Вы находитесь на странице: 1из 11

Nama : Andi Kania Putri Noviami

NIM : 04011281520120
Kelas : Beta 2015

MENSTRUASI

Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa


pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus dan
terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai menopause, kecuali pada masa hamil dan
laktasi. Lama perdarahan pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9 hari
masih dianggap fisiologis (Ganong, 2003). Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen
dan progesteron secara tiba-tiba, terutama progesteron pada akhir siklus ovarium bulanan.
Dengan mekanisme yang ditimbulkan oleh kedua hormon diatas terhadap sel endometrium,
maka lapisan endometrium yang nekrotik dapat dikeluarkan disertai dengan perdarahan yang
normal (Guyton dan Hall, 1996).

A. Siklus Menstruasi

Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:

1. Siklus Ovulasi

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran


FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit
yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur
didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi
ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur
dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan
mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi
implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan
fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.

2. Siklus Endometrium
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar
estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar
terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru
mulai meningkat.

b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak
sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24
hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium
secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan
berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm atau
sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase
proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.

c. Fasesekresi/luteal

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang
matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.
Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.

d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah
ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang
mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen
dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke
endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah
dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.
Selama siklus menstruasi, jumlah hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan
oleh ovarium berubah. Bagian pertama siklus menstruasi yang dihasilkan oleh ovarium adalah
sebagian estrogen. Estrogen ini yang akan menyebabkan tumbuhnya lapisan darah dan jaringan
yang tebal diseputar endometrium. Dipertengahan siklus, ovarium melepas sebuah sel telur
yang dinamakan ovulasi. Bagian kedua siklus menstruasi, yaitu antara pertengahan sampai
datang menstruasi berikutnya, tubuh wanita menghasilkan hormon progesteron yang
menyiapkan uterus untuk kehamilan.

Siklus menstruasi dibagi menjadi siklus ovarium dan siklus endometrium. Di ovarium
terdapat tiga fase, yaitu fase folikuler, fase ovulasi dan fase luteal. Di endometrium juga dibagi
menjadi tiga fase yang terdiri dari fase menstruasi, fase proliferasi dan fase ekskresi (Ganong,
2003).

Hari pertama mulainya menstruasi disebut sebagai hari pertama dari siklus yang baru.
Akan terjadi lagi peningkatan FSH (Folikel Stimulating Hormone), folikel yang berkembang
ini menghasilkan estrogen dalam jumlah banyak. Peningkatan estrogen yang terus menerus
pada akhir fase folikuler akan menekan pengeluaran FSH. Dua hari sebelum ovulasi, kadar
estrogen meningkat mencapai puncaknya, akibatnya FSH dan LH dalam serum akan meningkat
dan mencapai puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang sama pula, kadar estrogen akan
kembali menurun (Jacoeb dan Ali, 1994).

Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini folikel akan mulai
pecah dan suatu hari akan timbul ovulasi. Bersamaan dengan ini dimulailah pembentukan dan
pematangan korpus luteum yang disertai dengan meningkatnya kadar progesteron (Jacoeb dan
Ali, 1994).

Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum. Sekresi progesteron terus
menerus meningkat. Estrogen yang dikeluarkan dari folikel juga tampak pada fase luteal
dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada pertengahan fase folikuler. Produksi estrogen
dan progesteron maksimal dijumpai antara hari ke-20 dan 23. Meningkatnya kembali produksi
kedua hormon tersebut merangsang berkembangnya folikel-folikel baru seiring dengan
dimulainya fase folikuler (Jacoeb dan Ali, 1994).

Fase-fase endometrium terjadi pada saat yang bersamaan mencerminkan pengaruh


hormon-hormon ovarium pada uterus. Pada awal fase folikuler, lapisan endometrium yang
kaya akan nutrien dan pembuluh darah terlepas, inilah yang disebut fase menstruasi. Pelepasan
ini terjadi akibat merosotnya estrogen dan progesteron ketika korpus luteum tua berdegenerasi
pada akhir fase luteal sebelumnya.

Pada akhir fase folikuler, kadar estrogen yang meningkat menyebabkan endometrium menebal
atau sering disebut dengan fase proliferasi. Setelah ovulasi, progesteron dari korpus luteum
menimbulkan perubahan vaskuler dan sekretorik di endometrium yang telah dirangsang oleh
estrogen untuk menghasilkan lingkungan yang ideal untuk implatasi, fase ini disebut fase
sekresi. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi, dimulailah fase folikuler menstruasi yang baru
(Jacoeb dan Ali, 1994).

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan siklus menstruasi pada wanita usia
reproduktif menjadi ireguler termasuk kehamilan, penyakit endokrin dan juga kondisi
medik. Semua faktor ini berhubungan dengan pengaturan fungsi endokrin hipotalamik-
pituitari. Paling sering adalah Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) yang menyebabkan
perpanjangan interval antara dua siklus menstruasi terutama pada pasien dengan gejala
peningkatan endrogen (American Academy of Pediatrics, 2006).

Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi siklus menstruasi
adalah gangguan pada sentral Gonadotropin-releasing Hormone (GnRH), penurunan
berat badan yang nyata, aktivitas yang berlebihan, perubahan pada pemakanan dan
waktu tidur, dan tingkat stres yang berlebihan. Gangguan pada siklus menstruasi juga
dapat terjadi pada penyakit kronik seperti Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol,
kondisi genetik atau kongenital seperti Turner Syndrome dan disgenesis gonadal
(American Academy of Pediatrics, 2006).

Berdasarkan penelitian yang lain pula menyatakan bahawa perubahan siklus


menstruasi berhubungan dengan ketidakseimbangan fisik atau hormonal. Berat badan
yang rendah bisa menyebabkan interval antara dua siklus menstruasi menjadi lebih
lama. Berat badan yang berlebihan pula bisa menyebabkan perdarahan abnormal.
Perubahan yang tiba-tiba pada aktivitas atau berat badan juga bisa menyebabkan
perubahan pada siklus menstruasi yang sementara. Gangguan emosi atau stress dan
keadaan fisik yang tidak sehat secara optimal juga merupakan penyebab tersering
iregularitas siklus menstruasi walaupun perubahan siklus menstruasi yang dialami tidak
hanya pada saat wanita mengalami stres. Obat-obatan dan pengubatan alternatif seperti
obat herbal juga dapat menyebabkan perubahan pada interaksi dan transmisi hormon
pada tubuh sehingga dapat menganggu siklus menstruasi (McKinley Health Centre,
2008).

Dari penelitian yang mengatakan bahwa stres sangat berperan dalam regulasi
hormonal di mana akan turut berpengaruh pada menstruasi. Penelitian ini turut memberi
contoh efek dari stres terhadap sistem reproduksi wanita dikenal sebagai amenorhea
yang diinduksi oleh stres atau amenorhe hipotalamus fungsional. Selain itu, didapatkan
prevalensi amenorhea sekunder pada wanita muda adalah sekitar 2% dan presentase ini
meningkat pada stres yang kronik. Pada stres yang melampau, kemungkinan akan
menginhibisi sistem reproduksi wanita secara komplit (Chrousos et al, 1998).

OBAT KONTRASEPSI

A. Pengertian
Kontrasepsi sesuai dengan makna asal katanya dapat didefinisikan sebagai tindakan
atau usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pembuahan.
Pembuahan dapat terjadi bila beberapa syarat berikut terpenuhi yaitu adanya sel telur
dan sel sperma yang subur, kemudian cairan sperma harus ada di dalam vagina,
sehingga sel sperma yang ada di dalam vagina dapat berenang menuju ke serviks
kemudian ke rahim lalu ke saluran oviduk untuk membuahi sel telur. Sel telur yang
telah dibuahi harus mampu bergerak dan turun ke rahim yang akan melakukan nidasi,
endometrium atau dinding rahim harus dalam keadaan siap untuk menerima nidasi .

B. Jenis-Jenis Kontrasepsi
1. Senggama Terputus
Senggama terputus adalah cara mencegah kehamilan dengan menarik penis dari
vagina sebelum terjadi ejakulasi. Cara ini merupakan cara kontrasepsi yang tertua
dikenal manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang paling banyak
dilakukan sampai sekarang. Keuntungannya adalah cara ini tidak membutuhkan
biaya dan persiapan. Kekurangannya adalah memerlukan pengendalian diri yang
besar dari laki-laki, dan banyak laki-laki yang tidak bisa mengontrol emosionalnya.

2. Pembilasan Pasca Senggama


Pembilasan pascasenggama dilakukan oleh perempuan dengan cara membilas
vagina dengan air biasa dengan atau tanpa larutan obat (cuka atau obat lainnya)
segera setelah berhubungan seks. Maksudnya untuk mengeluarkan sperma secara
mekanik dari vagina. Penambahan cuka disini ialah untuk memperoleh efek
spermisida seta menjaga asiditas vagina. Secara alami perempuan juga bisa
mencegah kehamilan dengan cara memperpanjang masa menyusui.

3. Kondom
Kondom yang umumnya dipakai sekarang ini terbuat dari karet dan tersedia dengan
ukuran dan warna yang beragam. Efektivitas kondom ini bergantung pada mutu dan
ketelitian dalam penggunaannya.
Kekurangan:
Karena sangat tipis maka kondom mudah robek bila tidak digunakan atau disimpan
sesuai aturan
Beberapa pria tidak dapat mempertahankan ereksinya saat menggunakan kondom.
Setelah terjadi ejakulasi, pria harus menarik penisnya dari vagina, bila tidak, dapat
terjadi resiko kehamilan atau penularan penyakit menular seksual.

4. Pessarium (Diafragma Vaginal dan Cervical Cap)


Pessarium merupakan kondom pada perempuan. Secara umum pessarium ini
terbagi dua golongan, yakni diafragma vaginal dan cervical cap. Diafragma vaginal ini
merupakan alat kontrasepsi yang terdiri dari kantong karet yang berbentuk mangkuk
dengan per elastis pada pinggirnya. Pinggir diafragma mudah dibengkokkan dan
disisipkan di bagian atas vagina untuk mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi
bagian atas. Supaya efektif hendaknya dipakai jelly atau krim kontrasepsi untuk
pembunuh sperma.
Diafragma ini harus tinggal dalam vagina selama 6 jam setelah melakukan
hubungan seksual. Alat kontrasepsi yang satu ini paling cocok dipakai oleh perempuan
dengan dasar panggul yang tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik.
Namun untuk penggunannya perlu diperiksa dahulu ukuran difragma yang sesuai.
Cervical cap terbuat dari karet atau plastik dan berbentuk mangkuk yang pinggirnya
terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya lebih kecil dari diafragma vaginal. Alat ini
mulai jarang dipergunakan untuk kontrasepsi.

5. Spermatisida
Spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas dua komponen yaitu
zat kimiawi yang mampu mematikan spermatozoa; dan vechikulum yang dipakai
untuk membuat tablet, krim, atau jelly. Spermatisid berguna untuk mematikan
sperma sebelum melewati serviks. Cara kerjanya dengan merusak membran sel
sperma dan menurunkan mobilitas sperma serta kemampuan sperma di dalam
membuahi ovum. Spermatisida terdiri dari bermacam bentuk seperti suppositorum,
jelly atau krim, tablet busa dan tisu KB. Penggunanya masih sangat sedikit.
Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam bentuk:
A) Suppositorium: Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium
dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru
mulai aktif setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.
B) Jelly atau creme : 1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, 2)
Delfen vaginal creme. Jelly lebih encer daripada creme. Obat ini disemprotkan
kedalam vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih
20 menit sampai 1 jam.
C) Tablet busa: Sampoon, volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet
terlebih dahulu dicelupkan kedalam air, kemudian dimasukkan kedalam vagina
sejauh mungkin. Lama kerjanya 30 sampai 60 menit.
D) C-Film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air.
Dalam vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan
menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat mulai efektif setelah 30 menit.

6. Pil

Ada tiga macam pil kontrasepsi yaitu: mini pil, pil kombinasi, dan pil
pascasenggama. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil juga mempunyai efek lain
terhadap traktus genitalis. Efeknya berupa perubahan-perubahan pada lendir
serviks, sehingga menjadi kurang banyak dan kental. Dengan demikian sperma
tidak bisa memasuki rongga rahim. Yang umum dipakai adalah pil kombinasi antara
estrogen dan progesteron. Pil terbuat dari hormon sintetik.
Walau macamnya banyak tersedia dipasaran dan tingkat efektivitasnya sangat
tinggi, tidak semua perempuan dapat menggunakan pil kombinasi untuk
kontrasepsi. Keadaan yang tidak diperbolehkan menggunakan pil KB adalah:

1. Perempuan yang mempunyai tumor yang dipengaruhi oleh estrogen


2. Perempuan yang menderita penyakit hati yang aktif, baik akut maupun
menahun
3. Perempua n yang pernah menderita trombophlebitis, tromboemboli, dan
kelainan cerebro-vaskuler
4. Perempuan yang mempunyai penyakit diabetes melitus
5. Perempuan yang mengalami depresi, migren, mioma uteri, hipertensi,
oligomenorea. (Khusus untuk kondisi ini bersifat relatif dan pemberian pil
kombinasi bagi perempuan yang mengalami kelainan-kelainan ini harus di
diawasi secara teratur, sedikitnya sekali dalam tiga bulan).

Keuntungan :

Mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker endometrium.


Mengurangi darah menstruasi dan kram saat menstruasi.
Dapat mengontrol waktu untuk terjadinya menstruasi.
Untuk pil tertentu dapat mengurangi timbulnya jerawat ataupun hirsutism
(rambut tumbuh menyerupai pria).

Kekurangan :

Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual.


Harus rutin diminum setiap hari.
Saat pertama pemakaian dapat timbul pusing dan spotting.
Efek samping yang mungkin dirasakan adalah sakit kepala, depresi, letih,
perubahan mood dan menurunnya nafsu seksual
Kekurangan Untuk pil kb tertentu harganya bisa mahal dan memerlukan
resep dokter untuk pembeliannya.

Cara Kerja Alat Kontrasepsi


Cara kerja dari alat kontrasepsi adalah untuk :

1) Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.

2) Melumpuhkan sperma.

3) Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.

(BKKBN, 2001).

Analisis Masalah

1b. Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:

1. Siklus Ovulasi

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran


FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit
yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur
didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi
ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur
dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan
mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi
implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan
fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.

2. Siklus Endometrium

a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar
estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar
terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru
mulai meningkat.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung
sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10
siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan
endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau
menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi
setebal 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir
saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal
dari folikel ovarium.
c. Fasesekresi/luteal

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum
periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium
sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru
yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi
kelenjar.

d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari
setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum
yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar
estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga
suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan
fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter%20II.pdf

http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-intanayuan-208-2-babii.pdf

http://digilib.unila.ac.id/7043/16/BAB%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23518/4/Chapter%20II.pdf

Вам также может понравиться

  • JN
    JN
    Документ71 страница
    JN
    Andi Kania Putri
    0% (1)
  • BM
    BM
    Документ13 страниц
    BM
    Andi Kania Putri
    Оценок пока нет
  • SD
    SD
    Документ1 страница
    SD
    Andi Kania Putri
    Оценок пока нет
  • Case DR Lisa FIX MAJU
    Case DR Lisa FIX MAJU
    Документ64 страницы
    Case DR Lisa FIX MAJU
    Andi Kania Putri
    Оценок пока нет
  • Case Fix Kayuagung Meningitis
    Case Fix Kayuagung Meningitis
    Документ36 страниц
    Case Fix Kayuagung Meningitis
    Andi Kania Putri
    Оценок пока нет
  • LI Kania 25 C
    LI Kania 25 C
    Документ40 страниц
    LI Kania 25 C
    Andi Kania Putri
    Оценок пока нет
  • Kerangka Operasional
    Kerangka Operasional
    Документ1 страница
    Kerangka Operasional
    Andi Kania Putri
    Оценок пока нет