Вы находитесь на странице: 1из 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karya tulis ilmiah ini dapat
kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Karya tulis ini disusun agar pembaca
dapat memahami tentang dampak hadirnya Ojek Online terhadap berbagai lapisan
masyarakat. Makalah ini kami susun dengan mencari informasi dari berbagai sumber.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru Bahasa Indonesia, yaitu Ibu
Dra. Mukaromah, M.Pd yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik.

Semoga karya tulis ini dapat mengantarkan ilmu dan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun karya tulis ini telah kami susun sebaik mungkin, pasti
terdapat kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca. Terima kasih.

Tim Penyusun
Firdaus dan Milard

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

ABSTRAK................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................. 2
1.3 Pembatasan Masalah.............................................................. 2
1.4 Perumusan Masalah............................................................... 2
1.5 Tujuan Penelitian..................................................................... 3
1.6 Manfaat Penelitian................................................................... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................... 4


2.1 Kerangka Teoretis.................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Ojek......................................................... 4
2.1.2 Pengertian Masyarakat............................................ 4
2.1.3 Sejarah OjekOnline.................................................. 5
2.2 Kerangka Pemikiran................................................................ 5
2.3 Hipotesis.................................................................................... 6

BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 7


3.1 Populasi dan Sampel.............................................................. 7
3.1.1 Populasi...................................................................... 7
3.1.2 Sampel........................................................................ 7
3.2 Metode Pengumpulan Data................................................... 8
3.2.1 Wawancara................................................................ 8
3.3 Instrumen Penelitian............................................................. 12
3.4 Metode Analisis Data............................................................. 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 14


4.1 Hasil Penelitian...................................................................... 14
4.2 Pembahasan........................................................................... 14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 16


5.1 Kesimpulan............................................................................. 16
5.2 Saran........................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 17
Fitri, Firdaus dan Ramadhani, Mila. 2016.
Pengaruh Ojek Online Terhadap Masyarakat
Karya Ilmiah
Bekasi, Jawa Barat. SMA Negeri 1 Bekasi.

ABSTRAK

Karya ilmiah yang berjudul Pengaruh Ojek Online terhadap Masyarakat ini membahas
tentang bagaimana dampak hadirnya ojek berbasis online terhadap berbagai lapisan
masyarakat, apakah lebih banyak dampak positif atau negatifnya.
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mendapat pengetahuan tenang dampak
positif dan negatif dari pengaruh hadirnya ojek berbasis online terhadap berbagai
lapisan masyarakat, dan dapat mengetahui solusi untuk mengatasi dampak negatif
tersebut.

Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah dengan melakukan
wawancara. Beberapa masyarakat yang kami wawancara adalah pengendara ojek
online itu sendiri, pelanggan Ojek Online, pelanggan angkutan umum, dan pengemudi
ojek konvensional.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angkutan umum memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian,
karena berkaitan dengan distribusi barang, jasa, dan tenaga kerja, serta merupakan inti
dari pergerakan ekonomi di kota.
Salah satu angkutan umum yang paling efektif dan efisien adalah ojek. Ojek atau
ojeg adalah transportasi umum informal di Indonesia yang berupa sepeda motor.
Disebut informal karena keberadaannya tidak diakui pemerintah dan tidak ada izin
untuk pengoperasiannya. Penumpang biasanya hanya satu orang. Ojek banyak
digunakan oleh penduduk di kota-kota besar karena kelebihannya dengan angkutan
lain, yaitu lebih cepat dan dapat melewati sela-sela kemacetan di kota. Biasanya ojek
mangkal di persimpangan jalan yang ramai, atau di jalan masuk kawasan pemukiman.
Semakin pesatnya teknologi di zaman ini yang dinamakan internet, memungkinkan
kita mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat. Salah satunya adalah ojek
tersebut. Kini, di Indonesia, terdapat sebuah layanan ojek online yang memungkinkan
calon penumpang tidak perlu datang ke sebuah pangkalan ojek. Calon penumpang
cukup memesan ojek dari sebuah aplikasi di smartphone, dan ojek akan datang
menjemput.
Kehadiran ojek online ini tentu memicu reaksi dari berbagai lapisan masyarakat yang
menggantungkan hidupnya dengan layanan ojek. Seperti pengguna ojek ataupun
pengendara ojek konvensional.

1.2 Identifikasi Masalah


Melihat semua hal yang melatarbelakangi munculnya ojek online, kami menarik
beberapa masalah dengan berdasar kepada:
1. Adanya kecemburuan sosial yang dimiliki oleh pengendara ojek konvensional.
2. Maraknya penjualan jasa berbasis online.

1.3 Pembatasan Masalah


Karena cangkupan lapisan masyarakat yang begitu luas, maka kami hanya
membataskan penelitian hanya dari segi pengaruh ojek online terhadap siswa SMAN 1
Bekasi, serta kehidupan dari pengendara ojek online itu sendiri dan dampak yang
didapatkan oleh pengendara ojek konvensional.

1.4 Perumusan Masalah


1. Apa dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh hadirnya ojek online?
2. Bagaimana cara mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh hadirnya ojek online?
1.5 Tujuan Penelitian
Karya ilmiah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selain
itu bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai pengaruh hadirnya ojek
online terhadap berbagai lapisan masyarakat dan solusi mengatasi hadirnya dampak
negatif dari ojek online.

1.6 Manfaat Penelitian


1. Bagi siswa
Mendapat pengetahuan mengenai dampak hadirnya ojekonline.
2. Bagi masyarakat
Mendapat solusi atas setiap dampak negatif yang ditimbulkan akibat ojek online.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis


2.1.1 Pengertian Ojek
Ojek atau ojeg adalah transportasi umum informal di Indonesia yang berupa
sepeda motor. Disebut informal karena keberadaannya tidak diakui pemerintah dan
tidak ada izin untuk pengoperasiannya. Penumpang biasanya berjumlah satu orang.
Dengan harga yang ditentukan dengan tawar menawar dengan supir ojek terlebih
dahulu, maka supir ojek tersebut akan mengantar ke tujuan yang diinginkan
penumpangnya. Ojek banyak digunakan oleh penduduk di kota-kota besar karena
kelebihannya dengan angkutan lain, yaitu lebih cepat dan dapat melewati sela-sela
kemacetan di kota. Biasanya ojek mangkal di persimpangan jalan yang ramai, atau di
jalan masuk kawasan pemukiman.

2.1.2 Pengertian Masyarakat


Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi
tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-
individu yang berada dalam kelompok tersebut.
2.1.3 Sejarah Ojek Online
Perusahaan ojek online sendiri didirikan oleh salah satu penumpang ojek
konvensional, Nadiem Makariem. Dengan salah satu tukang ojek langganannya, ia
mengetahui bahwa waktu luang tukang ojek banyak digunakan hanya untuk duduk
menunggu penumpang datang. Sungguh sangat disayangkan jika banyak waktu yang
terbuang percuma hanya untuk menunggu seorang penumpang. Maka dari itu Nadiem
mulai berfikir dan memutuskan untuk membuat sebuah aplikasi seperti media sosial,
yang bisa digunakan oleh tukang ojek untuk memudahkan pelanggannya melakukan
pemesanan secara online. Pada tahun 2011 Nadiem berhasil membuat sebuah
perusahaan dan aplikasi online bernama Go-Jek. Biaya yang dikeluarkan untuk
mendapat layanan ini juga tergolong murah. Untuk jarak 1 10 km, dikenakan biaya
sekitar Rp. 12.000, jarak 11 15 km Rp. 15.000, dan jarak di atas 15 km dikenakan
biaya Rp. 2.000/km.

2.2 Kerangka Pemikiran


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh atau dampak dari hadirnya
ojek online yang sedang menjamur di masyarakat. Masyarakat kota-kota besar
memang mempunyai berbagai rutinitas yang dituntut untuk bergerak cepat. Dengan
hadirnya layanan ojek yang bisa dipesan secara online ini, masyarakat tidak perlu
mencari-cari ojek tersebut.
Namun, setiap hadirnya hal-hal baru, tentu mempunyai segala pro dan kontra.
Masyarakat memang mendapatkan dampak yang positif. Tetapi, ojek konvensional atau
ojek tradisional-lah yang merasa tersisih dengan hadirnya ojek online ini.

2.3 Hipotesis
Ojek online memiliki pengaruh terhadap masyarakat dan ojek tradisional.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel


3.1.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah
yang diteliti (Nursalam, 2002). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
pengemudi Ojek Online di Bekasi, pengemudi Ojek Konvensional, Masyarakat
Yogyakarta, dan murid SMAN 1 Bekasi.
3.1.2 Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Berikut ini orang yang
menjadi sampel untuk mendapat hasil penelitian:
1. Darso, pengemudi Ojek Online
2. Fuad Shidik, pengemudi Ojek Online
3. Tukang becak di Yogyakarta
4. Meutia Alya, siswi SMAN 1 Bekasi
5. Febriyeni Susi, siswi SMAN 1 Bekasi
6. Wawan, pengemudi Ojek Konvensional di depan SMAN 1 Bekasi
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Wawancara
1. Darso, pengemudi Ojek Online di Bekasi

Pertanyaan Jawaban
Sudah berapa lama anda 4 bulan.
menjadi pengemudi OjekOnline?
Apa yang membuat anda tertarik Karena, ada tetangga saya yang
menjadi pengemudi dapat penghasilan sampai 6
Ojek Online? juta/bulan. Jadi saya tergiur.
Dan juga, untuk mencari
pekerjaan tambahan.
Bagaimana suka dan duka anda Sukanya kalau mendapat target
selama menjadi pengemudi poin dan uang tambahan dari
Ojek Online? penumpang. Dukanya, kalau
hujan jadi hambatan dalam
perjalanan, karena macet.
2. Fuad Shidik, pengemudi Ojek Online di Bekasi

Pertanyaan Jawaban
Sudah berapa lama anda 10 bulan.
menjadi pengemudi OjekOnline?
Apa yang membuat anda tertarik Tidak ada pekerjaan lain dan
menjadi pengemudi susah mencari kerja.
Ojek Online?
Bagaimana suka dan duka anda Sukanya, kalau setiap hari
selama menjadi pengemudi target poin tercapai. Dukanya
Ojek Online? kalau berhadapan dengan Ojek
Konvensional.
Bagaimana tanggapan anda Ya kalau bisa para Ojek
mengenai orang yang Konvensional diajak menjadi
beranggapan bahwa menjadi Ojek Berbasis Aplikasi agar
pengemudi Ojek Online itu tidak ada kecemburuan sosial.
berbahaya sebab banyak
pengemudi yang di teror Ojek
Konvensional?

3. Tukang becak di Yogyakarta

Pertanyaan Jawaban
Pak, apakah ada Ojek Onlinedi Ada, tapi hanya sedikit. Karena
Yogyakarta? banyak yang takut sama Ojek
Konvensional. Nantikan dikirain
merebut penumpang.
Lalu, dimana Ojek Online di Di dekat UGM sama sekitar
Yogya tersebar, Pak? jalan Kaliurang.

4. Meutia Alya, siswi SMAN 1 Bekasi

Pertanyaan Jawaban
Apa yang membuat anda tertarik Karena Ojek Online murah dan
menggunakan OjekOnline? cepat.
Bagaimana suka dan duka Sukanya bisa datang tepat
menjadi penumpang OjekOnline? waktu ke tujuan. Dukanya
pernah menunggu
OjekOnline terlalu lama.
Seberapa sering anda Hampir setiap hari, untuk
menggunakan Ojek Online? keperluan pulang sekolah.
Menurut anda, bagaimana Positifnya, orang orang
dampak positif dan negatif menjadi terbantu jika ingin ke
munculnya Ojek Online? suatu tempat yang jauh jadi
lebih cepat. Negatifnya, Ojek
Konvensional merasa tersisih.

5. Febriyeni Susi, siswi SMAN 1 Bekasi

Pertanyaan Jawaban
Mengapa anda tidak begitu suka Karena jarak dekat maupun jarak
menggunakan OjekOnline? jauh harganya relatif sama. Dan
harganya hanya murah saat awal
kita menggunakannya.
Pernahkah anda menggunakan Pernah, hanya dalam keadaan
Ojek Onlinedalam berpergian? darurat.
Mengapa anda lebih memilih Karena, pertama lebih hemat.
angkutan umum daripada Dan seperti yang kita ketahui,
Ojek Online? Karena seperti rata rata pengemudi angkutan
yang kita ketahui, bahwa naik umum sudah lanjut usia, kita bisa
angkutan umum memakan berbagi rezeki dengan menaiki
banyak waktu. angkutannya.
Menurut anda, bagaimana Positifnya, perjalanan jadi cepat
dampak positif dan negatif dan lebih efektif.
munculnya Ojek Online? Negatifnya, driver OjekOnline jadi
mengetahui nomor telepon
beserta alamat rumah kita,
takutnya hal ini disalahgunakan.

6. Wawan, tukang Ojek Konvensional (di depan SMAN 1 Bekasi)

Pertanyaan Jawaban
Apa dampak yang anda Penumpang menjadi lebih sepi.
dapatkan setelah hadirnya Ojek Sebelum ada Ojek Online,
Online? pendapatan saya sekitar Rp.
40.000 Rp. 45.000 sehari.
Sekarang, hanya sekitar Rp.
15.000 Rp. 20.000 per hari.
Kehidupan ekonomi keluarga
saya menjadi lebih sulit.
Mengapa Bapak tidak tertarik Karena persyaratan untuk
untuk ikut bekerja dengan masuk Ojek Online sulit, dan
perusahaan Ojek Online? saya merasa tidak tertarik
karena saya sudah bekerja
menjadi Ojek di depan SMAN 1
Bekasi ini sekitar 18 tahun.

3.3 Instrumen Penelitian


Suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara dinamakan interview. Instrumennya dinamakan pedoman
wawancara atau interview guide.

3.4 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang kami gunakan adalah metode analisis data
kuantitatif. Metode ini menggunakan alat statistik, yaitu analisis data.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan terhadap narasumber,
dapat disimpulkan bahwa Ojek Online sangat berpengaruh pada setiap lapisan
masyarakat, baik penumpang maupun pengendara, serta pengendara Ojek
Konvensional. Pengendara Ojek Konvensional sebagian besar merasa dirugikan
dengan hadirnya Ojek Online. Mereka tidak memiliki keinginan untuk ikut bekerja
dengan perusahaan Ojek Online. Sedangkan para pengendara Ojek Online sangat
berguna untuk masyarakat dan mereka pun mendapat keuntungan yang lebih banyak.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan jawaban para responden yang tertuang di dalam wawancara,
maka terjawablah permasalahan pada bab sebelumnya. Dampak positif hadirnya
Ojek Online ini adalah masyarakat mendapat layanan ojek lebih mudah, murah, dan
cepat. Perusahaan Ojek Onlinejuga membuka lapangan kerja untuk masyarakat,
sehingga masyarakat bisa mendapat penghasilan lebih. Dampak negatif dari hadirnya
Ojek Online adalah bagi para Ojek Konvensional, layanan ini membuat penghasilan
mereka lebih sedikit.
Solusi untuk menangani dampak negatif tersebut adalah, bagi masyarakat,
sebaiknya tidak selalu menggunakan Ojek Online agar bisa membagi rezeki untuk Ojek
Konvensional. Bagi para pengemudi Ojek Konvensional, sebaiknya memiliki kemauan
untuk mengikuti teknologi pada zaman ini. Sehingga bisa ikut bekerja dengan
perusahaan Ojek Online dan menggunakan gadget selama bekerja.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar masyarakat lebih memilih menggunakan Ojek Onlinekarena lebih
mudah, murah, dan cepat.
2. Perusahaan Ojek Online juga membuka lapangan kerja untuk masyarakat, sehingga
masyarakat bisa mendapat penghasilan lebih.
3. Bagi para Ojek Konvensional, layanan Ojek Online ini membuat penghasilan mereka
lebih sedikit.
5.2 Saran
1. Bagi masyarakat, sebaiknya tidak selalu menggunakan Ojek Onlineagar bisa membagi
rezeki untuk Ojek Konvensional.
2. Bagi para pengemudi Ojek Konvensional, sebaiknya memiliki kemauan untuk mengikuti
teknologi pada zaman ini. Jangan selalu menyalahkan teknologi yang berkembang.
Sehingga bisa ikut bekerja dengan perusahaan Ojek Online dan menggunakan gadget
selama bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ojek
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Masyarakat
https://1click2update.blogspot.com/2015/09/sejarah-gojek
https://sarjanaku.com/2011/07/contoh-karya-ilmiyah

Categories Karya Ilmiah, Tugas


Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bagian penting dalam hidup masyarakat.Transportasi
berasal dari kata Latin yaitu transportare, di mana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare
berarti mengangkut atau membawa. Jadi, Transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) ke
sebelah lain atau dari suatu tempat lainnya. Hal ini berarti transportasi merupakan suatu jasa yang
diberikan, guna menolong orang dan barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat
lainnya.Transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa
barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya.1 Transportasi semakin berkembang
mengikuti perkembangan zaman. Pada zaman dahulu transportasi dapat berupa sepeda, sepeda motor,
becak, dan lain-lain. Namun di dalam perkembangannya, transportasi telah mengalami perubahan yang
semakin modern, salah satunya adalah taksi. Taksi merupakan jenis kendaraan yang disewa dengan
sopir, yang digunakan oleh penumpang tunggal atau sekelompok kecil penumpang. Perkembangan
Transportasi juga mencakup pada cara pemesanan dan pembayaran transaksi atas jasa transportasi.

PENELITIAN ILMIAH
Pengaruh Ojek Online Terhadap Transportasi Masyarakat DKI Jakarta

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Belum lama ini muncul sebuah terobosan baru dalam hal transportasi umum, yaitu ojek online
yang bisa dipesan melalui smartphone / telpon genggam kita. Ojek online ini sangat berbeda
system pada ojek ojek biasa yang sud
ah ada dari dahulu yaitu kita harus mencari nya di jalan secara manual terlebih dahulu dan
membayar dengan tarif yang disepakati antara tukang ojek dan penumpang nya. Tapi di ojek
online ini masyarakat hanya tinggal menginstall aplikasi yang sudah disediakan oleh perusahaan
ojek online lalu dengan memilih menu yang tersedia kita sudah dapat melihat ojek online yang
ada di sekitar tempat kita berada, jadi dapat langsung diposisikan dengan yang terdekat sehingga
dapat cepat menjemput kita. Lalu kita tinggal memasukkan alamat tujuan dan seketika muncul
tarif yang harus dibayar oleh pengguna berdasarkan jarak kilometer, bukan hanya untuk sarana
transportasi saja ojek online ini juga dapat kita gunakan untuk keperluan membeli makanan /
mengambil barang-barang kita di suatu tempat. Tetapi dalam penelitian kali ini saya hanya akan
membahas ojek online dalam hal transportasi masyarakat DKI Jakarta saja.
Alasan saya memilih judul pengaruh ojek online terhadap transportasi masyarakat DKI Jakarta
ini ialah karena keadaan ibukota yang semakin padat dan penuh kemacetan dimana mana apalagi
pada jam kerja kantor ataupun hari libur, oleh karena itu masyarakat pasti memilih transportasi
yang cepat & murah walau keamanan sebenarnya agak dibelakangi kepentingan nya. Maka
dengan ini ojek online menjadi fenomena pahlawan masyarakat DKI Jakarta dalam menembus
kemacetan yang semakin parah. Dan berbagai lapisan masyarakat sudah menggunakan nya,
mulai dari pelajar, mahasiswa, karyawan, dll. Maka dengan pesat perusahaan ojek online ini
berkembang dan sekaligus membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah-masalah dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Perlunya pengembangan ojek online yang lebih besar lagi dalam jangkauan nya untuk
alternative solusi transportasi masyarakat DKI Jakarta.
2. Pemanfaatan dalam mengatasi pengangguran karena dapat membuka lapangan kerja baru

1.3 Pembatasan Masalah


Mengingat masalah yang tercakup dalam penelitian ini sangat luas maka penulis membatasi nya
sebagai berikut :
1. Objek penelitian ini adalah bagaimana pengaruh ojek online dalam membantu permasalahan
transportasi di DKI Jakarta.
2. Objek penelitian ini adalah bagaimana pengaruh ojek online dalam membantu mengatasi
para pengangguran yang memerlukan lapangan pekerjaan dengan cepat.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut di
atas maka dapat ditentukan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh ojek online terhadap sarana transportasi alternative bagi masyarakat DKI
Jakarta.
2. Bagaimana pengaruh ojek online dalam sarana membantu para pengangguran untuk
mendapatkan lowongan pekerjaan.

1.5 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sejauh mana pengaruh ojek online terhadap sarana transportasi alternative bagi
masyarakat DKI Jakarta.
2. Mengetahui sejauh mana pengaruh ojek online terhadap sarana membuka lowongan pekerjaan
bagi para penggangguran yang belum mendapatkan pekerjaan.

1.6 Kegunaan Penelitian


Penulisan proposal penelitian dengan judul Pengaruh Ojek Online Terhadap Transportasi
Masyarakat DKI Jakarta ini diharapkan dapat berguna atau bermanfaat sebagai berikut :
1. Peran serta para perusahaan transportasi dan bekerja sama dengan pemerintah untuk
menciptakan dan sealu mengembangkan alternative solusi transportasi bagi masyarakat DKI
Jakarta.
2. Memberikan kontribusi terhadap para pengangguran dalam mencari lowongan pekerjaan dan
peran pemerintah dan perusahaan-perusahaan untuk terus menciptakan lapangan pekerjaan baru
bagi para pengangguran.

BAB 2
LANDASAN TEORI

Ojek atau ojeg adalah transportasi umum informal di Indonesia yang berupa sepeda
motor atau sepeda, namun lebih lazim berupa sepeda motor. Disebut informal karena
keberadaannya tidak diakui pemerintah dan tidak ada izin untuk
pengoperasiannya.Penumpang biasanya satu orang namun kadang bisa berdua. Dengan harga
yang ditentukan dengan tawar menawar dengansopirnya dahulu setelah itu sang sopir akan
mengantar ke tujuan yang diinginkan penumpangnya.
Ojek banyak digunakan oleh penduduk kota-kota besar misalnya di Jakarta. Karena kelebihannya
dengan angkutan lain yaitu lebih cepat dan dapat melewati sela-sela kemacetan di kota. Selain itu
dapat menjangkau daerah-daerah dengan gang-gang yang sempit dan sulit dilalui oleh mobil.
Biasanya mereka mangkal di persimpangan jalan yang ramai, atau di jalan masuk kawasan
permukiman.
Ojek sepeda jarang sekali ditemukan. Meskipun di Jakarta jenis ojek ini lebih dulu ada, yakni
sejak sekitar tahun '60-'70an, ojek sepeda tidak banyak berkembang. Akan tetapi di
sekitar Jakarta Kota dan Tanjung Priok masih banyak ojek sepeda yang beroperasi hingga kini,
walaupun hanya berjarak pendek.

Ojek dapat pula ditemukan di beberapa negara lain di luar Indonesia, termasuk India, Thailand,
dan Britania Raya. Berbeda dengan Indonesia, layanan ojek di negara-negara tersebut ada yang
merupakan layanan transportasi umum resmi.

Layanan ojek online berbasis aplikasi mobile kian populer seiring boomingnya ojek online
bernama Go-Jek. Popularitas bisnis ini juga terus menanjak bersamaan dengan banyaknya kisah
sukses para pengemudinya. Penghasilan diatas rata-rata, serta minimnya modal yang diperlukan,
membuat masyarakat ramai-ramai mendaftar menjadi pengemudi ojek. Sementara di level
penyedia layanan, sejumlah start up pun berlomba-lomba membuat aplikasi yang diharapkan bisa
lebih disukai pasar. Fenomena ini secara langsung juga telah mengubah image ojek yang selama
ini hidup di masyarakat. Ojek tak lagi dipandang sebagai pekerjaan 'rendahan', namun telah
menjelma menjadi profesi yang bonafide dan menjanjikan, Bahkan beberapa di antaranya
dipandang sebagai profesi yang cukup 'gaul'. Sehingga pelakuanya pun kini tak lagi terbatas pada
satu kelompok masyarakat saja.

GOJEK merupakan ojek motor yang saat ini sedang digandrungi oleh masyarakat dikota-kota
besar seperti jakarta, bandung, bali, dan bandung. Selain pelayanannya yang lebih baik dari ojek
konvensional, dukungan teknologi yang mumpuni serta transparansi harga menjadikan GOJEK
banyak diminati oleh masyarakat dikota-kota besar yang sehari-hari harus berjibaku dengan
kemacetan.

Fenomena boomingnya GOJEK menimbulkan beberapa efek positif maupun negatif


dimasyarakat meskipun sepertinya lebih banyak efek positifnya ;). Berikut ini beberapa efek
yang menurut penulis ditimbulkan dari fenomena ojek motor GOJEK :

1. Tingkat kepercayaan masyarakat dalam menggunakan transportasi ojek motor GOJEK


pada khususnya meningkat.
Masyarakat yang biasanya enggan menggunakan jasa tukang ojek konvensional karena beberapa
alasan terutama masalah keamanan dan transparansi harga saat ini seperti mendapatkan angin
segar dengan adanya GOJEK. GOJEK merupakan jawaban atas kekhawatiran yang selama ini
melanda masyarakat dalam memilih mode transportasi ojek, karena GOJEK lebih terorganisir
dengan baik, dan didukung oleh teknologi yang memudahkan pengguna dalam memonitor dan
mengakses layanan yang ditawarkan GOJEK.. dan yang paling penting tarif yang dikenakan
dapat langsung terlihat oleh pengguna sehingga transparansi tarif sangat terjamin.

2. Terjadi benturan dengan tukang ojek konvensional


Ini merupakan salah satu efek negatif dengan boomingnya GOJEK. Namun menurut sudut
pandang penlulis, efek tersebut bukan karena kesalahan dari GOJEK, namun lebih karena kurang
legowonya tukang ojek konvensional dalam menghadapi persaingan dengan GOJEK. Di
beberapa pemberitaan bahkan supir GOJEK sampai diintimidasi dan terjadi kekerasan fisik oleh
tukang ojek konvensional. Padahal sejatinya GOJEK bukan bermaksud untuk mematikan tukang
ojek konvensional, karena tukang ojek konvensional pun diberi kesempatan untuk gabung
dengan GOJEK.

3. Terbantunya masyarakat yang belum memiliki pekerjaan


Ditengah-tengah tingkat pengangguran yang tinggi, GOJEK memberikan secercah harapan
berupa lapangan pekerjaan yang sepertinya saat ini sulit didapatkan oleh masyarakat terutama
bagi masyarakat yang kurang berpendidikan. Karena untuk menjadi GOJEK tidak perlu memiliki
ijazah yang tinggi-tinggi :)

4. Banyaknya karyawan yang mengundurkan diri atau resign untuk menjadi supir
GOJEK
Jika dahulu profesi sebagai tukang ojek dipandang oleh masyarakat sebagai profesi yang kurang
menarik dan "Sexy", saat ini profesi menjadi tukang ojek GOJEK sangat menggiurkan.
Bagaimana tidak ? dibeberapa pemberitaan bahkan ada yang menyebutkan penghasilan supir
GOJEK dalam sehari bisa ratusan ribu bahkan jika rajin bisa sampai mendapat penghasilan satu
juta perhari. Nah silahkan anda kira-kira sendiri dalam 1 bulan supir GOJEK bisa mendapatkan
penghasilan berapa.. Tentunya selain faktor finansial ada pula beberapa alasan yang dijadikan
seseorang untuk lebih memilih menjadi supir GOJEK dibandingkan pekerjaan sebelumnya
seperti kebebasan waktu, ritme kerja, dan manajemen stress yang lebih baik, karena target,
penghasilan dan effort kita sendiri yang atur.

Namun, hal yang menjadi pertanyaan adalah jika saat ini profesi supir GOJEK sangat
menggiurkan terutama dari sisi finansial mungkin hal itu karena proporsi antara supir GOJEK
dan calon pengguna GOJEK masih timpang (supir GOJEK masih sedikit) sehingga supir GOJEK
yang ada saat ini masih dapat meraup keuntungan yang besar (lebih banyak permintaan dari
penawaran). Sedangkan fenomena yang terjadi saat ini sebagian besar masyarakat gabung untuk
menjadi supir GOJEK, baik sebagai sampingan, maupun pekerjaan utama, baik dari masyarakat
yang belum memiliki pekerjaan maupun masyarakat yang sudah mengundurkan diri dari
pekerjaan untuk menjadi supir GOJEK apakah nantinya supir GOJEK akan dapat meraup
penghasilan seperti saat ini karena lebih banyak penawaran daripada permintaan ???

Jasa ojek motor berbasis aplikasi, memang telah menuai perdebatan dari berbagai pihak, mulai
dari keributan dengan ojeg pangkalan, sampai keributan di timeline twitter ketika aplikasi ojeg
itu ngadat operasi. Termasuk Organisasi Angkutan Darat (Organda) yang menyatakan bahwa
kehadiran Gojek sifatnya bertentangan dengan hukum, karena sepeda motor bukan untuk
angkutan umum orang dan barang.
Sekitar bulan Juni lalu, Ketua DPD Organda DKI Jakarta Shafruhan Sinungan mengatakan
sepeda motor bukan diperuntukkan untuk angkutan umum orang dan barang. Ia mengaku,
berkali-kali protes terhadap keberadaan angkutan liar termasuk ojek.

Namun pernyataannya itu diserang balik oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
atau Ahok. Ahok berpendapat Organda seolah mencari keributan setelah adanya Gojek yang
telah memperkenalkan konsep baru. Daripada mengurusi ojek, Ahok berpendapat Organda
sebaiknya fokus membenahi diri.

Ahok mewacanakan mengintegrasikan bus Transjakarta dengan moda transportasi ojek melalui
GoJek atau GrabBike. Keberadaan ojek yang terorganisir itu dinilai sebagai solusi bagi masalah
transportasi Ibu Kota.

Nanti kami rencanakan mendekatkan GoJek dan GrabBike dengan feeder bus. Menyediakan
lahan parkir untuk mereka agar dekat dengan halte Transjakarta, ujar Ahok dalam acara New
Cities Summit 2015 di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta Selatan, Juni lalu.

Ahok menambahkan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa memanfaatkan keberadaan GoJek
dan GrabBike untuk menghadapi kemacetan. Meskipun DKI Jakarta tidak mengantongi
peraturan soal ojek sebagai moda transportasi resmi.

Pengemudi GoJek atau GrabBike sudah diberikan pelatihan soal keselamatan berkendaraan di
jalan. Menurut mantan Bupati Belitung Timur ini profesi tukang ojek juga menjadi penyelamat
bagi warga yang baru kehilangan pekerjaan.

Kami tidak punya peraturan ojek sebagai transportasi publik di Jakarta. Tapi kami bisa
memanfaatkan ojek sebagai solusi untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, tegas Ahok.

Setali tiga uang dengan Ahok, ya mungkin karena bisa mendapatkan proyek kerjasama yang
menguntungkan, CEO dan pendiri Gojek, Nadiem Makarim mengatakan bahwa mereka bekerja
dengan Pemerintah Daerah dan pengelola Busway untuk menciptakan perantara. Jadi, Gojek
akan mengambil peran sebagai layanan yang menghubungkan masyarakat ke halte Busway. Ia
juga mengungkapkan, dengan tujuan mengatasi kemacetan, pihak Gojek berambisi untuk
menjadi jembatan bagi masyarakat dengan cara mengerahkan semua rider Gojek untuk
mengantarkan mereka ke halte Busway. Mengapa halte Busway?
Layanan penghubung ke halte Busway ini bertujuan agar masyarakat semakin bersemangat
untuk menggunakan transportasi umum. Daripada repot-repot mengendarai mobil sendiri dan
ujung-ujungnya kena macet juga, lebih baik pakai ojek motor yang siap mengantarnya langsung
ke halte, sambungnya.

Nadiem juga menambahkan, bahwa kehadiran ojek menjadi satu-satunya solusi feeder atau
pengumpan. Selain mampu menembus kemacetan, ia juga menyatakan bahwa Gojek bisa
membantu penghasilan dan status pekerjaan orang.

Tidak Harus Semua Setuju


Namun begitu, tidak semua orang harus setuju dengan kelas menengah mayoritas yang ada di
Twiter, Nadiem Makarim dan Ahok, kan? Seperti Dewan Transportasi Kota Jakarta, misalnya.
Mereka mengatakan bahwa keberadaan aplikasi piranti lunak seperti Gojek, GrabTaxi, dan
GrabBike ini dipandang dapat membahayakan eksistensi angkutan umum konvensional di
Jakarta. Bahaya dapat muncul jika tidak ada pengaturan untuk penggunaan aplikasi-aplikasi
semacam itu oleh pemerintah daerah atau pemerintah pusat.

Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta Ellen SW Tangkudung, mengatakan bahwa layanan
transportasi berbasis aplikasi tersebut sebenarnya muncul karena kurang baiknya penataan
transportasi publik oleh Pemeritah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah kota-kota besar lainnya
di Indonesia. Apabila tidak diatur, maka penguasaan transportasi publik oleh swasta
dikhawatirkan akan terjadi. Padahal, kata Ellen, Gojek dan aplikasi sejenis itu sebenarnya lebih
tepat sebagai solusi sementara sebelum pemerintah mampu menyediakan transportasi publik
yang memadai.

Jika dibiarkan terlalu lama, secara perlahan angkutan umum yang resmi dapat makin kehilangan
peran, sementara para solusi antara itu sudah terlalu menguasai pasar dan sulit ditertibkan.
Kami khawatir pemerintah menjadi kehilangan sense of urgency bila aplikasi-aplikasi solusi itu
tumbuh kuat, ujar Ellen Jakarta, Agustus lalu.

Ellen berharap pemerintah dapat menyelaraskan kemajuan teknologi informasi dengan


kebutuhan masyarakat jika hendak membuat pengaturan terhadap aplikasi semacam Gojek. Ia
menilai kemajuan teknologi seharusnya mampu dimanfaatkan oleh pemerintah untuk
menyediakan sarana transportasi publik yang baik bagi masyarakat.
Pemprov DKI Jakarta harus cepat agar orang yang menggunakan smartphone betul-betul
merasa angkutan umum merupakan kebutuhan masyarakat urban, ujar Ellen.
Soal ojek beraplikasi, Ellen tidak mempersoalkan, sebab hal itu merupakan tuntutan zaman.
Manajemen transportasi angkutan umum itu diantaranya memberi kemudahan, aman, nyaman,
dan tepat waktu. Jadi tidak ada yang salah apabila layanan aplikasi itu hadir saat ini, tegasnya.

Namun, tidak bisa hal itu dijadikan pembenaran untuk melegalkan gojek. Sebab, kata dia, 70
persen kecelakaan di Jakarta dan menyebabkan orang meninggal adalah kendaraan roda dua.
Tahun lalu, misalnya, jumlah kecelakaan yang melibatkan sepeda motor mencapai 108.883
kecelakaan atau 72 persen dari total kecelakaan sepanjang 2014.

Menurut catatan Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri, total kecelakaan selama setahun kemarin
mencapai 152.130. Kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa juga lebih banyak terjadi pada
sepeda motor. Menurut data Polri, kecelakaan maut sepanjang tahun 2013 mencapai 26.486
orang, dimana 70 persennya merupakan pengendara sepeda motor.

Payung Hukum Peraturan Dan Perundangan


Masalah paling krusial tentu saja soal regulasi. Tanpa payung hukum yang jelas, masa depan
ojek bermerek akan selalu berada di areal abu-abu. Itulah sebabnya, jauh-jauh hari pihak Gojek
mengharapkan pemerintah membuat peraturan tentang ojek.

Saya pikir payung hukum perlu untuk segala aspek, termasuk untuk melindungi pengemudi dan
penumpang ojek. Apalagi, pengojek biasanya dari kalangan ekonomi bawah, kata General
Manager Corporate Relation PT Go-Jek Indonesia Sam Diah, seperti dikutip Bisnis Indonesia,
awal 2015.

Tapi masalahnya, mewujudkan peraturan yang diimpikan itu tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Mau tidak mau, urusan ojek harus masuk gedung parlemen karena Undang-
Undang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan No 22 Tahun 2009 membatasi angkutan umum untuk
kendaraan roda empat ke atas.

Pemerintah pusat, apalagi pemerintah daerah, tidak akan berani mengeluarkan izin operasi untuk
perusahaan mana pun yang mau membuka bisnis angkutan ojek sebelum undang-undang
angkutan jalan direvisi. Dalam undang-undang tersebut, nasib ojek sebenarnya hanya ditentukan
oleh Pasal 47 Ayat 3. DPR cukup menambahkan kalimat huruf a pada ayat tersebut, maka
jadilah ojek resmi sebagai angkutan umum.
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta, Andri Yansyah
mengatakan, perlu ada revisi Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan agar Go-jek
memenuhi kriteria transportasi umum. Go-jek adalah layanan jasa angkutan sepeda motor yang
pengendaranya dibekali dengan smartphone untuk menerima pesanan melalui sebuah aplikasi.

Agar gojek bisa diterima sebagai transportasi umum, harusnya mereka mengajukan revisi
Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 tahun 2009, kata Andri di Balaikota
DKI Jakarta Agustus lalu.

Inisiatif untuk merevisi undang-undang tersebut, menurutnya bisa dari pemerintah, legislatif dan
bisa juga masyarakat. Silahkan saja mengajukan revisi, sekarang yang mempunyai kepentingan
itu siapa, kalau gojek berkepentingan maka pengelola gojek harus berinisiatif, kata Andri.

Menurutnya, sesuai UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tersebut, kendaraan roda dua tidak bisa
menjadi angkutan umum apabila undang-undang tersebut belum direvisi.

Ia pun menyarankan agar pemilik aplikasi Gojek mengajukan revisi undang-undang tersebut
apabila tetap ingin beroperasi. Bagaimanapun kendaraan roda dua tidak bisa menjadi angkutan
umum apabila aturannya belum direvisi, katanya.

Terkait dengan ketiadaan payung hukum ini, keberadaan ojek konvensional dengan Gojek
dianggap sebagai bentuk pembiaran pemerintah terhadap hukum yang berlaku di Indonesia. Hal
itu disampaikan oleh Ketua Presidium Indonesia Traffic Watch (ITW) Edison Siahaan dalam
keterangan persnya, Agustus lalu.

Menurut ITW, menjamurnya sepeda motor yang berubah fungsi menjadi angkutan umum atau
yang dikenal dengan ojek hingga Gojek dinilai akibat kelalaian pemerintah. Sebab UU 22/2009
tentang lalu lintas dan angkutan jalan tidak mengakomodir keberadaan alat transportasi publik
tersebut.

Pemerintah telah melakukan proses pembiaran selama enam tahun. Sebagai bentuk ganti rugi
akibat kelalaian itu, maka pemerintah harus segera menertibkan segala bentuk dan tindakan yang
melanggar aturan, katanya.
Edison mengingatkan, Pasal 137 Ayat 1 dan 2 UU 22 Tahun 2009 secara tegas menyebut
kendaraan roda dua atau sepeda motor hanya untuk angkutan orang dan barang. Bukan untuk
angkutan umum, seperti saat ini terjadi.
Sebagai bentuk ganti rugi akibat kelalaian itu, maka pemerintah harus segera menertibkan
segala bentuk dan tindakan yang melanggar aturan. Itu pun Jika hukum tetap menjadi landasan,
katanya.

Kalau keberadaan ojek akan diakomodir, tidak ada jalan lain segera ajukan revisi UU nomor 22
tahun 2009, tambah dia.

Ojek Aplikasi vs Keruwetan Sistem Transportasi


Ada hal lain yang sering terlupakan dalam obrolan yang biasanya panas dan seru tentang ojek
berbasis aplikasi dan sejenisnya ini, yaitu membludaknya jumlah sepeda motor yang saat ini
sudah seperti kawanan nyamuk di atas got jorok jalanan di Jakarta, mereka merajai jalan kota-
kota besar di Indonesia. Di negara maju seperti Jepang, sepeda motor jarang berseliweran di
jalan-jalan. Motor yang melintasi jalan raya biasanya adalah motor gede atau motor sport.
Padahal Jepang adalah produsen utama sepeda motor di Indonesia. Mengapa di negara maju
sepeda motor dan ojek tidak ada? Karena moda transportasinya sudah tertata rapi dan mampu
mengakomodir mobilitas warganya.

Kondisi berbeda terjadi di Indonesia. Kota-kota besar tidak memiliki sistem transportasi yang
nyaman sehingga masyarakat berbondong-bondong naik sepeda motor. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS), jumlah sepeda motor yang beredar di tanah air hingga tahun 2013 sudah lebih
dari 84,7 juta unit, sementara mobil 11,5 juta unit. Sementara pertumbuhan jumlah bus jauh di
bawah pertumbuhan mobil pribadi atau sepeda motor.

Keprihatinan masyarakat terhadap booming sepeda motor serta-merta beralih ke layanan ojek
berbasis aplikasi yang sedang berusaha menjadikan alat transportasi roda dua sebagai angkutan
umum resmi. Harapan agar pemerintah membatasi dan menekan pertumbuhan sepeda motor pun
terinterupsi oleh gerakan legalitas ojek.

Kemudian, apakah pengguna ojek berbasis aplikasi ini adalah yang selama ini merupakan
pengguna kendaraan pribadi atau pengguna kendaraan umum? Karena jika mereka adalah
pengguna kendaraan pribadi, khususnya mobil, maka bisa jadi macet Jakarta bisa sedikit
berkurang. Namun jika mereka ternyata adalah pengguna kendaraan umum yang melakukan
substitusi pola perjalanan mereka dengan ojek berbasis aplikasi ini, maka tidak akan ada
pengaruhnya kepada kemacetan Jakarta.

Lalu, jangan lupakan hal lain bahwa bagaimanapun, layanan transportasi berbasis aplikasi (ojek
maupun taksi) itu menggunakan kendaraan pribadi yang dikomersilkan. Ini artinya, semakin
bertambah banyak kendaraan pribadi yang melintas di jalanan Jakarta di tengah semakin
buruknya pelayanan transportasi publik dan pertumbuhan jalan yang tak kunjung bertambah.
Semakin tinggi penggunaan BBM di tengah kampanye pengurangan subsidi BBM dan bahan
bakar fosil.

Keinginan Gubernur DKI, yang ingin menggunakan ojeg berbasis aplikasi sebagai feeder bagi
warga menuju halte busway atau stasiun commuterline pada prinsipnya didasari oleh niat baik
(mari terus berpikir positif), namun satu hal yang sepertinya dia lupa saat mengatakan hal di atas,
bahwa masih ada ribuan angkutan kecil (Angkot) yang beroperasi dari dan ke perumahan yang
bisa dijadikan feeder, apalagi karena mereka juga sudah terlanjur mengantongi ijin trayek.

Lalu, bagaimana dengan wilayah-wilayah di DKI Jakarta yang masih banyak tidak terlayani oleh
angkutan umum? Naik apa mereka dari rumah, hingga ke halte busway atau stasiun
commuterline? Gojek? Grabbike? Ubertaxi? Kenapa tidak sediakan dan berpikir yang sederhana
dulu, sebelum menjadi reaksioner terhadap hal yang sedang trend dan populer? Ya, mungkin
memang sedikit susah untuk begitu, karena Gubernur tidak mungkin masuk ke wilayah yang
dipimpinnya yang masih belum terlayani dengan angkutan umum. Mungkin di benaknya itu
tidak mungkin terjadi.

Untuk menyikapi layanan transportasi berbasis aplikasi ini, mungkin lebih baik kita kembali lagi
saja ke akar persoalan, yaitu layanan transportasi publik yang baik, nyaman dan terjangkau serta
pengurangan penggunaan kendaraan pribadi plus pengurangan penggunaan bahan bakar fosil.
Dari situ, barulah pemerintah bisa lebih bijak membuat program bagi warga, juga bijak
menyikapi hal yang sedang trend dan populer. Bagi kita? Ya sama. Nyinyirnya kita, ributnya kita
di status-status media sosial, mungkin juga bisa mengacu ke situ, supaya keributan tentang ini,
trending topic yang tercipta justru bisa mengedukasi orang lain, daripada justru menciptakan
musuh-musuh baru dan twitwar tak mutu yang tak kunjung berkesudahan.

Berdasarkan uraian di atas hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :


1. Dengan pemanfaatan ojek online untuk sarana alternative transportasi masyarakat DKI Jakarta
dapat bermanfaat untuk membantu mengatasi solusi menembus kemacetan ibukota walaupun
masih banyak hal-hal dalam berbagai aspek yang harus diperhatikan dan masih menjadi
pertimbangan hingga sekarang.

2. Dengan pemanfaatan ojek online bagi sarana lowongan pekerjaan bagi para pengangguran
dapat bermanfaat bagi para orang yang belum memiliki pekerjaan atau ingin menambah
penghasilan tambahan di waktu luang sehingga dapat lebih memenuhi kebutuhan hidupnya.

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat & Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian terhadap pengaruh ojek online terhadap transportasi masyarakat DKI Jakarta ini
dilaksanakan di beberapa kantor perusahaan ojek online & berbagai jalan di DKI Jakarta.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini memakan waktu sekitar 3 bulan dan dilaksanakan pada bulan Oktober hingga
bulan Desember tahun 2015.

B. Metode & Desain Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian deskriptif. Peneliti
melakukan survey ke beberapa kantor perusahaan ojek online dan beberapa pengemudi ojek
online di jalanan DKI Jakarta yang menjadi objek penelitian lalu melakukan analisis terhadap
hasil pengaruh transportasi DKI Jakarta yang diakibatkan oleh adanya ojek online ini. Analisis
ini mencakup observasi factor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan adanya ojek online
ini.

C. Pengumpulan Data & Instrumen Penelitian


Pada penelitian ini, instrument yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah
penggunaan quisioner atau angket. Angket ini berisi pertanyaan pertanyaan yang harus dijawab
oleh subjek penelitian yang telah ditetapkan sebagai sampel penelitian. Angket ini diperlukan
untuk memperoleh data berupa respon para masyarakat pengguna jasa ojek online terhadap
hadirnya ojek online sebagai sarana transportasi alternatif.
D. Analisis Data
Dalam penelitian ini kegiatan analisis data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data di
lapangan. Dari data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan cara (1) mereduksi data, (2)
display data, (3) kesimpulan dan verifikasi.

BAB 4
PEMBAHASAN

Perkembangan Ojek Online di Indonesia

Di akhir tahun 2014, hampir tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bila layanan
ojek online akan menjadi sesuatu yang besar tahun ini. Bisnis transportasi on-demand memang
sudah mulai dikenal, salah satunya karena kontroversi kehadiran Uber di Indonesia. Namun
istilah ojek online saat itu belum begitu dikenal. Walau GrabTaxi telah mengujicoba layanan
GrabBike di Vietnam pada bulan Oktober 2014, tidak ada indikasi ketika itu kalau mereka akan
meluncurkannya di Indonesia.

Setahun berselang, berkat kehadiran aplikasi GO-JEK pada bulan Januari dan
layanan GrabBike empat bulan kemudian, ojek online langsung menjadi salah satu
bisnis startup yang paling populer di Indonesia. Persaingan dua startup tersebut kemudian
memicu munculnya startup-startup lain yang juga bergerak di bisnis yang sama, seperti Blu-
Jek, TopJek, LadyJek, dan Jeger Taksi. Bagaimana sebenarnya layanan ojek onlineberubah dari
layanan yang tidak dikenal menjadi sebuah layanan yang sangat populer sepanjang tahun ini?

Semua berkat kehadiran Uber dan GrabTaxi

Walaupun baru berhasil meraih popularitas pada tahun ini, GO-JEK, yang merupakan pelopor
layanan ojek online di Indonesia, sebenarnya sudah dibangun sejak tahun 2010. Pada tanggal 13
Oktober 2015 yang lalu, mereka merayakan ulang tahun yang kelima, maka artinya GO-JEK
sudah mulai beroperasi sejak tanggal 13 Oktober 2010. Nadiem Makarim, CEO GO-
JEK,menceritakan kepada Tech in Asia kalau ia memulai perusahannya dengan sebuah call
center dan 20 pengemudi ojek. Sejak saat itu, GO-JEK terus beroperasi tanpa pertumbuhan yang
signifikan. Baru sekitar pertengahan 2014, mulai ada investor yang berminat untuk berinvestasi
di GO-JEK. Diakui Nadiem, para investor mulai menyatakan minatnya setelah melihat
masuknya Uber dan GrabTaxi ke pasar Indonesia. Pada saat itu, sebenarnya sudah ada penyedia
layanan ojek online, yaituWheel Line dan HandyMantisyang saat ini sudah tidak beroperasi.
Namun GO-JEK berhasil memikat perhatian investor, NSI Ventures.

Peruntungan GO-JEK mulai berubah sejak meluncurkan aplikasi mobile untuk perangkat
Android dan iOS di awal Januari 2015. Mereka pun menjadi satu-satunya layanan
ojek online yang mempunyai aplikasi. Nama GO-JEK semakin dikenal ketika muncul berita
kalau pengemudi mereka bisa mendapat penghasilan mencapai Rp13 Juta per bulan. Saat itu,
GO-JEK mengklaim telah mempunyai 800 orang pengemudi. GO-JEK baru mendapat pesaing
yang sepadan pada bulan Mei 2015, ketika GrabTaxi meluncurkan layanan GrabBike di
Indonesia. Dana besar yang dimiliki oleh GrabTaxi menjadikan layanan baru ini tidak bisa
dipandang sebelah mata. Seluruh pengguna aplikasi GrabTaxi bisa langsung memesan GrabBike
tanpa harus mengunduh aplikasi baru.

Sayangnya, kehadiran GrabBike terkesan terlambat. Saat itu GO-JEK sudah memperluas layanan
di kota Bali dan Bandung dengan total pengemudi yang mencapai 3.000 orang. Tak hanya itu,
GO-JEK pun telah menyediakan layanan GO-FOOD dan Shopping (sekarang bernama GO-
MART), yang hingga saat ini belum diikuti oleh GrabBike.

Tarif promo yang begitu menggiurkan

GO-JEK dan GrabBike mendapat perhatian yang besar dari masyarakat dan media di Indonesia
ketika mulai memberlakukan tarif promo di bulan Juni 2015, dalam rangka menyambut bulan
Ramadan. GO-JEK menetapkan tarif flat sebesar Rp10.000, sedangkan GrabBike, yang punya
sokongan dana lebih besar, memberlakukan tarif lebih murah, Rp5.000. Walau sebelumnya
hanya direncanakan untuk menyambut Ramadan, sambutan positif masyarakat akhirnya
membuat GO-JEK dan GrabBike terus memperpanjang tarif promo tersebut.

Demi melayani permintaan tinggi dari masyarakat yang ingin memanfaatkan tarif promo, GO-
JEK dan GrabBike pun membuka perekrutan pengemudi besar-besaran, awal bulan Agustus
2015. Uniknya, kedua startup ini melakukannya dalam waktu yang hampir bersamaan dan di
tempat yang berdekatan, yaitu di sekitar Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Ribuan orang
ikut mendaftar saat itu. Mereka berharap bisa mendapat penghasilan besar seperti pengemudi
ojek online lain yang sudah bergabung terlebih dahulu.

Sejak Agustus 2015 hingga kini, GO-JEK telah menaikkan tarif promonya menjadi Rp15.000.
Bahkan Nadiem pun memastikan kalau tarif GO-JEK akan terus naik, hingga nantinya pengguna
harus membayar sesuai dengan tarif per kilometer. Langkah ini pun diikuti oleh GrabBike.
Namun, sejauh ini, kenaikan tarif tersebut tidak serta merta membuat para pengguna
meninggalkan kedua layanan ojek online tersebut.

Tarif promo yang diberlakukan GO-JEK dan GrabBike juga menjadi semacam penghalang
perkembangan startup-startup baru di bisnis ojekonline. Nama-nama seperti LadyJek, Topjek,
Blu-Jek, dan Ojek Syari tentu tidak bisa ikut memberlakukan tarif promo jika mereka tidak
mendapatkan investasi dalam jumlah yang besar. Akhirnya, mereka pun jadi kurang diminati
karena tarifnya yang cenderung tinggi. HandyMantis, layanan ojek online yang telah berdiri
sejak tahun 2012, merasakan hambatan yang sama. Mereka memutuskan untuk menutup layanan
mereka pada bulan September 2015 lewat pengumuman di halaman Facebook-nya.

Konflik dengan ojek pangkalan

Jumlah pengemudi yang kian banyak, serta tarif promo yang memanjakan penumpang, membuat
layanan ojek online kian diminati dari waktu ke waktu. Sayangnya, hal ini mengakibatkan
berkurangnya pemasukan tukang ojek konvensional yang biasa disebut ojek pangkalan.
Beberapa tukang ojek pangkalan pun mulai menolak kehadiran ojek online di beberapa tempat.
Untungnya, seiring dengan perjalanan waktu, konflik tersebut kian lama mulai mereda. Ancaman
pihak kepolisian yang akan menindak ojek pangkalan apabila mereka melakukan kekerasan
terhadap ojek online, menjadi salah satu penyebabnya.

GO-JEK yang kian kaya layanan dibanding pesaingnya

Kesuksesan GO-JEK menjadi yang terdepan di bisnis ojek online tidak hanya disebabkan karena
status mereka sebagai yang pertama mempunyai aplikasi mobile. Kecepatan GO-JEK merilis
fitur-fitur baru membuat mereka mampu memecahkan banyak masalah yang dihadapi
masyarakat urban. Hingga saat ini, selain layanan pengantaran orang, GO-JEK juga sudah
mempunyai layanan pengantaran makanan (GO-FOOD), kurir (GO-SEND), pengantaran belanja
(GO-MART), pengantaran barang berukuran besar (GO-BOX), pembersih rumah (GO-CLEAN),
pijat (GO-MASSAGE), kecantikan (GO-GLAM), dan pendeteksi lokasi Busway (GO-
BUSWAY). Tahun depan, mereka dikabarkan akan segera meluncurkan layanan pemesanan
montir dan pembelian tiket secara online.

Keragaman fitur ini bisa dibilang sulit disaingi oleh layanan ojek onlinelainnya. GrabBike, yang
merupakan pesaing terdekat GO-JEK, baru bisa meluncurkan layanan kurir yang diberi nama
GrabExpress.

Pemerintah Masih Pertimbangkan Payung Hukum Ojek Online

Juni 2015, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) masih mempertimbangkan apakah akan


memberikan payung hukum terhadap angkutan sepeda motor atau ojek yang tersambung dengan
aplikasi dalam jaringan atau online. Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Djoko
Sasono mengatakan, pihaknya masih mengamati perkembangan fenomena tersebut di lapangan.
Kajian diperlukan, lanjut Sasono, lantaran ojek online ini bersinggungan dengan dua model
bisnis. Pertamanya, status ojek dengan sistem online tersebut karena inti bisnisnya merupakan
bisnis aplikasi, tetapi sudah mengambil ranah transportasi di bawah Kementerian Perhubungan.
Terpisah, Pengamat Transportasi Universitas Atma Jaya, Djoko Setijowarno menilai, ojek tidak
termasuk ke dalam angkutan umum dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Menurutnya, sepeda motor tersebut bukan untuk angkutan perkotaan di jalan-
jalan utama. Selain itu, menurut Setijowarno, angkutan umum wajib melakukan pengujian
kendaraan bermotor atau uji kir karena terkait keselamatan untuk mengangkut orang. Sementara
untuk sepeda motor tidak melalui uji tersebut. Hal ini ditambah dengan substansi dari Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. Pasal 10 Ayat (4) PP Angkutan Jalan
menyebutkan bahwa, persyaratan teknis untuk sepeda motor meliputi, muatan memiliki lebar
tidak melebihi stang kemudi, tinggi muatan tidak melebihi 900 milimeter dari atas tempat duduk
pengemudi dan barang muatan ditempatkan di belakang pengemudi.

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan larang ojek dan taksi online beroperasi

Kementerian Perhubungan melarang ojek maupun taksi yang berbasis daring (online) beroperasi
karena dinilai tidak memenuhi ketentuan sebagai angkutan umum. Direktur Jenderal
Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Djoko Sasono dalam konferensi pers mengatakan
pelarangan beroperasi tersebut tertuang dalam Surat Pemberitahuan Nomor
UM.3012/1/21/Phb/2015 yang ditandatangani oleh Menteri Perhubungan Ignasius Jonan,
tertanggal 9 November 2015.

Djoko mengatakan surat tersebut juga ditujukan untuk Korps Lalu Lintas Polri, para kapolda dan
gubernur di seluruh Indonesia. Dia menjelaskan pengoperasian ojek dan uber taksi tidak
memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan. Dimana
ketentuan angkutan umum adalah harus minimal beroda tiga, berbadan hukum dan memiliki izin
penyelenggaraan angkutan umum. Djoko mengaku pihaknya tidak masalah dengan bisnis start-
up (pemula) namun menjadi bermasalah apabila menggunakan angkutan pribadi untuk angkutan
umum yang tidak berizin dan tidak memenuhi ketentuan hukum.
Sempat larang, Menhub kembali izinkan ojek online operasi sementara

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menyatakan ojek maupun taksi berbasis aplikasi online
masih diperbolehkan beroperasi sementara waktu. Sebab, transportasi publik sejauh ini belum
memadai. Sejatinya sesuai isi undang-undang nomor 22 tahun 2002 tentang lalu lintas jalan,
kendaraan roda dua tidak termasuk kedalam transportasi umum. Tetapi seiring dengan
Transportasi umum belum bisa melayani kebutuhan masyarakat terutama Jabodetabek, Oleh
karena itu, beliau mengeluarkan perintah untuk memakai fasilitas tersebut hingga transportasi
publik sudah layak. Solusi kedua yaitu pemerintah akan ubah undang-undang. Sehingga
solusinya sementara waktu transportasi berbasis aplikasi tetap diizinkan beroperasi.

Hal ini tidak terlepas dari sikap Presiden Joko Widodo yang langsung memanggil menteri
perhubungan untuk membicarakan permasalahan ojek online ini bersama CEO Go-Jek, Nadiem
Makarim. Presiden berpendapat bahwa Ojek online hadir karena kebutuhan masyarakat dan
masyarakat merasa belum puas dengan transportasi publik yang ada saat ini. Presiden juga
berkata bahwa jangan karena aturan rakyat menjadi susah, seharusnya ojek online harus ditata
bukan dilarang. Presiden juga melihat bahwa salah satu keuntungan dari adanya ojek online yaitu
daya serap tenaga kerjanya yang besar, mampu mengurangi sebagian pengangguran.

Dampak Ojek Online Terhadap Pengangguran dan Kemiskinan

Terbukanya lapangan kerja dari sektor informal, dinilai mampu menurunkan angka kemiskinan
di DKI Jakarta. Berdasarkan data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS) DKI, angka
kemiskinan di DKI menurun sekitar 0,16 persen. Perbandingannya adalah pada September 2014
lalu angkanya mencapai 412.790 orang, namun pada Maret 2015 turun menjadi 398.920 orang.

Kepala BPS DKI, Nyoto widodo mengatakan, walau persentasenya masih terbilang sedikit,
namun saat ini angka kemiskinan di DKI cenderung menurun. Ada beberapa faktor yang memicu
terjadinya penurunan ini. Antara lain adalah, terbukanya lapangan kerja secara luas dari sektor
informal. Seperti bertumbuhnya ojek sepeda motor berbasis aplikasi online. Kemudian
banyaknya penjualan kuliner di berbagai lapisan masyarakat dan sebagainya. Penurunan angka
kemiskinan ini lebih karena terbukanya lapangan kerja. Sayangnya ini hanya terbuka di sektor
informal. Seharusnya pada sektor formal digenjot juga sehingga angka kemiskinan akan
menurun lebih tajam.

Sementara Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengaku senang mengetahui
angka kemiskinan di Jakarta pada tahun ini mengalami penurunan sebesar 0,16 persen
dibandingkan tahun lalu. Menurut dia, salah satu faktor yang menyebabkan turunnya angka
kemiskinan di Jakarta, yaitu semakin banyaknya warga yang berprofesi sebagai tukang ojek
berbasis aplikasi ponsel pintar (smartphone). Tapi menurutnys, itu bukan faktor satu-satunya.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan banyak hal yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi
(Pemprov) DKI untuk menurunkan angka kemiskinan. Salah satunya, yakni dengan melakukan
relokasi warga yang ada di bantaran kali ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Melalui
relokasi, warga memiliki kehidupan yang lebih baik dan mendapatkan hunian yang manusiawi.
Disertai juga dengan menggelar kegiatan bursa lowongan kerja (jobfair) kepada para pencari
kerja.

BAB 5
PENUTUP

KESIMPULAN

Jadi dari pembahasan yang ada diatas, dapat saya simpulkan dengan kehadiran ojek online
berbasis aplikasi di Indonesia menghadirkan berbagai macam polemik dan pandangan dari setiap
orang. Tapi menurut hasil penelitian yang dilakukan BPS, terlihat bahwa hadirnya ojek berbasis
aplikasi ini menjadi salah satu faktor penurunan angka pengangguran dan kemiskinan di DKI
Jakarta, hal ini tidak terlepas dari dibukanya lapangan kerja yang banyak untuk para driver ojek.
Sangat banyak penduduk yang pengangguran kini bekerja sebagai ojek online karena melihat
keuntungan yang diraih menjadi driver ojek online. Meskipun mendapat kecaman baik dari
pemerintah ataupun dari ojek konvensional, namun secara perlahan keberadaan ojek online ini
kini mendapatkan perhatian dimasyarakat. Cukup banyak masyarakat yang beralih ke ojek online
disebabkan cara pemesanannya yang mudah dan tentunya lebih menghemat waktu.

Dan pengaruh ojek online terhadap transportasi masyarakat juga sangat membantu apalagi di
tengah kemacetan ibukota yang sangat sulit ditembus oleh transportasi masyarakat yang lain nya
karena masih terbatas dan kurang memadai sehingga ojek online ini menjadi transportasi
alternative pilihan masyarakat pada saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Ojek

http://www.tribunnews.com/lifestyle/2015/09/21/inilah-10-penyedia-ojek-online-
yang-siap-bersaing-dengan-gojek

http://update-aplikasi-terbaru.blogspot.co.id/2015/08/efek-fenomena-ojek-motor-
gojek.html

http://www.kompasiana.com/hitchiker_12324/ojek-online-bukan-solusi-
transportasi-kota_560df1717397739f0fdf6748

https://id.techinasia.com/kilas-balik-ojek-online-2015/

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5587be0391001/pemerintah-
masih-pertimbangkan-payung-hukum-ojek-online

http://www.merdeka.com/peristiwa/resmi-menteri-jonan-larang-ojek-dan-
taksi-online-beroperasi.html

http://www.merdeka.com/peristiwa/sempat-larang-menhub-kembali-izinkan-
ojek-online-operasi-sementara.html

http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20151218111258-185-99074/menhub-
larang-gojek-jokowi-aturan-jangan-bikin-rakyat-susah/

http://www.beritajakarta.com/read/17153/Ojek_Aplikasi_Turunkan_Angka_
Kemiskinan_di_DKI

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-
nasional/15/10/02/nvl5wf334-wagub-dki-kemiskinan-turun-karena-warga-
jadi-tukang-ojek

Вам также может понравиться