Вы находитесь на странице: 1из 7

KOMBINASI MUSIK GAMELAN SERTA SENAM LANSIA

UNTUK LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Yuli Mulyawati 1), Meira Erawati 2)

1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universtas Diponegoro


(email: yulimulyawati@gmail.com)
2) Staf pengajar Departemen Maternitas dan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Kedokteran, Universitas Diponegoro (email: mei_ra07@yahoo.co.id)

ABSTRAK

Indonesia pada tahun 1990- 2025 akan mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia sebesar 414%, suatu
angka paling tinggi diseluruh dunia. Usia lanjut membawa konsekuensi meningkatnya berbagai penyakit
kardiovaskuler, salah satunya adalah hipertensi yang sering disebut the silent killer. Data tekanan darah di
bulan November- Desember 2011 diperoleh bahwa sekitar 60% dari 115 lansia di Unit Rehabilitasi Sosial
Pucanggading Semarang menderita hipertensi. Kombinasi dari terapi musik dan senam lansia merupakan
salah satu penanganan non farmakologi untuk hipertensi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
keefektifan kombinasi musik gamelan laras pelog dan slendro serta senam lansia terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan
rancangan penelitian one group (pretest- posttest) design. Penelitian dilakukan pada 20 responden melalui
teknik purposive sampling pada bulan Februari 2012 di Unit Rehabiltasi Sosial Pucanggading Semarang.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengukuran tekanan darah secara langsung. Analisis
hasil penelitian menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukan adanya penurunan tekanan
darah sistol dan diastol yang signifikan (p value 0.0001) dengan taraf kesalahan () 0.05 yaitu dari
163,25 mmHg menjadi 146,75 mmHg dan dari 100,50 mmHg menjadi 89,25 mmHg. Kombinasi musik
gamelan laras pelog dan slendro serta senam lansia efektif terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi. Terapi ini direkomendasikan bagi dunia keperawatan sebagai salah satu alternatif dari
keperawatan holistik dalam penanganan hipertensi pada lansia.

Kata kunci : musik gamelan, senam lansia, hipertensi

Kombinasi Musik Gamelan Serta Senam Lansia Untuk Lansia Dengan Hipertensi 87
Yuli Mulyawati, Meira Erawati
Pendahuluan menimbulkan berbagai efek samping,
Bureau of the Census USA misalnya resiko hipotensi postural,
mengeluarkan laporan data demografi gangguan ginjal, perubahan mental dan
penduduk internasional, bahwa Indonesia tingkah laku. Melihat berbagai efek
pada tahun 1990- 2025 akan mempunyai samping dari obat antihipertensi, penangan
kenaikan jumlah lanjut usia sebesar 414%, non farmakologi sangat diprioritaskan.
suatu angka paling tinggi diseluruh dunia Penanganan non farmakologis antara lain
(Hadi,2009).Usia lanjut membawa penurunan berat badan, pembatasan
konsekuensi meningkatnya berbagai alkohol, natrium dan tembakau; latihan dan
penyakit kardiovaskuler. Salah satu relaksasi (Suzanne, 2001). Relaksasi dapat
penyakit kardiovaskuler yang banyak diberikan salah satunya adalah dengan
dialami oleh lansia adalah hipertensi menggunakan musik karena musik terbukti
(Sudoyo & Aru, 2009). Hipertensi disebut menunjukkan efek, yaitu mengurangi
The Silent Killer karena sering kali kecemasan dan depresi, menghilangkan
dijumpai tanpa gejala, yang apabila tidak nyeri, menurunkan tekanan darah, dan
diobati dan ditangani dengan tepat akan menurunkan frekuensi denyut jantung.
menuju pada komplikasi yang lebih parah Terapi musik terbukti dapat
seperti stroke, penyakit jantung dan menimbulkan respon fisiologis pada
pembuluh darah, gangguan ginjal dan kecemasan pasien di Intensive Care Unit
lainnya yang pada akhirnya dapat (ICU) dengan hasil 90% pasien
mengakibatkan cacat maupun kematian menunjukkan penurunan tekanan sistolik,
(Rissa, 2007). 95% pasien menunjukkan penurunan
Data dari Survei Kesehatan Rumah tekanan diastolik (Suhartini, 2008).
Tangga (SKRT) tahun 2009 menunjukkan Suhartini (2011) menyebutkan beberapa
rata-rata penyakit hipertensi di Indonesia penelitian-penelitian mengenai jenis musik
cukup tinggi, yaitu 83 per 1000 orang. yang digunakan untuk terapi musik dalam
Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi penelitiannya, antara lain penelitian Chlan
Jawa Tengah pada tahun 2004, Dinas yang menggunakan western music,
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah classical music, dan new age music.
melaporkan bahwa kasus tertinggi Berbagai jenis musik dapat digunakan
hipertensi adalah kota Semarang yaitu untuk terapi musik selama pasien mengenal
sebesar 67.101 kasus (19,56%) dibanding dan menyukai jenis musik tersebut.
dengan jumlah keseluruhan hipertensi di Sedangkan di Indonesia, khususnya suku
Kabupaten, Kota lain di Jawa Tengah. Jawa memiliki musik tradisional yaitu
Apabila dilihat berdasarkan jumlah kasus gamelan. Gamelan menurut Bodman dan
keseluruhan di Kota Semarang terdapat DeArment pada tahun 2009 dalam
proporsi yang lebih besar yaitu 53,69%. penelitian Suhartini (2011),
Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kota dikarakteristikkan sebagai musik yang
Semarang, hipertensi menjadi urutan ke-4 memiliki harmoni yang lambat, warna nada
dari 10 besar penyakit di Semarang pada yang konsisten dan pitch yang rendah.
tahun 2009 (Yuliana, 2010). Hasil dari Peneliti tertarik menggunakan musik
wawancara yang dilakukan pada kepala gamelan campuran antara laras pelog dan
koordinator Unit Rehabilitasi Sosial laras slendro untuk menurunkan tekanan
Pucanggading Semarang, diperoleh data darah pada lansia dengan hipertensi karena
bahwa kurang lebih 60% dari 115 lansia di Purwadi & Afendy (2006) dalam bukunya
sana menderita hipertensi. mengatakan bahwa keduanya memiliki
Penanganan hipertensi dapat patokan-patokan yang hampir sama.
digolongkan menjadi penanganan non Senam lansia juga merupakan salah
farmakologis dan farmakologis dengan satu penanganan non farmakologis untuk
menggunakan obat antihipertensi. hipertensi pada lansia yang dianjurkan.
Pemberian obat antihipertensi pada lansia Boedhi & Hadi (2004) dalam bukunya
dalam kurun waktu yang lama akan mengatakan bahwa senam lansia jika

88 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 2, November 2013; 87-93


dilakukan secara teratur dapat mencegah tidak sedang menjalani terapi
atau melambatkan kehilangan fungsional komplementer yang lain dan mendapatkan
yang diakibatkan oleh penyakit terapi farmakologis yaitu obat
kardiovaskuler. Beberapa manfaat lain dari antihipertensi pada saat proses pemberian
senam lansia, yaitu dapat mengurangi stress kombinasi terapi musik gamelan laras pelog
(Arifah, 2007), menurunkan tekanan darah dan slendro serta senam lansia berlangsung,
(Kardi, 2004), menurunkan berat badan dan serta kriteria eksklusi yaitu apabila subjek
membakar lemak pada lansia dengan menolak untuk berpartisipasi menjadi
obesitas, serta memperkuat otot-otot responden dalam penelitian ini dan ketika
jantung (Tim Redaksi Vitahealth, 2004). dalam menjalani terapi ini, responden
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkonsumsi obat antihipertensi. Data
mengkombinasikan terapi musik gamelan diperoleh sebelum dan setelah pemberian
dengan senam lansia sebagai upaya terapi kombinasi secara langsung melalui
penurunan tekanan darah pada lansia pengukuran tekanan darah menggunakan
dengan hipertensi. tensimeter analog yang telah di kalibrasi
Penelitian ini dapat memberikan sebelumnya. Frekuensi pemberian terapi
manfaat dalam bidang keperawatan holistik, kombinasi yaitu selama 4 hari berturut-turut
keperawatan gerontik, dan keperawatan diberikan terapi musik gamelan laras pelog
medikal bedah, khususnya perawat dapat dan slendro melalui headphone serta senam
berperan dalam meningkatkan dan lansia di Unit Rehabilitasi Sosial
mempertahankan kesehatan kardiovaskuler Pucanggading Semarang pada bulan
pada lansia yang optimal. Peran perawat di Februari 2012.
sini adalah meningkatkan lingkungan yang
tidak membahayakan sistem Hasil
kardiovaskuler. Aplikasi yang dapat Uji kenormalan ini dilakukan dengan
diterapkan untuk mengatasi masalah uji Shapiro-Wilk dengan = 0.05. Data
hipertensi pada lansia dengan memberikan berdistribusi normal jika nilai p value >
intervensi yang tepat agar kesehatan dan data tidak berdistribusi normal jika
kardiovaskuler dapat dipertahankan dan nilai p value < . Hasil normalitas data
ditingkatkan secara optimal. menunjukkan bahwa empat kelompok data
tidak berdistribusi normal yaitu data
Metode tekanan darah sistole pre-test, dengan p
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif value 0,040, data tekanan darah diastole
eksperimen semu (quasi experimental) pre-test, dengan p value 0,003, data tekanan
dengan rancangan penelitian one group darah sistole post-test, dengan p value
(pretest- posttest) design. Sampel pada 0,046, dan tekanan darah diastole post-test,
penelitian ini diperoleh dengan teknik dengan p value 0,022.
purposive sampling yaitu 20 orang lansia
yang memenuhi kriteria inklusi yaitu lansia
dengan usia 60 tahun, tekanan darah A. Analisis Univariat
140mmHg untuk tekanan darah sistole dan Tekanan darah sistole serta diastole
atau 90 mmHg untuk tekanan darah sebelum dan setelah diberikan perlakuan
diastole, menyukai musik gamelan, mandiri kombinasi senam lansia serta terapi musik
atau mampu bergerak bebas, tidak gamelan laras pelog dan slendro pada para
menderita penyakit kardiovaskuler (infark responden.
miokard, gagal jantung, aritmia, stenosis
aorta berat), bersedia menjadi responden,

Kombinasi Musik Gamelan Serta Senam Lansia Untuk Lansia Dengan Hipertensi 89
Yuli Mulyawati, Meira Erawati
Tabel 1
Distribusi tekanan darah sistole serta diastole sebelum dan setelah diberikan perlakuan
kombinasi senam lansia serta terapi musik gamelan laras pelog dan slendro pada para
responden di Unit Rehabilitasi Sosial Pucanggading Semarang, Februari 2012 (n=20)

Variabel Mean Min-max


Pre-test Sistole 166.50 mmHg 140- 230 mmHg 5%
Diastole 101.50 mmHg 80- 150 mmHg
Post-test Sistole 146.50 mmHg 120- 190 mmHg
Diastole 89.00 mmHg 70- 110 mmHg

B. Analisis Bivariat kombinasi mendengarkan musik gamelan


Perubahan tekanan darah sistole dan laras pelog dan slendro serta senam lansia
diastole setelah diberikan perlakuan pada para responden.

Tabel 2
Analisis responden berdasarkan tekanan darah sistole sebelum dan setelah diberikan
kombinasi mendengarkan musik gamelan laras pelog dan slendro serta senam lansia di
Unit Rehabilitasi Sosial Pucanggading Semarang, Februari 2012 (n=20)

Variable Mean Min-max p-value


Sebelum terapi kombinasi Sistole 166.50 mmHg 140- 230 mmHg 0.001 5%
Diastole 101.50 mmHg 80- 150 mmHg
Setelah terapi kombinasi Sistole 146.50 mmHg 120- 190 mmHg
Diastole 89.00 mmHg 70- 110 mmHg

Tabel 2 menunjukkan hasil uji menjadi <140/90 mmHg (Aram dkk, 2003).
Wilcoxon dimana p value = 0.001 (p<0.05). Penanganan yang dilakukan kepada para
Hasil tersebut menunjukkan adanya responden dalam penelitian ini adalah
perubahan tekanan darah sistole dan latihan dengan senam lansia dan relaksasi
diastole pada para responden setelah dengan mendengarkan musik gamelan laras
diberikan kombinasi mendengarkan musik pelog dan slendro (Suzanne, 2001;
gamelan laras pelog dan slendro serta Mansjoer, 2001; Masmuri, 2006)
senam lansia. Hasil analisis tabel 1 juga menunjukkan
bahwa rata-rata tekanan darah sistole dan
Diskusi diastole responden setelah dilakukan terapi
Hasil analisis tabel 1 menunjukkan kombinasi adalah 146.50 mmHg dan 89.00
bahwa rata-rata tekanan darah sistole dan mmHg. Penurunan tekanan darah sistole
diastole responden sebelum dilakukan dan diastole telah sesuai dengan yang
terapi kombinasi adalah 166.50 mmHg dan direkomendasikan yaitu untuk menurunkan
101.50 mmHg, hal ini sesuai dengan hipertensi derajat 2 menjadi batas aman
definisi hipertensi pada populasi lansia 140/90 mmHg (Aram dkk, 2003).
yaitu sebagai tekanan darah dengan tekanan Tabel 2 menunjukkan hasil dimana p value
sistolik diatas 160 mmHg dan tekanan = 0.001. Hasil tersebut menunjukkan
diastolik 90 mmHg (Suzanne, 2001). adanya perubahan tekanan darah sistole dan
Hipertensi dengan rentang 160-179 mmHg diastole pada para responden setelah
untuk tekanan sistole dan 100-109 mmHg diberikan terapi kombinasi.
untuk tekanan diastole, tergolong hipertensi Penelitian ini terdiri dari 19 responden
derajat 2. Data pre-test tekanan darah dari wanita dan 1 responden laki-laki, tetapi
penelitian ini adalah 166.50 mmHg untuk ternyata jenis kelamin tidak mempengaruhi
tekanan sistole dan 101.50 mmHg untuk respon tubuh individu terhadap perlakuan
tekanan diastole, sehingga tergolong dalam yang diberikan, hal ini sesuai dengan hasil
hipertensi derajat 2. Penanganan dilakukan penelitian Fiona Turnbull (2008) di
pada hipertensi derajat 2 untuk menurunkan Australia yang menyatakan bahwa jenis

90 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 2, November 2013; 87-93


kelamin mempengaruhi besarnya resiko kecemasan pasien. Hasil yang diperoleh
angka kejadian hipertensi tetapi tidak membuktikan bahwa musik terapi dapat
dengan respon terhadap perlakuan yang mempengaruhi mood dengan cara
diberikan dalam menurunkan tekanan menstimulasi limbic system, paralimbic
darah. systems, inferior frontal gyrus dan Rolandic
Penelitian ini memperlihatkan operculum, sehingga menimbulkan
gambaran dari tindakan senam lansia dapat perasaan rilek (Dong Soo Kim dkk, 2011;
menurunkan tekanan darah, kolesterol, Madhuri, Rajnee, Kamlesh, 2011).
berat badan dan memaksimalkan asupan Dampak yang kedua adalah
oksigen, massa otot, total body potassium merangsang produksi nitrit oxcid dalam
per fat-free soft tissue, dan lemak di tubuh tubuh yang berfungsi untuk mendilatasi
(Comasia, 2006), hal ini terbukti juga pembuluh darah sehingga dapat menurukan
dalam penelitian Sang Kab Park (2006) di tekanan darah juga (Boedi & Hadi, 2004;
Korea yang memberikan aerobic exercise Rachael, 2006). Dampak ketiga adalah
pada lansia wanita, sehingga diperoleh hasil dapat menciptakan suasana yang
bahwa meskipun aerobic exercise tidak menyenangkan, mempengaruhi mood,
memberikan perubahan pada fungsi mendistraksi dari nyeri ,kecemasan, dan
ventrikel kiri, namun menunjukan pengaruh juga perasaan yang tidak menyenangkan
positif terhadap tubuh yaitu tubuh dapat seperti dalam penelitian Kathi J.Kemper
mengkonsumsi oksigen dan serum lemak (2005). Dampak keempat adalah dapat
secara maksimal. James AB (2010) dalam meningkatkan metabolisme tubuh dan
penelitiannya juga membuktikan bahwa mengurangi lemak pada otot sesuai dengan
exercise dapat mempengaruhi parasympatic hasil dari penelitian Madhuri S (2011) yang
cardiac control dengan cara mempengaruhi meneliti tentang efek dari musik terapi
insulin sensitivity dan glucose metabolism terhadap parameter klinik dan biokimia dari
secondary, sehingga dapat mengurangi metabolic syndrome.
arterial stiffness dan arterioskerosis yang Kombinasi musik gamelan laras pelog
akan memperlancar aliran darah dan dan slendro serta senam lansia pada
menurunkan tekanan darah. dasarnya menggabungkan kedua efektifitas
Terapi musik gamelan yang diberikan penatalaksanaan nonfarmakologi hipertensi
juga memberikan pengaruh terhadap tersebut, dengan kombinasi ini maka akan
penurunan tekanan darah. Hasil dari terjadi pengaruh yang lebih efektif secara
penelitiaan Wendy L. Magee (2002) di fisik dan psikis. Hasil dari penelitian ini
London juga menyimpulkan bahwa musik yang mengkombinasikan senam lansia dan
terapi yang diberikan dalam jangka waktu terapi musik gamelan laras pelog dan
yang singkat dapat memberikan perubahan slendro terlihat efektif.
yang positif pada mood seseorang. Ada
beberapa dampak yang dialami oleh Kesimpulan
responden ketika mendengarkan musik Kombinasi musik gamelan laras pelog
gamelan laras pelog dan slendro. Dampak dan slendro serta senam lansia efektif
yang pertama adalah meningkatnya dalam menurunkan tekanan darah pada
produksi endorphin dan dopamine yang lansia dengan hipertensi dengan adanya
akan menstimulasi system limbic yang perbedaan tekanan darah sistole dan
merupakan pusat pengaturan emosi untuk diastole sebelum dan setelah diberikan
menghasilkan emosi yang positif yaitu kombinasi musik gamelan laras pelog dan
bahagia dan rileks, hal tersebut dapat slendro serta senam lansia, (p value 0.001)
merangsang saraf parasimpatis untuk dengan taraf kesalahan () 0.05. Perubahan
mendilatasi pembuluh darah sehingga yang terjadi adalah nilai rata- rata tekanan
terjadi penurunan tekanan darah (Boedi & darah sistole 166,50 mmHg pada pre-test,
Hadi, 2004; Rachael, 2006). Dong Soo Kim berubah menjadi 146,50 mmHg pada post-
(2011) dalam penelitiannya pada pasien test, dan nilai rata-rata tekanan darah
post stroke, menganalisis efek dari terapi diastole 101,50 mmHg pada pre-test,
musik dalam menurunkan depresi dan

Kombinasi Musik Gamelan Serta Senam Lansia Untuk Lansia Dengan Hipertensi 91
Yuli Mulyawati, Meira Erawati
berubah menjadi 89,00 mmHg pada post- Penerbit Fakultas Kedokteran
test. Universitas Indonesia.
Peneliti lain di sarankan dapat
mengembangkan penerapan metode James AB.dkk. (2010). Effects of the DASH
kombinasi mendengarkan musik gamelan Diet Alone and in Combination with
laras pelog dan slendro serta senam lansia exercise and Weight loss on blood
untuk menurunkan tekanan darah dengan pressure and cardiovascular
kasus lain. Metode yang benar dalam biomarkers in men and women with
mengkombinasikan musik gamelan laras high blood pressure the ENCORE
pelog dan slendro serta senam lansia akan Study.Archieves of Internal Medicine
menghasilkan keefektifan yang optimal The JAMA Network.
dalam menurunkan tekanan darah.
Kardi. (2004). Perbedaan tekanan darah
Daftar Pustaka wanita usia lanjut yang mengikuti
Aram V.dkk. (2003). Seventh Report Of senam lanjut usia dan tidak
The Joint National Committee On mengikuti senam lanjut usia di desa
Prevention, Detection, Evaluation, Semawung, kabupaten Purworejo
And Treatment Of High Blood tahun 2004 (Tesis). Semarang:
Pressure.The Journal of American Universitas Diponegoro.
Heart Association.
Kathi JK. Suzanne CD. (2005). Music as
Arifah. (2007). Hubungan pelaksanaan Therapy. Featured CME Topic:
senam lansia dengan tingkat stress di Complementary and Alternative
wilayah Kauman Ngupasan Medicine. Southern Medical
Gondomanan Yogyakarta. Association.
Universitas Muhamadyah
Yogyakarta. Madhuri S, Rajnee, Kamlesh CM. (2011).
Effects Of Music Therapy On
Boedi D, Hadi M. (2004). Buku ajar geriatri Clinical And Biochemical
ilmu kesehatan usia lanjut. Edisi ke Parameters Of Metabolic Syndrome.
3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas J Bangladesh Soc Physiol. 2011
Kedokteran Universitas Indonesia. December; 6(2): 108-115.

Comasia AR. (2006). A 3-year longitudinal Mansjoer A. (2001). Kapita selekta


study on body composition changes kedokteran. Jakarta: Media
in the elderly: Role of physical Aesculapius.
exercise. Geneva University
Hospital, 1211 Geneva, Switzerland.. Masmuri. (2006). Dukungan keluarga pada
penderita hipertensi di Kelurahan
Dong Soo Kim dkk. (2011). Effects of Sumur Boto Kecamatan Banyumanik
Music Therapy on Mood in Stroke Kota Semarang. Semarang:
Patients. Yonsei Med J 52(6):977- Universitas Diponegoro.
981.
Fiona T.dkk. (2008). Do men and women Potter P, Perry AG, Schrefer S, editor.
respond differently to blood (2001). Fundamental of nursing.
pressure-lowering treatment?Results Piladelphia: Mosby.
of prospectively designed overviews
of randomized trials. European Purwandi, Afendy W. (2006). Seni
Heart Journal. karawitan jawa ungkapan keindahan
dalam musik gamelan. Jogjakarta:
Hadi M. (2009). Buku ajar Boedhi- Hasan Pustaka.
Darmojo geriatri ilmu kesehatan usia
lanjut edisi ke 4. Jakarta: Balai

92 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 2, November 2013; 87-93


Rachael F. (2006). Music therapy as an Hospital, Semarang Central Java,
intervention for pain perception Indonesia. Semarang: Universitas
(tesis). England : Anglia Ruskin Diponegoro.
University.
Sunarno. (2005). Analisis perbedaan hasil
Rissa K. (2007). Karakteristik penderita pengukuran tekanan darah antara
hipertensi yang dirawat inap di lengan kanan dengan lengan kiri
bagian penyakit dalam rumah sakit pada penderita hipertensi di RSUD
umum kota Padang Panjang Sumatra DR. H. Abdul Moeloek Propinsi
Barat Tahun 2002-2006. Medan: Lampung. Semarang: Universitas
Universitas Sumatra Utara. Diponegoro.

Sang-Kab Park. dkk. (2006). The Effect of Suzanne CS. (2001). Buku ajar
Long-term Aerobic Exercise on keperawatan medikal bedah Brunner
Maximal Oxygen Consumption, Left & Suddarth, volume 2, edisi 8.
Ventricular Function and Serum Jakarta : EGC.
Lipids in Elderly Women. Journal of
Physiological Anthropolog. Tim Redaksi Vitahealth. Hipertensi. (2004).
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sudoyo, Aru W. (2006). Buku ajar ilmu
penyakit dalam, jilid III, edisi IV. Wendy L.dkk. (2002). The Effect of Music
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Therapy on Mood State in
Dalam Fakultas Kedokteran Neurological Patients: A Pilot Study.
Universitas Indonesia. Journal of Music Therapy
XXXIX.American Music Therapy
Suhartini. (2011). Music and music Association.
intervention for therapeutic purposes
in patients with ventilator support: Yuliana R. (2010). Asuhan keperawatan
gamelan music perspective. Nurse keluarga Tn. A dengan masalah
media journal of nursing, 1. utama kardiovaskuler : hipertensi
khususnya Ny. S di wilayah kerja
Suhartini. (2008). The effects of music on puskesmas Grogol Sukoharjo.
reducing anxiety in patients in Surakarta: Universitas
Intensive Care Unit of Karyadi Muhammadiyah Surakarta.

Kombinasi Musik Gamelan Serta Senam Lansia Untuk Lansia Dengan Hipertensi 93
Yuli Mulyawati, Meira Erawati

Вам также может понравиться