Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NIM : 04011281520120
Kelas : Beta 2015
MENSTRUASI
A. Siklus Menstruasi
Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:
1. Siklus Ovulasi
2. Siklus Endometrium
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar
estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar
terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru
mulai meningkat.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak
sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24
hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium
secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan
berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm atau
sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase
proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
c. Fasesekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang
matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.
Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah
ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang
mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen
dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke
endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah
dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.
Selama siklus menstruasi, jumlah hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan
oleh ovarium berubah. Bagian pertama siklus menstruasi yang dihasilkan oleh ovarium adalah
sebagian estrogen. Estrogen ini yang akan menyebabkan tumbuhnya lapisan darah dan jaringan
yang tebal diseputar endometrium. Dipertengahan siklus, ovarium melepas sebuah sel telur
yang dinamakan ovulasi. Bagian kedua siklus menstruasi, yaitu antara pertengahan sampai
datang menstruasi berikutnya, tubuh wanita menghasilkan hormon progesteron yang
menyiapkan uterus untuk kehamilan.
Siklus menstruasi dibagi menjadi siklus ovarium dan siklus endometrium. Di ovarium
terdapat tiga fase, yaitu fase folikuler, fase ovulasi dan fase luteal. Di endometrium juga dibagi
menjadi tiga fase yang terdiri dari fase menstruasi, fase proliferasi dan fase ekskresi (Ganong,
2003).
Hari pertama mulainya menstruasi disebut sebagai hari pertama dari siklus yang baru.
Akan terjadi lagi peningkatan FSH (Folikel Stimulating Hormone), folikel yang berkembang
ini menghasilkan estrogen dalam jumlah banyak. Peningkatan estrogen yang terus menerus
pada akhir fase folikuler akan menekan pengeluaran FSH. Dua hari sebelum ovulasi, kadar
estrogen meningkat mencapai puncaknya, akibatnya FSH dan LH dalam serum akan meningkat
dan mencapai puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang sama pula, kadar estrogen akan
kembali menurun (Jacoeb dan Ali, 1994).
Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini folikel akan mulai
pecah dan suatu hari akan timbul ovulasi. Bersamaan dengan ini dimulailah pembentukan dan
pematangan korpus luteum yang disertai dengan meningkatnya kadar progesteron (Jacoeb dan
Ali, 1994).
Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum. Sekresi progesteron terus
menerus meningkat. Estrogen yang dikeluarkan dari folikel juga tampak pada fase luteal
dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada pertengahan fase folikuler. Produksi estrogen
dan progesteron maksimal dijumpai antara hari ke-20 dan 23. Meningkatnya kembali produksi
kedua hormon tersebut merangsang berkembangnya folikel-folikel baru seiring dengan
dimulainya fase folikuler (Jacoeb dan Ali, 1994).
Pada akhir fase folikuler, kadar estrogen yang meningkat menyebabkan endometrium menebal
atau sering disebut dengan fase proliferasi. Setelah ovulasi, progesteron dari korpus luteum
menimbulkan perubahan vaskuler dan sekretorik di endometrium yang telah dirangsang oleh
estrogen untuk menghasilkan lingkungan yang ideal untuk implatasi, fase ini disebut fase
sekresi. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi, dimulailah fase folikuler menstruasi yang baru
(Jacoeb dan Ali, 1994).
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan siklus menstruasi pada wanita usia
reproduktif menjadi ireguler termasuk kehamilan, penyakit endokrin dan juga kondisi
medik. Semua faktor ini berhubungan dengan pengaturan fungsi endokrin hipotalamik-
pituitari. Paling sering adalah Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) yang menyebabkan
perpanjangan interval antara dua siklus menstruasi terutama pada pasien dengan gejala
peningkatan endrogen (American Academy of Pediatrics, 2006).
Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi siklus menstruasi
adalah gangguan pada sentral Gonadotropin-releasing Hormone (GnRH), penurunan
berat badan yang nyata, aktivitas yang berlebihan, perubahan pada pemakanan dan
waktu tidur, dan tingkat stres yang berlebihan. Gangguan pada siklus menstruasi juga
dapat terjadi pada penyakit kronik seperti Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol,
kondisi genetik atau kongenital seperti Turner Syndrome dan disgenesis gonadal
(American Academy of Pediatrics, 2006).
Dari penelitian yang mengatakan bahwa stres sangat berperan dalam regulasi
hormonal di mana akan turut berpengaruh pada menstruasi. Penelitian ini turut memberi
contoh efek dari stres terhadap sistem reproduksi wanita dikenal sebagai amenorhea
yang diinduksi oleh stres atau amenorhe hipotalamus fungsional. Selain itu, didapatkan
prevalensi amenorhea sekunder pada wanita muda adalah sekitar 2% dan presentase ini
meningkat pada stres yang kronik. Pada stres yang melampau, kemungkinan akan
menginhibisi sistem reproduksi wanita secara komplit (Chrousos et al, 1998).
OBAT KONTRASEPSI
A. Pengertian
Kontrasepsi sesuai dengan makna asal katanya dapat didefinisikan sebagai tindakan
atau usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pembuahan.
Pembuahan dapat terjadi bila beberapa syarat berikut terpenuhi yaitu adanya sel telur
dan sel sperma yang subur, kemudian cairan sperma harus ada di dalam vagina,
sehingga sel sperma yang ada di dalam vagina dapat berenang menuju ke serviks
kemudian ke rahim lalu ke saluran oviduk untuk membuahi sel telur. Sel telur yang
telah dibuahi harus mampu bergerak dan turun ke rahim yang akan melakukan nidasi,
endometrium atau dinding rahim harus dalam keadaan siap untuk menerima nidasi .
B. Jenis-Jenis Kontrasepsi
1. Senggama Terputus
Senggama terputus adalah cara mencegah kehamilan dengan menarik penis dari
vagina sebelum terjadi ejakulasi. Cara ini merupakan cara kontrasepsi yang tertua
dikenal manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang paling banyak
dilakukan sampai sekarang. Keuntungannya adalah cara ini tidak membutuhkan
biaya dan persiapan. Kekurangannya adalah memerlukan pengendalian diri yang
besar dari laki-laki, dan banyak laki-laki yang tidak bisa mengontrol emosionalnya.
3. Kondom
Kondom yang umumnya dipakai sekarang ini terbuat dari karet dan tersedia dengan
ukuran dan warna yang beragam. Efektivitas kondom ini bergantung pada mutu dan
ketelitian dalam penggunaannya.
Kekurangan:
Karena sangat tipis maka kondom mudah robek bila tidak digunakan atau disimpan
sesuai aturan
Beberapa pria tidak dapat mempertahankan ereksinya saat menggunakan kondom.
Setelah terjadi ejakulasi, pria harus menarik penisnya dari vagina, bila tidak, dapat
terjadi resiko kehamilan atau penularan penyakit menular seksual.
5. Spermatisida
Spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas dua komponen yaitu
zat kimiawi yang mampu mematikan spermatozoa; dan vechikulum yang dipakai
untuk membuat tablet, krim, atau jelly. Spermatisid berguna untuk mematikan
sperma sebelum melewati serviks. Cara kerjanya dengan merusak membran sel
sperma dan menurunkan mobilitas sperma serta kemampuan sperma di dalam
membuahi ovum. Spermatisida terdiri dari bermacam bentuk seperti suppositorum,
jelly atau krim, tablet busa dan tisu KB. Penggunanya masih sangat sedikit.
Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam bentuk:
A) Suppositorium: Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium
dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru
mulai aktif setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.
B) Jelly atau creme : 1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, 2)
Delfen vaginal creme. Jelly lebih encer daripada creme. Obat ini disemprotkan
kedalam vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih
20 menit sampai 1 jam.
C) Tablet busa: Sampoon, volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet
terlebih dahulu dicelupkan kedalam air, kemudian dimasukkan kedalam vagina
sejauh mungkin. Lama kerjanya 30 sampai 60 menit.
D) C-Film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air.
Dalam vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan
menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat mulai efektif setelah 30 menit.
6. Pil
Ada tiga macam pil kontrasepsi yaitu: mini pil, pil kombinasi, dan pil
pascasenggama. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil juga mempunyai efek lain
terhadap traktus genitalis. Efeknya berupa perubahan-perubahan pada lendir
serviks, sehingga menjadi kurang banyak dan kental. Dengan demikian sperma
tidak bisa memasuki rongga rahim. Yang umum dipakai adalah pil kombinasi antara
estrogen dan progesteron. Pil terbuat dari hormon sintetik.
Walau macamnya banyak tersedia dipasaran dan tingkat efektivitasnya sangat
tinggi, tidak semua perempuan dapat menggunakan pil kombinasi untuk
kontrasepsi. Keadaan yang tidak diperbolehkan menggunakan pil KB adalah:
Keuntungan :
Kekurangan :
2) Melumpuhkan sperma.
(BKKBN, 2001).
Analisis Masalah
1b. Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:
1. Siklus Ovulasi
2. Siklus Endometrium
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar
estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar
terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru
mulai meningkat.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung
sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10
siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan
endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau
menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi
setebal 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir
saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal
dari folikel ovarium.
c. Fasesekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum
periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium
sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru
yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi
kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari
setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum
yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar
estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga
suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan
fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter%20II.pdf
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-intanayuan-208-2-babii.pdf
http://digilib.unila.ac.id/7043/16/BAB%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23518/4/Chapter%20II.pdf