarkan
Gross Profit Margin (GPM), ketersediaan bahan baku, tipikal kondisi proses, konversi dan
selektifitas (reaksi kimia), sistem utilitas, produk samping dan limbah yang dihasilkan serta
proses pendukung lainnya, seperti pemisahan dan pemurnian produk.
C6H10O6 + 3C3H6O2
2. Reaksi Transesterifikasi 102.129,804
3RCOOCH3+C9H14O6
- CH2COOR-CHCOOR-
CH2COOR + CH3COOH
CH2COOR-CHCOOR-
CH2COOR + RCOOCH3
- CH2COOCH3-CHCOOR-
3. Reaksi Interesterifikasi CH2COOR + CH3COOH 109.571,005
CH2COOCH3-CHCOOCH3-
CH2COOR +RCOOCH3
- CH2COOCH3-CHCOOCH3-
CH2COOR + CH3COOH
C9H14O6 +3RCOOCH3
untuk keperluan umum bagi kebutuhan pegawai seperti untuk mandi, cuci, kakus
(MCK) dan untuk kebutuhan kantor lainnya. Selanjutnya, untuk kebutuhan air
pendingin yang diperoleh dari laut Dumai. Air pendingin merupakan air yang
diperlukan untuk proses-proses pertukaran/perpindahan panas dalam heat exchanger.
Air pendingin diproduksi oleh menara pendingin (cooling tower).
2. Penyediaan Steam
Sistem penyediaan steam terdiri dari deaerator dan boiler. Proses deaerasi terjadi dalam
deaerator berfungsi untuk membebaskan air bebas mineral (demin water) dari
komponen udara melalui spray, sparger yang berkontak secara counter current dengan
steam.
3. Sistem Pembangkit Tenaga Listrik
Kebutuhan tenaga listrik disuplai dari PLN. Listrik digunakan untuk menggerakkan
motor penggerak alat-alat proses misalnya pompa, fan, dan alat-alat lainnya.
4. Sistem Penyediaan Bahan Bakar
Unit pengadaan bahan bakar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pada
generator dan boiler. Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar cair yaitu solar
(untuk generator) dan fuel oil (untuk boiler) yang diperoleh dari PT Pertamina.
5. Unit Penyediaan Udara Tekan
Digunakan untuk menjalankan instrument-instrument pengendali seperti untuk
menggerakkan control valve serta untuk pembersihan peralatan pabrik.
Hasil atas Decanter dialirkan ke Heater (HE-03) kondisinya menjadi 103,98 0 C dan
tekanannya 1,05 atm duiumpankan menuju menara distilasi (MD-01) untuk memisahkan air
dan sedikit asam asetat dari komposisi fase ringan. Hasil atas MD-01 berupa air dan sedikit
asam asetat dengan kondisi 100,23 0 C dan tekanan 1 atm diturunkan suhunya menggunakan
cooler (CL-02) kondisinya menjadi 35 0 C dan tekanannya menjadi 1 atm dan dialirkan
menuju UPL. Hasil bawah MD-01 berupa sedikit air, asam asetat, monoacetin, diacetin,
sedikit triacetin, gliserol dan asam sulfat dengan kondisi 132,9 0 C dan tekanannya 1,1 atm
diturunkan suhunya dengan cooler (CL-03) kondisinya menjadi 115 0 C dan tekanan 1 atm,
yang kemudian hasil bawah MD-01 ini dialirkan ke reaktor (R-01) sebagai Recycle 01.
Selanjutnya hasil bawah Decanter dialirkan ke Heater (HE-04) kondisinya menjadi
199,15 0 C dan tekanannya 1,05 atm, diumpankan menuju menara distilasi (MD-02) untuk
memisahkan sedikit diacetin dan triacetin untuk kemudian disimpan menjadi produk dari
komposisi fasa berat. Hasil atas MD-02 berupa sedikit air, diacetin dan sedikit triacetin
dengan kondisi 181,8 0 C dan tekanan 1 atm diturunkan suhunya menggunakan cooler (CL-
04) kondisinya menjadi 115 0 C dan tekanannya menjadi 1 atm yang dialirkan menuju
reaktor (R-01) sebagai Recycle 02. Kemudian untuk hasil bawah MD 02 berupa sedikit
0
diacetin dan triacetin 99 % dengan kondisi 260,3 C dan tekanan 1,1 atm diturunkan
suhunya dengan cooler (CL-05) dan (CL-06) kondisinya menjadi 35 0 C dan tekanannya 1
atm, yang kemudian hasil bawah MD-02 ini dialirkan ke Tangki Penyimpanan (T-03)
sebagai produk. Proses Asetilasi dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gliserol
P = 1 atm
T = 35 oC
Air dan Asam Asetat
UPL
CL-02
P = 1 atm
T = 30 oC T-01 P = 1 atm
T = 100,23 oC
MD-01
T = 115 oC
HE-01 P = 1 atm
P-01
T = 115 oC
Air, As.Asetat, MonoacetinDiacetin,
Gliserol Recycle11 Triacetin, Gliserol, As.Sulfat
CL-03
Asam Sulfat Gliserol, As.Asetat, Monoacetin,
Diacetin, Triacetin, As.Sulfat, Air
Gliserol, As.Asetat,
Air, Monoacetin,
P = 1 atm
Diacetin, Triacetin,
T = 115 oC HE-03
As.Sulfat
P = 1 atm
R-01 R-02 R-03 T = 103,98 oC
Dekanter
CL-01
P = 1 atm
T = 60 oC Air, Triacetin, Diacetin
Asam Asetat Recycle 2
P = 1 atm
CL-04 T = 199,15 oC
P = 1 atm
HE-04
T= 115 oC
P-02 HE-02
Sedikit Diacetin, konversi
Nama Alat Kode Nama Kode Alat Triacetin
Storage Tank 1 T-01 Heat Exchanger 01 HE-01 P= 1,1 atm
Storage Tank 2 T-02 Heat Exchanger 02 HE-02 T = 260,3 oC T-03
Storage Tank 3 T-03 Heat Exchanger 03 HE-03
Reaktor 1 R-01 Heat Exchanger 04 HE-04 CL-05 CL-06
Reaktor 2 R-03 Cooler 01 CL-01 P = 1 atm
Reaktor 3 R-04 Cooler 02 CL-02 T = 35 oC
Pompa 1 P-01 Cooler 03 CL-03 Triacetin
Pompa 2 P-02 Cooler 04 CL-04
Kolom Distilasi 1 MD-01 Cooler 05 CL-05
Kolom Distilasi 2 MD-02 Cooler 06 CL-06
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Dunia Industri. 2016. Data Outlook Industri Oleokimia dan Biodiesel 2015-2016.
http://duniaindustri.com/downloads/data-outlook-industri-oleokimia-dan-
biodiesel-2015-2016/. Diakses pada 27 September 2017.
Ganehs. L., Maddikeri., Aniruda, B., Pandit., Parag, R., Gogate. 2013. Ultrasound
Assisted Interesterification of Waste Cooking Oil and Methyl Acetate for
Biodiesel and Triacetin Production. Fuel Processing Technology. 116 (13):
241249.
Miner dan Dalton. 1953. Chemical properties and Derivatives of Glycerol. Reinhold
Publishing Corp. New York.
Mufrodi, Z., Rochmadi., Sutijan., and Budiman, A. 2013. Synthesis Acetylation of Glycerol
Using Batch Reactor and Continuous Reactive Distillation Column. Engineering
Journal. 18 (13): 125-8281.
Nurfadli, M.K., dan Purbasari, E. 2017. Pra Rancangan Pabrik Kimia Triacetin Dari
Gliserol dan Asam Asetat Kapasitas Produksi 55.000 Ton/Tahun. Skripsi.
Universitas Pembangunan Nasional VETERAN Yogyakarta.
Prasetyo, A.E., Widhi, A., Widayat. 2012. Potensi Gliserol dalam Pembuatan Turunan
Gliserol Melalui Proses Esterifikasi. Jurnal Ilmu Lingkungan. 10(1): 26-31.
Sawit Indonesia. 2016. 15 Perusahaan Pasok Biodiesel ke Pertamina Dari Mei-
Oktober 2016 | Sawit Indonesia Online. https://sawitindonesia.com/rubrikasi-
majalah/berita-terbaru/15-perusahaan-pasok-biodiesel-ke-pertamina-dari-mei-
oktober-2016/. Diakses pada 27 September 2017.
Wepoh, H. 2015.Synthesis Of Triacetin From Glycerol. Skripsi. Faculty of Engineering and
Green Technology Universiti Tuanku Abdul Rahman.
Wirtanto. 2013. Pembuatan N-Butyl Asetat dari Asam Asetat dan Butadiene dengan
Kapasitas 5.000 Ton/Tahun. Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara.
LAMPIRAN 1
PERHITUNGAN GROSS PROFIT MARGIN (GPM)