Вы находитесь на странице: 1из 28

A.

Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat

PENDAHULUAN
Penderita gawat darurat
Penderita yang oleh suatu penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan anestesi)
jika tidak segera ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau
meninggal.
Time saving is life saving = waktuadalahnyawa
Tindakan pada menit-menit pertama menentukan hidup atau mati penderita
Tindakan yang harus tepat, cepat & cermat

Karakteristik Kondisi Kegawat-Daruratan:


Tingkat kegawatan pasien sulit diprediksi
Ketebatasan waktu,data & sarana: Pengkajian, diagnosis, dan tindakan
Keperawatan diberikan untuk seluruh usia,
Tindakan memerlukan kecepatan dan ketepatan yang tinggi
Saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan

Prinsip Umum AsKep Gadar


Cepat dan tepat:
a. Triase,
b. Diagnose keperawatan,
c. Tindakan keperawatan,
d. Evaluasi yang berkelanjutan
Pelayanan utama: Penyelamatan hidup dan stabilisasi
Monitoring kondisi pasien setiap sesuai kondisi
Alat kesehatan penyelamat hidup harus selalu siap pakai dan sesuai
Jaga keamanan diri perawat dan pasien
Informasi dan pendidikan kesehatan: cepat, tepat dan mudah dimengerti
Sistem dokumentasi: mudah, cepat, dan tepat digunakan.
Tetap menjaga aspek etik dan legal keperawatan

Emergency Care
Situasi serius yang memerlukan tindakan cepat dan tepat, pada kondisi tidak terduga
yang mengancam kehidupan.
Unit perawatandarurat
Waktu dan informasi terbatas
Intervensi sebelum pengkajian lengkap berdasarkan pengalaman dan penilaian
Evaluasi dalam hitungan menit

Prioritas Manajemen Darurat


Mempertahankan kehidupan
Mencegah kerusakan sebelum tindakan/perawatan selanjutnya
Menyembuhkan klien pada kondisi yang berguna bagi kehidupan

Prinsip Manajemen Darurat


Pertahankan jalan nafas, ventilasi yang adekuat dan lakukan respirasi bila perlu
Kontrol adanya perdarahan dan resikonya
Evaluasi dan pertahankan curah jantung
Cegah dan lakukan perawatan pada keadaan syok
Lakukan pengkajian fisik
Evaluasi ukuran dan reaktifitas pupil dan respon motorik
Lakukan EKG jika perlu
Cekadanya fraktur, termasuk fraktur servikal
Lakukan perawatan luka
Lakukan pengukuran tanda vital

Prinsip Manajemen Kegawatdaruratan


A : Airway
B : Breathing
C : Circulation
D : Disability
E: Exposure

Prinsip Manajemen Kegawatdaruratan Pada Trauma


A : Airway + Cervical Control
B : Breathing + Ventilation
C : Circulation + Hemorrhagic Control
D : Disability
E : Exposure + Hypothermia Prevention
F = Folley Catheter
(kontraindikasi: Ruptur uretra)
Tanda: Keluar darah dari orifisium uretra eksterna
Hematoma di skrotum/supra simphisis
Rectal touse: prostatmelayang
G = Gastric Tube
H = Heart Monitor and Pulse Oksimetri

Intensive Care (PerawatanIntensif)


Proses Keperawatanmemerlukan pemantauan terus menerus
Critical Care ( PerawatanKritis/ Gawat)
Proses Keperawatankeadaan klien gawat

Ruangan Khusus untuk pelayanan dan asuhan keperawatan yang efektif

Dilengkapi dengan alat-alat, fasilitas khusus dan tenaga terlatih

ICU/ICCU
Critical Care

Situasi serius
Tiba-tiba, tidak dapat diduga
Mengancam/cenderung mengancam kehidupan

Tindakan cepat dan tepat

Proses Keperawatan
Sama dengan sistem di ruangan lain
Beda:
Waktu terbatasmengancam kehidupan
Informasi terbatasPengkajian tidak harus lengkap

B. KONSEPKEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Triase Lapangan (Bencana)


Sangat dinamis, tergantung dari keadaan, jumlah korban dan kemampuan penolong.
Sangat sulit, kurang sensitif atau spesisifik dan mungkin jauh dari sempurna.
Namun, tetap penting untuk menentukan prioritas penanganan dan transportasi
(rujukan).

SISTEMATIKA DALAM PPGD

TRIASE

Cara pemilahan penderita berdasarkan :


Kebutuhan terapi
Sumber daya yang tersedia
Terapi didasarkan pada kebutuhan :
A : Airway
B : Breathing
C : Circulation
D : Disability
E : Exposure

TRIASE & TRIASE SKENARIO

TRIASE SKENARIO

Emergency A B C D E

Kasus Airway Breathing Circulation Disability Prioritas

1. + + + + 1

2. - - + - 3

3. + + + - 2

4. - - - - 4

5. Dst

KATAGORI TRIASE
MERAH darurat, mengancam jiwa
KUNING gawat, tdk mengancam jiwa
HIJAU tidak gawat, cedera ringan
HITAM mati atau sangat parah dan tidak ada harapan hidup.

Triase di UGD
Di UGD RS, triage dapat dilakukan dengan lebih baik dan spesifik
Re-triage diperlukan karena keterbatasan alat/staf/perkembangan kondisi korban dari
tempat kejadian.
Prioritas Kegawatan
MERAH: Gawatdarurat (wakturespon: 0-10 menit)
Masalah A-B-C Nyeri dada,
Kesulitan bernafas, Cedera multipel
Cedera kepala berat, Trauma dada/abdomen terbuka,
Cedera tulang belakang, Kelainan persalinan,
Syok, Perdarahan tidak terkontrol
Kejang

KUNING: DarurattidakGawat (wakturespon: 30 menit)


Nyeri karena gangguan paru
Luka bakar
Penurunan kesadaran (GCS > 8)
Diare dengan dehidrasi sedang
Muntah terus menerus
Panas tinggi

HIJAU: Tidak gawat tidak darurat (waktu respon: 60 menit )


Fraktur tertutup, dislokasi, luka minor, batuk

Hitam: DOA (death on arrival) (wakturespon: 120 menit)


Meninggal

PENGKAJIAN
Pengkajian primer
A: Airway dengan kontrol servikal
B: Breathing dan ventilasi
C: Circulation dengan kontrol perdarahan
D: Disability
E: Exposure
Tujuan menolong penderita dengan traumaMencegah kematian dan kecacatan (Kata
Kunci : Waktu)
Langkah 1
Selalu pakai alat proteksi diri
Sarung tangan
Kaca-mata

A. A (AIRWAY)
Nilai Airway (assess)
Bila ada kelainan atasi

Cara menilai Airway :Sadar


Masih dapat berbicara Airway baik
Tanpa suara tambahan, seperti
Gurgling (bunyi kumur-kumur) Cairan
Snoring (mengorok) Lidah
Stridor Sumbatan anatomis

Cara menilai Airway :TidakSadar


Look, listen and feel

Obstruksi Jalan nafas terbagi :


Total
Partial
a. Obstruksi Jalan nafas TOTAL
Tidak mampu berteriak
Tidak ada udara yg dapat masuk keparu
Hanya memegangi leher
PertolonganHeimlich maneuver
b. Obstruksi Jalan nafas PARTIAL
Mengeluh sesak (pasiensadar)
Peningkatan frekuensi pernafasan
Retraksi dinding dada
Bunyi nafas tambahan
PertolonganCairan (gurgling) fingger swab
Lidah (snoring)
Membuka Jalan Nafas Head Tild Chin Lift

B. B (Breathing)
Nilai Breathing (assess)
Oksigenasi
Ventilasi (bila breathing tidak adekuat)

Gejala gangguan breathing


Frekuensi pernafasan meningkat
Sesak nafas
Pucat (sianosis)
Look - listen feel

Penanganan
1. Oksigen
2. Memberi bantuan nafas
Mulut kemulut
Mulut ke masker
Baging/ Bag Valve Mask (BVM)

Frekuensi ventilasi tambahan


Dewasa 10 - 12 kali / menit
Anak 20 kali / menit
Bayi 20 kali / menit

C. C (Circulation)
Nilai Circulation (assess)
Kompresijantungluar
KontrolPerdarahan
Perbaikan volume

Meraba denyut nadI


Frekuensi denyut jantung
Dewasa 60 - 80
Anak 60 - 140
Bayi 85 - 200
Dewasa- tachycardia bila> 100

Tanda syok Terapi Syok


1. Gelisah Stop perdarahan
2. Sering menguap Perbaikan volume
3. Frekuensi denyut nadi meningkat
4. Denyut nadi lemah/ tidak teraba
5. Akral dingin
6. Kesadaran menurun
7. Frekuensi pernafasan meningkat
Evaluasi
Monitor respon tindakan tanda perbaikan perfusi
Akral hangat
Nadi lebih besar
Kesadaran membaik
Pantau produksi urin
Dewasa : 30-50 cc/jam; 0.5 cc / kg BB
Anak : 1 cc / kg BB
Bayi : 2 cc / kg BB

D. D (Disability)
1.Tingkat kesadaran
A = Allert
V = Respon to voice
P = Respon to pain
u = unresponsive
2. Pupil/tanda lateralisasi lain
Ukuran pupil kanan dan kiri
Respon pupil terhadap cahaya

E. E(Exposure)
1. Buka pakaian penderita :
Pakaian basah hipotermia
Observasi dari ada cedera lain yang mengancam nyawa ?
2. Selimuti penderita :
Supaya tidak hipotermia

AIRWAY
Ada tidaknya sumbatan jalan nafas
Distress pernafasan
Kemungkinan fraktur servikal
1. Sumbatan jalan nafas total
Pasien sadar : memegang leher, gelisah, sianosis
Pasien tidak sadar: tidak terdengar suara nafas dan sianosis
2. Contoh Sumbatan Parsial Jalan Nafas
Tampak kesulitan bernafas
Retraksi supra sternal
Masih terdengar suara terdengar suara : gaurgling, snoring atau stridor
Sumbatan Total Jalan Napas
o Tidak ada suara napas
o Ada kesulitan bernapas
o Retraksi interkostal
o Tidak dapat berbicara/batuk
o Memegang leher
o Ada tanda-tanda kepanikan
o Wajah pucat, sianotik

BREATHING
Frekuensi nafas
Suara pernafasan
Adanya udara keluar dari jalan nafas
Cara pengkajian
Look : Lihat pergerakan dada, irama, kedalaman, simetris atau tidak, dyspnea
Listen : dengarkan dengan stetoskop
Feel : rasakan dengan perkusi dan palpasi

Cara Pengkajian
Look : apakah kesadaran menurun, gelisah, adanya jejas diatas clavikula, adanya
penggunaan otot tambahan
Listen : dengan atau tanpa stetoskop apakah suara tambahan
Feel : rasakan dengan cara perkusi dan palpasi

CIRCULATION
Ada tidaknya denyut nadi karotis
Ada tidaknya tanda-tanda syok
Adanyatidaknyaperdarahaneksternal

DISABILITY
AVPU (Alert Verbal Pain Unresponsive)
GCS(Eye Motorik Verbal)
Pupil
Kemampuan motorik (Ada tidak parese dan nilai kekuatan otot)
Pengkajian Sekunder
Riwayat penyakit
SAMPLE (Sign and Symptoms, Allergy, Medication, Past medical history, last meal,
event leading)
Metode untuk mengkaji nyeri : PQRST
Pengkajian Head to toe
Psiko sosial
Pemeriksaan penunjang (Lab, Ro, dll)
Rencana Tindakan
Observasi, pemantauan/monitor,
Tindakan mandiri,
Kolaborasi
Pendidikankesehatan
Contoh Intervensi
a) MANDIRI :
Airway : head tild chin lift, jaw trust, Heimlich manuveur, suction, pasang OPA,
NPA
Breathing : posisisemifowler, observasi RR, irama, latihan nafas dalam, latihan
batuk, bagging, dll
Circulation : BHD, monitor TTV, monitor intake output, monitor tetesan infus,
menghentikan perdarahan dengan balut tekan, dll
b) KOLABORASI :
Airway : Pemasangan intubasi, kriko tirotomi
Breathing : terapi oksigen, Nebulizer, dll
Circulation : pemberian terapi cairan, pemasangan cateter, dll

EVALUASI
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan tingkat kegawatdaruratan klien dapat 5 menit, 15
menit, 30 menit, atau 1 jam sesuai dengan kondisi klien/kebutuhan.
DOKUMENTASI
Tujuan Dokumentasi adalah :
Perangkat asuhan pasien.
Komunikasi
Dokumen Legal
Penelitian
Statistik
Pendidikan
Audit
Model Dokumentasi di IGD
Prinsip adalah kemudahan dan kecepatan pencatatan dilakukan secara cepat dan tepat.
Bentuk Dokumentasi
Grafik/flow sheet : untuk catatan yang berulang-ulang ( TD, BB)
Rencana, Catatan keperawatan : sebaiknya chek list/komputerisasi
Catatan pengobatan
Lembaran untuk pemeriksaan diagnostic/penunjang
Laporan kegiatan spesifik
Rencana pulang: ( follow up care, rujukan).

C. BANTUAN HIDUP DASAR

Pendahuluan

Sejak 40 tahun yang lalu, RJP modern diperkenalkan


Sampai Saat ini banyak perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran
Banyak korban-korban henti napas, henti jantung yang telah terselamatkan.
Th1950 :Peter Safar memperkenalkan nafas mulu tkemulut, bidan meresusitasi neonatus.
Th 1960 : Kouwenhoven dkk memperkenalkan kompresi dada
Selanjutnya Peter Safar memperkenalkan kombinasi keduanya, sebagai dasar RJP
YANG DIBUTUHKAN HANYA 2 TANGAN

Keterlambatan BHD
Keterlambatan Kemungkinan
BHD berhasil

1 menit 98 dari 100


3 menit 50 dari 100
10 menit 1 dari 100

Indikasi BHD
Henti nafas ?
Henti jantung ?

Tenggelam, stroke, bendaasing di salnafas, inhalasiasap, epiglottitis, overdosisobat, cedera,


infarkmiokardakut, tersengatlistrik, koma
Langkah-langkah RJP
Tindakan yang dilakukanharusberurutan
D Dangerous (PenolongdanPasienAman)
R Respons
MintaTolong
CCirkulasi
A Airway
B Breathing
DANGEROUS
Kita Jangan Menjadi Korban Berikut

ProteksiDiri

PertolonganPertama, JanganMenambahCederaTambahan

Periksa Kembali Keadaan Korban Dengan Segera Berteriak Minta Pertolongan


Cara Menggoncangkan Bahu Korban

Aktifkan EMS

No telephone sistem emergency


Prosedur EMS yang baku
lokasi , no telp darimana panggilan dilakukan, apa yang terjadi, jumlah korban, keadaan
korban, pertolongan apa yang sedang dilakukan, informasi lain

PEMERIKSAAN JALAN NAFAS

MEMBUKA JALAN NAFAS

Head Tilt Chin Lift


JAW THRUST BREATHING

Nilai Pernafasan

Lihat (look)

Dengar (listen)

Rasakan (feel)

Waktu : 10 DETIK

Henti Nafas NafasTidak AdekuatNAFAS BUATAN 2 X

Bila pernafasan dan sirkulasi kembali normal dan korban tidak diduga memiliki
cedera cervikal

POSISI SISI MANTAP

apnea, nafas abnormal, nafas tidak adekuat

NAFAS BUATAN
Mouth to mouth
Mouth to nose
Mouth to stoma
Mouth to mask
Bag-valve-mask device
NAFAS BUATAN
2 x nafas buatan
2 detik inspirasi + ekspirasi pasif
Dengan O2 : TV 6 - 7 ml/kg (400- 600 ml)
Tanpa O2 : TV 10 ml/kg (700 -1000 ml)
Tidak berhasil : perbaiki posisi, buka jalan nafas, ulangi beri nafas buatan

BREATHING

Mulut - mulut Mulut - Masker

BREATHING

"Bagging": lebih baik berdua

Nilai Sirkulasi

Meraba Denyut Nadi


PIJAT JANTUNG LUAR

Pada 1/2 bawah sternum, diantara 2 putting susu


4 - 5 cm (Dewasa)
2,5 3 cm (Anak-anak/ 1 tangan)
Rasio Pijat Jantung Luar / Nafas Bantu 30 : 2
Sebelum intubasi
Dewasa (>8 th) = Rasio 30 : 2 (utk 1 & 2 penolong)
Anak (1-8 th) 30 : 2 (1 penolong)
Bayi (<1 th ) 15 : 2 (2 penolong)
Neonatus 3 : 1 (15 siklus = 30 detik)
5 x siklus 30 : 2 (= 2mnt) nilai ulang sirkulasi

Setelah 5 x siklus 30 :2 nilai ulang sirkulasi


Sirkulasi ( - ) : teruskan PJL
Sirk (+) Nafas (-) : nafas buatan 10 12 X/Menit
Sirk (+) Nafas (+) : posisi sisi mantap
jaga jalan nafas

RJP DIHENTIKAN
Kembalinya ventilasi & sirkulasi spontan
Ada yang lebih bertanggung jawab
Penolong lelah
Adanya DNAR
Tanda kematian yang irreversible

RJP TIDAK DILAKUKAN


DNAR (Do Not Attempt Resuscitation)
Tanda kematian : rigor mortis, dekapitasi
Sebelumnya dengan fungsi vital yang sudah sangat jelek dengan terapi maksimal
Bila menolong korban akan membahayakan penolong
KOMPLIKASI RJP
Nafas buatan :
inflasi gaster
regurgitasi
mengurangi volume paru
PJL
Fraktur iga & sternum
Pneumothorax
Hemothorax
Kontusio paru
Laserasi hati dan limpa
Emboli lemak

D. PERDARAHAN DAN SYOK

Perdarahan
Terjadi akibat rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh ruda
paksa ( trauma ) atau penyakit.
Klasifikasi sumber perdarahan / Golongan Perdarahan :
1. Perdarahan Nadi ( Arteri )
- Berasal dari pembuluh Nadi
- keluarnya memancar seirama denyut nadi
- berwarna merah terang
2. Perdarahan Balik ( Vena )
o Darah keluar mengalir
o Berwarna merah gelap
3. Perdarahan Rambut ( kapiler )
o Darah keluar merembes
o Berwarna merah gelap
Jenis Perdarahan
1. Perdarahan Luar
Perdarahan yang tampak / terlihat jelas keluar dari luka terbuka
2. Perdarahan Dalam
Biasanya tak terlihat dan kulit tampak rusak, kadang-kadang terlihat dibawah
permukaan kulit berupa memar
Penanganan
a. Perlindungan terhadap Infeksi pada penangan perdarahan :
1) Gunakan APD
2) Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan.
3) Buang bahan yang telah ternoda.
b. Mengendalikan Perdarahan Luar :
1) Tekan Langsung ( 5 15 menit )
2) Elevasi ( dilakukan bersamaan tekan langsung )
3) Tekan pada titik tekan.
4) Cara lain yaitu imobilisasi dengan / tanpa bidai/Torniket.

Perawatan Perdarahan
1. Pada perdarahan besar :
a. Tutup langsung luka
b. Pertahankan dan tekan cukup kuat.
c. Rawat luka setelah perdarahan terkendali
2. Pada Perdarahan ringan atau terkendali
a. Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka
b. Tekan sampai perdarahan terkendali
c. Jangan melepas penutup luka atau balutan pertama.
3. Perdarahan dalam / curiga ada perdarahan dalam :
a. Baringkan & Istirahatkan penderita
b. Buka jalan nafas & peertahankan
c. Perawatan Syok jika ada
d. Periksa berkala pernapasan & denyut nadi
e. Jangan beri makan & minum
f. Rawat cedera lain
g. Beri O2 & Rujuk

SYOK
Dimana Sistem peredaran darah ( Sirkulasi ) gagal mengirimkan darah yang mengandung
oksigen dan bahan nutrisi ke organ vital
Penyebab :
1. Kegagalan jantung memompa darah
2. kehilangan darah dalam jumlah besar
3. Pelebaran pembuluh darah yang luas.
4. Kekurangan cairan tubuh
Tanda :
a. Pernafasan : cepat dan dangkal
b. Nadi : Cepat dan lemah
c. Kulit : Pucat,dingin & lembab
d. Wajah : Pucat, sianosis pada bibir, lidah dan cuping telinga.
e. Mata : Pandangan hampa, pupil melebar
Gejala ;
a. Mual & mungkin muntah
b. Haus
c. Lemah
d. Pusing
e. Gelisah & takut mati
Penangan Syok
1. Bawa penderita ketempat teduh & aman
2. Tidurkan telentang,tungkai tinggikan 2030 cm
3. Pakaian dilonggarkan
4. Beri selimut
5. Tenangkan penderita
6. Pastikan jalan nafas & Pernafasan baik
7. Kontrol perdarahan & rawat cedera lainnya
8. Beri Oksigen sesuai protokol
9. Jangan beri makan & minum
10. Periksa berkala tanda vital
11. Rujuk ke fasilitas kesehatan

CEDERA JARINGAN LUNAK


Cedera yang melibatkan jaringan kulit,otot,saraf / pembuluh darah akibat suatu ruda paksa .
Klasifikasi Luka
1. Luka Terbuka
2. Luka Tertutup
Jenis Luka Terbuka :
1. Luka Lecet
2. Luka sayat / iris
3. Luka Robek
4. Luka Tusuk
5. Avulsi ( sobek )
6. Amputasi
Jenis Luka Tertutup :
1. Memar
2. Cedera karena himpitan
3. Cedera remuk

Penutup Luka & Pembalut


bahan yang diletakkan tepat diatas luka.
Jenis : 1. Penutup luka oklusif ( kedap )
2. Penutup luka tebal
Fungsi : 1. Membantu mengendalikan darah
2. Mencegah kontaminasi
3. Mempercepat penyembuhan
4. Mengurangi nyeri
Pembalut Bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka.
Fungsi :
1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.
Jenis Pembalut :
1. Pembalut pita / gulung
2. Pembalut segitiga ( mitella )
3. Pembalut tabung / tubuler
4. Pembalut penekan

CEDERA ALAT GERAK


Alat Gerak terdiri dari :
- Tulang
- Sendi
- Jaringan ikat
- Otot
Cedera pada Alat Gerak :
- Patah Tulang ( Fraktur )
- Urai Sendi ( Dislokasi )
- Terkilir Otot ( Strain)
- Terkilir Sendi ( Sprain)

A. Patah Tulang (Fraktur)


Terputusnya jaringan tulang baik sebagian atau seluruh.
Penyebabnya : Gaya melampoui batas Destisitas :
- Gaya Langsung
- Gaya Tak langsung
- Gaya puntir
Gejala dan Tanda :
- Perubahan bentuk
- Nyeri dan kaku
- Bengkak
- Gangguan Fungsi gerak
- Krepitasi
- Mungkin terlihat tulang yg patah
Jenis Patah Tulang (Fraktur)
1. Patah Tulang Tertutup : Permukaan kulit utuh
2. Patah Tulang terbuka : Permukaan kulit ada luka/robek

B. Urai Sendi (Dislokasi)


Keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi/keluarnya ujung tulang dari sendi
Penyebabnya : Teregang melebihi batas normal.
Gejala dan Tandanya sama dengan Patah Tulang

C. Terkilir sendi (Sprain)


Robek atau putusnya jaringan ikat sekitar sendi karena teregang melebihi normal.
Penyebab :
- Terpeleset -Gerakan salah
Gejala dan tanda :
- Nyeri - Nyeri tekan
- Bengkak - Kulit merah kebiruan

D. Terkilir Otot (Strain)


Robeknya jaringan otot pada tendon (ekor otot)
Penyebabnya Pembebanan tiba-tiba pada otot tertentu.
Gejala & tanda :
- Nyeri yg tajam dan mendadak
- Nyeri menyebar dg kejang
- Bengkak

PEMBIDAIAN
Upaya menstabilkan + Immobilisasi bagian cedera
Tujuan :
- Mencegah gerakan
- Mengurangi cedera baru
- Memberi istirahat
- Mengurangi nyeri
- Mempercepat penyembuhan
Macam-Macam Bidai :
Bidai keras
Bidai traksi
Bidai Improvisasi
Gendongan/belat & bebat

Pedoman Pembidaian
1. Informasikan kepada penderita.
2. Eksposure
3. Nilai GSS pada distal
4. Siapkan alat-alat
5. Membidai sesuai dg posisi saat ditemukan
6. Meliputi dua sendi atau dua tulang
7. Lapisi bidai dg bahan lunak
8. Ikatan jangan terlalu keras/longgar
9. Ikatan cukup jumlahnya
10. Nilai GSS kembali

Penanganan Terkilir
1. Istirahatkan bagian cedera
2. Tinggoikan bagian cedera
3. Kompres dingin max 30 mnt, ulangi setiap jam.
4. Balut tekan
5. Bila perlu rujuk
Penanganan Patah Tulang Lengan atas :
1. Letakkan lengan bawah di dada, telapak tangan menghadap keluar.
2. Pasang bidai L/Bidai spesial siku
3. Ikat diatas & dibawah tulang yg patah
4. Lengan bawah digendong
5. Jika siku oatah, tangan jangan dilipat, bidai lurus ke bawah
6. Rujuk

Patah tulang lengan bawah :


1. Letakkan lengan pada dada
2. Pasang bidai dari siku ke tangan
3. Ikat di atas & dibawah tulang yg patah
4. Lengan di gendong
5. Rujuk

Patah tulang panggul


Tanda-tandanya :
- Nyeri diatas kemaluan baik saat duduk maupun bendiri
- Kaki sulit digerakkan & kesemutan
Pertolongannya :
1. Diangkat dg papan kedua kakinya diikat jadi satu.
2. Beri bantal dibawah lutut dan kanan kiri pinggul
3. Ikat pada tulang pinggul & pergelangan kaki.
4. Rujuk

Patah tungkai atas


Pasang bidai di dua tempat :
- Ketiak sampai telapak kaki
- Lipat paha sampai telapak kaki
Beri bantalan
Bila perlu ikat kedua tungkai diatas lutut & pergelangan kaki.
Rujuk

Patah Tungkai bawah


Hampir sama deengan tungkai atas, tetapi bidai
Hanya dari lipat paha sampai telapak kaki

Cedera Kepala, Leher, Tulang Belakang & Dada


Cedera Kepala :
Cedera pada kepala gangguan pada Otak : Ringan/Berat
Penyebab : Bentrokan
Pembagian :
1. Cedera Kepala Sederhana
2. Patah Tulang Tengkorak
3. Cedera Otak
Gejala & Tanda
1. Perubahan respon
2. Gangguan Napas
3. Sakit kepala
4. Mual, muntah (muntah proyektil)
5. Gangguan penglihatan, pupil tak simetris
6. Kejang
7. Perubahan tanda vital
8. Nyeri
9. Luka terbuka/tertutup
10. Darah/cairan otak keluar dari hidung/telinga.
11. Memar dibelakang telinga (Battle Sign)
12. Memar disekitar mata (raccoon eyes)
13. Postur abnormal
Penanganan
1. Penilaian Dini
2. Immobilisasi Kepala & Leher
3. Beri O2 bila ada
4. Tutup dan Balut Luka
5. Pantau tanda vital secara berkala
6. Rujuk
CEDERA SPINAL
Cedera dari tulang leher sampai tulang ekor termasuk persyarafan didalamnya
- Penyebabnya : Benturan, jatuh, laka lantas
- Gejala dan Tanda :
1. Perubahan bentuk
2. Mati rasa, kesemutan atau lumpuh pada alat gerak
3. Nyeri saat menggerakan lengan/tungkai
4. BAK dan BAB tidak terkontrol
5. Sulit Napas
6. Priapismus
7. Cedera lumpuh.
- Penyulit : 1. Henti Napas
2. Kelumpuhan Umum
3. Syak
Penanganan :
1. Analisa terjadi cedera
2. Stabilisasi manual bila ada pasal neck collar
3. Penilaian dini
4. Beri O2
5. Pemeriksaan Fisik
6. Stabilisasi leher sampai dimobilisasi pada papan spinal
dengan baik.
7. Periksa tanda vital
8. Rujuk
Cedera Leher
Dapat terjadi imboli udara
Gejala dan Tanda
Luka /memar
Sukar bicara
Sumbatan Jalan napas
Tenggorokan bengkak
Penanganan :
1. Penilaian Dini
2. Bila luka terbuka lebar tutup dg penutup kedap (kasa oklusif)
3. Miringkan kekiri bila ada emboli udara.
4. Bila ada benda menancap stabilkan jika mengganggu jalan napas cabut
5. Rawat Syok bila ada
6. Rujuk

CEDERA DADA, dibagi :


Tertutup dan terbuka
- Penyulit : 1. Pnemotoralis
2. Hemotoralis
3. Gabungan Keduanya
Gejala dan Tanda :
1. Sesak napas
2. Nyeri saat napas
3. Gejala lain sesuai cederanya
Penanganan cedera dada tertutup :
1. Penilaian dini (Buka jalan napas)
2. Nilai respon beri O2 bila ada
3. Atasi perdarahan luas bila ada
4. Biarkan posisi pasien (paling nyaman
5. Periksa tanda vital dan rujuk

PATAH TULANG IGA :


Bisa patah pada 1 tempat/beberapa tempat.
Bila 1 iga/beberapa iga patah pada beberapa tempat sekaligus disebut : Flail Chest.
Gejala dan Tanda :
1. Nyeri saat napas
2. Perubahan bentuk diding dada
3. Dada tidak mengembang dengan baik
4. Gerakan paradoks
5. Batuk Darah
6. Guarding position
7. Memar didada
8. Dilatasi vero leher, mata merah, sianosis, tubuh atas bengkak
9. Tanda-tanda syok
Pertolongannya :
1. Beri bantalan pada bagian patah
2. Pada Flail Ches, ganjal bag. yg Patah
3. Pasang gendongan
4. Rujuk

CEDERA DADA TERBUKA :


Hati-hati thd sucking chest womnd (luka hisap dada) keadaan mengancam nyawa.
Penanganannya :
Penilaian dini
Jangan cabut bila benda menancap
Tutup luka dg penutup kedap
Rujuk

E. DENTAL EMERGENCY

Latar Belakang
Dalam upaya memberikan pelayanan prima dan berorientasi pada kepentingan pasien,
dokter gigi dan perawat gigi harus berkolaborasi dan bekerjasama secara harmonis,
sesuai dengan kompetensi dan kewenangan masing-masing
Kita sadari bersama bahwa baik dokter gigi maupun perawat gigi tidak dapat bekerja
sendiri dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat, akan
tetapi kedua profesi tersebut harus saling berhubungan dan berdampingan dalam team
work yang solid sebagai MITRA KERJA.
Dalam melaksanakan pekerjaan rutin kita sebagai tenaga kesehatan gigi, kadang-kadang
menemukan suatu kasus yang genting/waspada yang terjadi pada pasien. Dan
memerlukan penanganan segera, khusunya kasus cidera di sekitar rongga mulut, shock
anaphylactic, Syncope/pingsan, reaksi alergi, perdarahan pada tindakan pencabutan
Oleh karena itu diperlukan cara penatalaksanaan yang optimal, baik prosedur tindakan
maupun pemberian obat-obatan yang secara cepat dan tepat dapat dilakukan di
Puskesmas maupun Rumah Sakit
Untuk menjadi pendamping klinis yang baik dalam konteks pola kemitraan, perawat gigi
harus memahami apa, bagaimana dan cara serta irama kerja dokter gigi dalam
memberikan tindakan medis kepada pasien.
PENDAMPINGAN
Pendampingan dalam ilmu kedokteran gigi adalah perawatan/tindakan yang dilakukan
oleh operator dan asisten secara bersamaan dalam suatu team work dalam rangka
menghasilkan perawatan / tindakan kesehatan gigi yang berkualitas, efektif dan efisien.

KEGAWATDARURATAN
Kegawatdaruratan adalah suatu kejadian mendadak, tidak terduga serta tidak
diharapkan, tetapi memerlukan penanganan segera secara cepat, tepat dan terarah
TUJUAN
Tujuan dilakukan pendampingan adalah :
1. Mempersiapkan agar pasien berada dalam kondisi yang memungkinkan untuk
dilakukan tindakan
2. Memperlancar proses tindakan
3. Memberikan rasa nyaman kepada pasien pada saat proses perawatan/tindakan
berlangsung
4. Mengamankan pasien dari komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi akibat tindakan
perawatan, dari yang ringan sampai denan yang berat
5. Mengurangi rasa tegang/ketegangan tubuh yang terjadi antara dokter gigi dan perawat
gigi pada saat melaksanakan tindakan
6. Terorganisirnya persiapan dan pemakaian alat, bahan dan perlengkapan yang
diperlukan.
DASAR PEMIKIRAN
Kepmenkes RI Nomor 284/MENKES/SK/IV/2006 tentang Standar Pelayanan Asuhan
Kesehatan gigi dan Mulut : Pengobatan tindakan penyembuhan penyakit khususnya
pengobatan darurat sesuai standar pelayanan dan perawatan Pasca tindakan
Kepmenpan Nomor 22/Kep/M.PAN/4/2001 tentang jabatan Fungsional Perawat gigi
dan Angka Kreditnya : Melaksanakan tugas sebagai asisten pelayanan medik gigi dan
mulut dalam bidang spesialis non bedah, spesialis bedah, spesialis non bedah
kompleks, dan spesialis bedah komplek
Kepmenkes RI Nomor : 1208/MENKES/SK/XI/2001 tentang petunjuk Tehnis
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Perawat Gigi:
a) Perawat gigi melakukan tugas sebagai asisten pelayanan medik dasar khusus
adalah sebagai asisten dokter gigi yang melaksanakan tindakan medik dasar
yang memerlukan sarana penunjang
b) Sebagai asisten dokter gigi spesialis bedah dalam melaksanakan tindakan medik
yang mengubah struktur jaringan (invasif) termasuk sebagai instrumentator.
c) Sebagai asisten dokter gigi spesialis bedah dalam melaksanakan tindakan medik
gigi dan mulut yang mengubah struktur jaringan (invasif) yang memerlukan
sarana lain, melakukan penanganan secara kerjasama antara team
MANAJEMEN PENGELOLAAN PASIEN
Manajemen pengelolaan pasien bedah preoperative dan post operative memegang
peranan yang cukup penting dalam menunjang berhasilnya suatu operasi.
Manajemen pre-operative dilakukan mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan khusus yang lain sampai dengan pasien masuk kamar operasi. Pada
proses ini kadang-kadang ditemukan juga penyakit-penyakit yang oleh pasien tidak
disadari, lebih-lebih untuk penyakit-penyakit yang berbahaya, oleh karena itu
pemeriksaan fisik dengan cermat sangat penting untuk dilakukan.
Didalam usaha manajemen pengelolaan pasien perlu diperlukan team approach,
guna memperoleh suatu hasil yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan
secara medik kolegal. Keberhasilan manajemen pengelolaan pasien sebelum
operasi/tindakan perawatan merupakan sebagian jaminan dari berhasilnya suatu
tindakan.
Manajemen post operative menitikberatkan pada kegiatan yang bersifat usaha-usaha
pengembalian kondisi pasien seperti semula dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Sebab banyak faktor yang harus diperhatikan pada proses penyembuhan. Bukan saja
pengobatan mungkin juga termasuk perbaikan kondisi.
Untuk itu dalam pengelolaan pasien diperlukan suatu kerja sama yang serasi dari
berbagai ahli, baik medis maupun paremedis, sehingga tercipta suatu team work
dibawah koordinasi tenaga ahli yang berkompeten
KEGAWAT DARURATAN PADA KEADAAN UMUM
1. Syncope
Syncope merupakan keadaan yang relatif tidak berbahaya sebagai akibat reaksi psikis. Bisa
takut, cemas, gelisah, mual,
Gejala dan Tanda :
Lemah Pusing pucat yang tampak menonjol pada segitiga hidung dan bibir atas, kulit dinging
dan basah, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat, dangkalndan makin lama makin lambat,
penglihatan kabur dan akhirnya kehilangan kesadaran.
Terapi :
Letakan pasien pada posisi terlentang pada dental chair. Tenangkan pasien. Bila
pasien sampai hilang kesadaran, letakkan pasien dengan kepala lebih rendah dari
jantung, letakkan handuk basah dingin pada kening pasien
Rangsang pernafasan pasien dengan bahan merangsang seperti alkohol dan amoniak
yang akan mempercepat kesadaran
Setelah sadar pasien diberi minum hangat sedikit demi sedikit.
Perlu dicatat tanda-tanda vital (Vital sign) Jika perlu beri 02
2. Reaksi Alergi Kulit dan Membran Mukosa
Reaksi ini terjadi dalam satu jam setelah kontak dengan substansi penyebab. Tapi
biasanya reaksi ini timbul hanya beberapa detik atau menit saja. Reaksi yang cepat
dan menakutkan sebagai reaksi antigen antibodi dan dapat terjadi pada oedem laring,
glotis, epiglotis dan lidah yang dapat menutup jalan pernafasan terutama pada anak-
anak.
Gejala dan tanda :
Sesak nafas waktu respirasi, terasa adanya benda pada tenggorokan, susah menelan
dan sianosis
Terapi :
Letakan pasien dengan posisi terlentang dan berikan 02
Perawat gigi menghubungi dokter umum atau THT, Dokter gigi dapat memberikan
suntikan epinefrin 1 : 1000 sebanyak 0,3-0,5 ml pada ventral lidah dan diikuti dengan
injeksi antihistamin 25-50 dipenhidramin chloride dan kortikostiroid 40 mg
methylprednisolon intra lingual
Bersiap-siap untuk memberikan bantuan nafas buatan atau penanganan darurat lain
untuk kelainan jalan nafas
3. Anaphilactic Shock
Tanda dan Gejala :
Terjadi kolaps vaskuler parifer, terjadinya penurunan tekanan darah dengan cepat, kecil,
wajah pucat. Pasien sesak nafas, gelisah kemudian tidak sadar
Terapi :
Letakkan pasien dengn posisi miring di lantai karena pasien sering muntah
Perawat gigi dapat menelepon dokter umum terdekat. Sambil menunggu pasien
diawasi jalan nafas, raba nadi, bila tidak teraba tekan dada sebelah kiri untuk
merangsang jantung berdenyut kembali. Kemudian lakukan pernafasan buatan
Bila nadi teraba masih lemah, dokter gigi dapat menginjeksi Vasopressor seperti pada
tahap penanganan reaksi alergiTINDAKAN VENTILASI BUATAN
Mouth to mouth technique
a. Pasien direbahkan di lantai, kepala disejajarkan satu tangan operator diletakkan
dibawah leher dan satu lagi diletakkan pada kening, dengan posisi kepala
sedemikian rupa sehingga mulut pasien akan terbuka dengan sendirinya.
b. Hidung pasien dipijat agar tidak ada udara yang keluar dari hidung.
c. Operator mengambil nafas kemudian hembuskan ke dalam mulut pasien sambil
memperhatikan dada pasien yang mengembang.
d. Kemudian operator mengambil nafas lagi dan melakukan tindakan seperti
tindakan pertama sebanyak 12 kali per menit.
e. Untuk anak-anak peniupan dilakukan 20-30 kali permenit dan tiupan tidak boleh
terlalu keras.
Mouth to nose technique
a. Pasien berada pada posisi sama denga mouth to mouth technique.
b. Tangan operator menutup mulut pasien dan udara pernafasan operator ke hidung
pasien, hembusan harus lebih keras dari pada hembusan ke mulut.
c. Kemudian mulut pasien dibuka ketika ada tanda-tanda pasien akan mengeluarkan
udara.
PRINSIP DASAR DENTAL EMERGENCY
1. Mendudukan pasien dengan posisi terlentang
2. Membuka jalan nafas
3. Melihat/mengecek ada/tidaknya pernafasan yang spontan
4. Mempersiapkan tabung oksigen
5. Memonitor tanda-tanda vital
6. Menyiapkan untuk membantu perawatan darurat selanjutnya

KEGAWATDARURATAN PADA KEADAAN LOKAL


Perdarahan
Lukanya pembuluh darah akibat rusaknya dinding pembuluh darah.
Penanggulangan Perdarahan Secara Lokal
a. Penekanan lokal
Penekanan lokal meliputi penekanan secara langsung pada tempat perdarahan
dan penekanan tidak langsung misalnya dengan menekan pembuluh darah utama
yang mengalirkan darah ke luka
b. Kompres dingin
Dingin berefek kontraksi pembuluh darah, sehingga dapat mengontrol
perdarahan, juga mengurangi atau menghambat inflamasi. Penggunaan kompres
dingin harus berulang dan tidak melebihi 20 menit
Penjepitan/penjahitan
c. Obat Vasokonstriksi/ injeksi epinefrin
d. Elektro Koagulasi : akan menggumpalkan darah dan protein
Terbukanya sinus maksilaris karena ekstraksi gigi atas (P1.M1,M2)
Gejala :
a. Waktu ektraksi gigi diatas pada apex terdapat tulang alveolus yang ikut
melekat dan secara inspeksi terdapat lubang besar.
b. Keluarnya darah dari socket gigidisertai gelembung udara, karena adanya
udara dari rongga hidung yang mengalir melewati perforasi tersebut masuk ke
ronggga mulut
c. Kemungkinan darah dari ekstraksi masuk ke rongga hidung.
d. Pada perforasi yang besar, pasien mengeluh pada waktu minum cairan masuk
kedalam hidung dan adanya udara ke dalam mulut.
Terapi
Untuk menghindari infeksi dari sinus maksilaris, maka socket bekas pencabutan gigi
tidak boleh diirigasi, karena menyebabkan kotoran dari rongga mulut terdorong
masuk ke dalam rongga hidung. Pada Socket diisi Iodorm tampon atau alvogyl kurang
lebih 2/3 dari tepi gusi. Setiap hari tampon tersebut diganti sampai 3-4 hari.
SIKAP PADA PENANGANAN GAWAT DARURAT
Sikap dokter gigi dan perawat gigi pada saat memberikan pertolongan pada keadaan gawat
darurat dalam upaya menyelamatkan jiwa pasien, harus :
1. Bersikap tenang
2. Tidak panik
3. Bekerja sistematik
4. Cermat
5. Berani
6. Tepat
7. Jeli
PRINSIP DASAR PENDAMPINGAN
Prinsip Dasar pada tindakan dental emergency adalah penanganan pasien secara cepat,
tepat dan terarah sehingga jiwa pasien semaksimal mungkin dapat diselamatkan.
Untuk itu prinsip-prinspi dasar dalam proses pendampingan adalah :
a. Pasien diberi tindakan/perawatan secara cepat tepat dan tingkat kenyamanan
maksimum
b. Tersedianya alat dan bahan/obat guna memperlancar prosedur pertolongan
c. Tersedianya tempat yang cukup untuk melaksanakan pertolongan terhadap pasien.
d. Posisi antara pemberi pertolongan dengan pendamping harus berada pada posisi
kolaborasi/posisi silang/posisi saling melengkapi sehingga antara pemberi
pertolongan dengan pendamping dapat bekerja secara maksimal dan nyaman.
e. Cross Infection Control

Вам также может понравиться