Вы находитесь на странице: 1из 5

Menunggu Keajaiban

Hari ini ada senyuman yang tersirat dari Sang Mentari. Cahayanya menyisir
dedaun lebat setiap pepohonan. Ia muncul sebagai penghangat hati yang masih dingin
sedari pagi. Dan inilah hati yang dingin itu. Di lingkaran dalam ruangan ini aku
menunggu. Bersama teman-temanku. Hari penting. Amat penting. Bagiku, teman-
temanku, dan seluruh pelajar SMA kelas 12. Semua bola mata tertuju pada guru kami.
Sebenarnya tatapan kami bukan terarah pada guru kami. Tetapi lebih persis ke arah
lembaran-lembaran yang dibawanya. Lembaran yang berkenaan dengan kelulusan kami.

Dan ini dia. Kami semua lulus. Sebenarnya, mengenai kelulusan, kami yakin
semua lulus. Jadi, itu tak terlalu mengejutkan bagi kami. Namun. Nilai Ujian Nasional.
Itulah yang sesungguhnya kami nantikan. Kami pun sibuk menduga-duga.

Semalam, aku diributkan oleh pikiranku sendiri. Sibuk bertanya pada diriku
sendiri. Bukan satu, dua, atau lima. Tapi ribuan. Ya. Ribuan pertanyaan. Apa yang
terjadi besok? Bagaimana nasib nilaiku? Dan antah-berantah lainnya. Bukan tanpa
sebab aku khawatir, saat Ujian Nasional berlangsung kondisiku sedang sakit. Entah
bagaimana hasilnya nanti. Pikiranku pun mencoba merangkai-rangkai kejadian-kejadian
yang akan terjadi besok. Hingga akhirnya aku lelah sendiri dan tertidur. Tapi, apakah
aku sudah tenang? Tidak. Sama sekali tidak. Setelah bangun pun aku dihunjam oleh
mimpi buruk. Juga pertanyaan-pertanyaan mulai meruwatkan pikiranku lagi.

Dan siang ini, itu masih membayang di pikiranku. Semua kekhawatiran, rasa
optimis, ragu, yakin, juga lainnya teraduk-aduk. Keingintahuanku mendidih dan rasanya
akan meledak. Berdoa. Terus saja berdoa.

***

Baru tiga bulan. Bukan waktu yang lama bukan? Aku bergabung dengan One
Day One Juz. Tepat dua bulan menjelang Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas. Dua
bulan yang melelahkan. Sebab, dua bulan itu murid ditekan dengan ujian-ujian sekolah
dan latihan-latihan. Terus dan berturut-turut. Ditambah aku harus tilawah setiap hari
satu juz. Jadi, harus ekstra menata waktu agar jadwalku tidak semrawut. Sebenarnya
tidak ada keberatan bagiku. Justru semangatku kian hari kian bertambah. Dibalik ini
semua bukan tanpa sebab. Aku membawa segenggam bekal semangatku. Yaitu janji
Allah.

Bukankah Allah SWT menyayangi hamba-Nya yang bertakwa? Bukankah Allah


SWT akan memberikan kemudahan kepada hamba-Nya yang mendekatkan diri kepada-
Nya? Pasti. Allah SWT akan menepati janji-Nya. Dan dengan mengikuti One Day One
Juz inilah Allah SWT pasti akan menolongku.

Seperti artikel yang kubaca beberapa hari yang lalu. Seorang siswi yang
bertarung dengan ujian sekolahnya. Dan harus menghafal Al-Quran setiap harinya.
Sulit bukan? Tapi, Subhanallah. Allah SWT menolongnya. Ia pun mendapatkan hasil
yang sangat baik dan memuaskan. Seperti sebuah keajaiban. Sebuah kasus yang sama
denganku. Hanya saja dia dengan hafalan Al-Qurannya. Dan aku dengan tilawahku
yang sebenarnya juga tidak mudah bagi pemula sepertiku. K-e-a-j-a-i-b-a-n. Aku
menunggunya.

***

Dan detik-detik saat guruku membacakan nilaiku. Aku sungguh tidak percaya.
Benar-benar diluar dugaan. Benarkah ini. Mataku berkaca-kaca. Lamat-lamat aku
melihat selembar kertas di tanganku. Nilaiku buruk. Amat buruk. Ingin sekali aku
menangis. Tapi aku tidak boleh meluapkannya di depan teman-temanku. Siapa yang
bisa membayangkan? Orang yang pernah menjadi nomor satu di kelas, sekarang ini
menjadi penyandang nilai terburuk Ujian Nasional di kelas. Dunia serasa berhenti.
Tubuhku serasa dibentur-benturkan.

Ya Allah.. Apa ini?

Dalam batin, aku terus berteriak Ya Allah.. Ya Allah.. Ya Allah..

Tidak! Aku harus menerima! Aku harus bersyukur! Aku tidak boleh
menyalahkan Allah. Tegar. Aku terus menahan prasangka-prasangka burukku terhadap
Allah. Lelah memang. Tapi, aku tidak akan membiarkan setan menguasaiku.

Astaghfirullah..

Astaghfirullah..
***

Hari ini aku belum menyelesaikan satu juzku. Dengan hati yang masih sedikit
kecewa dan mata sembap, kubuka mushaf Al-Quranku. Terlintas sekelebat terjemahan
ayat Al-Quran. Kubaca.

79. apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana
yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi
Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.

Berulang-ulang kubaca.

Masya Allah.

Tangisku pun pecah. Aku beristighfar sebanyak-banyaknya. Ini tamparan


untukku. Peringatan. Pelajaran. Amat berharga. Aku teringat. Jadi inilah kesalahanku.
Sebuah pertanyaan yang seharusnya sedari dulu ku tanyakan pada diriku sendiri, kenapa
baru sekarang aku menyadarinya?

Untuk apa aku tilawah? Untuk apa aku bergabung One Day One Juz?

Dulu..

Dengan tilawah aku ingin nilaiku bagus

Dengan tilawah aku ingin membuktikan bahwa dengan tilawah nilaiku menjadi bagus

Sekarang. Aku mengucap syukur yang amat mendalam kepada Allah SWT. Dia
memberiku pelajaran yang amat berharga. Yang begitu menampar. Menandakan bahwa
hal itulah yang utama dan terpenting. Yaitu N-I-A-T. Memperbaiki niat.

Bayangkan. Bila aku tidak diberi pelajaran itu. Apa yang aku niatkan untuk
tilawah-tilawahku berikutnya. Yang pasti karena mengejar dunia dan bukan karena
Allah.
Satu pelajaran lagi.

Ketahuilah..

Bahwa doa seorang hamba tidak mesti diterima oleh Allah

Karena

Manakala Allah membuka pintu pemahaman kepada engkau ketika Dia tidak memberi
engkau

Maka

Ketiadaan pemberian itu

Merupakan pemberiaan yang sebenarnya.

-Abu Nawas-

Nama : Marah Yusril Aulia

No. Grup : 615

Alamat : Ds. Sugihwaras RT.13/RW.03, Kec. Maospati, Kab. Magetan, Jatim

No. Hp : 085749145962

e-mail : myaulia123@gmail.com

Вам также может понравиться