Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Di susun Oleh :
dr. Elman Dani Firdaus
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kasus Demam Berdarah Dengue dengan baik tanpa halangan
suatu apapun.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari sempurna, jadi penulis
mohon maaf dan diharapkan kriktik serta saran yang membangun agar dapat bermanfaat untuk
pembaca maupun kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Demam dengue (DD) dan Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/atau nyeri sendi
yang disertai oleh leukopenia ,ruam, limfadenopati,trombositopeni,dan diathesis hemoragic.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
Hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom Renjatan Dengue (Dengue Syok
Sindrom) adalah demam berdarah dengue yang ditandai dengan renjatan/syok.1
Demam dengue banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis. Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita demam dengue tiap tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh
karena curah hujan di Asia yang sangat tinggi terutama di Asia timur dan selatan ditambah
dengan sanitasi lingkungan yang tidak bagus. WHO memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50
juta kasus demam dengue memerlukan perawatan di rumah sakit. Lebih dari 40% penduduk
dunia hidup di daerah endemis demam dengue. Indonesia sebagai negara tropis dengan angka
kejadian Dengue yang tinggi, memang memiliki potensi tinggi untuk terjadinya penyebaran
wabah Dengue di masyarakat. Jutaan orang mengalami Dengue dan sebagian besar didominasi
oleh anak-anak.2,3
Di Indonesia Dengue Hemorrhagic Fever pertama kali di curigai di Surabaya pada tahun
1968, tetapi konfirmasi virology baru di peroleh pada tahun 1970. Setelah itu berturut-turut di
laporkan kasus dari kota di Jawa maupun dari luar Jawa, dan pada tahun 1994 telah menyebar
keseluruh propinsi yang ada. Pada saat ini Dengue Hemorrhagic Fever sudah endemis di banyak
kota besar, bahkan sejak 1975 penyakit ini telah berjangkit di daerah pedesaan. Oleh karena itu
sudah seharusnya semua tenaga medis yang bekerja di Indonesia untuk mampu mengenali dan
mendiagnosisnya, kemudian dapat melakukan penatalaksanaan, sehingga angka kematian akibat
Demam Berdarah Dengue dapat ditekan.3
Infeksi virus dengue pada manusia terutama pada anak mengakibatkan suatu spectrum
manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit ringan (mild undifferentiated febrile illness),
dengue fever, dengue hemorrhagic fever (DHF) dan dengue shock syindrome (DSS); yang
terakhir dengan mortalitas tinggi di sebabkan renjatan dan perdarahan hebat . gambaran
manifestasi klinis yang bervariasi ini dapat di samakan dengan sebuah gunung es. DHF dan DSS
sebagai kasus - kasus yang dirawat di rumah sakit merupakan puncak gunung es yang kelihatan
di atas permukaan laut, sedangkan kasus - kasus dengue ringan (demam dengue dan silent
dengue infection) merupakan dasar gunung es. Di perkirakan untuk setiap kasus renjatan yang
dijumpai di Rumah sakit, telah terjadi 150 200 kasus silent dengue infection.1,3
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. I
Tanggal Lahir : 8 maret 2009 / 8 tahun
BB : 28 kg
TB : 120 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Gunung Sakti Kota Agung-Tulang Bawang
Masuk RS : 4 Februari 2017
Keluar RS : 7 Februari 2017
Tanggal Periksa : 5 Februari 2017 - 6 Februari 2017
No. RM :-
o Riwayat Persalinan
Pasien lahir spontan pervaginam dengan bidan. Usia kehamilan
39 minggu. Berat lahir 2.550 gram, panjang badan 47 cm,
langsung menangis (+) spontan dan gerak aktif, ibu tidak
mengetahui nilai APGAR anaknya, tidak ada kelainan bawaan
Kesan: Bayi lahir spontan, neonatus cukup bulan, sesuai
masa kehamilan
Riwayat Makanan
UMUR ASI/PASI Buah/Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0 2 bulan ASI
2 4 bulan ASI
4 6 bulan ASI
6 8 bulan ASI/PASI Bubur susu (2 3
x sehari)
8 10 bulan PASI Biskuit bayi/pisang Bubur susu (2 3
dilumatkan x sehari)
(1xsehari)
10 12 bulan PASI Biskuit bayi/pisang Nasi Tim (2
dilumatkan 3 x sehari)
(1xsehari)
Kesan: Kualitas dan kuantitas makanan cukup, makanan pokok
diberikan 2 3 kali sehari.
- Lingkungan
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk dengan sanitasi yang kurang
baik, serta dekat dengan perkebunan karet yang banyak menampung air
hujan pada wadah penampungan getah karet. Pasien tinggal serumah
dengan ayah, ibu, tiga orang adik dan satu orang kakak. Riwayat
berpergian ke luar pulau jawa disangkal.
BB 28 X 100% = 107%
U 26
BB 28 X 100% = 121 %
TB 23
Simpulan : Obesitas
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tanggal 04-02-2017
Hematologi
Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 13,8g/dL 11,7 15,5 g/dL
Hematokrit 41% 32 47%
Leukosit 4.518/L 3600 11.000/L
Eritrosit 4,8 juta 3.8 5.2 juta
Trombosit 53.000 ribu/L 150.000 440.000/mL
Hitung Jenis
Hasil Nilai Rujukan
Basofil 1 01
Eosinofil 0 13
Neutrofil Batang 0 36
Neutrofil Segmen 27 25-60
Limfosit 46 20 70
Monosit 6 16
LUC 20 <4
VI. RESUME
Pasien seorang anak laki-laki, usia 8 tahun, demam sejak 4 hari Sebelum
masuk rumah sakit, demam mendadak dan menetap sepanjang hari. Disertai nyeri
kepala, nyeri ulu hati, nyeri sendi dan mual sejak 3 hari SMRS, dan 2 hari SMRS,
demam, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan mual masih dirasakan, disertai dengan
adanya darah yang keluar dari hidung pasien,.
Pasien tinggal didekat perkebunan karet yang banyak terdapat penampungan
getah karet yg tergenang air hujan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
gizi baik, kesan umum tampak sakit sedang, tanda vital dalam batas normal, pada
status generalis didapatkan nyeri tekan epigastrium. Dari pemeriksaan penunjang
didapatkan trombositopenia (trombosit 53 ribu/mm3).
IX. PENATALAKSANAAN
A. Umum
- Rawat inap
- Tirah baring
- Diet MB
- Cek tanda vital dan diuresis setiap 4 jam
B. Khusus
- IVFD RL 140 CC/JAM 47 tpm (makro)
- Paracetamol syr 3cth per 6 jam atau tab 500mg per 6 jam bila perlu (jika
demam).
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanastionam : dubia ad bonam
XI Follow Up
05-02-2017 06-02-2017
S Demam (-) mual (-) muntah Demam (-) mual (-) muntah
(-) mimisan (-) gusi berdarah (-) mimisan (-) gusi berdarah
(-) nafsu makan berkurang (-) nafsu makan & minum
,BAB & BAK normal, nyeri sudah membaik, BAK &
perut (-) BAB normal, nyeri perut (-)
O KU : TSS, N:84x/menit, KU : TSS, N:78x/menit,
RR:26x/menit, Kes; CM. RR:20x/menit, Kes; CM.
S:35,7 S:36,7
Status generalis : Status generalis :
Kepala ; DBN Kepala ; DBN
Mata ; DBN Mata ; DBN
THT ; DBN THT ; DBN
Leher ; kgb tidak membesar Leher ; kgb tidak membesar
Thorax ; DBN Thorax ; DBN
Abdomen ; BU (+) NT(-) Abdomen ; BU (+) NT(-)
NL (-) NL (-)
Etremitas ; akral hangat, Etremitas ; akral hangat,
CRT < 2 detik. CRT < 2 detik.
A Demam berdarah dengue Demam berdarah dengue
Grade II Grade II
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit demam
akut yang merupakan manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dengan gejala demam, nyeri
otot, nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis
hemoragik. Penyebaran penyakit ini diperantarai oleh nyamuk yang sangat mudah sekali
menyebar.
II.1.2. Epidemiologi
Kejadian infeksi dengue meningkat 30 kali lipat dengan ekspansi geografis ke negara
baru dan penyebaran dari kota ke desa. Lebih dari 70% populasi dunia yang berisiko terkena
infeksi dengue tinggal di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Sampai dengan saat ini,
Indonesia masih masuk kedalam negara dengan angka perawatan rumah sakit dan kematian
akibat DBD yang tinggi, khususnya pada anak1-3. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia
menempati urutan kedua setelah Thailand5. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh
provinsi di Indonesia. Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi iklim dan kelembaban
udara. Pada suhu yang panas dan kelembaban tinggi (28 32C) nyamuk Aedes dapat bertahan
hidup untuk waktu yang lama. Di pulau Jawa umumnya infeksi virus dengue dimulai dari bulan
Januari dan meningkat sampai sekitar bulan April Mei tiap tahun4.
Gambar 1. Penyebaran global Demam Berdarah Dengue
II.1.3. Etiologi
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) disebabkan oleh virus dengue. Jenis virus golongan
arbovirus (Artropod-Borne Viruses) yang artinya virus yang ditularkan melalui gigitan artropoda
yaitu nyamuk misalnya nyamuk Aedes aegypty betina. Virus dengue termasuk kedalam genus
Flavivirus, famili flaviviridae dan mempunyai empat serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dapat terinfeksi oleh ke-3 atau 4 serotipe
tersebut. Serotipe DEN-3 adalah yang paling banyak ditemukan dan diketahui menimbulkan
manifestasi klinis yang berat. Nyamuk Aedes dapat mengandung virus dengue ketika menghisap
darah orang dengan viremia, kemudian berkembang selama 8 10 hari (extrinsic incubation
period) kemudian dapat ditularkan kembali ketika menggigit manusia yang lain. Nyamuk akan
menjadi infektif sepanjang hidupnya ketika virus dengue sudah berkembang biak dalam tubuh
nyamuk4,5.
Gambar 2. Struktur Dengue Virus.
II.1.4. Patogenesis
Dua teori yang paling banyak dianut sampai dengan saat ini mengenai patogenesis DBD
adalah secondary heterologous infection hypothesis dan sequential infectious hypothesis yang
menyatakan bahwa seseorang setelah terinfeksi virus dengue pertama kali, mendapatkan infeksi
kedua dengan virus serotipe lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun5. Hipotesis ini
menerangkan bahwa pasien yang mengalami infeksi kedua kalinya dengan serotipe berbeda akan
menimbulkan manifestasi klinis yang lebih berat (immune inhancement). Antibodi heterolog
yang telah ada akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan membentuk kompleks
antigen antibodi yang berikatan dengan Fc reseptor membran sel makrofag. Antibodi heterolog
virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag.
Hipotesis mengenai antibodi dependent enhancement (ADE), proses yang akan meningkatkan
infeksi dan replikasi virus dalam sel mononuklear, menyebabkan sekresi mediator vasoaktif yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan
hipovolemia dan syok4,5.
Akibat infeksi sekunder oleh virus dengue yang berlainan, respons antibodi akan
mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG
anti dengue. Kemudian, replikasi virus terjadi juga dalam limfosit. Hal ini akan mengakibatkan
terbentuknya kompleks antigen-antibodi virus yang akan mengaktivasi sistem komplemen.
Pelepasan anafilatoksin menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
perembesan plasma dari intravaskular ke ekstravaskular. Perembesan plasma ini ditandai
peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga
serosa (efusi pleura, asites)4.
Gambar 3. Patogenesis Demam Berdara Dengue.
II.1.5. Manifestasi Klinis
Infeksi dengue merupakan penyakit yang bersifat sistemik dan dinamis. Infeksi dengue
mempunyai spektrum klinis yang luas meliputi manifestasi klinis yang berat dan tidak berat.
Setelah massa inkubasi, infeksi dengue dibagi menjadi tiga fase yaitu: (1) fase demam, (2) fase
kritis dan (3) fase penyembuhan.
1. Fase Demam
Pasien biasanya demam tinggi secara tiba-tiba. Fase demam akut ini biasanya terjadi
selama 2-7 hari dan sering disertai dengan muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh badan,
myalgia, arthtalgia dan nyeri kepala. Beberapa pasien mengalami nyeri tenggorokan, penurunan
nafsu makan, mual dan muntah. Cukup sulit untuk membedakan dengan infeksi virus lainnya.
Tes tourniquet positif pada fase ini memperbesar kecurigaan infeksi dengue. Manifestasi
perdarahan ringan seperti petekie dan perdarahan mukosa dapat terjadi. Perdarahan vagina yang
masif dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi pada fase ini namun jarang terjadi. Dapat pula
terjadi pembesaran hepar.
2. Fase Kritis
Pada hari ke 3-7, ketika suhu menurun pada 37,5-38oC, peningkatan permeabilitas
kapiler yang secara peralel terhadap kenaikan hematokrit dapat terjadi. Hal ini menandakan
dimulainya fase kritis. Biasanya kebocoran plasma secara klinik terjadi selama 24-48 jam.
Leukopeni yang progresif diikuti dengan penurunan angka trombosit biasanya mendahului
terjadinya kebocoran plasma. Dalam keadaan seperti ini pasien yang tidak mengalami
peningkatan permeabilitas kapiler keadaan umumnya akan membaik, sedangkan pasien yang
mengalami peningkatan permeabilitas kapiler justru akan memburuk keadaannya karena
kebocoran plasma. Derajat kebocoran plasma bervariasi mulai dari kebocoran plasma minimal
sampai terjadi efusi pleura dan ascites. Peningkatan kadar hematokrit dari nilai awal dapat
digunakan untuk melihat keparahan dari kebocoran plasma. Bila terjadi kebocoran plasma
plasma yang berat dapat terjadi syok hipovolemik. Bila syok terjadi berkepanjangan maka organ
tubuh akan mengalami hipoperfusi sehingga dapat menyebabkan kegagalan
organ, acidosis metabolik dan disseminated intravascular coagulation. Selain syok dapat pula
terjadi gangguan organ berat yang lain misalnya hepatitis berat, encephalitis atau myocarditis
serta perdarahan berat.
3. Fase Penyembuhan
Bila pasien dapat bertahan pada masa kritis maka akan terjadi reabsorbsi cairan
ekstravaskular secara bertahap selama 48-72 jam. Keadaan umum akan membaik, nafsu makan
kembali baik, gejala gastrointestinal mereda, hemodinamik stabil.
II.1.7. Diagnosis
Anamnesis8:
1. Demam sebagai tanda utama terjadi mendadak tinggi selama 2 7 hari disertai lesu, tidak
mau makan dan muntah, nyeri kepala nyeri otot dan nyeri perut.
2. Diare kadang ditemukan
3. Perdarahan paling sering dijumpai yaitu perdarahan kulit dan mimisan
Pemeriksaan Fisis8:
1. Gejala klinis diawali demam mendadak tinggi, facial flush, muntah nyeri kepala, nyeri otot,
nyeri sendi, nyeri tenggorokan dengan faring hiperemis, nyeri dibawah lengkung costa
kanan. Gejala lebih mencolok pada DD daripada DBD
2. Hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering ditemukan pada DBD
3. Perbedaan antara DD dan DBD adalah pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas apiler
sehingga menyebabkan perembesan plasma, hipovolemia dan syok. Perembesan plasma
menyebabkan eksttravasasi cairan ke dalam rongga pleuro dan rongga peritoneal selama 24
48 jam.
4. Fase kritis sekitar hari ke -3 dan ke-5 perjalanan penyakit. Pada saat ini suhu turun, dan
merupakan tanda awal syok
5. Perdarahan dapat berupa ptekia, epistaksis, melena atau hematuria
Tanda tanda syok:
1. Anak gelisah sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis
2. Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang-kadang tak teraba
3. Tekanan darah turun, tekanan nadi <10 mmHg
4. Akral dingin, CRT menurun
5. Diuresis menurun sampai anuria.
Pemeriksaan penunjang8:
1. Laboratorium
a. Darah perifer, kadar Hb, leukosit & hitung jenis, hematokrit, trombosiit, limfosit
plasma biru meningkat 15%
2. Uji Serologis, uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase konvalesens
3. Pemeriksaan radiologis:
a. Pemeriksaan foto dada untuk mengetahui perembesan plasma pada rongga pleura
dengan posisi RLD (Right Lateral Decubitus)
b. USG: efusi pleura, ascites.
Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila terdapat 2 kriteria klinis
disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi terpenuhi2,6,7,8:
1. Klinis
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
b. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif; petekie,
ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis dan melena
c. Hepatomegali
d. Renjatan
2. Laboratorium
a. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml).
b. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sbb:
i. Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur dan jenis
kelamin.
ii. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
iii. Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia,
hiponatremia.
Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu2,6,7:
1. Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah
uji torniquet.
2. Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdaran lain.
3. Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun
(20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab,
tampak gelisah.
4. Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
II.1.8. Penatalaksanaan
Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan
ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi
substitusi komponen darah bilamana diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting
yang perlu dilakukan adalah pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris. Proses
kebocoran plasma dan terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari ke 4 hingga
6 sejak demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan berkurang dan cairan
akan kembali dari ruang interstitial ke intravaskular. Terapi cairan pada kondisi tersebut secara
bertahap dikurangi. Selain pemantauan untuk menilai apakah pemberian cairan sudah cukup atau
kurang, pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi
pleura ataupun asites yang masif perlu selalu diwaspadai. Terapi nonfarmakologis yang
diberikan meliputi: Tirah baring (pada trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan
dengan kandung-an gizi yang cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang
mengiritasi saluaran cerna. Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa
parasetamol, serta obat simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin
ataupun obat antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan
pada saluran cerna bagaian atas (lambung/duodenum). Protokol pemberian cairan sebagai
komponen utama penatalaksanaan DBD dewasa mengikuti 5 protokol,mengacu pada protokol
WHO. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori, sebagai berikut6:
1. Tatalaksana penderita tersangka Demam Berdarah Dengue (gambar 6).
2. Tatalaksana kasus tersangka Demam Berdarah Dengue (gambar 7).
3. Tatalaksana kasus Demam Berdarah Dengue (gambar 8).
4. Tatalaksana kasus sindroma syok dengue (gambar 9).
Gambar 6. Penanganan tersangka DBD tanpa syok6.
Gambar 7. Tatalaksana kasus tersangka Demam Berdarah Dengue 6.
Gambar 8. Tatalaksana kasus Demam Berdarah Dengue 6.
Gambar 9. Tatalaksana kasus sindroma syok dengue6.
BAB IV
KESIMPULAN
Pada saat ini Dengue Hemorrhagic Fever sudah endemis di banyak kota besar, bahkan
sejak 1975 penyakit ini telah berjangkit didaerah pedesaan.2
Dalam praktek di klinik, dapat saja pada awalnya penderita Infeksi Virus Dengue didiagnosis
sebagai Dengue Fever, kemudian dalam perjalanan berubah menjadi Dengue Hemorrhagic
Fever, sebab baru terbukti ada Plasma Leakage pada saat dalam perjalanan sakitnya. Begitu juga
dapat terjadi penderita didiagnosis awalnya sebagai Dengue Hemorrhagic Fever, dalam
perjalanan berubah menjadi Dengue Shock Syndrome sebab kegagalan sirkulasi baru terjadi
kemudian. Akan tetapi kalau penanganan penderita dilakukan secara sistematis dan benar maka
hal-hal diatas akan dapat diatasi di rumah sakit. 5,9
Sebelum kita menetapkan terapi pada penderita Infeksi Virus Dengue, maka kita harus
menetapkan apa diagnosisnya, Dengue Fever / Dengue Hemorrhagic Fever atau Dengue Shock
Syndrome, baru setelah itu kita berikan terapi (terutama terapi cairan) sesuai dengan diagnosis
yang kita buat.2,9
Seorang dokter harus memahami patogenesis Demam Berdarah Dengue untuk bisa
menatalaksana kasus DBD dengan baik dan optimal. Ketrampilan untuk menegakkan diagnosis
secara dini dan pengambilan keputusan yang tepat akan menentukan keberhasilan pengobatan
DBD serta program penanggulangannya. Oleh karena itu sudah seharusnya semua tenaga medis
yang bekerja di Indonesia untuk mampu mengenali dan mendiagnosisnya, kemudian dapat
melakukan penatalaksanaan, sehingga angka kematian akibat Demam Berdarah Dengue dapat
ditekan.9
DAFTAR PUSTAKA