Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
Biologi Perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang dapat dipanen oleh
manusia. Kadang pengertian istilah Biologi ikan ditujukan kepada pengertian fisiologi, reproduksi,
pertumbuhan, kebiasaan makanan, tingkah laku, dan sebagainya. Usaha mengembangkan dan
memajukan perikanan, pengetahuan mengenai habitat, penyebaran dan aspek biologi dari ikan
menjadi dasar utama dalam usaha ini, dimana kematangan gonad sangat berhubungan dengan
pemijahan. Tak terkecuali dengan fekunditas yang juga memegang peranan penting dalam
penentuan kelangsungan populasi dan dinamika kehidupan. Hubungan panjang berat akan
bermanfaat dalam menentukan nilai faktor kondisi dan sifat pertumbuhan ikan (Effendie, 1997).
Atas dasar tersebut praktikum biologi perikanan dilaksanakan dengan komposisi materi meliputi
analisa morfometri, analisa pola kebiasaan makanan ikan (food habits), tingkat kematangan gonad,
indeks kematangan gonad, nilai fekunditas, analisa hubungan panjang berat, dan faktor kondisi. Ikan
yang digunakan adalah ikan tiga waja (Otolithoides microdom) (Effendie, 1997).
Dengan melaksanakan praktikum Biologi Perikanan ini diharapkan kita dapat lebih memahami dan
mengerti segala kegiatan yang dilakukan selama praktikum berlangsung dan dapat memahami hasil
yang diperoleh dalam praktikum ini sehigga kita dapat lebih mendalami mata kuliah Biologi
Perikanan (Effendie, 1997).
1.2. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang didapat untuk
dikembangkan lagi dalam perkulihan serta dapat bermanfaat bagi dunia perikanan.
1.3. Tujuan
Praktikum Biologi Perikanan ini dilaksanakan pada tanggal 11 November 2006 di Laboratorium
Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tingkah laku dan kebiasaan hidup dalam suatu habitat akan berpengaruh pada bentuk tubuh ikan.
Habitat suatu ikan akan mempengaruhi bentuk tubuh dan macam-macam alat tubuh yang
berkembang. Sedangkan cara gerak dan tingkah laku tiap spesies ikan akan berbeda tiap habitat
(Effendie 1997).
Bentuk tubuh ikan digunakan untuk mengetahui cara hidup ikan tersebut. Bentuk tubuh ikan
masing-masing menurut Rahardjo (1980) adalah, sebagai berikut:
1. Bentuk pipih, terdiri dari dua pipih yaitu pipih lateral, dimana ikan ini dalam keadaan biasa
berenang dengan lambat tetapi bila datang bahaya atau hal lain mampu berenang dengan
cepat dan pipih dorsaventral, bentuk ikan ini sangat dekat dengan ikan yang hidup di dasar
perairan.
2. Bentuk torpedo, bentuk tubuhnya ramping dengan potongan melintang, badan berbentuk
elips.
4. Bentuk paruh.
7. Bentuk kombinasi
Ikan memiliki bentuk dan ukuran tertentu dan berbeda antara ikan yang satu dengan yang lain. Hal
ini menunjukkan bahwa ada spesifikasi tertentu pada karakteristik, bentuk dan ukuran tubuh ikan di
alam. Analisa morfometri merupakan suatu analisis atau pengamatan terhadap morfologi ikan
tersebut (Effendie, 1997). Menurut Rifai (1983), morfologi adalah ciri-ciri luar tubuh ikan yang
terlihat dan harus diamati yang meliputi: bentuk tubuh, warna, bentuk operculum, mengukur antar
bagian tubuh ikan.
Dalam Biologi Perikanan, pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan
untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari
pengetahuan tahap kematangan gonad ini juga akan didapatkan keterangan bilamana ikan itu akan
memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali
gonadnya menjadi masak, ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhinya. Ukuran dan umur ikan menjadi tanda masak gonad, apakah
ikan sudah dewasa atau belum, memijah atau belum, kapan masa pemijahannya, berapa lama saat
pemijahannya, berapa kali pemijahannya dalam satu tahun, dan sebagainya. Umumnya
pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan
sebesar 5-10% (Effendie, 1997).
Dalam penentuan tingkat kematangan gonad ikan ada dua cara. Pertama adalah secara morfologi
yaitu penentuan yang dilakukan di lapangan atau di laboratorium berdasarkan bentuk, ukuran
panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad
ikan betina lebih banyak diperhatikan daripada ikan jantan karena perkembangan diameter telur
yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat daripada sperma yang terdapat dalam testis. Kedua
adalah secara histologis yaitu penentuan yang dilakukan di laboratorium berdasarkan kepada
penelitian mikroskopik. Dari penelitian ini akan diketahui anatomi perkembangan gonad yang lebih
jelas dan mendetail (Effendie, 1997).
Menurut Effendie (1997), garis besar penentuan tahap kematangan gonad adalah sebagai berikut :
1. Apabila ikan itu mempunyai seksual demorpisme yang jelas membedakan antara jantan dan
betina, untuk kemudian diteliti lebih lanjut masing-masing tingkat kematangannya.
2. Apabila ikan tidak mempunyai seksual demorpisme dan tidak mempunyai sifat seksual
sekunder yang jelas, maka untuk melihat jenis kelaminnya dengan jalan melihat gonad
melalui pembedahan.
3. Baik untuk ikan jantan maupun ikan betina, ambilah gonadnya dan pisahkan menurut
kelaminnya. Gonad ikan jantan dikelompokkan sendiri demikian pula gonad ikan betina,
namun data lainnya dari masing-masing gonad tersebut jangan sampai hilang atau
tercampur sehingga menyusahkan analisa selanjutnya.
4. Gonad ikan dikelompokkan kedalam beberapa kelompok mulai dari yang terendah sampai
tertinggi. Pembagian kelompok ini sebaiknya hanya beberapa saja dimana untuk
membedakan satu kelompok dengan kelompok lainnya yang terdekat harus jelas
perbedaannya.
Menurut Effendie (1979), beberapa tanda yang dapat dijadikan pembeda dalam penentuan
kelompok Tingkat Kematangan Gonad, diantaranya ialah :
Untuk ikan betina :
1. Bentuk ovarium
4. Warna ovarium
9. Warna telur
1. Bentuk testis
4. Warna testis
5. Keluar tidaknya testis dari tubuh ikan (sebelum ikan dibedah/dalam keadaan segar).
Tingkat kematangan gonad ikan menurut Kesteven (Bagenal dan Braum, 1968) :
1. Dara
Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung. Testis dan ovarium transparan,
tidak berwarna sampai abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa.
1. Dara berkembang
Testis dan ovarium jernih, abu-abu-merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang
rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.
1. Perkembangan I
Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, kemerah-merahan dengan pembuluh darah kapiler.
Mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat oleh mata seperti serbuk
putih.
1. Perkembangan II
Testis putih kemerah-merahan. Tidak ada pati jantan atau sperma kalau bagian perut ditekan.
Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur.
Ovarium mengisi kira-kira 2/3 ruang bawah.
1. Bunting
Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis warnanya putih. Telur bentuknya bulat , beberapa
daripadanya jernih dan masak.
1. Mijah
Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan. Kebanyakan telurnya berwarna jernih dengan
beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam ovarium.
1. Mijah/salin
Belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bentuknya bulat telur.
1. Salin/spent
Testis dan ovarium kosang dan berwarna merah. Beberapa telur dalam kedaan sedang dihisap
kembali.
1. Pulih salin
Tingkat kematangan gonad ikan menurut Nikosky (Bagenal dan Braum, 1968) :
1. Tidak masak
1. Tahap istirahat
Produk seksual belum mulai berkembang; gonad kecil ukurannya; telur belum dapat dibedakan oleh
mata biasa.
1. Pemasakan
Telur-telur dapat dibedakan oleh mata biasa ; pertambahan berat gonad dengan cepat sedang
berjalan ; testis berubah dari transparan ke warna muda pias.
1. Masak
Produk seksual masak ; gonad mencapai berat yang maksimum, tetapi produk seksual tersebut
belum keluar bila perutnya ditekan.
1. Reproduksi
Produk seksual keluar bila perut ditekan perlahan ; berat gonad turun menjadi cepat dari awal
pemijahan sampai selesai
1. Kondisi salin
Produk seksual telah dikeluarkan ; lubang pelepasan kemerah-merahahan; gonad seperti kantung
kempis, ovari biasanya berisi beberapa telur sisa, dan testis berisi sperma sisa.
1. Tahap istirahat
Produk seksual sudah dilepaskan, lubang pelepasan tidak kemerah-merahan lagi, gonad bentuknya
kecil, telur belum dapat dibedakan oleh mata biasa.
Selama proses reproduksi, sebelum pemijahan terjadi sebagian besar hasil metabolisme tertuju
untuk perkembangan gonad. Gonad akan bertambah berat seiring dengan makin besar ukuran
tubuhnya, termasuk pada garis tengah telurnya. Gonad mencapai berat dan ukuran maksimum
sesaat sebelum ikan itu memijah, kemudian turun dengan cepat selama pemijahan berlangsung
sampai proses selesai (Effendie, 1979).
Secara morfologi perubahan-perubahan ini dapat dinyatakan dalam tingkat kematangan gonad.
Pengamatan morfologi meliputi warna, penampakan dan ukuran terhadap rongga tubuh.
Perhitungan secara kuantitatif dinyatakan dengan Indeks Kematangan Gonad (IKG), suatu
persentase perbandingan berat gonad dengan berat tubuh.
Keterangan :
Fekunditas ialah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada saat ikan itu akan memijah.
Fekunditas ini dinamakan fekunditas individu atau fekunditas mutlak. Sedangkan jumlah telur per
satuan berat atau panjang ikan disebut fekunditas nisbi (Nikolsky, 1963) dan fekunditas ikan selama
hidupnya disebut fekunditas total (Royce, 1972).
Perhitungan fekunditas adalah perhitungan terhadap gonad ikan yang sudah masak yang
diperkirakan tidak lama lagi akan berpijah. Dalam kenyataannya sering dilakukan terhadap ikan yang
gonadnya belum masak benar tetapi butir telur ikan tersebut sudah dapat dipisahkan. Bila demikian
maka sebaiknya tingkat kematangan gonad ikan dinyatakan dengan tepat agar mendapat gambaran
sebenarnya terutama kalau dihubungkan dengan parameter lainnya (Effendie, 1997).
Beberapa peneliti berdasarkan kepada definisi yang umum tadi mengembangkan lagi definisi
fekunditas sehubungan dengan aspek-aspek yang ditelitinya. Misalnya kesulitan yang timbul dalam
menentukan fekunditas itu ialah komposisi telur yang heterogen, tingkat kematangan gonad yang
tidak seragam dari populasi ikan termaksud, waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya.
Bagenal (1978) membedakan antara fekunditas yaitu jumlah telur matang yang akan dikeluarkan
dengan fertilitas yaitu jumlah telur matang yang dikeluarkan oleh induk (Effendie, 1997).
Nikolsky (1969) menyatakan bahwa kapasitas reproduksi dari pemijahan populasi tertentu untuk
mengetahuinya harus menggunakan fekunditas populasi relatif. Misalnya fekunditas populsi relatif
dari seratus, seribu, atau sepuluh ribu individu dari kelompok umur tertentu. Jumlah ikan dalam
tiap-tiap kelas umur dikalikan fekunditas rata-rata dari umur itu. Hasil yang didapat dari
menjumlahkan semua kelompok umur memberikan fekunditas relatif. Fekunditas ini dapat berbeda
dari tahun ke tahun karena banyak individu yang tidak memijah tiap-tiap tahun. Apabila dalam satu
tahun terdapat individu dalam jumlah banyak akan menyebabkan fekunditas rendah pada tahun
yang lainnya.
Menurut Nikolsky (1963), jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan dinamakan fekunditas
individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang
ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus diikutsertakan semua
ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Konsekuensinya harus
mengambil telur dari beberapa bagian ovari (kalau bukan dengan metoda numerikal). Kalau ada
telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang
sama harus dihitung terpisah. pada tahun 1969, Nikolsky selanjutnya menyatakan bahwa adalah
jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam ovari biasanya ada
dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil. Sehubungan dengan ini maka dianjurkan untuk
menentukan fekunditas ikan apabila ovari ikan itu sedang dalam tahap kematangan yang ke
IV (menurut Nikolsky) dan yang baik sesaat sebelum terjadi pemijahan (Effendie, 1997).
Menurut Bagenal et all (1967), untuk ikan-ikan tropik dan sub-tropik, definisi fekunditas yang paling
cocok kondisinya ialah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya.
Parameter ini relevan dan dapat ditentukan karena kematangan tiap-tiap ikan pada waktu pertama
kalinya dapat diketahui dan juga statistik kecepatan mortalitasnya dapat ditentukan pula dalam
pengelolaan perikanan yang baik. Menurut Effendie (1979) nilai fekunditas dapat dinyatakan dengan
rumus :
Keterangan :
F = Fekunditas
X = Jumlah telur
Analisa pola kebiasan makanan ikan dipakai dalam menentukan gizi alamiah ikan itu. Dengan
mengetahui kebiasaan makanan ikan, maka dapat dilihat hubungan ekologi diantara organisme.
Misalnya rantai makanan, bentuk-bentuk pemangsaan, predasi dan kompetisi. Jadi makanan dapat
menjadi faktor penentu bagi pertumbuhan, kondisi ikan, dan populasi ikan tersebut. Jenis makanan
satu spesies ikan biasanya tergantung pada umur, tempat dan waktu dimana ikan tersebut berada
(Effendie, 1979).
Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata, Penciuman dan peraba
digunakan juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang
kekurangan cahaya atau dalam perairan keruh dalam mencari makanan akan mengukur apakah
makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan penciuman
dan peraba tidak melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan
diterima atau ditolak (Effendie, 1979).
Sehubungan dengan kebiasaan ikan mencari makanannya, pada ikan terdapat apa yang
dinamakan feeding periodicity masa ikan aktif mengambil makanan selama 24 jam. Bergantung
kepada ikannya feeding periodicity ada yang satu atau dua kali. Lamanya ada yang satu atau dua
jam, bahkan ada yang terus menerus. Pada ikan buas memakan mangsa ukuran besar interval
pengambilan makanannya mungkin lebih dari satu hari. Feeding periodicity ikan nocturnal aktif pada
malam hari dimulai dari matahari terbenam sampai pagi dan untuk ikan diurnal pada siang
hari. Feeding periodicity ini berhubungan suplai makanan juga dengan musim. Kalau kondisi
lingkungan menjadi buruk feeding periodicity dapat berubah, bahkan dapat menyebabkan
terhentinya pengambilan makanan (Effendie, 1979).
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran individu, biasanya pertumbuhan diukur dalam satuan
panjang, berat dan atau energi. Dalam hubungannya dengan waktu, pertumbuhan didefinisikan
sebagai ukuran rata-rata ikan pada waktu tertentu (pertumbuhan mutlak) dan perubahan panjang
atau berat pada awal periode (pertumbuhan nisbi) ( Effendie, 1979).
Menurut Wootton (1990), hubungan panjang dan berat ikan memberikan suatu petunjuk tentang
keadaan ikan. Studi hubungan berat panjang dan berat ikan mempunyai nilai praktis yang
memungkinkan mengubah nilai panjang ke dalam berat ikan atau sebaliknya.
Seperti telah dikemukakan dimuka bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
ini dapat digolongkan menjadi dua bagian yang besar yaitu faktor dalam dan luar. Faktor-faktor ini
ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar
dikontrol, diantaranya ialah keturunan seks, umur parasit dan penyakit. Dalam suatu kultur, faktor
keturunan mungkin dapat dikontrol dengan mengadakan seleksi untuk mencari ikan yang baik
pertumbuhannya. Tetapi kalau dalam alam tidak ada kontrol yang dapat diterapkan. Juga faktor seks
tidak dapat dikontrol. Ada ikan betina pertumbuhannya lebih baik dari ikan jantan dan sebaliknya
ada pula spesies ikan yang tidak mempunyai pertumbuhan pada ikan betina dan ikan jantan.
Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali kiranya mempengaruhi pertumbuhan yaitu
kecepatan pertumbuhan menjadi sedikit lambat. Sebagian dari makanan yang dimakan tertuju
kepada perkembangan gonad. Pembuatan sarang, pemijahan penjagaan keturunan membuat
pertumbuhan tidak bertambah karena pada waktu tersebut pada umumnya iakn tidak makan. Baru
setelah periode tersebut ikan mengembalikan lagi kondisinya dengan mengambil makanan tersebut
sedia kala (Bagenal, 1967) dalam Effendie (1979)
Pertambahan ukuran baik dalam panjang atau dalam berat biasanya diukur dalam waktu tertentu.
Hubungan pertambahan ukuran dengan waktu bila digambarkan dalam suatu sistem koordinat
menghasilkan suatu diagram dikenal dengan nama kurva pertumbuhan (Djuhanda, 1981).
Hubungan panjang dan berat ikan memberikan suatu petunjuk tentang keadaan ikan. Analisa
hubungan panjang dan berat ikan mempunyai nilai praktis yang memungkinkan untuk mengubah
nilai panjang kedalam berat ikan atau sebaliknya (Rifai, 1983).
Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan adalah faktor kondisi atau indeks ponderal. Sering
pula disebut faktor K. Faktor ini menunjukkan keadaan balik dari ikan yang dilihat dari segi kapasitas
fisik untuk survival dan reproduksi. Dalam penggunaanya secara komersil, kondisi ini memiliki arti
kualitas dan kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat dimanfaatkan atau dimakan. Jadi
kondisi disini berarti memberikan keterangan secara biologis maupun komersial (Effendie, 1997).
Selama dalam masa pertumbuhan, tiap pertambahan berat material ikan akan bertambah panjang
dimana perbandingan liniernya akan tetap. Dalam hal ini, berat ikan yang ideal dianggap sama
dengan pangkat tiga dari panjangnya dan berlaku untuk ikan kecil maupun besar. Bila terdapat
perubahan berat tanpa diikuti oleh perubahan panjang atau sebaliknya, akan menyebabkan
perubahan nilai perbandingan tadi ( Effendie, 1997).
Perhitungan faktor kondisi ini berkaitan dengan perhitungan analisis hubungan panjang berat ikan
yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk perhitungan faktor kondisi digunakan rumus :
Dimana :
W = Berat rata-rata ikan dalam gram yang terdapat dalam suatu kelas
kelas tersebut.
Harga K sebenarnya tidak berarti apa-apa, akan tetapi terlihat kegunaannya apabila telah
dibandingkan dengan individu lainnya antara satu grup dengan grup lainnya. Harga K itu berkisar
antara 2 4 apabila bentuk agak pipih, sedangkan bila badannya kurang pipih maka harga K berkisar
antara 1 3 (Effendie, 1997).
BAB III
3.1. Materi
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisis morfometri
5 -
Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan tingkat kematangan gonad
Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan indeks kematangan gonad
Tabel 5. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisa pola kebiasaan makan (food
habits)
Tabel 6. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisa hubungan panjang berat
Tabel 7. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisa faktor kondisi
3
3.2. Metode
1. Mengukur berat ikan , panjang standart, panjang total, lebar dan tinggi mulut serta
tinggi badan.
1. Menyiapkan gonad ikan yang sudah diperoleh nilai IKG-nya, kemudian mengamati dengan
bantuan kaca pembesar
2. Bentuk testis
5. Warna testis
3. Warna ovarium
4. Ukuran telur dalam ovarium secara umum
7. Warna telur
3. Menentukan klasifikasi kematangan gonad dengan melihat kunci tingkat kematangan gonad
menurut Nikolsky dan Kestevan.
1. Membersihkan tubuh ikan dari segala kotoran dan mengeringkan dengan kertas tissue.
3. Membedah ikan pada bagian perutnya dan mengeluarkan gonad dengan hati-hati jangan
sampai pecah.
4. Mengeringkan gonad tersebut dengan kertas tissue dan menimbang gonad tersebut (Bg).
IKG =
1. Mengambil gonad dari tubuh ikan dan membersihkannya, kemudian menimbang (G).
2. Mengambil gonadnya, kemudian memotong menjadi lima (5) bagian dan mengambil
sebagian gonad pada bagian pangkal, tengah dan ujung gonad sehingga diharapkan seluruh
bentuk terwakili.
3. Sebagian telur yang telah diambil, ditimbang beratnya (Q) kemudian memasukkan ke dalam
beaker glass dan mengencerkan gonad tersebut dengan air sebanyak 100 cc (V) dan
mengaduk hingga homogen, dimana sudah tidak ada lagi telur yang mengelompok.
4. Setelah homogen kemudian mengambil pipet dan menuangkan ke dalam sedwick rafter dan
mengamati di bawah mikroskop dan menghitung jumlahnya.
V: Volume air
Q: Berat gonad
X: Jumlah telur
Metode yang digunakan dalam pengamatan analisa pola kebiasaan makanan (food habits) adalah :
1. Membedah ikan pada bagian perut dengan hati-hati dan menggambar alat pencernaannya.
2. Mengangkat lambung ususnya jangan sampai pecah dan mengeluarkan isinya keluar,
pisahkan antara lambung dan usus.
3. Mengeluarkan isi lambung dari salah satu ujungnya, memasukkan isinya dalam gelas ukur
yang telah diisi aquades sebanyak 20 ml. Mencatat pertambahan volumenya sebagai volume
isi lambung.
4. Menjepit kedua ujung lambung yang sudah kosong kemudin menggunakan spuit suntik,
mengisi lambung dengan aquades hingga lambung benar benar penuh mencatat volume
aquades yang dibutuhkan sebagai volume lambung.
5. Menambahkan isi lambung dengan aquades hingga 50 ml. Mengaduk hingga homogen lalu
mengambil dengan pipet, menuangkan ke dalam sedgwick rafter dan mengamati di bawah
mikroskop.
6. Sedgwick rafter berukuran 20 mm 50 mm, terdiri dari 1000 petak, dengan panjang 50 petak
dan lebar 20 petak dan ukuran tiap petak sebesar 1 mm3.
5 15 25 35 45
20 10
10 9 8 7 6
50
1. Pengamatan dilakukan disemuya petak. Mencatat jenis dan jumlah plankton yang tercacah.
Mengulangi pengamatan hingga 3x pengulangan. (Air didalam Sedgwick-rafter dikembalikan
ke dalam gelas ukur).
2. Setelah mengidentifikasi seluruh isi lambung, menghiung nilai Indeks of preponderancedari
setiap jenis makan dengan rumus:
IP = X 100%
Dimana :
IP = Indeks of preponderence
Metode yang digunakan dalam pengamatan analisa hubungan panjang berat adalah :
1. Mencatat data panjang dan berat ikan yang didapatkan dari asisten. Kemudian mengurutkan
data tersebut dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Mencari selisih dari nilai terendah dan tertinggi dari panjang dan berat masing-masing ikan
yang diukur dan membuat logaritmanya.
3. Dari perbedaan panjang dan berat ikan yang didapat, menentukan banyaknya kelas yang
dikehendaki.(berkisar 10-20 kelas)
4. Menentukan harga tengah-tengah dengan logaritma untuk masing-masing kelas dengan cara
menambahkan logaritma harga terendah dengan kali harga pada logaritma dari tiap-tiap
kelas.
5. Setelah nilai dari masing-masing kelas didapat, membuat tabel pengelompokkan ikan ke
dalam kelas masing-masing untuk mencari nilai nX, nY, nY dan lain-lain.
7. Untuk hipotesis nillai b dengan H0 : b = 3 dan H1 3 pada taraf uji 95% dan carilah koefisien
korelasinya (r).
8. Membuat grafik yang menyatakan hubungan antara hubungan log tengah panjang dan log
berat ikan empiris dan harapan. Untuk mendapatkan hubungan yang sebenarnya dari
hubungan panjang berat tersebut, maka angka-angka tersebut dirubah dalam bentuk
antilognya.
K(TI) =
Dimana:
Kelas (gram)
1. Jika harga K berkisar antara 2-4 bentuk ikan agak pipih, sedangkan bila badannya kurang
pipih maka harga K berkisar antara 1-3.
BAB IPENDAHULUAN1.1
Latar Belakang
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Morfologi setiapspesies
berbeda dengan spesies yang lainnya. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitatikan
tersebut di perairan. Pengetahuan mengenai bentuk dan struktur tubuh suatu organismesangat
diperlukan untuk melakukan identifikasi dan klasifikasi. Dengan mengetahui morfologisuatu spesies
maka akan dapat menentukan jenis dari spesies tersebut. Identifikasi jenis ikandapat dilakukan
dengan melakukan pengukuran dan penghitungan morfometri dan meristik ikan.Dalam menentukan
identifikasi seringkali kita melakukan pengukuran-pengukuran danpenghitungan yang dikenal
dengan ciri meristik dan morfometrik (Anonim
, 2010).Pada praktikum morfologi ikan ini dilakukan identifikasi jenis ikan dengan pengukurandan
penghitungan secara morfometri pada ikan yang akan diidentifikasi serta menentukan rumussirip
ikan.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dari praktikum biologi perikanan tentang morfologi ikan ini adalahbagaimana
mengenal karakter morfologi untuk identifikasi ikan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum biologi perikanan tentang morfologi ikan ini adalah mengenalkarakter
morfologi untuk identifikasi ikan.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Morfologi Ikan
Ikan, didefinisikan. secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulangbelakang, poikiloterm,
bergerak dengan menggunakan ship, bernafas dengan insang, danmemiliki gurat sisi
(linea lateralis)
sebagai organ keseimbangannya. Bagian tubuh ikan mulaidari anterior sampai posterior terdiri dari
kepala (caput), tubuh (truncus) dan ekor (cauda)(Anonimb, 2011).Morfologi merupakan ilmu yang
mempelajari bentuk luar tubuh suatu makhluk hidupatau suatu organisme. Pada ikan Morfologi
(bentuk luar) dari ikan ini dapat dilihat secara jelasdan dapat dibedakan bagian-bagian tubuhnya.
Secara historis, morfologi ikan merupakan sumberutama informasi untuk studi taksonomi dan
evolusi. Ada beberapa karakter morfologi. Karakterini biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu
morfometrik dan meristic (Anonimb, 2011).Secara garis besar ikan yang terdapat di alam tebagi atas
dua group yaitu Agnatha (Ikanyang tidak memiliki rahang) dan Gnathostomata (Ikan yang memiliki
rahang). Kedua group ikantersebuat dikelompokkan ke dalam tiga kelas yaitu Kelas
Cephalaspidomophi, Condrichthyes,dan Osteichthyes. Suasono (1960), menyatakan bahwa ikan
apabila ditinjau dari morfologinyadapat dibagi menjadi tujuh bagian yaitu bentuk tubuh, bentuk
mulut, linnea lateralis, sirip,sungut, sisik, dan ciri-ciri lainnya. Sedangkan bagian tubuh lainnya, ikan
dapat dibagi tiga bagianyaitu kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (caudal) (Anonim
, 2011).
Gambar 1
Bagiannya.Bagian kepala yakni bagian dari ujung mulut terdepan hingga hingga ujung
operkulum(tutup insang) paling belakang. Adapun organ yang terdapat pada bagian kepala ini antara
lainadalah mulut, rahang, gigi, sungut, cekung hidung, mata, insang, operkulum, otak, jantung,
danpada beberapa ikan terdapat alat pernapasan tambahan.1. Bagian badan yakni dari ujung
operkulum (tutup insang) paling belakang sampai pangkal awalsirip belang atau sering dikenal
dengan istilah sirip dubur. Organ yang terdapat pada bagian iniantara lain adalah sirip punggung,
sirip dada, sirip perut, hati, limpa, empedu, lambung, usus,ginjal, gonad, gelembung renang.2.
Bagian ekor, yakni bagian yang berada diantara pangkal awal sirip belakang/dubur sampaidengan
ujung terbelakang sirip ekor. Adapun yang ada pada bagian ini antara lain adalah anus,sirip dubur,
sirip ekor, dan pada ikan-ikan tertentu terdapat scute dan finlet(Anonim
, 2011
PENDAHULUAN
Ikan merupakan hewan air yang memilki karakteristik yang berbeda dengan hewan lain yang dapat
dilihat secara morfologi, ( dari bentuk luar). Hasil dari pengamatan Morfologi ikan ini akan sangat
membantu untuk mengidentifikasi jenis ikan dan klasifikasinya berdasarkan bentuk morfologi,
misalnya perbandingan antara panjang, lebar, dan tinggi bagian-bagian tubuhnya, melaui rumus
sirip, jumlah sisik, bentuk linea lateralis, letak dan bentuk mulut, serta tipe giginya.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang di dapat dan akan dibahas dalam praktikum Morfologi ikan ini yaitu bagaimana
cara mengenal karakter morfologi untuk identifikasi ikan
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengenal karakter morfologi untuk identifikasi ikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk luar tubuh suatu makhluk hidup atau
suatu organisme. Pada ikan Morfologi (bentuk luar) dari ikan ini dapat dilihat secara jelas dan dapat
dibedakan bagian-bagian tubuhnya. Secara historis, morfologi ikan merupakan sumber utama
informasi untuk studi taksonomi dan evolusi. Ada beberapa karakter morfologi. Karakter ini biasanya
dibagi menjadi dua kategori yaitu morfometrik dan meristic (anonim,2010)
Secara garis besar ikan yang terdapat di alam tebagi atas dua group yaitu Agnatha (Ikan yang
tidak memiliki rahang) dan Gnathostomata (Ikan yang memiliki rahang). Kedua group ikan tersebuat
dikelompokkan ke dalam tiga kelas yaitu Kelas Cephalaspidomophi, Condrichthyes, dan
Osteichthyes.Suasono (1960), menyatakan bahwa ikan apabila ditinjau dari morfologinya dapat
dibagi menjadi tujuh bagian yaitu bentuk tubuh, bentuk mulut, linnea lateralis, sirip, sungut, sisik,
dan ciri-ciri lainnya. Sedangkan bagian tubuh lainnya, ikan dapat dibagi tiga bagian yaitu kepala
(caput), badan (truncus), dan ekor (caudal).
Bagian kepala yakni bagian dari ujung mulut terdepan hingga hingga ujung operkulum (tutup
insang) paling belakang. Adapun organ yang terdapat pada bagian kepala ini antara lain adalah
mulut, rahang, gigi, sungut, cekung hidung, mata, insang, operkulum, otak, jantung, dan pada
beberapa ikan terdapat alat pernapasan tambahan.
1. Bagian badan yakni dari ujung operkulum (tutup insang) paling belakang sampai pangkal awal
sirip belang atau sering dikenal dengan istilah sirip dubur. Organ yang terdapat pada bagian ini
antara lain adalah sirip punggung, sirip dada, sirip perut, hati, limpa, empedu, lambung, usus, ginjal,
gonad, gelembung renang.
2. Bagian ekor, yakni bagian yang berada diantara pangkal awal sirip belakang/dubur sampai
dengan ujung terbelakang sirip ekor. Adapun yang ada pada bagian ini antara lain adalah anus, sirip
dubur, sirip ekor, dan pada ikan-ikan tertentu terdapat scute dan finlet (Anonim, 2010).
2.1 Gambar ikan dan bagian-bagiannya
Antara jenis yang satu dengan jenis lainnya berbeda- beda. Perbedaan bentuk tubuh ini pada
umumnya disebabkan oleh adanya adaptasi terhadap habitat dan cara hidupnya. Adapun bentuk-
bentuk tubuh ikan tersebut dibagi dua yaitu:
a. Simetri bilateral yaitu ikan yang apabila dibeah ditengah dengan potongan sagital, maka kita
akan mendapatkan hasil yang sama persis antara bagian kiri dan bagian kanannya
b. Non simetri bilateral yaitu ikan yang apabila dibeah ditengah dengan potongan sagital, maka kita
akan mendapatkan hasil yang berbeda antara bagian kiri dan bagian kanannya
c. Simetri bilateral.
Dilihat dari bentuk tubuh terutama dari penampang melintangnya ada beberapa macam bentuk
tubuh ikan simetri bilateral, bentuk-bentuk tersebut adalah:
1. Pipih (kompres) yakni ikan yang bertubuh pipih atau dengan kata lain lebar tubuh jauh lebih kecil
dibanding tinggi tubuh dan panjang tubuh
2. Picak (depress) yakni ikan yang lebar tubuhnya jauh lebih besar dari tinggi tubuhnya
3. Cerutu (fusiform) yakni ikan dengan tinggi tubuh yang hampir sama dengan lebar dan panjang
tubuhnya beberapa kali ukuran tingginya
4. Ular (sidat) yakni ikan yang bentuk tubuhnya menyerupaibelut atau ular
6. Pita (taeniform/flattedform) yakni ikan yang bentuk tubuhnya memanjang dan tipis menyerupai
pita
7. Panah (sagittiform) yakni ikan yang bentuk tubuhnya menyerupai anak panah
Bentuk sirip pada ikan baik sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip belakang (dubur) maupun
sirip ekor beraneka ragam. Pada dasarnya ada sepuluh macam bentuk sirip ekor antara lain:
1. Sirip ekor bercagak seperti pada ikan mas (Cyprinus carpio), ikan tawes (Puntius javanicus), ikan
bawal (Pampus sp), dan sebagainya.
2. Sirip ekor berpinggiran tegak, seperti pada ikan buntal (Tetraodon sp)
3. Sirip ekor berpinggiran tegak, seperti pada ikan tambakan (Helostoma temmincki)
5. Sirip ekor berbentuk membundar, seperti pada ikan gurame (Osphronemus gouramy)
6. Sirip ekor berbentuk bajir, seperti pada ikan bloso (Glossogobius sp.)
7. Sirip ekor berbentuk meruncing, seperti pada ikan belut (Monopterus albus)
8. Sirip ekor berbentuk sabit, seperti pada ikan tongkol (Euthynus sp.
9. Sirip ekor berbentuk episerkal, dalam hal ini ekor bagian atasnya lebih panjang dibanding ekor
bagian bawahnya seperti yang terdapat pada ikan atlantik sturgeon (Acipencer oxyrhynchus)
10. Sirip ekor berbentuk hiposerkal, dalam hal ini ekor bagian bawah lebih panjang dibanding ekor
bagian atasnya seperti yang terdapat pada ikan caracas (Tylosurus sp)
Gambar 2.4 bentuk sirip ekor
Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh spesies
ikan, yaitu :
1. Jari-jari sirip keras merupakan jari jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras.
2. Jari jari sirip lemah merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan berbukubuku.
3. Jari jari sirip lemah mengeras merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-buku.
2. Mulut inferior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak bawah ujung kepala
3. Mulut superior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak atas ujung kepala
Gambar 2.4 bentuk mulut
1. Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga ujung
ekor.
2. Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga
pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir karena sisik-sisik tersebut
biasanya memanjang sampai ke sirip ekor
3. Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla) hingga
bagian terbelakang operculum atau membran operculum.
4. Panjang batang ekor (LCP) diukur mulai dari jari terakhir sirip dubur hingga pertengan pangkal
batang ekor
5. Panjang moncong (SNL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir hingga pertengan
garis vertikal yang menghubungkan bagian anterior mata
6. Tinggi sirip punggung (DD) diukur mulai dari pangkal hingga ujung pada jari-jari pertama sirip
punggung.
7. Diameter mata (ED) diukur mulai dari bagian anterior hingga posterior bola mata, diukur
mengikuti garis horisontal.
8. Tinggi batang ekor (DCP) diukur mulai dari bagian dorsal hingga ventral pangkal ekor.
9. Tinggi badan diukur (BD) secara vertikal mulai dari pangkal jari-jari pertama sirip punggung
hingga pangkal jari-jari pertama sirip perut.
10. Panjang sirip dada diukur mulai dari pangkal hingga ujung jari-jari sirip dada.
11. Panjang sirip perut diukur mulai dari pangkal hingga ujung sirip perut.
Keterangan :
Pt = panjang total
1 - 2 = panjang tubuh
1 - 3 = panjang ante-dorsal
1 - 8 = panjang kepala
Bentuk, ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaimana kehidupan ikan
tersebut. Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka macam, yaitu :
b. Sisik sikloid berbentuk bulat, jika diamati akan tampak lingkaran yang berbeda-beda, pinggiran
sisik halus dan rata
Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus menerus bergerak pada perairan berarus
deras mempunyai tipe sisik yang lembut, sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan yang tenang
dan tidak berenang secara terus menerus pada kecepatan tinggi umumnya mempunyai tipe sisik
yang kasar. sementara sisik stenoid mempunyai (Anonim, 2010)
Linealateralis adalah garis yang dibentuk oleh pori-pori, sehingga LL ini terdapat baik pada ikan yang
bersisik maupun ikan yang tidak bersisik. Pada ikan yang tidak bersisik LL terbentuk oleh pori-pori
yang terdapat pada kulitnya, sedangkan pada ikan yang bersisik LL terbentuk oleh sisik yang berpori.
Pada umumnya ikan mempunyai satu buah garis LL, namun demikian adapula ikan yan mempunyai
beberapa buah LL. LL ini berfungsi LL untuk mendeteksi keadaan linkungan, terutama kualitas air dan
juga berperan dalam proses osmoregulasi
BAB III
METODOLOGI
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah, papan parafin, meteran, penggaris, jangka sorong,
pensil dan kertas, sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan Kakatua (Scarus sp.), ikan Gurami
(Osphronemus goramy), ikan Balanak (Mugil sp.), dan ikan Nila merah(Oreochromis niloticus
niloticus) masing-masing satu ekor
3.2 Cara kerja
Pertama angkat sediaan (bahan) yang akan di amati yaitu ikan Kakatua (Scarussp.), ikan Gurami
(Osphronemus goramy), ikan Balanak (Mugil sp.), dan ikan Nila merah (Oreochromis niloticus
niloticus) masing-masing satu ekor . Letakan sediaan diatas bak preparat (paraffin) Gambar
Morfologi sediaan ikan dan diberi keterangan lengkap bagian-bagiannya, dilakukan pengukuran
terhadap ukuran-ukuran tubuh ikan sesuai dengan buku petunjuk praktikum dan tentukan juga
Rumus sirip dari masing-masing ikan yang diamati
Bab IV
Pembahasan
No Perlakuan Pengamatan
1. Caput (kepala)
2. Truncus (badan)
3. Caudal (ekor)
a. Mulut
b. Mata
c. Operculum
d. Pinnae Ventral
e. Pinnae Pectoral
f. Pinnae Dorsal
g. Pinnae Anal
i. Pinnae Caudal
j. Sisik
Tinggi tubuh :8
Lebar Mulut : 1
Fork length : 23
4 Tentukan D : D.XVII
Rumus sirip
D1 : -
D2 : -
C : C.14
A : A.10
V : V.7
P : P.VI.6
No Perlakuan Pengamatan
Keterangan Bagian
1. Caput (kepala)
2. Truncus (badan)
3. Caudal (ekor)
a. Mulut
b. Mata
c. Operculum
d. Pinnae Ventral
e. Pinnae Pectoral
f. Pinnae Dorsal
g. Pinnae Anal
i. Pinnae Caudal
j. Sisik
D2 : -
C : C.14
A : A.X.24
V : V.10
P : P.12
c. Ikan Belanak ( Mugil sp.)
No Perlakuan Pengamatan
Keterangan Bagian
1. Caput (kepala)
2. Truncus (badan)
3. Caudal (ekor)
a. Mulut
b. Mata
c. Operculum
d. Pinnae Ventral
e. Pinnae Pectoral
f. Pinnae Dorsal1
g. Pinnae Dorsal2
h. Pinnae Anal
j. Pinnae Caudal
k. Sisik
Fork length : 28
4 Tentukan Rumus D :
sirip
D1 : D.XVI.11
D2 : D.VI
C : C.XVI
A : A.I. 9
V : V.I.5
P : P.I.12
No Perlakuan Pengamatan
Keterangan Bagian
1. Caput (kepala)
2. Truncus (badan)
3. Caudal (ekor)
a. Mulut
b. Mata
c. Operculum
d. Pinnae Ventral
e. Pinnae Pectoral
f. Pinnae Dorsal1
g. sisik
h. Pinnae Anal
j. Pinnae Caudal
Tinggi ekor : 3
Fork length : 17
D2 : -
C : C.36
A : A.XII. 14
V : V.II.5
P : P.14
UKURAN TUBUH A B C D
4.2 Pembahasan
Pratikum Morfologi ikan ini bertujuan untuk mengenal karakter morfologi suatu jenis ikan dan
identifikasi. Karakter dari morfologi ikan yang didapat ini natinya akan digunakan sebagai pedoman
identifikasi ikan. Langkah yang dilakukan pada praktikum ini adalah pertama menyiapkan spesies
ikan sampel di atas papan paraffin (alas lilin), tujuan dari penggunaan alas lilin ini adalah untuk
memudahkan kerja seperti pengamatan bentuk tubuh dan pengukuran. Setelah itu, akan diamati
struktur morfologinya. Pengukuran ikan dilkaukan untuk mengidentifikasi jenis ikan, seperti yang
telah di sebutkan pada Bab II tinjauan pustaka bahwa untuk megidentifikasi ikan secara morfologi
bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu pengukuran dan perhitungan.
Ikan jenis pertama yang kami amati memilki ciri-ciri morfologi yaitu memilki bentuk tubuh pipih
(compressed) dimana lebar tubuh ikan relative lebih kecil dari tinggi badannya, bentuk mulut
inverior, bagian maxillanya menonjol kedepan dan mandibula menonjol kebelakang, linea lateralis
terlihat sangat jelas dan berfungsi sebagai indera peraba, memilki bentuk sisik ctenoid dan warna
sisik didominasi warna hijau kebiruan, tetapi di bagian ventral sisik berwarna merah, pada
operculum berwana orange dan pada sedangkan berwarna biru pada sirip ventral, anal dan dorsal,
sedangkan sirip pectoral berwarna hijau pada bagian caudal. sirip caudal berbentuk tegak dan
memilki rumus sirip = D.XVI.11, C.36, A.XII. 14, V.II.5, P.14. Dan berdasarkan hasil pengukuran
Panjang baku, Panjang total, Panjang mocong, Tinggi tubuh, Panjang sebelum sirip dorsal, Panjang
sebelum sirip ventral, Tinggi ekor ,Fork length dapat dilihat pada rinciannya pada table perlakuan
pengamatan di dapat bahwa Ikan ini adalah ikan Kakatua (Scarussp.)dengan klasifikasi taksonomi
sebagai berikut:
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Scaridae
Genus : Scarus
Selanjutnya untuk sediaan ikan jenis kedua dari hasil pengamatan dan pengukuran memilki
ciri morfologi yaitu tubuh pipih (compressed) dimana lebar tubuh ikan relative lebih kecil dari tinggi
badannya, bentuk mulut sub terminal, mandibula dan maxillanya terletak hampir sejajar dan
pertemuan antar keduanya hampir tepat di tengah memilki bentuk sisik ctenoid dan warna
didominasi coklat keemasan. bentuk sirip caudalnya berbentuk membulat, dan memiliki rumus sirip
= D.XIV.13, C.14, A.X.24 ,V.10, P.12. Linea lateralis terlihat sangat jelas dan berfungsi sebagai indera
peraba. Berdasarkan hasil pengukuran Panjang baku, Panjang total, Panjang mocong, Tinggi
tubuh, Panjang sebelum sirip dorsal, Panjang sebelum sirip ventral, Tinggi ekor ,Fork length dapat
dilihat pada rinciannya pada table perlakuan pengamatan di dapat bahwa Ikan ini adalah ikan Ikan
Gurami (Osphronemus goramy) dengan klasifikasi taksonomi sebagai berikut
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Selanjutnya untuk sediaan ikan jenis ketiga dari hasil pengamatan dan pengukuran memilki
ciri morfologi yaitu tubuh torpedo (fusiform),dimana bagian anterior agak besar kemudian makin ke
posterior makin kecil, bentuk mulut sub terminal, maxillanya berada sedikit dibawah mandibula,
memilki bentuk sisik ctenoid dan warna didominasi putih perak dan pada bagian ventral berwarna
perak agak ke merah muda. bentuk sirip caudalnya berbentuk Cagak, dan memiliki rumus sirip =
D.XVI.11, D.VI, C.XVI, A.I. 9 , V.I.5, P.I.12 . Linea lateralis terlihat sangat jelas dan berfungsi sebagai
indera peraba. Berdasarkan hasil pengukuran Panjang baku, Panjang total, Panjang mocong,
Tinggi tubuh, Panjang sebelum sirip dorsal, Panjang sebelum sirip ventral, Tinggi ekor ,Fork
length dapat dilihat pada rinciannya pada table perlakuan pengamatan di dapat bahwa Ikan ini
adalah Ikan Belanak (Mugil sp.) dengan klasifikasi taksonomi sebagai berikut :
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Order : Perciformes
Family : Mugilidae
Genus : Mugil
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Notasi yang digunakan untuk penulisan rumus sirip adalah sebagi berikut :
Jari-jari sirip dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu jari-jari keras dan jari-jari lemah.
1. jari-jari keras, tidak beruas-ruas, pejal (tidak berlubang), keras dan tidak dapat dibengkokkan.
Seringkali jari-jari keras tersebut berupa duri atau patil dan merupakan alat mempertahankan diri.
Jumlah jari-jari keras dinotasikan dengan angka Romawi, walaupun jari-jari tersebut sangat pendek
atau rudimenter. Contoh ; pinnae doraslis yang terdiri dari 12 jari-jari keras, rumusnya yaitu D.XII.
2. jari-jari lemah biasanya seperti tulang rawan, beruas-ruas dan mudah dibengkokkan. Bentuk
jari-jari lemah dapat berbeda-beda, tergantung pada jenis ikan. Jari-jari lemah tersebut
kemungkinan sebagian mengeras, salah satu sisi bergerigi, bercabang atau satu sama lain saling
berhimpitan.
Jumlah jari-jari lemah dinotasikan dengan angka arab. Contoh : pinnae dorsalis yang terdiri dari 12
jari-jari lemah. Rumusnya yaitu D.12. (Anonim,2010)
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan Praktikum yang telah dilakukan dari hasil pengamatan dan pengukuran maka
didapat bahwa keempat sediaan bahan ikan yang telah diamati secara morfologi memilki banyak
persamaan, karena berdasarkan identifikasi taksonomi memilki kekerabatan hingga tingkat Ordo,
Ikan Kakatua (Scarus sp.) memilki bentuk tubuh compressed, dengan bentuk moncong inferior,
bentuk sirip caudal tegak dan memiliki rumus sirip=D.XVI.11, C.36, A.XII. 14, V.II.5, P.14.
Ikan Gurami (Osphronemus goramy) memilki bentuk tubuh compressed, dengan bentuk moncong
sub terminal, bentuk sirip caudal membulat dan rumus siripnya = D.XIV.13, C.14, A.X.24 ,V.10, P.12.
Ikan Belanak ( Mugil sp.) memilki bentuk tubuh fusiformis, dengan bentuk moncong sub terminal,
bentuk sirip caudal cagak dan rumus siripnya = D.XVI.11, C.36, A.XII. 14, V.II.5, P.14. Ikan Nila Merah
(Oreochromis niloticus)
memilki bentuk tubuh compressed, dengan bentuk moncong terminal, bentuk sirip caudal membulat
dan rumus sirip = D.XVI.11, C.36, A.XII. 14, V.II.5, P.14.
Masteran Ikhtiologi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ichtyologi merupakan suatu ilmu yang khusus mempelajari ikan dari segala aspek kehidupannya,
termasuk di dalamnya bentuk luar (morfologi), anatomi, fisiologi, taksonomi serta identifikasinya.
Ichtyologi berasal dari kata Yunani, yaitu ichthyes yang berarti ikan dan logos yang berarti ilmu.
Sehingga secara singkat dapat dikatakan bahwa ichtylogi adalah ilmu yang mempelajari ikan dengan
segala aspek kehidupannya. Ilmu ini merupakan salah satu cabang dari biologi ( Saanin,1968 ).
Menurut Djuanda (1981), sekurang-kurangnya sepuluh abad sebelum masehi orang-orang Cina telah
menyelidiki ikan dengan berhasil. Orang-orang Mesir, Yunani dan Romawi Kuno mencatat
pengamatan terhadap ragam, kebiasaan dan kualitas berjenis-jenis ikan.
Menurut Lagler et. al. (1977), sejak abad 18 Ichtyologi telah berkembang meliputi beberapa cabang
ilmu, antara lain :
1. Klasifikasi, yaitu melanjutkan mencatat semua jenis ikan yang masih ada maupun yang sudah
berupa fosil dan memasukkannya kedalam taksa serta memberi nama ilmiahnya.
2. Anatomi, yaitu mempelajari tentang struktur ikan secara makroskopik, embriologik, serta
perbandingan jenis ikan yang satu dengan ikan yang lain, termasuk fosil yang masih ada.
3. Evolusi dan genetik, yaitu mempelajari asal mula ikan, perkembangan ikan modern dan ikan
sebelumnya serta mekanisme ciri-ciri mereka.
4. Natural history dan ekologi, yaitu mempelajari cara hidup dan habitat serta interaksi antara ikan
yang satu dengan ikan yang lain dan dengan lingkungannya.
5. Fisiologi dan biokimia, yaitu mempelajari fungsi dan sistem organ, metabolisme, dan integrasi
sistem pada tubuh. Jumlah spesies ikan yang ada sekarang diperkirakan sekitar 15-20 ribu spesies,
sedangkan yang masih belum terdeteksi diperkirakan sekitar 40 ribu spesies. Lebih lanjut dikatakan
bahwa jumlah ikan merupakan jumlah terbanyak dari seluruh fauna di bumi ini ( 42,6 % ) ( Rahardjo,
1985 ).
Ikan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai binatang vertebrata yang berdarah dingin yang hidup
dalam lingkungan air. Adapun pergerakan dan keseimbangan badannya menggunakan sirip dan
umumnya bernafas dengan insang. Bentuk ikan akan beradaptasi dengan lingkungan tempat
hidupnya. Dengan kata lain, habitat atau tempat hidup ikan akan berpengaruh terhadap bentuk
tubuh dan fungsi alat tubuh. Sedangkan cara bergerak maupun tingkah lakunya akan berbeda dari
satu habitat ke habitat lainnya. Ikan akan tnenyesuaikan diri dengan faktor fisika, kimia, dan
biologinya dari habitat itu sendiri ( Saanin, 1968 ).
Dasar pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa memahami tentang Ikhtiologi dan semua
hal yang menyangkut di dalamnya. Dengan Ikhtiologi kita dapat mengetahui segala bentuk luar atau
morfologi, anatomi, fisiologi, taksonomi, dan identifikasi dari ikan. Maka dari itu, Ikhtiologi dapat
dijadikan landasan penguasaan ilmu perikanan.
Dengan adanya Ikhtiologi, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan serta menghubungkan
ilmu-ilmu yang ada dalam perikanan di bidang pemanfaatan, pengolahan dan pelestarian
sumberdaya alam. Dan kesemuanya itu, yang terpenting adalah kita akan memiliki bekal untuk
melakukan praktikum yang selanjutnya.
Tujuan Praktikum
Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi bentuk luar tubuh ikan elasmobranchi
(chondrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).
Membuat dan mengetahui suatu deskripsi luar atau morfologi serta melakukan pengukuran
terhadap bagian bagian tubuh ikan dan membandingkannya dengan kunci identifikasi,antara lain :
Susunan, jenis dan rumus sirip.
Jenis sisik dan perhitungan sisik.
Tipe ekor
Bentuk mulut
Perbandingan antar bagian tubuh ikan
Bentuk dan jumlah filamen insang
Tanda tanda khusus seperti sungut, fin let, lateral keel, adipose dll.
Dengan mengetahui aspek aspek seperti yang di sebutkan di atas dapat dilakukan identifikasi dan
klasifikasi berdasarkan buku identifikasi ikan, misalnya Saanin (1986) & FAO.
Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi dan mengklasifikasikan ikan.
Mempelajari dan mengetahui struktur rangka ikan dari ikan teleostei (osteichthyes).
Membuat dan mengetahui suatu deskripsi rangka axial.
Membuat dan mengetahui suatu deskripsi rangka apendicular.
Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi otot atau urat daging pada ikan.
Mempelajari dan mengetahui sistem respirasi dan organ respirasi dari ikan elasmobranchi
(chondrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).
Menyebutkan bagian bagian insang pada ikan elasmobranchi (chondrichthyes) dan teleostei
(osteichthyes).
Menyebutkan alat bantu pernafasan pada ikan elasmobranchi (chondrichthyes) dan teleostei
(osteichthyes).
Mengetahui dan menunjukkan letak gelembung renang pada ikan teleostei.
Mempelajari dan mengetahui sistem dan organ reproduksi ikan elasmobranchi (chondrichthyes) dan
teleostei (osteichthyes).
Membedakan organ reproduksi ikan dan mengetahui posisi gonad.
Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi kemetangan gonad.
Mempelajari dan berlatih menghitung fekunditas pada ikan.
Mempelajari dan mengetahui sistem pencernaan makanan ikan elasmobranchi (chondrichthyes) dan
teleostei (osteichthyes).
Mengetahui organ pencernaan makanan ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian kepala yakni bagian dari ujung mulut terdepan hingga hingga ujung operkulum (tutup insang)
paling belakang. Adapun organ yang terdapat pada bagian kepala ini antara lain adalah mulut,
rahang, gigi, sungut, cekung hidung, mata, insang, operkulum, otak, jantung, dan pada beberapa
ikan terdapat alat pernapasan tambahan(Anonim, 2010).
Bagian badan yakni dari ujung operkulum (tutup insang) paling belakang sampai pangkal awal sirip
belang atau sering dikenal dengan istilah sirip dubur. Organ yang terdapat pada bagian ini antara lain
adalah sirip punggung, sirip dada, sirip perut, hati, limpa, empedu, lambung, usus, ginjal, gonad,
gelembung renang(Anonim, 2010).
Bagian ekor, yakni bagian yang berada diantara pangkal awal sirip belakang/dubur sampai dengan
ujung terbelakang sirip ekor. Adapun yang ada pada bagian ini antara lain adalah anus, sirip dubur,
sirip ekor, dan pada ikan-ikan tertentu terdapat scute dan finlet (Anonim, 2010).
Menurut Rahardjo (1985). Sirip merupakan salah satu bagian dari rangka appendicular, yaitu di
antaranya:
Sirip perut (pinnae abdominlis)
Sirip perut pada sub class elsmobranchia disongkong oleh tulang tulang rawan tempat menempelnya
tulang basipterygium.
sirip punggung (pinnae dorsalis)
Sirip punggung yang terdapat pada ikan class chondrichtyes disongkong oleh keeping keeping tulang
rawan di sebut rawan basal yang terletak bagian bawah tertumpu pada cucuk neural dan rawan
radia yang terletaak di bagian rawan basal menunjukan jari jari keras.
sirip dada (pinnea pectoralis)
Pada chondridhthyes di songkong oleh tulang gelang bahu (pectoral girdle) dinamakan
coracoscapula. Pada ikan Osteichthyes gelang bahu terdiri dari tulang rawan dan tulang dermal.
Sirip dubur (pinnea analis)
Ikan Osteichthyes tulang yang menyongkong sirip dubur ada tga termasuk di dalamnya masuk
kedalam tubuh, diantaranya tulang cucuk hemal di namakan promaxial pterygiophore dan yang di
lur disbbut pterigiophorre sedangkan di atasnya tterdapat intermedietpteryiophore.
Sirip ekor (diphicercal)
Tipe ekor terdiri dari lima macam yaitu: rounded, teruncate, emarginated, lunate, forked, dan
cambuk. Namun secara garis besar bentuk ekor di bedakan menjadi empat yaitu:
Protecercal
Sirip ekor antar bagian atas dan bawah simetris. Dan bentuk pada ujung ekor meruncing, dan ruas
ruas veterata menyongkong sirip tanpa mengalami perubahan bentuk. Tipe ekor ini umumnya
dimiliki class chepalaspidomorphii.
Heterocercal
Yaitu tipe ekor yang tidak simeteris,bagian ujung ekor atas berbentuk runcing pada ujungnya yang di
songkong ruas ruas tulang punggun. Dan bagian bawah berbentuk melengkung an biasnya lebih
pendek dari yg diatas tipe ekor ini biasanya di class condrichtyes dan golongan bertulang sejati
tingkat rendah.
Homosersal
Tipe ekor simetris, bagian atas ekor sama dengan bagian bawahnya dan dan disongkong oleh jari jari
sirip ekor. Dua ruas terakhhir tulang unggung berubah bentuk menjadi urostly dan terdapat tulang
tambahan.
Diphisersal
Sirip ekor antar bagian atas dan bawah simetris. Dan bentuk pada ujung ekor melengkung, dan ruas
ruas veterata menyongkong sirip tanpa mengalami perubahan bentuk. Tipe ekor ini umumnya
dimiliki class chepalaspidomorphii.
Rumus Sirip
Notasi yang digunakan untuk penulisan rumus sirip adalah :
Pinna Dorsalis (sirip punggung) = D
Pinna Dorsalis bagian anterior = D1
Pinna Dorsalis bagian posterior = D2
Pinna Caudalis (sirip ekor) = C
Pinna Analis (sirip dubur) = A
Pinnae Ventrales (sirip perut) = V
Pinnae Pectorales (sirip dada) = P
(http://zonaikan.wordpress.com/2010/02/10/taksonomi-dan-identifikasi-ikan/)
2.1.2 Bentuk Sisik
Sisik merupakan rangka dermis, karna sisik di bentuk pada lapisan dermis. Fungsi sisik adalah sebagai
pelindung tubuh dari lingkungan hidup ikan yang membahayakan. Sisik pada umumnya keras dan
bersisik, tetapi selain itu juga ikan yang tidak bersisik, kebanyakan dari sub ordo siluroidea,
contohnya ikan jambal (pangasium) (Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalam sisik, sisik dapat
di bagi menjadi lima jenis yaitu:
Sisik Gonoid
sisik yang memiliki lapisan terluar yang tersusun dari garam garam ganoid, bentuk hampir
menyerupai belah ketupat, umumnya terdapat pada ikan ikan bertulang rawan, misalnya pada ikan
acipenceridae, lepisostidae, polyodontidae dan polyterus. Sisik jenis ini memiliki tiga lapisan, yaitu:
Gonoide (garam garam anorganikyang sangat kers)
Cosmid (lapisan non seluler yang sangat kuat)
Isopedine (didalamnya terdapat pembulu darah kecil).
Sisik Cosmoid
Ialah terdiri dari beberapa lapis, yaitu sisik yang memiliki bagian terluar disebut vitrodentilie (dilapisi
semacam enamel), lapisan bawahnya disebut cosinine (merupakan lapisan yang kuat dan
nonceluller) dan bagian terdalam terdapat pemlbuluh darah, syaraf dan substansi tulang isopedine.
Sisik jenis ini umumnya hanya terdapat pada jenis ikan fosil dan ikan primitive atau iakan ikan jenis
kuno. Contoh ikan bertipe sisik ini adalah latimeria chalumnae.
Sisik Placoid
mirip bungga mawar dengan dasar bulat atauersegi (bujur sangkar). Memiliki bagian yang menonjol
seperti duri yang muncul dari epidermis dan terletak merambah ke belakang di bawah kulit. Sisik
jenis ini biasanya hampr terdapat pada semua jenis ikan yang bertulang rawan (Elasmobranchia).
Sisik Ctenoid
merupakan sisik yang memiliki stenii pada bagian posteriornya dan bentukan sisir pada bagian
anteriornya, sisik ini di sebut juga sisik sisir karena mempunyai bentukagak persegi yang menyerupai
sisir.
Sisik Cycloid
merupakan sisik yang bentuknya melingkar, yaang mempunyai linkaran tipis dan transparan yang
didalamnya terdapat garis-garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan focus serta pada bagian
belakang mempunyai gerigi. Bagian anterior tertanam dan bagian posterior muncul ke permukaan
dengan warna gelap yang mengndung butir butir pembaw a warna (cromotophor). Lingkungan
sirkulir yang menebal pada sisik ini disebut annulus.
2.1.5 Warna
Menurut Rahardjo (1985), Warna tubuh ikan disebabkan konfigurasi sisik (schemochroma) dan
pigmen pembawa warna (biochrome), yaitu :
1. Carrotenoid : kuning, merah
2. Chromolipoid : kuning sampai cokelat
3. Indigoid : biru, merah dan hijau
4. Melanin : hitam cokelat
5. Porphyrin : merah, hijau, kuning, biru dan cokelat
6. Flanin : kuning kehijau-hijauan
7. Purin : putih keperak-perakan
8. Pterin : putih, kuning, merah dan jingga
Sel khusus yang memberikan warna pada ikan ada dua yaitu iridocyte dan cromatophore. Iridocyte
disebut juga sel cermin karena mengandung bahan yang memantulkan cahaya warna yakni guanin
kristal. Sel chromatophore terdapat dalam dermis, mempunyai butir-butir pigmen yang mengandung
pigmen sungguhan. Chromatophore dasar ada tiga macam yaitu erythophore,xanthophore, dan
melanophore (Rahardjo, 1985).
Sistem Skeleton
Sistem rangka merupakan suatu sistem yang dibangun oleh struktur-struktur keras dari tubuh yang
sifatnya menyokong dan melindungi. Sistem ini melindungi eksoskeleton dan endoskeleton.
Endoskeleton secara embriologis berasal dari epidermis saja, dermis saja atau keduanya.
Endoskeleton umumnya dijumpai pada hewan invertebrata. Pada vertebrata lebih dikenal dengan
dermal skeleton (Adnana, 2010).
Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau menyokong organ-organ
tubuh, melindungi organ-organ tubuh ikan dan berfungsi pula dalam pembentukkan butir darah
merah (Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), rangka ikan dapat dibedakan menjadi 3 bagian :
1. Rangka axial
Terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk.
2. Rangka visceral
Terdiri dari semua bagian tulang lengkung insang dan derivatnya.
3. Rangka appendicular
Terdiri dari sisik dan perekat-perekatnya. Sedangkan pada tulang punggung pada ikan, berkembang
dari scelerotome yang terdapat di sekeliling notochorda dan batang saraf. Setiap pasang dari
scelerotome berkembang menjadi empat pasang arcualia. Pada beberapa ikan, pembentukan pusat
tulang punggung (centrum) bukan semata-mata dari arcualia, melainkan oleh sel mesenchyme yang
merapat dan berkumpul di sekitar notochorda, yang kemudian bersama-sama arcularia
membentuk centrum.
Menurut Anonima (2010), tulang- tulang kerangka diklasifikasikan menurut bentuknya dan
formasinya yaitu :
Tulang panjang atau tulang pipa , terutama dijumpai pada anggota gerak. Tulang panjang terdiri atas
bagian batang dan bagian ujung, tulang pipa bekarja sebagai alat ungkit dari tubuh dan
memungkinkannya bergerak.
Tulang pendek, contohnya pada tuang carpalia di tangan dan tarsalia di kaki. Sebagia besar terbuat
dari tulang jarak karana diperlukan sikap yang ringan dan kuat. Tulang-tulang ini diselubungi dengan
jaringan padat tipis.kerena kuatnya muka tulang pendek mampu mendukung seperti tampak pada
pergelangan tangan.
Tulang pipih, terdiri atas dua lapisan jaringan tulang keras dengan tenganya tulang lapisan seperti
spons. Dijumpai paa tulang tengkorak, tulang punggung, iga-iga, dan scapula.
Tulang tak beraturan adalah tuang yang tidak dapat dimasukkan dari salah-satu dari ke-3 kelas tadi
contohnya vertebra dan tulang wajah.
Tulang sesanoid termasuk kelompok lain. Ia berkembang di dalam otot-otot dan dijumpai didekt
sendi.misal patella.
2.3 Taksonomi
Menurut Subani (1978), taksonomi atau sistematika adalah suatu ilmu menge-nai klasifikasi dari
jasad-jasad. Istilah taksonomi berasal dari kata Yunani taxis yang berarti susunan dan pengaturan.
Dan dari kata nomos atau hukum dan istilah ini diusulkan oleh Candolle pada tahun 1813 untuk teori
mengklasifikasikan tumbuh-tumbuhan.
2.3.1 Identifikasi
Identifikasi merupakan salah satu dari tiga tugas pokok ahli taksonomi, dimana ini merupakan
tingkatan analitis. Tugas pokok seorang ahli sistematika adalah mengelompokkan jasad yang telah
begitu beraneka ragam dari alam ke dalam berbagai kelompok yang sudah dikenal untuk
menetapkan ciri-ciri penting dari kelompok ini dan untuk senantiasa mencari perbedaan yang
tetap di antara kelompok itu. Disamping itu ahli ini harus memberikan nama ilmiah kepada
kelompok-kelompok itu untuk memungkinkan pemberian nama pengakuan kepadanya oleh ahli-ahli
lain di seluruh dunia. Kronologi geologis dari jasad tergantung dari ketetapan identifikasi dari fosil.
Tiap survei ekologi yang bersifat ilmiah harus diselesaikan dengan mengidentifikasikan semua
spesies yang ekologis penting (Subani, 1978).
Juga ahli biologi telah menyadari pentingnya identifikasi yang tepat. Banyak sekali generasi yang
memiliki spesies yang secara morfologis tidak berbeda. Perbedaannya terletak di dalam sifat
fisiologisnya (Subani, 1978).
2.3.3 Taksonomi
Informasi yang digunakan dalam mempelajari hubungan evolusioner ikan berawal dari pengetahuan
taksonomi terutama deskripsi ikan. Pengetahuan tersebut menjadi dasar dalam iktiologi dan juga
bidang-bidang seperti ekologi, fisiologi. Metode yang digunakan dalam bidang taksonomi terbagi
menjadi enam kategori yaitu :
Morfometrik, adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang, lebar, dan tinggi dari tubuh atau
bagian-bagianb tubuh ikan. Meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu dari
tubuh ikan, yang meliputi jumlah sirip, perumusan jari-jari sirip, sisik dan insang (Hannan, 1992). Dan
Menurut Pratignyo (1984), bahwa morfometrik yaitu ciri yang berupa bagian tubuh ikan yang dapat
di ukur, misalkan panjang pada bagian kepala, serta pada bagian lebar dan tinggi truktur atau bentuk
pada ikan tersebut.
Ciri meristik merupakan ciri-ciri dalam taksonomi yang dapat dipercaya, karena sangat mudah
digunakan. Ciri meristik ini meliputi apa saja pada ikan yang dapat dihitung antara lain jari-jari dan
duri pada sirip, jumlah sisik, panjang linea literalis dan ciri ini menjandi tanda dari spesies. Salah satu
hal yang menjadi permasalahan adalah kesalahan penghitungan pada ikan kecil. Faktor lain yang
dapat mempengaruhi ciri meristik yaitu suhu, kandungan oksigen terlarut, salinitas, atau
ketersediaan sumber makanan yang mempengaruhi pertumbuhan larva ikan (blog.unsri.ac.id).
Ciri-ciri anatomi sulit untuk dilakukan tetapi sangat penting dalam mendeskripsi ikan. Ciri-ciri
tersebut meliputi bentuk, kesempurnaan dan letak linea lateralis, letak dan ukuran organ-organ
internal, anatomi khusus seperti gelembung udara dan organ-organ elektrik (blog.unsri.ac.id).
Pola pewarnaan merupakan ciri spesifik, sebab dapat berubah sesuai dengan umur, waktu, atau
lingkungan dimana ikan tersebut didapatkan. Hal ini merupakan bagian penting dalam mendeskripsi
setiap spesies, misal pola pewarnaan adalah ciri spesifik spesies, kondisi organ reproduksi, jenis
kelamin. Masalah utama dalam pewarnaan bila digunakan sebagai alat taksonomi adalah
subjektivitas yang tinggi dalam mendeskripsi ikan (blog.unsri.ac.id).
Warna pada ikan di sebabkan karena adanya pigmen yang tersebar di epidermis khususnya mamalia
pada kelompok pisces yakni sel penghasil butir pigmen terletak diperbatasan epidermis dan
dermis didalam kulit vertebrata dan ikan.pigmen tersebutlah yang nenberikan pola warna yang
menarik pada ikan (Achjar.M, 1968).
Kariotipe merupakan deskripsi dari jumlah dan morfologi kromosom. Jumlah krosmosom tiap sel
tampaknya menjadi ciri-ciri ikan secara konservatif dan dfigunakan sebagai indikator dalam famili.
Jumlah lengan kromosom seringkali lebih jelas dari pada jumlah krosmosom. Teknik lain yang
digunakan berkaitan juga dengan kariotiping, adalah penghitungan jumlah DNA tiap sel. Namun,
jumlah DNA cenderung berkurang pada spesies terspesialisasi (Hidengarrner & Rosen,1972 dalam
Moyle & Cech, 1988).
Elektroforesis merupakan tehnik yang digunakan untuk mengevaluasi kesamaan protein. Contoh
jaringan diperlakukan secara mekanis untuk mengacak struktur membran sel, agar melepaskan
protein yang larut air. Selanjutnya, protein ini diletakkan dalam suatu gel, biasanya terbuat dari pati
atau agar, yang selanjutnya diperlakukan dengan menggunakan arus litrik. Kecepatan pergerakan
respon protein untuk berpindah atau bergerak tergantung pada ukuran molekulnya. Kesamaan
genetik dari indiviual dan spesies dapat dibandingkan dengan ada atau tidak adanya protein yang
dibedakan berdasarkan letak dalam gel. Elektroforesis dapat digunakan untuk menguji variasi
genetik dalam populasi. Berikut ini klasifikasi ikan yang menunjukkan hubungan evolusioner dari
kelompok besar ikan (blog.unsri.ac.id).
Selanjutnya evolusioner Lalli & Parson (1993) dalam klasifikasinya membedakan ikan ke dalam tiga
kelas utama berdasarkan taksonominya yaitu :
a. Kelas Agnatha, meliputi ikan primitif seperti Lamprey, berumur 550 juta tahun yang lalu dan
sekarang tinggal 50 spesies. Karakteristik ikan ini tidak memiliki sirip-sirip yang berpasangan tetapi
memiliki satu atau dua sirip punggung dan satu sirip ekor.
b. Kelas Chondroichthyes, memiliki karakteristik adanya tulang rawan dan tidak mempunyai sisik,
termasuk kelas primitif umur 450 juta tahun yang lalu dan sekarang tinggal 300 spesies. Misalnya
ikan pari dan ikan hiu.
c. Kelas Osteichthyes, meliputi ikan teleostei yang merupakan ikan tulang sejati, merupakan
kelompok terbesar jumlahnya dari seluruh ikan yaitu melebihi 20.000 spesies dan ditemukan pada
300 juta tahun lalu.
BAB III
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Morfologi, Integumen, Identifikasi dan Taksonomi
Hari/tanggal : Jumat/ 14 Oktober 2011
Waktu : 15.00 17.00
Tempat : Lab. Biologi laut Jurusan Ilmu Kelautan ,FPIK, UNDIP, Semarang.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Ikan Bandeng ( Chanos chanos )
Ikan Belanak ( Mugil cephalus)
Ikan sembilang
3.3 Metode
3.3.1 Modul I : Ikhtiologi
3.3.1.1 Topik I : Morfologi Ikan
Gambar ikan yang tersedia di depan meja saudara. Amati morfologi luar ikan. Tunjukkan bagian-
bagian dari ikan tersebut.
Amati gambar dan sebutkan jenis dan bentuk sirip ikan yang saudara amati, hitung jari-jari sirip dan
tentukan rumus sirip.
Amati gambar dan sebutkan jenis dan bentuk ekor ikan yang saudara amati.
Amati gambar dan sebutkan bentuk sisik ikan yang saudara amati.
Amati bentuk linea lateralis ikan yang saudara amati dan hitung sisik yang berada di atas, di bawah,
dan pada linea lateralis ikan yang saudara amati.
Amati, gambar, dan sebut bentuk mulut ikan yang saudara amati.
Amati, gambar, dan sebut tanda-tanda khusus pada ikan tersebut.
Ukur panjang total, panjang standar, dan tinggi badan ikan yang saudara amati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Bandeng
Gambar
Keterangan
Bentuk sisik
Gambar Keterangan
Bentuk tubuh
Gambar Keterangan
Tipe mulut
Gambar Keterangan
Sistem pencernaan
Keterangan
Sistem otot
Gambar Keterangan
Sistem rangka
Gambar Keterangan
Sistem respirasi
Gambar Keterangan
4.1.2 Belanak
Gambar
Keterangan
Bentuk sisik
Gambar Keterangan
Bentuk tubuh
Gambar Keterangan
Tipe mulut
Gambar Keterangan
Sistem pencernaan
Gambar Keterangan
Sistem otot
Gambar Keterangan
Sistem rangka
Gambar Keterangan
Sistem respirasi
Gambar Keterangan
4.1.3 Hiu
Gambar
Keterangan
4.1.4 Sembilang
Gambar
Keterangan
Reproduksi
Gambar
Keterangan
Pembahasan
Morfologi
4.2.1.1 Bandeng
Klasifikasi ilmiah
Regnum: Animalia
Filum:
Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Gonorynchiformes
Familia: Chanidae
Genus: Chanos
Spesies: chanos
Pada morfologi luar ikan bandeng terdapat bagian bagian seperti mulut, mata, sirip dada, sirip
punggung, lateral line, sirip ekor, sirip perut dan sirip anus (dubur). Jenis sirip ekor bandeng yaitu
homocercal sedangkan bentuk ekornya adalah forked. Bandeng memiliki bentuk sisik yang ctenoid
atau disebut juga sisik sisir dengan bentuk yang agak persegi. Rumus sirip punggung D. IX 4; sirip
dada P. V 10; sirip dubur A. 11 8; sirip perut V. VI -4. Panjang total ikan 23,4 cm, panjang standard
18,9 cm, tinggi badan 5,2cm. Jumlah lateral line yang kita amati sebanyak 85 sisik. Sedangkan bentuk
mulutnya sendiri adalah sub terminal Yaitu letak mulut ikan terletak didekat ujung depan kepala.
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan bentuk dari ikan ini adalah torpedo sehingga ikan bandeng
ini mampu bergerak cepat atau juga tergolong ikan perenang cepat dan kuat dengan habitat air
payau.
Warna tubuh pada punggung berwarna kehitam-hitaman, pada bagian linea lateralis bewarna
keperakan dan pada bagian bawah dari linea lateralis berwarna putih. Jari jari sirip punggung pada
ikan bandeng hanya terdapat jari jari keras.
4.2.1.2 Belanak
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Order : Perciformes
Family : Mugilidae
Genus : Mugil
Spesies : Mugil sp
Seperti pada ikan bandeng pada morfologi luar belanak juga terdapat mulut, mata, sirip dada, sirip
punggung, lateral line, sirip ekor, sirip perut dan homocercal tetapi bentuk ekor pada belanak adalah
emarginated bukan forked. Sedangkan bentuk sisik pada belanak adalah cycloid Disebut juga sisik
lingkaran, mempunyai bentuk bulat, tipis transparan dan mempunyai lingkaran pada belakang
bergirigi. Jumlah lateral linenya. Bentuk mulut belanak adalah terminal Yaitu letak mulut ikan
terletak diujung depan kepala.
Jari-jari sirip pada ikan belanak dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu jari-jari keras dan jari-jari
lemah.
jari-jari keras, tidak beruas-ruas, pejal (tidak berlubang), keras dan tidak dapat dibengkokkan.
Seringkali jari-jari keras tersebut berupa duri atau patil dan merupakan alat mempertahankan diri.
Jumlah jari-jari keras dinotasikan dengan angka Romawi, walaupun jari-jari tersebut sangat pendek
atau rudimenter.
jari-jari lemah biasanya seperti tulang rawan, beruas-ruas dan mudah dibengkokkan. Bentuk jari-jari
lemah dapat berbeda-beda, tergantung pada jenis ikan. Jari-jari lemah tersebut kemungkinan
sebagian mengeras, salah satu sisi bergerigi, bercabang atau satu sama lain saling berhimpitan.
Jumlah jari-jari lemah dinotasikan dengan angka nominal (Anonim,2010).
Dari hasil pengamatan dan pengukuran memilki ciri morfologi yaitu tubuh torpedo
(fusiform),dimana bagian anterior agak besar kemudian makin ke posterior makin kecil, bentuk
mulut sub terminal, maxillanya berada sedikit dibawah mandibula, memilki bentuk sisik ctenoid dan
warna didominasi putih perak dan pada bagian ventral berwarna perak agak ke merah muda. bentuk
sirip caudalnya berbentuk Cagak, dan memiliki rumus sirip = D1 IV VI; D2 V 3-4; A III 5-7; P IV 14-16;
V I 12 -14. Pada ikan belanak yang kami amati diperoleh panjang total 16,5 cm , panjang standard 14
cm, tinggi badan 3,3 cm. Linea lateralis terlihat sangat jelas dan berfungsi sebagai indera peraba.
Hiu
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Upafilum: Vertebrata
Kelas : Chondrichthyes
Upakelas: Elasmobranchii
Superordo: Selachimorpha
Hiu adalah sekelompok (superordo Selachimorpha) ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap
dan tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang
enam atau tujuh, tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai sedikit di belakang,
kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka
dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret
gigi yang dapat digantikan.
Kerangka hiu sangat berbeda dibandingkan dengan ikan-ikan bertulang seperti misalnya ikan kod,
karena terbuat dari tulang muda (tulang rawan), yang sangat ringan dan lentur, meskipun tulang
muda di ikan-ikan hiu yang lebih tua kadang-kadang sebagian bisa mengapur, sehingga membuatnya
lebih keras dan lebih seperti tulang. Rahang hiu beraneka ragam dan diduga telah berevolusi dari
rongga insang yang pertama. Rahang ini tidak melekat pada cranium dan mempunyai deposit
mineral tambahan yang memberikannya kekuatan yang lebih besar.
Hiu umumnya lambat mencapai kedewasaan seksualnya dan menghasilkan sedikit sekali keturunan
dibandingkan dengan ikan-ikan lainnya yang dipanen. Ini telah menimbulkan keprihatinan di antara
para biologiwan karena meningkatnya usaha yang dilakukan untuk menangkapi ikan hiu selama ini,
dan banyak spesies yang kini dianggap terancam punah.
Sembilang
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Siluformes
Family : Plotosidae
Genus : Plotosus
Spesies : Canisus
Ikan Sembilang atau Eel tailed catfish adalah jenis ikan laut yang bentuk tubuhnya menyerupai ikan
Lele. Hidupnya pada kedalaman 0-10 meter. Sering dijumpai di daerah pesisir pantai atau laut
dangkal. Bentuk badannya panjang tanpa sisik, sirip punggung pertama berduri tajam dekat dengan
kepala, sirip punggung kedua bersambung dengan sirip ekor dan sirip dubur. Ikan ini dapat mencapai
panjang 134 cm. Tapi pada praktikum kami ikan sembilangnya mempunyai panjang total 64,5 cm.
Ikan Sembilang merupakan ikan predator, yang memangsa ikan-ikan kecil, selain itu ikan ini juga
memakan hewan-hewan yang hidup di dasar laut yaitu hewan-hewan kelompok gastropoda,
moluska dan krustasea. Ikan dewasa dapat hidup sendiri 2atau dalam kelompok kecil.
Pembahasan ikan keseluruhan :
Tanda- tanda khusus yang kami temukan pada ikan yang diamati yaitu terdapat gelembung renang
yang berfungsi sebagai Alat bantu pernafasan, Alat hidrostatis dan menyesuaikan tekanan air
terhadap tubuh, Sebagai alat pembuat suara, dan Sebagai resonator suara dan tekanan. Fungsi jari-
jari lemah pada ikan ikan belanak yaitu sebagai alat peraba.
Pada masing masing ikan terdapat linea lateralis yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi
luar tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf. Linea
lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang dapat mendeteksi
perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga berfungsi sebagai echo-
location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan sekitamya.
(http://entahsiapa15.wordpress.com/2009/01/12/morfoligi-ikan/)
Sistem Skeleton
4.2.2.1 Bandeng
Rangka axial pada bandeng terdiri dari operculum, palatine, premaxilla, maxilla dan dentary. Tulang
penyusun eprculum dibagi menjadi 4 bagian yaitu operculum , sub operculum, interculum dan
prreoperculum. Rangka apendicular pada bandeng terdiri atas 5 macam sirip yaitu sirip perut, sirip
ekor, sirip punggung, sirip dada, sirip anus /anal (dubur). Tulang tulang sirip ini melekat pada
tubuh, fungsinya adalah sebagai penggerak tubuh. Tulang perekat sirip perut di sokong oleh tulang
rawan pelvic. Sedangkan tulang sirip punggung disokong oleh tulang rawan basal. Dan penyokong
tulang dada adalah pectoral gird (tulang gelang bahu).
Rangka visceralnya terdiri dari 7 lengkung insang , 2 diantaranya melekat pada tulang tengkorak dan
yang 5 sebagai penyokong insang.
Fungsi dari rangka rangka tersebut adalah :
Sebagai penegak tubuh
Sebagai pelindung organ dalam ikan
Sebagai penyokong organ dalam ikan
Sebagai penbentuk sel darah merah
Pada beberapa ikan modifikasi tulang penyokong sirip menjadi penyalur sperma ke dalam saluran
reproduksi ikan betina.
Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka ragam.
Sistem Muscularia
4.2.3.1 Bandeng
Sistem otot pada daerah caudal penducle dibentuk oleh myosepta. Otot ini akan terlihat seperti
daging yang melekat pada rangka yang dibentuk melingkar.
Pada bagian caudal jika di potong secara melintang akan diperoleh bagian bagian seperti : vertical
septum, vertebra, horizontal septum dan hypaxial mytomes. Sedangkan pada bagian ventral
diperoleh bagian bagian seperti : supra cocalis ,ventral septum, vertebrata, red lateralis muscle dan
body cavity.
Pada potongan membujur akan tampak bagian myomere, myoseptum, dan horizontal /
skeletogenesus septum.
4.2.3.2 Belanak
Pada potongan membujur akan tampak bagian myoseptum dan horizontal skeletogenesus septum
saja. Pada potongan melintang pada bagian ventral akan tampak bagian seperti : supra calicalis,
epaxial myotomes,, vertical septum, red lateralis muscle, body cavity dan vertebrate.
Sedangkan pada bagian caudalnya yang akan tampak adalah vertical septum, horizontal septum,
hypaxial myotomes dan vertebrate.
4.2.4.2 Belanak
Insang pada ikan belanak terdapat bagian bagian seperti berikut : gill arch, operculum, gill cover
adductor muscle, gill filament dan gill cover.
Alat bantu pada ikan umumnya adalah insang tetapi ada pula iakn yang bernafas seacara langsung
menggunakan udara sehingga sumber oksigennya ikan seperti itu dikenal sebagai ikan penghisap
udara, ada juga alat bantu pernafasan tambahan seperti kulit yang terdapat pada ikan di permukaan
lumpur pantai. Serta ada juga alat bantu pernafasan / tambahannya labyrinth serta gelembung
udara.
Fungsi dari gelembung renang itu adalah :
Sebagai alat hidrostatik
Sebagai alta pernafasan tambahan
Sebagai resonator suara
Sebagai alat pengeluar suara
Pembahasan keseluruhan ikan:
Alat bantu pernafasan yang ditemukan pada ikan yang kami amati adalah gelembung renang.
Perbedaan tutup insang pada ikan elasmobranchia dan teleostei adalah terletak pada Jumlah celah
insang sebanyak 5 sampai 7 pasang. Setiap celah mempunyai penutup insang tersendiri. Sebelah
depan dari celah insang di belakang mata terdapat sepasang lubang yang di sebut spiracle
[spiraculum]. Ini sebenarnya merupakan lubang insang yang terletak diantara lengkung mandibular
dan lengkung hyoid . bagian depan spiracle ini terdapat banyak pembuluh darah pada
elasmobranchia. Sedangkan pada osteichthyes terdapat operkulum yang dibangun oleh empat
potong tulang dermal yaitu operculum, preoperculum, interoperculum, idan isub operculum. Rongga
insang terletak antara insang dan operkulum. Lubang insang berupa celah sempit yang melengkung
antara gelang bahu dan operkulum. Selaput kulit tipis bekerja sebagai klep pada celah insang. Bagian
depan selaput ini melekat pada operkulum sedang bagian belakangnya terlepas bebas. Selaput ini
disebut membrana branchiostegi. Septum insang pendek dan tidak menonjol keluar dari lamella
insang (http://pk-28.blogspot.com/2009/12/bab-xiii-sistem-respirasi-setiap-sel.html).
Gill rackers kadang-kadang tidak ada. Gill arch selalu ada dan sepasang untuk tiap lengkung insang
menjadi penguat strktur insang. Lengkung insang pada ikan ini terdapat lima tetapi lengkung
pertama dan kelima berupa hemibranchia dan hanya lengkung ke dua,tiga dan empat berupa
holobranchia. Lamella insang lengkung kesatu hanya pada bagian belakang lengkung insang dan
lengkung keliama hanya pada bagian depannya saja (http://pk-28.blogspot.com/2009/12/bab-xiii-
sistem-respirasi-setiap-sel.html).
Perbedaan yang nyata antara insang elasmobranchia dan teleostei tidak menonjol keluar separti
pada elasmobranchia yang digunakan sebagai penutup tiap-tiap insang.jari-jari tapis insang (gill
rackers) pada beberapa ikan teleostei berbeda satu dengan lainnya sesuai dengan fungsinya. Ikan
pemakan plankton akan memiliki jari-jari insang yang halus dan agak panjang. Sedangkan ikan buas,
jari-jari tapis insangnya pendek, keras dan runcing.(http://pk-28.blogspot.com/2009/12/bab-xiii-
sistem-respirasi-setiap-sel.html).
gelembung renangadalah organ berbentuk kantug bersi udara ynang berfungsi sebagai pengatur
ikan dalam mengapung di air. Sehingga ikan tersebut tidak perlu berenang terus menerus untuk
mempertahankan posisinya . organ ini hampir di temui pada semua jenis ikan.beberapa masalah
atau kelainan dengan gelembung renang yang umum di jumpai ladalah sebagai akibat dari luka
dalam terutama akibat berkelahi atau karena klainan bentuk tumbuh (.http://www.o-
fish.com/HamaPenyakit/kelainan_gelembungrenang).
Beberapa jenis ikan yang hidup di air deras seringkali memiliki gelembung renang boleh dikatakan
tidak ada fungsinya. Untuk ikan- ikan jenis ini , kondisi gelembung renang demikian adalah normal
dan bukan merupakan suatu gejala penyakit (.http://www.o-
fish.com/HamaPenyakit/kelainan_gelembungrenang).
Kesimpulan
Dari praktikum ini kami dapat mengambil kesimpulan yaitu, pengklasifikasian semua jenis ikan
berdasarkan ciri-ciri morfologinya. Untuk mengidentifikasi jenis ikan tersebut berdasarkan
pengelompokkan jenis sisik, jenis sirip, bentuk dan tipe ekor, letak mulut, disertai dengan
pengukuran tubuh ikan dan bentuk tubuh ikan.
Jenis sisik itu sendiri terbagi menjadi; sisik kosmoid, sisik ganoid, sisik placoid dan sisik leptoid
(cycloid dan ctenoid), lalu jenis sirip terbagi menjadi; dorsal fin, pectoral fin, ventral fin, anal fin,
caudal fin dan adipose fin, untuk jari-jari sirip dibagi menjadi tiga, yaitu; jari-jari sirip keras, jari-jari
sirip lemah dan jari-jari sirip lemah mengeras. Sedangkan untuk perhitungan rumus sirip yaitu; sirip
dorsal dinotasikan dengan D, caudal dengan C, pectoral dengan P, dan ventral dengan V, serta anal
dengan A. jumlah jari-jari sirip dituliskan dengan angka romawi besar untuk jari-jari sirip keras, angka
romawi kecil untuk jari-jari sirip lemah mengeras dan angka biasa untuk jari-jari sirip lemah. Lalu
untuk bentuk dan tipe ekor dibagi menjadi; protocercal, diphycercal, heterocercal dan homocercal.
Letak mulut dikelompokkan menjadi; terminal, inferior dan superior. Kemudian yang terakhir untuk
pengukuran tubuh ikan digolongkan yaitu; total length (TL), standart length (SL), fork length (FL) dan
depth length (DL).
5.2 Saran
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum ikhtiology ini ialah :
Praktikan hendaknya telah menguasai materi yang ada dalam modul praktikum sebelum
melaksanakan pengamatan.
Praktikan hendaknya lebih serius saat melakukan pengamatan terhadap morfologi ikan yang
diamati.
DAFTAR PUSTAKA
http://demorganizm.blogspot.com/2010/02/sistem-reproduksi-pada-
ikan.htmlhttp://patology.wordpress.com/2009/05/23/sistem-reproduksi-pada-ikan-
pisces/http://www.anneahira.com/ikan/reproduksi-
ikan.htmhttp://ginapodia.blogspot.com/2009/05/sistem-respirasi-pisces.html
http://masteranoflaporan.blogspot.com/2011/04/ii.html
http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/01/sistem-pernapasan-hewan
/http://bdp-charlie.blogspot.com/2009/07/anatomi-ikan.html
http://zonaikan.wordpress.com/2010/02/14/sistem-rangka-ikan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerangka
http://www.fpik.undip.ac.id/perikanan/biodiversity/shared/biblio_view.php?resource_id=90&tab=o
pac
http://en.wikipedia.org/wiki/Plotosus
http://eprints.undip.ac.id/18095/1/KUSUMA_ADJI.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_ilmiah
http://biotagua.org/2010/03/10/taksonomi-2/
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM IKHTIOLOGI
OLEH
NAMA : USWATUN CHASANAH
NIM : 26020110130111
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ichtyologi merupakan suatu ilmu yang khusus mempelajari ikan dari segala aspek kehidupannya,
termasuk di dalamnya bentuk luar (morfologi), anatomi, fisiologi, taksonomi serta identifikasinya.
Ichtyologi berasal dari kata Yunani, yaitu ichthyes yang berarti ikan dan logos yang berarti ilmu.
Sehingga secara singkat dapat dikatakan bahwa ichtylogi adalah ilmu yang mempelajari ikan dengan
segala aspek kehidupannya. Ilmu ini merupakan salah satu cabang dari biologi ( Saanin,1968 ).
Menurut Djuanda (1981), sekurang-kurangnya sepuluh abad sebelum masehi orang-orang Cina telah
menyelidiki ikan dengan berhasil. Orang-orang Mesir, Yunani dan Romawi Kuno mencatat
pengamatan terhadap ragam, kebiasaan dan kualitas berjenis-jenis ikan.
Menurut Lagler et. al. (1977), sejak abad 18 Ichtyologi telah berkembang meliputi beberapa cabang
ilmu, antara lain :
1. Klasifikasi, yaitu melanjutkan mencatat semua jenis ikan yang masih ada maupun yang sudah
berupa fosil dan memasukkannya kedalam taksa serta memberi nama ilmiahnya.
2. Anatomi, yaitu mempelajari tentang struktur ikan secara makroskopik, embriologik, serta
perbandingan jenis ikan yang satu dengan ikan yang lain, termasuk fosil yang masih ada.
3. Evolusi dan genetik, yaitu mempelajari asal mula ikan, perkembangan ikan modern dan ikan
sebelumnya serta mekanisme ciri-ciri mereka.
4. Natural history dan ekologi, yaitu mempelajari cara hidup dan habitat serta interaksi antara ikan
yang satu dengan ikan yang lain dan dengan lingkungannya.
5. Fisiologi dan biokimia, yaitu mempelajari fungsi dan sistem organ, metabolisme, dan integrasi
sistem pada tubuh. Jumlah spesies ikan yang ada sekarang diperkirakan sekitar 15-20 ribu spesies,
sedangkan yang masih belum terdeteksi diperkirakan sekitar 40 ribu spesies. Lebih lanjut dikatakan
bahwa jumlah ikan merupakan jumlah terbanyak dari seluruh fauna di bumi ini ( 42,6 % ) ( Rahardjo,
1985 ).
Ikan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai binatang vertebrata yang berdarah dingin yang hidup
dalam lingkungan air. Adapun pergerakan dan keseimbangan badannya menggunakan sirip dan
umumnya bernafas dengan insang. Bentuk ikan akan beradaptasi dengan lingkungan tempat
hidupnya. Dengan kata lain, habitat atau tempat hidup ikan akan berpengaruh terhadap bentuk
tubuh dan fungsi alat tubuh. Sedangkan cara bergerak maupun tingkah lakunya akan berbeda dari
satu habitat ke habitat lainnya. Ikan akan tnenyesuaikan diri dengan faktor fisika, kimia, dan
biologinya dari habitat itu sendiri ( Saanin, 1968 ).
Dasar pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa memahami tentang Ikhtiologi dan semua
hal yang menyangkut di dalamnya. Dengan Ikhtiologi kita dapat mengetahui segala bentuk luar atau
morfologi, anatomi, fisiologi, taksonomi, dan identifikasi dari ikan. Maka dari itu, Ikhtiologi dapat
dijadikan landasan penguasaan ilmu perikanan.
Dengan adanya Ikhtiologi, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan serta menghubungkan
ilmu-ilmu yang ada dalam perikanan di bidang pemanfaatan, pengolahan dan pelestarian
sumberdaya alam. Dan kesemuanya itu, yang terpenting adalah kita akan memiliki bekal untuk
melakukan praktikum yang selanjutnya.
Tujuan Praktikum
Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi bentuk luar tubuh ikan elasmobranchi
(chondrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).
Membuat dan mengetahui suatu deskripsi luar atau morfologi serta melakukan pengukuran
terhadap bagian bagian tubuh ikan dan membandingkannya dengan kunci identifikasi,antara lain :
Susunan, jenis dan rumus sirip.
Jenis sisik dan perhitungan sisik.
Tipe ekor
Bentuk mulut
Perbandingan antar bagian tubuh ikan
Bentuk dan jumlah filamen insang
Tanda tanda khusus seperti sungut, fin let, lateral keel, adipose dll.
Dengan mengetahui aspek aspek seperti yang di sebutkan di atas dapat dilakukan identifikasi dan
klasifikasi berdasarkan buku identifikasi ikan, misalnya Saanin (1986) & FAO.
Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi dan mengklasifikasikan ikan.
Mempelajari dan mengetahui struktur rangka ikan dari ikan teleostei (osteichthyes).
Membuat dan mengetahui suatu deskripsi rangka axial.
Membuat dan mengetahui suatu deskripsi rangka apendicular.
Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi otot atau urat daging pada ikan.
Mempelajari dan mengetahui sistem respirasi dan organ respirasi dari ikan elasmobranchi
(chondrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).
Menyebutkan bagian bagian insang pada ikan elasmobranchi (chondrichthyes) dan teleostei
(osteichthyes).
Menyebutkan alat bantu pernafasan pada ikan elasmobranchi (chondrichthyes) dan teleostei
(osteichthyes).
Mengetahui dan menunjukkan letak gelembung renang pada ikan teleostei.
Mempelajari dan mengetahui sistem dan organ reproduksi ikan elasmobranchi (chondrichthyes) dan
teleostei (osteichthyes).
Membedakan organ reproduksi ikan dan mengetahui posisi gonad.
Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi kemetangan gonad.
Mempelajari dan berlatih menghitung fekunditas pada ikan.
Mempelajari dan mengetahui sistem pencernaan makanan ikan elasmobranchi (chondrichthyes) dan
teleostei (osteichthyes).
Mengetahui organ pencernaan makanan ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian kepala yakni bagian dari ujung mulut terdepan hingga hingga ujung operkulum (tutup insang)
paling belakang. Adapun organ yang terdapat pada bagian kepala ini antara lain adalah mulut,
rahang, gigi, sungut, cekung hidung, mata, insang, operkulum, otak, jantung, dan pada beberapa
ikan terdapat alat pernapasan tambahan(Anonim, 2010).
Bagian badan yakni dari ujung operkulum (tutup insang) paling belakang sampai pangkal awal sirip
belang atau sering dikenal dengan istilah sirip dubur. Organ yang terdapat pada bagian ini antara lain
adalah sirip punggung, sirip dada, sirip perut, hati, limpa, empedu, lambung, usus, ginjal, gonad,
gelembung renang(Anonim, 2010).
Bagian ekor, yakni bagian yang berada diantara pangkal awal sirip belakang/dubur sampai dengan
ujung terbelakang sirip ekor. Adapun yang ada pada bagian ini antara lain adalah anus, sirip dubur,
sirip ekor, dan pada ikan-ikan tertentu terdapat scute dan finlet (Anonim, 2010).
Menurut Rahardjo (1985). Sirip merupakan salah satu bagian dari rangka appendicular, yaitu di
antaranya:
Sirip perut (pinnae abdominlis)
Sirip perut pada sub class elsmobranchia disongkong oleh tulang tulang rawan tempat menempelnya
tulang basipterygium.
sirip punggung (pinnae dorsalis)
Sirip punggung yang terdapat pada ikan class chondrichtyes disongkong oleh keeping keeping tulang
rawan di sebut rawan basal yang terletak bagian bawah tertumpu pada cucuk neural dan rawan
radia yang terletaak di bagian rawan basal menunjukan jari jari keras.
sirip dada (pinnea pectoralis)
Pada chondridhthyes di songkong oleh tulang gelang bahu (pectoral girdle) dinamakan
coracoscapula. Pada ikan Osteichthyes gelang bahu terdiri dari tulang rawan dan tulang dermal.
Sirip dubur (pinnea analis)
Ikan Osteichthyes tulang yang menyongkong sirip dubur ada tga termasuk di dalamnya masuk
kedalam tubuh, diantaranya tulang cucuk hemal di namakan promaxial pterygiophore dan yang di
lur disbbut pterigiophorre sedangkan di atasnya tterdapat intermedietpteryiophore.
Sirip ekor (diphicercal)
Tipe ekor terdiri dari lima macam yaitu: rounded, teruncate, emarginated, lunate, forked, dan
cambuk. Namun secara garis besar bentuk ekor di bedakan menjadi empat yaitu:
Protecercal
Sirip ekor antar bagian atas dan bawah simetris. Dan bentuk pada ujung ekor meruncing, dan ruas
ruas veterata menyongkong sirip tanpa mengalami perubahan bentuk. Tipe ekor ini umumnya
dimiliki class chepalaspidomorphii.
Heterocercal
Yaitu tipe ekor yang tidak simeteris,bagian ujung ekor atas berbentuk runcing pada ujungnya yang di
songkong ruas ruas tulang punggun. Dan bagian bawah berbentuk melengkung an biasnya lebih
pendek dari yg diatas tipe ekor ini biasanya di class condrichtyes dan golongan bertulang sejati
tingkat rendah.
Homosersal
Tipe ekor simetris, bagian atas ekor sama dengan bagian bawahnya dan dan disongkong oleh jari jari
sirip ekor. Dua ruas terakhhir tulang unggung berubah bentuk menjadi urostly dan terdapat tulang
tambahan.
Diphisersal
Sirip ekor antar bagian atas dan bawah simetris. Dan bentuk pada ujung ekor melengkung, dan ruas
ruas veterata menyongkong sirip tanpa mengalami perubahan bentuk. Tipe ekor ini umumnya
dimiliki class chepalaspidomorphii.
Rumus Sirip
Notasi yang digunakan untuk penulisan rumus sirip adalah :
Pinna Dorsalis (sirip punggung) = D
Pinna Dorsalis bagian anterior = D1
Pinna Dorsalis bagian posterior = D2
Pinna Caudalis (sirip ekor) = C
Pinna Analis (sirip dubur) = A
Pinnae Ventrales (sirip perut) = V
Pinnae Pectorales (sirip dada) = P
(http://zonaikan.wordpress.com/2010/02/10/taksonomi-dan-identifikasi-ikan/)
2.1.2 Bentuk Sisik
Sisik merupakan rangka dermis, karna sisik di bentuk pada lapisan dermis. Fungsi sisik adalah sebagai
pelindung tubuh dari lingkungan hidup ikan yang membahayakan. Sisik pada umumnya keras dan
bersisik, tetapi selain itu juga ikan yang tidak bersisik, kebanyakan dari sub ordo siluroidea,
contohnya ikan jambal (pangasium) (Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalam sisik, sisik dapat
di bagi menjadi lima jenis yaitu:
Sisik Gonoid
sisik yang memiliki lapisan terluar yang tersusun dari garam garam ganoid, bentuk hampir
menyerupai belah ketupat, umumnya terdapat pada ikan ikan bertulang rawan, misalnya pada ikan
acipenceridae, lepisostidae, polyodontidae dan polyterus. Sisik jenis ini memiliki tiga lapisan, yaitu:
Gonoide (garam garam anorganikyang sangat kers)
Cosmid (lapisan non seluler yang sangat kuat)
Isopedine (didalamnya terdapat pembulu darah kecil).
Sisik Cosmoid
Ialah terdiri dari beberapa lapis, yaitu sisik yang memiliki bagian terluar disebut vitrodentilie (dilapisi
semacam enamel), lapisan bawahnya disebut cosinine (merupakan lapisan yang kuat dan
nonceluller) dan bagian terdalam terdapat pemlbuluh darah, syaraf dan substansi tulang isopedine.
Sisik jenis ini umumnya hanya terdapat pada jenis ikan fosil dan ikan primitive atau iakan ikan jenis
kuno. Contoh ikan bertipe sisik ini adalah latimeria chalumnae.
Sisik Placoid
mirip bungga mawar dengan dasar bulat atauersegi (bujur sangkar). Memiliki bagian yang menonjol
seperti duri yang muncul dari epidermis dan terletak merambah ke belakang di bawah kulit. Sisik
jenis ini biasanya hampr terdapat pada semua jenis ikan yang bertulang rawan (Elasmobranchia).
Sisik Ctenoid
merupakan sisik yang memiliki stenii pada bagian posteriornya dan bentukan sisir pada bagian
anteriornya, sisik ini di sebut juga sisik sisir karena mempunyai bentukagak persegi yang menyerupai
sisir.
Sisik Cycloid
merupakan sisik yang bentuknya melingkar, yaang mempunyai linkaran tipis dan transparan yang
didalamnya terdapat garis-garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan focus serta pada bagian
belakang mempunyai gerigi. Bagian anterior tertanam dan bagian posterior muncul ke permukaan
dengan warna gelap yang mengndung butir butir pembaw a warna (cromotophor). Lingkungan
sirkulir yang menebal pada sisik ini disebut annulus.
2.1.5 Warna
Menurut Rahardjo (1985), Warna tubuh ikan disebabkan konfigurasi sisik (schemochroma) dan
pigmen pembawa warna (biochrome), yaitu :
1. Carrotenoid : kuning, merah
2. Chromolipoid : kuning sampai cokelat
3. Indigoid : biru, merah dan hijau
4. Melanin : hitam cokelat
5. Porphyrin : merah, hijau, kuning, biru dan cokelat
6. Flanin : kuning kehijau-hijauan
7. Purin : putih keperak-perakan
8. Pterin : putih, kuning, merah dan jingga
Sel khusus yang memberikan warna pada ikan ada dua yaitu iridocyte dan cromatophore. Iridocyte
disebut juga sel cermin karena mengandung bahan yang memantulkan cahaya warna yakni guanin
kristal. Sel chromatophore terdapat dalam dermis, mempunyai butir-butir pigmen yang mengandung
pigmen sungguhan. Chromatophore dasar ada tiga macam yaitu erythophore,xanthophore, dan
melanophore (Rahardjo, 1985).
Sistem Skeleton
Sistem rangka merupakan suatu sistem yang dibangun oleh struktur-struktur keras dari tubuh yang
sifatnya menyokong dan melindungi. Sistem ini melindungi eksoskeleton dan endoskeleton.
Endoskeleton secara embriologis berasal dari epidermis saja, dermis saja atau keduanya.
Endoskeleton umumnya dijumpai pada hewan invertebrata. Pada vertebrata lebih dikenal dengan
dermal skeleton (Adnana, 2010).
Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau menyokong organ-organ
tubuh, melindungi organ-organ tubuh ikan dan berfungsi pula dalam pembentukkan butir darah
merah (Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), rangka ikan dapat dibedakan menjadi 3 bagian :
1. Rangka axial
Terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk.
2. Rangka visceral
Terdiri dari semua bagian tulang lengkung insang dan derivatnya.
3. Rangka appendicular
Terdiri dari sisik dan perekat-perekatnya. Sedangkan pada tulang punggung pada ikan, berkembang
dari scelerotome yang terdapat di sekeliling notochorda dan batang saraf. Setiap pasang dari
scelerotome berkembang menjadi empat pasang arcualia. Pada beberapa ikan, pembentukan pusat
tulang punggung (centrum) bukan semata-mata dari arcualia, melainkan oleh sel mesenchyme yang
merapat dan berkumpul di sekitar notochorda, yang kemudian bersama-sama arcularia
membentuk centrum.
Menurut Anonima (2010), tulang- tulang kerangka diklasifikasikan menurut bentuknya dan
formasinya yaitu :
Tulang panjang atau tulang pipa , terutama dijumpai pada anggota gerak. Tulang panjang terdiri atas
bagian batang dan bagian ujung, tulang pipa bekarja sebagai alat ungkit dari tubuh dan
memungkinkannya bergerak.
Tulang pendek, contohnya pada tuang carpalia di tangan dan tarsalia di kaki. Sebagia besar terbuat
dari tulang jarak karana diperlukan sikap yang ringan dan kuat. Tulang-tulang ini diselubungi dengan
jaringan padat tipis.kerena kuatnya muka tulang pendek mampu mendukung seperti tampak pada
pergelangan tangan.
Tulang pipih, terdiri atas dua lapisan jaringan tulang keras dengan tenganya tulang lapisan seperti
spons. Dijumpai paa tulang tengkorak, tulang punggung, iga-iga, dan scapula.
Tulang tak beraturan adalah tuang yang tidak dapat dimasukkan dari salah-satu dari ke-3 kelas tadi
contohnya vertebra dan tulang wajah.
Tulang sesanoid termasuk kelompok lain. Ia berkembang di dalam otot-otot dan dijumpai didekt
sendi.misal patella.
2.3 Taksonomi
Menurut Subani (1978), taksonomi atau sistematika adalah suatu ilmu menge-nai klasifikasi dari
jasad-jasad. Istilah taksonomi berasal dari kata Yunani taxis yang berarti susunan dan pengaturan.
Dan dari kata nomos atau hukum dan istilah ini diusulkan oleh Candolle pada tahun 1813 untuk teori
mengklasifikasikan tumbuh-tumbuhan.
2.3.1 Identifikasi
Identifikasi merupakan salah satu dari tiga tugas pokok ahli taksonomi, dimana ini merupakan
tingkatan analitis. Tugas pokok seorang ahli sistematika adalah mengelompokkan jasad yang telah
begitu beraneka ragam dari alam ke dalam berbagai kelompok yang sudah dikenal untuk
menetapkan ciri-ciri penting dari kelompok ini dan untuk senantiasa mencari perbedaan yang
tetap di antara kelompok itu. Disamping itu ahli ini harus memberikan nama ilmiah kepada
kelompok-kelompok itu untuk memungkinkan pemberian nama pengakuan kepadanya oleh ahli-ahli
lain di seluruh dunia. Kronologi geologis dari jasad tergantung dari ketetapan identifikasi dari fosil.
Tiap survei ekologi yang bersifat ilmiah harus diselesaikan dengan mengidentifikasikan semua
spesies yang ekologis penting (Subani, 1978).
Juga ahli biologi telah menyadari pentingnya identifikasi yang tepat. Banyak sekali generasi yang
memiliki spesies yang secara morfologis tidak berbeda. Perbedaannya terletak di dalam sifat
fisiologisnya (Subani, 1978).
2.3.3 Taksonomi
Informasi yang digunakan dalam mempelajari hubungan evolusioner ikan berawal dari pengetahuan
taksonomi terutama deskripsi ikan. Pengetahuan tersebut menjadi dasar dalam iktiologi dan juga
bidang-bidang seperti ekologi, fisiologi. Metode yang digunakan dalam bidang taksonomi terbagi
menjadi enam kategori yaitu :
Morfometrik, adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang, lebar, dan tinggi dari tubuh atau
bagian-bagianb tubuh ikan. Meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu dari
tubuh ikan, yang meliputi jumlah sirip, perumusan jari-jari sirip, sisik dan insang (Hannan, 1992). Dan
Menurut Pratignyo (1984), bahwa morfometrik yaitu ciri yang berupa bagian tubuh ikan yang dapat
di ukur, misalkan panjang pada bagian kepala, serta pada bagian lebar dan tinggi truktur atau bentuk
pada ikan tersebut.
Ciri meristik merupakan ciri-ciri dalam taksonomi yang dapat dipercaya, karena sangat mudah
digunakan. Ciri meristik ini meliputi apa saja pada ikan yang dapat dihitung antara lain jari-jari dan
duri pada sirip, jumlah sisik, panjang linea literalis dan ciri ini menjandi tanda dari spesies. Salah satu
hal yang menjadi permasalahan adalah kesalahan penghitungan pada ikan kecil. Faktor lain yang
dapat mempengaruhi ciri meristik yaitu suhu, kandungan oksigen terlarut, salinitas, atau
ketersediaan sumber makanan yang mempengaruhi pertumbuhan larva ikan (blog.unsri.ac.id).
Ciri-ciri anatomi sulit untuk dilakukan tetapi sangat penting dalam mendeskripsi ikan. Ciri-ciri
tersebut meliputi bentuk, kesempurnaan dan letak linea lateralis, letak dan ukuran organ-organ
internal, anatomi khusus seperti gelembung udara dan organ-organ elektrik (blog.unsri.ac.id).
Pola pewarnaan merupakan ciri spesifik, sebab dapat berubah sesuai dengan umur, waktu, atau
lingkungan dimana ikan tersebut didapatkan. Hal ini merupakan bagian penting dalam mendeskripsi
setiap spesies, misal pola pewarnaan adalah ciri spesifik spesies, kondisi organ reproduksi, jenis
kelamin. Masalah utama dalam pewarnaan bila digunakan sebagai alat taksonomi adalah
subjektivitas yang tinggi dalam mendeskripsi ikan (blog.unsri.ac.id).
Warna pada ikan di sebabkan karena adanya pigmen yang tersebar di epidermis khususnya mamalia
pada kelompok pisces yakni sel penghasil butir pigmen terletak diperbatasan epidermis dan
dermis didalam kulit vertebrata dan ikan.pigmen tersebutlah yang nenberikan pola warna yang
menarik pada ikan (Achjar.M, 1968).
Kariotipe merupakan deskripsi dari jumlah dan morfologi kromosom. Jumlah krosmosom tiap sel
tampaknya menjadi ciri-ciri ikan secara konservatif dan dfigunakan sebagai indikator dalam famili.
Jumlah lengan kromosom seringkali lebih jelas dari pada jumlah krosmosom. Teknik lain yang
digunakan berkaitan juga dengan kariotiping, adalah penghitungan jumlah DNA tiap sel. Namun,
jumlah DNA cenderung berkurang pada spesies terspesialisasi (Hidengarrner & Rosen,1972 dalam
Moyle & Cech, 1988).
Elektroforesis merupakan tehnik yang digunakan untuk mengevaluasi kesamaan protein. Contoh
jaringan diperlakukan secara mekanis untuk mengacak struktur membran sel, agar melepaskan
protein yang larut air. Selanjutnya, protein ini diletakkan dalam suatu gel, biasanya terbuat dari pati
atau agar, yang selanjutnya diperlakukan dengan menggunakan arus litrik. Kecepatan pergerakan
respon protein untuk berpindah atau bergerak tergantung pada ukuran molekulnya. Kesamaan
genetik dari indiviual dan spesies dapat dibandingkan dengan ada atau tidak adanya protein yang
dibedakan berdasarkan letak dalam gel. Elektroforesis dapat digunakan untuk menguji variasi
genetik dalam populasi. Berikut ini klasifikasi ikan yang menunjukkan hubungan evolusioner dari
kelompok besar ikan (blog.unsri.ac.id).
Selanjutnya evolusioner Lalli & Parson (1993) dalam klasifikasinya membedakan ikan ke dalam tiga
kelas utama berdasarkan taksonominya yaitu :
a. Kelas Agnatha, meliputi ikan primitif seperti Lamprey, berumur 550 juta tahun yang lalu dan
sekarang tinggal 50 spesies. Karakteristik ikan ini tidak memiliki sirip-sirip yang berpasangan tetapi
memiliki satu atau dua sirip punggung dan satu sirip ekor.
b. Kelas Chondroichthyes, memiliki karakteristik adanya tulang rawan dan tidak mempunyai sisik,
termasuk kelas primitif umur 450 juta tahun yang lalu dan sekarang tinggal 300 spesies. Misalnya
ikan pari dan ikan hiu.
c. Kelas Osteichthyes, meliputi ikan teleostei yang merupakan ikan tulang sejati, merupakan
kelompok terbesar jumlahnya dari seluruh ikan yaitu melebihi 20.000 spesies dan ditemukan pada
300 juta tahun lalu.
BAB III
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Ikan Bandeng ( Chanos chanos )
Ikan Belanak ( Mugil cephalus)
Ikan sembilang
3.3 Metode
3.3.1 Modul I : Ikhtiologi
3.3.1.1 Topik I : Morfologi Ikan
Gambar ikan yang tersedia di depan meja saudara. Amati morfologi luar ikan. Tunjukkan bagian-
bagian dari ikan tersebut.
Amati gambar dan sebutkan jenis dan bentuk sirip ikan yang saudara amati, hitung jari-jari sirip dan
tentukan rumus sirip.
Amati gambar dan sebutkan jenis dan bentuk ekor ikan yang saudara amati.
Amati gambar dan sebutkan bentuk sisik ikan yang saudara amati.
Amati bentuk linea lateralis ikan yang saudara amati dan hitung sisik yang berada di atas, di bawah,
dan pada linea lateralis ikan yang saudara amati.
Amati, gambar, dan sebut bentuk mulut ikan yang saudara amati.
Amati, gambar, dan sebut tanda-tanda khusus pada ikan tersebut.
Ukur panjang total, panjang standar, dan tinggi badan ikan yang saudara amati.
3.3.1.2 Topik II : Identifikasi dan Taksonomi Ikan
Siapkan buku identifikasi yang akan saudara pergunakan untuk mengidentifikasi ikan yang telah
saudara amati.
Buatlah deskripsi morfologi serta amati hasil pengukuran bagian-bagian tubuh ikan dan bandingkan
dengan kunci identifikasi, antara lain :
Susunan, jenis dan rumus sirip
Jenis sisik dan penghitungan sisik
Tipe ekor
Bentuk mulut
Perbandingan antar bagian tubuh ikan
Bentuk dan jumlah filament insang
Tanda-tanda khusus seperti sungut, fin let, lateral keel, adipose, dll
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Bandeng
Gambar
Keterangan
Bentuk sisik
Gambar Keterangan
Bentuk tubuh
Gambar Keterangan
Tipe mulut
Gambar Keterangan
Sistem pencernaan
Keterangan
Sistem otot
Gambar Keterangan
Sistem rangka
Gambar Keterangan
Sistem respirasi
Gambar Keterangan
4.1.2 Belanak
Gambar
Keterangan
Bentuk sisik
Gambar Keterangan
Bentuk tubuh
Gambar Keterangan
Tipe mulut
Gambar Keterangan
Sistem pencernaan
Gambar Keterangan
Sistem otot
Gambar Keterangan
Sistem rangka
Gambar Keterangan
Sistem respirasi
Gambar Keterangan
4.1.3 Hiu
Gambar
Keterangan
4.1.4 Sembilang
Gambar
Keterangan
Reproduksi
Gambar
Keterangan
Pembahasan
Morfologi
4.2.1.1 Bandeng
Klasifikasi ilmiah
Regnum: Animalia
Filum:
Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Gonorynchiformes
Familia: Chanidae
Genus: Chanos
Spesies: chanos
Pada morfologi luar ikan bandeng terdapat bagian bagian seperti mulut, mata, sirip dada, sirip
punggung, lateral line, sirip ekor, sirip perut dan sirip anus (dubur). Jenis sirip ekor bandeng yaitu
homocercal sedangkan bentuk ekornya adalah forked. Bandeng memiliki bentuk sisik yang ctenoid
atau disebut juga sisik sisir dengan bentuk yang agak persegi. Rumus sirip punggung D. IX 4; sirip
dada P. V 10; sirip dubur A. 11 8; sirip perut V. VI -4. Panjang total ikan 23,4 cm, panjang standard
18,9 cm, tinggi badan 5,2cm. Jumlah lateral line yang kita amati sebanyak 85 sisik. Sedangkan bentuk
mulutnya sendiri adalah sub terminal Yaitu letak mulut ikan terletak didekat ujung depan kepala.
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan bentuk dari ikan ini adalah torpedo sehingga ikan bandeng
ini mampu bergerak cepat atau juga tergolong ikan perenang cepat dan kuat dengan habitat air
payau.
Warna tubuh pada punggung berwarna kehitam-hitaman, pada bagian linea lateralis bewarna
keperakan dan pada bagian bawah dari linea lateralis berwarna putih. Jari jari sirip punggung pada
ikan bandeng hanya terdapat jari jari keras.
4.2.1.2 Belanak
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Order : Perciformes
Family : Mugilidae
Genus : Mugil
Spesies : Mugil sp
Seperti pada ikan bandeng pada morfologi luar belanak juga terdapat mulut, mata, sirip dada, sirip
punggung, lateral line, sirip ekor, sirip perut dan homocercal tetapi bentuk ekor pada belanak adalah
emarginated bukan forked. Sedangkan bentuk sisik pada belanak adalah cycloid Disebut juga sisik
lingkaran, mempunyai bentuk bulat, tipis transparan dan mempunyai lingkaran pada belakang
bergirigi. Jumlah lateral linenya. Bentuk mulut belanak adalah terminal Yaitu letak mulut ikan
terletak diujung depan kepala.
Jari-jari sirip pada ikan belanak dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu jari-jari keras dan jari-jari
lemah.
jari-jari keras, tidak beruas-ruas, pejal (tidak berlubang), keras dan tidak dapat dibengkokkan.
Seringkali jari-jari keras tersebut berupa duri atau patil dan merupakan alat mempertahankan diri.
Jumlah jari-jari keras dinotasikan dengan angka Romawi, walaupun jari-jari tersebut sangat pendek
atau rudimenter.
jari-jari lemah biasanya seperti tulang rawan, beruas-ruas dan mudah dibengkokkan. Bentuk jari-jari
lemah dapat berbeda-beda, tergantung pada jenis ikan. Jari-jari lemah tersebut kemungkinan
sebagian mengeras, salah satu sisi bergerigi, bercabang atau satu sama lain saling berhimpitan.
Jumlah jari-jari lemah dinotasikan dengan angka nominal (Anonim,2010).
Dari hasil pengamatan dan pengukuran memilki ciri morfologi yaitu tubuh torpedo
(fusiform),dimana bagian anterior agak besar kemudian makin ke posterior makin kecil, bentuk
mulut sub terminal, maxillanya berada sedikit dibawah mandibula, memilki bentuk sisik ctenoid dan
warna didominasi putih perak dan pada bagian ventral berwarna perak agak ke merah muda. bentuk
sirip caudalnya berbentuk Cagak, dan memiliki rumus sirip = D1 IV VI; D2 V 3-4; A III 5-7; P IV 14-16;
V I 12 -14. Pada ikan belanak yang kami amati diperoleh panjang total 16,5 cm , panjang standard 14
cm, tinggi badan 3,3 cm. Linea lateralis terlihat sangat jelas dan berfungsi sebagai indera peraba.
Hiu
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Upafilum: Vertebrata
Kelas : Chondrichthyes
Upakelas: Elasmobranchii
Superordo: Selachimorpha
Hiu adalah sekelompok (superordo Selachimorpha) ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap
dan tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang
enam atau tujuh, tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai sedikit di belakang,
kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka
dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret
gigi yang dapat digantikan.
Kerangka hiu sangat berbeda dibandingkan dengan ikan-ikan bertulang seperti misalnya ikan kod,
karena terbuat dari tulang muda (tulang rawan), yang sangat ringan dan lentur, meskipun tulang
muda di ikan-ikan hiu yang lebih tua kadang-kadang sebagian bisa mengapur, sehingga membuatnya
lebih keras dan lebih seperti tulang. Rahang hiu beraneka ragam dan diduga telah berevolusi dari
rongga insang yang pertama. Rahang ini tidak melekat pada cranium dan mempunyai deposit
mineral tambahan yang memberikannya kekuatan yang lebih besar.
Hiu umumnya lambat mencapai kedewasaan seksualnya dan menghasilkan sedikit sekali keturunan
dibandingkan dengan ikan-ikan lainnya yang dipanen. Ini telah menimbulkan keprihatinan di antara
para biologiwan karena meningkatnya usaha yang dilakukan untuk menangkapi ikan hiu selama ini,
dan banyak spesies yang kini dianggap terancam punah.
Sembilang
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Siluformes
Family : Plotosidae
Genus : Plotosus
Spesies : Canisus
Ikan Sembilang atau Eel tailed catfish adalah jenis ikan laut yang bentuk tubuhnya menyerupai ikan
Lele. Hidupnya pada kedalaman 0-10 meter. Sering dijumpai di daerah pesisir pantai atau laut
dangkal. Bentuk badannya panjang tanpa sisik, sirip punggung pertama berduri tajam dekat dengan
kepala, sirip punggung kedua bersambung dengan sirip ekor dan sirip dubur. Ikan ini dapat mencapai
panjang 134 cm. Tapi pada praktikum kami ikan sembilangnya mempunyai panjang total 64,5 cm.
Ikan Sembilang merupakan ikan predator, yang memangsa ikan-ikan kecil, selain itu ikan ini juga
memakan hewan-hewan yang hidup di dasar laut yaitu hewan-hewan kelompok gastropoda,
moluska dan krustasea. Ikan dewasa dapat hidup sendiri 2atau dalam kelompok kecil.
Pembahasan ikan keseluruhan :
Tanda- tanda khusus yang kami temukan pada ikan yang diamati yaitu terdapat gelembung renang
yang berfungsi sebagai Alat bantu pernafasan, Alat hidrostatis dan menyesuaikan tekanan air
terhadap tubuh, Sebagai alat pembuat suara, dan Sebagai resonator suara dan tekanan. Fungsi jari-
jari lemah pada ikan ikan belanak yaitu sebagai alat peraba.
Pada masing masing ikan terdapat linea lateralis yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi
luar tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf. Linea
lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang dapat mendeteksi
perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga berfungsi sebagai echo-
location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan sekitamya.
(http://entahsiapa15.wordpress.com/2009/01/12/morfoligi-ikan/)
Sistem Skeleton
4.2.2.1 Bandeng
Rangka axial pada bandeng terdiri dari operculum, palatine, premaxilla, maxilla dan dentary. Tulang
penyusun eprculum dibagi menjadi 4 bagian yaitu operculum , sub operculum, interculum dan
prreoperculum. Rangka apendicular pada bandeng terdiri atas 5 macam sirip yaitu sirip perut, sirip
ekor, sirip punggung, sirip dada, sirip anus /anal (dubur). Tulang tulang sirip ini melekat pada
tubuh, fungsinya adalah sebagai penggerak tubuh. Tulang perekat sirip perut di sokong oleh tulang
rawan pelvic. Sedangkan tulang sirip punggung disokong oleh tulang rawan basal. Dan penyokong
tulang dada adalah pectoral gird (tulang gelang bahu).
Rangka visceralnya terdiri dari 7 lengkung insang , 2 diantaranya melekat pada tulang tengkorak dan
yang 5 sebagai penyokong insang.
Fungsi dari rangka rangka tersebut adalah :
Sebagai penegak tubuh
Sebagai pelindung organ dalam ikan
Sebagai penyokong organ dalam ikan
Sebagai penbentuk sel darah merah
Pada beberapa ikan modifikasi tulang penyokong sirip menjadi penyalur sperma ke dalam saluran
reproduksi ikan betina.
Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka ragam.
Sistem Muscularia
4.2.3.1 Bandeng
Sistem otot pada daerah caudal penducle dibentuk oleh myosepta. Otot ini akan terlihat seperti
daging yang melekat pada rangka yang dibentuk melingkar.
Pada bagian caudal jika di potong secara melintang akan diperoleh bagian bagian seperti : vertical
septum, vertebra, horizontal septum dan hypaxial mytomes. Sedangkan pada bagian ventral
diperoleh bagian bagian seperti : supra cocalis ,ventral septum, vertebrata, red lateralis muscle dan
body cavity.
Pada potongan membujur akan tampak bagian myomere, myoseptum, dan horizontal /
skeletogenesus septum.
4.2.3.2 Belanak
Pada potongan membujur akan tampak bagian myoseptum dan horizontal skeletogenesus septum
saja. Pada potongan melintang pada bagian ventral akan tampak bagian seperti : supra calicalis,
epaxial myotomes,, vertical septum, red lateralis muscle, body cavity dan vertebrate.
Sedangkan pada bagian caudalnya yang akan tampak adalah vertical septum, horizontal septum,
hypaxial myotomes dan vertebrate.
4.2.4.2 Belanak
Insang pada ikan belanak terdapat bagian bagian seperti berikut : gill arch, operculum, gill cover
adductor muscle, gill filament dan gill cover.
Alat bantu pada ikan umumnya adalah insang tetapi ada pula iakn yang bernafas seacara langsung
menggunakan udara sehingga sumber oksigennya ikan seperti itu dikenal sebagai ikan penghisap
udara, ada juga alat bantu pernafasan tambahan seperti kulit yang terdapat pada ikan di permukaan
lumpur pantai. Serta ada juga alat bantu pernafasan / tambahannya labyrinth serta gelembung
udara.
Fungsi dari gelembung renang itu adalah :
Sebagai alat hidrostatik
Sebagai alta pernafasan tambahan
Sebagai resonator suara
Sebagai alat pengeluar suara
Pembahasan keseluruhan ikan:
Alat bantu pernafasan yang ditemukan pada ikan yang kami amati adalah gelembung renang.
Perbedaan tutup insang pada ikan elasmobranchia dan teleostei adalah terletak pada Jumlah celah
insang sebanyak 5 sampai 7 pasang. Setiap celah mempunyai penutup insang tersendiri. Sebelah
depan dari celah insang di belakang mata terdapat sepasang lubang yang di sebut spiracle
[spiraculum]. Ini sebenarnya merupakan lubang insang yang terletak diantara lengkung mandibular
dan lengkung hyoid . bagian depan spiracle ini terdapat banyak pembuluh darah pada
elasmobranchia. Sedangkan pada osteichthyes terdapat operkulum yang dibangun oleh empat
potong tulang dermal yaitu operculum, preoperculum, interoperculum, idan isub operculum. Rongga
insang terletak antara insang dan operkulum. Lubang insang berupa celah sempit yang melengkung
antara gelang bahu dan operkulum. Selaput kulit tipis bekerja sebagai klep pada celah insang. Bagian
depan selaput ini melekat pada operkulum sedang bagian belakangnya terlepas bebas. Selaput ini
disebut membrana branchiostegi. Septum insang pendek dan tidak menonjol keluar dari lamella
insang (http://pk-28.blogspot.com/2009/12/bab-xiii-sistem-respirasi-setiap-sel.html).
Gill rackers kadang-kadang tidak ada. Gill arch selalu ada dan sepasang untuk tiap lengkung insang
menjadi penguat strktur insang. Lengkung insang pada ikan ini terdapat lima tetapi lengkung
pertama dan kelima berupa hemibranchia dan hanya lengkung ke dua,tiga dan empat berupa
holobranchia. Lamella insang lengkung kesatu hanya pada bagian belakang lengkung insang dan
lengkung keliama hanya pada bagian depannya saja (http://pk-28.blogspot.com/2009/12/bab-xiii-
sistem-respirasi-setiap-sel.html).
Perbedaan yang nyata antara insang elasmobranchia dan teleostei tidak menonjol keluar separti
pada elasmobranchia yang digunakan sebagai penutup tiap-tiap insang.jari-jari tapis insang (gill
rackers) pada beberapa ikan teleostei berbeda satu dengan lainnya sesuai dengan fungsinya. Ikan
pemakan plankton akan memiliki jari-jari insang yang halus dan agak panjang. Sedangkan ikan buas,
jari-jari tapis insangnya pendek, keras dan runcing.(http://pk-28.blogspot.com/2009/12/bab-xiii-
sistem-respirasi-setiap-sel.html).
gelembung renangadalah organ berbentuk kantug bersi udara ynang berfungsi sebagai pengatur
ikan dalam mengapung di air. Sehingga ikan tersebut tidak perlu berenang terus menerus untuk
mempertahankan posisinya . organ ini hampir di temui pada semua jenis ikan.beberapa masalah
atau kelainan dengan gelembung renang yang umum di jumpai ladalah sebagai akibat dari luka
dalam terutama akibat berkelahi atau karena klainan bentuk tumbuh (.http://www.o-
fish.com/HamaPenyakit/kelainan_gelembungrenang).
Beberapa jenis ikan yang hidup di air deras seringkali memiliki gelembung renang boleh dikatakan
tidak ada fungsinya. Untuk ikan- ikan jenis ini , kondisi gelembung renang demikian adalah normal
dan bukan merupakan suatu gejala penyakit (.http://www.o-
fish.com/HamaPenyakit/kelainan_gelembungrenang).
Kesimpulan
Dari praktikum ini kami dapat mengambil kesimpulan yaitu, pengklasifikasian semua jenis ikan
berdasarkan ciri-ciri morfologinya. Untuk mengidentifikasi jenis ikan tersebut berdasarkan
pengelompokkan jenis sisik, jenis sirip, bentuk dan tipe ekor, letak mulut, disertai dengan
pengukuran tubuh ikan dan bentuk tubuh ikan.
Jenis sisik itu sendiri terbagi menjadi; sisik kosmoid, sisik ganoid, sisik placoid dan sisik leptoid
(cycloid dan ctenoid), lalu jenis sirip terbagi menjadi; dorsal fin, pectoral fin, ventral fin, anal fin,
caudal fin dan adipose fin, untuk jari-jari sirip dibagi menjadi tiga, yaitu; jari-jari sirip keras, jari-jari
sirip lemah dan jari-jari sirip lemah mengeras. Sedangkan untuk perhitungan rumus sirip yaitu; sirip
dorsal dinotasikan dengan D, caudal dengan C, pectoral dengan P, dan ventral dengan V, serta anal
dengan A. jumlah jari-jari sirip dituliskan dengan angka romawi besar untuk jari-jari sirip keras, angka
romawi kecil untuk jari-jari sirip lemah mengeras dan angka biasa untuk jari-jari sirip lemah. Lalu
untuk bentuk dan tipe ekor dibagi menjadi; protocercal, diphycercal, heterocercal dan homocercal.
Letak mulut dikelompokkan menjadi; terminal, inferior dan superior. Kemudian yang terakhir untuk
pengukuran tubuh ikan digolongkan yaitu; total length (TL), standart length (SL), fork length (FL) dan
depth length (DL).
5.2 Saran
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum ikhtiology ini ialah :
Praktikan hendaknya telah menguasai materi yang ada dalam modul praktikum sebelum
melaksanakan pengamatan.
Praktikan hendaknya lebih serius saat melakukan pengamatan terhadap morfologi ikan yang
diamati.
DAFTAR PUSTAKA
http://demorganizm.blogspot.com/2010/02/sistem-reproduksi-pada-
ikan.htmlhttp://patology.wordpress.com/2009/05/23/sistem-reproduksi-pada-ikan-
pisces/http://www.anneahira.com/ikan/reproduksi-
ikan.htmhttp://ginapodia.blogspot.com/2009/05/sistem-respirasi-pisces.html
http://masteranoflaporan.blogspot.com/2011/04/ii.html
http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/01/sistem-pernapasan-hewan
/http://bdp-charlie.blogspot.com/2009/07/anatomi-ikan.html
http://zonaikan.wordpress.com/2010/02/14/sistem-rangka-ikan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerangka
http://www.fpik.undip.ac.id/perikanan/biodiversity/shared/biblio_view.php?resource_id=90&tab=o
pac
http://en.wikipedia.org/wiki/Plotosus
http://eprints.undip.ac.id/18095/1/KUSUMA_ADJI.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_ilmiah
http://biotagua.org/2010/03/10/taksonomi-2/
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi
Share this: