Вы находитесь на странице: 1из 3

MORAL DAN AGAMA

Agama secara harfiah dapat berarti tidak kacau


dan jalan, artinya dalam agama terdapat seperangkat aturan yang akan membuat para
penganutnya hidup dalam suasana keteraturan. Pada saat yang bersamaan keteraturan itu
merupakan prasyarat yang harus dipenuhi oleh manusia untuk menjadi jalantercapainya suatu
kehidupan yang selamat dan sejahtera. Moral berasal dari kata Latin mores, jamak dari kata mos,
diartikan dengan adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral sering diterjemahkan dengan
arti susila.
Kata moral pada umumnya dipakai untuk menunjuk kepada suatu tindakan atau
perbuatan yang sesuai dengan ide-ide umum yang berlaku dalam suatu masyarakat. Menunjuk
kepada arti tersebut, kata moral lebih banyak bersifat praktis dari pada teoritis. Moralitas sosial
dengan demikian berarti tindakan-tindakan individu dan masyarakat yang merujuk pada atau
berdasarkan kebiasan-kebiasan atau nilai-nilai tertentu yang telah disepakati bersama.
Moralitas suatu masyarakat (moralitas sosial) bisa bersumber atau didasarkan pada:
nalar sosial, pikiran paraktis untuk tidak menyakiti pihak lain, dan logika atau akal sehat.
Sehingga secaraa ekstrem ada orang yang mengatakan bahwa tanpa agama pun manusia bisa
mengembangkan perilaku-perilaku yang moralis. Bahkan kadang-kadang ditemukan kenyataan
adanya orang yang secara moral dianggap baik, tetapi tidak taat dalam menjalankan ajaran
agama. Dalam masyarakat kadang-kadang muncul ungkapan ekstrem yang lain misalnya
Ngapain shalat, kalau kelakuannya bejat. Ungkapan itu memperlihatkan adanya orang yang
saleh secara individual, tetapi tidak saleh secara sosial.
Berdasarkan nalar sosial kehidupan suatu masyarakat dapat berjalan dengan baik,
meskipun masyarakat itu tidak menganut suatu agama tertentu. Tetapi nalar sosial akan sangat
baik apabila perilaku moral tersebut didasarkan pada agama, karena manusia pada dasarnya
adalah makhluk Tuhan. Keith A. Robert juga mengatakan bahwa pada umumnya individu
penganut agama memandang agama sangat erat hubungannya dengan ajaran moralitas kehidupan
sehari-hari. Fungsi agama yang terpenting adalah memberikan dasar metafisika bagi tatanan
moral kelompok sosial, dan memperkuat ketaatan terhadap norma.
Moralitas dalam agama juga dipandang sebagai sesuatu yang mutlak, divine, dan suci.
Dalam pandangan yang demikian, moralitas adalah sesuatu yang ditempelkan ke dalam
kehidupan manusia melalui wahyu agama, dan bukan sesuatu yang bersifat naluriah. Ini selaras
dengan gagasan moral Kant. Bahwa manusia dalam pandangan ini tidak memiliki kehendak
bebas untuk memiliki penilaian atas suatu perbuatan. Segala pengalaman empirik, juga adat-
tradisi pun tak bisa menjadi landasan dalam menentukan baik atau buruk. Semua mengacu pada
suatu nilai mutlak yaitu wahyu Tuhan.
Dengan doktrinasi yang demikian, wajar jika masyarakat agamis berpikir bahwa tanpa
agama maka tak ada moralitas. Tak ada moralitas, berarti manusia diasumsikan akan berperilaku
bejat. Oleh karena itu Tuhan Yang Maha Esa menurunkan sejumlah tata moral melalui wahyu-
Nya, untuk mengatur manusia.

Dari sisi ini kita melihat, bahwa manusia tanpa agama sama saja dengan makhluk yang
bukan manusia. Perikehidupan tanpa bimbingan agama, artinya sama dengan peri kehidupan
tidak berperikemanusiaan. H. Masoed Abidin, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia Sumbar

Sumber Pustaka
Rinaldi. (2011). Moralitas dan Agama. Diakses pada 19 September 2015, dari
https://katarinaldi.wordpress.com/2011/01/16/moralitas-dan-agama/
Ajat Sudrajat. (2015). Agama dan Moralitas Sosial. Diakses pada 19 September 2015,
dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Agama%20dan%20Moralitas%20Sosial,%205.pdf

http://hidayatynurul.blogspot.co.id/2015/09/moral-dan-agama.html

Вам также может понравиться