Вы находитесь на странице: 1из 25

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bank

1. Definisi

Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998:

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat


dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
daalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Arti bank selain menurut UU No. 10 Tahun 1998, Kuncoro dan

Suhardjono juga menyatakan bahwa (2011):

Suatu bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha


pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana
tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-
jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

2. Tujuan Bank

Menurut Undang-Undang Perbankan Indonesia Nomor 10 Tahun

1998, perbankan bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dan dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan

ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat

banyak.

commit to user

10
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

3. Jenis-Jenis Bank

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No.7 Tahun 1992 dan

ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI No. 10 tahun 1998,

maka jenis perbankan terdiri dari (Kasmir, 2009):

a. Dari Segi Fungsinya

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun

1998 maka jenis perbankan terdiri dari:

1) Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang

dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat

memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan

wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank

umum sering disebut juga bank komersil (commercial bank).

(Kasmir:2009)

2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip

syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran. Artinya disini kegiatan BPR jauh lebih sempit

jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. (Kasmir; 2009)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Ditinjau dari kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang

memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte dan

penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank

dilihat dari segi kepemilikannya tersebut adalah sebagai berikut

(Kasmir, 2009):

1) Bank milik pemerintah

Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh

Pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh

Pemerintah pula. Contohnya: Bank Negara Indonesia (BNI), Bank

Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank

Mandiri.

Selain itu, terdapat pula Bank Pemerintah Daerah (BPD) yang

terdapat di Pemerintahan Propinsi dan Pemerintah Kabupaten di

hampir seluruh wilayah. Modal BPD sepenuhnya dimiliki oleh

Pemerintah Daerah masing-masing. Contohnya, Bank Jawa

Tengah, Bank Jawa Timur, Bank Jawa Barat.

2) Bank Milik Swasta Nasional

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta

nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu

pula pembagian keuntungannya untuk swasta pula. Contoh bank

swasta nasional adalah Bank Bumi Putra, Bank Central Asia, Bank

Danamon, Bank Internasional Indonesia, Bank Lippo, Bank Mega,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Bank Muamalat, Bank Niaga, Bank Permata dan bank swasta

lainnya.

a) Bank Milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang

berbadan hukum koperasi. Contoh bank jenis ini adalah Bank

Umum Koperasi Indonesia (BUKOPIN).

b) Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri,

baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas

kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri. Contohnya

ABN AMRO Bank, Deutsche Bank, Bank of America, Bank of

Tokyo, Bangkok Bank. City Bank, European Bank, Hongjong

Bank dan Standard Chartered Bank.

c) Bank Milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan

pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas

dipegang oleh warga Negara Indonesia. Contoh bank campuran

adalah Bank Finconesia.

c. Dilihat dari Segi Status

Status bank yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Bank Devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri

atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso ke luar negeri,

travellers cheque, pembukaan dan pembayarana Letter of Credit

dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini

ditentukan oleh Bank Indonesia.

2) Bank Non Devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan

transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan

transaksiseperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa

merupakan kebalikan daripada bank devisa, dimana transaksi yang

dilakukan masih dalam batas-batas negara.

d. Dilihat dari Segi Menentukan Harga

Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya menetukan harga baik

harga jual maupun harga beli terbagi kedalam dua kelompok (Kasmir,

2009):

1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional.

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah

bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak

terlepas dari sejarah bangsa Indonesia di mana asal mula bank di

Indonesia dibawa kolonial Belanda.

Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para

nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional

menggunakan dua metode yaitu:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

a) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan

seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga

untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan

tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal

dengan istilah Spread Based.

b) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat

menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam

nominal atau presentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini

dikenal dengan istilah Fee Based.

2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah.

Bank yang berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di

Indonesia. Bank dengan prinsip ini menggunakan aturan perjanjian

berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk

menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan

lainnya.

Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang

berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut:

a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).

b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal

(musharokah).

c) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa

pilihan (ijarah).

e) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas

barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa

iqtina).

4. Kegiatan Bank

a. Menghimpun dana (Funding)

Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana

dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal juga dengan kegiatan funding.

Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan

berbagai jenis simpanan. Simpanan sering disebut dengan nama

rekening atau account.

b. Menyalurkan dana (Lending)

Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang

berhasil dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama

kegiatan Lending. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank

dilakukan melalui pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih

dikenal dengan nama kredit. Kredit yang diberikan oleh bank terdiri

dari beragam jenis, tergantung dari kemampuan bank yang

menyalurkannya. Demikian pula dengan jumlah serta tingkat suku

bunga yang ditawarkan. Sebelum kredit dikucurkan bank terlebih dulu

menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Kelayakan ini


commit
meliputi berbagai aspek to userPenerima kredit akan dikenakan
penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank yang

menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi

keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank adalah dari

selisih bunga kredit dengan bunga simpanan.

c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Services)

Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk

mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana.

Sekalipun sebagai kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak

memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah, bahkan dewasa ini

kegiatan ini memberikan kontribusi keuntungan yang tidak sedikit bagi

keuntungan bank, apalagi keuntungan dari spread based semakin

mengecil, bahkan cenderung negatif spread (bunga simpanan lebih

besar dari bunga kredit). Semakin lengkap jasa-jasa bank yang dapat

dilayani oleh suatu bank maka akan semakin baik. Kelengkapan ini

ditentukan dari permodalan bank serta kesiapan bank dalam

menyediakan SDM yang handal. Disamping itu juga perlu didukung

oleh kecanggihan teknologi yang dimilikinya.

Bentuk services perbankan yaitu pengiriman uang (transfer),

penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing),

penagihan surat-surat berharga dari luar kota dan luar negeri (inkaso),

letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garasi, bank notes,

travelers cheque, dan jasa lainnya. Jasa-jasa bank lainnya ini

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

merupakan jasa pendukung dari kegiatan pokok bank yaitu

menghimpun dan menyalurkan dana.

Secara ringkas bank sebagai perantara keuangan dapat dilihat dari dalam

Gambar 2.1 berikut ini:

FUNGSI BANK

1 3
Beli Jual
Masyarakat yang Masyarakat yang

kelebihan dana Giro Pinjaman kekurangan dana


2 4
Tabungan (Kredit)

Deposito

Gambar 2.1
Kegiatan Bank sebagai Lembaga Intermediasi
Sumber: Kasmir (2009)
Berdasarkan Gambar 2.1 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nasabah (masyarakat) yang kelebihan dana menyimpan uang di bank

dan dalam hal ini nasabah sebagai penyimpan dan bank yang

menerima titipan simpanan sebagai pembeli dana. Nasabah dapat

memilih menyimpan dana dalam bentuk Grio, Tabungan atau

Deposito.

2. Nasabah penyimpan akan memperoleh balas jasa dari bank berupa

bunga bagi yang konvensional dan bagi hasil bagi bank yang

berdasarkan prinsip syariah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

3. Kemudian oleh bank dana yang disimpan oleh nasabah di bank yang

bersangkutan disalurkan kembali (dijual) kepada masyarakat yang

kekurangan atau membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman/kredit.

4. Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau kredit dari bank

akan mengembalikan pinjaman tersebut beserta bunga yang telah

ditetapkan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah. Khusus bagi

bank yang berdasarkan prinsip syariah pengembalian pinjaman disertai

dengan sistem bagi hasil sesuai hukum Islam.

5. Jenis-Jenis Produk Bank

a. Menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk:

1) Simpanan Giro (Demand Deposi)

2) Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

3) Simpanan Deposito (Time Deposit)

b. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk:

1) Kredit Investasi

2) Kredit Modal Kerja

3) Kredit Perdagangan

4) Kredit Konsumtif

5) Kredit Produktif

c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Services) seperti:

1) Transfer (Kiriman Uang)

2) Inkaso (Collection)

3) Kliring (Clearing) commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

4) Safe Deposit Box

5) Bank Card

6) Bank Notes

7) Bank Garansi

8) Referensi Bank

9) Bank Draft

10) Letter of Credit (L/C)

11) Cek Wisata (Traveller Cheque)

12) Jual beli surat-surat berharga

13) Menerima setoran-setoran seperti

14) Melayani pembayaran-pembayaran

15) Berperan dalam pasar modal

B. Branchless Banking

Branchless Banking adalah layanan yang diluncurkan Bank Indonesia

pada tanggal 15 Mei 2013, sesuai dengan kebijakan pemerintah Branchless

Banking bertujuan untuk meningkatkan akses pada unbankable people. Menurut

Bank Indonesia (2012) menyatakan bahwa:

Branchless Banking adalah konsep penyedia layanan perbankan di luar


bentuk konvensional bank pada umunya baik dengan menggunakan
layanan teknologi informasi dan teknologi komunikasi (information,
communication, and technology (ICT)) maupun melalui keterlibatan pihak
ketiga (organisasi) yang pada umumnya adalah Business Correspondents.

Branchless Banking menggunakan infrastruktur umum yang memungkinkan


commit to user
nasabah baik individu maupun entitas bisnis untuk menabung dan menarik dana
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

serta melakukan electronic payment yang meniadakan kebutuhan atas cabang dan

infrastruktur bank secara fisik.

Segmen nasabah utama Branchless Banking jika mengacu ke literatur

adalah masyarakat unbanked (low income people) karena tradisi bank (memiliki

cabang dan infrastruktur secara fisik) menganggap mereka cukup dibiayai dan

diberikan layanan dan produk perbankan. Tetapi jika Branchless Banking

dipandang sebagai layanan perbankan secara umum yang tidak membutuhkan

cabang dan infrastruktur secara fisik, maka segmen nasabahnya adalah publik

secara umum (individual dan entitas bisnis yang membutuhkan layanan

perbankan).

Kekuatan atau sumber daya utama bagi branchless banking adalah

teknologi informasi yang mudah diakses walaupun oleh masyarakat dengan

tingkat literacy yang rendah. Teknologi informasi berperan penting dalam

branchless banking karena teknologi informasi yang canggih dan aman menjamin

bahwa branchless banking dapat beroperasi maksimal.

Branchless banking dalam operasionalisasinya memiliki dua bentuk model

bisnis yakni (Bank Indonesia, 2012):

1) Business correspondent based model (BC)

Model bisnis ini membolehkan bank menggunakan jasa pihak ketiga

untuk menangani pembukaan rekening baru, manajemen transaksi dan

pelayanan keuangan yang lain. Di India, Bank Sentralnya mengeluarkan


commit to user
aturan bahwa transaksi yang ditangani oleh BC ini harus tampak atau
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

terlihat dalam catatan bank dalam waktu 24 jam. Keharusan itu mendorong

BC untuk menggunakan smart card dan mobile technology yang canggih.

Dalam autentifikasi ini Radio Frequency Identification Device (RFID) chip

ditempelkan pada smart cards. BC memilih opsi yang relevan kemudian,

merekap jumlah transaksi dan mengirim pesan kepada server akhir. Server

akan mengidentifikasi pesan, memproses transaksi dan mengirim

pembaharuan kembali kepada mobile dimana mobile akan mengirimnya

kembali kepada card. Teknologi ini juga bisa digunakan untuk aktivitas

keuangan yang lain.

2) Non-business correspondent based model

BC tidak termasuk ke dalam sistem dan nasabah disediakan layanan

melalui mobile devices. Mobile devices digunakan untuk memyimpan

informasi pengguna, melakukan transaksi dan memantau catatan transaksi.

Banyak model diusulkan untuk mewujudkan mobile based banking. Salah

satu model adalah dimana mobile devices dilengkapi dengan Near Field

Communication (NFC) technology and RFID chip yang digunakan untuk

autentifikasi pengguna dan beberapa transaksi. Model yang lain yakni

penyebarluasan jaringan retail agent yang melibatkan baik bank dan

telecom operator dimana retailer memiliki rekening di bank dan transaksi

dilakukan dengan cara yang sama dimana customer recharger phone

mereka.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan keterlibatan pihak ketiga dalam branchless banking maka

perbedaan model bisnis branchless banking dapat dilihat di Tabel 2.1:

Tabel 2.1
Perbedaan Model Bisnis Branchless Banking

No. Model Bisnis Keterangan Kekurangan

Satu bank Model ini sulit


berkolaborasi untuk mencapai
dengan satu lebih dari target
perusahaan karena nasabahnya
telekomunikasi terbatas pada
/ Telco pelanggan dari
(provider). satu Telco saja.
1 One-to-one (1-1) Model
Layanan ini
hanya untuk
nasabah yang
menjadi
pelanggan
provider ini
sebelumnya.

2 Satu bank Tidak semua Telco


berkolaborasi siap atau memiliki
bersama lebih kualitas yang sama
dari satu dalam
perusahaan menyediakan
telekomunikasi layanan ini.
One-to-many (1-) Model / Telco
(provider).

Model ini
memungkinkan
menjangkau
sejumlah
nasabah yang
commit to user
memiliki
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

No. Model Bisnis Keterangan Kekurangan

mobile phone
connection.

Banyak bank TPS harus mampu


dan banyak mengatur seluruh
Telco transaksi,
bekerjasama meyimpan seluruh
untuk bukti-bukti
menjangkau transaksi, dan
3 Many-to-many (-) Model nasabah. menyediakan
rekonsiliasi
Sistem ini
transaksi harian
membutuhkan
dari seluruh bank
central
anggota
transaction
processing
system (TPS).

Model bisnis yang Model bisnis yang


dapat dilakukan menggunakan
dengan kerja sama teknologi yang
dengan pihak lain tidak terbatas
4 Alternate Channel selain Telco hanya pada mobile
misalnya phone.
perusahaan
distributor dan
kantor pos.

Sumber: Bank Indonesia, 2012 (diolah)

C. Analisis Faktor Internal

Faktor internal merupakan informasi yang meliputi faktor kekuatan

(strength) dan kelemahan (weakness) suatu perusahaan/lembaga/produk

(Rangkuti, 2013). Faktor internal commit


adalah faktor
to useryang lebih pada intern perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

dalam rangka menilai atau mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap

bagian. Faktor ini dipakai untuk membedakan diri dari pesaing, sehingga harus

dilihat dari sudut pandang konsumen. Setiap unit bisnis perlu dinilai kekuatan dan

kelemahannya secara periodik. Setiap perusahaan harus mengelola beberapa

proses dasar, seperti menciptakan produk baru, bahan baku sampai barang jadi,

prospek penjualan sampai pesanan, pesanan sampai uang diterima, problem

pelanggan sampai waktu penyelesaian, dan seterusnya. Walaupun mungkin setiap

bagian mempunyai kompetisi ini, tantangannya adalah mengembangkan

kemampuan kompetitif yang unggul dalam mengelola proses-proses tersebut

(Kotler dan Susanto, 2000).

D. Analisis Faktor Eksternal

Faktor ekternal merupakan informasi yang meliputi faktor peluang

(opportunitie) dan ancaman (threat) suatu perusahaan/lembaga/produk (Rangkuti,

2013). Faktor eksternal adalah suatu kekuatan luar perusahaan dimana perusahaan

tersebut tidak mempunyai pengaruh sama sekali terhadapnya, namun kerusakan-

kerusakan yang terjadi pada lingkungan akan mempengaruhi kinerja semua

perusahaan dalam industri tersebut. Dengan menggambarkan ancaman dan

peluang utama yang dihadapi unit bisnis tertentu, kita dapat menjabarkan daya

tarik keseluruhan (Kotler dan Susanto, 2000).

1. Peluang adalah suatu kebutuhan dimana perusahaan dapat bergerak

dengan memperoleh laba. Peluang dapat dicatat dan dipilah menurut

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

daya tariknya dan kemungkinan berhasilnya. Penjelasan peluang dapat

dijelaskan dalam gambar berikut ini:

Tabel 2.2
Analisis Faktor Eksternal Peluang

Peluang

Tinggi Rendah

D
a
y Tinggi 3
1
a

T
a
r Rendah 4
2
i
k

Sumber: Kotler dan Susanto (2000)

Keterangan:

a. Peluang terbaik untuk perusahaan akan ditulis di kotak kiri atas (1).

b. Peluang dalam kotak kanan bawah lurus terlalu kecil untuk

dipertimbangkan (4).

c. Peluang dalam kotak kanan atas dan kiri bawah (3 dan 2) harus

diamati, jika daya tarik atau kemungkinan suksesnya meningkat.

2. Ancaman adalah tantangan akibat kecenderungan yang tidak

menguntungkan atau perkembangan yang akan mengurangi penjualan

dan laba bila tidak dilakukan gerakan defensive.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.3
Analisis Faktor Eksternal Ancaman

Kemungkinan Terjadi

Tinggi Rendah

3.
K
e
4.
s Tinggi
e 1 3
r
5.
i
u
6.
s Rendah
2 4
a
7.
n

Sumber: Kotler dan Susanto (2000)

Keterangan:

a. Ancaman di pojok kiri atas adalah ancaman utama karena dapat

benar-benar merugikan perusahaan dan kemungkinan terjadinya

besar (1). Untuk ancaman seperti itu, perusahaan perlu menyiapkan

lagkah penyelamatan yang menjelaskan perubahan yang harus

dilakukan perusahaan menjelang dan selama terjadinya ancaman.

b. Ancaman di kotak kanan bawah sangat kecil dan dapat diabaikan (4).

c. Ancaman di kotak kanan atas dan kiri bawah (3 dan 2), tidak perlu

rencana-rencana penyelamatan, namun perlu diamati kalau terjadi

lebih serius.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

E. Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2013), analisis SWOT ini meliputi berbagai faktor

secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan yang didasarkan pada

logika yang memaksimalkan kekuatan (Strengths), peluang (Opportunity), dan

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness), dan ancaman

(Threats). Kombinasi berbagai strategi faktor analisis SWOT dapat dilihat pada

Gambar 2.2.

Berbagai Peluang

3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi


turn-around agresif

Kelemahan Kekuatan

Internal Internal
4. Mendukung 2. Mendukung strategi
strategi defensif diversifikasi

Berbagai Ancaman

Gambar 2.2
Bagan Analisis SWOT
Sumber: Rangkuti (2013)

Keterangan:

1. Kuadran I (Strategi Agresif)


Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented
Strategy).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

2. Kuadran 2 (Strategi Diversifikasi)


Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
3. Kuadran 3 (Strategi Turn-around)
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain
pihak, ia mengalami beberapa kendala/kelemahan internal. Faktor
strategi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan
sehingga dapat merebut peluang pasar yang baik.
4. Kuadran 4 (Strategi Defensif)
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi ancaman dan kelemahan internal.

F. Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2013) pada analisis SWOT, instrument yang

dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah Matriks SWOT.

Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal

yang dihadapi perusahaan agar dapat disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan. Matriks SWOT ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif

strategis. Matriks ini tergambar sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.4
Matriks SWOT

STRENGTHS (S) WEAKNESS (W)


Internal Tentukan faktor
Tentukan faktor
kelemahan internal kekuatan internal
Eksternal
STRATEGI SO STRATEGI WO
OPPORTUNITIES (O) Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Tentukan faktor peluang menggunakan kekuatan meminimalkan
eksternal untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang

STRATEGI ST STRATEGI WT
TREATHS (T) Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Tentukan faktor menggunakan kekuatan meminimalkan
ancaman eksternal untuk mengatasi kelemahan untuk
ancaman menghindari ancaman

Sumber: Rangkuti (2013)

Setelah melihat dari tabel tersebut, maka terdapat empat alternatif

bagi perusahaan untuk melakukan strategi pemasaran produknya. Alternatif-

alternatif strategi pemasaran tersebut antara lain:

1. Strategi SO (Strength-Opportunity)

Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk

memanfaatkan peluang eksternal. Strategi SO berusaha dicapai dengan

menerapkan strategi ST, WO, dan WT. Apabila perusahaan mempunyai

kelemahan utama pasti perusahaan akan berusaha menjadikan kelemahan

tersebut menjadi kekuatan. Jika perusahaan menghadapi ancaman utama,

perusahaan akan berusaha menghindari ancaman jika berkonsentrasi pasa

peluang yang ada.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

2. Strategi WO (Weakness-Opportunuty)

Stategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal perusahaan

dengan memanfaatkan peluang eksternal yang ada. Salah satu alternatif

strategi WO adalah dengan perusahaan melakukan perekrutan dan

pelatihan staf dengan kemampuan dan kualifikasi yang dibutuhkan.

3. Strategi ST (Strength-Threat)

Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan perusahaan untuk

menghindari ancaman jika keadaan memungkinkan atau meminimalkan

ancman eksternal yang dihadapi. Ancaman eksternal ini tidak selalu harus

dihadapi sendiri oleh perusahaan tersebut, bergantung pada masalah

ancaman yang dihadapi, seperti halnya faktor perekonomian, peraturan

pemerintah, gejala alam, dan lain sebagainya.

4. Strategi WT (Weakness-Threat)

Posisi ini sangat menyulitkan perusahaan, akan tetapi tidak menutup

kemungkinan bagi perusahaan utnuk mengatasi posisi yang menyulitkan

ini. Perusahaan harus memperkecil kelamahan jika memungkinkan

perusahaan akan menghilangkan kelemahan internal serta menghindari

ancaman eksternal yang ada guna pencapaian tujuan perusahaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

G. BRILinks

1. Definisi

Menurut Nota Dinas No. B.961-LYN/KPO/11/2013 menyatakan

bahwa:

BRILinks sebagai salah satu konsep perluasan delivery channel


BRI diharapkan dapat meningkatkan transaksi dan pelayanan
kepada nasabah. Dengan konsep kerjasama berupa pemanfaatan
biller BRI oleh agen BRILinks baik melalui sistem perangkat BRI
atau sistem agen (pihak ke-3) BRILinks dengan konsep sharing fee
yang disepakati, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
perbankan bagi para nasabah maupun masyarakat melalui outlet dari
rekanan BRI. Media atau perangkat untuk pelaksaan transaksi
BRILinks yang digunakan adalah Electronic Data Capture (EDC).

2. Tujuan Penyelenggaraan BRILinks

Tujuan penyelenggaraan BRILinks adalah:

a. Menghimpun dana murah melalui rekening dana agen,

b. Meningkatkan fee based income dengan peningkatan perangkat BRI

atau utilitas EDC BRI,

c. Mengurangi cost of transaction BRI dengan mengalihkan transaksi

yang ada di unit kerja BRI ke e-channel BRI,

d. Memberikan kemudahan, kenyamanan, kecepatan dan keamanan

bagi nasabah dalam melakukan transaksi perbankan baik bagi

nasabah yang telah memiliki nomor rekening maupun belum.

e. Memperluas jaringan mikro dan menambah jumlah nasabah

(customer based), dan

f. Mewujudkan less cash society.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

3. Konsep Produk BRILinks

Konsep layanan BRILinks terdiri dari 2 konsep yaitu:

1) BRILinks Mitra merupakan agen BRILinks yang menggunakan

kartu debit BRI dalam melakukan transaksi dengan perangkat BRI.

2) BRILinks Instansi merupakan agen BRILinks yang menggunakan

kartu BRILinks dalam melakukan transaksi. Kartu BRILinks

merupakan kartu dengan magnetic stripe-based yang hanya dapat

digunakan untuk otorisasi transaksi di EDC yang telah terintegrasi

dengan kartu, sehingga tidak dapat digunakan di channel lain.

4. Fitur-Fitur BRILinks

Fitur-fitur yang terdapat dalam layanan BRILinks adalah sebagai berikut:

a. Informasi

b. Transfer

c. Pembayaran

d. Isi Ulang

e. Ubah Personal Identification Number (PIN)

f. Re-print

g. Report

5. Keuntungan BRILinks

Beberapa keuntungan bertransaksi menggunakan BRILinks:

a. Memberikan pelayanan atau fasilitas lebih kepada customer.

b. Kemudahan dalam bertransaksi menggunakan mesin EDC.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

c. Proses transaksi aman karena petugas diberikan Kartu BRILinks

(untuk BRILinks Instansi).

d. Meningkatkan pendapatan agen dengan adanya Sharing Fee.

6. Target Sasaran Agen BRILinks

Target sasaran menjadi Agen BRILinks adalah sebagai berikut:

1) Koperasi (Simpan Pinjam, Konsumen, Pemasaran, Jasa dan Serba

Usaha)

2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

3) Debitur atau nasabah simpanan potensial BRI

4) Agen PPOB

5) Reseller pulsa

6) Merchant ritel seperti minirmarket, toserba.

7) Merchant ritel dan mikro lainnya dengan mempertimbangkan potensi

> 150 transaksi perbulan.

commit to user

Вам также может понравиться