Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
M LLUCA MEDICA
Penanggung Jawab
Ketua Redaksi
Dewan Editor
Sekretaris Redaksi
Alamat Redaksi
Abstract
Tropical Infection disease is still the major problem in the world, especially to tropic and sub tropic
countries inclucing Indonesia. There is Soil Helminth Transmitted. it categorized in disease Tropical
Infection. The Most often infection of SHT is caused by Ascaris Lumbricoides (Roundworm). Ascaris
is a big intestine nematode and can be infected human by their egg. Ascaris eggs are passed in the
feces of infected person. If the feces contaminated in soil, then the eggs are desposite on soil. This can
happened when hands or finger that have contaminated dirt on them are put in the mouth. This study
was conducted among mother of Pre School age (3-8) to acertain their knowledge of Infection of
ascaris Lumbricoides. The Benefit of this study is to equal measurement for handling this Infection.
Descriptive method is be used in this study. Sample selection was based on simple random sampling
and data were collected with quitionare.
Results of This study were the respondents had good knowledge about this case. But, relatively poor
on awareness of Ascaris lumbricoides Infection and it transmitted danger.
Abstrak
Infeksi penyakit tropis masih menjadi masalah utama di dunia, terutama untuk negara-negara tropis
dan sub tropis terutama Indonesia. Penularan cacing Tanah dikategorikan dalam Infeksi penyakit
Tropis. Infeksi penyakit ini lebih banyak disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides (cacing gelang).
Ascaris adalah nematoda usus besar dan dapat terinfeksi manusia dengan telur mereka. Ascaris telur
masuk dalam tinja orang yang terinfeksi. Jika kotoran yang terkontaminasi dalam tanah, maka telur
menetas di tanah. Telur ini dapat masuk ketika tangan atau jari yang telah terkontaminasi kotoran pada
anak yang memasukkan jari ke dalam mulut. Penelitian ini dilakukan bagi Ibu yang anaknya usia Pra
Sekolah (3-8) untuk mengetahui pengetahuan mereka tentang penanganan infeksi Ascaris
Lumbricoides. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengukur pengetahuan dalam penanganan
penyakit ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini secara deskriptif. Pengambilan sampel
secara simple random sampling dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian ini adalah responden memiliki pengetahuan yang baik tentang kasus ini. Tapi,
kurangnya kesadaran tentang bahaya penularan Ascaris lumbricoides.
sebagai the big three, yaitu tuberkulosis, 40 hingga 60 persen penduduk Indonesia
HIV/AIDS dan malaria. Di antara penyakit menderita cacingan dan data WHO
infeksi tersebut, ternyata hingga saat ini menyebutkan lebih dari satu milliar
penyakit Parasit terkesan kurang mendapat penduduk dunia juga menderita cacingan.
perhatian dari masyarakat. Hal itu mungkin Sebagian besar penderita cacingan hidup di
karena umumnya penyakit parasitik bersifat wilayah kumuh. Dan penderita di kalangan
kronis dan tidak mengancam jiwa, sehingga anak sekolah pun masih cukup tinggi
masyarakat umum bahkan tenaga kesehatan, (Pedoman Pengendalian Cacingan Tahun
termasuk dokter juga cenderung 2006).
mengabaikannya. Adapun penyakit parasitik Di Indonesia angka infeksi STH masih
penting, tetapi kurang mendapat perhatian cukup tinggi, tetapi intensitas infeksi
yaitu malaria, toxoplasmosis dan cacing bervariasi antar daerah. Hasil survey
usus (Wargosudjono T, 2009). cacingan pada murid Sekolah Dasar pada
Infeksi cacing usus masih merupakan tahun 1986-1991 menunjukkan prevalensi
masalah kesehatan masyarakat di negara sekitar 60-80%, sedangkan untuk semua
berkembang termasuk Indonesia. Dikatakan umur berkisar 40-60%. Hasil Survei Subdit
pula bahwa masyarakat pedesaan atau Diare tahun 2002 dan 2003 di 40 sekolah
daerah perkotaan yang sangat padat dan dasar di 10 provinsi menunjukkan
kumuh merupakan sasaran yang mudah prevalensi 2,2-96,3%. Keberadaan cacing di
terkena infeksi cacing (Moersintowarti B, dalam usus manusia dapat mempengaruhi
1992; WHO, 2013). proses pemasukan (intake), pencernaan
Menurut WHO, Soil-Transmitted (digestive), penyerapan (absorbtion), dan
Helminth merupakan salah satu penyakit metabolisme makanan (Wargosudjono, T).
infeksi yang cukup sering terjadi di berbagai Provinsi Maluku merupakan salah satu
belahan dunia, dan biasanya mengenai provinsi kepulauan di Indonesia. Yang
kelompok masyarakat golongan ekonomi terletak antara 20 30- 90 Lintang Selatan
rendah. Infeksi ini menular melalui Fecal 1240 1360 Bujur Timur, dengan Ibukota
oral, dimana telur dari cacing provinsi yaitu Kota Ambon yang terletak di
berkontaminasi dengan tanah sekitar tempat Pulau Ambon. Jumlah penduduk Maluku
tinggal yang sanitasinya buruk. Organisme hingga Tahun 2007 sebanyak 1.301.962
yang sering menyebabkan infeksi adalah jiwa. Dan untuk penduduk Ambon
The round worm (Ascaris lumbricoides), the sebanyak 256.222 jiwa. Kondisi kesehatan
whipworm (Trichuris trichiura) and the di Maluku masih sangat didominasi oleh
hookworms (Necator americanus and penyakit Infeksi, seperti, Malaria, Diare, TB
Ancylostoma duodenale). Yang tersering Paru, Filariasis, Kusta dan HIV/AIDS.
menyebabkan Infeksi adalah species (Profil Kesehatan Maluku Tahun 2007).
Ascariasis Lumbricoides (WHO, 2013). Prevalensi cacingan untuk Propinsi Maluku
Infeksi cacing usus yang berakibat adalah 55,48%. Hasil pemantauan
menurunnya status gizi penderita juga akan menunjukkan bahwa Prevalensi Kecacingan
menurunkan daya tahan tubuh penderita pada masing-masing Puskesmas di Provinsi
sehingga memudahkan infeksi penyakit lain, Maluku Tahun 2009 adalah Puskesmas
termasuk HIV/AIDS, tuberkulosis dan Rijali 51,7%, Puskesmas Poka 51,6%,
malaria. Secara kumulatif, cacingan dapat Puskesmas Masohi 56,88% dan Puskesmas
menimbulkan kerugian zat gizi berupa Amahai 88,79%. Prevalensi untuk Kota
kalori dan protein serta kehilangan darah Ambon 51,67% dan Kabupaten Maluku
yang sangat berarti (Pedoman Pengendalian Tengah 57,89 %. Telur Cacing yang banyak
Cacingan Tahun 2006). ditemukan adalah cacing gelang dan cacing
Ascariasis adalah penyakit cacing yang cambuk (Pemantauan Penyakit Kecacingan
paling besar prevalensinya diantara penyakit di Provinsi Maluku tahun 2009).
cacing lainnya (Widoyono, 2008). Sekitar
14 Molucca Medica, Volume 5, Nomor 1, Oktober 2012, hlm. 12-18
Pengetahuan
Penyebab Infeksi Cacing
No. Tahu Tidak Tahu
Ascaris lumbricoides
F % F %
1 Masuknya telur cacing 26 55.32 21 44.68
2 Bukan karena konsumsi
17 36.17 30 63.83
daging mentah
3 Bukan karena tidak memakai
3 6.38 44 93.62
sandal
4 Lingkungan kotor 43 91.49 4 8.51
5 Tanah yang tercemar kotoran
manusia yang juga 45 93.75 2 4.26
mengalami cacingan
Pengetahuan
No.
Transmisi Telur Cacing Tahu Tidak Tahu
F % F %
1. Makanan/ tangan yang kotor
yang masuk ke mulut ( hands 44 93.62 3 6.38
to mouth )
2. Tidak menembus kulit 20 42.55 27 57.45
3. Tidak melalui saluran
31 65.96 16 34.04
pernapasan
mulut ( hands to mouth ) 93,62% dan 6,38% pernyataan ke-tiga responden yang tahu
yang tidak tahu. Pernyataan ke-dua tentang transmisi cacing tidak melalui
responden tahu bahwa cacing Ascaris tidak saluran pernapasan sebanyak 65,96% dan
menembus kulit sebanyak 42,55% dan sebanyak 34,04% tidak tahu.
57,45% responden tidak tahu. Pada
karena masuknya telur cacing yaitu Pada pengolahan data didapatkan hasil
sejumlah 26 responden ( 55.32 % ), Pengetahuan tentang Pencegahan Infeksi
lingkungan kotor sejumlah 43 responden ( cacing Ascaris lumbricoides. Data
91,49% ), dan 45 responden ( 93,75% ) menunjukkan bahwa pengetahuan dari
mengetahui bahwa penyakit Ascariasis ini responden sudah cukup baik. Ditunjukkan
juga disebabkan oleh tanah yang tercemar dengan jumlah responden yang menyetujui
kotoran manusia yang juga mengalami bahwa cuci tangan sebelum makan adalah
cacingan. Di sisi lain pengetahuan sebanyak 45 responden (95,74%). Selain itu,
responden mengenai penyebab infeksi sebanyak 46 responden (97,87%) juga
cacing Ascaris lumbricoides ini juga dapat menyetujui tentang pentingnya cuci tangan
dikatakan masih kurang bila ditinjau dari sebelum ibu menyiapkan makanan.
data yang menunjukan bahwa masih ada Pengetahuan tentang cara cuci tangan dari
93.62% responden yang tidak tahu bahwa DEPKES juga sudah banyak diketahui oleh
infeksi cacing Ascaris lumbricoides ini tidak responden. Sebanyak 34 responden
disebabkan oleh perlakuan individu yang (72,34%) mengetahui hal ini.
tidak memakai sandal dan hanya 36,17% Penelitian Wisnungsih (2004)
(17 responden) yang mengetahui bahwa menunjukkan bahwa ada hubungan antara
penyakit Ascariasis ini tidak disebabkan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian
oleh perlakuan individu yang memakan infeksi cacing. Upaya pencegahan dan
daging mentah. penanggulangan infeksi kecacingan dapat
Data menunjukkan pengetahuan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan
responden tentang transmisi telur cacing perilaku keluarga tentang hygiene
Ascaris lumbricoides sudah cukup baik. Ini perorangan serta sanitasi lingkungan dan
dapat dilihat dari banyaknya responden yang makanan meliputi mencuci tangan sebelum
mengetahui tentang transmisi telur cacing makan dan sehabis buang air besar.
melalui makanan atau tangan yang kotor Untuk bahaya Infeksi cacing sendiri,
masuk ke mulut (hands to mounth) sebanyak banyak juga responden yang belum tahu,
92,62%. Hasil ini dibuktikan dari penelitian dengan alasan mereka belum melihat secara
Ririn dkk tahun 2008 A. lumbricoides dan T. nyata bahaya cacing yang bisa
trichiura pada pemeriksaan spesimen tinja menyebabkan kematian. Jumlah responden
anak diare. Penularan infestasi yang di yang menyetujui hal ini (44,68%), lebih
mediasi oleh lingkungan yang tidak higienis, sedikit dibanding yang tidak menyetujuinya
seperti tanah yang telah terkontaminasi (55,32%). Pentingnya pemberian obat
dengan telur cacing ini dapat diduga cacing juga sudah menjadi perhatian besar
menjadi faktor yang mempermudah bagi responden. Sebanyak 42 responden
terjadinya resiko penularan pada anak yang (89,36%) menyetujui pemberian obat
cendrung sering berkontak dengan tanah cacing sebagai bentuk pencegahan terhadap
pada saat bermain, sehingga resiko cacingan.
penularan kedua cacing ini secara transmisi
fekal-oral sangat mudah terjadi (Ririn
Ayuandani, dkk, 2009). Selanjutnya KESIMPULAN DAN SARAN
sebanyak 65,96% responden mengetahui Kesimpilan
transmisi cacing Ascaris lumbricoides tidak Dari hasil penelitian, tampak bahwa
melalui saluran pernapasan. Selain itu, pengetahuan ibu tentang Infeksi Cacing
masih ada responden yang tidak tahu Lumbricoides pada Anak Usia Pra Sekolah,
tentang transmisi telur cacing Ascaris di Desa Batu Merah, Kota Ambon, sudah
lumbricoides yang tidak dengan cara cukup baik. Hal ini, kemungkinan
menembus kulit yaitu sebanyak 57,45% dan disebabkan oleh sebagian besar responden,
responden yang mengetahui hal ini dengan tingkat pendidikan terakhir SMP.
sebanyak 44,55%. Namun, pengetahuan Ibu tentang penyebab
18 Molucca Medica, Volume 5, Nomor 1, Oktober 2012, hlm. 12-18
dan bahaya infeksi cacing masih rendah. Di misalnya dengan rutin membersihkan
sisi lain prevalensi kecacingan pada anak lingkungan dan juga memperhatikan
usia Pra Sekolah di kawasan Desa Batu kebersihan diri misalnya dengan cuci tangan
Merah tahun 2009 adalah yang tertinggi di dengan sabun sebelum makan terutama pada
Kota Ambon. anak-anak yang senang bermain di
Dengan demikian, perlu dilakukan lingkungan tanah.
penelitian selanjutnya mengenai faktor- Tenaga medis maupun mahasiswa
faktor resiko lain yang mengakibatkan kedokteran juga perlu memberikan perhatian
tingginya prevalensi kecacingan anak usia terhadap masalah ini dengan pemantauan
pra sekolah di Desa Batu Merah Kota yang rutin diselingi pembagian obat cacing
Ambon. Faktor-faktor tersebut antara lain setiap 3 bulan dan juga penyuluhan serta
lingkungan yang padat dan kumuh, sanitasi pemeriksaan kesehatan.
yang buruk, kurangnya kepedulian Pemantauan juga perlu dilakukan oleh
masyarakat terhadap kebersihan diri dan Dinas Kesehatan Kota Ambon agar
juga lingkungan. terwujud dalam perbuatan nyata yang
menunjang upaya pencegahan dan
Saran penanggulangan penyakit Askariasis yang
Perlu ada kerjasama berbagai pihak terus berkembang. Misalnya, upaya
mulai dari masyarakat itu sendiri, peningkatan kesehatan lingkungan dan
mahasiswa terutama mahasiswa kedokteran, pengembangan program pemberantasan
tenaga medis, dan juga pemerintah. penyakit Askariasis yang lebih intensif
Masyarakat perlu meningkatkan kepada orang tua khususnya ibu.
kepeduliannya terhadap lingkungan