Вы находитесь на странице: 1из 16

Laporan Praktikum Tanggal mulai : Kamis, 9 Desember 2010

M.K Analisis Zat Gizi Mikro Tanggal Selesai : Kamis, 9 Desember 2010

PENETAPAN KADAR IODIUM (M. SPEKTROFOTOMETRI)

Oleh :
Kelompok 4B
Euis Intarina Aninditha Z. I14080007
Nur Indah F. Ibrahim I14080014
Made Mita Dwi S. I14080026
Inke Indah Permatasari I14080035
Asep Subarna I14080056
Saumi Lil Hairi I14080068

Asisten Praktikum :
Elis Nurhayati
Tri Reti Rahmawati

Koordinator Mata Kuliah :


Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, Ph.D

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan
organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral juga
dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Selama proses pembakaran, bahan-
bahan organik terbakar tetapi zat anorganik tidak, zat inilah yang disebut abu.
Meskipun banyak dari elemen-elemen mineral telah jelas diketahui fungsinya
pada makanan ternak, namun belum banyak penelitian sejenis dilakukan pada
manusia. Karena itu, peranan berbagai unsur mineral bagi manusia masih belum
sepenuhnya diketahui (Almatsier 2004).
Sampai saat ini telah diketahui ada 14 unsur mineral yang berbeda
jenisnya diperlukan manusia agar memiliki kesehatan dan pertumbuhan yang
baik. Mineral merupakan kebutuhan tubuh manusia yang mempunyai peranan
penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, seperti untuk pengaturan kerja enzim-
enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, dan juga mineral ini membantu
dalam pembentukan ikatan seperti pada pembentukan hemoglobin. Mineral
digolongkan atas mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah
mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari,
sedangkan mineral mikro dibutuhkan tubuh kurang dari 100 mg sehari. Zat yang
termasuk mineral makro antara lain: natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor,
magnesium, dan sulfur. Adapun zat yang termasuk mineral mikro yaitu seng,
besi, mangan, tembaga, fluor, kobalt, dan iodium (Almatsier 2004).
Iodium merupakan komponen esensial tiroksin dan kelenjar tiroid.
Peranan tiroksin adalah meningkatkan laju oksidasi dalam sel-sel tubuh sehingga
meningkatkan BMR (Basal Metabolic Rate). Tiroksin menyebabkan mitokondria
sel tubuh membesar baik bentuk maupun jumlahnya. Selain itu, dapat juga
meningkatkan permeabilitas membran mitokondria sehingga memudahkan keluar
masuknya zat yang terlibat dalam kegiatan respirasi dan pemindahan energi
(Almatsier 2004).
Jumlah iodium dalam tubuh orang dewasa diperkirakan antara 9-10 mg,
Dua sepertiga dari jumlah tersebut terkumpul pada kelenjar tiroid (kelenjar
gondok). Kelenjar tiroid merupakan kelenjar hormon yang terdapat pada dasar
leher. Berat kelenjar ini sekitar 20-25 gram yang dihubungkan oleh thimus.
Kekurangan iodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Pada umumnya
wanita dan anak perempuan mempunyai kecenderungan lebih mudah terkena
penyakit gondok daripada laki-laki. Widya Karya Pangan dan Gizi (1978) belum
mencantumkan konsumsi yang disarankan, tetapi di negara maju konsumsi
iodium yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 140 mikro gram per hari
(Almatsier 2004).
Analisis zat gizi sangatlah penting terutama zat gizi mikro seperti iodium
baik untuk kepentingan pengukuran zat gizi seperti mengetahui jenis dan kadar
mineral yang terkandung dalam bahan pangan, memenuhi standar mutu gizi dari
produk maupun untuk kepentingan keamanan pangan. Dalam bahan makanan
kandungan iodium sangat kecil dan kadarnya hanya dapat ditentukan dengan
alat yang sangat peka. Oleh karena itu, analisis iodium merupakan hal yang
penting dilakukan agar dapat mengetahui seberapa besar kandungan iodium
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Banyak metode yang dapat dilakukan
untuk mengetahui kandungan iodium salah satunya adalah dengan metode
spektofotometri (Almatsier 2004).

Tujuan
Tujuan dari praktikum penetapan kadar iodium secara spektofotometri
adalah untuk mempelajari cara atau metode penetapan kadar iodium dengan
menggunakan spektofotometri dan melakukan analisis kadar iodium pada bahan
pangan.
TINJAUAN PUSTAKA

Iodium
Iodium adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di tanah
maupun di air, merupakan zat gizi mikro yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup, terutama manusia. Bila tanah
miskin akan iodium maka semua tanaman (termasuk sayuran dan buah-buahan)
yang tumbuh di atasnya juga miskin iodium. Ternak yang hidup di daerah
tersebut juga akan mengalami kekurangan iodium. Sebagai dampaknya,
manusia yang hidup di lingkungan demikian dapat dipastikan juga akan
mengalami kekurangan iodium (Anonim 2010).
Iodium merupakan jenis elemen mineral mikro kedua sesudah Besi yang
dianggap penting bagi kesehatan manusia walaupun sesungguhnya jumlah
kebutuhan tidak sebanyak zat-zat gizi lainnya. Menurut Djokomoeldjanto (1993),
manusia tidak dapat membuat unsur/elemen iodium dalam tubuhnya seperti
membuat protein atau gula, tetapi harus mendapatkannya dari luar tubuh (secara
alamiah) melalui serapan iodium yang terkandung dalam makanan serta
minuman (Djokomoeldjanto 1993).
Kekurangan iodium berhubungan erat dengan jumlah iodium yang
terkandung di dalam tanah yang digunakan dalam bidang pertanian di daerah
yang berpengaruh. Walaupun program suplemen tambahan iodium telah
mengurangi kekurangan jumlah iodium di berbagai daerah daerah di dunia,
masih terlihat masalah kekurangan iodium yang serius di berbagai daerah (Brody
1999).
Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk
mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang
gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda
yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri (Saputra 2009).
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan
visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi
oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh
suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen
yang berbeda (Saputra 2009).
Kacang Hijau
Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal
luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan
(fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai
sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia
menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah
kedelai dan kacang tanah (Purwono dan Hartono 2005).
Kompoisisi kimia kacang hijau sangat beragam tergantung varietas, faktor
genetik, iklim, dan lingkungan. Karbohidrat merupakan komponen utama (lebih
dari 55 %) biji kacang hijau yang terdiri dari pati, gula, dan serat. Berdasarkan
jumlahnya, protein merupakan penyusun utama kedua setelah karbohidrat.
Kacang hijau mengandung 20-25%protein. Kandungan lemak dalam kacag hijau
relatif sedikit yaitu 1-1,2%. Kacang hijau juga mengandung vitamin dan mineral.
Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium banyak terdapat dalam
kacang hijau (Astawan 2009).
Cerium Sulfat
Cerium (IV) sulfat, juga disebut cerium sulfat, adalah senyawa kimia
berwarna kuning. Cerium dikenal sebagai garam anhidrat Ce(SO4)2; beberapa

bentuk terhidrasi juga dikenal: Ce(SO4)2xH2O, dengan x sama dengan 4, 8,


atau 12.Cerium adalah pengoksidasi kuat, terutama pada kondisi asam. Jika
cerium sulfat ditambahkan ke asam klorida encer, maka unsur klorin terbentuk,
meskipun perlahan-lahan. Cerium dengan reduktor kuat bereaksi jauh lebih
cepat. Sebagai contoh, dengan sulfit dalam lingkungan asam bereaksi dengan
cepat dan sepenuhnya. Ketika cerium senyawa dikurangi, senyawa cerous
terbentuk. Reaksi yang berlangsung adalah: Ce4+ + e- Ce3+. Ion cerous yang
tidak berwarna. Cerium sulfat digunakan dalam kimia analitik untuk titrasi redoks,
sering bersama-sama dengan indikator redoks (Anonim 2010).
Asam Arsenik
Arsenik adalah suatu unsur kimia metaloid (semilogam) golongan VA,
berwujud bubuk putih, tanpa warna dan bau Bentuk arsenik yang terkenal
adalah As2O3, alias arsen trioksida atau warangan. Warangan ini bentuknya
berupa bubuk berwarna putih yang larut dalam air. Bentuk lainnya adalah bubuk
kuning As2S3 dan bubuk merah realgar As4S4. Keduanya sempat populer sebagai
bahan cat, namun karena toksik akhirnya mereka tidak dipakai lagi. Adapun
bentuk gasnya, yang juga beracun; adalah arsin (As2H3) (Sudarmadji 1996).
Arsenik bersumber dari beberapa mineral, seperti arsenolit (As2O3),
skorodit (FeAsO42H2O), austinit (CaZn(AsO4)OH), pirit berarsen Fe(S,As)2,
arsenopirit (FeAsS), loelingit (FeAs2, realgar (AsS), orpimen (As2S3), kobaltit
(CoAsS), dan nikolit (NiAs). Mineral-mineral ini umumnya dalam bentuk padat,
sehingga belum berbahaya bagi mahluk hidup khususnya manusia (Hopenhayn
2006).
As dalam air dapat hadir dalam kondisi oksidasi +5, +3, 0, dan -3. Arsenit,
As(III), dan arsin (AsH3, dimana kondisi oksidasi As adalah -3) mempunyai sifat
yang jauh lebih beracun daripada arsenat, As(V). Oksida mangan (III/IV) dapat
mengoksidasi As(III) menjadi As(V). Kehadiran oksida mangan pada lingkungan
yang mengandung As(III) dapat melemahkan kekuatan racun dari arsenik
tersebut (Hopenhayn 2006). Asam arsenik sebagai larutan baku primer, yaitu
larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara penimbangan zat
secara seksama yang digunakan untuk standardisasi suatu larutan karena
zatnya relatif stabil (Khopkar 1990).
Natrium Hidroksida (NaOH) http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_hidroksida
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Basa ini bersifat
lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia
sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut
dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini
lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut
non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning
pada kain dan kertas (Heaton 1996).
NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni
merupakan padatan berwarna putih, densitas NaOH adalah 2,1 . Senyawa ini
sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida Fungsi
penambahan NaOH pada umumnya pada suatu reaksi adalah untuk memberikan
suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam
(Poedjiadi 1994).
METODOLOGI

Waktu dan Tempat


Praktikum Penetapan Kadar Iodium (m. Spektrofotometri) ini
dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Desember 2010 pukul 13.00-16.00 WIB.
Bertempat di Laboratorium Analisis Kimia dan Analisis Makanan Lt.2,
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah spektofotometer, timbangan,
labu takar, Erlenmeyer, pipet dan kertas saring. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah KNO3 1%, NaOH 2%, NaOH 0.1 N, Asam Klorit, Asam
Arsenit, Cerium dan sampel yaitu snack Kacang Ijo.

Prosedur Kerja
Penetapan Kadar Iodium
Pada praktikum kali ini, kadar iodium yang akan diukur adalah kadar iodium
dalam sampel snack Kacang Ijo. Kadar Iodium ditentukan dengan metode
spektofotometer yaitu dengan cara sebagai berikut :

dimasukkan 2-5 gram contoh ke dalam erlenmeyer



ditambahkan 2 ml NaOH 2%, KNO3 1% (direndam sekitar 1 jam)

dipanaskan pada 1050C selama 24 jam

arangkan, abukan, dinginkan

abu yang dingin ditambahkan NaOH 0.1 N aduk sampai larut

disaring ke dalam labu takar 100 ml dengan menambahkan NaOH 0.1 N sampai
tanda tera, kocok

X
X

dipipet 3 ml contoh, ditambahkan 2 ml arsenit 0.2 N, kocok dan diamkan 15 menit

dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan menambahkan 1 ml Ce(IV)NH4SO4
0.1 N, kocok diamkan 15 menit, dibaca pada panjang gelombang = 420 nm
Gambar 1 Prosedur Penetapan Kadar Iodium
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian terhadap sampel untuk


menentukan kandungan iodium menggunakan metode spektrofotometri. Iodium
merupakan zat gizi mikro terpenting kedua setelah besi yang sangat diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup. Gondok merupakan suatu
gejala pembesaran pada kelenjar tiroid yang terjadi akibat respons terhadap
defisiensi/kekurangan iodium. Manusia tidak dapat membuat unsur/elemen
iodium dalam tubuhnya sehingga harus mendapatkannya dari luar tubuh (secara
alamiah) melalui serapan iodium yang terkandung dalam makanan serta
minuman.
Selain itu, iodium merupakan jenis elemen mineral mikro kedua sesudah
Besi yang dianggap penting bagi kesehatan manusia walaupun sesungguhnya
jumlah kebutuhan tidak sebanyak zat-zat gizi lainnya. Menurut Djokomoeldjanto
(1993), manusia tidak dapat membuat unsur/elemen iodium dalam tubuhnya
seperti membuat protein atau gula, tetapi harus mendapatkannya dari luar tubuh
(secara alamiah) melalui serapan iodium yang terkandung dalam makanan serta
minuman (Djokomoeldjanto 1993).
Pentingnya iodium dalam tubuh manusia untuk metabolisme sudah
dikenal sejak dulu walaupun pengaruh positif seaweed atau burntsponges (kaya
iodium) terhadap penyakit gondok sudah diketahui sejak zaman purba di seluruh
dunia. Gondok merupakan suatu gejala pembesaran pada kelenjar tiroid yang
terjadi akibat respons terhadap defisiensi/kekurangan iodium (Harper and Driskel
1985).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode spektrofotometri.
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube. Pada metode ini larutan sampel yang akan
diuji kadar iodiumnya dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 405 nm.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu kacang hijau.
Sebelumnya kacang hijau dihaluskan terlebih dahulu. Penhalusan sampel ini
bertujuan untuk memperluas permukaan sampel sehingga dapat mempercepat
laju reaksi yang terjadi. Kemudian sampel ditimbang dengan berat kira-kira 2-5
gram. Sampel yang telah halus tersebut lalu direndam selama 1 jam dengan
KNO3 1 % dan NaOH 2%. Fungsi dari perendaman ini yaitu untuk memberikan
suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam
(Poedjiadi 1994). Sampel kemudian dikeringkan dan diarangkan hingga tidak
berasap pada suhu 105C dan diabukan pada suhu 550C sampai abu berwarna
putih. Sampel abu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml lalu ditambahkan
dengan NaOH 0,1 N dan diaduk sampai larut. Larutan sampel ditera dengan air
bebas ion sampai dengan tanda tera.
Larutan sampel yang telah dibuat tadi lalu diambil sebanyak 3 ml,
ditambahkan 2 ml asam arsenit 0.2 N, dikocok dan didiamkan selama 15 menit..
Arsenik adalah suatu unsur kimia metaloid (semilogam) golongan VA, berwujud
bubuk putih, tanpa warna dan bau. Bentuk arsenik yang terkenal adalah As2O3
berupa bubuk berwarna putih yang larut dalam air. Setelah itu larutan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan menambahkan 1 ml Ce (IV)
NH4SO4 0.1 N. Lalu dikocok dan didiamkan lagi selama 15 menit. Cerium (IV)
sulfat, juga disebut cerium sulfat, adalah senyawa kimia berwarna kuning.
Cerium adalah pengoksidasi kuat, terutama pada kondisi asam. Sehingga fungsi
dari penambahan Cerium ini adalah sebagai oksidator dimana pada reaksi ini
akan mengahasilkan senyawa berwarna kuning yang kemudian dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm. Dari hasil absorbansi ini dapat
diketahui kandungan iodium yang terdapat di dalam sampel. Hasil dari
penetapan iodium secara spektrofotometri yang dilakukan, dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Kadar iodium dari berbagai jenis bahan pangan
Kadar iodium
No. Bahan Pangan Berat sampel A
(mg/100gram)
1 Lays 2,0993 0,026 0,32
2 Taro 2,0785 0,018 0,16
3 Udang 2,1888 0,024 0,14
4 Kacang hijau 2,0202 0,296 0.083
5 SUN beras merah 2,0976 0,041 0,31
6 SUN pisang 2,0363 0,040 0,31
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari ke enam bahan pagan yang dianalisis
yaitu Lays, Taro, udang, kacang hijau, SUN beras merah, dan SUN pisang maka
hasil yang diperoleh adalah kacang hijau memiliki kandungan iodium yang lebih
rendah dibandingkan jenis bahan pangan lainnya, yaitu 0.083 mg/100gram dan
bahan pangan yang memiliki kandungan iodium yg tinggi adalah terdapat dalam
bahan pangan lays. Sedangkan secara berturut-turut kadar iodium yang tertinggi
sampai terendah pada bahan makanan yang dianalisis adalah lays 0.32
mg/100g, SUN beras merah 0.31 mg/100g, SUN pisang 0.31 mg/100g, taro 0.16
mg/100g, udang 0.14 mg/100g, dan kacang hijau 0.083 mg/100g. Menurut
Astawan (2009) kacang hijau hanya mengandung mineral seperti kalsium, fosfor,
besi, natrium dan kalium. Sehingga seharusnya kandungan iodium pada kacang
hijau adalah 0 (tidak ada), namun jika dibandingkan dengan hasil analisis yang
telah dilakukan, nilai yang dihasilkan untuk kandungan kacang hijau adalah
0.083 mg/100g. Hal ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan dan dapat
terjadi dimungkinkan karena adanya kesalahan atau ketidaktelitian praktikan
dalam melakukan proses pencampuran larutan sampel dengan cerium, yang
ditandai dengan pada saat larutan sampel akan dibaca, larutan sampel tersebut
masih memiliki warna kuning sehingga hasil pembacaan kurang akurat.
Kebutuhan iodium pada orang dewasa dalam sehari adalah 150 g atau
0.15 ppm. Kemudian untuk kebutuhan iodium pada usia 0-3 tahun yaitu 90 g
(0.09 ppm), begitu pula pada anak usia diatas 3 tahun kebutuhan iodiumnya
dapat tercukupi yaitu 120g (0.12 ppm) (AKG 1998). Sehingga kecukupan
iodium dari bahan pangan kacang hijau tersebut adalah pada orang dewasa
3.253%, pada anak usia 0-3 tahun adalah 5.422%, dan pada anak diatas 3 tahun
adalah 4.067%. Nilai kecukupan ini sangat tinggi, sehingga kacang hijau tersebut
bisa dijadikan sebagai sumber iodium namun hasil yang tinggi tersebut pun dapat
dimungkinkan karena selama praktikum terjadi kesalahan-kesalahan yang
dilakukan.
Kebutuhan iodium ini harus diperhatikan apalagi pada usia balita dan
anak-anak, karena kekurangan iodium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan otak anak pada usia dini. Kekurangan iodium
juga dapat menyebabkan terjadinya gondok (pembesaran kelenjer tiroid),
tekanan darah rendah dan gerakan lamban, kretinisme (hambatan pertumbuhan
fisik dan mental), gangguan pendengaran, bisu. Stimulasi TSH menjadi
berlebihan karenatidak direspon oleh kelenjer tiroid hal ini terjadi akibat defisiensi
iodium. Selain itu, jika kelebihan iodium dapat menyebabkan resiko terjadinya
iodine induced hyperthyroidism dan suplemen iodium dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan pembesaran kelenjer tiroid, seperti halnya kekurangan iodium.
Dalam keadaan berat, hal ini dapat menutup jalan pernapasan sehingga
menimbulkan sesak napas. (Almatsier 2002).
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada praktikum penetapan kadar iodium dengan metode spektrofotometri


ini dapat disimpulkan bahwa pada pengukuran yang dilakukan dengan metode
spektrofotometri yang menggunakan beberapa reaksi seperti KNO3 1 %, NaOH
2%, asam arsenit dan cerium. Kemudian hasil pengukuran pada bahan makanan
masing-masing adalah lays 0.32 mg/100g, SUN beras merah 0.31 mg/100g,
SUN pisang 0.31 mg/100g, taro 0.16 mg/100g, udang 0.14 mg/100g, dan kacang
hijau 0.083 mg/100g . Sehingga yang paling banyak menganding iodium pada
makanan yang dianalisis tersebut adalah lays dan yang paling rendah adalah
kacang hijau. Namun, hasil yang diperoleh belum dapat digunakan sebagai
acuan karena dimungkin selama praktikum terjadi kesalahan-kesalahan yang
dilakukan.

Saran
Sebaiknya praktikum dilakukan sesuai dengan prosedur percobaan yang
sesuai dengan metode yang telah ditentukan. Selain itu, penggunaan pereaksi
serta bahan-bahan lain dan peralatan yang akan digunakanpun harus
diperhatikan. Hal-hal tersebut harus diperhatikan disebabkan karena dapat
mempengaruhi hasil dari percobaan yang dilakukan baik kualitas maupun
keakuratan hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anonim. 2010. Cerium (IV) Sulfat. www.en.wikipedia.org [14 desember 2010].
Anonim. 2010. Iodium. http://www.sarisedap.co.id/infogizi.asp [14 desember
2010].
Anonim. 2010. Spektrofotometri. http://www.chem-is-try.org/ [14 desember
2010].
Astawan Made. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Depok :
Penebar Swadaya.Brody, T. 1999. Nutritional Biochemistry. Second
Edition. Academic Press. University of California at Berkeley, California.
Djokomoeldjanto, R. 1993. Hipotiroidi di Daerah Defisiensi Iodium. Kumpulan
Naskah Simposium GAKI. Hal. 35-46. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Heaton A. 1996. An Introduction to Industrial Chemistry, 3rd edition, New
York:Blackie. ISBN 0-7514-0272-9 [14 desember 2010].
Hopenhayn C. 2006. Arsenic in drinking water: Impact on human health.
Elements2: 103-107.
Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Saputra Yoky E. 2009.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 1996. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty
Poedjiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta.
LAMPIRAN
Hasil Dokumentasi

Gambar 1 Penambahan NaOH Gambar 2 Pencampuran asam


askorbat

Gambar 3 Pembacaan pada Gambar 4 Penyaringan


spektrofotometri dengan kertas saring

Gambar 5 Penambahan Gambar 6 Sampel ditambah


cerium NaOH
Tabel 2 Kadar iodium dari berbagai jenis bahan pangan
Kadar iodium
No. Bahan Pangan Berat sampel A
(mg/100gram)
1 Lays 2,0993 0,026 0,32
2 Taro 2,0785 0,018 0,16
3 Udang 2,1888 0,024 0,14
4 Kacang hijau 2,0202 0,296 0.083
5 SUN beras merah 2,0976 0,041 0,31
6 SUN pisang 2,0363 0,040 0,31

Tabel 3 Larutan standar


[Standar] V. Standar Air bebas ion Absorbansi
0.25 ppm 0.14 2.86 0.009
0.5 ppm 0.29 2.71 0.010
0.75 ppm 0.43 2.57 0.016
1 ppm 0.58 2.42 0.022

y
1.2

y = 1.712x + 0.0087
1
R = 0.9998
Keterangan :
0.8
X = Konsentrasi
0.6 Y = Abnsorbansi

0.4

0.2

0 X
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

Grafik 1 Kurva standar

Perhitungan Kadar Iodium


X Faktor pengenceran
Kadar iodium (mg/g) =
Berat Sampel
Contoh perhitungan kadar Iodium pada Kacang Hijau :
Y= ax+b
0,296=1,712x + 0,008
X=0,168

Kadar Iodium (mg/100g) =

= 0.083 mg/100g

Вам также может понравиться