Вы находитесь на странице: 1из 17

Analisis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Terhadap

Kepuasan Kerja Karyawan, Studi Pada PT. PJB. UP Brantas (Perusahaan yang Bergerak
Pada Bidang Pemeliharaan dan Pembangkitan Listrik)

Firman Syahifudin Estiawan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono 165 Malang
Firmanestiawan@gmail.com

Dosen Pembimbing

Lily Hendrasti Novadjaja, SE, MM

Abstract :
This study aims to demonstrate the influence of system safety and occupational health
management on employee job satisfaction. This study uses explanatory (explanation) with a
quantitative approach. Collection of data obtained from questionnaires to employees spread as
many as 69 people in the sample. Analysis of the data used in this study is a linear regression, F
test and t test. The results can be summarized as follows. First, the variable of Occupational
Safety and Health Management System (SMK3) consists of variable management commitment
and policy to wards K3, K3 planning, implementation K3, K3 inspection and management
review and improvement SMK3 simultaneously together have asignificant influence on job
satisfaction employees. Second, the policy variables and management's commitment K3, K3
implementation, and management reviewand improvement of the partial SMK3 have a
significant influenceon employee job satisfaction. Third, the implementation of variable K3
dominant influenceon employee job satisfaction.

Keywords: Safety and Health Management System (SMK3), Job Satisfaction

Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan. Penelitian ini menggunakan metode
explanatory (Penjelasan) dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data diperoleh dari
menyebar kuesioner kepada karyawan sebanyak 69 orang sebagai sampel. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, uji F dan uji t. Hasil penelitian
dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, variabel dari Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang terdiri dari variabel komitmen dan kebijakan manajemen
terhadap K3, perencanaan K3, implementasi K3, pemeriksaan K3, dan tinjauan manajemen dan
peningkatan SMK3 secara simultan bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kepuasan kerja karyawan. Kedua, variabel komitmen dan kebijakan manajemen terhadap K3,
implementasi K3, dan tinjauan manajemen dan peningkatan SMK3 secara parsial mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Ketiga, variabel implementasi K3
berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja karyawan.

Kata Kunci :Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Kepuasan Kerja

PENDAHULUAN
Memasuki era industrialisasi yang bersifat global pada saat ini yang ditandai dengan
persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut semua perusahaan untuk mengoptimalkan
seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi. Kualitas
produk yang dihasilkan tidak terlepas dari peranan sumber daya manusia sebagai faktor utama
yang berperan dalam pelaksanaan proses produksi suatu perusahaan.
Sumber daya manusia sebagai asset terpenting yang dimiliki perusahaan harus
diperhatikan keselamatan dan kesehatannya pada saat bekerja. Masalah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering diabaikan oleh sebagian besar
perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja, seperti yang
dikutip dari web detik.com hari Selasa, 16 Oktober 2012 telah terjadi 96.400 kecelakaan kerja
yang terjadi di tahun 2011 akibat tragedi kecelakaan kerja yang sering terjadi, dari 96.400
kecelakaan kerja yang terjadi, sebanyak 2.144 diantaranya tercatat meninggal dunia dan 42
lainnya cacat. Pada tahun 2012 yang terhitung sampai dengan bulan September jumlah
kecelakaan kerja yang terjadi mulai menurun, akan tetapi angka kecelakaan kerja masih tinggi
yaitu pada kisaran 80.000 kasus kecelakaan kerja.
Masih tingginya jumlah kasus kecelakaan kerja menuntut semua manajemen suatu
perusahaan untuk memperhatikan dengan serius terkait program dan pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan perusahaannya melalui Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang ada dengan selalu mengawasi dan
mengevaluasi kinerjanya. Ada tiga alasan perlunya program-program keselamatan kerja menurut
Ahli keselamatan kerja Willie Hammer yang dikutip dari Moekijat (1999:142) mengatakan
bahwa program-program keselamatan kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok yaitu
moral, hukum, dan ekonomi. Suatu perusahaan menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan
pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka melakukan hal itu untuk
memperingan penderitaan karyawan yang mengalami kecelakaan dan keluarganya. Di samping
alasan moral terdapat juga alasan hukum pelaksanaan program keselamatan kerja. Dewasa ini
terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang keselamatan kerja dan
hukuman terhadap pihak-pihak yang membangkang ditetapkan cukup berat. Berdasarkan
peraturan perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda dan para pimpinan dapat
ditahan apabila ternyata bertanggungjawab atas kecelakaan fatal. Selain alasan moral dan hukum
terdapat alasan ekonomi yaitu kerugian besar tidak hanya dialami oleh karyawan jika terjadi
kecelakaan kerja akan tetapi perusahaan juga akan mengalami kerugian besar melalui ganti rugi
sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) memiliki
tujuan dan sasaran untuk menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Semua permasalahan yang
berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja pada prinsipnya menjadi tanggung jawab
setiap individu. Setiap karyawan sudah sepantasnya berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang
mendukung keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya pada masing-masing lingkungan
kerjanya. Hal ini disebabkan pada masing-masing lingkungan kerjanya karyawan sering
berhubungan dengan berbagai peralatan teknis seperti mesin-mesin produksi perusahaan.
Semakin berkembangnya teknologi dalam proses produksi, maka akan memberikan
kemungkinan yang besar timbulnya pengaruh terhadap tenaga kerja. Adanya teknologi yang
disertai peralatan modern disamping membawa kemudahan dalam berproduksi juga mempunyai
tingkat resiko kecelakaan yang tinggi, tidak hanya peralatan modern yang mempunyai resiko
kecelakaan tinggi, perlatan lama atau mesin-mesin lama pun jika tidak diperhatikan secara
khusus juga akan menyebabkan kecelakaan kerja Oleh karena itu diperlukan ketelitian serta
kewaspadaan yang tinggi dalam mengoperasikannya. Meskipun demikian secara keseluruhan
beban tanggung jawab atas berlangsungnya operasional keselamatan dan kesehatan kerja akan
berada pada manajemen perusahaan itu sendiri. Salah satu jenis kegiatan operasional perusahaan
yang sangat rawan terhadap terjadinya kecelakaan kerja adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang pembangkit listrik.
Sebagai perusahaan penghasil energi listrik dengan kapasitas tinggi dan teknologi yang
canggih serta investasi yang tinggi, tentunya perusahaan juga tidak bisa lepas dari resiko
kecelakaan kerja selama waktu proses operasi. PT. PJB Unit Pembangkitan Brantas memiliki
lingkungan kerja yang berdekatan dengan daerah saluran listrik bertegangan tinggi, oleh karena
itu PT. PJB Unit Pembangkitan Brantas harus bisa mengantisipasi bahaya yang mungkin akan
mengancam keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya ketika berada di lingkungan kerja
yang memiliki tingkat resiko kecelakaan kerja tinggi dengan selalu mengawasi proses
pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3). Dengan memaksimalkan SMK3 PT. PJB Unit Pembangkitan Brantas
akan dapat mencegah kerugian yang bisa saja terjadi dari adanya kecelakaan kerja. Selain itu
diharapkan baik secara sistem maupun operasionalnya maka pada saatnya nanti karyawan akan
memiliki perasaan aman dan nyaman dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dengan kondisi ini
diharapkan kepuasan kerja karyawan pada masing-masing pekerjaannya akan meningkat.
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah :
1. Apakah Sistem Manajemen Keselamatan Kerja berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap kepuasan kerja karyawan?
2. Apakah Sistem Manajemen Keselamatan Kerja berpengaruh secara simultan terhadap
kepuasan kerja karyawan?
3. Variabel-variabel dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mana yang
berpengaruh secara dominan terhadap kepuasan kerja karyawan?
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1: Terdapat pengaruh SMK3 yang terdiri dari variabel Komitmen dan Kebijakan manajemen
terhadap K3 (X1), Perncanaan K3 (X2) , Implementasi K3 (X3), Pemeriksaan K3 (X4),
Tinjauan manajemen dan Peningkatan Berkelanjutan SMK3 (X 5) secara simultan terhadap
Kepuasan kerja karyawan
H2: Terdapat pengaruh SMK3 yang terdiri dari variabel Komitmen dan Kebijakan Manajemen
terhadap K3 (X1), Perncanaan K3 (X2) , Implementasi K3 (X3), Pemeriksaan (X4), Tinjauan
manajemen dan Peningkatan Berkelanjutan SMK3 (X5) secara parsial terhadap Kepuasan
kerja karyawan
H3: Variabel Komitmen dan Kebijakan Manajemen terhadap K3 berpengaruh dominan terhadap
Kepuasan kerja karyawan pada PT. PJB UP Brantas.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS


Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Ramli (2009:46), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu
sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran, dan
pengawasan. Secara normatif sebagaimana terdapat pada PP No.50 Tahun 2012 pasal 1, Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Dasar Hukum Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Secara konstitusional program K3 di Indonesia diatur oleh undang-undang dan sejumlah
peraturan lainnya.Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah memandang persoalan K3 sebagai
sesuatu yang penting, baik bagi karyawan maupun perusahaan. Secara khusus undang-undang
ketenagakerjaan dalam bagian penjelasan menyebutkan bahwa upaya keselamatan dan kesehatan
kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja serta
meningkatkan derajat kesehatan para karyawan atau buruh dengan cara pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan pengobatan
dan rehabilitasi (Dcpnakertrans , 2004)
Tujuan Penerapan SMK3
Maksud dan tujuan dari pencrapan SMK3 adalah scbagai bcrikut (Ramli, 2009:48).
a. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi
b. Sebagai sertifikasi
c. Sebagai dasar pemberian penghargaan (awards)
d. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi
Proses SMK3
Proses sistem manajemen K3 menggunakan pendekatan PDCA (plan-do-check-action)
yaitu mulai dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan dan tindakan perbaikan. Dengan demikian
sistem manajemen K3 akan berjalan terusmenerus secara berkelanjutan selama aktivitas
organisasi masih berlangsung. Sistem manajemen K3 dimulai dengan penetapan kebijakan K3
oleh manajemen puncak sebagai perwujudan komitmen manajemen dalam mendukung
penerapan K3.Kebijakan K3 selanjutnya dikembangkan dalam perencanaan. Tanpa perencanaan
yang baik, proses K3 akan berjalan tanpa arah (misguided), tidak efektif dan efisien.
Berdasarkan basil perencanaan tersebut, dilanjutkan dengan penerapan dan operasional, melalui
pengerahan semua sumber daya yang ada, serta melakukan berbagai program dan langkah
pendukung untuk mencapai keberhasilan.
Secara keseluruhan, basil penerapan K3 harus ditinjau ulang secara berkala oleh
manajemen puncak untuk memastikan bahwa SMK3 telah berjalan sesuai dengan kebijakan dan
strategi bisnis serta untuk mengetahui kendala yang dapat mempengaruhi
pelaksanaannya.Dengan demikian, organisasi dapat segera melakukan perbaikan dan langkah
koreksi lainnya.
Pengertian Kepuasan Kerja
Menurut Kreitner (2005:202) kepuasan merupakan respon emosional setiap pegawai
terhadap pekerjaan yang dibebankan terhadapnya.Respon ini bisa terjadi dalam bentuk menyukai
atau tidak menyukai pekerjaan tersebut.Kepuasan kerja juga dapat diartikan sebagai pemikiran,
perasaan dan kecenderungan tindakan seseorang, yang merupakan sikap seseorang terhadap
pekerjaan (Vecchio, 1995 dalam Wibowo, 2007). Pandangan senada dikemukakan oleh Winardi
(2004:216) kepuasan kerja merupakan sikap yang dimiliki oleh individu sehubungan dengan
pekerjaannya dimana sikap ini timbul akibat dari persepsi individu terhadap pekerjaannya,
didasarkan pada faktor lingkungan kerja seperti gaya penyelia, kebijakan dan prosedur, afiliasi
kelompok kerja, kondisi kerja, dan tunjangan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Robbins (2001:149) mengatakan ada empat variabel yang berkaitan dengan
kerja yang menentukan atau mendorong kepuasan kerja:
1. Kerja yang secara mental menantang; pekerjaan-pekerjaan yang memberikan mereka
kesempatan untuk menggunakan ketrampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan
beragam, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakannya.
2. Ganjaran yang pantas; sistem upah dan kebijakan promosi yang adil.
3. Kondisi kerja yang mendukung; Karyawan lebih menyukai keadaan fisik sekitar yang tidak
berbahaya dan merepotkan. Temperatur, cahaya, keributan dan faktor-faktor lingkungan lain
seharusnya tidak ekstrim (terlalu lebih banyak atau sedikit) misalnya terlalu panas atau
remang-remang.
4. Rekan sekerja yang mendukung; kebutuhan interaksi sosial, perilaku atasan dan minat
pribadi.
Manfaat Kepuasan Kerja
Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Robinson dan Corners (2000),
diperkirakan tidak kurang dari 3.350 buah artikel yang berkaitan dengan kepuasan kerja,
mneyebutkan bahwa kepuasan kerja akan memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
a. Menimbulakan peningkatan kebahagiaan hidup karyawan.
b. Peningkatan produktivitas dan pretasi kerja.
c. Penguranan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku karyawan.
d. Meningkatkan gairah dan semangat kerja.
e. Mengurangi tingkat absensi
f. Mengurangi labor turn over (perputaran tenaga kerja)
g. Mengurangi tingkat kecelakaan kerja
h. Mengurangi keselamatan kerja
i. Meningkatkan motivasi kerja
j. Menimbulkan kematangan psikologis.
k. Menimbulkan sikap positif terhadap pekerjaannya.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif explanatory.Jenis penelitian explanatory merupakan penelitian yang digunakan untuk
menguji hipotesis tentang adanya hubungan variabel-variabel (hubungan sebab akibat)
(Sugiyono, 115:2008).
Unit Analisis Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Pembangkit Jawa Bali Unit Pembangkitan Brantas Malang Jl.
Basuki Rachmat 271 Karang Kates, Sumber Pucung, Kab. Malang. Obyek penelitian ini adalah
karyawan PT. Pembangkit Jawa Bali Unit Pembangkitan Brantas.
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.(Sugiyono, 90:2010) Sesuai dengan ruang lingkup penelitian, populasi
yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah seluruh karyawan PT. PJB UP Brantas yang
berjumlah 224 orang.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.(Sugiyono, 91:2005) Jumlah populasi pada penelitian ini diketahui sebanyak 224 orang,
maka jumlah populasi yang diambil sampel berdasarkan pendapat Slovin yaitu:
n = N / (1 + N.e2)
n = 224 / (1 + 224. (0,102))
= 69,13 (dibulatkan menjadi 69 orang)
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Jumlah populasi
e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
dapat ditoleransi (10%)
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah hal penting dalam penelitian karena data yang diperoleh
sangat menunjang keberhasilan peneliti yang dilakukan dalam penelitian ini teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah: Wawancara, Kuesioner , Studi Pustaka, dan Dokumentasi.
Skala Pengukuran
Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala pengukuran interval sedangkan tipe
skala yang digunakan diadaptasi dari model Likert antara 1 sampai dengan 5, dari segi
pandangan statistic. Skala dengan lima tingkatan (dari 1 sampai 5) lebih tinggi keandalannya dari
skala dua tingkatan yaitu ya atau tidak.
Kategori dari penilaian skala Likert ;
1. Sangat Setuju :5
2. Setuju :4
3. Kurang Setuju :3
4. Tidak Setuju :2
5. Sangat Tidak Setuju :1

HASIL ANALISIS
Gambaran Umum Objek Penelitian
Profil PT. PJB
PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB) berdiri pada 3 Oktober tahun 1995 yang sebelumnya
bernama PT. PLN PJB II.Sejak berdiri PT PJB ikut serta dalam mendorong perkembangan
perekonomian nasional melalui penyediaan energy listrik yang ekonomis, bermutu tinggi, dan
handal. Untuk mendukung tersedianya energi listrik di sistem Jawa Bali PT PJB telah
mengoperasikan 8 Unit Pembangkitan (UP) dengan total kapasitas terpasang sebesar 6519 MW
dan asset setara kurang lebih Rp. 41,5 triliyun serta disukung oleh 2.203 karyawan. PT. PJB
berkembang menjadi produsen energi listrik kelas dunia dengan kapasitas, mutu, kehandalan,
dan layanan yang diberikan mampu memenuhi standar internasional.
Salah satu Unit Pembangkitan (UP) PT PJB yang mengelola pembangkit listrik tertua adalah
UP Brantas. Unit ini mengoperasikan 13 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang tersebar
sepanjang aliran Sungi Konto dan Sungai Brantas Jawa Timur.Sebagian besar PLTA yang
dioperasikan UP Brantas merupakan peninggalan jaman Belanda, salah satunya bahkan sudah
beroperasi sejak 70 tahun yang lalu.
Sebagai salah satu Unit Pembangkitan PT. PJB yang memiliki produk dan layanan utama
untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Malang, Blitar, Tulungagung, Madiun, Ponorogao
dan sekitarnya, UP Brantas tumbuh dan berkembang menjadi pembangkit listrik yang efisien dan
peduli akan lingkungan. UP Brantas selalu berusaha menjadi perusahaan pembangkit listrik yang
ramah lingkungan dan memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar dengan melaksanakan
program Community Development. Kini UP Brantas juga berkembang dan menjalankan berbagai
bidang usaha yang terkait dengan bidang pembangkitan yang antara lain: jasa Operation and
Maintenance (O&M) Pembangkit, konsultan bidang pembangkitan, pendidikan dan pelatihan
tata kelola pembangkitan, pendidikan dan pelatihan energi terbarukan, serta usaha lain yang
dalam rangka memanfaatkan secara maksimal potensi yang dimiliki perusahaan.
Gambaran Umum Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 45 responden, melalui
penyebaran kuesioner, maka dapat diperoleh gambaran umum tentang karakteristik responden
yang telah diteliti sebagai berikut :
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambaran tentang karakteristik berdasarkan jenis kelamin responden yang diteliti
nampak dapat diketahui bahwa sebanyak 74% responden adalah laki-laki.Hal ini dikarenakan
UP. Brantas lebih banyak merekrut laki-laki sebagai karyawan, karena dalam proses bisnisnya
UP Brantas lebih banyak membutuhkan tenaga teknis daripada nonteknis, seperti dalam bidang
Engineering, bidang Operasi dan Pemeliharaan mesin pembangkit, sehingga pekerjaan dalam
bidang tersebut membutuhkan banyak peran laki-laki karena kemampuan teknis pada umumnya
dimilki oleh karyawan laki-laki yang cenderung memiliki fisik yang kuat daripada wanita.
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Gambaran tentang karakteristik berdasarkan usia responden yang diteliti dapat diketahui
bahwa jumlah yang terbesar pada karyawan UP. Brantas adalah memiliki rentang usia 41-50
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan tergolong dalam usia mantap untuk
bekerja dan diharapkan dapat loyal terhadap perusahaan.
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Gambaran tentang karakteristik berdasarkan pendidikan responden yang diteliti sebagian
besar berpendidikan terakhir sarjana sebesar 46.4%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan karyawan UP. Brantas sudah cukup tinggi. Karyawan yang berpendidikan tinggi
pada umumnya dapat memahami arti penting keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga
karyawan-karyawan tersebut diharapkan dapat mentaati peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja.
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Gambaran tentang karakteristik berdasarkan masa kerja responden yang diteliti dapat
diketahui bahwa masa kerja karyawan UP.Brantas yang terbesar berada pada rentang waktu >20
tahun yaitu sebesar 38%. tersebut dapat dikatakan bahwa karyawan memiliki masa kerja relatif
lama. Masa kerja yang lama menunjukkan bahwa karyawan tersebut sudah profesional.
Deskripsi Jawaban Responden
Deskripsi Jawaban Variabel Komitmen dan Kebijakan Manajemen terhadap K3 (X1)
Dalam variabel Komitmen dan Kebijakan Manajemen terhadap K3, terdapat tiga item
pertanyaan. Adapun distribusi frekuensi jawaban tersaji dapat diketahui bahwa pada item (X 1.1)
yaitu Perusahaan berkomitmen untuk memenuhi perundangan dan persyaratan K3, sebagian
besar responden menjawab sangat setuju sebanyak 45 responden dari 69 responden. Pada item
kebijakan sesuai dengan tujuan dan sasaran K3 serta penyusunannya melibatkan karyawan
(X1.2)sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 37 responden dari 69 responden.Pada
item Kebijakan didokumentasikan, diimplementasikan, dan dikomunikasikan kepada semua
pihak yang terkait (X1.3), sebagian besar responden menjawab sangat setuju sebanyak 35
responden dari 69 responden.
Distribusi Frekuensi Variabel Perencanaan K3 (X2)
Dalam variabel Perencanaan K3, terdapat enam item pertanyaan Adapun distribusi
frekuensi jawaban tersaji dapat diketahui bahwa pada item (X 2.1) yaitu Identifikasi kondisi dan
kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya, sebagian besar responden menjawab setuju
sebanyak 43 responden dari 69 responden. Pada item Menentukan tingkat resiko dari setiap
pekerjaan dan pengendaliannya (X2.2), sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 39
responden dari 69 responden. Pada item Konsultasi dengan karyawan, ahli K3, dan pihak-pihak
lain yang terkait dalam penetapan tujuan dan sasaran K3 (X2.3), sebagian besar responden
menjawab setuju sebanyak 36 responden dari 69 responden.Pada item Tujuan dan sasaran harus
terukur, dan konsisten dengan kebijakan K3 (X2.4), sebagian besar responden menjawab setuju
sebanyak 41 responden dari 69 responden.Pada item Program K3 yang terintegrasi (X 2.5),
sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 33 responden dari 69 responden. Pada item
Perundangan dan persyaratan K3 yang sesuai dengan proses bisnis perusahaan (X 2.6), sebagian
besar responden menjawab setuju sebanyak 43 responden dari 69 responden.
Distribusi Frekuensi Variabel Implementasi K3 (X3)
Dalam variabel Perencanaan K3, terdapat enam item pertanyaan. Adapun distribusi
frekuensi jawaban tersaji dapat diketahui bahwa pada item (X3.1) yaitu Ketersediaan
sumberdaya manusia, infrastruktur, teknologi, dan financial, sebagian besar responden
menjawab setuju sebanyak 38 responden dari 69 responden. Pada item Menetapkan,
mendokumentasikan , dan mengkomunikasikan peran, tanggung jawab, tanggung gugat dan
pendelegasian wewenang untuk memfasilitasi manajemen K3 yang efektif (X 3.2), sebagian
besar responden menjawab setuju sebanyak 37 responden dari 69 responden. Pada item
Prosedur kerja atau instruksi kerja baik tertulis maupun tidak tertulis pada setiap jenis
pekerjaan (X3.3), sebagian besar responden menjawab setuju sebanya 33 responden dari 69
responden. Pada item Prosedur untuk tanggap terhadap situasi darurat dan pemulihan situasi
darurat secara cepat (X3.4), sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 33 responden
dari 69 responden. Pada item Prosedur informasi, pelaporan serta pendokumentasian seluruh
kegiatan K3 (X3.5), sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 43 responden dari 69
responden. Pada item Program pelatihan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan kompetensi
kerja K3 seluruh karyawan (X3.6), sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 28
responden dari 69 responden.
Distribusi Frekuensi Variabel Pemeriksaan K3 (X4)
Dalam variabel Pemeriksaan K3, terdapat empat item pertanyaan. Adapun distribusi
frekuensi jawaban tersaji dapat diketahui bahwa pada item (X 4.1) yaitu Pelaksanaan pemantauan
dan pengukuran kinerja SMK3 dilakukan secara berkala, sebagian besar responden menjawab
setuju sebanyak 33 responden dari 69 responden. Pada item Peralatan dan metode pengukuran
yang digunakan sesuai dengan standar K3 (X4.2), sebagian besar responden menjawab setuju
sebanyak 34 responden dari 69 responden Pada item Rekaman data, hasil pemantauan dan
pengukuran digunakan untuk tindakan perbaikan dan pencegahan (X 4.3), sebagian besar
responden menjawab setuju sebanyak 38 dari 69 responden. Pada item Pemilihan auditor yang
independen (X4.4), sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 36 responden dari 69
responden.
Distribusi Frekuensi Variabel Tinjauan Manajemen dan Peningkatan SMK3 (X 5)
Dalam variabel tinjauan manajemen dan peningkatan SMK3, terdapat empat item
pertanyaan.Adapun distribusi frekuensi jawaban tersaji dapat diketahui bahwa pada item (X 5.1)
yaitu Pelaksanaan Tinjauan ulang penerapan SMK3 dilakukan secara berkala, sebagian besar
responden menjawab setuju sebanyak 48 responden dari 69 responden.Pada item Peninjauan
kembali kebijakan, tujuan, dan sararan serta kinerja SMK3 (X 5.2), sebagian besar ressponden
menjawab setuju sebanyak 39 responden dari 69 responden. Pada item Evaluasi efektifitas
penerapan SMK3, dan kebutuhan untuk pengembangan SMK3, sebagian besar responden
menjawab setuju sebanyak 45 responden dari 69 responden. (X5.3).
Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Kerja (Y)
Dalam variabel kepuasan kerja, terdapat tiga item Adapun distribusi frekuensi jawaban
tersaji dapat diketahui bahwa pada item (Y1) yaitu Kondisi lingkungan kerja yang tidak
berbahaya, sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 40 responden dari 69
responden. Pada item Fasilitas dan peralatan kerja yang menunjang (Y 2), sebagian besar
responden menjawab setuju sebanyak 34 responden dari 69 responden.Pada item Suasana
lingkungan kerja yang nyaman (Y3), sebagian besar responden menjawab setuju sebanyak 39
responden dari 69 responden.
Hasil Uji Instrumen Penelitian
Hasil Uji Validitas
Dengan menggunakan rumus tehnik korelasi Product moment, dengan taraf signifikasi
sebesar 5%. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas
Pearson Sig / P-
Variabel Item Keterangan
Correlation ( r ) value
X1.1 0.716** 0,000 Valid
Komitmen dan Kebijakan
X1.2 0.901** 0,000 Valid
Manajemen Terhadap K3 (X1)
X1.3 0.885** 0,000 Valid
X2.1 0.844** 0,000 Valid
X2.2 0.824** 0,000 Valid
X2.3 0.612** 0,000 Valid
Perencanaan K3 (X2)
X2.4 0.829** 0,000 Valid
X2.5 0.833** 0,000 Valid
X2.6 0.779** 0,000 Valid
X3.1 0.786** 0,000 Valid
X3.2 0.880** 0,000 Valid
X3.3 0.842** 0,000 Valid
Implementasi K3 (X3)
X3.4 0.752** 0,000 Valid
X3.5 0.829** 0,000 Valid
X3.6 0.840** 0,000 Valid
X4.1 0.912** 0,000 Valid
Pemeriksaan K3 (X4)
X4.2 0.886** 0,000 Valid
X4.3 0.850** 0,000 Valid
X4.4 0.868** 0,000 Valid
X5.1 0.924** 0,000 Valid
Tinjauan Manajemen dan
X5.2 0.920** 0,000 Valid
Peningkatan SMK3 (X5)
X5.3 0.902** 0,000 Valid
Y1 0.782** 0,000 Valid
Kepuasan Berkaitan dengan Aspek
Y2 0.759** 0,000 Valid
Kondisi Kerja (Y)
Y3 0.732** 0,000 Valid
Berdasarkan Tabel 4.12 validitas menunjukkan keseluruhan item memiliki tingkat
signifikan lebih kecil dari 5%. Dengan demikian item pernyataan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah valid.
Hasil Uji Reliabilitas
Berikut ini adalah nilai statistik uji Alpha Cronbach untuk masing-masing variabel.
Apabila Alpha Cronbach> 0.60, maka dapat dikatakan reliabel.
Tabel 4.13
Hasil Uji Alpha Cronbach
Alpha Tingkat
Variabel
Cronbach Reliabilitas
Komitmen dan Kebijakan Manajemen Terhadap K3 (X1) 0.78 Tinggi
Perencanaan K3 (X2) 0.87 SangatTinggi
Implementasi K3 (X3) 0.89 SangatTinggi
Pemeriksaan K3 (X4) 0.898 SangatTinggi
Tinjauan Manajemen dan Peningkatan SMK3 (X5) 0.893 SangatTinggi
Kepuasan Berdasarkan Aspek Kondisi Kerja (Y) 0.613 Tinggi
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai Alpha Cronbach untuk masing-masing
variabel sudah menunjukkan nilai yang tinggi yaitu di atas 0.6 sehingga dapat dikatakan bahwa
reliabilitas kuesioner untuk masing-masing variabel tinggi atau kuesioner tersebut dapat
diandalkan atau dapat dipercaya.
Hasil Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang digunakan akan benar-benar menyatakan hubungan yang signifikan
dan representative atau disebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), jika model regresi
tersebut telah memenuhi persyaratan asumsik lasik, antara lain:
Uji normalitas
Gambar 4.8
Normal P-P Plot Of Regression Standardized Residual
Sumber: Data Primer diiolah dengan SPSS versi 20, 2013.
Berdasarkan gambar 4.8 di atas terlihat dari titik-titik (poin-poin) menyebar di sekitar
garis diagonal, serta menyebarnya mengikuti arah garis diagonal.Dengan demikian dikatakan
bahwa model regresi linier memenuhi asumsi normalitas.
Uji Multikolinieritas
Dalam mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari Variance
Inflation Factor (VIF).Apabila nilai VIF>10 maka menunjukkan adanya multikolinieritas. Dan
apabila sebaliknya VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
Tabel 4.16
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Independen VIF Keterangan
KomitmendanKebijakanManajemenTerhadap K3 (X1) 3.31557 Non Multikolinier
Perencanaan K3 (X2) 3.678863 Non Multikolinier
Implementasi K3 (X3) 4.163326 Non Multikolinier
Pemeriksaan K3 (X4) 4.567029 Non Multikolinier
TinjauanManajemendanPeningkatan SMK3 (X5) 4.100754 Non Multikolinier
Sumber: Data Primer diiolah dengan SPSS versi 20, 2013.
.Dari hasil perhitungan yang ada di Tabel 4.3 masing-masing variabel independen
menunjukkan nilai VIF yang tidak lebih dari nilai 10, maka asumsi tidak terjadi multikolinieritas
telah terpenuhi.
Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot,Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas atau di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil
pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut ini:
Gambar 4.9
Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data Primer diiolah dengan SPSS versi 20, 2013.
Berdasarkan Gambar 4.9 tersebut terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Hasil Analisis Linear Berganda
X1 : Komitmen dan Kebijakan Manajemen terhadap K3 (X1)
X2 : Perencanaan K3 (X2)
X3 : Implementasi K3 (X3)
X4 : Pemeriksaan K3 (X4)
X5 : Tinjauan Manajemendan Peningkatan SMK3 (X5)
Y : Kepuasan Kerja Karyawan (Y)
Dapat disajikan bentuk persamaan regresi sesuai dengan rumus regresi berganda sebagai berikut
ini: Y = 0.238X1 + 0.136X2 + 0.693X3 + 0.150X4 + 0.153X5
Interpretasi dari persamaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. 1 = 0.238
Nilai koefisien dari variabel X1 adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
peningkatan Komitmen dan Kebijakan Manajemen terhadap K3 (X 1) akan diikuti oleh
peningkatan Kepuasan Kerja Karyawan.
2. 2 = 0.136
Nilai koefisien dari variabel X2 adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
peningkatan Perencanaan K3 (X2) akan diikuti oleh peningkatan Kepuasan Kerja Karyawan.
3. 3 = 0.693
Nilai koefisien dari variabel X3 adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
peningkatan Implementasi K3 (X3) akan diikuti oleh peningkatan Kepuasan Kerja Karyawan.
4. 4 = -0.150
Nilai koefisien dari variabel X4 adalah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
peningkatan Pemeriksaan K3 (X4) akan diikuti oleh penurunan Kepuasan Kerja Karyawan.
5. 5 = 0.153
Nilai koefisien dari variabel X5 adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
peningkatan Tinjauan Manajemen dan Peningkatan SMK3 (X1) akan diikuti oleh
peningkatan Kepuasan Kerja Karyawan.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa semua
variabel sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)berpengaruhsecara
bersama-sama terhadap kepuasan kerja karyawan PT. PJB UP Brantas. Hal tersebut dapat terjadi
dikarenakan salah satu tujuan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) adalah untuk menciptakan suatu kondisi kerja yang aman, nyaman, dan tidak berbahaya
melalui pengelolaan K3 secara sistematis. Secara teori salah satu faktor yang dapat menimbulkan
kepuasan kerja adalah kondisi kerja yang aman, nyaman dan tidak berbahaya, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa Sitem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dapat
menimbulkan kepuasan kerja karyawan PT. PJB UP Brantas.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat dua variabel dari sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan kerja karyawan, dua variabel tersebut adalah perencanaan K3 (X 2) dan pemeriksaan K3
(X4). Hal ini disebabkan dalam kenyataannya proses perencanaan K3 secara keseluruhan pada
semua Unit Pembangkitan (UP) merupakan pedoman yang sudah baku karena telah ditetapkan
oleh manajemen PT. PJB dalam sebuah Pedoman Operaional Baku (POB) tentang SMK3. Dalam
hal ini UP Brantas tidak menentukan proses perencanaan K3 sendiri akan tetapi UP Brantas
hanya menjalankan POB yang dimiliki oleh PT. PJB, sehingga perencanaan K3 tidak begitu
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan UP Brantas. Selain itu, pelaksanaan pemeriksaan
program K3 melalui kegiatan monitoring personil atau karyawan terhadap kaidah K3 pada setiap
jenis pekerjaan yang dilakukan secara sering dan ketat akan menciptakan perasaan tidak nyaman
dan beban tersendiri dalam menyelesaikan pekerjaan. Kondisi tersebut membuat karyawan
merasa tidak nyaman terhadap pelaksanaan monitoring personil, dan pada akhirnya karyawan
berupaya untuk mengabaikan keberadaan monitoring personil tersebut, sehingga pelaksanaan
pemerikasaan K3 melalui monitoring personil tidak begitu berpengaruh terhadap kepuasan kerja
karyawan UP Brantas.
Dari hasil uji t dan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel komitmen dan
kebijakan manajemen terhadap K3 (X1) memiliki nilai yang tidak terlalu besar, sehingga
hipotesis ketiga yang menduga bahwa variabel komitmen dan kebijakan manajemen terhadap K3
(X1) berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja karyawan ditolak. Hipotesis tersebut ditolak
karena pada kenyataannya komitmen dan kebijakan manajemen terhadap K3 pada PT. PJB UP
Brantas sebenarnya sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari adanya komitmen pimpinan
untuk memenuhi semua ketentuan K3 yang berlaku seperti penggunaan alat keselamatan,
membuatkan safety permit dan memberikan safety briefing sebelum melakukan pekerjaan. Akan
tetapi dalam pelaksanaanya semua kebijakan yang ada belum dikomunikasikan secara maksimal
kepada seluruh karyawan yang ada baik karyawan tetap maupun karyawan kontrak atau
outsorcing.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel implementasi K3 (X 3) merupakan
variabel dominan yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Variabel
implementasi K3 memiliki nilai koefisien paling besar daripada variabel lain. Implementasi
program K3 pada UP Brantas mengacu pada manajemen K3 atau OHSAS 18001 dan POB PJB
tentang Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3). UP Brantas dapat dikatakan telah
sukses mengimplementasikan program K3 dilingkungan kerjanya yang terbukti dengan
pengahargaan zero accident setiap tahunnnya. Implementasi K3 UP Brantas meliputi kegiatan
menyediakan sumberdaya manusia pada bidang LK3 sebagai pengelola aspek K3 dalam
organisasi, mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat tentang semua insiden dan
kejadian terkait K3 kepada semua karyawan, membuat prosedur kerja atau instruksi kerja baik
tertulis maupun lisan pada setiap jenis pekerjaan. Selain itu UP Brantas juga telah memiliki
prosedur untuk tanggap terhadap situasi darurat yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen
Pengamanan (SMP) seperti pencegahan kebakaran dll. Untuk mendukung implementasi program
K3 UP Brantas memberikan program pelatihan yang tepat dan sesuai dengan tingkat resiko dari
setiap jenis pekerjaan semua karyawan. Semua kegiatan implementasi program K3 yang
mengacu pada OHSAS 18001 dan POB LK3 PJB yang diterapkan UP Brantas sebelumnya telah
dikembangkan berdasarkan hasil identifikasi resiko dan disesuaikan dengan proses bisnis UP
Brantas. Dalam hal ini proses bisnis UP Brantas adalah pembangkitan tenaga listrik dengan
mengoperasikan 13 PLTA. Dengan demikian kesesuaian implementasi semua program K3
dengan hasil identifikasi resiko dan proses bisnis UP Brantas inilah yang dapat menciptakan rasa
aman dan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja melalui pengelolaan SMK3 yang
komprehensif kepada semua karyawan, sehingga dapat memberikan kepuasan kerja kepada
semua karyawan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terdiri dari variabel komitmen dan
kebijakan manajemen terhadap K3, perncanaan K3, implementasi K3, pemeriksaan K3,
dan tinjauan manajemen dan peningkatan SMK3 berpengaruh bersama-sama terhadap
kepuasan kerja karyawan. Dengan kata lain semakin baik SMK3 maka semakin baik
pula faktor kepuasan kerja karyawan (hipotesis pertama diterima).
2. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh
secara parsial terhadap kepuasan kerja karyawanPT.PJB UP Brantas antara lain
variabelkomitmendankebijakanmanajementerhadap K3, implementasi K3, dan tinjauan
manajemendan peningkatan SMK3, sedangkan variabel perencanaan K3 dan
pemeriksaan K3 merupakan variabel yang tidak berpengaruh secara parsial. Dengan kata
lain semakin baik perencanaan K3 dan pemeriksaan K3 maka tidak akan
mengakibatkan peningkatan kepuasan kerja karyawan (hipotesis kedua ditolak)
3. Berdasarkan hasil penelitian ini variabel dominan adalah variabel implementasi K3. Hal
ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga (H3) yaitu komitmen dan kebijakan manajemen
terhadap K3 adalah variabel dominan yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja
karyawan ditolak.
Saran
1. Melihat besarnya pengaruh Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) terhadap kepuasan kerja karyawan, maka penting bagi PT. PJB UP Brantas
untuk meningkatkan kinerja SMK3 sehingga kepuasan kerja karyawan akan semakin
tinggi.
2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi K3 merupakan variabel
yang paling berpengaruh, oleh karena itu untuk mewujudkan implementasi K3 yang
lebih baik sebaiknya PT. PJB UP Brantas dapat mencantumkan dengan jelas tanggung
jawab terhadap K3 kedalam uraian tugas dan jabatan setiap individu dalam organisasi.
Pelaksanaan K3 pada akhirnya terletak di tangan masing-masing individu dalam
organisasi, oleh karena itu sangat dibutuhkan adanya peran serta dan tanggung jawab
seluruh individu untuk menjalankan program K3 di lingkungannya masing-masing.
3. Pada hasil pengujian didapatkan hasil dimensi variabel Perencanaan K3 dan
pemeriksaan K3 memperoleh urutan pengaruh terhadap kepuasan kerja paling rendah.
Prosedur perencanaan K3 yang mengacu pada POB PT. PJB, sebaiknya segera diadakan
perbaikan. Tindakan perbaikan dapat dilakukan dengan menetapkan prosedur
perencanaan K3 yang sesuai dengan hasil identifikasi potensi bahaya serta dalam
penetapannya melibatkan semua karyawan sehingga kepuasan kerja karyawan dapat
meningkat. Pelaksanaan pemeriksaan program K3 melalui kegiatan monitoring personil
atau karyawan terhadap kaidah K3 pada setiap jenis pekerjaan sebaiknya dilakukan
secara berkala sesuai kebutuhan saja, jika dilakukan terlalu sering dan ketat
dikawatirkan ada kecenderungan bahwa karyawan akan mengabaikan keberadaan
monitoring personil tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
.2009, Prosedur Operasional Baku (POB) Penerapan Manajemen Lingkungan, Keselamatan &
Kesehatan Kerja (LK3) di Lingkungan PT. Pembangkitan Jawa Bali, Tahun 2009.
. 2012, Bagan Susunan Jabatan (BSJ) Unit Pembangkitan Brantas,Tahun 2012.
Ahmad Sudiro, Misbahuddin Azzuhri, dan Nur Prima Waluyowati, 2009, Pelatihan Teknik
Penulisan Karya Ilmiah untuk Peningkatan Kualitas Skripsi bagi Mahasiswa Jurusan
Manajemen, Modul Pelatihan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,
Malang.
Arikunto Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian (Pendekatan Praktik), Rineka Cipta, Jakarta
Asad, 2003, Psikologi Industri: Seri Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia, Liberty,
Yogyakarta.
Bungin, Burhan H.M, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana, Jakarta
Christianti, 2009, Pengaruh Pelaksnaan Program K3 terhadap Produktivitas Karyawan (Studi
pada PT. DOK dan Perkapalan Surabaya, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang.
Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan IV, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gujarati, Damodar N, 2006, Dasar-dasar Ekometrika, Erlangga, Jakarta.
Hasibuan, Malayu S.P, 2005, Manajemen sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Penerbit Bumi
Aksara Jakarta.
Lisnawati, Elsita, 2011, Pengaruh Penghargaan Finansial, Komitmen Profesional, dan Konflik
Peran Terhadap Kepuasan Kerja di Bidang Akuntan Publik (Studi Kasus pada KAP di
Malang dan Surabaya), Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.
Luthans, Fred, 2006, Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia, Andi, Yogyakarta.
Moekijat, 1999, Manajemen Sumber Daya manusia : Manajemen Kepegawaian, CV. Mandar
maju, Bandung
Mugiono, 2008, Modul Aplikasi Komputer Statistik, Jurusan Manajemn Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya Malang
Ramli, Soehatman, 2009, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001,
Dian Rakyat, Jakarta.
Robins, P, Stephen, 2001, Perilaku Organisasi : Konsep, Kontriversi, Aplikasi, Alih Bahasa :
Dr. Hadyana Pujaatmaka dan Drs. Benyamin Molan, Edisi Kedelapan, PT.
Prenhalllindo, Jakarta.
Santoso, Gempur, 2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Prestasi Pustaka,
Jakarta
Siagian, P, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, UNAS dan Pustaka Cidesindo, Jakarta
Silvi Fatikhatul H, 2012, Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kepuasan
Kerja Karyawan Pada Unit Consumer Service Support PT. TELKOM Tbk. KANDATEL
MALANG, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung
Umar, Husein, 1997, Metode Penelitian: Aplikasi dalam Pemasaran.
Variza, 2009, Pengaruh Program K3 terhadap Produktivitas Kerja (Studi pada PT. Batu
Gunung Mulia Divisi Asphalt Mixing Plant, Binuang Kalimantan Selatan), Skripsi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

Вам также может понравиться